Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

KUNCI KESEMPURNAAN TAUHID

Disusun Oleh :

Kelompok 11

1. Mutiara Delvia 2523289

2. Agung Pratama Muslim 2523273


3. Hafizuddin Kamil 2523288

Dosen Pengampu :

Dr. Elvi Rahmi, M.A

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

PENDIDIKAN TEKNIK INFORMATIKA DAN KOMPUTER

UIN SJECH M. DJAMIL DJAMBEK BUKITTINGGI

T.A 2023/2024
KATA PENGANTAR

Dengan nama ALLAH yang Maha pengasih lagi Maha Penyayang, penulis memanjatkan
puji syukur atas kehadirat ALLAH SWT. Karena atas rahmat, dan hidayah-Nyalah sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Begitupula shalawat serta salam senantiasa
tercurahkan kepada nabi Muhammad saw beserta sahabat, keluarga dan pengikutnya yang
setia hingga akhir zaman.
Dalam penyusunan makalah ini penulis sedikit mengalami kesulitan dan rintangan,
namun berkat bantuan yang diberikan dari berbagai pihak, sehingga kesulitan-kesulitan
tersebut bisa teratasi dengan baik. Dengan demikian penulis lewat lembaran ini hendak
menyampaikan ucapan terimah kasih yang setinggi-tingginya kepada mereka, teriring doa
agar segenap bantuannya dalam urusan penyelesaian makalah ini, sehingga bernilai ibadah
disisi Allah swt.
Akhirnya penyusun menyadari bahwa makalah ini bukanlah sebuah proses akhir dari
segalanya, melainkan langkah awal yang masih memerlukan banyak koreksi, olehnya itu
kritik dan saran sangat diharapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya. Amin.

Bukittinggi, 6 November 2023

Pemakalah

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................i

DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii

BAB I.........................................................................................................................................1

PENDAHULUAN......................................................................................................................1

A. Latar Belakang................................................................................................................1

B. Rumusan Masalah...........................................................................................................1

C. Tujuan Penulisan.............................................................................................................2

BAB II........................................................................................................................................3

PEMBAHASAN........................................................................................................................3

A. Pengertian Al Wala’ dan Al Bara’.................................................................................3

B. Hal-Hal Mengenai Al wala’ dan Al bara’.......................................................................6

C. Kedudukan Al-Wala' Wal Bara' Dalam Islam................................................................8

BAB III.....................................................................................................................................10

PENUTUP................................................................................................................................10

A. Kesimpulan...................................................................................................................10

B. Saran..............................................................................................................................10

C. Penutup..........................................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................11

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

‫ال ََي ْن َه اُك ُم ُهللا َع ِن اَّلِذ ْي َن َلْم ُيَقاِتُلْو ُك ْم ِفى الِّد ْي ِن َو َلْم ُيْخ ِر ُجْو ُك ْم ِمْن ِد َي اِر ُك ْم َأْن َت َبُّر ْو ُه ْم َو َت ْق ِس ُط ْو ا‬
‫ِإَلْي ِهْم ِإَّن َهللا ُيِحُّب اْلُم ْق ِس ِط ْي َن‬

“Allah tiada melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang
yang tidak memerangimu kerana agama, dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu.
Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil”. Al-Mumtahanah, 60:8.

Realita yang memprihatinkan hari ini, banyak dari kalangan muslimin yang salah
kaprah. Sebagian mereka lebih mencintai dan memuliakan orang-orang kafir dari pada
orang-orang mukmin. Bahkan sebagian dari mereka mempercayai apa saja yang
dipropangandakan orang-orang kafir walau hal itu menjadikan saudaranya dari orang-
orang mukmin menderita. Atau juga mereka bersekongkol dengan musuh-musuh ALLÂH
dalam memerangi islam dan kaum muslimin baik secara fisik (peperangan) maupun
pemikiran. Ini sungguh memprihatinkan. Padahal nyatalah didalam kondisi yang paling
parah dalam salahnya menempatkan al-wala' dan al-baro' ini akan menjadikan mereka
justru bagian dari orang-orang kafir itu sendiri, begitulah ancaman ALLÂH. Dan ALLÂH
melarang orang-orang mukmin mengambil wali (pemimpin, pelindung dan penolong) dari
kalangan orang-orang yahudi, nasrani dan orang-orang kafir. Maka dari realita tersebut
kami ingin membahas tentang al-wala’ dan al-baro’.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian Al Wala’ dan Al Bara’ ?


2. Apa saja hal-hal mengenai Al Wala’ dan Al Bara’ ?
3. Apa saja jenis-jenis Wala’ yang sunnah dan bid’ah ?
4. Bagaimana kedudukan al wala’ dan al bara’ dalam islam ?
5. Kepada siapa kita sewajarnya ber wala’ dan ber bara’ ?

1
C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui pengertian dari al wala’ dan al bara’


2. Untuk mengetahui hal-hal mengenai al wala’ dan al bara’
3. Untuk mengetahui jenis-jenis wala’ yang sunnah dan bid’ah
4. Untuk mengetahui kedudukan al wala’ dan al bara’ dalam islam
5. Untuk mengetahui kepada siapa sewajarnya ber wala’ dan ber bara’

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Al Wala’ dan Al Bara’


Pondasi al-wala' adalah sikap kecintaan, dan pondasi al-baro' adalah kebencian. Dari
keduanya lahirlah sebagian perbuatan hati dan anggota badan yang termasuk hakikat
loyalitas dan antiloyalitas.1
Loyalitas adalah kesetiaan atau komitmen yang kuat terhadap seseorang, suatu ide,
atau entitas tertentu. Ini mencakup kesediaan untuk mempertahankan, mendukung, dan
tetap setia terhadap hubungan, prinsip, atau organisasi meskipun adanya tekanan, godaan,
atau kesulitan. Loyalitas sering kali berkaitan dengan perasaan afektif atau emosional
yang mengarah pada perilaku yang konsisten dalam mendukung atau mempertahankan
sesuatu.
Anti loyalitas, di sisi lain, bisa dianggap sebagai kebalikan dari loyalitas. Ini
mencakup penolakan atau ketidaksetiaan terhadap suatu hal, entitas, atau orang. Anti
loyalitas bisa muncul karena beberapa alasan, seperti ketidakpuasan terhadap suatu
organisasi, prinsip yang bertentangan, atau perasaan pengkhianatan yang memicu sikap
untuk menentang atau menolak sesuatu yang sebelumnya didukung atau dipertahankan.

Kedua konsep ini bersifat relatif dan dapat bervariasi tergantung pada konteksnya.
Loyalitas dan anti loyalitas dapat terjadi dalam berbagai bidang kehidupan, seperti dalam
hubungan pribadi, lingkungan kerja, politik, atau dalam kesetiaan terhadap merek atau
produk tertentu.2
Al Wala’ secara bahasa berarti dekat, sedangkan secara istilah berarti memberikan
pemuliaan penghormatan dan selalu ingin bersama yang dicintainya baik lahir maupun
batin. Dan al baro’ secara bahasa berarti terbebas atau lepas, sedangkan secara istilah
berarti memberikan permusuhan dan menjauhkan diri.
Terdapat beberapa pengertian wala’ menurut bahasa Arab ‫ ُلَغ ًة‬antaranya ialah:
1. ‫( َاْلَو ْلُي‬Al-Walyu  Hampir atau dekat. Lihat: Mukhtasar as-Sahih. Ar-Razi
1
Fauzan, A., & Fauzan, S. B. Al-Wala dan Al-Baro.(Jakarta: Pustaka At-Tibyan.2012)hlm.42
2
Qahthani, A., & Sa'id, M. B Loyalitas dan Antiloyalitas Dalam Islam.(Solo: Pustaka
Era Intermedia.2010) hlm 20
3
2. ‫( َاْلَو ِلُّي‬Al-Waliyu)  Setiap orang yang berkuasa, yang mempunyai kuasa seperti
pemerintah terhadap rakyatnya atau yang berkuasa ke atas urusan seseorang.
Lawan (al-Waliyu) ‫ َاْلَو ِلُّي‬ialahُ (al-‘Aduwu) ‫( َاْلَع ُد ّو‬seteru atau musuh)
3. ‫( َاْلَم ْو َلى‬Al-Maula)  Orang yang memerdekakan, yang dimerdekakan,
kemenangan, kawan, jiran, atau pembela. Seperti disebut: ‫ مولنا‬Maulana.
4. ‫( َاْلُم َو اَالُة‬Al-Muwaalaatu)  Musuh atau Permusuhan. Lawannya ‫( َاْلُمَع اَداُة‬Al-
Muadatu).
5. ‫( َاْلِو َالَي ُة‬Al-Wilaayatu) atau ‫( َاْلَو َالَي ُة‬Al-Walaayatu) Kuasa atau Kekuasaan atau
Pembelaan.
6. ‫( َاْلَو َالَيُة‬Al-Walaayatu) atau ‫( َاْلُمَو اَالُة‬Al-Muwaalaatu)  Cinta, kasih sayang, setia,
pembelaan, penghormatan yang selaras dengan kecintaan secara bersungguh-
sungguh.3

Menurut para ahli :


1. Al-Wala’ Menurut Manhaj Salaf As-Soleh
Al-Wala’ diambil dari kalimah Arab iaitu‫ َاْلَم ْو َلى‬- ‫ َاْل َو ِلُّي‬- ‫ َاْل َو ْلُي‬atau lebih tepat
diertikan sebagai: Pembelaan, mengagungkan, membesarkan, memuliakan dengan
penuh setia dan cinta atau berkasih sayang kepada yang dicintai oleh Allah secara
lahir dan batin. Wala’ juga bermaksud kecintaan kepada Allah Azza wa-Jalla,
Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa-sallam dan sekian orang mukmin. Al-Bara’ pula
adalah lawan kepada al-Bara’ yang bermaksud benci dan berlepas diri dari musuh-
musuh Allah seperti Yahudi, Nasrani, Majusi dan setiap orang kafir yang memusuhi
Allah, RasulNya dan orang yang beriman.4
Oleh kerana al-Wala’ terselit maksud cinta dan kasih sayang, maka tidak boleh
seseorang yang beriman mencintai atau berkasih sayang (berwala’) dengan orang-
orang kafir, sama ada kafir Yahudi, Nasrani atau Majusi, tetapi diperintahkan agar
berbuat baik, bersopan santun dan berkata-kata yang mulia kepada mereka terutama
jika ia orang yang berkuasa atau pemerintah. Dalilnya ialah firman Allah:

‫الَ َيْنَهاُك ُم ُهللا َع ِن اَّلِذ ْيَن َلْم ُيَقاِتُلْو ُك ْم ِفى الِّدْيِن َو َلْم ُيْخ ِر ُج ْو ُك ْم ِم ْن ِدَياِر ُك ْم َأْن َتَبُّر ْو ُهْم َو َتْقِس ُطْو ا ِإَلْيِهْم ِإَّن َهللا ُيِحُّب‬
‫اْلُم ْقِس ِط ْيَن‬
3
Fauzan, A., & Fauzan, S. B. Al-Wala dan Al-Baro.(Jakarta: Pustaka At-Tibyan.2012)hlm.43
4
Annisa, V.KONSEP AL-WALA WAL BARA PERSPEKTIF SAYYID QUTHB.
(UIN SUNAN AMPEL SURABAYA.2020) hlm 21
4
“Allah tiada melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-
orang yang tidak memerangimu kerana agama, dan tidak (pula) mengusir kamu dari
negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil”.Al-
Mumtahanah,60:8.

Di dalam ayat ini terdapat firman: ‫ َاْن َتَبُّر ْو ُهْم َو َتْقِس ُطْو ا ِإَلْيِهْم‬bermaksud: “Hendaklah kamu
berbuat baik dan berlaku adil kepada mereka (orang-orang kafir)”.

Di dalam ayat yang mulia ini, Allah menyuruh orang-orang yang beriman agar
berbuat baik kepada orang-orang kafir secara umum, iaitu siapa sahaja atau apa sahaja
jenis kafirnya walaupun melibatkan keluarga seperti ibu dan bapa, namun tetap wajib
berbuat baik kepada mereka, seperti dijelaskan di dalam ayat di atas:
‫َأْن َتَبُّر ْو ُهْم َو ُتْقِس ُطْو ا ِإَلْيِهْم‬
“Hendaklah kamu berbuat baik dan berlaku adil kepada mereka”.

Di ayat yang lain Allah berfirman tentang perihal wajibnya berbuat baik kepada orang
kafir terutamanya Ibu dan bapa:

‫َو َص اِح ْبُهَم ا ِفى الُّد ْنَيا َم ْع ُرْو ًفا‬


“Maka bergaullah dengan keduanya di dunia dengan baik”. Luqman 31:15.

Dan seterusnya diwajibkan oleh Allah Azza wa-Jalla agar berbuat baik kepada orang-
orang kafir terutama pemerintah atau pihak yang berkuasa, kerana Allah ‘Azza wa-
Jalla telah berfirman kepada dua orang NabiNya, iaitu Nabi Musa dan Nabi Harun
‘alaihi mans-salam:

‫ِإْذ َهَبا ِإَلى ِفْر َع ْو َن ِإَّنُه َطَغى َفُقْو َال َلُه َقْو ًال َّلِّيًنا َلَعَّلُه َيَتَذ َّك ُر َأْو َيْخ َشى‬.
“Pergilah kamu berdua menemui Firaun kerana ia adalah seorang Tahgut.
Berbahasalah kamu berdua kepadanya dengan bahasa yang lemah lembut, mudah-
mudahan dia boleh ingat dan takut”. Taha, 20:44.

5
Adapun dalil-dalil yang mengharamkan seseorang mjukmin berwala (mencintai dan
berkasih sayang) dengan orang-orang kafir, tetapi tetap diwajibkan berbuat baik
kepada mereka ialah:

‫َالَتْج ُد ْو ا َقْو ًم ا ُيْؤ ِم ُنْو َن ِباِهلل َو اْلَيْو ِم ْاَألِخ ِر ُيْو اُد ْو َن َم ْن َح اَّد َهللا َو َر ُسْو َلُه َو َلْو َك اُنْو ا َء اَباَء ُهْم َأْو َأْبَناَء ُهْم َأْو‬
‫ِإْخ َو اَنُهْم َأْو َع ِش ْيَر َتُهْم‬
“Kamu tidak akan mendapati suatu kaum yang benar-benar beriman kepada Allah
dan hari akhirat, saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah
dan RasulNya (orang-orang kafir), sekalipun orang-orang (orang-orang yang kafir)
itu bapa-bapa, atau anak-anak atau saudara-saudara ataupun keluarga mereka”. Al-
Mujadilah, 58:22.

Dimaksudkan “Orang-orang yang menentang Allah dan RasulNya” ialah orang-orang


kafir sama ada Yahudi, Nasrani atau majusi. Maka orang yang beriman kepada Allah
dan hari akhirat, pasti tidak akan berkasih sayang (saling mencintai) atau berwala’
kepada orang-orang kafir, kerana erti wala’ ialah kasih sayang atau cinta yang
diwajibkan kepada Allah, Rasullullah dan orang-orang Islam. Sekalian umat Islam
diwajibkan mentaati ayat ini sehinggalah ke hari kiamat, kerana ayat ini tidak mansuh
(tidak dibatalkan).5

2. Al-Bara’ Mengikut Manhaj Salaf as-Soleh


Pengertian Al-Bara’ menurut bahasa ‫ ُلُغًة‬ialah sebagaimana disebut: ‫َبِر َئ ِم ْنُه‬
bermaksud: Bebas atau berlepas diri darinya, tiada kena-mengena atau tidak terlibat
dengannya. Misalnya, apabila seseorang berkata: bermaksud: Dia telah terlepas dari
hutang-piutang.
Kalimat al-Bara’ menurut istilah ialah lawan bagi kalimah al-wala’. Berkata Ibn
Taimiyah rahimahullah : “Al-Walaayah (al-Wala’) adalah lawan kepada perkataan
al-‘Adawah (permusuhan). Adapun asal makna al-walaayah (al-wala’) adalah cinta

5
Syuhud, A. F.Ahlussunnah Wal Jamaah : Islam Wasathiyah, Tasamuh. Cinta Damai.
(Malang: Pustaka Alkhoirot.2022)

6
dan mendekatkan diri. Asal makna al-‘Adawah (al-Bara’) ialah kebencian dan
menjauhkan diri.6

B. Hal-Hal Mengenai Al wala’ dan Al bara’


1. Siapa yang Berhak Mendapatkan Wala’ dan Baro’ ?
a. Orang yang mendapat wala’ secara mutlak, yaitu orang-orang mukmin yang
beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, menjalankan kewajiban dan meninggalkan
larangan di atas tauhid.
b. Orang yang mendapat wala’ dari satu segi dan mendapat baro’ dari satu segi,
yaitu muslim yang bermaksiat, menyepelekan sebagian kewajiban dan melakukan
sebagian yang diharamkan.
c. Orang yang mendapat baro’ secara mutlak, yaitu orang musyrik dan kafir serta
muslim yang murtad, melakukan kesyirikan, meninggalkan shalat wajib dan
pembatal keislaman lain.
2. Sebagian Tanda Al Wala’
Hijrah, yaitu pindah dari lingkungan syirik ke lingkungan islami, dari lingkungan
maksiat ke lingkungan orang-orang yang taat.
a. Wajib mencintai saudara muslim sebagaimana mencintai diri sendiri dan senang
kebaikan ada pada mereka sebagaimana senang kebaikan ada pada diri sendiri
serta tidak dengki dan angkuh terhadap mereka.
b. Wajib memprioritaskan bergaul dengan kaum muslimin.
c. Menunaikan hak mereka: menjenguk yang sakit, mengiring jenazah, tidak curang
dalam muamalah, tidak mengambil harta dengan cara yang bathil, dsb.
d. Bergabung dengan jama’ah mereka dan senang berkumpul bersama mereka.
e. Lemah lembut dan berbuat baik terhadap kaum muslimin, mendoakan dan
memintakan ampun kepada Allah bagi mereka.

3. Di Antara Tanda Al Baro’


a. Membenci kesyirikan dan kekufuran serta orang yang melakukannya, walau
dengan menyembunyikan kebencian tersebut.
b. Tidak mengangkat orang-orang kafir sebagai pemimpin dan orang kepercayaan
untuk menjaga rahasia dan bertanggungjawab terhadap pekerjaan yang penting.

6
Fauzan, A., & Fauzan, S. B. Al-Wala dan Al-Baro.(Jakarta: Pustaka At-Tibyan.2012)hlm.52
7
c. Tidak memberikan kasih sayang kepada orang kafir, tidak bergaul dan bersahabat
dengan mereka.
d. Tidak meniru mereka dalam hal yang merupakan ciri dan kebiasaan mereka baik
yang berkaitan dengan keduniaan (misalnya cara berpakaian, cara makan) maupun
agama (misalnya merayakan hari raya mereka).
e. Tidak boleh menolong, memuji dan mendukung mereka dalam menyempitkan
umat Islam.
f. Tidak memintakan ampunan kepada Allah bagi mereka dan tidak bersikap lunak
terhadap mereka.
g. Tidak berhukum kepada mereka atau ridha dengan hukum mereka sementara
mereka meninggalkan hukum Allah dan Rasul-Nya.7

4. Manfaat Al Wala’ wal Baro’


a. Mendapatkan kecintaan Allah
“Allah berfirman, “Telah menjadi wajib kecintaanKu bagi orang-orang yang
saling mencintai karena Aku.” (HR. Malik, Ahmad, Ibnu Hibban, Hakim)
b. Mendapatkan naungan ‘Arsy Allah pada hari kiamat
“Sesungguhnya Allah berfirman pada hari kiamat: ‘Mana orang-orang yang
saling mencintai karena kemuliaan-Ku? Hari ini Aku lindungi mereka di bawah
naunganKu pada hari yang tidak ada naungan kecuali naungan-Ku.” (Hadits
Qudsi riwayat Muslim)
c. Meraih manisnya iman
“Barangsiapa yang ingin meraih manisnya iman, hendaklah dia mencintai
seseorang yang mana dia tidak mencintainya kecuali karena Allah.” (HR.
Ahmad)
d. Masuk surga
“Tidaklah kalian masuk surga sehingga kalian beriman dan tidaklah kalian
beriman sehingga kalian saling mencintai.” (HR. Muslim)
e. Menyempurnakan iman
“Barangsiapa yang mencintai dan membenci, memberi dan menahan karena
Allah maka telah sempurnalah imannya.” (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi, Hadits
Hasan)8

7
Fauzan, A., & Fauzan, S. B. Al-Wala dan Al-Baro.(Jakarta: Pustaka At-Tibyan.2012)hlm.54
8
5. Hal yang Perlu Diperhatikan dalam Al Wala’ wal Baro’
a. Seorang muslimah yang memiliki orang tua kafir hendaknya tetap berbuat baik
pada orang tua. Dan tidak diperbolehkan menaati orang tua dalam meninggalkan
perintah Allah dan melanggar larangan-Nya.
b. Diharamkan bagi muslimah untuk menikah dengan laki-laki kafir karena agama
seorang wanita mengikuti agama suaminya.9
C. Kedudukan Al-Wala' Wal Bara' Dalam Islam
Di antara hak tauhid adalah mencintai ahlinya yaitu para muwahhidin, serta
memutuskan hubungan dengan para musuhnya yaitu kaum musyrikin. Allah
Subhannahu wa Ta'ala berfirman:
‫ِإَّنَم ا َو ِلُّيُك ُم ُهَّللا َو َر ُسوُلُه َو اَّلِذ يَن آَم ُنوا اَّلِذ يَن ُيِقيُم وَن الَّصالَة َو ُيْؤ ُتوَن الَّز َكاَة َو ُهْم َر اِكُعوَن‬

‫َو َم ْن َيَتَو َّل َهَّللا َو َر ُسوَلُه َو اَّلِذ يَن آَم ُنوا َفِإَّن ِح ْز َب ِهَّللا ُهُم اْلَغاِلُبوَن‬
"Sesungguhnya penolong kamu hanyalah Allah, RasulNya, dan orang-orang yang
beriman, yang mendirikan shalat dan menunaikan zakat, seraya mereka tunduk
(kepada Allah). Dan barang-siapa mengambil Allah, RasulNya dan orang-orang
yang beri-man menjadi penolongnya, maka sesungguhnya pengikut (agama) Allah
itulah yang pasti menang." (Al-Maidah: 55-56)

‫ٰٓيَاُّيَها اَّلِذ ْيَن ٰا َم ُنْو ا اَل َتَّتِخ ُذ وا اْلَيُهْو َد َو الَّنٰص ٰٓر ى َاْو ِلَيۤا َء ۘ َبْعُض ُهْم َاْو ِلَيۤا ُء َبْع ٍۗض َو َم ْن َّيَتَو َّلُهْم ِّم ْنُك ْم َفِاَّنٗه‬
‫ِم ْنُهْم ۗ ِاَّن َهّٰللا اَل َيْهِد ى اْلَقْو َم الّٰظ ِلِم ْيَن‬

"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi


dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin (mu); sebahagian mereka adalah
pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa di antara kamu mengambil
mereka men-jadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan
mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang
zalim." (Al-Maidah: 51)
8
Annisa, V.KONSEP AL-WALA WAL BARA PERSPEKTIF SAYYID QUTHB.
(UIN SUNAN AMPEL SURABAYA.2020) hlm 22
9
Fauzan, A., & Fauzan, S. B. Al-Wala dan Al-Baro.(Jakarta: Pustaka At-Tibyan.2012)hlm.55

9
‫َٰٓيَأُّيَها ٱَّلِذ يَن َء اَم ُنو۟ا اَل َتَّتِخ ُذ و۟ا َع ُد ِّو ى َو َع ُد َّو ُك ْم َأْو ِلَيٓا‬

"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil musuhKu dan musuhmu
menjadi teman-teman setia ..." (Al-Mumtahanah: 1)

Dari ayat-ayat di atas jelaslah tentang wajibnya loyalitas kepada orang-orang


mukmin, dan memusuhi orang-orang kafir; serta kewajiban menjelaskan bahwa loyal
kepada sesama umat Islam adalah ke-bajikan yang amat besar, dan loyal kepada orang
kafir adalah bahaya besar.

Kedudukan al-wala' wal bara' dalam Islam sangatlah tinggi, karena dialah tali
iman yang paling kuat. Sebagaimana sabda Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam:

"Tali iman paling kuat adalah cinta karena Allah dan benci karena Allah." (HR. Ibnu
Jarir)

Dan dengan al-wala' wal bara'-lah kewalian Allah dapat tergapai. Diriwayatkan oleh
Abdullah Ibnu Abbas Radhiallaahu anhu:

"Siapa yang mencintai karena Allah, membenci karena Allah, memberi wala' karena
Allah dan memusuhi karena Allah maka sesungguhnya dapat diperoleh kewalian
Allah hanya dengan itu. Dan seorang hamba itu tidak akan merasakan lezatnya iman,
sekali pun banyak shalat dan puasanya, sehingga ia melakukan hal tersebut. Dan
telah menjadi umum persaudaraan manusia berdasarkan kepentingan duniawi, yang
demikian itu tidaklah bermanfaat sedikit pun bagi para pelakunya." (HR. Thabrani
dalam Al-Kabir) .10

10
Sa'id, S. M. Al-Wala’ Wal Bara’ Konsep Loyalitas Dan Permusuhan Dalam Islam.
(Jakarta: Ummul Qura.2013) hlm 30
10
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Al wala wal bara adalah konsep dalam Islam yang mengacu pada loyalitas dan
penolakan terhadap suatu hal. Al wala mengacu pada loyalitas, cinta, dan dukungan
terhadap hal-hal yang dianggap baik atau sesuai dengan ajaran Islam, sementara al bara
mengacu pada penolakan, distansi, atau pemisahan dari hal-hal yang dianggap
bertentangan dengan ajaran Islam. Ini adalah konsep yang kompleks dan dapat
diinterpretasikan secara berbeda oleh berbagai kelompok Muslim. Namun, beberapa poin
utama tentang al wala wal bara dapat diambil sebagai kesimpulan:

1. Loyalitas kepada Islam : Al wala mendorong untuk memiliki loyalitas yang kuat
terhadap Islam, sesama Muslim, dan nilai-nilai agama. Ini mencakup cinta kepada
Allah, Rasulullah, Kitab Suci Al-Quran, dan komunitas Muslim.
2. Penolakan terhadap yang Bertentangan dengan Islam : Al bara menekankan
penolakan terhadap hal-hal yang dianggap bertentangan dengan ajaran Islam. Ini
dapat mencakup penolakan terhadap praktik-praktik atau nilai-nilai yang dianggap
menyalahi agama.
3. Pemisahan dari yang Haram : Al bara juga melibatkan pemisahan diri dari yang
dianggap haram (terlarang menurut ajaran Islam). Ini termasuk penghindaran dari
tindakan-tindakan dosa atau kegiatan yang dianggap melanggar prinsip-prinsip
agama.
4. Tidak Menjustifikasi Kekerasan atau Diskriminasi : Penting untuk dicatat bahwa al
wala wal bara dalam konteks ajaran Islam tidak harus diartikan sebagai alasan untuk
kekerasan atau diskriminasi terhadap individu atau kelompok lain. Hal ini sering
disalahpahami dan harus diinterpretasikan dengan bijaksana dan dalam konteks
kedamaian serta toleransi.
5. Konteks Budaya dan Interpretasi yang Berbeda : Konsep ini bisa diinterpretasikan
berbeda dalam berbagai konteks budaya dan sosial di dunia Muslim. Penafsiran
terhadap al wala wal bara dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti latar
belakang sejarah, kebudayaan, dan pemahaman teologis.

11
Penting untuk diingat bahwa al wala wal bara adalah konsep yang kompleks dalam
Islam dan dapat dipahami dan diinterpretasikan secara berbeda oleh para ulama dan
komunitas Muslim. Kekuatan dari konsep ini seharusnya mendorong kesatuan,
solidaritas, serta pemahaman yang lebih baik terhadap nilai-nilai Islam, bukan menjadi
alasan untuk konflik atau pembagian dalam masyarakat.

B. Saran
Semoga makalah yang kami susun dapat bermanfaat bagi para pembaca dan dapat
memberikan pengetahuan tentang apa – apa saja jaringan komputer itu. Kami menyadari
bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, maka dari itu kritik dan saran yang
membangun sangatlah dibutuhkan penyusun, mengingat masih banyak kekurangan dari
karya ini.

C. Penutup
Dalam makalah ini, kami telah mengeksplorasi konsep al wala wal bara dalam Islam.
Konsep ini menyoroti pentingnya loyalitas terhadap ajaran Islam, sekaligus penolakan
terhadap hal-hal yang dianggap bertentangan dengan nilai-nilai agama. Al wala
menekankan pentingnya cinta, dukungan, dan kesetiaan kepada Allah, Rasulullah, Al-
Quran, serta komunitas Muslim. Di sisi lain, al bara menekankan penolakan terhadap
praktik-praktik yang dianggap melanggar prinsip-prinsip agama dan pemisahan diri dari
yang dianggap haram. Namun demikian, penting untuk dipahami bahwa konsep ini dapat
diinterpretasikan berbeda oleh berbagai kelompok Muslim dan dapat dipengaruhi oleh
konteks budaya serta pemahaman teologis yang beragam. Perlu juga ditekankan bahwa
konsep ini seharusnya tidak digunakan sebagai alasan untuk kekerasan atau diskriminasi
terhadap individu atau kelompok lain.
Dengan pemahaman yang mendalam terhadap al wala wal bara, diharapkan dapat
mendorong kesatuan, toleransi, dan pemahaman yang lebih baik terhadap nilai-nilai Islam
di antara umat Muslim. Konsep ini seharusnya memperkuat ikatan komunitas, bukan
menyebabkan perpecahan. Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang
berguna dan merangsang pemikiran lebih lanjut tentang konsep ini dalam konteks ajaran
Islam. Dengan demikian, penting bagi para pembaca untuk melanjutkan penelitian
mereka sendiri untuk mendapatkan pemahaman yang lebih komprehensif tentang konsep
al wala wal bara dalam Islam.

12
DAFTAR PUSTAKA

Annisa, V. (2020). KONSEP AL-WALA WAL BARA PERSPEKTIF SAYYID QUTHB.


UIN SUNAN AMPEL SURABAYA, 22.

Fauzan, A., & Fauzan, S. B. (2012). Al-Wala dan Al-Baro. Jakarta: Pustaka At-Tibyan.

Hasbiyallah, & Ihsan , M. N. (2019). Konsep Pengenalan Allah (Ma'rifatullah) Implikasinya


Terhadap Pendidikan Agama Islam. Ma'rifatullah, 3.

Qahthani, A., & Sa'id, M. B. (2010). Loyalitas dan Antiloyalitas Dalam Islam. Solo: Pustaka
Era Intermedia.

Sa'id, S. M. (2013). Al-Wala’ Wal Bara’ Konsep Loyalitas Dan Permusuhan Dalam Islam.
Jakarta: Ummul Qura.

St, J. (2020). SYAHADAT MEMBANGUN VISI DAN MISI KEHIDUPAN. Jurnal Ilmiah
Islamic , 145.

Syuhud, A. F. (2022). Ahlussunnah Wal Jamaah : Islam Wasathiyah, Tasamuh. Cinta Damai.
Malang: Pustaka Alkhoirot.

13

Anda mungkin juga menyukai