Jurnal Mat Sid
Jurnal Mat Sid
UNDANG-UNDANG PESANTREN
Moh Sidi
Abstrak
Bila dicermati lebih lanjut berasal segi sejarahnya, pesantren awalnya hanya forum
pendidikan agama Islam yang mengalami perkembangan berasal masa lalu hingga
sekarang sebagai akibatnya penyelenggaraannya sebagai semakin terkelola secara baik
dengan keluarnya kawasan-kawasan pengajian. tapi sistem “pondok pesantren” ini baru
ada dan semakin terlihat perkembangannya menggunakan didirikannya daerah-kawasan
atau pondok bermukim para santri. Meskipun dahulu pesantren termasuk ke pada
pendidikan nonformal, bukan berarti pesantren jauh tertutup asal pembaruan dan
inovasi. banyak penelitian berkata bahwa pesantren telah berhasil memainkan perannya
sebagai penggerak dalam gosip ekonomi, politik, gejolak sosial, serta budaya.
sehabis Indonesia berhasil memperoleh kemerdekaan, pesantren semakin
berkembang serta memberikan geliat modernisasi. Hal ini terindikasi asal peningkatan
secara cepatnya jumlah alumni pesantren yang melanjutkan pendidikan di lembaga-
lembaga non agama, menguasai aneka macam bidang ilmu, serta meningkatnya tenaga
pengajar pesantren yang memiliki latar belakang pendidikan umum non pesantren.
eksistensi sistem pesantren ini bisa dikatakan pula menjadi pendidikan yg berbasis
warga karena keberadaannya selalu berkaitan menggunakan kiprah rakyat, yaitu
didirikan secara mandiri, berorientasi pada kebutuhan rakyat, serta menekankan
partisipasi warga (Panut dkk., 2021).
B. METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian ini merupakan library research (studi kepustakaan). Penelitian
pustaka ialah penelitian yg objek kajiannya memakai data-data yang berupa kitab serta
literatur-literatur lain sebagai Sumbernya (Afifudin, 2012). Adapun pendekatan yang
dipergunakan merupakan pendekatan deskriptif analitik yg akan memaparkan upaya
pembaruan pondok pesantren melalui Undang-Undang Pesantren. Teknik analisis isi
berusaha menganalisis aneka macam literatur sehingga penulisan bisa melakukan
interpretasi adar memperoleh makna terkait topik yang diteliti dan dikaji.
Secara etimologi, istilah “pesantren” diambil dari padanan istilah pe-“santri”- an,
yg mana istilah “santri” bermakna anak didik dalam bahasa Jawa. Adapun kata
“'pondok'” diambil dari Bahasa Arab, yaitu “funduq” yg bermakna penginapan.
Beberapa pakar beropini bahwa istilah pesantren asal berasal istilah “santri” yang
diambil berasal bahasa Tamil yg dimaknai menjadi “guru mengaji”. ada jua yg beropini
bahwa kata santri dari berasal kata “sattiri” yang bermakna orang yg berdomisili di
sebuah asrama, tempat tinggal , gubuk atau bangunan keagamaan secara awam.
Abuddin Nata dalam karyanya Kapita Selekta Pendidikan Islam mendefinisikan
pesantren bermakna asrama dan daerah anak didik-murid belajar mengaji yang pada
dalamnya ada pondokan kiai, santri, masjid dan kitab (Nata, 2013).
Mukti Ali menilai sistem pengajaran dan pendidikan pesantren sangat baik, bahkan
sistem pendidikan pesantren diyakini sebagai lembaga pendidikan serta pengajaran
kepercayaan terbaik pada Indonesia. (Abdurrahman, 1993). akan tetapi metode
pedagogi yg diterapkan pada pesantren selalu dikesankan dengan pembelajaran
tradisional yang dianggap tertinggal dengan forum pendidikan lain mirip sekolah serta
madrasah. sang karenanya sistem pengajaran di pesantren perlu dikembangkan serta
bervariasi tanpa menghilangkan nilai-nilai kekhasan pendidikan pesantren.
Manajemen pesantren ialah bagian dari sistem dan proses aktivitas menyeluruh yg
dilakukan menggapai tujuan pesantren. Manajemen pendidikan pesantren yg benar
adalah yg selaras dengan konsep, tujuan, serta visi-misi yang sudah dirumuskan dan
menyesuaikan menggunakan kondisi santrinya. Pengaplikasian manajemen pesantren
hendaknya dilandaskan oleh nilai-nilai serta budaya luhur pesantren yg dipadukan dan
diselaraskan menggunakan sistem manajemen terbaru yaitu integrasi sistem pesantren
menggunakan sistem sekolah ataupun madrasah.
Pesantren sangat identik serta dekat menggunakan sosok kiai yg artinya sentral,
otoritas, pusat holistik kebijakan juga perubahan, dan umumnya kepemimpinan
pesantren yg bersifat individual (atau famili) bukan komunal (Mastuki, 2005). Sistem
mirip ini perlu dipandang kembali agar jauh asal kepentingan sebagian individu saja,
melainkan tetap menjalankan fungsinya menjadi forum pendidikan Islam yg menjadi
penggerak dalam pembentukan karakter peserta didik dengan pembekalan ilmu
pengetahuan kepercayaan .
Sistem manajerial pondok pesantren biasanya turun temurun diselenggarakan oleh
masyarakat melalui para ulama, kiai, serta seseorang yg ditokohkan kemudian
diwariskan pada generasi setelahnya. Kendati begitu, orang yang bertanggung jawab
dengan jalannya roda pendidikan di pesantren perlu mempunyai kompetensi yang baik
buat mengelola institusinya, baik berupa pengetahuan (kognitfi), keterampilan
(psikomotorik), maupun perilaku (afektif) yang sesuai menggunakan bidang yang
dikerjakannya. pada perkara ini, pimpinan pesantren perlu mampu membawa
perubahan serta penemuan untuk lembaga yang dipimpinnya ke arah yang lebih baik.
oleh karenanya perubahan sistem kepemimpinan pesantren hendaknya tidak bersifat
absolut (Atmari, 2022). Penyelenggara pendidikan pondok pesantren harus memahami
dan menerapkan fungsi- fungsi manajemen. pada samping itu, upaya optimalisasi asal
daya pondok pesantren pula perlu diperhatikan guna mencapai tujuan tadi secara efektif
serta efisien (Panut dkk., 2021).
Sebelum memulai dengan langkah dan gebrakan besar pada pondok pesantren,
maka yg perlu ditetapkan serta diformulasikan kembali artinya tujuan pendidikan di
pondok pesantren. Beberapa permasalahan yg timbul di sub bagian ini adalah
banyaknya pesantren yang sudah berdiri semenjak usang namun belum mempunyai
tujuan yg kentara dalam merealisasikan eksistensinya sebagai sebuah lembaga
pendidikan.
Bila dilihat berasal tujuan tadi, secara konseptual cenderung terkonsentrasi di duduk
perkara-dilema yang orientasinya akhirat (ukhrawiyah), tetapi hampir lepas asal
urusan-urusan keduniaan (dunyawiyah) sebagaimana pesantren hanya mendatangkan
kajian-kajian kepercayaan seperti tafsir, mustalah hadis, akidah/tauhid, fikih, ushul
fikih, nahwu/saraf, serta sebagainya. pada termin ini, pesantren dievaluasi sudah
berhasil menggapai tujuannya mencetak para pakar kepercayaan dan ulama. tapi
kebutuhan menelaah ilmu-ilmu umum dievaluasi belum terpenuhi menggunakan baik
mengingat persaingan lulusan setelah mengenyam pendidikan di pesantren yg belum
tergambar menggunakan kentara. menggunakan begitu permasalahan pondok pesantren
dalam hal ini dapat dideskripsikan bahwa sosok muslim yg dibentuk pada pondok
pesantren merupakan individu muslim yang terampil dan cakap dalam ilmu agama
namun belum mempunyai kecakapan Bila berhadapan dengan urusan ilmu global. Hal
ini diyakini karena fondasi atau landasan filosofis pesantren rapuh.
Dakwah dan Pendidikan Islam ialah inti berasal kehadiran pesantren pada
Indonesia. Hal ini sejalan menggunakan sejarah mula berdirinya lembaga pesantren
artinya daerah di mana nilai-nilai kepercayaan Islam diajarkan dan disebarluaskan
secara hening. oleh karena itu, penguatan fungsi pada misi dakwah serta pedagogi
Islam perlu dilakukan. dalam UU 18/2019 dirincikan bahwa pesantren wajib
menjalankan fungsi dakwah yg secara substansi melalui:
1) Upaya menyeru manusia ke jalan Allah Swt. dengan cara yang baik dan
menjauhi keburukan.
D. KESIMPULAN
Abdurrahman. (1993). 70 Tahun Mukti Ali: Agama dan Masyarakat. IAIN Sunan Kalijaga
Press.
Atmari. (2022). Pendidikan Pesantren Pasca UU Nomor 18 Tahun 2019: Studi Tata Kelola dan
Strategi Pengarusutamaan Pesantren di Indonesia. UIN Kiai Haji Achmad Siddiq Jember.