Anda di halaman 1dari 15

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Tempat Penelitian
Penelitian pengembangan instrumen ini dilaksanakan di tiga SMA
untuk merepresentasikan sekolah dengan performa yang berbeda. Ketiga
sekolah tersebut adalah SMA N 3 Surakarta, SMA N 5 Surakarta dan SMA N
8 Surakarta.
B. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian dan pengembangan atau
Research and Development (R&D). Menurut Sugiyono (2012) penelitian dan
pengembangan adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan
produk tertentu, dan menguji keefektifan produk tersebut. Sedangkan Nana
Syaodih Sukmadinata (2012) mendefinisikan penelitian dan pengembangan
merupakan pendekatan penelitian untuk menghasilkan produk baru atau
menyempurnakan produk yang telah ada. Jadi penelitian pengembangan
merupakan metode penelitian untuk menghasilkan produk tertentu atau
menyempurnakan produk yang telah ada serta menguji keefektifan produk
tersebut. Produk yang dikembangkan adalah instrumen penilaian Three-tier
untuk mengukur kemampuan penalaran ilmiah siswa pada materi Hukum
Hooke.
Penelitian dan pengembangan (Research and Development) ini
mengacu pada model R&D yang dikemukakan oleh Borg dan Gall. Tahap –
tahap penelitian dan pengembangan yang dikemukakan Borg dan Gall dalam
Sukmadinata (2012) terdiri dari sepuluh langkah.

56
library.uns.ac.id 57
digilib.uns.ac.id

Research and Develop Preliminary


information Planning
preliminary field testing
collecting product

Operational Operational Main field Main product


field testing product testing revision
revision

Final product
Gamba Disemination
revision

Gambar 3.1 Model R&D oleh Borg and Gall

1. Penelitian dan pengumpulan data (research and information collecting)


Pada tahap pertama ini dilakukan penelitian pendahuluan dan
mengumpulkan informasi terkait masalah yang ada di lapangan. Hal – hal
yang dilakukan antara lain melakukan studi literatur dan studi lapangan
seperti wawancara dengan pelaku pendidikan, dan menganalisis fakta –
fakta di lapangan seperti nilai ujian siswa, metode apa yang digunakan
pengajar dalam mengajar, instrumen penilaian yang digunakan.
2. Perencanaan (planning) yaitu menyusun rencana penelitian, meliputi
kemampuan - kemampuan yang diperlukan dalam pelaksanaan penelitian,
rumusan tujuan yang hendak dicapai dengan penelitian tersebut, desain atau
langkah - langkah penelitian. Jadi setelah mengetahui dan menganalisis
fakta – fakta di lapangan hasil dari studi pendahuluan, hal selanjutnya
adalah merencanakan produk yang dikembangkan. Dalam hal ini produk
yang dikembangkan adalah instrumen penilaian.
3. Pengembangan draf produk (develop preliminary form of product).
Mengembangkan produk awal merupakan langkah yang dilakukan sesuai
dengan perencanaan yang didasari dari hasil penelitian pendahuluan dan
library.uns.ac.id 58
digilib.uns.ac.id

pengumpulan informasi. Setelah produk pengembangan selesai dibuat


kemudian dilakukan validasi oleh para ahli untuk mengetahui kelayakannya
dan memperoleh saran untuk perbaikan.
4. Uji coba lapangan awal (preliminary field testing). Produk yang telah
dinyatakan valid oleh para ahli, kemudian diujicobakan pada skala kecil
untuk menguji keterbacaan instrumen. Setelah soal selesai dikerjakan, siswa
diminta mengisi angket tentang tanggapan siswa terhadap instrumen. Hasil
inilah yang digunakan sebagai dasar untuk merevisi produk..
5. Merevisi hasil uji coba lapangan awal (main product revision). Melakukan
revisi produk dari hasil tahap uji coba lapangan awal (preliminary field
testing).
6. Uji coba lapangan utama (main field testing). Melakukan uji coba yang lebih
luas atau dengan skala yang lebih besar. Pada uji lapangan utama ini
dilakukan dengan memberikan instrumen three-tier pada satu kelas di 3
sekolah tempat penelitian. Berdasarkan hasil uji coba ini, kita dapat melihat
kelayakan instrumen dari sisi reliabilitas, tingkat kesukaran, daya pembeda
dan indeks pengecoh. Hasil dari uji coba pada tahap ini dapat digunakan
sebagai landasan revisi produk untuk uji selanjutnya.
7. Penyempurnaan produk hasil uji lapangan utama (operational product
revision).
8. Uji coba lapangan operasional (operational field testing). Pengujian ini
dilakukan untuk mengukur kemampuan penalaran ilmiah siswa pada skala
luas, sehingga nantinya dapat digunakan. Uji pada tahap ini dilakukan pada
2 kelas di 3 sekolah yang berbeda artinya tidak termasuk siswa yang diambil
pada uji coba awal maupun utama.
9. Penyempurnaan produk akhir (final product revision). Melakukan revisi
produk sesuai hasil dari operasional field testing untuk menyempurnakan
produk yang telah dikembangkan.
10. Temuan produk akhir (Final Product). Berdasarkan pelaksanaan tahap –
tahap pengembangan instrumen akan diperoleh hasil akhir yang merupakan
library.uns.ac.id 59
digilib.uns.ac.id

bentuk dari produk akhir yaitu instrumen penilaian three-tier untuk


mengukur kemampuan penalaran ilmiah siswa.
Prosedur penelitian yang dilakukan peneliti dalam pengembangan ini
diadaptasi dari langkah-langkah pengembangan yang dikembangkan oleh Borg
& Gall tersebut dengan pembatasan. Borg & Gall (dalam Emzir, 2013)
menyatakan bahwa dimungkinkan untuk membatasi penelitian dalam skala
kecil, termasuk membatasi langkah pengembangan. Penerapan langkah-
langkah pegembangannya disesuaikan dengan kebutuhan peneliti.

C. Prosedur Penelitian
1. Tahap I : Tahap Pendahuluan
Studi pendahuluan dilakukan untuk mengumpulkan fakta dan
informasi yang dibutuhkan dengan cara melakukan analisis kebutuhan awal
di lapangan dan studi literatur. Studi literatur dilakukan untuk mengetahui
perkembangan pendidikan secara global serta menunjang hasil temuan
masalah yang ada di lapangan. Studi literatur ini dapat dilakukan dengan
cara mencari referensi buku tentang teori – teori yang menjadi acuan untuk
mengatasi permasalahan yang ada, serta mencari jurnal – jurnal penelitian
yang telah dilakukan oleh para ahli dan peneliti yang dapat dipakai sebagai
acuan menentukan langkah yang selanjutnya dilakukan dalam penelitian.
Analisis kebutuhan awal di lapangan berupa wawancara dan
penyebaran angket. Kegiatan ini perlu dilakukan untuk menjamin bahwa
produk pendidikan yang dihasilkan adalah produk yang berangkat dari
kebutuhan, sehingga pada gilirannya produk yang dihasilkan tersebut
bermanfaat dan dapat dimanfaatkan di lapangan (Sanjaya, 2013).
2. Tahap II : Tahap Pengembangan
a. Penyusunan Draf produk
Produk yang akan dikembangkan merupakan instrumen
penilaian Three-tier untuk mengukur kemampuan penalaran ilmiah
siswa pada materi hukum Hooke. Instrumen penilaian ini berupa tes
library.uns.ac.id 60
digilib.uns.ac.id

tertulis pilihan ganda bertingkat. Tahap penyusunan draf produk yang


dilakukan antara lain :
1.) Menyusun indikator
Pada tahap ini, indikator soal yang akan disusun disesuaikan
dengan silabus dan kurikulum. Dalam penyusunan indikator ini juga
memperhatikan latar belakang siswa dan kebutuhan sekolah. Selain
itu, dalam menyusun indikator soal juga disesuaikan dengan
indikator Penalaran ilmiah (Scientific Reasoning) yang ingin diukur.
2.) Menyusun kisi – kisi
Nugiyantoro (2012) menjelaskan bahwa kisi – kisi adalah
sebuah cetak biru (blue print), perencanaan, yang dijadikan
pedoman untuk pembuatan dan perakitan soal – soal. Sehingga kisi
– kisi sangat dibutuhkan dalam penyusunan instrumen penilaian
yang baik. Penyusunan kisi – kisi dilakukan agar penilaian benar –
benar relevan dan representatif dengan materi yang telah diberikan.
Sehingga sebelum menyusun kisi – kisi perlu dilakukan analisis
silabus terlebih dahulu. Fungsi kisi-kisi adalah sebagai pedoman
untuk menulis soal atau merakit soal menjadi perangkat tes. Kisi-
kisi yang baik harus memenuhi persyaratan tertentu, antara lain (1)
representatif, yaitu harus benar-benar mewakili ini kurikulum
sebagai sampel yang ingin dinilai. (2) komponen-komponennya
harus terurai jelas/terperinci, dan mudah dipahami. (3) soalnya dapat
dibuat sesuai dengan indikator dan bentuk soal yang ditetapkan.
3.) Menyusun instrumen penilaian
Penyusunan instrumen penilaian mengacu pada kisi – kisi
yang telah dibuat sebelumnya. Pengembangan instrumen Three-
tier juga mengacu pada tahapan yang disesuaikan oleh Teagust
dalam mengembangkan instrumen penilaian Three-tier. Soal-soal
yang disusun harus disesuaikan dengan indikator dan kisi-kisi
sebelumnya agar fungsi soal menjadi maksimal sesuai dengan
tujuan yang ingin dicapai.
library.uns.ac.id 61
digilib.uns.ac.id

b. Validasi Draf Produk


Validasi dilakukan sebagai kegiatan untuk memberikan
penilaian secara kuantitatif dan kualitatif terhadap produk yang
dikembangkan. Pada tahap ini, produk awal yang telah dibuat
kemudian divalidasi oleh para ahli. Hal ini dilakukan untuk
mendapatkan kualitas produk yang baik. Validasi ahli dilakukan
dengan 10 orang ahli, yaitu 4 orang ahli dari kalangan dosen, dan 6
orang ahli pendidikan dari kalangan guru. Validasi ahli digunakan
untuk mengetahui validitas isi instrumen. Pada penelitian ini validitas
isi ditentukan dengan menggunakan formula Aiken (Mardapi, 2017),
yaitu:
∑𝑠
𝑉 = 𝑛(𝑐−1), dimana 𝑠 = 𝑟 − 𝑖0

𝑉 merupakan indeks validitas isi (content validity index), 𝑠 adalah


bobot tiap kategori, 𝑐 adalah jumlah kategori, 𝑟 adalah skor kategori
pilihan rater/penilai, 𝑖0 adalah skor kategori terendah dan 𝑛 merupakan
jumlah rater/penilai.
Nilai V berkisar pada 0 – 1 dan kriteria yang digunakan untuk
menyatakan sebuah butir soal dikatakan valid secara isi pada 4 kategori
dan rater (penilai) sebanyak 10 orang apabila indeks V ≥ 0,73 ,
besarnya indeks V tersebut diperoleh dari tabel Aiken (Mardapi, 2017).

c. Revisi Draf Produk


Revisi merupakan tahap perbaikan desain produk yang
dilakukan setelah tahap validasi. Revisi ini dilakukan berdasarkan
masukan yang diperoleh dari respon validator terhadap instrumen.
Setelah melakukan revisi sesuai dengan saran dari validator, draf
instrumen yang sudah direvisi untuk selanjutnya dapat diujicobakan ke
lapangan awal (kelompok kecil).
library.uns.ac.id 62
digilib.uns.ac.id

3. Tahap III : Tahap Pengujian Produk


a. Desain Uji Coba
Desain uji coba pada penelitian dan pengembangan ini terdiri
dari 3 tahap, yaitu uji coba lapangan awal, uji coba lapangan utama dan
uji coba lapangan operasional. Pada pelaksanaan uji coba ini terdapat
revisi disetiap uji coba yang dilakukan.
1.) Uji Coba Lapangan Awal (Preliminary Field Testing)
Uji coba lapangan awal atau uji skala kecil ini dilakukan
untuk mengetahui keterbacaan produk pengembangan instrumen
penilaian Three-Tier sebagai alat ukur kemampuan penalaran ilmiah
siswa. Produk yang telah dinyatakan valid oleh para ahli, kemudian
diujicobakan dengan membagikan instrumen penilaian Three-Tier
pada 10 siswa di masing – masing sekolah tempat penelitian untuk
dikerjakan, kemudian diberikan angket tanggapan mengenai
instrumen penilaian Three Tier yang telah diterima dan dicoba untuk
dikerjakan. Hasil pengisian angket tanggapan digunakan sebagai
dasar revisi produk.
2.) Uji Coba Lapangan Utama (Main Field Testing)
Setelah revisi produk selesai, kemudian dilakukan uji coba
lapangan utama atau uji skala menengah. Intrumen penilaian Three-
Tier diberikan kepada satu kelas siswa di 3 sekolah tempat
penelitian. Hasil dari uji coba ini untuk mengetahui kelayakan
instrumen dari sisi reliabilitas, tingkat kesukaran, daya pembeda dan
indeks pengecoh. Hasil dari uji coba pada tahap ini dapat digunakan
sebagai landasan revisi produk untuk uji selanjutnya.
3.) Uji Coba Lapangan Operasional (Operational Field Testing)
Uji coba lapangan operasional digunakan untuk mengukur
kemampuan penalaran ilmiah siswa dalam praktiknya pada skala
luas, sehingga nantinya dapat digunakan. Uji pada tahap ini
dilakukan pada 2 kelas di 3 sekolah yang berbeda artinya tidak
library.uns.ac.id 63
digilib.uns.ac.id

termasuk siswa yang diambil pada uji coba lapangan awal maupun
utama.

b. Subjek Uji Coba


Subjek dalam penelitian dan pengembangan ini antara lain:
1.) Uji Coba Lapangan Awal
Uji coba lapanga awal dilakukan pada 10 orang siswa dari masing-
masing sekolah tempat penelitian, total sebanyak 30 siswa.
2.) Uji Coba Lapangan Utama
Uji coba lapangan utama dilakukan dengan memberikan tes pada
satu kelas siswa di 3 sekolah tempat penelitian, total sebanyak 92
siswa.
3.) Uji Coba Lapangan Operasional
Uji pada tahap ini dilakukan pada 2 kelas di 3 sekolah tempat
penelitian, total sebanyak 169 siswa.

c. Jenis Data
Jenis data yang digunakan pada penelitian ini secara
keseluruhan adalah sebagai berikut:
1.) Jenis Data
Penelitan dan pengembangan ini menggunakan jenis data
sebagai berikut:
a.) Data postest yang dihasilkan oleh siswa pada uji coba
menggunakan instrumen Three-tier. Data postest yang
diperoleh akan digunakan untuk mengukur validitas,
realibilitas, tingkat kesukaran, daya pembeda dan indeks
pengecoh
b.) Data hasil wawancara untuk mengetahui kondisi awal dan
analisis kebutuhan.
c.) Data angket siswa dengan menggunakan instrumen angket
tertutup dalam bentuk check dan juga terbuka dengan
library.uns.ac.id 64
digilib.uns.ac.id

pertanyaan singkat. Angket ini digunakan untuk mengetahui


tanggapan siswa tentang tes dengan menggunakan instrumen
Three-Tier.
2.) Sumber Data
Data primer menurut Widiyoko (2011: 22) merupakan data
yang diperoleh dari sumber pertama, dengan kata lain data
dikumpulkan sendiri oleh peneliti secara langsung. Data primer
meliputi:
a.) Data kondisi awal berupa hasil observasi, data kebutuhan guru
dan data kebutuhan siswa yang diperoleh dari wawancara.
b.) Data hasil dari validasi ahli.
c.) Data angket intrumen penilaian three tier
d.) Data hasil tes menggunakan instrumen three tier

d. Instrumen Pengumpulan Data


Intrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data pada
penelitian dan pengembangan ini, antara lain:
1.) Angket
Menurut Widiyoko (2011: 33), angket atau kuesioner
merupakan metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada
responden untuk diberikan respon sesuai permintaan pengguna.
Dalam penelitian ini angket untuk peserta didik digunakan untuk
memperoleh data tentang kelayakan instrumen Three Tier. Hasil
data yang diperoleh digunakan sebagai dasar melakukan revisi
produk jika diperlukan, sehingga hasil produk setelah dilakukam uji
coba benar-benar layak untuk digunakan dalam pembelajaran.

2.) Lembar Wawancara


Lembar wawancara menurut Sugiyono (2012: 137)
digunakan sebagai studi pendahuluan untuk menemukan
library.uns.ac.id 65
digilib.uns.ac.id

permasalahan yang akan diteliti. Dalam penelitian ini wawancara


digunakan sebagai alat pengumpul data sehubungan dengan
informasi kondisi awal dan juga kebutuhan.
3.) Tes
Instrumen pengumpulan data berupa tes digunakan untuk
mengukur kemampuan siswa. Dalam penelitian ini tes dilakukan
dengan menggunakan instrumen Three-Tier.
Berikut ini disajikan tabel 3.1 yang merangkum teknik
pengumpulan data dan instrumen penelitian yang akan digunakan.
Tabel 3.1 Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Pengambilan Data
No Tahap Teknik Instrumen Pengumpulan
Pengumpulan Data
Data
1. Studi pendahuluan - Wawancara - Daftar pertanyaan
- Penyebaran wawancara
angket - Angket
2. Validasi Desain Penyebaran angket Angket validasi ahli
3. Uji Coba Lapangan Penyebaran angket Angket kelayakan
Awal instrumen untuk siswa
4. Uji Coba Lapangan Tes Soal Three Tier yang telah
Utama valid
5. Uji Coba Lapangan Tes Soal Three Tier yang telah
Operasional valid dan reliabel

3.) Tahap IV : Tahap Revisi Produk


Revisi produk pada penelitian dan pengembangan ini dilakukan
pada setiap uji coba produk yaitu revisi produk pada uji lapangan awal,
revisi produk pada uji lapangan utama dan revisi produk pada uji
lapangan operasional.

D. Teknik Analisis Data


1. Analisis Kualitas Instrumen
Data hasil uji coba lapangan dideskripsikan secara kuantitatif dan
kualitatif. Analisa data berupa kelayakan instrumen dilakukan
menggunakan program QUEST.
library.uns.ac.id 66
digilib.uns.ac.id

a. Reliabilitas
Azwar menyatakan bahwa salah satu ciri instrumen ukur
memiliki kualitas baik adalah reliabel, mampu menghasilkan skor yang
cermat dengan eror pengukuran kecil (Azwar, 2015).
Menurut Suwarto (2013), reliabilitas adalah tingkat ketepatan,
keajekan, atau kemantapan. Dimana suatu alat ukur dikatakan memiliki
reliabilitas yang tinggi atau dapat dipercaya apabila alat ukur tersebut
stabil, dapat diandalkan, dan dapat digunakan untuk meramalkan.
Reliabilitas tes ditunjukkan oleh nilai reliability of estimate
yang disajikan pada output QUEST yang berkode sh.out. kemudian
dianalisis berdasarkan klasifikasi tingkat reliabilitas.
Klasifikasi uji reliabilitas menurut Budiyono (2011)
ditunjukkan pada tabel 3.2
Tabel 3.2.Klasifikasi Tingkat Reliabilitas Tes
Kategori Reliabilitas Tes Nilai Koefesien Korelasi
Sangat Tinggi 0,800 – 1,000
Tinggi 0,600 – 0,799
Cukup 0,400 – 0,599
Rendah 0,200 – 0,399
Sangat Rendah 0,000 – 0,199
(Sumber : Budiyono : 2011)
b. Daya Pembeda
Menurut Suwarto (2013), daya pembeda suatu butir tes
berfungsi untuk menentukan dapat tidaknya suatu soal membedakan
kelompok dalam aspek yang diukur sesuai dengan perbedaan yang ada
pada kelompok itu. Suatu tes yang baik adalah tes yang mampu
membedakan antara kemampuan siswa yang tinggi dan kemampuan
siswa yang rendah.
Indeks daya pembeda dalam program QUEST ditunjukkan oleh
nilai pt-biserial (point biserial). Kemudian dianalisis berdasarkan
kriteria daya pembeda yang ditunjukkan pada tabel 3.3.
library.uns.ac.id 67
digilib.uns.ac.id

Tabel 3.3 Tafsiran Indeks Daya Pembeda


Indeks Daya Pembeda Kategori
D ≥ 0,3 Baik
0,1 ≤ D < 0,3 Cukup
D < 0,1 Jelek
Negatif Soal tidak dipakai
( Sumber : Mardapi, 2017)
c. Tingkat Kesukaran
Tingkat kesukaran adalah peluang untuk menjawab benar suatu
soal pada tingkat kemampuan tertentu. Besarnya angka yang
menunjukkan taraf kesukaran disebut Indeks Kesukaran (P). Suatu
instrumen tes dikatakan baik apabila memiliki proporsi tingkat
kesukaran memadai, artinya, suatu instrumen tes terdiri dari soal yang
tidak terlalu sukar dan tidak terlalu mudah (Budiyono, 2011).
Dalam program QUEST, tingkat kesukaran butir soal
ditunjukkan oleh nilai percent (%). Kemudian dianalisis berdasarkan
kategori tingkat kesukaran butir soal.
Menurut Mardapi (2017) klasifikasi indeks kesukaran adalah
sebagai berikut:
Tabel 3.4 Kategori Tingkat Kesukaran
Indeks Kesukaran Kategori Keterangan
0,00 ≤ P < 0,30 Sangat sukar Soal direvisi
0,30 ≤ P < 0,50 Sukar Soal dipakai
0,50 ≤ P < 0,70 Sedang Soal dipakai
0,70 ≤ P ≤ 0,80 Mudah Soal dipakai
0,80 < P ≤ 1,00 Sangat mudah Soal direvisi
(Sumber : Mardapi, 2017)
Tingkat kesukaran item soal, diterima jika besarnya 0,30 sampai
0,80 (Mardapi, 2017).
d. Efektivitas Pengecoh
Dalam soal berbentuk pilihan ganda (multiple choice) terdapat
pilihan jawaban dimana salah satunya merupakan jawaban yang benar
dan yang lainnya salah. Satu jawaban yang benar itu disebut kunci
jawaban, sedangkan yang lainnya (yang salah) disebut pengecoh atau
distraktor.
library.uns.ac.id 68
digilib.uns.ac.id

Pengecoh dikatakan berfungsi dengan baik apabila banyak


dipilih oleh peserta, sebaliknya apabila sedikit yang memilih pengecoh
atau sama sekali tidak dipilih maka pengecoh tersebut dikatakan jelek.
Pengecoh berfungsi efektif apabila tiap pilihan jawaban minimal dipilih
oleh 5% dari seluruh peserta tes (Mardapi, 2017).
Pada program QUEST, fungsi pengecoh dapat dilihat dari nilai
percent (%). Kemudian fungsi pengecoh tersebut dianalisis berdasarkan
keputusan dari Mardapi.

2. Analisis Tingkat Kemampuan Penalaran Ilmiah


Menurut Sidharta (2008) kemampuan bernalar seseorang sulit
untuk diamati secara langsung karena proses bernalar merupakan proses
yang terjadi didalam pikiran seseorang. Seperti yang dikemukakan oleh
Adam dan Wieman (2010) bahwa proses yang terjadi di dalam pikiran
seseorang sulit untuk diukur secara langsung bagaimana proses yang
terjadi didalamnya. Menurut Lohman dan Lakin (2009) salah satu caranya
adalah dengan mengukur produk hasil berpikir berupa lambang atau
simbol – simbol yang dirangkai menjadi susunan kata dan kalimat. Melalui
produk itulah proses berpikir seseorang dapat dipetakan dan dilihat
bagaiman proses kognitifnya (Adam dan Wieman, 2010).
Dengan demikian, dibutuhkan suatu alat ukur yang dapat menilai
produk atau hasil argumentasi proses bernalar seseorang dalam hal ini
untuk menilai penalaran imiah siswa. Penelitian Tsui dan Treagust (2010)
menggunakan instrumen tes diagnostik untuk menilai penalaran siswa,
bentuk tes yang digunakan yaitu pilihan ganda beralasan, dimana siswa
dituntut menjawab pertanyaan dan alasan atas jawaban yang dipilihnya.
Instrumen ini memiliki kelebihan yaitu dapat menilai sejauh mana
pengetahuan konsep sekaligus kemampuan bernalar siswa. Untuk
pedoman penskoran disajikan pada Tabel 3.5.
library.uns.ac.id 69
digilib.uns.ac.id

Tabel 3.5 Pedoman Penskoran


Tingkat 1 Tingkat 2 Tingkat 3
Skor
(Jawaban) (Alasan) (Tingkat keyakinan)
Benar Benar Yakin 10
Benar Benar sebagian Yakin 9
Benar Benar Tidak yakin 8
Benar Benar sebagian Tidak yakin 7
Benar Salah Yakin 6
Benar Salah Tidak yakin 5
Salah Benar Yakin 4
Salah Benar sebagian Yakin 3
Salah Benar Tidak yakin 2
Salah Benar sebagian Tidak yakin 1
Salah Salah Yakin 0
Salah Salah Tidak yakin 0
(Sumber : Modifikasi Kaltacki dan Eryilmaz, 2015)
Sedangkan untuk mengukur tingkat kemampuan penalaran ilmiah
siswa digunakan kriteria menurut Erlina (2016) yang disajikan pada tabel
3.6 berikut.
Tabel 3.6 Kategori Penalaran Ilmiah
Kategori Penalaran Persentase Kategori
Ilmiah
Tinggi 66,68 % - 100 %
Sedang 33,34 % - 66,67 %
Rendah 0 – 33,33 %
(Sumber : Erlina, 2016)

Tahapan – tahapan dalam penelitian dan pengembangan ini secara


singkat dapat dilihat pada Gambar 3.2. Tampilan pada Gambar 3.2
dimaksudkan untuk mempermudah pemahaman tahapan – tahapan yang
dilakukan peneliti dalam penelitian dan pengembangan ini.
library.uns.ac.id 70
digilib.uns.ac.id

Research and Information collecting


(Penelitian dan pengumpulan data)

Studi Literatur Studi Lapangan

Pengembangan Instrumen Penilaian Three Tier untuk


Planning
mengukur Kemampuan Penalaran Ilmiah

Penyusunan Kisi - Kisi

Develop Preliminary
Penyusunan Draf Soal
Form of Product

Validasi Soal dan Revisi

Preminary Field Test


(Uji Coba Lapangan Awal)

Main Product Revision

Main Field Test


(Uji Coba Lapangan Utama)

Operational Product Revision

Operational Field Test


(Uji Coba Lapangan
Operasional )

Final Product

Gambar 3.2 Alur Prosedur Penelitian

Anda mungkin juga menyukai