Makalah Ilmu Tauhid Kelompok 11
Makalah Ilmu Tauhid Kelompok 11
Disusun Oleh :
Kelompok 11
Dosen Pengampu :
T.A 2023/2024
KATA PENGANTAR
Dengan nama ALLAH yang Maha pengasih lagi Maha Penyayang, penulis memanjatkan
puji syukur atas kehadirat ALLAH SWT. Karena atas rahmat, dan hidayah-Nyalah sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Begitupula shalawat serta salam senantiasa
tercurahkan kepada nabi Muhammad saw beserta sahabat, keluarga dan pengikutnya yang
setia hingga akhir zaman.
Dalam penyusunan makalah ini penulis sedikit mengalami kesulitan dan rintangan,
namun berkat bantuan yang diberikan dari berbagai pihak, sehingga kesulitan-kesulitan
tersebut bisa teratasi dengan baik. Dengan demikian penulis lewat lembaran ini hendak
menyampaikan ucapan terimah kasih yang setinggi-tingginya kepada mereka, teriring doa
agar segenap bantuannya dalam urusan penyelesaian makalah ini, sehingga bernilai ibadah
disisi Allah swt.
Akhirnya penyusun menyadari bahwa makalah ini bukanlah sebuah proses akhir dari
segalanya, melainkan langkah awal yang masih memerlukan banyak koreksi, olehnya itu
kritik dan saran sangat diharapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya. Amin.
Pemakalah
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN......................................................................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................1
C. Tujuan Penulisan.............................................................................................................2
BAB II........................................................................................................................................3
PEMBAHASAN........................................................................................................................3
BAB III.....................................................................................................................................10
PENUTUP................................................................................................................................10
A. Kesimpulan...................................................................................................................10
B. Saran..............................................................................................................................10
C. Penutup..........................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................11
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
ال ََي ْن َه اُك ُم ُهللا َع ِن اَّلِذ ْي َن َلْم ُيَقاِتُلْو ُك ْم ِفى الِّد ْي ِن َو َلْم ُيْخ ِر ُجْو ُك ْم ِمْن ِد َي اِر ُك ْم َأْن َت َبُّر ْو ُه ْم َو َت ْق ِس ُط ْو ا
ِإَلْي ِهْم ِإَّن َهللا ُيِحُّب اْلُم ْق ِس ِط ْي َن
“Allah tiada melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang
yang tidak memerangimu kerana agama, dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu.
Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil”. Al-Mumtahanah, 60:8.
Realita yang memprihatinkan hari ini, banyak dari kalangan muslimin yang salah
kaprah. Sebagian mereka lebih mencintai dan memuliakan orang-orang kafir dari pada
orang-orang mukmin. Bahkan sebagian dari mereka mempercayai apa saja yang
dipropangandakan orang-orang kafir walau hal itu menjadikan saudaranya dari orang-
orang mukmin menderita. Atau juga mereka bersekongkol dengan musuh-musuh ALLÂH
dalam memerangi islam dan kaum muslimin baik secara fisik (peperangan) maupun
pemikiran. Ini sungguh memprihatinkan. Padahal nyatalah didalam kondisi yang paling
parah dalam salahnya menempatkan al-wala' dan al-baro' ini akan menjadikan mereka
justru bagian dari orang-orang kafir itu sendiri, begitulah ancaman ALLÂH. Dan ALLÂH
melarang orang-orang mukmin mengambil wali (pemimpin, pelindung dan penolong) dari
kalangan orang-orang yahudi, nasrani dan orang-orang kafir. Maka dari realita tersebut
kami ingin membahas tentang al-wala’ dan al-baro’.
B. Rumusan Masalah
1
C. Tujuan Penulisan
2
BAB II
PEMBAHASAN
Kedua konsep ini bersifat relatif dan dapat bervariasi tergantung pada konteksnya.
Loyalitas dan anti loyalitas dapat terjadi dalam berbagai bidang kehidupan, seperti dalam
hubungan pribadi, lingkungan kerja, politik, atau dalam kesetiaan terhadap merek atau
produk tertentu.2
Al Wala’ secara bahasa berarti dekat, sedangkan secara istilah berarti memberikan
pemuliaan penghormatan dan selalu ingin bersama yang dicintainya baik lahir maupun
batin. Dan al baro’ secara bahasa berarti terbebas atau lepas, sedangkan secara istilah
berarti memberikan permusuhan dan menjauhkan diri.
Terdapat beberapa pengertian wala’ menurut bahasa Arab ُلَغ ًةantaranya ialah:
1. ( َاْلَو ْلُيAl-Walyu Hampir atau dekat. Lihat: Mukhtasar as-Sahih. Ar-Razi
1
Fauzan, A., & Fauzan, S. B. Al-Wala dan Al-Baro.(Jakarta: Pustaka At-Tibyan.2012)hlm.42
2
Qahthani, A., & Sa'id, M. B Loyalitas dan Antiloyalitas Dalam Islam.(Solo: Pustaka
Era Intermedia.2010) hlm 20
3
2. ( َاْلَو ِلُّيAl-Waliyu) Setiap orang yang berkuasa, yang mempunyai kuasa seperti
pemerintah terhadap rakyatnya atau yang berkuasa ke atas urusan seseorang.
Lawan (al-Waliyu) َاْلَو ِلُّيialahُ (al-‘Aduwu) ( َاْلَع ُد ّوseteru atau musuh)
3. ( َاْلَم ْو َلىAl-Maula) Orang yang memerdekakan, yang dimerdekakan,
kemenangan, kawan, jiran, atau pembela. Seperti disebut: مولناMaulana.
4. ( َاْلُم َو اَالُةAl-Muwaalaatu) Musuh atau Permusuhan. Lawannya ( َاْلُمَع اَداُةAl-
Muadatu).
5. ( َاْلِو َالَي ُةAl-Wilaayatu) atau ( َاْلَو َالَي ُةAl-Walaayatu) Kuasa atau Kekuasaan atau
Pembelaan.
6. ( َاْلَو َالَيُةAl-Walaayatu) atau ( َاْلُمَو اَالُةAl-Muwaalaatu) Cinta, kasih sayang, setia,
pembelaan, penghormatan yang selaras dengan kecintaan secara bersungguh-
sungguh.3
الَ َيْنَهاُك ُم ُهللا َع ِن اَّلِذ ْيَن َلْم ُيَقاِتُلْو ُك ْم ِفى الِّدْيِن َو َلْم ُيْخ ِر ُج ْو ُك ْم ِم ْن ِدَياِر ُك ْم َأْن َتَبُّر ْو ُهْم َو َتْقِس ُطْو ا ِإَلْيِهْم ِإَّن َهللا ُيِحُّب
اْلُم ْقِس ِط ْيَن
3
Fauzan, A., & Fauzan, S. B. Al-Wala dan Al-Baro.(Jakarta: Pustaka At-Tibyan.2012)hlm.43
4
Annisa, V.KONSEP AL-WALA WAL BARA PERSPEKTIF SAYYID QUTHB.
(UIN SUNAN AMPEL SURABAYA.2020) hlm 21
4
“Allah tiada melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-
orang yang tidak memerangimu kerana agama, dan tidak (pula) mengusir kamu dari
negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil”.Al-
Mumtahanah,60:8.
Di dalam ayat ini terdapat firman: َاْن َتَبُّر ْو ُهْم َو َتْقِس ُطْو ا ِإَلْيِهْمbermaksud: “Hendaklah kamu
berbuat baik dan berlaku adil kepada mereka (orang-orang kafir)”.
Di dalam ayat yang mulia ini, Allah menyuruh orang-orang yang beriman agar
berbuat baik kepada orang-orang kafir secara umum, iaitu siapa sahaja atau apa sahaja
jenis kafirnya walaupun melibatkan keluarga seperti ibu dan bapa, namun tetap wajib
berbuat baik kepada mereka, seperti dijelaskan di dalam ayat di atas:
َأْن َتَبُّر ْو ُهْم َو ُتْقِس ُطْو ا ِإَلْيِهْم
“Hendaklah kamu berbuat baik dan berlaku adil kepada mereka”.
Di ayat yang lain Allah berfirman tentang perihal wajibnya berbuat baik kepada orang
kafir terutamanya Ibu dan bapa:
Dan seterusnya diwajibkan oleh Allah Azza wa-Jalla agar berbuat baik kepada orang-
orang kafir terutama pemerintah atau pihak yang berkuasa, kerana Allah ‘Azza wa-
Jalla telah berfirman kepada dua orang NabiNya, iaitu Nabi Musa dan Nabi Harun
‘alaihi mans-salam:
ِإْذ َهَبا ِإَلى ِفْر َع ْو َن ِإَّنُه َطَغى َفُقْو َال َلُه َقْو ًال َّلِّيًنا َلَعَّلُه َيَتَذ َّك ُر َأْو َيْخ َشى.
“Pergilah kamu berdua menemui Firaun kerana ia adalah seorang Tahgut.
Berbahasalah kamu berdua kepadanya dengan bahasa yang lemah lembut, mudah-
mudahan dia boleh ingat dan takut”. Taha, 20:44.
5
Adapun dalil-dalil yang mengharamkan seseorang mjukmin berwala (mencintai dan
berkasih sayang) dengan orang-orang kafir, tetapi tetap diwajibkan berbuat baik
kepada mereka ialah:
َالَتْج ُد ْو ا َقْو ًم ا ُيْؤ ِم ُنْو َن ِباِهلل َو اْلَيْو ِم ْاَألِخ ِر ُيْو اُد ْو َن َم ْن َح اَّد َهللا َو َر ُسْو َلُه َو َلْو َك اُنْو ا َء اَباَء ُهْم َأْو َأْبَناَء ُهْم َأْو
ِإْخ َو اَنُهْم َأْو َع ِش ْيَر َتُهْم
“Kamu tidak akan mendapati suatu kaum yang benar-benar beriman kepada Allah
dan hari akhirat, saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah
dan RasulNya (orang-orang kafir), sekalipun orang-orang (orang-orang yang kafir)
itu bapa-bapa, atau anak-anak atau saudara-saudara ataupun keluarga mereka”. Al-
Mujadilah, 58:22.
5
Syuhud, A. F.Ahlussunnah Wal Jamaah : Islam Wasathiyah, Tasamuh. Cinta Damai.
(Malang: Pustaka Alkhoirot.2022)
6
dan mendekatkan diri. Asal makna al-‘Adawah (al-Bara’) ialah kebencian dan
menjauhkan diri.6
6
Fauzan, A., & Fauzan, S. B. Al-Wala dan Al-Baro.(Jakarta: Pustaka At-Tibyan.2012)hlm.52
7
c. Tidak memberikan kasih sayang kepada orang kafir, tidak bergaul dan bersahabat
dengan mereka.
d. Tidak meniru mereka dalam hal yang merupakan ciri dan kebiasaan mereka baik
yang berkaitan dengan keduniaan (misalnya cara berpakaian, cara makan) maupun
agama (misalnya merayakan hari raya mereka).
e. Tidak boleh menolong, memuji dan mendukung mereka dalam menyempitkan
umat Islam.
f. Tidak memintakan ampunan kepada Allah bagi mereka dan tidak bersikap lunak
terhadap mereka.
g. Tidak berhukum kepada mereka atau ridha dengan hukum mereka sementara
mereka meninggalkan hukum Allah dan Rasul-Nya.7
7
Fauzan, A., & Fauzan, S. B. Al-Wala dan Al-Baro.(Jakarta: Pustaka At-Tibyan.2012)hlm.54
8
5. Hal yang Perlu Diperhatikan dalam Al Wala’ wal Baro’
a. Seorang muslimah yang memiliki orang tua kafir hendaknya tetap berbuat baik
pada orang tua. Dan tidak diperbolehkan menaati orang tua dalam meninggalkan
perintah Allah dan melanggar larangan-Nya.
b. Diharamkan bagi muslimah untuk menikah dengan laki-laki kafir karena agama
seorang wanita mengikuti agama suaminya.9
C. Kedudukan Al-Wala' Wal Bara' Dalam Islam
Di antara hak tauhid adalah mencintai ahlinya yaitu para muwahhidin, serta
memutuskan hubungan dengan para musuhnya yaitu kaum musyrikin. Allah
Subhannahu wa Ta'ala berfirman:
ِإَّنَم ا َو ِلُّيُك ُم ُهَّللا َو َر ُسوُلُه َو اَّلِذ يَن آَم ُنوا اَّلِذ يَن ُيِقيُم وَن الَّصالَة َو ُيْؤ ُتوَن الَّز َكاَة َو ُهْم َر اِكُعوَن
َو َم ْن َيَتَو َّل َهَّللا َو َر ُسوَلُه َو اَّلِذ يَن آَم ُنوا َفِإَّن ِح ْز َب ِهَّللا ُهُم اْلَغاِلُبوَن
"Sesungguhnya penolong kamu hanyalah Allah, RasulNya, dan orang-orang yang
beriman, yang mendirikan shalat dan menunaikan zakat, seraya mereka tunduk
(kepada Allah). Dan barang-siapa mengambil Allah, RasulNya dan orang-orang
yang beri-man menjadi penolongnya, maka sesungguhnya pengikut (agama) Allah
itulah yang pasti menang." (Al-Maidah: 55-56)
ٰٓيَاُّيَها اَّلِذ ْيَن ٰا َم ُنْو ا اَل َتَّتِخ ُذ وا اْلَيُهْو َد َو الَّنٰص ٰٓر ى َاْو ِلَيۤا َء ۘ َبْعُض ُهْم َاْو ِلَيۤا ُء َبْع ٍۗض َو َم ْن َّيَتَو َّلُهْم ِّم ْنُك ْم َفِاَّنٗه
ِم ْنُهْم ۗ ِاَّن َهّٰللا اَل َيْهِد ى اْلَقْو َم الّٰظ ِلِم ْيَن
9
َٰٓيَأُّيَها ٱَّلِذ يَن َء اَم ُنو۟ا اَل َتَّتِخ ُذ و۟ا َع ُد ِّو ى َو َع ُد َّو ُك ْم َأْو ِلَيٓا
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil musuhKu dan musuhmu
menjadi teman-teman setia ..." (Al-Mumtahanah: 1)
Kedudukan al-wala' wal bara' dalam Islam sangatlah tinggi, karena dialah tali
iman yang paling kuat. Sebagaimana sabda Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam:
"Tali iman paling kuat adalah cinta karena Allah dan benci karena Allah." (HR. Ibnu
Jarir)
Dan dengan al-wala' wal bara'-lah kewalian Allah dapat tergapai. Diriwayatkan oleh
Abdullah Ibnu Abbas Radhiallaahu anhu:
"Siapa yang mencintai karena Allah, membenci karena Allah, memberi wala' karena
Allah dan memusuhi karena Allah maka sesungguhnya dapat diperoleh kewalian
Allah hanya dengan itu. Dan seorang hamba itu tidak akan merasakan lezatnya iman,
sekali pun banyak shalat dan puasanya, sehingga ia melakukan hal tersebut. Dan
telah menjadi umum persaudaraan manusia berdasarkan kepentingan duniawi, yang
demikian itu tidaklah bermanfaat sedikit pun bagi para pelakunya." (HR. Thabrani
dalam Al-Kabir) .10
10
Sa'id, S. M. Al-Wala’ Wal Bara’ Konsep Loyalitas Dan Permusuhan Dalam Islam.
(Jakarta: Ummul Qura.2013) hlm 30
10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Al wala wal bara adalah konsep dalam Islam yang mengacu pada loyalitas dan
penolakan terhadap suatu hal. Al wala mengacu pada loyalitas, cinta, dan dukungan
terhadap hal-hal yang dianggap baik atau sesuai dengan ajaran Islam, sementara al bara
mengacu pada penolakan, distansi, atau pemisahan dari hal-hal yang dianggap
bertentangan dengan ajaran Islam. Ini adalah konsep yang kompleks dan dapat
diinterpretasikan secara berbeda oleh berbagai kelompok Muslim. Namun, beberapa poin
utama tentang al wala wal bara dapat diambil sebagai kesimpulan:
1. Loyalitas kepada Islam : Al wala mendorong untuk memiliki loyalitas yang kuat
terhadap Islam, sesama Muslim, dan nilai-nilai agama. Ini mencakup cinta kepada
Allah, Rasulullah, Kitab Suci Al-Quran, dan komunitas Muslim.
2. Penolakan terhadap yang Bertentangan dengan Islam : Al bara menekankan
penolakan terhadap hal-hal yang dianggap bertentangan dengan ajaran Islam. Ini
dapat mencakup penolakan terhadap praktik-praktik atau nilai-nilai yang dianggap
menyalahi agama.
3. Pemisahan dari yang Haram : Al bara juga melibatkan pemisahan diri dari yang
dianggap haram (terlarang menurut ajaran Islam). Ini termasuk penghindaran dari
tindakan-tindakan dosa atau kegiatan yang dianggap melanggar prinsip-prinsip
agama.
4. Tidak Menjustifikasi Kekerasan atau Diskriminasi : Penting untuk dicatat bahwa al
wala wal bara dalam konteks ajaran Islam tidak harus diartikan sebagai alasan untuk
kekerasan atau diskriminasi terhadap individu atau kelompok lain. Hal ini sering
disalahpahami dan harus diinterpretasikan dengan bijaksana dan dalam konteks
kedamaian serta toleransi.
5. Konteks Budaya dan Interpretasi yang Berbeda : Konsep ini bisa diinterpretasikan
berbeda dalam berbagai konteks budaya dan sosial di dunia Muslim. Penafsiran
terhadap al wala wal bara dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti latar
belakang sejarah, kebudayaan, dan pemahaman teologis.
11
Penting untuk diingat bahwa al wala wal bara adalah konsep yang kompleks dalam
Islam dan dapat dipahami dan diinterpretasikan secara berbeda oleh para ulama dan
komunitas Muslim. Kekuatan dari konsep ini seharusnya mendorong kesatuan,
solidaritas, serta pemahaman yang lebih baik terhadap nilai-nilai Islam, bukan menjadi
alasan untuk konflik atau pembagian dalam masyarakat.
B. Saran
Semoga makalah yang kami susun dapat bermanfaat bagi para pembaca dan dapat
memberikan pengetahuan tentang apa – apa saja jaringan komputer itu. Kami menyadari
bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, maka dari itu kritik dan saran yang
membangun sangatlah dibutuhkan penyusun, mengingat masih banyak kekurangan dari
karya ini.
C. Penutup
Dalam makalah ini, kami telah mengeksplorasi konsep al wala wal bara dalam Islam.
Konsep ini menyoroti pentingnya loyalitas terhadap ajaran Islam, sekaligus penolakan
terhadap hal-hal yang dianggap bertentangan dengan nilai-nilai agama. Al wala
menekankan pentingnya cinta, dukungan, dan kesetiaan kepada Allah, Rasulullah, Al-
Quran, serta komunitas Muslim. Di sisi lain, al bara menekankan penolakan terhadap
praktik-praktik yang dianggap melanggar prinsip-prinsip agama dan pemisahan diri dari
yang dianggap haram. Namun demikian, penting untuk dipahami bahwa konsep ini dapat
diinterpretasikan berbeda oleh berbagai kelompok Muslim dan dapat dipengaruhi oleh
konteks budaya serta pemahaman teologis yang beragam. Perlu juga ditekankan bahwa
konsep ini seharusnya tidak digunakan sebagai alasan untuk kekerasan atau diskriminasi
terhadap individu atau kelompok lain.
Dengan pemahaman yang mendalam terhadap al wala wal bara, diharapkan dapat
mendorong kesatuan, toleransi, dan pemahaman yang lebih baik terhadap nilai-nilai Islam
di antara umat Muslim. Konsep ini seharusnya memperkuat ikatan komunitas, bukan
menyebabkan perpecahan. Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang
berguna dan merangsang pemikiran lebih lanjut tentang konsep ini dalam konteks ajaran
Islam. Dengan demikian, penting bagi para pembaca untuk melanjutkan penelitian
mereka sendiri untuk mendapatkan pemahaman yang lebih komprehensif tentang konsep
al wala wal bara dalam Islam.
12
DAFTAR PUSTAKA
Fauzan, A., & Fauzan, S. B. (2012). Al-Wala dan Al-Baro. Jakarta: Pustaka At-Tibyan.
Qahthani, A., & Sa'id, M. B. (2010). Loyalitas dan Antiloyalitas Dalam Islam. Solo: Pustaka
Era Intermedia.
Sa'id, S. M. (2013). Al-Wala’ Wal Bara’ Konsep Loyalitas Dan Permusuhan Dalam Islam.
Jakarta: Ummul Qura.
St, J. (2020). SYAHADAT MEMBANGUN VISI DAN MISI KEHIDUPAN. Jurnal Ilmiah
Islamic , 145.
Syuhud, A. F. (2022). Ahlussunnah Wal Jamaah : Islam Wasathiyah, Tasamuh. Cinta Damai.
Malang: Pustaka Alkhoirot.
13