Anda di halaman 1dari 6

A.

Definisi

Kesadaran adalah pengetahuan penuh atas diri, lokasi, dan waktu. Penurunan kesadaran
adalah keadaan dimana penderita tidak sadar dalam arti tidak terjaga/ tidak terbangun secara utuh
sehingga tidak mampu memberikan respons yang normal terhadap stimulus. Kesadaran secara
sederhana dapat dikatakan sebagai keadaan dimana seseorang mengenal/mengetahui tentang
dirinya maupun lingkungannya.
Komponen yang dapat dinilai dari suatu keadaan sadar yaitu kualitas kesadaran itu sendiri
dan isinya. Isi kesadaran menggambarkan keseluruhan dari fungsi cortex serebri, termasuk
fungsi kognitif dan sikap dalam merespon suatu rangsangan. Pasien dengan gangguan isi
kesadaran biasanya tampak sadar penuh, namun tidak dapat merespon dengan baik beberapa
rangsangan-rangsangan, seperti membedakan warna, raut wajah, mengenali bahasa atau simbol,
sehingga sering kali dikatakan bahwa penderita tampak bingung.
Penurunan kesadaran atau koma merupakan salah satu kegawatan neurologi yang menjadi
petunjuk kegagalan fungsi integritas otak dan sebagai “final common pathway” dari gagal organ
seperti kegagalan jantung, nafas dan sirkulasi akan mengarah kepada gagal otak dengan akibat
kematian. Jadi, bila terjadi penurunan kesadaran maka terjadi disregulasi dan disfungsi otak
dengan kecenderungan kegagalan seluruh fungsi tubuh. Dalam beberapa kasus, kesadaran tidak
hanya mengalami penurunan, namun dapat terganggu baik secara akut maupun secara
kronik/progresif. Terganggunya kesadaran secara akut, antara lain :
a. Clouding of consciousness (somnolen)
Keadaan dimana terjadi penurunan tingkat kesadaran yang minimal sehingga pasien
tampak mengantuk yang dapat disertai dengan mood yang irritable dan respon yang
berlebihan terhadap lingkungan sekitar. Biasanya keadaan mengantuk akan lebih tampak
pada pagi dan siang hari, sedangkan pada malam harinya pasien akan terlihat gelisah.
b. Delirium
Merupakan keadaan terganggunya kesadaran yang lebih dikarenakan abnormalitas dari
mental seseoang dimana pasien salah menginterpretasikan stimulan sensorik dan
terkadang terdapat halusinasi pada pasien. Berdasarkan DSM-IV, delirium adalah
gangguan kesadaraan yang disertai ketidakmampuan untuk fokus atau mudah
terganggunya perhatian. Pada delirium, gangguan hanya terjadi sementara dalam waktu
yang singkat (biasanya dalam hitungan jam atau hari) dan dapat timbul fluktuatif dalam 1
hari. Pasien dengan delirium biasanya mengalami disorientasi, pertama adalah waktu,
tempat, lalu lingkungan sekitar.
c. Obtundation (apatis)
Kebanyakan pasien yang dalam keadaan apatis memiliki penurunan kesadaran yang
ringan samapai sedang diikuti dengan penurunan minat terhadap lingkungan sekitar.
Pasien biasanya merespon lambat terhadap stimulan yang diberikan.
d. Stupor
Kondisi dimana pasien mengalami tidur yang dalam atau tidak merespon, respon hanya
timbul pada stimulan yang kuat dan terus menerus. Dalam keadaan ini dapat ditemukan
gangguan kognitif.
e. Koma
Keadaan dimana pasien tidak merespon sama sekali terhadap stimulan, meskipun telah
diberikan stimulan yang kuat dan terus menerus. Pasien mungkin dapat tampak meringis
atau gerakan tidak jelas pada kaku dan tangan akibat rangsangan yang kuat, namun
pasien tidak dapat melokalisis atau menangkis darerah nyeri. Semakin dalam koma yang
dialami pasien, respon yang diberikan terhadap rangsangan yang kuat sekalipun akan
menurun.
f. Locked-in syndrome
Keadaan dimana pasien tidak dapat meneruskan impuls eferen sehingga tampak
kelumpuhan pada keempat ekstremitas dan saraf kranial perifer. Dalam keadaan ini
apsien bisa tampak sasdar, namun tidak dapat merespon rangsangan yang diberikan. 2

Terganggunya kesadaran secara akut lebih berbahaya dibandingkan dengan terganggunya


kesadaran yang bersifat progresif. Terganggunya kesadaran secara progresif/kronik, antara lain :
a. Demensia
Penurunan mental secra progresif yang dikarenakan kelainan organik, namun tidak selalu
diikuti penurunan kesadaran. Penurunan mental yang tersering adalah penurunan fungsi
kognitif terutama dalam hal memori/ingatan, namun dapat juga di sertai gangguan dalam
berbahasa dan kendala dalam melakukan/menyelesaikan/menyusun suatu masalah.
b. Hipersomnia
Keadaan dimana pasien tampak tidur secara normal namun saat terbangun, kesadaran
tampak menurun/tidak sadar penuh.
c. Abulia
Keadaan dimana pasien tampak acuh terhadap lingkungan sekitar (lack of will) dan
merespon secara lambat terhadap rangsangan verbal. Seringkali respon tidak sesuai
dengan percakapan atau gerakan yang diperintahkan, namun tidak ada gangguan fungsi
kognitif pada pasien.
d. Akinetik mutism
Merupakan keadaan dimana pasien lebih banyak diam dan tidak awas terhadap diri
sendiri (alert-appearing immobility).
e. The minimally conscious state (MCS)
Keadaan dimana terdapat penurunan kesadaran yang drastis/berat tetapi pasien dapat
mengenali diri sendiri dan keadaan sekitar. Keadaan ini biasanya timbul pada pasien yang
mengalami perbaikan dari keadaan koma atau perburukan dari kelainan neurologis yang
progresif.
f. Vegetative state (VS)
Bukan merupakan tanda perbaikan dari pasien yang mengalami penurunan kesadaran,
meskipun tampak mata pasien terbuka, namun pasien tetap dalam keadaan koma. Pada
keadaan ini regulasi pada batang otak dipertahankan oleh fungsi kardiopulmoner dan
saraf otonom, tidak seperti pada pasien koma dimana hemisfer cerebri dan batang otak
mengalami kegagalan fungsi. Keadaan ini dapat mengalami perbaikan namun dapat juga
menetap (persistent vegetative state). Dikatakan persisten vegetative state jika keadaan
vegetative menetap selama lebih dari 30 hari.
g. Brain death
Merupakan keadaan irreversible dimana semua fungsi otak mengalami kegagalan,
sehingga tubuh tidak mampu mempertahankan fungsi jantung dan paru yang menyuplai
oksigen dan nutrisi ke organ-organ tubuh. Kematian otak tidak hanya terjadi pada
hemisfer otak, namun juga dapat terjadi pada batang otak.

Dalam hal menilai penurunan kesadaran, dikenal beberapa istilah yang digunakan di klinik
yaitu kompos mentis, somnolen, stupor atau sopor, soporkoma dan koma. Terminologi tersebut
bersifat kualitatif. Sementara itu, penurunan kesadaran dapat pula dinilai secara kuantitatif
dengan menggunakan skala koma Glasgow. Penilaian kesadaran biasanya berdasarkan respon
pasien terhadap rangsangan yang diberikan oleh pemeriksa. Penilaian penurunan kesadaran
secara kualitatif berupa:
 Kompos mentis berarti kesadaran normal, menyadari seluruh panca indera (aware atau
awas) dan bereaksi secara optimal terhadap seluruh rangsangan dari luar maupun dari
dalam (arousal atau waspada), atau dalam keadaan awas dan waspada.
 Somnolen atau drowsiness atau clouding of consciousness, berarti mengantuk, mata
tampak cenderung menutup, masih dapat dibangunkan dengan eprintah, masih dapat
menjawab pertanyaan walaupun sedikit bingung, tampak gelisah dan orientasi terhadap
sekitarnya menurun.
 Stupor atau sopor lebih rendah daripada somnolen. Mata tertutup dengan rangsangan
nyeri atau suara keras baru membuka mata atau bersuara satu-dua kata motorik hanya
berupa gerakan mengelak terhadap rangsang nyeri.
 Semikoma atau soporokoma, merupakan tahap pertengahan antara sopor dan koma, mata
tetap tertutup walaupun dirangsang neyri secara kuar, hanya dapat mengerang tanpa arti,
motorik hanya berupa gerakan primitif.
 Koma merupakan penurunan kesadaran yang paling rendah. Dengan rangsang apapun
tidak ada reaksi sama sekali, baik dalam hal membuka mata, bicara, maupun reaksi
motorik.

Secara kuantitatif, kesadaran dapat dinilai dengan menggunakan Glasgow Coma Scale (GCS)
yang meliputi pemeriksaan untuk Penglihatan/Mata (E), Pemeriksaan Motorik (M) dan Verbal
(V). Pemeriksaan ini mempunyai nilai terendah 3 dan nilai tertinggi 15.
a. Pemeriksaan derajat kesadaran GCS untuk penglihatan/mata :
E1 tidak membuka mata dengan rangsang nyeri
E2 membuka mata dengan rangsang nyeri
E3 membuka mara dengan rangsang suara
E4 membuka mata spontan
b. Motorik :
M1 tidak melakukan reaksi motorik dengan rangsang neyri
M2 reaksi deserebrasi dengan rangsang nyeri
M3 reaksi dekortikasi dengan rangsang nyer
M4 reaksi menghampiri rangsang nyeri tetapi tidak mencapai sasaran
M5 reaksi menghampiri rangsang nyeri tetapi mencapai sasaran
M6 reaksi motorik sesuai perintah
c. Verbal :
V1 tidak menimbulkan respon verbal dengan rangsang nyeri (none)
V2 respon mengerang dengan rangsang nyeri (sounds)
V3 respon kata dengan rangsang neyri (words)
V4 bicara dengan kalimat tetapi disorientasi waktu dan tempat (confused)
V5 bicara dengan kalimat dengan orientasi baik (oriented)
Interpretasi hasil penghitungan GCS :
 Compos mentis : 14-15
 Somnolen : 11-12
 Stupor / sopor : 8-10
 Koma : <5

B. Etiologi

Etiologi penurunan kesadaran secara garis besar terbagi menjadi dua, yaitu: gangguan
metabolik/fungsional dan gangguan struktural.
a. Gangguan metabolik/fungsional
Gangguan ini antara lain berupa keadaan hipoglikemik/hiperglikemik, gangguan fungsi
hati, gangguan fungsi ginjal, gangguan keseimbangan elektrolit, intoksikasi obat-obatan,
intoksikasi makanan serta bahan-bahan kimia, infeksi susunan saraf pusat.
b. Gangguan struktural dapat dibagi lagi menjadi 2, yaitu:
 Lesi supratentorial
Perdarahan intraserebral : ekstradural, subdural, intraserebral
Infark : emboli, thrombosis
Tumor otak : Tumor primer, tumor sekunder, abses, tuberkuloma
 Lesi infratentorial
Perdarahan : serebelum pons
Infark : batang otak
Tumor : serebelum
Abses : serebelum

Tabel 1. Berbagai Penyakit Penyebab Penurunan Kesadaran


Gangguan Medis
Gangguan Struktural
(Toxic-Infeksi-Metabolik)

 Kejadian cerebrovascular • Anoxia


 Trombosis Vena Otak • Ketoasidosis Diabetes
 Hidrocefalus • Abnormalitas elektrolit
 Tumor Intraserebral • Encephalopathy
 Empiema Subdural • Hipoglikemia
 Trauma (Perdarahan Intrakranial, • Hipotermi / Hipertermi
pembengkakan otak secara difus, • Infeksi (sepsis)
shaken baby syndrome) • Meningitis dan encephalitis
• Psikogenik
• Intususepsi
• Toksin
• Uremia (Sinfrom uremi-hemolitik)

Anda mungkin juga menyukai