(Kel 2) Makalah Kritis Askep Alo
(Kel 2) Makalah Kritis Askep Alo
Dosen Pembimbing :
Nugroho Ari, S.Kep., Ns.,M.Kep
Disusun Oleh :
Kelompok
Lestari Puji Rahayu 20181660012
Wahyu Ike Al Fitroh 20181660017
May Kurnyantini Sutomo 20181660036
Ronna Diyanah Putri 20181660056
Alfian Yanuar Rizky 20181660058
Sinta Purnawasari 20181660059
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
serta hidayah-Nya kepada kami, dimana kami diberikan kesehatan jasmani
maupun rohani sehingga kita dapat menyelesaikan tugas makalah ini yang
berjudul “ Makalah Keperawatan Kritis III kasus Acute Lung Oedem dengan
Terapi Ventilator“.
Makalah ini tentunya jauh dari kata sempurna tapi kami tentunya
bertujuan untuk menjelaskan atau memaparkan point-point di makalah ini, sesuai
dengan pengetahuan yang kami peroleh dari beberapa buku dan sumber lainnya.
Semoga semuanya memberikan manfaat bagi kita. Bila ada kesalahan tulisan atau
kata-kata di dalam makalah ini, kami mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
2.1 Rancangan.......................................................................................... 4
BAB IV ASKEP
4.2 Definisi.............................................................................................. 16
iii
4.3 Etiologi.............................................................................................. 16
4.6 Patofisiologi...................................................................................... 28
4.7 Penatalaksanaa.................................................................................. 30
4.8 Pengkajian......................................................................................... 31
BAB V PENUTUP
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
peningkatan tekanan hidrostatik kapiler diparu yang dapat terjadi akibat
perfusi berlebihan baik dari infus darah maupun produk darah dan cairan
lainnya.
Pasien yang masuk dengan acute lung oedema kardiogenik memerlukan
pemberian oksigenisasi yang adekuat bahkan pada kasus acute lung oedema
tingkat lanjut memerlukan tindakan intubasi dan ventilasi mekanik sehingga
pasien harus dirawat di unit perawatan intensif, Salah satu terapi non
farmakologi diberikan untuk membantu pasien yang mengalami acute lung
oedema adalah dengan pemberian ventilation non intensive(NIV) . Pemberian
ventilation non intensive dengan tujuan untuk dapat menurunkan aliran balik
vena sistemik dan afterload vertikel kiri sehingga mengurangi tekanan
pengisian vertikel kiri dan membatasi edema paru (Bello et al., 2018)
Suction
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
Oedem.
Oedem.
2
2. Mengidentifikasi faktor yang mempengaruhi keberhasilan Terapi
1.4 Manfaat
1. Bagi perawat
3
BAB II
LITERATUR REVIEW PRISMA
2.1 Rancangan
Penggunaan literatur review atau kajian pustaka pada makalah ini untuk
penunjang penggunaan terapi pada pasien Acute Lung Oedem. Literatur review
dan bisa didapat dari berbagai sumber seperti jurnal penelitian, internet, dan
pustaka lain.
tertentu, diperlukan pengumpulan data untuk mencari artikel yang akan direview.
Strategi yang digunakan mencari data dalam database jurnal penelitian dan
Scien Direct literatur yang digunakan dari tahun 2016 sampai tahun 2021. kata
kunci yang digunakan untuk mencari artikel yaitu “Therapy Ventilator, non-
Hasil dari pencarian pertama kali akan muncul ratusan artikel sehingga
artikel yang dicari tidak terlalu banyak dan dapat memilah dengan baik. Kriteria
4
Ketersediaan teks yaitu Full Text
mengekstraksi semua hasil penelitian pada artikel yang sesuai dengan terapi
Ventilator pada masalah, tujuan peneliti yaitu efektifitas dari Terapi Ventilator
dalam memberikan terapi terhadap pasien yang terdiagnosa Acute Long Oedem.
Database Search:
NCBI PubMed
(n: 1038)
Artikel yang di
eksklusikan
(n: 649)
Publication Date
yang memenuhi (n:389)
Artikel yang
di eksklusikan
(n: 20)
Text Avaibility
yang memenuhi (n: 369)
Artikel yang di
eksklusikan
(n: 198)
Article Attribute, Article Type
yang memenuhi
(n: 171)
Artikel yang di
eksklusikan
6
BAB III
LITERATUR REVIEW MATRIX
BAB IV
ASUHAN KEPERAWATAN
4.2 DEFINISI
7
ALO (Acute Long Oedem) adalah timunan cairan abnormal dalam paru, baik dirongga
intertisial maupun dalam alveoli. Edema paru merupakan tanda adalah kongesti paru
tingkat lanjut, dimana cairan mengalami kebocoran melalui dinding kapiler, merembes
keluar dan menimbulkan dispnue yang sangat berat (Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah Edisi 8, Bunner & Suddarth 2015)
ALO (Acute Long Oedem) adalah gawatan di bagian medis yang memerlukan
manajemen yang tepat dan dilakukan segera mungkin. Edema paru akut ini ditandai
dengan gejala diantaranya sesak nafas berat dan terjadi nya hipoksia yang diakibatkan
oleh adanya akumulasi dari penumpukan cairan di dalam paru yang mengakibatkan
terjadinya gangguan dari proses pertukaran gas dan pengembangan dari paru (Jufan et al.,
2020)
4.3 ETIOLOGI
Berikut adalah etiologi Acute Lung Oedem menurut Buku Ajar Keperawatan Medikla
Bedah Edisi 8, Bunner & Suddart 2015) :
8
i. Nafas berbunyi dan basah
j. Mengeluarkan cairan berbusa di bronki dan trachea
4.5 PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan diantaranya adalah pemeriksaan rontgen
Thorax, pemeriksaan USG, pemeriksaan kardiometri dengan ICON dan pemeriksaan PiCCO. (Jufan
et al., 2020) :
1. Pemeriksaan Thorax Pada pemeriksaan penunjang radiologi thorax gambaran khas
edema paru didapatkan ukuran antung membesar ditandai dengan cardiomegaly,
pelebaran gambaran vaskularisasi dari paru.
2. Pemeriksaan USG thorax atau juga disebut LUS (Lung Ultrasound) dapat
membantu mendiagnosis kasus pasien dengan sesak nafas di Rumah sakit, Pada
pemeriksaan LUS akan didapatkan 2 garis atau 3 garis yang disebut B lines.
Bilateral B lines sering didapatkan pada jaringan paru dengan edema intersisial.
3. Pemeriksaan ICON merupakan salah satu peralatan yang bertujuan untuk
melakukan monitoring hemodinamik secara non invasif atau disebut juga elektrik
kardiometri. Dengan menggunakan alat ICON kita dapat mengatahui profil dari
TFC (Torachic Fluid Content) yang dapat menjadi pemeriksaan penunjang adanya
edema paru. TFC mengukur cairan extra dan intravaskuler di dalam rongga thorax,
sehingga dapat menjadi penunjang jika terjadi peningkatan nilai TFC dapat
menjadi pertanda dari gejala edema paru akut. Pada kasus edema paru didapatkan
nilai dari TFC mencapai 27 – 40 k/ohm.
4. Pemeriksaan PICCO Pemeriksaan invasif dengan alat PiCCO (Pulse Contour
Cardiac Output) dapat melakukan pemeriksaan dari hemodinamik pada pasien.
PiCCO menggunakan kombinasi dari 2 tehnik untuk monitoring hemodinamik dan
volumetrik secara lengkap yaitu secara termodilusi dan analisis contour pulsasi.
Termodilusi menghitung pengukuran volumetrik dari preload dan cardiac output.
PiCCO memerlukan akses kateter Vena Central dan termodilusi arteri line. Pada
kasus edema paru pemeriksaan dengan PiCCO dapat membantu diagnosis dengan
menghitung nilai EVLWI (Extravascular Lung Water Index), dimana EVLW
merupakan gambaran dari jumlah air yang terdapat di dalam paru, dimana
merupakan jumlah cairan di dalam intersisial, intrasel, alveolar dan cairan limfa di
dalam paru. Nilai normal dari EVLWI yaitu < 10 mL/kg. Nilai EVLWI ≥ 10 ml/kg
dapat menjadi penunjang kuat adanya edema paru pada pasien yang mengeluhkan
gejala klinis sesak nafas dan ada riwayat penyakit jantung sebelumnya.
9
4.6 PATOFISIOLOGI
Kapiler pembuluh darah paru dan gas di dalam alveolus dipisahkan oleh membrane
kapiler-alveolar. Membran ini terbagi menjadi tiga lapisan, lapisan pertama adalah endotel
kapiler; lapisan kedua adalah ruang interstitial yang terdiri dari jaringan ikat, fibroblast,
dan makrofag; dan lapisan terakhir adalah epitel alveolus. Pertukaran cairan normalnya
terjadi diantara vascular bed dan ruang interstitium. Edema paru terjadi saat aliran cairan
dari vaskuler ke dalam ruang interstitial meningkat.
Edema paru kardiogenik secara predominan terjadi karena gangguan aliran pada
atrium kiri atau karena disfungsi ventrikel kiri. Pada edem paru yang terjadi karena
peningkatan tekanan kapiler paru, maka tekanan kapiler parunya harus lebih tinggi
dibandingkan dengan tekanan koloid osmotic plasma. Tekanan kapiler paru normalnya 8 –
12 mmHg, dan tekanan osmotic koloidnya adalah 28 mmHg.
Sistem limfa memainkan pernana penting dalam menjaga agar cairan di paru selalu
seimbang dengan cara membuang cairan, koloid, atau liquid dari ruang interstitial dengan
kecepatan 10 – 20 mL/jam. Pada peningkatan tekanan kapiler arteri paru melebihi 18
mmHg, hal ini dapat meningkatkan filtrasi dari cairan ke dalam ruang interstitium, namun
kecepatan pembuangan sistem limfa tidak ikut meningkat. Hal ini berbeda dengan
peningkatan tekanan atrium kiri yang kronis, dengan kecepatan pembuangan sistem limfe
bisa sampai 200 mL/jam, yang dapat memproteksi paru dari edema paru.(Jufan et al.,
2020)
10
1. Morfin yaitu diberikan secara intra vena dalam dosis kecil untuk mengurangi
kecemasan dan dispnea dan menurunkan tekanan perifer sehingga darah dapat
didistribusikan dari sirkulasi par uke bagian tubuh yang lain. Morfin tidak
boleh diberikan bila edema paru disebabkan oleh cidera vaskuler otak,
penyakit paru kronik atau syok kardiogonik. Pasien harus diawasi bila terjadi
depresi pernafasan berat , Antagonis morfin (naloxone hydrocloride) .
2. Diuretik Furosemid (Lasix) yaitu diberikan secara intravena dengan efek
memberikan diuretic yang cepat. Furosemide juga menyababkan vasodilatasi
dan penimbunan darah di pembuluh darah perifer yang pada gilirannya
mengurangi jumlah darah yang Kembali ke jantung bahkan sebelum terjadi
efek diuretik.
4.8 PENGKAJIAN
a. Identitas pasien
Nama, umur, tempat tanggal lahir, jenis kelamin, alamat, pekerjaa,
suku/bangsa, status perkawinan, tanggal masuk rumah sakit, nomor registrasi
dan diagnosa medik
b. Keluhan utama
Klien biasnya dibawah ke rumah sakit setelah sesak nafas, sianosis, batuk
batuk disertao dengan demam tinggi, kesadaran kadang sudah menurun
c. Riwayat kesehatan dahulu
Sepsis, pancreatitis, penyakit paru, jantung serta kalinan organ vital bawaan
penyakit ginjal
d. Riwayat kesehatan keluarga
Penyakit jantung bawaan bisa dialami penderita karna keturunan dari anggota
keluarganya yang mengalami penyakit jantung. Penyakit hipertensi/ hipotensi
juga bisa dialami seseorang karna ada anggota keluarga yang mengalami
riwayat penyakit yang sama yang bisa merupakan pemicu terjadinya
komplikasi penyakit jantung dan stroke.
11
Jenis: jenis olahraga yang biasa dilakukan oleh klien dalam kehidupan
sehari
Frekuensi: beberapa kali dam luamayan waktu klien melakukan olahraga
f. Data lingkungan
1) Kebersihan: kesadaan lingkungan disekitar rumah klien yang dapat
mempengaruhi dalam kesehatan klien
2) Bahaya: bahaya yang ada disekitar lingkungan rumahnya yang dapat
mempengaruhi kondisi klien
3) Polusi: keadaan udara disekitar rumah klien
g. Data psikososial
1) Pola pikir dan persepsi
Alat bantu yang digunakan
Apakah klien menggunakan alat bantu seperti: kacamata, alat
pendengaran, tongkat, kursi roda dalam beraktifitas
Kesulitan yang dialami
Kesulitan yang dialami oleh klien dalam melakukaan sesuatu
2) Persepsi diri
Hal yang dipirkan saat ini
Sesuatu yang dipikirkan klien saat berada di ruangan rawat
yang membuat perasaan klien tidak tenang
Harapan setelah menjalani perawatan
Harapan positif yang diinginkan klien selama menjalan
perawata di rumah sakit
h. Pertahanan koping
Yang disukai dalam diri : Menggali aspek positif pada diri klien
Yang ingin dirubah dari kehidupan: Suatu usaha yang dilakukan
klien dalam menjaga kesehatannya selama dirumah
Yang dilakukan saat stress
i. Pemeriksaan fisik
1. Kepala
12
Bentuk kepala simetris, penyebaran rambut merata, rambut bersih tidak ada
lesi, rambut beruban,tidak ada nyeri tekan, tidak ada massa dan
pembengkakan.
2. Mata
Bentuk simetris, sclera ikterik -/-, konjungtiva anemis +/+, reflek
cahaya +/+, pupil isokor, tidak ada nyeri tekan.
3. Wajah
Bentuk simetris dan tampak pucat.
4. Hidung
Septum nasi simetris, sekret +/+, sumbatan -/-, PCH (-), terpasang O2 via
nasal canule 4 lpm tidak ada nyeri tekan.
5. Telinga
Telinga simetris, jejus (-), lesi (-), rhinorea (-), nyeri tekan tidak ada.
6. Mulut
Mukosa bibir lembab, tidak ada sariawan, sianosis (-), tonsil tidak
kemerahan, gigi dan lidah bersih.
7. Tenggorokan
Tidak ada nyeri tekan
8. Leher
Trachea simetris, rigiditas (-), pembesaran vena jugularis } 3 cm, nyeri
tekan pada kelenjar limfe.
9. Thoraks
Paru-paru
I : Bentuk dada simetris, pergerakan dada simetris, retraksi otot
dada
(+), tidak ada lesi, penggunaan otot bantu pernapasan
P : Nyeri tekan (+), vocal vremitu teraba,
P : Terdengar hipersonor pada lapang paru kanan dan kiri,
A : Ronkhi
Jantung
13
Tidak terlihat pulsasi ictus cordis, Nyeri tekan (-), ictus cordis
teraba
di ICS V mid klavikula kiri } 2 cm, terdengar dullness pada ICS IV
sternum dekstra dan sinistra, ICS V mid clavicula line sinistra, ICS
V di anterior axial line, sinistra ICS V mid axial line sinistra, BJ I
dan II tunggal.
Abdomen
bentuk flat, jejas (-), BU (+), 10x/menit, distensi abdomen (-), asites
(-), tidak ada pembesaran pada hepar dan lien, nyeri tekan (-),
Timpani
10. Ekstremitas
Edema, akral hangat, terpasang IVFD Nacl 0,9% 10 tts/mnt, kekuatan
otot,reflek tidak terkaji, jejas (-), nyeri tekan (+), CRT > 3 detik
11. Genetalia
Terpasang dolver kateter terhubung urobag, memakai pampers. PU
(+)400 cc/4 jam berwarna kuning jernih, anus tidak terkaji
12. Integument
Turgor kulit normal, akral hangat, tidak ada kelainan kulit, jejas (-)
j. Pemeriksaan penunjang
1. Radiologis
Pada foto thorax menunjukkan hilus yang melebar dan densitas
meningkat disertai tanda bendungan paru, akibat edema interstitial atau
alveolar.
2. Laboratorium
Analisis gas darah pO2 rendah, pCO2 mula-mula rendah, kemudian
hiperkapnia.
Enzim kardiospesifik meningkat jika penyebabnya infark miokard.
Darah rutin, ureum, kreatinin, elektrolit, urinalisis, enzim jantung
(CK-CKMB, Troponin T) diperiksa.
3. Ekg
Pemeriksaan EKG bias normal atau seringkali didapatkan tanda-tanda
iskemia atau infark pada infark miokard akut dengan edema paru.
14
4.9 ANALISA DATA
DS :
- Ortopnea
-Dispnea
DO :
- Sianosis
15
- Pola nafas abnormal ↓ memanjang
b. Minor
DS :
- Ortopnea
DO :
16
↓
Penurunan Curah
Jantung
17
a. Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari
b. Ajarkan teknik batuk efektif
Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran ,
mukolitik
2. Pola nafas tidak efektif b.d Observasi
hambatan upaya nafas d.d d. Monitor pola nafas
pasien mengeluh sesak nafas e. Monitor bunyi nafas tambahan
dan terpasang otot bantu f. Monitor sputum
pernapasan, pola nafas Terapeutik
abnormal, dan fase ekspirasi i. Pertahankan kepatenan jalan nafas dengan head-tilt
memanjang dan chin lift ( jaw thrust jika curiga trauma vertical)
j. Posisikan semi fowler atau fowler
k. Berikan minuman hangat
l. Lakukan fisisoterapi dada, jika perlu
m. Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15 detik
n. Lakukan hiperoksigenasi sebelum penghisapan
endotrakeal
o. Keluarkan sumbatan benda padat dengan forsep
McGill
p. Berikan oksigen
Edukasi
c. Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari
d. Ajarkan teknik batuk efektif
Kolaborasi
b. Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran ,
mukolitik
3. Penurunan curah jantung b.d Observasi
perubahan afterload d.d a. Identifikasi tanda/gejala primer penurunan curah
pasien mengeluh sesak nafas, jantung (dyspnea, edema, ortopnea. Kelelahan)
tekanan darah menurun, CRT b. Identifikasi tanda/gejala sekunder penurunan curah
>3 detik dan warna kulit jantung (distensi vena jugularis, ronkhi, kulit pucat)
pucat c. Monitor tekanan darah
18
d. Monitor intake dan output cairan
e. Monitor saturasi oksigen
f. Monitor aritmia
g. Monitor EKG 12 sadapan
h. Monitor nilai lab jantung
i. Monitor fungsi alat pacu jantung
j. Periksa tekanan darah dan frekuensi nadi sebelum
dan sesedah aktivitas
k. Periksa tekanan darah dan frekuensi nadi sebelum
pemberian obat
Terapeutik
a. Posisikan pasien semi fowler atau fowler
b. Berikan diet jantung yang sesuai
c. Gunakan stocking elastis atau pneumatic intermiten
d. Fasilitasi pasien dan keluarga untuk modifikasi gaya
hidup
e. Berikan terapi relaksasi untuk mengurangi stress
f. Berikan dukungan emosional dan spiritual
g. Berikan oksigen
Edukasi
a. Anjurkan beraktivitas fisik sesuai toleransi
b. Anjurkan beraktivitas fisik sesuai bertahap
c. Ajarkan pasien dan keluargamengukur intake dan
output cairan harian
Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian antiaritmia, jika perlu
b. Rujuk ke program rehabilitasi jantung
19
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
ALO (Acute Long Oedem) adalah gawatan di bagian medis yang memerlukan
manajemen yang tepat dan dilakukan segera mungkin. Edema paru akut ini ditandai
dengan gejala diantaranya sesak nafas berat dan terjadi nya hipoksia yang diakibatkan
oleh adanya akumulasi dari penumpukan cairan di dalam paru yang mengakibatkan
terjadinya gangguan dari proses pertukaran gas dan pengembangan dari paru (Jufan et
al., 2020). Penyebab ALO sendiri yaitu Disebabkan gagal jantung kiri kongestif yang
5.2 Saran
Dalam keadaan kritis penanganan harus secara cepat dan tepat karena
menyangkut dengan nyawa. Diharapkan kedepanya makalah ini dapat bermanfaat bagi
pembaca sehingga dapat di amalkan secara baik.
20
DAFTAR PUSTAKA
Buku SDKI,SLKI,SIKI
21