Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

TEKHNOLOGI KESEHATAN TMS (Transcranial Magnetic Stimulation)

DIBUAT UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH


“ TREND ISSUE KEPERAWATAN “

DOSEN PENGAMPUH : Ns. RIZKAN H. DJAFAR, S.Kep,. M.Kep.

DISUSUN OLEH :

NAMA : NARTI AUFAT


NIRM : 2001014
KELAS / SEMESTER : VII A

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MANADO
TAHUN AJARAN 2022/2023

1|Page
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji serta syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang
senantiasa memberikan curahan kasih rahmat-Nya kepada hamba- Nya, yang benar-benar
ingin mencari ridha serta inayah-Nya. Tidak lupa rahmat serta keselamatan semoga
tercurah limpah kepada Nabi Muhammad Saw. Akhirnya atas izin Allah SWT makalah ini
dapat diselesaikan.
Makalah ini saya sampaikan kepada dosen mata kuliah “ Trend Issue
Keperawatan“ sebagai salah satu tugas mata kuliah tersebut. Tidak lupa kami ucapkan
terima kasih kepada Bapak/Ibu dosen yang telah berjasa mencurahkan ilmu kepada kami.
Kami memohon kepada dosen khusunya, umumnya para pembaca barang kali
menemukan kesalahan atau kekurangan dalam makalah ini baik dari segi bahasan maupun
isinya harap maklum. Selain itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun kepada semua pembaca.

Penulis
Narty Aufat

2|Page
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................2
DAFTAR ISI.............................................................................................................................3
BAB I.........................................................................................................................................4
TINJAUAN TEORITIS...........................................................................................................4
A. KONSEP DASAR TMS (TRANSCRANIAL MAGNETIC STIMULATION)...............4
1. Definisi TMS (Transcranial Magnetic Stimulation)....................................................4
2. Keunggulan dan Manfaat TMS...................................................................................4
3. Kondisi Klinis yang Dapat Menggunakan Tekhnologi TMS....................................5
4. Cara Kerja TMS............................................................................................................6
5. Prosedur Penggunaan Tekhnologi TMS......................................................................6
6. Peraturan Per Undang-Undangan tentang TMS.......................................................7
BAB II........................................................................................................................................8
ANALISA JURNAL.................................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................11

3|Page
BAB I
TINJAUAN TEORITIS

A. KONSEP DASAR TMS (TRANSCRANIAL MAGNETIC STIMULATION)


1. Definisi TMS (Transcranial Magnetic Stimulation)
Transcranial Magnetic Stimulation (TMS) adalah salah satu alat atau
tekhnologi di bidang Neurofisiologi yang dapat digunakan dalam membantu
diagnosis gangguan saraf maupun digunakan dalam terapi / pengobatan gangguan
saraf, baik gangguan fungsi saraf pusat maupun saraf tepi.
TMS ditemukan berkat salah satu penelitian yang dilakukan di University
of Pennsylvania, Philadelphia, Amerika Serikat. TMS (Transcranial Magnetik
Stimulation) merupakan teknik pengobatan luar tubuh yang merangsang syaraf-
syaraf dalam otak dengan tekanan magnetik melalui kulit kepala.
TMS adalah terapi tambahan, bukan pengganti obat pada tatalaksana
gangguan saraf. Pasien dengan gangguan sistem saraf tetap diberikan pengobatan
sesuai standar setelah itu dapat diberikan terapi TMS untuk menunjang atau
mempercepat proses penyembuhan.
Selain mengatasi masalah saraf, TMS juga menjadi terobosan cara
pengobatan yang aman dan efektif, tanpa menggunakan obat-obatan bagi penderita
depresi. Beberapa penemuan kecil telah menunjukkan TMS efektif dalam
menangani depresi.
2. Keunggulan dan Manfaat TMS
Salah satu kelebihan TMS dibandingkan dengan terapi konvensional adalah
kemampuannya untuk menargetkan area otak yang spesifik dengan presisi tinggi.
Hal ini memungkinkan terapi lebih efektif dan efisien dalam memulihkan fungsi
yang terganggu akibat stroke. Selain itu, TMS memiliki risiko efek samping yang
rendah, seperti sakit kepala ringan dan rasa tidak nyaman di kulit kepala, yang
menjadikannya pilihan terapi yang aman.
Studi klinis telah menunjukkan bahwa TMS efektif dalam mempercepat
pemulihan pasien stroke. Sebuah meta-analisis yang melibatkan lebih dari 1.000
pasien stroke menunjukkan bahwa TMS memiliki efek positif dalam meningkatkan
fungsi motorik dan kognitif, terutama jika diberikan dalam beberapa minggu
pertama setelah kejadian stroke. Selain itu, penelitian juga menunjukkan bahwa

4|Page
TMS dapat meningkatkan kemampuan berbicara dan memahami bahasa pada
pasien stroke yang mengalami afasia.
Meskipun TMS menawarkan harapan baru dalam pemulihan pasien stroke,
penting untuk diingat bahwa teknologi ini bukan pengganti terapi konvensional,
melainkan sebagai pelengkap dalam program rehabilitasi yang komprehensif.
Pasien stroke masih memerlukan terapi fisik, okupasi, dan bicara untuk
memaksimalkan pemulihan mereka. TMS dapat membantu meningkatkan
efektivitas terapi tersebut dengan meningkatkan konektivitas dan fungsi otak yang
terganggu.
Sebagai teknologi yang relatif baru, masih banyak penelitian yang perlu
dilakukan untuk mengevaluasi keefektifan TMS dalam pemulihan pasien stroke
jangka panjang dan untuk mengidentifikasi protokol pengobatan yang optimal.
Namun, bukti yang ada saat ini menunjukkan bahwa TMS memiliki potensi untuk
menjadi alat yang berharga dalam perjuangan melawan stroke dan penyakit saraf
lainnya.
Untuk mengoptimalkan proses pemulihan pasien stroke dengan TMS,
diperlukan kolaborasi antara dokter, terapis, dan pasien. Dokter dan terapis perlu
mengevaluasi kondisi pasien dan menyesuaikan protokol TMS sesuai kebutuhan
individu, sementara pasien harus berkomitmen untuk menjalani program
rehabilitasi yang direkomendasikan.
3. Kondisi Klinis yang Dapat Menggunakan Tekhnologi TMS
Pasien dengan kondisi di bawah ini bisa mengikuti perawatan tambahan
yaitu antara lain:
1. Pasien yang mengalami pasca trauma otak dan saraf
2. Seseorang yang mengidap parkinson dan stroke
3. Individu yang mengalami gangguan keseimbangan, gangguan bahasa atau
menyebabkan dirinya sulit berbicara
4. Seseorang yang mengalami kondisi tinnitus atau telinga berdenging
5. Anda yang sedang mengalami nyeri pinggang kronik termasuk low back pain
6. Pasien dengan kondisi neuropati, dystonia, bahkan depresi
7. Seseorang yang mengalami gejala demensia, insomnia, atau vertigo dapat
mengikuti terapi ini

5|Page
8. Pasien yang mengalami gangguan mental yakni sering merasa anxiety atau
bahkan halusinasi auditorik. Terapi ini juga sering dipakai untuk pasien
dengan mood disorder, skizofrenia dan gangguan jiwa lainnya
9. Pasien dengan riwayat penyakit degeneratif seperti multiple sclerosis.
Seseorang yang mengalami kesulitan untuk mengingat atau mengalami
gangguan memori
Efek samping yang timbul saat menjalani prosedur ini antara lain ialah
gangguan pendengaran sementara, nyeri kepala ringan , kesemutan pada wajah dan
untuk beberapa kasus menyebabkan kejang walaupun sangat jarang terjadi. Namun
beberapa pasien ada juga yang tidak mengalami efek samping tersebut karena alat
tidak memakai radiasi melainkan gelombang elektromagnetik.
Durasi pengobatan Transcranial Magnetic Stimulation mulai dari 30 menit
hingga 1 jam tergantung dari tingkat keparahan gangguan saraf yang diderita.
Jumlah sesi terapi menyesuaikan jenis penyakit dan tingkat keparahan gangguan
yang diderita namun umumnya bisa 5 kali per minggu.
4. Cara Kerja TMS
Cara kerja alat ini sendiri adalah dengan memberikan stimulasi pada sel
saraf otak. Tujuannya adalah agar sel otak yang terganggu bisa bekerja
sebagaimana mestinya. TMS terbukti efektif untuk meningkatkan aktivitas sel yang
tidak begitu aktif sebelumnya lewat peningkatan dari kerja neurotransmitter.
Neurotransmiter sendiri adalah zat penghantar pada jalur sel-sel saraf.
Dalam pemakaian alatnya menggunakan gelombang elektromagnetik dengan
frekuensi rendah atau tinggi. Hal ini dibutuhkan agar memberikan efek
inhibisi/hambatan pada saraf yang terlalu aktif.
5. Prosedur Penggunaan Tekhnologi TMS
Sebelum menjalani terapi biasanya ada beberapa persiapan yang perlu
pasien lewati. Antara lain adalah pemeriksaan klinis dan neurobehavior, serta
penelusuran riwayat kejang dan adanya metal atau logam pada otak.
Oleh karena itu pasien akan melewati proses screening fungsi sel otak
terlebih dulu sebelum menjalani terapi. Tujuannya adalah memastikan pasien yang
menjalani terapi memang mengalami gangguan sistem saraf serta meminimalisir
efek samping bagi pasien dengan kondisi tertentu.

6|Page
Ketika terapi berlangsung, pasien akan diposisikan duduk dan alat
kumparan elektromagnetik akan dipasang dekat kepala. Gelombang magnetik
nantikan dialirkan menuju bagian otak dengan menginduksi saraf tertentu.
Terapi Transcranial Magnetic Stimulation memberikan gelombang magnet
melalui coil ke bagian otak tertentu. Kelebihannya adalah akan mengalirkan
gelombang langsung ke otak tanpa menimbulkan sakit serta target organ yang ingin
dituju bisa tepat sasaran.
Salah satu alat dalam rangkaian TMS ialah evoked potential. Alat ini akan
berfungsi untuk menganalisis hubungan antar sel saraf, efek gelombang yang
timbul dan sensitifitas sel sarafnya.
Transcranial Magnetic Stimulation merupakan salah satu terapi tambahan
pada pasien dengan gangguan memori dan saraf. Dengan mengikuti terapi ini
mampu mengurangi kekambuhan nyeri kepala, cephalgia, tension headache,
sindrom hiperventilasi bahkan migrain. Terapi ini juga baik untuk pasien dengan
gangguan mental seperti depresi atau halusinasi bahkan dianjurkan bagi pasien
yang mengalami movement disorders.
6. Peraturan Per Undang-Undangan tentang TMS
1. UU No. 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran
2. UU No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan

7|Page
BAB II
ANALISA JURNAL

Tahu Negara/
Desain Sampel Instrumen
Judul Jurnal n Penulis Tempat Hasil
Penelitian Penelitian Penelitian
Terbit Penelitian
Efek Pemberian 2022 1. Halmina Indonesia / Desain 25 orang Menggunaka Berdasarkan tabel output
Terapi Trans Ilyas Klinik Inggit kelompok kelompok n skor HDRS independen sample test
Magnetik Simulasi 2. Sitti Medika dan RS kontrol intervensi (Hamilton diketahui nilai
Terhadap Herliyanti Pelamonia Nonequivalen dan 25 orang Depression signifikansi pada
Penurunan Tingkat Rambu Makassar t kelompok Rating Scale) kelompok kontrok
Depresi Pasien 3. Nour kontrol sebesar 0,302 > 0,05 dan
Pasca Stroke Sriyanah nilai signifikan pada
kelompok intervensi
sebesar 0,000 <0,05,
Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa ada
perbedaan yang
signifikan antara rata-
rata nilai post test
kelompok kontrol dengan
rata-rata nilai post test

8|Page
kelompok intervensi.
Menurut peneliti
perbedaan
hasil dari ke-2 kelompok
karena adanya terapi
TMS yang diberikan
pada kelompok
intervensi sehingga
hasilnya menunjukkan
adanya perbedaan. Hal
ini sejalan dengan
penelitian sebelumnya
menurut Khedr,
Ahmed,Fathy, Rothwell,
2015) pemberian terapi
rTMS secara rutin selama
2 minggu dapat
merangsang perbaikan
sel-sel neuron yang telah
rusak dan mati untuk
beregenerasi kembali
dengan membuat lintasan

9|Page
baru yang dapat
memperbaiki depresi.

10 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA

https://jurnal.globalhealthsciencegroup.com/index.php/JPPP/article/download/1246/974/
https://rsd.sidoarjokab.go.id/pages/artikel/transcranial-magnetic-stimulation-tms-generasi-
baru-pendeteksi-penyakit-saraf
https://abdiwaluyo.com/id/advanced-medical-technologies/minimally-invasive/rtms/
https://klinikpintar.id/blog-pasien/apa-itu-tms-transcranial-magnetic-simulation
https://rsjd-surakarta.jatengprov.go.id/2016/06/02/gangguan-neurologis-yang-dapat-diterapi-
dengan-menggunakan-tms-transcranial-magnetic-stimulation/

11 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai