Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

PILAR - PILAR PENDIDIKAN

Tugas ini dibuat untuk memenuhi salah satu syarat pada mata kuliah Ilmu Pendidikan

Oleh

Kelompok 5 :

1. Agung Pratama Muslim (2523273)


2. Mei Yugita Ningsih (2523284)
3. Rahmi Hidayati (2523279)

Dosen Pengampu :
RADHIATUL HUSNI,SPd,M.

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN


PENDIDIKAN TEKNIK INFORMATIKA DAN ILMU KOMPUTER
UIN SJECH M.DJAMIL DJAMBEK BUKITTINGGI
T.A 2023/2024
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“PILAR-PILAR PENDIDIKAN”.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk ini kami menyampaikan
banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang “PILAR-PILAR PENDIDIKAN” ini
dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.

Bukittinggi, 11 Oktober 2023

PEMAKALAH

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................................................ii
BAB I...............................................................................................................................................1
PENDAHULUAN...........................................................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah.......................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................................................1
C. Tujuan Masalah....................................................................................................................2
BAB II.............................................................................................................................................3
PEMBAHASAN..............................................................................................................................3
A. Pengertian Pilar Pendidikan..................................................................................................3
B. Jenis-Jenis Pilar Pendidikan.................................................................................................4
C. Impelmentasi Pilar Pendidikan.............................................................................................8
BAB III............................................................................................................................................9
PENUTUP.......................................................................................................................................9
A. Kesimpulan...........................................................................................................................9
B. Saran.....................................................................................................................................9
C. Penutup...............................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................11

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pendidikan di era sekarang, maupun akan datang dituntut untuk mampu memberikan
kontribusi lebih bagi manusia dalam menghadapi kehidupan yang makin kompleks dan
global. Tidak saja membentuk pribadi yang bertakwa melalui ajaran normatif, yang tetapi
juga mampu mengambangkan dan mengoptimalkan segala potensi yang dimiliki oleh
manusia. Hal ini berangkat dari perubahan kehidupan masyarakat di semua belahan dunia
abad ke-21 atau globalisasi ini yang mengalami perubahan signifikan dalam segala
aspeknya; sosial, politik, ekonomi, budaya, politik, komunikasi, kemanan dan lain-lain,
yang dilatarbelakangi oleh pesatnya kemajuan dibagian ilmu dan teknologi.
Kemajuan tersebut juga memberikan ekeses negatif seperti menurunnya nilai-nilai
agama dan bertambahnya nilai-nilai materialism, hedonisme dan lain-lain. Dalam
bayangan seperti itu seharusnya diperlukan keadaan masyarakat yang siap untuk
mengurangi globalisasi. Pendidikan harus mampu mengarahkan manusia untuk
berperilaku yang sesuai dengan nilai-nilai kemanusiaan. Al-Qur’an dan As-Sunnah yang
merupakan sumber ajaran pendidikan islam Islam harus bertindak sebagai dasar pola
pikir manusia yang mengontrol sekaligus mengarahkan batas-batas pikiran dan perilaku
agar tidak over load (kelewat batas). Perubahan kehidupan yang tidak bisa dielakkan dan
pendidikan yang harus ditata sebagai pengarah, UNESCO sebagai salah satu badan
organisasi dunia yang berkiprah dalam bidang pendidikan, ilmu pengetahuan dan budaya
telah meneliti perubahan kehidupan itu semua dan mengantisipasinya melalui perubahan
visi atau cara pandang pendidikan yang dituangkan dalam sebuah buku.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan pilar pendidikan?
2. Jelaskan jenis-jenis pilar pendidikan?
3. Bagaimana implementasi masing-masing pilar pendidikan?

1
C. Tujuan Masalah
1. Menjelaskan tentang pengertian pilar pendidikan.
2. Menjelaskan tentang jenis-jenis pilar pendidikan.
3. Mendeskripsikan implementasi pilar-pilar pendidikan.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Pilar Pendidikan


Pilar merupakan penopang atau penyanggu dalam sebuah bangunan yang
membuat bangunan itu dapat berdiri dengan kukuh. Sistem pendidikan juga memerlukan
pilar yang akan menyangga sistem pendidikan yang dilaksanakan agar pendidikan
tersebut dapat berjalan dengan baik dalam mencapai tujuan pendidikan.
Pilar dalam kamus umum adalah tiang penyangga atau penguat dari beton, dan
sebagainya, juga sekaligus dipakai untuk keindahan atau keserasian penunjang untuk
kegiatan. M.J. Lavangeveld mengatakan, bahwa “Pendidikan adalah setiap usaha,
pengaruh, perlindungan, dan bantuan, yang diberikan kepada anak didik yang bertujuan
pada pendewasaan anak itu. “ Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata “pilar”
diartikan sebagai “tiang penyangga” (terbuat dari besi atau beton). Kata pilar dalam
bahasa inggris berarti Pillars (sama artinya dengan pilar dalam bahasa Indonesia).
Ekstensi pilar dalam berbagai hal bisa dikatakan sangat penting peranannya
sebagai penopang agar menjadi suatu yang utuh (unity). Bangunan atau rumah berangkat
dari pondasi yang dilengkapi dengan pilar agar atap bisa berdiri kukuh dan ditidak mudah
roboh sehingga tampak menjadi lengkap dan melengkapi.
Hal ini juga terlihat dari kondisi zaman yang sangat cepat berubah, terutama di
bidang teknologi dan informasi sehingga visi pradigma pendidikan harus relevan yang
kemudian diturunkan ke dalam metode pembelajaran. Yaitu mengubah pradigma
teaching (mengajar) menjadi learning (belajar). Dengan perubahan ini proses pendidikan
menjadi proses bagaimana “belajar bersama antar guru dan anak didik.” Guru dalam
konteks ini juga termasuk dalam proses belajar. Sehingga lingkungan sekolah menjadi
learning society (masyarakat belajar). Dalam paradigm ini, peserta didik tidak disebut
lagi pupil (siswa) tapi leaner (yang belajar).

3
Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa pilar pendidikan adalah
tiang atau penunjang dari suatu kegiatan usaha, pengaruh perlindungan, dan bantuan yang
akan diberikan kepada anak didik yang bertujuan untuk pendewasaan anak.

B. Jenis-Jenis Pilar Pendidikan


Adapun empat pilar pendidikan adalah sebagai berikut :
1. Learnig To Know
Learning to know (belajar untuk mengetahui), artinya belajar itu harus dapat
memahami apa yang dipelajari bukan hanya dihafalkan tetapi harus ada pengertian
yang dalam. Hal ini dapat diartikan bahwa siswa harus memiliki pemahaman yang
bermakna terhadap proses pendidikan mereka. Siswa diharapkan memahami secara
bermakna asal mula teori dan konsep, serta menggunakannya untuk menjelaskan dan
memprediksi proses-proses berikutnya. Siswa harus memiliki tujuan dalam belajar,
selalu mencari tahu dan menggali hal yang harus diketahuinya, dan mencari cara yang
harus ditempuh untuk dapat mengetahui hal-hal tersebut. Hal yang digarisbawahi
adalah bahwa learning to know tidak sekedar memperoleh pengetahuan tapi juga
menguasai teknik memperoleh pengetahuan tersebut. Tidak hanya itu, siswa juga
dituntut tidak sekedar mengetahui ilmu tetapi juga sekaligus mengetahui apa yang
bermanfaat bagi kehidupan. Pilar ini berperan untuk membentuk generasi penerus
bangsa yang memiliki kemampuan intelektual dan akademik yang tinggi.
Learning to know bukan sebatas proses belajar dimana siswa mengetahui dan
memiliki materi informasi sebanyak-banyaknya, menyimpan dan mengingat, namun
juga kemampuan untuk dapat memahami makna di balik materi ajar yang
diterimanya. Dengan learning to know, kemampuan menangkap peluang untuk
melakukan pendekatan ilmiah diharapkan bisa berkembang yang tidak hanya melalui
logika empirisme semata, tetapi juga secara transcendental, yaitu kemampuan
mengaitkannya dengan nilai-nilai spiritual.
Learning to know adalah suatu proses pembelajaran yang memungkinkan peserta
didik menghayati dan akhirnya dapat merasakan serta dapat menerapkan cara
memperoleh pengetahuan. Suatu proses yang memungkinkan tertanam sikap ilmiah,

4
yaitu sikap ingin tahu dan selanjutnya menimbulkan rasa mampu untuk mencari
jawaban atas masalah yang dihadapi secara ilmiah.
Dalam pengimplementasian konsep learning to know, guru dituntut menempatkan
dirinya sebagai fasilitator bagi siswanya dalam rangka mengembangkan pengetahuan
mereka. Selain itu, guru harus mampu memotivasi dan menginspirasi siwanya dalam
pengembangan, perencanaan, dan pembinaan pendidikan dan pembelajaran. Learning
to know dilakukan dengan cara memadukan penguasaan terhadap suatu pengetahuan
umum yang cukup luas dengan kesempatan untuk bekerja secara mendalam pada
sejumlah kecil mata pelajaran.
Prinsip dalam learning to know :
a. Diarahkan untuk mampu mengembangkan ilmu dan terobosan teknologi dan
merespon sumber informasi baru.
b. Memanfaatkan berbagai sumber pelajaran.
c. Network society.
d. Learning to learn dan long life education.
Sasaran akhir dari penerapan pilar learning to know adalah lahirnya suatu
generasi yang mampu mendukung perkembangan IPTEK, yang menjadikan IPTEK
sebagai kebudayaan. Menjadikan IPTEK sebagai kebudayaan, science adalah wujud
berpikir yang canggih.
2. Learning To Do
Learning to do (belajar untuk berbuat / melakukan), setelah kita memahami dan
mengerti dengan benar apa yang kita pelajari lalu kita melakukannya. Siswa dilatih
melakukan sesuatu dalam situasi nyata yang menekankan pada penguasaan
keterampilan. Terkait dengan hal tersebut guru perlu mendesain proses belajar
mengajar yang aplikatif, maksudnya menekankan pada keterampilan siswa, baik fisik,
mental, maupun emosionalnya. Hal ini bertujuan untuk membentuk generasi muda
yang terampil dalam berkomunikasi, bekerja sama, mengelola, dan mengatasi suatu
konflik.
Learning to do merupakan konsekuensi dari learning to know. Kelemahan modal
pendidikan dan pengajaran yang selama ini berjalan adalah mengajarkan “Omong”
(baca : teori), dan kurang menuntun orang untuk “berbuat” (praktik). Learning to do

5
bukanlah pembelajaran yang hanya menumbuhkan kembangkan kemampuan berbuat
mekanis dan keterampilan tanpa pemikiran; melainkan dorongan peserta didik agar
terus belajar bagaimana menumbuhkan kembangkan kerja, juga bagaimana
mengembangkan teori atau konsep. Learning to do tidak hanya bertuju pada
penguasaan suatu keterampilan bekerja, tetapi juga secara lebih luas berkenaan
dengan kompetisi atau kemampuan yang berhubungan banyak situasi dan bekerja
dalam tim.
Prinsip dalam learning to do :
a. Menjembatani pengetahuan dan keterampilan.
b. Memadukan learning by doing dan doing by learning.
c. Mengaitkan pembelajaran dan kompetensi.
d. Mangaitkan psikologi pembelajaran dengan sosiologi pembelajaran.
Sasaran akhir diterapkannya pilar ini adalah lahirnya generasi muda yang dapat
bekerja sangat cerdas dengan memanfaatkan IPTEK. Tujuan akhir dari upaya
pendidikan adalah penguasaan seni menggunakan ilmu pengetahuan.
Learning to do berperan mencetak generasi muda yang cerdas dan cetakan dalam
bekerja dan mempunyai kemampuan untuk berinovasi. Pada hakikatnya, pendidikan
harus membekali manusia tidak sekedar untuk mengetahui, tapi lebih jauh untuk
terampil berbuat atau mengerjakan sesuatu sehingga menghasilkan sesuatu yang
bermakna bagi kehidupan. Dapat ditarik kesimpulan bahwa, learning to do
mempersiapkan peserta didik untuk hidup di masyarakat, terjun ke dunia kerja, dan
menghasilkan kreativitas yang dimilikinya.
3. Learning To Be
Learning to be (belajar untuk menjadi seseorang). Kita harus mengetahui diri kita
sendiri, siapa kita sebenarnya? Untuk apa kita hidup? Dengan demikian, kita akan
mengendalikan diri dan memiliki kepribadian untuk mau dibentuk lebih baik lagi dan
maju dalam bidang pengetahuan. Learning to be adalah belajar untuk berkembang
secar utuh. Konsep ini memaknai belajar sebagai proses untuk membentuk manusia
yang memiliki jati dirinya sendiri.
Dalam konsep learning to be, siswa belajar berperilaku sesuai dengan norma dan
kaidah di masyarakat, belajar menjadi orang yang berhasil, sesungguhnya merupakan

6
proses pencapaian aktualisasi diri. Dalam konteks pendidikan, yang ditunjukkan
dengan sikap senang belajar, bekerja keras, jujur, serta mempunyai modif berperestasi
yang tinggi dan rasa percaya diri.
Learning to be yaitu mengembangkan kepribadian diri sendiri dan mampu berbuat
dengan kemandirian yang lebih besar, perkembangan, dan tanggung jawab pribadi.
Learing to be merupakan pelengkap dari learning to know dan learning to do.
Prinsip learning to be :
a. Berfungsi sebagai adil terhadap pembentukan nilai-nilai yang dimiliki bersama.
b. Menghubungkan antara tangan dan pikiran, individu dengan masyarakat
pembelajaran kognitif dan non-kognitif serta pembelajaran formal dan non-
formal.
4. Learning To Live Together
Learning to be live together (belajar untuk hidup bersama). Sejak Allah STW
menciptakan manusia, harus di sadari bahwa manusia tidak dapat hidup sendiri tetapi
saling membutuhkan seseorang dengan yang lainnya, membantu, dan saling
menguatkan, saling menguatkan satu dengan yang lain.
Learing to live together ini mengajarkan untuk hidup bermasyarakat dan menjadi
manusia berpendidikan yang bermanfaat, baik bagi selurruh umat manusia.
Kesempatan berinteraksi dengan berbagai individu yang bervariasi akan membentuk
kepribadian siswa untuk memahami kemajemukan dan melahirkan sikap-sikap positif
dan toleran terhadap keanekaragaman dan perbedaan hidup.
Learning to live together dilakukan melalui perkembangan suatu pemahaman
tentang orang lain dan suatu penghargaan terhadap saling ketergantungan
pelaksanaan proyek bersama dan belajar mengelola konflik dalam semangat
menghargai nilai-nilai kejamakan, pemahaman bersama dan perdamaian. Kebiasaan
hidup bersama, saling menghargai, terbuka, memberi dan menerima yang
dikembangkan di sekolah, menumbuhkan rasa memahami, menghargai dan
menghormati orang lain. Siswa akan mampu menyadari adanya ketergantungan dan
hubungan timbal balik antarmanusia. Adanya tujuan bersama menuju pada semangat
kerja sama dan perdamaian demi kebaikan bersama.

7
Pemahaman tentang diri dan orang lain yang didapat melalui kelompok belajar
merupakan bekal dalam bersosialisasi di masyarakat. Konsep learning together dalam
hal ini, merangsang kepekaan peserta didik akan suka dan duka makna empati
terhadap orang lain. Hal ini dapat dijadikan bekal saat mereka hidup dan
bersosialisasi. Mereka telah dibekali kemampuan untuk menempatkan diri sesuai
dengan lingkungannya.
Learning to live together berperan menjadi pilar yang penting. Konsep ini
berperan dalam mengembangkan semangat menghormati nilai-nilai kemajemukan,
saling memahami, dan perdamaian.
Prinsip learning to live together :
a. Membangun sistem nilai.
b. Pembentukan identitas melalui proses pemilikan konsep luas.
5. Learning to Belive in God
Learning to belive in god (belajar untuk beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa),
bahwa mempunyai pegangan yang universal dalam berhubungan dengan
lingkungannya dan berhubungan dengan penciptanya. Dalam artian ini bahwa
pengetahuan yang dicari seseorang harus memberi manfaat untuk isi alam itu sendiri,
dan bagaimana mengelolanya untuk kebaikan bersama secara berkelanjutan
(sustainable) yang secara religious dapat dipertanggungjawabkan kepada Yang
Mahakuasa.

C. Impelmentasi Pilar Pendidikan


Penerapan paradigma tersebut sudah barang tentu akan berdampak pada
pembelajaran efektif yang direkomendasikan UNESCO, yakni pembelajaran yang aktif
kreatif, efektif, dan menyenangkan. Konsep pembelajaran efektif tersebut bermuara pada
lima pilar pendidikan, yakni learning to know, learning to do, learning to be, learning to
live together, dan learning to belive god.
Penerapan lima pilar pendidikan menuntut kemampuan profesional guru sejalan
diberlakukannya otonomi daerah, khususnya bidang pendidikan. Kemampuan profesional
guru akan terwujud apabila guru memiliki kesadaran dan komitmen yang tinggi dalam
mengelola interaksi belajar mengajar pada tataran mikro, dan memiliki kontribusi
terhadap upaya peningkatan mutu pendidikan pada tataran makro.

8
9
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian yang telah penulis bahas dapat diambil kesimpulan tentang pilar-pilar
pendidikan sebagai berikut :
1. Dalam membentuk masyarakat belajar, konsep pilar belajar dari UNESCO (1996:71)
perlu dikembangkan yakni learning to know, learning to do, learning to be, learning
to live together, learning to belive in god.
2. Manusia yang dibekali dengan pilar learning to know akan memiliki sejumlah
pengetahuan dan keterampilan berpikir.
3. Learning to do, dalam kehidupan manusia adalah adanya dorongan untuk berkreasi,
memecahkan masalah, mangadakan inovasi-inovasi.
4. Learning to be, menjadikan manusia hidup mandiri tanpa adanya ketergantungan
pada pihak lain.
5. Learning to live together, bahwa manusia mempunyai keseleraan hidup ditengah-
tengah masyarakat.
6. Learning to belive in god, bahwa manusia mempunyai pegangan yang universal
dalam berhubungan dengan lingkungannya dan berhubungan dengan penciptanya.

B. Saran
Saran yang dapat penulis sampaikan terkait dengan masalah yang penulis bahas ialah :
Bagi para praktisi pendidikan yang berkecimpung dalam dunia pendidikan, agar
pilar-pilar pendidikan rekomendasi UNESCO bisa dijadikan wacana dalam membuat visi
pendidikan berwawasan yang mengedepankan pengembangan peserta didik akan
potensinya dan diselaraskan pada kebutuhan di eranya.
Bagi para pendidik, supaya jangan berhenti untuk tetap belajar karena kalian
mendidik anak yang hidup bukan dimasa kalian hidup sehingga perubahan pola pikir,
budaya, teknologi, mempengaruhi arah proses belajar.

10
C. Penutup
Tiada kata yang pantas penulis ucapkan kecuali rasa syukur yang sebesar-
besarnya kepada Allah SWT Alhamdulillah, yang telah memberikan rahmat dan petunjuk
kepada penulis atas terrealisasinya penulisan makalah ini.

11
DAFTAR PUSTAKA

AG, S. (1989). Aliran Baru Dalam Pendidikan. Bandung: CV Ilmu.

Noer, D., & Alisyahbana , I. (1998). Perubahan, Pembaharuan, dan Kesadaran Menghadapi Abad Ke-21.
Jakarta: Dian Rakyat.

Prayitno. (2005). Sosok Keilmuan dan Ilmu Pendidikan. Padang: FIP UNP.

Syafril, & Zen, Z. (2017). DASAR DASAR ILMU PENDIDIKAN. Jakarta: KENCANA.

Zhucdi, D. (2008). Humanisasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

12

Anda mungkin juga menyukai