Anda di halaman 1dari 96

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM MATA KULIAH SILVIKA,

PERTUMBUHAN POHON DAN KUALITAS KAYU


Co-Ass: Lintang Timur Anusapati, S.Hut

Oleh Kelompok 5:
Agustina Sasha G1011211043
Anjas Prayoga G1011211343
Angelinus Ornando G1011211134
Aprilia Maulina G1011211405
Arip Suparman G1011211046
Dinda Maulidia H. G1011211379
Egi Iskandar G1011211222
Fransiska Selviana G1011211190
Julianti G1011211061
Marcellino Dwika A. G1011211390
Murni Yunianti G1011211067
Nurul Hamsah G1011211285
Peby G1011211255
Riko Wibowo G1011211032
Rista Yolanda G1011211209
Stefani Putri D.L G1011211037
Widya Handayani G1011211234
Yuyun G1011211076

PROGRAM STUDI KEHUTANAN


FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
2023
ACARA 1
TRANSPIRASI

A. Tujuan
Mengetahui pengaruh cahaya terhadap laju transpirasi

B. Dasar Teori
Proses transpirasi adalah proses kehilangan air karena penguapan melalui
bagian dalam tubuh tanaman, yaitu air yang diserap oleh akar-akar tanaman di
pergunakan untuk membentuk jaringan tanaman dan kemudian dilepaskan melalui daun
ke atmosfer (Purba, 2011)
Ada banyak langkah dimana perpindahan air dan banyak faktor yang
memperngaruhi pergerakannya. Besarnya uap air yang ditranspirasikan di pengaruhi
oleh beberapa faktor antara lain, faktor dari dalam tumbuhan (jumlah daun, luas daun,
dan jumlah stomata), serta faktor dari luar tumbuhan (suhu, cahaya, kelembaban dan
angin). (Salisbury, 1992)

C. Alat & Bahan


• Alat:
1. Kantong plastik bening
2. Timbangan
3. Spidol permanen
4. Lux meter
5. Thermohygro meter
6. Kertas label
7. Pulpen
• Bahan:
1. Semai tanaman kehutanan:
a) Jati (Tectona grandis)
b) Cemara (Casuarina equisetifolia)

D. Cara Kerja
1. Ambil sebanyak 24 semai kehutanan (sub1: 12 semai dan sub2: 12 semai):
a) 6 jati terbuka
b) 6 cemara terbuka
c) 6 jati ternaung
d) 6 cemara ternaung
2. Siram semua semai hingga kapasitas lapang
3. Bungkus semai dengan plastik bening dan di beri label kemudian di timbang
4. Letakkan 12 semai di tempat terbuka dan 12 semai di tempat ternaung
5. Amati laju transpirasi setiap 2 hari sekali.
E. Hasil Pengamatan
Tabel.1 Hasil Berat tanaman jenis Jati (Tactona grandis) di tempat terbuka

Berat tanaman (gram)


No Pengamatan Tanggal Terbuka
Kelompok hari ke….. Pengamatan
Ulangan Ulangan Ulangan Ulangan Ulangan Ulangan
1 2 3 4 5 6
0 12 Mei 2023 470 445 442 446 484 442
1 2 14 Mei 2023 464 443 435 422 476 431
4 16 Mei 2023 463 440 430 401 467 429
0 12 Mei 2023 477 452 503 446 465 414
2 2 14 Mei 2023 475 447 488 443 455 398
4 16 Mei 2023 475 446 477 441 447 384
0 12 Mei 2023 497 495 469 451 462 473
3 2 14 Mei 2023 492 464 461 443 458 460
4 16 Mei 2023 489 449 459 442 456 456
0 12 Mei 2023 485 455 492 472 466 466
4 2 14 Mei 2023 477 437 486 467 462 462
4 16 Mei 2023 475 436 483 465 445 460
0 12 Mei 2023 483 471 464 483 466 457
5 2 14 Mei 2023 466 440 450 463 452 443
4 16 Mei 2023 452 413 447 448 449 441
Tabel.2 Hasil Berat tanaman jenis Jati (Tactona grandis) di tempat tertutup

Berat tanaman (gram)


No Pengamatan Tanggal Tertutup
Kelompok hari ke….. Pengamatan
Ulangan Ulangan Ulangan Ulangan Ulangan Ulangan
1 2 3 4 5 6
0 12 Mei 2023 441 470 470 452 473 436
1 2 14 Mei 2023 437 465 461 434 469 419
4 16 Mei 2023 436 464 461 416 468 402
0 12 Mei 2023 426 510 445 501 469 461
2 2 14 Mei 2023 419 501 435 498 462 446
4 16 Mei 2023 416 494 434 497 461 435
0 12 Mei 2023 464 446 493 443 471 491
3 2 14 Mei 2023 454 443 486 436 463 482
4 16 Mei 2023 453 442 485 435 461 481
0 12 Mei 2023 474 456 481 477 434 471
4 2 14 Mei 2023 464 449 468 457 415 465
4 16 Mei 2023 463 446 466 442 413 464
0 12 Mei 2023 481 447 465 476 442 411
5 2 14 Mei 2023 466 437 458 462 434 489
4 16 Mei 2023 452 434 457 460 432 377
Tabel.3 Hasil rerata berat tanaman jenis Jati (Tactona grandis) di tempat terbuka dan tertutup

RERATA berat tanaman (gram)


Pengamatan Tanggal
No Kelompok
hari ke….. Pengamatan Terbuka Ternaung

0 12 Mei 2023 454,83 457


1 2 14 Mei 2023 445,17 447,50
4 16 Mei 2023 438,33 441,17
0 12 Mei 2023
459,50 468,67
2 2 14 Mei 2023 451 460,17
4 16 Mei 2023 445 456,17
0 12 Mei 2023
474,50 468
3 2 14 Mei 2023 463 460,67
4 16 Mei 2023 458,50 459,50
0 12 Mei 2023
472,67 465,50
4 2 14 Mei 2023 465,17 453
4 16 Mei 2023 460,67 449
0 12 Mei 2023
470,67 453,67
5 2 14 Mei 2023 452,33 441
4 16 Mei 2023 441,67 435,33
Tabel.4 Hasil pengurangan berat tanaman jenis Jati (Tactona grandis) di tempat terbuka

Pengurangan berat tanaman (gram)


Pengamatan Tanggal
No Kelompok
hari ke….. Pengamatan Terbuka
Ulangan Ulangan Ulangan Ulangan Ulangan Ulangan
1 2 3 4 5 6
0 12 Mei 2023 0 0 0 0 0 0
1 2 14 Mei 2023 6 2 7 24 8 11
4 16 Mei 2023 1 3 5 21 9 2
0 12 Mei 2023
0 0 0 0 0 0
2 2 14 Mei 2023 2 5 15 3 10 16
4 16 Mei 2023 0 1 11 2 8 14
0 12 Mei 2023
0 0 0 0 0 0
3 2 14 Mei 2023 5 31 8 8 4 13
4 16 Mei 2023 3 15 2 1 2 4
0 12 Mei 2023 0 0 0 0 0 0
4 2 14 Mei 2023 8 18 6 5 4 4
4 16 Mei 2023 2 1 3 2 17 2
0 12 Mei 2023 0 0 0 0 0 0
5 2 14 Mei 2023 17 31 14 20 14 14
4 16 Mei 2023 14 27 3 15 3 2
Tabel.5 Hasil pengurangan berat tanaman jenis Jati (Tactona grandis) di tempat tertutup

Pengurangan berat tanaman (gram)


No Pengamatan Tanggal
Kelompok hari ke….. Pengamatan Tertutup
Ulangan Ulangan Ulangan Ulangan Ulangan Ulangan
1 2 3 4 5 6
0 12 Mei 2023 0 0 0 0 0 0
1 2 14 Mei 2023 4 5 9 18 4 17
4 16 Mei 2023 1 1 0 18 1 17
0 12 Mei 2023
0 0 0 0 0 0
2 2 14 Mei 2023 7 9 10 3 7 15
4 16 Mei 2023 3 7 1 1 1 11
0 12 Mei 2023
0 0 0 0 0 0
3 2 14 Mei 2023 10 3 7 7 8 9
4 16 Mei 2023 1 1 1 1 2 1
0 12 Mei 2023 0 0 0 0 0 0
4 2 14 Mei 2023 10 7 13 20 19 6
4 16 Mei 2023 1 3 2 15 2 1
0 12 Mei 2023 0 0 0 0 0 0
5 2 14 Mei 2023 15 10 7 14 8 22
4 16 Mei 2023 14 3 1 2 2 12
Tabel.6 Hasil rerata pengurangan berat tanaman jenis Jati (Tactona grandis) di tempat terbuka dan tertutup
RERATA pengurangan berat tanaman
(gram)
Pengamatan Tanggal
No Kelompok
hari ke….. Pengamatan
Terbuka Ternaung

0 12 Mei 2023 0 0
1 2 14 Mei 2023 9,67 9,50
4 16 Mei 2023 6,83 6,33
0 12 Mei 2023
0 0
2 2 14 Mei 2023 8,5 8,50
4 16 Mei 2023 6 4
0 12 Mei 2023
0 0
3 2 14 Mei 2023 11,5 7,33
4 16 Mei 2023 4,5 1,17
0 12 Mei 2023 0 0
4 2 14 Mei 2023 7,5 12,50
4 16 Mei 2023 4,5 4
0 12 Mei 2023 0 0
5 2 14 Mei 2023 18,33 12,67
4 16 Mei 2023 10,67 5,67
Tabel.7 Hasil Berat tanaman jenis Cemara (Casuarina equisetifolia) di tempat terbuka

Berat tanaman (gram)


No Pengamatan Tanggal Terbuka
Kelompok hari ke….. Pengamatan
Ulangan Ulangan Ulangan Ulangan Ulangan Ulangan
1 2 3 4 5 6
0 12 Mei 2023 490 477 533 419 506 458
1 2 14 Mei 2023 437 438 497 396 461 430
4 16 Mei 2023 412 414 471 368 432 404
0 12 Mei 2023 412 460 505 463 409 464
2 2 14 Mei 2023 373 450 477 448 393 454
4 16 Mei 2023 344 441 434 436 378 435
0 12 Mei 2023 449 418 431 304 438 488
3 2 14 Mei 2023 433 403 410 287 422 456
4 16 Mei 2023 419 396 396 274 408 427
0 12 Mei 2023 407 454 442 454 408 442
4 2 14 Mei 2023 373 403 409 428 380 405
4 16 Mei 2023 350 380 388 406 366 383
0 12 Mei 2023 418 465 438 440 496 413
5 2 14 Mei 2023 378 432 419 418 477 481
4 16 Mei 2023 352 410 403 396 458 450
Tabel.8 Hasil Berat tanaman jenis Cemara (Casuarina equisetifolia) di tempat tertutup

Berat tanaman (gram)


No Pengamatan Tanggal Tertutup
Kelompok hari ke….. Pengamatan
Ulangan Ulangan Ulangan Ulangan Ulangan Ulangan
1 2 3 4 5 6
0 12 Mei 2023 518 508 435 485 496 520
1 2 14 Mei 2023 507 493 433 475 482 505
4 16 Mei 2023 490 477 423 464 471 492
0 12 Mei 2023 439 460 480 450 415 423
2 2 14 Mei 2023 432 432 476 445 394 418
4 16 Mei 2023 426 382 473 441 374 411
0 12 Mei 2023 436 430 396 396 461 488
3 2 14 Mei 2023 431 425 392 390 452 480
4 16 Mei 2023 426 419 388 387 444 473
0 12 Mei 2023 480 418 494 474 420 506
4 2 14 Mei 2023 469 406 478 456 419 497
4 16 Mei 2023 456 396 467 441 410 488
0 12 Mei 2023 422 481 450 426 436 494
5 2 14 Mei 2023 416 467 392 414 419 481
4 16 Mei 2023 408 454 372 403 401 472
Tabel. 9 Hasil rerata berat tanaman jenis Cemara (Casuarina equisetifolia) di tempat terbuka dan tertutup

RERATA berat tanaman (gram)


Pengamatan Tanggal
No Kelompok
hari ke….. Pengamatan Terbuka Ternaung

0 12 Mei 2023 480,50 493,67


1 2 14 Mei 2023 443,17 482,50
4 16 Mei 2023 416,83 469,50
0 12 Mei 2023
452,17 444,50
2 2 14 Mei 2023 432,50 432,83
4 16 Mei 2023 411,33 417,83
0 12 Mei 2023
421,33 434,50
3 2 14 Mei 2023 401,83 428,33
4 16 Mei 2023 386,67 422,83
0 12 Mei 2023 434,50 465,33
4 2 14 Mei 2023 399,67 454,17
4 16 Mei 2023 378,83 443
0 12 Mei 2023 445 451,50
5 2 14 Mei 2023 417,50 431,50
4 16 Mei 2023 394,83 418,33
Tabel.10 Hasil pengurangan berat tanaman jenis Cemara (Casuarina equisetifolia) di tempat terbuka

Pengurangan berat tanaman (gram)


No Pengamatan Tanggal
Kelompok hari ke….. Pengamatan Terbuka
Ulangan Ulangan Ulangan Ulangan Ulangan Ulangan
1 2 3 4 5 6
0 12 Mei 2023 0 0 0 0 0 0
1 2 14 Mei 2023 53 39 36 23 45 28
4 16 Mei 2023 25 24 26 28 29 26
0 12 Mei 2023
0 0 0 0 0 0
2 2 14 Mei 2023 39 10 28 15 16 10
4 16 Mei 2023 29 9 43 12 15 19
0 12 Mei 2023
0 0 0 0 0 0
3 2 14 Mei 2023 16 15 21 17 16 32
4 16 Mei 2023 14 7 14 13 14 29
0 12 Mei 2023 0 0 0 0 0 0
4 2 14 Mei 2023 34 51 33 26 28 37
4 16 Mei 2023 23 23 21 22 14 22
0 12 Mei 2023 6 2 7 24 8 11
5 2 14 Mei 2023 40 33 19 22 19 32
4 16 Mei 2023 26 22 16 22 19 31
Tabel.11 Hasil pengurangan berat tanaman jenis Cemara (Casuarina equisetifolia) di tempat tertutup

Pengurangan berat tanaman (gram)


No Pengamatan Tanggal
Kelompok hari ke….. Pengamatan Tertutup
Ulangan Ulangan Ulangan Ulangan Ulangan Ulangan
1 2 3 4 5 6
0 12 Mei 2023 0 0 0 0 0 0
1 2 14 Mei 2023 11 15 2 10 14 15
4 16 Mei 2023 17 16 10 11 11 13
0 12 Mei 2023
0 0 0 0 0 0
2 2 14 Mei 2023 7 28 4 5 21 5
4 16 Mei 2023 6 50 3 4 20 7
0 12 Mei 2023
0 0 0 0 0 0
3 2 14 Mei 2023 5 5 4 6 9 8
4 16 Mei 2023 5 6 4 3 8 7
0 12 Mei 2023 0 0 0 0 0 0
4 2 14 Mei 2023 11 12 16 18 1 9
4 16 Mei 2023 13 10 11 15 9 9
0 12 Mei 2023 4 5 9 18 4 17
5 2 14 Mei 2023 6 14 58 12 17 13
4 16 Mei 2023 8 13 20 11 18 9
Tabel. 12 Hasil rerata pengurangan berat tanaman jenis Cemara (Casuarina equisetifolia) di tempat terbuka dan tertutup

RERATA pengurangan berat tanaman


(gram)
Pengamatan Tanggal
No Kelompok
hari ke….. Pengamatan
Terbuka Ternaung

0 12 Mei 2023 0,00 0,00


1 2 14 Mei 2023 37,33 11,17
4 16 Mei 2023 26,33 13,00
0 12 Mei 2023
0,00 0,00
2 2 14 Mei 2023 19,67 11,67
4 16 Mei 2023 21,17 15,00
0 12 Mei 2023
0,00 0,00
3 2 14 Mei 2023 16,50 6,17
4 16 Mei 2023 15,17 5,50
0 12 Mei 2023 0,00 0,00
4 2 14 Mei 2023 34,83 11,17
4 16 Mei 2023 20,83 11,17
0 12 Mei 2023 9,67 9,50
5 2 14 Mei 2023 27,50 20,00
4 16 Mei 2023 22,67 13,17
Tabel. 13 Pengamatan Faktor Lingkungan suhu dan kelembapan

Suhu ( C ) Kelembaban Udara (%)


No Pengamatan Tanggal Terbuka Ternaung Terbuka Ternaung
Kelompok hari ke….. Pengamatan Ulangan Ulangan Ulangan Ulangan Ulangan Ulangan Ulangan Ulangan Ulangan Ulangan Ulangan Ulangan
1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3
0 12 Mei 2023 29.9 29.9 29.9 31.4 31.4 31.4 82 82 82 83 83 83
1 2 14 Mei 2023 29.1 29.1 29.1 29.8 29.4 29.8 62 62 62 72 72 72
4 16 Mei 2023 29.8 30.2 30.5 29.3 29.5 29.6 69 68 68 72 71 71
0 12 Mei 2023 26.8 26.8 26.8 28.2 28.2 28.2 78 78 78 75 75 75
2 2 14 Mei 2023 27.9 27.9 27.9 28 28 28 62 62 62 72 72 72
4 16 Mei 2023 32.5 32.5 32.5 31 31 31 37 37 37 37 37 37
0 12 Mei 2023 27 27 27 29 29 29 82 82 82 78 78 78
3 2 14 Mei 2023 32.1 32.1 32.1 31 31 31 73 73 73 71 71 71
4 16 Mei 2023 35.1 35.1 35.1 33.6 33.6 33.6 33 33 33 40 40 40
0 12 Mei 2023 29.8 29.8 29.8 29.1 29.1 29.1 79 79 79 80 80 80
4 2 14 Mei 2023 31.9 31.9 31.9 29.3 29.3 29.3 68 68 68 72 72 72
4 16 Mei 2023 30.2 30.2 30.2 29.8 29.8 29.8 64 64 64 69 69 69
0 12 Mei 2023 30.1 30.1 30.1 28.7 28.7 28.7 99 99 99 90 90 90
5 2 14 Mei 2023 31 30.6 30.6 31 30.6 30.6 74 73 73 80 79 79
4 16 Mei 2023 32.1 32.5 32.9 31.4 31.9 31.8 64 67 70 69 68 68
Tabel. 14 Pengamatan faktor lingkungan Intensitas cahaya

Pengamatan Hari ke
Perlakuan Ulangan
0 2 4
Ulangan 1 705 479 479
Terbuka Ulangan 2 795 277 277
Ulangan 3 805 214 214
RERATA 768.33 323.33 323.33
Ulangan 1 30 48 48
Tertutup Ulangan 2 19 28 28
Ulangan 3 30 21 21
RERATA 26.33 32.33 32.33

Tabel. 15 Rerata kompilasi faktor lingkungan


RERATA Kelembaban Udara ( % ) lingkungan
RERATA Suhu ( C ) lingkungan pada hari ke …
pada hari ke …
No Kelompok
Terbuka Ternaung Terbuka Tertutup
0 2 4 0 2 4 0 2 4 0 2 4
1.00 29.90 29.10 30.17 31.40 29.67 29.47 82.00 62.00 68.33 83.00 72.00 71.33
2.00 26.80 27.90 32.50 28.20 28.00 31.00 78.00 62.00 37.00 75.00 72.00 37.00
3.00 27.00 32.10 35.10 29.00 31.00 33.60 82.00 73.00 35.33 78.00 71.00 40.00
4.00 29.63 30.10 30.20 29.10 29.30 29.80 79.00 68.00 64.00 80.00 72.00 69.00
5.00 32.50 30.73 32.50 28.70 30.73 31.70 99.00 73.33 67.00 90.00 79.33 68.33
RERATA 5
29.17 29.99 32.09 29.28 29.74 31.11 84.00 67.67 54.33 81.20 73.27 57.13
Kelompok
F. Pembahasan
Transpirasi adalah proses di mana air menguap dari permukaan tumbuhan,
terutama melalui stomata (pori-pori mikroskopis pada permukaan daun). Proses ini
memainkan peran penting dalam kehidupan tanaman dan memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap pertumbuhan dan kesehatan mereka. Berikut adalah beberapa
pengaruh penting dari transpirasi terhadap tanaman:
1. Penyerapan air dan mineral: Transpirasi membantu dalam penyerapan air dan
mineral dari tanah ke dalam akar tanaman. Saat air menguap dari daun, tekanan
negatif atau tarikan air (tension cohesion theory) terjadi dalam xilem tanaman,
yang membantu menaikkan air dan nutrisi dari akar ke atas.
2. Pendinginan: Transpirasi membantu dalam menjaga suhu tanaman. Ketika air
menguap dari permukaan daun, proses ini menyerap panas dari tanaman,
sehingga menjaga suhu daun tetap rendah. Ini penting untuk mencegah
kerusakan termal dan perlindungan dari stres panas.
3. Transportasi nutrisi: Transpirasi membantu dalam transportasi nutrisi yang larut
dalam air melalui xilem ke seluruh bagian tanaman. Proses ini membantu
mengangkut mineral, gula, dan zat-zat penting lainnya ke daerah yang
membutuhkannya untuk pertumbuhan dan fungsi yang baik.
4. Meningkatkan penyerapan karbon dioksida: Transpirasi membantu dalam
penyerapan karbon dioksida (CO2) dari atmosfer. CO2 adalah bahan baku yang
diperlukan dalam fotosintesis, proses di mana tanaman mengubah energi
matahari menjadi energi kimia untuk pertumbuhan dan perkembangan.
5. Mempengaruhi konsentrasi garam dalam tanah: Transpirasi dapat
mempengaruhi konsentrasi garam dalam tanah. Ketika air menguap dari
permukaan daun, air yang tersisa meninggalkan garam-garam di tanah. Jika
tingkat transpirasi tinggi dan sirkulasi air tanah rendah, garam-garam ini dapat
menumpuk dalam tanah dan menyebabkan masalah salinitas, yang dapat
merusak pertumbuhan tanaman.
6. Penguatan batang dan daun: Transpirasi membantu dalam mempertahankan
kekakuan dan kekuatan struktural pada batang dan daun. Ketika air menguap
melalui stomata, tekanan hidrostatik dalam sel-sel daun dan batang meningkat,
memberikan dukungan mekanik dan mencegah kelembaban yang berlebihan.
Penting untuk dicatat bahwa tingkat transpirasi dapat dipengaruhi oleh berbagai
faktor, termasuk suhu, kelembaban udara, intensitas cahaya, ketersediaan air, dan status
kehidupan tanaman. Dalam kondisi stres kekeringan, misalnya, tanaman dapat
mengatur laju transpirasi mereka untuk mengurangi kehilangan air yang berlebihan dan
menjaga kelangsungan hidup mereka.

1. Selama 4 hari pengamatan tumbuhan jati terbuka melakukan rata-rata


transpirasi sebanyak 33 gram=33 Ml
2. Selama 4 hari pengamatan tumbuhan jati ternaung melakukan rata-rata
transpirasi sebanyak 22,4 gram=22,5 Ml
3. Selama 4 hari pengamatan tumbuhan cemara terbuka melakukan rata-rata
transpirasi sebanyak 55 gram=55 Ml
4. Selama 4 hari pengamatan tumbuhan cemara ternaung melakukan rata-rata
transpirasi sebanyak 18,5 gram =18,5 Ml
Cahaya matahari sangat berpengaruh terhadap transpirasi, dari data diatas dapat
kita simpulkan bahwa selama 4 hari pengamatan, tumbuhan jati dan cemara di tempat
terbuka lebih banyak membutuhkan air dan lebih banyak melakukan transpirasi di
bandingkan dengan jati dan cemara di tempat ternaung. Hal ini mengindikasikan bahwa
paparan cahaya matahari langsung memiliki pengaruh signifikan terhadap proses
transpirasi pada tumbuhan tersebut.
Paparan cahaya matahari langsung dapat meningkatkan aktivitas fotosintesis
pada tumbuhan, yang pada gilirannya memicu pembukaan stomata di daun untuk
mengambil karbon dioksida dan mengeluarkan oksigen. Ketika stomata terbuka, air
juga menguap melalui proses transpirasi. Oleh karena itu, pada tumbuhan yang terkena
paparan cahaya matahari langsung, terjadi peningkatan transpirasi dan kebutuhan air
yang lebih besar. Di sisi lain, tumbuhan jati dan cemara di tempat tertutup tidak
menerima paparan sinar matahari secara langsung atau mungkin menerima sinar
matahari yang lebih sedikit melalui rintangan seperti vegetasi yang lebih tinggi atau
struktur yang menutupi. Akibatnya, intensitas cahaya yang diterima oleh tumbuhan jati
di tempat tertutup cenderung lebih rendah dibandingkan dengan yang berada di tempat
terbuka.
Penurunan intensitas cahaya ini dapat menghambat tingkat fotosintesis dalam
tumbuhan dan, pada gilirannya, mengurangi pembukaan stomata dan tingkat
transpirasi. Meskipun demikian, perlu diperhatikan bahwa ada faktor-faktor lain yang
juga dapat memengaruhi transpirasi tumbuhan, seperti suhu, kelembaban udara, dan
faktor lingkungan lainnya.
Kemudian dapat kita lihat juga pada data di atas bahwa tumbuhan cemara
terbuka merupakan tumbuhan daun jarum yang paling besar angka transpirasi nya
dibandingkan dengan tumbuhan jati terbuka yang merupakan tumbuhan daun lebar. Hal
ini terjadi karena beberapa Faktor yaitu:
1. Faktor genetik dalam tanaman dapat mempengaruhi morfologi dan fisiologi
tanaman, termasuk transpirasi. Beberapa varietas tanaman mungkin memiliki
tingkat transpirasi yang lebih tinggi atau lebih rendah daripada yang lain. Pada
pengamatan yang telah kami lakukan kami menggunkan 2 jenis tanaman yang
berbeda yaitu tanaman jenis daun lebar jati dan tanaman jenis daun jarum
cemara.
2. Kondisi tanaman: Kesehatan dan kondisi tanaman juga dapat mempengaruhi
laju transpirasi. Tanaman yang mengalami stres seperti serangan hama atau
penyakit, kekurangan nutrisi, atau cedera fisik mungkin memiliki laju
transpirasi yang berbeda. Pada pengamatan yang telah kami lakukan didapatkan
hasil yang menunjukan bahwa pada hari kedua dan ketiga terjadi kekeringan
dan layu pada daun tamanan jati hal ini menjadi faktor penyebab tanaman jati
tidak bisa melakukan transpirasi dengan baik sedangkan tanaman cemara
kondisinya terlihat segar dan tumbuh dengan baik.
Tumbuhan jati yang berada di tempat terbuka dan yang berada di tempat tertutup
memiliki perbedaan dalam paparan cahaya matahari dan intensitas sinar yang diterima.
Perbedaan ini dapat mempengaruhi tingkat transpirasi pada jenis tumbuhan tersebut.
Tumbuhan jati di tempat terbuka menerima paparan cahaya matahari langsung tanpa
adanya rintangan yang signifikan. Cahaya matahari yang kuat dapat merangsang proses
fotosintesis dalam tumbuhan, yang memicu pembukaan stomata di daun untuk
mengambil karbon dioksida yang diperlukan dalam fotosintesis. Proses pembukaan
stomata ini juga meningkatkan penguapan air melalui transpirasi. Oleh karena itu,
tumbuhan jati di tempat terbuka memiliki kecenderungan untuk mengalami tingkat
transpirasi yang lebih tinggi karena terpapar sinar matahari yang lebih intens.
Di sisi lain, tumbuhan jati di tempat tertutup tidak menerima paparan sinar
matahari secara langsung atau mungkin menerima sinar matahari yang lebih sedikit
melalui rintangan seperti vegetasi yang lebih tinggi atau struktur yang menutupi.
Akibatnya, intensitas cahaya yang diterima oleh tumbuhan jati di tempat tertutup
cenderung lebih rendah dibandingkan dengan yang berada di tempat terbuka.
Penurunan intensitas cahaya ini dapat menghambat tingkat fotosintesis dalam
tumbuhan dan, pada gilirannya, mengurangi pembukaan stomata dan tingkat
transpirasi.
Jadi dalam hal ini, perbedaan tingkat transpirasi antara tumbuhan jati di tempat
terbuka dan tertutup dapat disebabkan oleh perbedaan intensitas cahaya yang diterima
oleh tumbuhan tersebut. Paparan sinar matahari langsung pada tumbuhan jati di tempat
terbuka meningkatkan aktivitas fotosintesis dan pembukaan stomata, sehingga
menyebabkan tingkat transpirasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan tumbuhan jati
di tempat tertutup yang menerima sinar matahari dengan intensitas yang lebih rendah.

G. Kesimpulan
Jadi, Tanaman Cemara (Casuarina equisetifolia) dan tanaman Jati (Tectona
grandis) memiliki perbedaan dalam tempat tumbuh dan tingkat transpirasi selama
proses pertumbuhan mereka.
1. Tempat Tumbuh:
- Tanaman Cemara: Cemara biasanya tumbuh di daerah pantai atau daerah
dengan tanah yang kurang subur. Mereka memiliki adaptasi yang baik
terhadap kondisi pasir dan garam yang tinggi. Cemara juga dapat tumbuh di
daerah yang terkena angin dan kekeringan.
- Tanaman Jati: Jati lebih sering tumbuh di daerah dataran rendah hingga
sedang dengan curah hujan yang cukup tinggi. Mereka biasanya tumbuh di
tanah yang subur dan lembab. Jati memiliki toleransi yang baik terhadap
kelembaban dan cenderung tumbuh dengan baik di daerah yang relatif
lembab.
2. Tingkat Transpirasi:
- Tanaman Cemara: Cemara umumnya memiliki tingkat transpirasi yang
lebih rendah dibandingkan dengan tanaman jati. Ini dikarenakan adaptasi
mereka terhadap kondisi lingkungan yang kering dan berangin. Daun
Cemara biasanya berbentuk jarum atau filiform, yang mengurangi
permukaan penguapan air melalui stomata. Oleh karena itu, Cemara
memiliki kemampuan untuk mempertahankan air dalam jumlah yang lebih
tinggi.
- Tanaman Jati: Jati memiliki tingkat transpirasi yang relatif lebih tinggi
dibandingkan dengan Cemara. Ini disebabkan oleh daun lebar mereka yang
memiliki lebih banyak stomata dan permukaan penguapan air yang lebih
besar. Jati juga biasanya tumbuh di lingkungan yang lebih lembab, yang
memungkinkan mereka untuk mengakses lebih banyak air tanah. Tingkat
transpirasi yang lebih tinggi pada jati dapat membantu dalam pertukaran gas
dan transportasi nutrisi dalam tanaman.
Perlu diingat bahwa faktor-faktor seperti suhu, kelembaban, intensitas cahaya,
dan ketersediaan air juga akan memengaruhi tingkat transpirasi pada kedua tanaman
ini. Penjelasan di atas mencerminkan kecenderungan umum, namun variasi dalam
kondisi lingkungan dan perbedaan genetik antarindividu juga dapat memengaruhi
tingkat transpirasi pada tanaman Cemara dan Jati selama proses pertumbuhan mereka.
NO GAMBAR KETERANGAN
1 Wadah air untuk menyiram tanaman.

2 Plastik yang sudah diberi lebel untuk


membungkus polibek

3 Kertas pemberi label

4 Semai jati yang sudah dibungkus plasitik


5 Penyiraman semai

6 Semai yang sudah disiram dibiarkan sampai


tidak ada air yang menetes.

7 Semai cemara yang ditimbang berat awalnya.

8 Semai jati yang ditimbang berat awalnya.


ACARA 2
JARINGAN PENGANGKUT AIR

A. Tujuan
Mengatahui pengaruh cahaya terhadap penyerapan air pada tanaman

B. Dasar Teori
Air merupakan kebutuhan pokok bagi semua tanaman juga merupakan bahan
penyusun utama dari protoplasma sel. Di samping itu, air adalah komponen utama
dalam proses fotosintesis, pengangkutan assimilate hasil proses ini ke bagian-bagian
tanaman hanya dimungkinkan melalui gerakan air dalam tanaman. Dengan peranan
tersebut di atas, jumlah pemakaian air oleh tanaman akan berkorelasi posistif dengan
produksi biomase tanaman, hanya sebagian kecil dari air yang diserap akan menguap
melalui stomata atau melalui transpirasi (Dwidjoseputro, 1984)
Air dalam pembuluh xylem tumbuhan yang sedang bertranspirasi berada dalam
keadaan tekanan hidrostatik negatif tegangan. Tegangan tersebut yang dialami oleh
seluruh kolam air yang terdapat dalam pembuluh xylem, yang juga disebabkan oleh
laju absorbsi air. Air yang mengisi tracheid mati dan pembuluh xylem merupakan
kolam air yang kontinu dan bergerak bebas sepanjang tubuh tumbuhan atau secara
harfiah ditarik ke atas secara utuh (Lakitan, 2004).
Molekul air dapat terikat pada suatu permukaan hidrofilik oleh tenaga hidrasi
dengan kekuatan antara - 100 MPa sampai - 300 MPa. Dengan demikian air yang sudah
berada didalam pembuluh xilem tidak akan tertarik lagi oleh gaya gravitasi
(Sastrodinoto, 1980)

C. Alat & Bahan


• Alat:
1. Botol atau tabung bening berskala
2. Gelas ukur
3. Pisau kecil
4. Spidol permanen
• Bahan:
1. Semai tanaman kehutanan
a) Ki Putri (Podocarpus neriifolius)
2. Air
3. Vaselin
4. Kapas

D. Cara Kerja
1. Ambil bibit tanaman kehutanan Sebanyak 8 Semai
2. Potong Pangkai batangnya taruh dalam air,
3. Potong 3 cm dari pangkal batang dalam air, kupas kulit batang Sepanjang 3 cm
Sesuai Perlakuan:
a) Terbuka 2 Sampel
b) Tertutup 2 sampel
c) Xylem terbuka floem tertutup 2 sampel
d) Xylem tertutup floem terbuka 2 sampel
4. Makukkan perlakuan 3 dengan posisi 2 cm dari dasar boto beris air
5. Tutup botoi dengan kapas lapisi dengan vaselin hingga rapat
6. Letakkan botol di tempat terbuka dan ternaung.
7. Amati dan catat berkurang nya air dalam botol pada hari ke 0,2,4
8. Catat morfologi sampel tanaman
E. Hasil Pengamatan
Tabel.1 Tinggi muka air

Tinggi air dalam tabung (cm) pada perlakuan


No Pengamatan hari Tanggal
Terbuka Ternaung
Kelompok ke….. Pengamatan
Fbxb Fbxt Ftxb Ftxt Fbxb Fbxt Ftxb Ftxt
0 12 Mei 2023 11.5 11 11 11 11 12 11 10.5
1 2 14 Mei 2023 8.3 6.7 5.6 7 7.2 8.6 7 7.5
4 16 Mei 2023 4.7 4.7 2 5.1 3.9 5.5 3.2 5
0 12 Mei 2023 12 12 11.5 11.3 12 11.2 12 12
2 2 14 Mei 2023 6.5 2.9 5.6 8 9.4 2.9 9.2 6
4 16 Mei 2023 2.7 2.9 2.2 5 5.7 2.9 6.2 6
0 12 Mei 2023 12 12 12 12 12 11.5 12 11.5
3 2 14 Mei 2023 3.8 3 3.8 9.4 6.7 8 8.4 10.5
4 16 Mei 2023 1.8 1 2.5 6.8 1.8 5 5 9.5
0 12 Mei 2023 12 12 11.7 11.7 11.8 11.8 11.7 11.7
4 2 14 Mei 2023 9 8.5 8.5 9 9.5 10 7.5 9.1
4 16 Mei 2023 8 8.2 2.7 8.8 2.4 5.5 5.3 6.1
0 12 Mei 2023 11.3 11.5 11.4 11.9 11.4 11.4 11.2 11.4
5 2 14 Mei 2023 6 7.2 4.5 8.2 7.9 7 9.4 8.4
4 16 Mei 2023 3.3 5 4 4.3 5.1 3.6 7.9 6.1
RERATA 7.53 7.24 6.60 8.63 7.85 7.79 8.47 8.75
Tabel. 2 selisih tinggi air dalam tabung dan reratanya
Selisih tinggi air dalam tabung (cm)
Terbuka Ternaung
Fbxb Fbxt Ftxb Ftxt Fbxb Fbxt Ftxb Ftxt
0 0 0 0 0 0 0 0
3.2 4.3 5.4 4 3.8 3.4 4 3
3.6 2 3.6 1.9 3.3 3.1 3.8 2.5
0 0 0 0 0 0 0 0
5.5 9.1 5.9 3.3 2.6 8.3 2.8 6
3.8 0 3.4 3 3.7 0 3 0
0 0 0 0 0 0 0 0
8.2 9 8.2 2.6 5.3 3.5 3.6 1
2 2 1.3 2.6 4.9 3 3.4 1
0 0 0 0 0 0 0 0
3 3.5 3.2 2.7 2.3 1.8 4.2 2.6
1 0.3 5.8 0.2 7.1 4.5 2.2 3
0 0 0 0 0 0 0 0
5.3 4.3 6.9 3.7 3.5 4.4 1.8 3
2.7 2.2 0.5 3.9 2.8 3.4 1.5 2.3
2.55 2.45 2.95 1.86 2.62 2.36 2.02 1.63
Tabel. 3 volume air yang berkurang dalam tabung dan reratanya

Volume air yang berkurang dalam tabung (ml)


Terbuka Ternaung
Fbxb Fbxt Ftxb Ftxt Fbxb Fbxt Ftxb Ftxt
0 0 0 0 0 0 0 0
4 3.5 6 5 4 5 8 7
5 4 6 4 6 6 5 2
0 0 0 0 0 0 0 0
8 14 9 5 5 7 4 9
5 0 6 4 5 6 5 0
0 0 0 0 0 0 0 0
10.5 11.2 10.2 3.2 6.6 4.5 4.5 1.3
2.5 2.5 1.6 3.2 6.1 3.9 4.2 1.3
0 0 0 0 0 0 0 0
6.5 5 5 5 2.5 2 6 3
7 5 6 4 3 3 7 1.5
0 0 0 0 0 0 0 0
7 4.1 10.1 5 5.1 6 3 4
4 5.1 1 3.5 5 5 3 4
3.97 3.63 4.06 2.79 3.22 3.23 3.31 2.21
Tabel. 4 Data faktor lingkungan suhu
Suhu ( C ) Kelembaban Udara (%)
No Pengamatan Tanggal Terbuka Ternaung Terbuka Ternaung
Kelompok hari ke….. Pengamatan Ulangan Ulangan Ulangan Ulangan Ulangan Ulangan Ulangan Ulangan Ulangan Ulangan Ulangan
Ulangan 2
1 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3
0 12 Mei 2023 29.9 29.9 29.9 31.4 31.4 31.4 82 82 82 83 83 83
1 2 14 Mei 2023 29.1 29.1 29.1 29.8 29.4 29.8 62 62 62 72 72 72
4 16 Mei 2023 29.8 30.2 30.5 29.3 29.5 29.6 69 68 68 72 71 71
0 12 Mei 2023 26.8 26.8 26.8 28.2 28.2 28.2 78 78 78 75 75 75
2 2 14 Mei 2023 27.9 27.9 27.9 28 28 28 62 62 62 72 72 72
4 16 Mei 2023 32.5 32.5 32.5 31 31 31 37 37 37 37 37 37
0 12 Mei 2023 27 27 27 29 29 29 82 82 82 78 78 78
3 2 14 Mei 2023 32.1 32.1 32.1 31 31 31 73 73 73 71 71 71
4 16 Mei 2023 35.1 35.1 35.1 33.6 33.6 33.6 33 33 33 40 40 40
0 12 Mei 2023 29.8 29.8 29.8 29.1 29.1 29.1 79 79 79 80 80 80
4 2 14 Mei 2023 31.9 31.9 31.9 29.3 29.3 29.3 68 68 68 72 72 72
4 16 Mei 2023 30.2 30.2 30.2 29.8 29.8 29.8 64 64 64 69 69 69
0 12 Mei 2023 30.1 30.1 30.1 28.7 28.7 28.7 99 99 99 90 90 90
5 2 14 Mei 2023 31 30.6 30.6 31 30.6 30.6 74 73 73 80 79 79
4 16 Mei 2023 32.1 32.5 32.9 31.4 31.9 31.8 64 67 70 69 68 68
Tabel. 5 Faktor Lingkungan intensitas cahaya

Pengamatan Hari ke
Perlakuan Ulangan
0 2 4
Ulangan 1 705 479 479
Terbuka Ulangan 2 795 277 277
Ulangan 3 805 214 214
RERATA 768.33 323.33 323.33
Ulangan 1 30 48 48
Tertutup Ulangan 2 19 28 28
Ulangan 3 30 21 21
RERATA 26.33 32.33 32.33
Tabel. 6 rerata faktor lingkungan suhu dan kelembapan

RERATA Suhu ( C ) lingkungan pada hari ke … RERATA Kelembaban Udara ( % ) lingkungan pada hari
No ke …
Kelompok
Terbuka Ternaung Terbuka Tertutup
0 2 4 0 2 4 0 2 4 0 2 4
1.00 29.90 29.10 30.17 31.40 29.67 29.47 82.00 62.00 68.33 83.00 72.00 71.33
2.00 26.80 27.90 32.50 28.20 28.00 31.00 78.00 62.00 37.00 75.00 72.00 37.00
3.00 27.00 32.10 35.10 29.00 31.00 33.60 82.00 73.00 35.33 78.00 71.00 40.00
4.00 29.63 30.10 30.20 29.10 29.30 29.80 79.00 68.00 64.00 457.33 72.00 69.00
5.00 32.50 30.73 32.50 28.70 30.73 31.70 99.00 73.33 67.00 90.00 79.33 68.33
RERATA 5
Kelompok 29.17 29.99 32.09 29.28 29.74 31.11 84.00 67.67 54.33 156.67 73.27 57.13
F. Pembahasan
Xylem merupakan jaringan pengangkut ait dari akar ke bagian atas tumbuhan
(daun) untuk melakukan fotosintesis. Floem merupakan jaringan yang berfungsi
mengangkut hasil fotosintesis dari dalam ke seluruh bagian tumbumhan. Transpirasi
dalam kehidupan tumbuhan membantu transportasi dari akar ke daun melalui
pembuluh xylem.
Naiknya air atau cairan dalam tumbuhan yang bertranspirasi dipengaruhi faktor
dari tanaman yaitu suhu pada daun dan suhu lingkungan sekitar tanaman. Transpirasi
dapat diartikan sebagai proses kehilangan air dalam bentuk uap dari jaringan tumbuhan
melalui stomata. Air dapat naik ke atas tubuh tumbuhan disebabkan kecilnya laju
absorbsi oleh akar dibandingkan laju transpirasi.
1. Floem terbuka xylem terbuka:
a. Terbuka
Pada tanaman ki putri yang di beri perlakuan Floem terbuka xylem
terbuka yang disimpan di tempat terbuka memiliki rata-rata... Selama 4 hari.
Jaringan xylem dan fleom terbuka membuat air mengalami pengurangan, dari
situ menunjukan bahwa jaringan xylem berfungsi dengan baik sebagai
pengangkut air, dan karna floem juga terbuka maka tanaman nampak tetap segar
dan tidak mengalami perubahan yg signifikan.
b. Ternaung
Perlakuan floem terbuka xylem terbuka yang disimpan di tempat
ternaung memiliki hal yang sama dengan tanaman ki putri yang disimpan di
tempat terbuka dengan memiliki rerata selisih air yg berkurang sebesar....
Keduanya menunjukkan hal yang sama dimana xylem yang bertugas
mengangkut air berfungsi dengan baik, namun air yang berkurang di tempat
ternaung lebih sedikit dibandingkan dengan yang ditaruh di tempat terbuka.
2. Floem terbuka xylem tertutup
a. Terbuka
Pada tanaman ki putri yang diberi perlakuan Floem terbuka xylem
tertutup dan disimpan di tempat terbuka mengalami pengurangan air dengan
rerata. Pada xylem yang tertutup seharusnya tidak mengalami pengurangan air,
namun pada percobaan yang kami lakukan air tetap mengalami pengurangan
hal itu bisa disebabkan oleh kurang rapatnya jaringan xylem yang ditutup
menggunakan vaselin.
b. Ternaung
Tanaman ki putri yg diberi perlakuan floem terbuka xylem tertutup yang
disimpan ditempat ternaung mengalami pengurangan air yang lebih sedikit,
dibandingkan dengan disimpan di tempat terbuka. Pada xylem yang ditutup
dengan vaselin seharusnya tumbuhan akan mengalami kayu karna kekurangan
air karna xylem yang berfungi sebagai pengangkut air dihambat. Namun pada
percobaan yang kami lakukan tanaman yg ditaruh tetap mengalami kekurangan
air dan kondisi tanaman tetap segar hal itu bisa disebabkan karna kurang
rapatnya vaselin dalam menutup xylem
3. Floem tertutup xylem terbuka
a. Terbuka
Pada tanaman ki putri yang diberi perlakuan Floem tertutup xylem
terbuka dan disimpan di tempat terbuka mengalami pengurangan air yg lebih
banyak dari perlakuan sebelumnya. Hal ini menunjukkan xylem yang
terbuka membuat air lebih banyak diserap, namun untuk pengangkutan hasil
fotosintesis diperhambat karena floem yang bertugas sebagai pengangkut
hasil fotosintesis ditutup.
b. Ternaung
Tanaman ki putri yang diberi perlakuan Floem tertutup xylem terbuka
dan disimpan di tempat ternaung juga mengalami pengurangan air namun
lebih sedikit dibanding kan di tempat terbuka, karena proses fotosintesis nya
lebih sedikit.
4. Floem tertutup xylem tertutup
a. Terbuka
Pada tanaman ki putri yang diberi perlakuan floem tertutup xylem
tertutup dan disimpan di tempat terbuka air yang terdapat dalam tabung juga
mengalami pengurangan namun lebih sedikit dengan rerata.. . Xylem dan
floem yang ditutup akan menghambat tumbuhan dalam menyerap air dan juga
akan menghambat fotosintesis. Maka air yang berada dalam tabung juga
mengalami pengurangan namun lebih sedikit.
b. Ternaung
Tanaman ki putri yang diberi perlakuan floem tertutup xylem tertutup
dan disimpan di tempat ternaung mengalami pengurangan air lebih sedikit
dibandingkan dari semua perlakuan sebelumnya karena xylem dan floem yang
ditutup dengan vaselin sehingga mengurangi penyerapan air dan fotosintesis.
Cahaya sangat penting bagi fotosintesis tanaman, yang merupakan
proses di mana tanaman menghasilkan makanan dan energi. Dalam proses ini,
tanaman menggunakan air yang diserap melalui akar mereka. Cahaya
matahari yang diabsorpsi oleh daun akan merangsang proses fotosintesis,
sehingga mengarah pada peningkatan penyerapan air oleh tanaman. Oleh
karena itu, keberadaan cahaya yang cukup sangat penting untuk memastikan
tanaman Ki Putri dapat melakukan fotosintesis dan memperoleh kebutuhan
air yang cukup.
Namun, perlakuan terhadap floem tertutup dan xilem tertutup dapat
mempengaruhi kemampuan tanaman dalam menyerap dan mengalirkan air.
Floem adalah jaringan pengangkut yang bertanggung jawab untuk
mengirimkan air dan nutrisi dari daun ke seluruh bagian tanaman. Jika floem
tertutup, proses pengangkutan air dan nutrisi akan terganggu, sehingga
tanaman mungkin mengalami pengurangan air yang lebih sedikit. Hal ini bisa
mengakibatkan kekeringan dan gangguan pertumbuhan.
Di sisi lain, xilem adalah jaringan pengangkut yang membawa air dan
mineral dari akar ke daun. Jika xilem tertutup, tanaman akan kesulitan
menyerap air secara efisien dari tanah. Ini juga dapat mengakibatkan
pengurangan air yang lebih sedikit, karena tanaman tidak dapat mengakses
pasokan air yang memadai melalui akar mereka.
Namun, perlu dicatat bahwa interaksi antara cahaya, perlakuan floem
dan xilem, serta penyerapan air oleh tanaman adalah topik yang kompleks dan
dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor lainnya, seperti suhu, kelembaban,
jenis tanah, dan sebagainya.
G. Kesimpulan
Dari semua perlakuan yang diberikan dapat disimpulkan cahaya berpengaruh
terhadap penyerapan air pada tanaman ki putri. Pada tanaman ki putri yang diberi
perlakuan floem tertutup xylem tertutup mengalami pengurangan air lebih sedikit
dibandingkan dengan perlakuan yang lain, sedangkan pada perlakuan floem terbuka
xylem terbuka penyerapan air lebih banyak. Dari perlakuan tersebut menunjukkan
fungsi dari jaringan angkut xylem yang berfungi sebagai penyerapan air dan floem
sebagai penyebaran fotosintesis. Semakin besar cahaya yang diterima maka proses
penyerapan air makin banyak. Cahaya mempengaruhi penyerapan air untuk melakukan
fotosintesis.
NO GAMBAR KETERANGAN
1 Pengkuran hari ke-4 bayak air dalam tabung

2 Pengukuran awal banyaknya air dalam tabung


ACARA 3

DOMINANSI APIKAL

A. Tujuan
Mengetahui pengaruh cahya terhadap dominansi apikal

B. Dasar Teori
Dominansi pertumbuhan terdapat dibagian apeks atau ujung organ yang disebut
sebagian dominansi apikal. Dominansi apikal diartikan sebagai persaingan antara tunas
pucuk dengan tunasaksiler dalam hal pertumbuhan. Dominansi apikal atau dominansi
pucuk biasanya menandaipertumbuhan vegetatif tanaman yaitu pertumbuhan akar,
batang, dan daun. Dominasi apikal dapatdikurangi dengan memotong bagian pucuk
tumbuhan yang akan mendorong pertumbuhan tunas aksiler (Filter, 1991).
Dominansi apikal juga setidaknya memiliki pengaruh dalam menghambat
pertumbuhan aksiler. Apabila masih terdapat tunas pucuk, maka pertumbuhan tunas
aksiler akan terhambat sampai jarak tertentu dari pucuk. Pucuk apikal merupakan
tempat produksi auksin sehingga jika pucuk apikal (tunas pucuk) dipotong, maka
produksi auksin terhenti (Dahlia, 2001).
Auksin adalah zat yang ditemukan pada ujung kara, batang, dan pembentukan
bunga yangberfungsi untuk pengatur pembesaran sel di daerah belakang meristem
ujung. Hormon auksin adalahhormon pertumbuhan pada semua jenis tanaman dan
nama lain dari hormon tersebut adalah IAA atauAsam Indol Asetat. Hormon auksin ini
terletak pada ujung batang dan ujung akar yang memiliki fungsiuntuk membantu dalam
proses mempercepat pertumbuhan baik pertumbuhan akar maupunpertumbuhan
batang, mempercepat pematangan buah, dan mengurangi jumlah biji dalam buah.
Adapun fungsi lain dari auksin adalah mematahkan dominansi pucuk atau apikal yaitu
suatu kondisi, dimana pucuk tanaman atau akar tidak mau berkembang (Salisbury,
1992).

C. Alat & Bahan


• Alat:
1. Kapas
2. Wrap
3. Spidol permanen
4. Pemes
5. Gunting
• Bahan:
1. Bibit tanaman kehutanan:
a) Bibit Rambutan (Nephelium lappaceum L.)
D. Cara Kerja
1. Ambil 12 semai yang seragam dari setiap perlakuan
2. Delapa semai bagian Apikal yang bersifat embrional dipotong kemudian 4
semai diolesi IAA dan 4 diolesi air ditutup kapas dan wrap
3. Empat semai tidak diperlakukan sebagai kontrol
4. Letakkan masing-masing 2 semai di tempat terbuka dan ternaung
5. Amati pertumbuhan semai setiap hari sekali
6. Catat jumlah batang bertunas, jumlah tunas pada panjang tunas dan jumlah daun
7. Bandingkan hasil pengamatan saudara dengan praktikum yang lain.
E. Hasil Pengamatan
Tabel
F. Pembahasan
Dominansi apikal adalah hambatan terhadap pertumbuhan seluruh atau
sebagian pada tunas lateral karena adanya tunas apikal. Dominansi apikal atau
dominansi pucuk biasanya menandai pertumbuhan vegetatif tanaman baik
pertumbuhan akar maupun batang. Dominansi apikal terjadi karena adanya aktivitas
produksi IAA (auksin) yang berlebih di bagian pucuk batang atau pucuk cabang
sehingga tunas samping tetap dalam kondisi dorman.
Dominasi apikal dapat dikurangi dengan mendorong pucuk tumbuhan sehingga
produksi Auksin yang disintesis dalam pucuk akan terhambat atau terhenti. Hal ini akan
mendorong pertumbuhan tunas lateral atau ketiak daun. Auksi yang terhenti dapat
digantikan dengan beberapa jenis hormon IAA yang berfungsi untuk mengetahui
pertumbuhan lateralnya.
Pada acara pengamatan Dominansi Apikal yang dilakukan meneliti pengaruh
IAA, air terhadap pertumbuhan tugas lateral yaitu tunas Rambutan ( Nephelium
Lappaceum L ), ada tiga perlakuan yaitu menggunakan kontrol, air dan Hormon IAA
yang ditempatkan di tempat terbuka dan tertutup dengan 3 ulangan setiap 2 hari sekali
yang dimana pada ulangan pertama dan dan kedua tunas Apikal masih belum muncul
namun setelah hari ke 4 muncul dengan ukuran 0-1mm hal ini menunjukan bahwa
adanya pertumbuhan tunas yang dirangsang oleh hormon Auksin, penutupan ujung
tunas dengan kapas dan plastik akan lebih mengaktifkan kerja Hormon IAA karena
hormon bekerja optimal dengan keadaan tidak terkenalnya cahaya matahari alhasil
tunas tumbuh lebih cepat.

G. Kesimpulan
Pada pengamatan Dominansi Apikal yang kami amati ada tiga perlakuan yaitu
dengan hormon IAA, air dan kontrol dengan 3 kali ulangan yang dilakukan setiap dua
hari sekali, pada ulangan 1 dan kedua belum mengalami pertumbuhan tunas dan di
ulangan ke tiga terdapat pertumbuhan tunas, dari perbandingan tiga perlakuan tersebut
hormon IAA lebih merangsang pertumbuhan tunas dibandingkan perlakuan yang lain,
hal ini membuktikan bahwa ketiga perlakuan tersebut mempengaruhi pertumbuhan
tunas tersebut.
GAMBAR KETERANGAN

1 Bibit tanaman rambutan sebanyak 6


pohon

2 Pengukuran panjang bibit rambutan

3 Pemotongan bagian apikal


4 Pemberian perlakuan dengan
dibungkus kapas

5 Di warping
ACARA 4
PERTUMBUHAN AKAR
A. Tujuan
1. Mengetahui pengaruh lidah buaya terhadap pertumbuhan akar
2. Mengetahui pengaruh IBA terhadap pertumbuhan akar
3. Mengetahui pengaruh bawang merah terhadap pertumbuhan akar

B. Dasar Teori
Akar adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan dari tanaman mempunyai
fungsi yang sama pentingnya dengan bagian atas tanaman. Potensi pertumbuhan akar
perlu dicapai sepenuhnya untuk mendapatkan potensi pertumbuhan bagian atas
tanaman, ini berarti bahwa semakin banyak akar maka semakin tinggi hasil tanaman.
Konsep keseimbangan morfologi merupakan yang paling sering digunakan
sebagaimana yang dilakukan dalam hubungan allometrik. Konsep ini mempunyai
pengertian bahwa pertumbuhan suatu bagian tanaman diikuti dengan pertumbuhan
bagian lain (Sitompul dan Guritno, 1995).
Pertumbuhan akar adalah proses di mana akar tumbuhan berkembang dan
memperpanjang untuk mencari air, nutrisi, dan mendukung tanaman secara
keseluruhan. Proses ini melibatkan beberapa aspek dan mekanisme yang terjadi di
dalam jaringan akar.
Menurut Rusdiana et al., (2000), pertumbuhan akar sangat dipengaruhi oleh
keadaan fisik tanahnya. Adanya pemadatan tanah seperti yang ditimbulkan oleh
kegiatan eksploitasi akan merubah struktur tanah dan poripori tanah, sehingga
kandungan air tanahpun ikut berubah. Struktur tanah yang padat akan menghambat laju
penetrasi akar lebih dalam. Karena tanah padat susah ditembus akar, maka daerah
pemanjangan akar semakin pendek. Kepadatan tanah yang tinggi juga akan
mengakibatkan ruang pori makro menurun sehingga penetrasi akar akan terhambat
(Russel, 1977).

C. Alat & Bahan


• Alat:
1. Luxmeter
2. Thermohygro meter
3. Pemes
4. Gunting stek
5. Monstar
• Bahan:
1. Semai tanaman kehutanan
a) Semai Pohon Mahoni (Switenia mahagoni)
2. Hormon IBA 100ppm
3. Bawang merah
4. Lidah buaya
5. Plastik wrap
D. Cara Kerja
1. Ambil bibit tanaman kehutanan sebanyak 8 semai
2. Kemudian kurangi jumlah daunnya
3. Setiap perlakuan dua semai dibiarkan sebagai kontrol
4. Enam semai selanjutnya dibongkar, dipotong akarnya dan disisakan 3 cm dari
leher akar, dua semai tidak diperlakukan / kontrol, 2 semai diolesi IBA, 2 semai
diolesi larutan lidah buaya kemudian ditanam lagi ke dalam media yang sama.
5. Setelah selesai, letakkan semai setiap perlakuan pada tempat terbuka dan
ternaung
6. Amati morfologi semai tersebut
7. Bongkar semai setelah 3 minggu, dan amati jumlah akar utama, panjang akar
utama, dan jumlah order percabangan.

E. Hasil Pengamatan
Belum diketahui
F. Pembahasan
Pertumbuhan akar merupakan proses kompleks di mana akar tanaman
memperpanjang dirinya dan mengembangkan sistem akar yang lebih besar.
Pertumbuhan akar sangat penting bagi tanaman karena akar berfungsi untuk menyerap
air, mineral, dan nutrisi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan kelangsungan hidup
tanaman.
Di bawah ini adalah beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan akar:
1. Nutrisi tanah: Ketersediaan nutrisi yang cukup dalam tanah sangat penting
untuk pertumbuhan akar yang sehat. Nutrisi utama yang diperlukan oleh akar
termasuk nitrogen, fosfor, dan kalium, serta elemen mikro seperti zat besi, seng,
dan mangan.
2. Air: Air merupakan faktor penting dalam pertumbuhan akar. Akar tanaman
harus memiliki akses yang memadai terhadap air agar dapat berkembang
dengan baik. Kelembaban tanah yang cukup memungkinkan akar menyerap air
dengan efisien.
3. Oksigen: Akar juga membutuhkan oksigen untuk pertumbuhan yang sehat.
Tanah yang terlalu tergenang air dapat menghambat pertumbuhan akar karena
akar akan kekurangan oksigen. Oleh karena itu, drainase yang baik dalam tanah
sangat penting.
4. Suhu: Suhu tanah juga dapat mempengaruhi pertumbuhan akar. Setiap tanaman
memiliki rentang suhu yang optimal untuk pertumbuhan akar yang baik. Suhu
yang terlalu rendah atau terlalu tinggi dapat menghambat pertumbuhan akar.
5. pH tanah: pH tanah mempengaruhi ketersediaan nutrisi bagi akar. Setiap
tanaman memiliki rentang pH tanah yang optimal untuk pertumbuhan akar yang
baik. Perubahan pH tanah dapat mempengaruhi kemampuan akar dalam
menyerap nutrisi.
6. Hormon tanaman: Hormon tumbuhan seperti auksin, sitokinin, dan giberelin
memainkan peran penting dalam pertumbuhan akar. Hormon ini membantu
mengatur perpanjangan akar, pembentukan cabang akar, dan respons akar
terhadap lingkungan.
7. Jenis tanaman: Setiap jenis tanaman memiliki karakteristik pertumbuhan akar
yang berbeda. Beberapa tanaman memiliki akar tunggang yang lebih dalam,
sementara yang lain memiliki akar serabut yang lebih dangkal. Faktor genetik
juga mempengaruhi pertumbuhan akar pada tanaman.

Selain faktor-faktor di atas, interaksi antara faktor-faktor tersebut juga dapat


mempengaruhi pertumbuhan akar. Misalnya, ketersediaan nutrisi yang rendah dapat
menghambat pertumbuhan akar, bahkan jika faktor lingkungan lainnya optimal.
Demikian juga, kelembaban tanah yang cukup akan membantu penyerapan nutrisi yang
lebih baik oleh akar.
Pertumbuhan akar adalah proses dinamis yang dipengaruhi oleh banyak faktor.
Memahami faktor-faktor ini dapat membantu kita dalam memberikan kondisi yang
optimal bagi pertumbuhan akar yang sehat pada tanaman.
G. Kesimpulan
Pertumbuhan akar dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk ketersediaan
nutrisi tanah, air, oksigen, suhu, pH tanah, hormon tumbuhan, dan jenis tanaman.
Faktor-faktor ini saling berinteraksi dan dapat mempengaruhi pertumbuhan akar secara
keseluruhan.
Untuk mencapai pertumbuhan akar yang optimal, penting untuk menyediakan
kondisi yang sesuai, seperti memberikan nutrisi yang cukup, memastikan ketersediaan
air yang memadai, menyediakan drainase yang baik untuk oksigenasi, menjaga suhu
tanah yang sesuai, dan mengatur pH tanah yang optimal. Selain itu, peran hormon
tanaman dalam mengatur pertumbuhan akar juga tidak boleh diabaikan.
Pemahaman tentang faktor-faktor ini dapat membantu dalam merancang sistem
perawatan tanaman yang efektif, termasuk pemilihan tanah yang tepat, pemberian
pupuk yang sesuai, irigasi yang tepat, dan pengaturan suhu lingkungan yang optimal.
Dengan memperhatikan faktor-faktor tersebut, dapat ditingkatkan pertumbuhan akar
yang kuat dan sehat, yang pada gilirannya akan mendukung pertumbuhan dan
kesehatan tanaman secara keseluruhan.
NO GAMBAR KETERANGAN
1 Pengisian tanah ke dalam polibek

2 Polibek yang sudah diisi tanah

3 Semai tanaman mahoni diberi


perlakuan dengan lidah buaya, akar
bawang merah,IBA.
4 Proses penanaman lalu di selubungi
dengan plastik

5 Semai yang sudah diberi perlakuan

6 Semai yang sudah diberi perlakuan


dibagi dua di tempat terbuka dan
ternaung
ACARA 5
MORFOLOGI DAUN TERBUKA & TERNAUNG

A. Tujuan
Mengetahui pengaruh cahaya terhadap morfologi daun melinjo (Gnetum gnemon)

B. Dasar Teori
Tumbuhan tidak akan dapat melakukan fotosintesis ketika tanpa adanya cahaya
matahari. Selain faktor luar, (CO2, intensitas cahaya dan suhu) yang mempengaruhi
laju fotosintesis, faktor dalam yang juga penting dalam mengontrol proses ini adalah
konsentrasi klorofil, defisit air dan konsentrasi enzim. Konsentrasi klorofil pada
tingkat yang cukup rendah dapat membatasi laju fotosintesis (Ismail, 2011).
Daun tertutup berwarna hijau gelap tanaman yang berada di tempat gelap tidak
dapat melakukan fotosintesis karena tidak mendapatkan cahaya matahari.Tidak
adanya cahaya menyebabkan daun yang berwarna hijau gelap menjadi lebih pucat
karena kloroplas berubah menjadi plastida (organell yang dibentuk dari proplastida
yang biasanya mengandung pigmen-pigmen, tetapi beberapa pigmen tidak
berwarna.pada bagian-bagian yang tertutup, kloroplas berubah menjadi plastida tidak
berwarna Cahaya matahari tidak mampu menembus bagian-bagian yang tertutup
bagian daun sehingga kloroplas tetap berwarna hijau gelap. Meskipun masih memiliki
klorofil, tetapi tetap tidak bisa melakukan fotosintesis karena tidak ada sinar matahari.
Hal ini disebabkan sinar matahari sangat berperan penting dalam proses fotosintesis,
meskipun ada klorofil tetapi tanpa cahaya matahari daun tersebut tidak melakukan
proses fotosintesis.
Daun ditempat terbuka berwarna hijau kekuningan terpapar sinar matahari yang
berlebihan atau terik dapat menyebabkan daun mengalami stress. Salah satu respons
yang mungkin terjadi adalah perubahan warna daun menjadi kekuningan. Ini bisa
terjadi karena kelebihan sinar matahari dapat merusak klorofil dalam daun, mengurangi
produksi klorofil, dan mengubah warna daun.

C. Alat & Bahan


• Alat:
1. Pengaris
2. Pulpen
• Bahan:
1. Kertas kosong
2. Daun melinjo (Gnetum gnemon)
D. Cara Kerja
1. Ambilah daun melinjo dengan nomor duduk daun yang sama dari tumbuhan
daun melinjo ditempat terbuka ataupun ternaung.
2. Amati ukuran dan ketebalan daun melinjo tersebut.
3. Amati Warna dan pertumbuhan daun pada sisi atas dan bawah daun
4. Gambar dan beri keterangan lengkap
E. Hasil Pengamatan

Kondisi Daun
Karakteristik daun Ulangan
Terbuka Tertutup
Warna bagian atas Hijau tua agak gelap Hijau tua
Warna bagian bawah Hijau tua agak gelap Hijau tua
Permukaan atas Halus Agak halus
1
Permukaan bawah Agak halus Agak kasar
Ukuran (panjang & lebar) P= 16cm L=6,9cm P=15,2cm L=5,6cm
Ketebalan Tebal Tipis
F. Pembahasan
Dari hasil praktikum yang kami lakukan daun melinjo ditempat tertutup memiliki
warna daun hijau gelap dan pada tempat terbuka memiliki warna hijau kekuningan.
• Daun tertutup berwarna hijau gelap
Tanaman yang berada di tempat gelap tidak dapat melakukan
fotosintesis karena tidak mendapatkan cahaya matahari.Tidak adanya cahaya
menyebabkan daun yang berwarna hijau gelap menjadi lebih pucat karena
kloroplas berubah menjadi plastida(organell yang dibentuk dari proplastida
yang biasanya mengandung pigmen-pigmen, tetapi beberapa pigmen tidak
berwarna.pada bagian-bagian yang tertutup, kloroplas berubah menjadi plastida
tidak berwarna Cahaya matahari tidak mampu menembus bagian -bagian yang
tertutup bagian daun sehingga kloroplas tetap berwarna hijau gelap.Meskipun
masih memiliki klorofil, tetapi tetap tidak bisa melakukan fotosintesis karena
tidak ada sinar matahari. Hal ini disebabkan sinar matahari sangat berperan
penting dalam proses fotosintesis, meskipun ada klorofil tetapi tanpa cahaya
matahari daun tersebut tidak melakukan proses fotosintesis.
• Daun ditempat terbuka berwarna hijau kekuningan
Terpapar sinar matahari yang berlebihan atau terik dapat menyebabkan
daun mengalami stress. Salah satu respons yang mungkin terjadi adalah
perubahan warna daun menjadi kekuningan. Ini bisa terjadi karena kelebihan
sinar matahari dapat merusak klorofil dalam daun, mengurangi produksi
klorofil, dan mengubah warna daun.

G. Kesimpulan
Daun melinjo yang digunakan harus diambil dari dua perlakuan yaitu pada
tempat terbuka dan ternaung. Dengan posisi duduk daun yang sama, berdasarkan
dengan praktikum yang kami lakukan pada bagian atas daun melinjo terbuka memiliki
warna yang hijau kekuningan dan dengan ketebalan daun yang tipis. Sedangkan pada
daun tertutup memiliki warna daun yang lebih hijau gelap dan memiliki ketebalan daun
yang lebih tebal dari daun terbuka yang terpapar sinar matahari secara terus menerus.
Pada bagian permukaan bawah daun terbuka memiliki warna hijau kekuningan
sedangkan pada bagian atas daun ternaung lebih hijau gelap. Kondisi daun permukaan
atas pada perlakuan terbuka sedikit kasar dan pada tempat ternaung lebih halus. Pada
kondisi daun permukaan bawah pada perlakuan terbuka lebih halus dan pada tempat
ternaung agak kasar. Untuk ukuran panjang pada daun melinjo pada kondisi terbuka 14
cm, pada kondisi ternaung 10 cm. Untuk lebar ukuran daun melinjo pada perlakuan
terbuka adalah 5,2 cm dan pada kondisi ternaung 4,8 cm. Pada daun terbuka lebih
banyak mengandung klorofil B sedangkan pada daun tertutup lebih banyak
mengandung klorofil A
NO Gambar Keterangan

1. • Daun Melinjo
(Gnetum gnemon)
• TT = Daun tertutup
• TA = Daun terbuka
ACARA 6
TIPE PERAKARAN ISTIMEWA

A. Tujuan
Mengatahui tipe-tipe perakaran istimewa tanaman kehutanan

B. Dasar Teori
Menurut Mulyani (2006) struktur akar memiliki banyak ragam berdasarkan
fungsinya seperti akar penyimpanan, akar udara, akar sekulen, akar panjat, akar
penunjang, akar napas (Pneumatophora) dan akar yang akan bersimbiosis dengan jamur
(Mikoriza). Tipe akar berdasarkan fungsinya tersebut memiliki keunikan masing-
masing baik dalam bentuk. Posisi akar, bagaimana dan dari mana mendapatkan nutrisi
dan lain sebagainya.
Menurut Tjitrosoepomo (2012) tipe akar berdasarkan fungsi memiliki fungsi
masing-masing seperti akar tunjang yang memiliki fungsi sebagai penunjang suatu
tanaman, akar napas berfungsi sebagai memperoleh udara dan kandungan air untuk di
alirakan ke bagian atas tumbuhan. Akar pelekat berfungsi pemanjat atau pelekat pada
dinding yant tumbuh pada buku-buku batang dan akar gantung memiliki fungsi
menyerap gas dan uap air diudara ketikan menggantung namun, ketika berada didalam
tanah fungsinya menyerap garam mineral maupun kandungan air. Tipe akar
berdasarkan fungsi tersebut memiliki fungsi nya masing-masing sesuai dengan letak
dan bentuk nya.

C. Alat & Bahan


• Alat:
1. Gunting
2. Alat ukur
3. Atk
4. Lux meter
5. Kamera
• Bahan:
1. Berbagai jenis tanaman kehutanan
a) Beringin: Ficus benjamina
b) Melinjo: Gnetum gnemon
c) Mahoni: Switenia mahagoni
d) Flamboyan: Delonix regia
e) Jabon: Neolamarckia cadamba
2. Jenis tanaman pertanian
a) Kacang tanah: Arachis hypogea

D. Cara Kerja
1. Carilah berbagai jenis tanaman kehutanan dan tanaman pertanian yang memiliki
tipe perakaran istimewa
2. Identifikasi tipe perakaran istimewa tanaman kehutanan dan pertanian
3. Lakukan pengamatan morfologi
4. Gambar dan dokumentasikan perakaran istimewa yang saudara temukan.

E. Hasil Pengamatan

Jenis Tanaman Jenis tipe perakaran istimewa Ciri Morfologi


Kesambi (Schleichera oleosa) Akar Berbanir Berbatang agak kasar tinggi pohon
hingga 15m atau lebih dan batang
berwarna coklat
Flamboyan (Delonix regia) Akar berbanir Berbatang silindris, tekstur batang
agak licin dan berwarna cokelat dan
pohon ini sedang menggugurkan
daun
Mahoni (Switenia mahagoni) Akar berbanir Batangnya lurus dan memiliki
bentuk silinderis pada umumnya
bertajuk tinggi dan memiliki
diameter yang besar
Beringin (Ficus benjamina) Akar gantung Batang berbentuk silinderis
permukaan batang bertekstur kasar,
akar gantung dari atas hingga
bawah dan jumlahnya banyak.
Jabon (Neolamarckia Akar berbanir Berbatang lurus dan silinderis
cadamba) tinggi mencapai hingga 20m,
daunnya memiliki daun yang agak
besar
Kacang tanah (Arachis Akar berbintil Memiliki tinggi hingga 30-40cm,
hypogea) termasuk dalam family
leguminosae, akarnya memiliki
berbintil
F. Pembahasan
Akar tumbuhan umumnya terletak pada bagian bawah tumbuhan yang biasanya
berkembang di bawah permukaan tanah. Namun, pada jenis akar lain terdapat akar yang
berada di atas tanah. Akar yang tumbuh diatas tanah merupakan tipe akar yang memiliki
fungsi masing-masing. Selain tumbuh di atas tanah ternyata akar juga memiliki tipe dan
karakteristik sendiri yang dipengaruhi oleh kondisi lingkungan tempat tumbuhnya.
Secara umum, tipe perakaran istimewa memiliki 5 tipe yang sering ditemukan
seperti :
1. Akar bermikoriza
2. Akar grafted
3. Akar nafas
4. Akar berbintil
5. Akar berbanir
Dari kelima tipe perakaran istimewa tersebut, kelompok kami hanya
menemukan tiga tipe perakaran istimewa saja yaitu, akar berbanir, akar nafas dan akar
berbintil. Namun kami akan melampirkan dan menjelaskan kelima tipe perakaran
istimewa tersebut.
➢ Akar bermikoriza
Akar bermikoriza merujuk pada hubungan simbiotik antara akar tanaman
dengan jamur mikoriza. Mikoriza adalah hubungan mutualistik di antara
akar tanaman dan jamur, di mana kedua belah pihak saling menguntungkan.
Dalam hubungan ini, jamur mikoriza membentuk struktur khusus yang
disebut miselium, yang tumbuh di sekitar dan masuk ke dalam akar
tanaman. Miselium ini memperluas area permukaan penyerapan akar
tanaman, memungkinkan penyerapan yang lebih efisien dari air dan nutrisi
di tanah. Akar bermikoriza memiliki beberapa tipe, yang paling umum
adalah:
a. Endomikoriza (endomycorrhizae) adalah salah satu tipe hubungan
simbiotik antara akar tanaman dan jamur mikoriza. Juga dikenal sebagai
mikoriza arbuskular (AM), endomikoriza melibatkan jamur yang memasuki
dan membentuk struktur arbuskula di dalam sel-sel korteks akar tanaman.
Arbuskula adalah struktur berbentuk seperti cabang yang berfungsi sebagai
situs pertukaran nutrisi antara jamur dan tanaman. Endomikoriza umumnya
terjadi pada tanaman yang termasuk dalam keluarga Fabaceae (kacang-
kacangan), Poaceae (rumput), Solanaceae (terong, tomat), dan banyak
keluarga tanaman lainnya. Hubungan simbiotik ini saling menguntungkan,
di mana jamur mikoriza menyediakan nutrisi seperti nitrogen, fosfor, dan
mineral lainnya yang sulit diakses oleh tanaman, sedangkan tanaman
menyediakan karbohidrat hasil fotosintesis sebagai sumber energi untuk
jamur.
b. Ektomikoriza (ectomycorrhizae) adalah tipe hubungan simbiotik
antara akar tanaman dan jamur mikoriza di mana jamur membentuk jaringan
miselium di sekitar akar tanaman tetapi tidak memasuki sel-sel akar secara
intraseluler seperti pada endomikoriza. Dalam ektomikoriza, miselium
jamur membentuk lapisan eksternal yang melapisi permukaan akar
tanaman, membentuk jalinan miselium yang kompleks di luar akar.
Miselium ini membantu dalam penyerapan nutrisi seperti nitrogen, fosfor,
air, dan mineral lainnya, yang kemudian diserahkan kepada tanaman.
Ektomikoriza umumnya ditemukan pada banyak jenis pohon, terutama pada
tanaman konifer seperti pinus, cemara, dan kayu manis. Beberapa spesies
jamur ektomikoriza yang umum adalah cendawan berkerudung (amanita),
truffle, dan boletus.
c. Ektendomikoriza (ectendomycorrhizae) adalah istilah yang
mengacu pada tipe hubungan simbiotik yang menggabungkan ciri-ciri
ektomikoriza dan endomikoriza. Dalam hubungan ektendomikoriza, jamur
mikoriza memasuki sel-sel korteks akar tanaman dan membentuk arbuskula
seperti pada endomikoriza, sambil juga membentuk lapisan eksternal
miselium di sekitar akar tanaman seperti pada ektomikoriza.
Ektendomikoriza seringkali ditemukan pada beberapa jenis tanaman yang
memiliki karakteristik antara endomikoriza dan ektomikoriza. Contohnya,
beberapa spesies jamur dari kelompok Basidiomycota dapat membentuk
hubungan ektendomikoriza dengan tanaman, di mana jamur ini
menggabungkan ciri-ciri ektomikoriza dengan penetrasi arbuskula ke dalam
sel-sel akar tanaman.

➢ Akar grafted
Akar graf atau tanaman hasil okulasi (grafting) mengacu pada proses
penggabungan dua atau lebih tanaman yang berbeda menjadi satu individu
yang utuh. Dalam proses okulasi, bagian atas tanaman yang disebut "okul"
atau "cambium" dipasangkan dengan akar atau sistem akar tanaman yang
lain.

➢ Akar nafas
Akar napas, juga dikenal sebagai akar pneumatofor atau akar udara, adalah
struktur khusus pada beberapa jenis tanaman yang tumbuh di lingkungan
yang tergenang air atau tanah yang kurang teroksigenasi. Akar napas
membantu tanaman bernapas dengan memungkinkan pertukaran gas antara
akar dan atmosfer. Akar napas umumnya ditemukan pada tanaman yang
hidup di daerah rawa-rawa, lumpur, atau perairan yang tergenang. Tanah
atau air di lingkungan tersebut memiliki kadar oksigen yang rendah,
sehingga akar utama tanaman tidak dapat mendapatkan oksigen yang cukup
melalui proses difusi. Ketika tanaman membutuhkan oksigen untuk proses
respirasi, akar napas tumbuh ke atas dari sistem perakarannya dan muncul
di permukaan air atau tanah. Akar napas ini memiliki struktur khusus berupa
tonjolan atau tabung yang mengandung jaringan khusus yang
memungkinkan pertukaran gas. Melalui akar napas, tanaman dapat
mengambil oksigen dari atmosfer dan melepaskan karbondioksida yang
dihasilkan selama respirasi. Contoh tanaman yang memiliki akar napas
adalah mangrove, pohon bakau, pohon nipah, dan beberapa spesies
tumbuhan rawa lainnya. Akar napas membantu tanaman ini bertahan hidu
di kondisi yang sulit dengan memfasilitasi akses mereka terhadap oksigen
yang penting untuk proses metabolik.

➢ Akar berbintil
Akar berbintil, juga dikenal sebagai akar nodul, adalah struktur khusus yang
terbentuk pada beberapa jenis tanaman dalam hubungan simbiotik dengan
bakteri rhizobia. Akar berbintil merupakan hasil dari proses perakaran
istimewa yang disebut simbiosis mutualistik, di mana tanaman
menyediakan tempat hidup bagi bakteri rhizobia, sementara bakteri ini
membantu men-fix nitrogen dari udara menjadi bentuk yang dapat
digunakan oleh tanaman. Proses terbentuknya akar berbintil dimulai ketika
akar tanaman mengeluarkan senyawa kimiawi yang menarik rhizobia.
Bakteri rhizobia kemudian menginfeksi akar dan membentuk kumpulan sel
yang disebut bintil. Bintil ini memiliki bentuk dan ukuran yang bervariasi
tergantung pada jenis tanaman dan spesies rhizobia yang terlibat. Dalam
bintil akar berbintil, bakteri rhizobia berkoloni dan membentuk struktur
yang disebut bakteroid. Bakteroid ini mengubah nitrogen atmosfer menjadi
amonia yang dapat digunakan oleh tanaman untuk pertumbuhan dan
perkembangan mereka. Sebagai imbalannya, tanaman menyediakan
karbohidrat dan nutrisi lainnya kepada bakteri rhizobia. Akar berbintil
umumnya terjadi pada tanaman legum, seperti kacang-kacangan (misalnya,
kacang polong, kedelai, kacang tanah), alfalfa, dan klentik. Kemampuan
tanaman legum untuk membentuk akar berbintil memungkinkan mereka
memperoleh sumber nitrogen yang lebih efisien dan mengurangi
ketergantungan pada pupuk nitrogen tambahan.

➢ Akar berbanir
Akar berbanir, juga dikenal sebagai akar adventif, adalah akar tambahan
yang tumbuh dari bagian tanaman yang tidak biasa atau tidak umumnya
menjadi tempat tumbuh akar. Akar berbanir muncul dari batang, cabang,
atau bahkan daun tanaman, bukan dari pangkal atau sistem perakaran utama.
Akar berbanir dapat muncul sebagai respons terhadap kondisi lingkungan
yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Beberapa alasan mengapa akar
berbanir dapat terbentuk adalah: Stres lingkungan: Ketika tanaman
menghadapi stres seperti kekeringan, cedera, atau perlakuan fisik seperti
pemangkasan atau luka pada batang, mereka dapat mengembangkan akar
berbanir sebagai upaya untuk bertahan hidup. Akar berbanir membantu
tanaman untuk mengambil air dan nutrisi dari lingkungan secara lebih
efisien, mengurangi ketergantungan pada akar utama yang mungkin
terpengaruh oleh stres. Pembentukan tanaman baru: Beberapa tanaman
dapat mengembangkan akar berbanir yang muncul dari batang atau cabang
untuk tujuan reproduksi aseksual. Akar berbanir ini dapat tumbuh menjadi
individu baru yang mandiri, mirip dengan stek atau pembiakan vegetatif
lainnya. Rehabilitasi dan regenerasi: Tanaman yang mengalami kerusakan
atau penghancuran pada sistem perakaran utama mereka, misalnya karena
banjir atau kebakaran, dapat mengembangkan akar berbanir sebagai
mekanisme regenerasi. Akar berbanir membantu tanaman dalam
memperoleh nutrisi dan bertahan hidup sementara sistem perakaran utama
pulih atau regenerasi. Akar berbanir seringkali memiliki kemampuan untuk
berkembang menjadi akar yang lengkap dengan sistem perakaran yang
sehat. Mereka dapat menyerap air, nutrisi, dan oksigen yang dibutuhkan
oleh tanaman. Akar berbanir juga dapat memberikan stabilitas tambahan
kepada tanaman dengan menopang bagian yang terkena tekanan atau
kerusakan. Beberapa contoh tanaman yang dikenal memiliki kemampuan
untuk mengembangkan akar berbanir adalah kelapa, pandan, dan beberapa
spesies tumbuhan yang tumbuh di lingkungan dengan tekanan atau stres
lingkungan yang tinggi.

G. Kesimpulan
Secara keseluruhan, akar berbanir adalah akar tambahan yang tumbuh dari
bagian tanaman yang tidak biasa, memberikan adaptasi tambahan untuk bertahan hidup
atau berkembang dalam kondisi lingkungan yang berbeda atau dalam respons terhadap
stres dan kerusakan. Ada beberapa jenis tanaman yang memiliki tipe perakaran yang
sama, namun jenis nya berbeda. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi perbedaan
ini antara lain:
1. Kedalaman Akar: Meskipun jenis pohon memiliki sistem akar tunggang (akar
utama), kedalaman akar dapat bervariasi. Beberapa pohon memiliki akar yang tumbuh
sangat dalam untuk mencapai air tanah yang lebih dalam, sementara yang lain memiliki
akar yang lebih dangkal.
2. Penyebaran Akar: Meskipun akar mungkin tumbuh secara vertikal dari
pangkal batang, perbedaan dalam penyebaran akar juga dapat terjadi. Beberapa pohon
memiliki akar yang tumbuh secara luas dan menyebar secara mendatar, mencakup area
yang lebih besar, sementara yang lain mungkin memiliki akar yang lebih terkonsentrasi
di sekitar pangkal batang.
3. Jenis Akar Lateral: Pohon-pohon dapat memiliki akar lateral yang berbeda
dalam jumlah dan penyebaran. Beberapa pohon mungkin memiliki banyak akar lateral
yang tumbuh dari akar utama, sedangkan yang lain mungkin memiliki sedikit akar
lateral.
4. Struktur dan Diameter Akar: Meskipun akar-akar pohon memiliki fungsi
yang sama dalam menyerap air dan nutrisi, perbedaan struktur dan diameter akar dapat
terjadi. Beberapa pohon mungkin memiliki akar yang lebih tebal dan kuat, sedangkan
yang lain mungkin memiliki akar yang lebih halus dan rapuh.
Perbedaan-perbedaan ini dapat disebabkan oleh faktor genetik, lingkungan
tumbuh, kebutuhan nutrisi, dan kondisi tanah tempat pohon tersebut tumbuh. Meskipun
memiliki akar yang sama, perbedaan-perbedaan ini dapat menghasilkan perbedaan
dalam kemampuan pohon untuk menyerap air dan nutrisi, mendapatkan stabilitas, dan
bertahan hidup di lingkungan yang berbeda.
No Gambar Keterangan
1. • Pohon Beringin (ficus
benjamina )
• Akar Berbanir

2 • Pohon Mahoni (
Switenia mahagoni )
• Akar berbanir

3. • Kacang Tanah (
Arachis hypogea )
• Akar Berbintil
4 • Flamboyan ( Delonix
regia )
• Akar Berbanir

5 • Kesambi (Schleichera
oleosa)

6.

• Jabon (Neolamarckia
cadamba)
ACARA 7
KANDUNGAN KLOROFIL DAUN
A. Tujuan
Mengetahui pengaruh Cahaya terhadap kandungan klorofil daun

B. Dasar Teori
Sumber energi utama untuk kehidupan adalah cahaya matahari,Tanpa cahaya
matahari maka kehidupan tidak akan berjalan dengan lancar Cahaya matahari sangat
berpengaruh terhadap pertumbuhan morfologi tanaman karena cahaya matahari sangat
di butuhkan untuk proses penyatuan CO2 dan air dalam pembentukan karbohidrat,
secara garis besar terdapat 2 jenis tanaman yaitu jika terkena matahari penuh akan
tumbuh dengan baik atau yg di sebut dengan tanaman heliofit dan tanaman yang akan
tumbuh baik terkena cahaya matahari rendah di sebut juga tanaman skiofit (Lukitasari
2010).
Terdapat dua faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman yaitu yang
berasal dari pengaruh cahaya matahari kelembaban, suhu, angin, awan dan pencemaran
udara di sebut faktor makro, serta faktor yang berupa media tumbuhan kandungan O2
serta CO2 yang ada di udara di sebut juga dengan faktor mikro (Suryowinoto 1998).
Intesitas cahaya akan berpengaruh terhadap proses fisiologi tanaman hal ini
dapat di lihat dari keadaan morfologi nya ,ketika intesitas cahaya tinggi sel sel daun
akan berukuran lebih kecil ,jumlah klorofil lebih sedikit serta tilakoid dalam daun
menggumpal sehingga dengan ini menyebabkan daun lebih kecil dan lebih besar serta
jumlah daun pada tanaman lebih banyak ,sedangkan daun yg mempunyai ukuran lebih
kecil daun lebih tebal dan ruas batang lebih pendek menanda kan bahwa tanaman
mendapat kan cukup itensitas cahaya matahari (Burtono 2014).

C. Alat & Bahan


• Alat:
1. Pengerus daun
2. Gunting
3. Tabung reaksi
4. Saringan
5. Corong
• Bahan:
1. Daun Tanaman kehutanan Eboni:
a) Diospyros celebinca
b) Nyamplung: Callophyluin inophyllum
c) Nyamplung: Callophyluin inophyllum
d) Ki Putri: Podocarpus nerrifollus
e) Melinjo: Gnetum gnemon
2. Alkohol 70%

D. Cara Kerja
1. Ambil daun pada urutan yang sama dari setiap perlakuan penanaman
2. Timbang setiap sampel daun
3. Gerus daun sampai hancur
4. Tuangkan alkohol 70% sebanyak 10 ml
5. Saring larutan dan taruh dalam Tabung reaksi
6. Amati perbedaan warna cairan
7. Dokumentasikan pengamatan saudara lengkap dengan jelas

E. Hasil Pengamatan

Hasil uji Ternaung Terbuka


Eboni (Diospyros Hijau muda kekuningan Hijau tua kekuningan
Celebinca)
Nyamplung (Callophyluin Hijau kekuningan Hijau Tua
inophyllum)
Nyamplung (Callophyluin Hijau lebih muda Hijau lebih tua
inophyllum)
Kiputri (Podocarpus Kuning Kuning kehijauan
nerrifollus)
Melinjo (Gnetum gnemon) Hijau muda Hijau tua
F. Pembahasan
Klorofil adalah pigmen pemberi warna hijau pada tumbuhan, alga dan bakteri
fotosintetik. Klorofil berfungsi untuk menangkap energy dari cahaya (foton) untuk
dipindahkan keprotein dalam pusat fotosintesis. Klorofil adalah zat fitonutrien yang
berupa pigmen memberi warna hijau pada tumbuhan. Tumbuhan menggunakan zat
hijau ini bersama dengan sinar matahari untuk memproduksi energi. Klorofil terletak di
kloroplas tanaman, yang merupakan struktur kecil dalam sel tanaman.
Daun merupakan salah satu bagian tumbuhan yang tumbuh dari ranting. Pada
umumnya daun berwarna hijau (karena mengandung klorofil) dan berfungsi sebagai
penyerap energi dari cahaya matahari untuk proses fotosintesis. Klorofil mengandung
vitamin, antioksidan, dan beberapa senyawa yang bermanfaat untuk melawan penyakit
sekaligus menjaga kesehatan tubuh. Manfaat klorofil tersebut bisa didapatkan dengan
mengonsumsi sayuran berdaun hijau atau suplemen klorofil.Fungsi klorofil pada
tumbuhan adalah menyerap cahaya, biasanya berupa sinar Matahari. Energi yang
diserap dari cahaya akan ditransfer ke dua jenis molekul penyimpan energi.Sel-sel
mesofil yang terdapat di daun banyak mengandung kloroplas. Di dalam kloroplas
terdapat klorofil (zat hijau daun).
Fungsi utama klorofil dalam proses fotosintesis adalah sebagai katalisator dan
menyerap energi cahaya (kinetic energy) yang akan digunakan dalam proses tersebut.
Pada pengamatan kandungan klorofil daun yang diamati pada daun Melinjo (Gnetum
gnemon) yang amati dengan cara dihaluskan dan dicampur dengan alkohol 70%
kemudian disaring untuk memperoleh airnya agar bisa melihat klorofil yang terkandung
pada daun tersebut, dari hasil yang didapatkan warna pada daun melinjo terbuka
memiliki warna yang lebih tua dibandingkan daun melinjo yang ternaung hal ini
dikarenakan kandungan klorofil untuk daun terbuka lebih banyak dibandingkan dengan
daun ternaung karena daun melinjo terbuka lebih banyak terkena sinar matahari dan
lebih maksimal melakukan fotosintesis sementara banyaknya klorofil dipengaruhi oleh
cahaya matahari dan kondisi lingkungan lainnya.

G. Kesimpulan
Pada pengamatan kandungan klorofil yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa
daun melinjo terbuka dan ternaung yang diamati memiliki perbedaan kandungan
klorofil bahwa kandungan klorofil di daun terbuka lebih banyak dibandingkan dengan
daun ternaung ditandai dengan warna larutan daun terbuka yang lebih gelap
dibandingkan daun ternaung, kandungan klorofil yang lebih banyak disebabkan oleh
daun terbuka yang lebih banyak terkena sinar matahari secara langsung dibandingkan
daun tertutup.
No Gambar Keterangan
1

• Penimbangan daun
melinjo

• Menggerus/menghaluskan
daun melinjo

• Penyaringan hasil gerusan


daun melinjo

• Hasil klorofil daun terbuka


dan tertutup
ACARA 8
BENTUK & UKURAN STOMATA

A. Tujuan
Mengetahui pengaruh cahaya terhadap jumlah dan letak stomata

B. Dasar Teori
Stoma (Stomata = jamak) adalah celah (pori) pada epidermis yang dibentuk oleh
dua sel penutup. Pada kebanyakan tumbuhan, sel penutup umumnya berbentuk seperti
ginjal, sedangkan pada Graminae dan Cyperaceae bentuk sel penutup seperti halter
yaitu memanjang ramping dibagian tengah dan bagian ujungnya yang menggelembung.
Dengan adanya stomata maka di mungkinkan ada hubungan antara bagian dalam tubuh
tumbuhan dengan lingkungan luar (Setjo, 2004).
Tanggapan terhadap peningkatan intensitas cahaya berbeda antara tumbuhan
yang cocok untuk kondisi ternaungi (shade plant; indor plant), dengan tumbuhan yang
bisa tumbuh pada kondisi tidak ternaungi. Tumbuhan cocok ternaungi menunjukkan
laju fotosintesis yang sangat rendah pada intensitas cahaya tinggi. Laju fotosintesis
tumbuhan cocok ternaungi mencapai titik jenuh pada intensitas cahaya yang lebih
rendah, laju fotosintesis lebih tinggi pada intensitas cahaya yang sangat rendah, titik
kompensasi cahaya lebih rendah dibanding tumbuhan cocok terbuka. Dari uraian di atas
menyebabkan tumbuhan cocok ternaungi dapat bertahan hidup pada kondisi ternaungi
(intensitas cahaya rendah) saat tumbuhan cocok terbuka tidak dapat bertahan hidup
(lakitan,1993).
Tanaman yang tumbuh pada lingkungan berintensitas cahaya rendah memiliki
akar yang lebih kecil, jumlahnya sedikit dan tersusun dari sel yang berdinding tipis. Hal
ini terjadi akibat terhambatnya translokasi hasil fotosintesis dari akar. Ruas batang
tanaman lebih panjang tersusun dari sel-sel berdinding tipis, ruang antar sel lebih besar,
jaringan pengangkut dan penguat lebih sedikit. Daun berukuran lebih besar, lebih tipis
dan ukuran stomata lebih besar, sel epidermis tipis, tetapi jumlah daun lebih sedikit,
ruang antar sel lebih banyak.
Beberapa teori stomata adalah:
1. Terhambatnya pertambahan stomata karena differensiasi yang telah ada;
2. Pembentukan stomata bersama dengan sel-sel yang mengelilinginya sebagai
bagian
3. dari pola perkembangan yang sama;
4. Induksi pola stomata oleh pola jaringan dasar yaitu mesofil (Fahn, l992).

C. Alat & Bahan


• Alat:
1. Mikroskop
2. Pinset, pipet, dan petridish
3. Gelas benda dan penutup
4. Laptop
5. Kamera
• Bahan
1. Daun tanaman kehutanan Melinjo (Gnetum gnemon)
2. Pemoles kuku putih bening
3. Cairan safranin

D. Cara Kerja
1. Ambillah daun dengan nomor duduk daun yang sama dari semai yang ditumbuhkan
di tempat terbuka dan ternaung
2. Oleskan sedikit pemoles kuku pada permukaan atas dan bawah setiap daun
3. Diamkan pemoles kuku hingga mengering kemudian kelupaslah dengan pinset secara
hati-hati
4. Masukkan kulit daun tersebut kedalam cairan safranin selama 5 menit
5. Letakkan preparat dalam gelas benda dan tutuplah
6. Amati dibawah mikroskop: letak, bentuk, dan jumlah stomata yang ada dalam satu
bidang pandang
7. Catatlah perbesaran mikroskop yang saudara amati
8. Gambar dan beri keterangan bentuk stomata.
E. Hasil Pengamatan
Gambar hasil pengamatan kelompok 5
Hasil pengamatan kelompok 1 sebagai perbandingan

Kondisi Daun

Karakteristik Stomata Terbuka Ternaung

Bagian Atas Ditemukan Ditemukan

Bagian Bawah Ditemukan Ditemukan

Jumlah Bagian Atas 2 11

Jumlah Bagian Bawah 6 3

Bentuk Anisositik Aktinosit

1.Bagian bawah daun ternaung


2. bagian atas daun terbuka

3. bagian bawah daun terbuka 4. bagian atas daun terbuka

4. bagian atas daun tenaung 5.bagian bawah daun terbuka


7.bagian atas daun ternaung 8. bagian atas daun ternaung
F. Pembahasan
Stomata adalah struktur kecil pada daun yang berperan penting dalam proses
respirasi dan fotosintesis. Stomata terdiri dari dua sel penjaga yang mengatur ukuran
dan jumlahnya. Bentuk dan ukuran stomata pada daun bervariasi tergantung pada
spesies tanaman, lingkungan tumbuh, dan faktor-faktor lainnya. Secara umum, stomata
pada daun memiliki bentuk bulat atau oval dan terdiri dari dua sel penjaga yang
berdekatan dengan celah di antara keduanya. Beberapa faktor yang mempengaruhi
bentuk dan ukuran stomata antara lain intensitas sinar matahari, kelembaban udara,
suhu, kadar karbon dioksida di udara, dan genetika tanaman. Misalnya, tanaman yang
tumbuh di daerah yang kering cenderung memiliki stomata yang lebih kecil dan lebih
sedikit, sedangkan tanaman yang tumbuh di daerah yang lembab atau beriklim sejuk
cenderung memiliki stomata yang lebih besar dan lebih banyak.
Dari pengamatan mikroskopis stomata pada daun melinjo (Gnetum gnemon)
menggunakan mikroskop mendapatkan hasil berupa foto pada daun melinjo (Gnetum
gnemon) terbuka dan ternaung pada bagian bawah yang berupa titik merah. Titik merah
tersebut kami yakini bahwasannya itu adalah stomata namun perkiraan tersebut tidak
bisa di pastikan bahwasannya itu adalah stomata. Pada pengamatan tersebut kami
mendapat kendala berupa alat mikroskop yang kami gunakan memiliki pembesaran
yang kecil dan pada saat pembuatan preparat kami ada melakukan kesalahan sehingga
terdapat kerenggangan yang mengakibatkan bentuk stomata yang kami amati pada daun
melinjo (Gnetum gnemon) tidak tampak begitu jelas.

G. Kesimpulan
Dari hasil yang telah didapatkan, dapat disimpulkan stomata merupakan
struktur terkecil pada daun yang berperan sangat penting dalam proses respirasi dan
fotosintesis. Stomata berbentuk bulat atau oval dua sel penjaga yang berdekatan dengan
celah dikeduanya. Bentuk pada stomata ternyata dipengaruhi oleh beberapa faktor
diantaranya sinar matahari, suhu, kelembapan udara, kadar karbon dioksida, dan
genetika tanaman.
No Gambar Keterangan
1

• Pemindahan sampel
ke kaca preparat

• Proses pencarian
stomata
menggunakan alat
miskroskop

• Hasil stomata pada


daun Melinjo
ACARA 9
MORFOLOGI BIJI
A. Tujuan
Mengetahui morfologi bji berbagai jenis tanaman kehutanan

B. Dasar Teori
Pada Biji (stemen) adalah bakal biji (ovum) dari tumbuhan berbunga yangtelah
masak. Biji dapat terlindung oleh organ lain (Angiospermae) atau (Magnoliophyta)
embrio atau tumbuhan kecil yang termodifikasi sehingga dapatbertahan lebih lama pada
kondisi kurang sesuai untuk pertumbuhan (Bambang, 2012).
Sebelum tumbuhan mati, biasannya telah dihasilkan suatu alat yang nantiakan
dapat tumbuh menjadi tumbuhan baru. Salah satu alat perkembangbiakanpada
tumbuhan yakni dengan perkembangbiakan generatif yang mana nantinyaakan
dihasilkan alat perkembangbiakan atau biasa juga disebut bunga dan daribunga
nantinya akan dihasilkan suatu organ yang berupa buah sebagai hasil daribunga yang
tadi. Dalam buah sendiri terdapat biji sebagai inti dari buah yang mana ini nantinya
akan berguna sebagai bakal calon tanaman baru (Mulyani, 2009).
Pembentukan kulit biji dapat pula ikut serta bagian bakal biji yang lebih dalam
dari pada integumentumnya, misalnya lain bagian jaringan nuselus yang terluar. Biji
yang kulitnya terdiri atas dua lapisan itu umumnya adalah biji tumbuhan biji tertutup
(Angiospermae). Pada tumbuhan biji telanjang (Gymnospermae), biji mempunyai
tiga lapisan seperti pada biji belinjo (Gnetum gnemon K), padahal bakal biji tumbuhan
biji telanjang umumnya hanya mempunyai satu integementum saja (Arif, 2009)

C. Alat dan Bahan


• Alat
1. Pemes
2. Alat ukur
3. Penggaris
4. Atk
5. Cawan pentri
• Bahan
1. Jambu mete (Anacardium occidentale)
2. Cendana (Santalum album)
3. Sengon (Albazia chinensis)
4. Mahoni (Switenia mahagoni)
5. Cemara (Casuarina ceae)
6. Sapindus lerak (Sapindus rarak)
7. Kenari (Canarium vulgare Leenh)
8. Keruing (Dipterocarpus littolaris)
9. Tamarin (Tamarindus radica)
10. Nagasari (Mesua ferrea)
11. Meranti kuning (Shorea salandica)
12. Angsana (Pterocarpus indicus)
13. Sawo Kecik (Manilkara kauki)

D. Cara Kerja
1. Contoh biji yang telah disediakan diletakkan di atas cawan petri, kemudian dilakukan
pengamatan mikroskopis.
2. Pada pengamatan catat: bentuk, ukuran dan warna.
3. Buatlah gambar berdasarkan pengamatan makroskopis Terutama mengenai bentuk
biji, dapat berdasarkan ukuran asli, diperkecil ataupun dengan pembesaran yang
sesuai dengan maksud agar gambar lebih jelas.
4. Buat juga gambar penampang melintang dan membujur untuk contoh biji yang di
amati, serta sebutkan bagian- bagian nya.
E. Hasil Pengamatan
1. Jambu mete (Anacardium occidentale)
Bentuk: runcing melengkung atau seperti ginjal
Warna : coklat mocca
Pengukuran awal
P=3,1 cm
L=2,3 cm
Pengukuran setelah di belah:
PB=2,6 cm
LB=1,9 cm
PM=1 cm
LM= 1,1 cm

2. Cendana (santalum album)


Bentuk = bulat
Warna = coklat
Pengukuran awal =0,7 cm
Pengukuran setelah di belah = 0,5 cm

3. Sengon (albazia chinensis)


Bentuk: panjang
Warna : hijau pucat
Pengukuran awal :
P= 1,1 cm
L= 0,3 cm
Pengukuran setelah di belah:
PB= 1,1 cm
LM= 0,4 cm

4. Mahoni (switenia mahagoni)


Bentuk : bulat telur
Warna : coklat keorenan
Pengukuran awal buah :
P= 11,5 cm
L= 7,8 cm
Pengukuran setelah di belah buah:
PB= 1,9 cm
LB= 1cm
Pengukuran awal biji :
P= 7,9 cm
L=2,4 cm
Pengukuran setelah di belah biji:
PM= 1 cm
LM= 0,6 cm
5. Cemara (casuarina ceae)
Bentuk: bulat memanjang
Warna : coklat gelap
Pengukuran awal:
P= 2,6 cm
L= 1,6 cm
P membujur= 3 cm
L melintang= 1,5 cm

6. Sapindus rarak
Pengukuran awal= 1,9 cm
Pengukuran setelah di belah:
Membujur=0,9 cm
Melintang=0,7 cm
Bentuk : bulat, abstrak, keras
Warna : hitam gelap ( buah )
Putih (biji)

7. Kenari (canarium vulgare leenh)


Pengukuran awal :
P=4 cm
L= 2 cm
Pengukuran setalah di belah :
PM=1,5 cm
PB= 2 cm
Bentuk: panjang lonjong
Warna : coklat

8. Keruing ( Dipterocarpus littolaris)


Pengukuran awal buah :
P=3,6 cm
L=3 cm
P sayap= 18,5 cm
L sayap = 4,2 cm
Bentuk : bulat bersayap 2
Warna :coklat

9. Tamarin (Tamarindus radica)


Pengukuran awal:
P=1,4 cm
L= 0,5 cm
Bentuk: lonjong
Warna : coklat kehitaman
Pengukuran setelah di belah :
PB= 1,5 cm
LB= 0,6 cm
PM= 1,1 cm
LM= 0,4 cm

10.Nagasari (Mesua ferrea)


Pengukuran awal buah :
P= 2,7 cm
L=2,6 cm
Pengukuran awal biji
P= 1,7 cm
L= 1 cm
PB= 1,7 cm
LB= 1 cm
Diameter= 0,6 cm ( melintang)
Bentuk: lonjong memanjang
Warna : hijau garis coklat

11. Meranti kuning ( shorea salandica)


Pengukuran awal :
P= 4,4 cm
L=0,6 cm
P sayap= 3,5 cm
Bentuk: bulat bersayap 3( besar) 2 (kecil)
Pengukuran setelah di belah :
PB=0,3 cm
LM=0,5 cm

12.Angsana (pterocarpus indicus)


Pengukuran awal:
P=3,2 cm
L=2 cm
Bentuk : bulat pipih
Warna : coklat
Pengukuran setelah di belah :
PM=0,3 cm
LM=0,2 cm
PB=1,6 cm
LB= 1,2 cm

13. Sawo Kecik ( manikara kauki)


Pengukuran awal:
P=0,7 cm
L=0,8 cm
Bentuk : lonjong
Warna: coklat muda
LM= 0,7 cm
PB=1,4 cm

Keterangan :
PB= panjang membujur
LB= lebar membujur
PM= panjang melintang
LM= lebar melintang
F. Pembahasan
Biji merupakan bagian terpenting dalam tumbuhan. Biji bisa disebut tumbuhan
embrio yang tertutup oleh lapisan pelindung dibagian luar. Spermatofit merupakan
bagian dari proses reproduksi pada tumbuhan berbiji saat pembentukan biji. Hampir
semua tumbuhan menghasilksn biji. Kualitas tumbuh kembangnya suatu tumbuhan
tergantung dari penyebaran biji. Apabila penyebaran biji benar maka perkembangan
tumbuhan akan mendapatkan hasil yang maksimal, begitupun sebaliknya.
Biji yang mempunyai kualitas baik adalah biji yang sudah matang secara
fisiologis. Ciri dari biji berkualitas seperti tanaman padi yang menguning atau kulit
pembungkus biji pada kedelai menguning. Biji menjadi salah satu bagian yang sangat
berharga didalam sudut pandang petani, karena nantinya biji tersebut dapat ditanam
kembali menjadi tanaman atau tumbuhan baru.
Berdasarkan letak bakal bijinya, jenis biji pada tumbuhan biji dibedakan
menjadi dua antara lain:

1. Biji Terbuka
Tumbuhan biji terbuka biasa disebut Gymnospermae, merupakan tumbuhan yang
bijinya tidak tertutup oleh bakal buah. Pada tumbuhan biji terbuka, biji terletak
langsung diantara daun-daun penyusun runjung atau strobilus. Gymnospermae
sendiri mempunyai organ tumbuhan yang berupa akar, daun, batang, strobilus dan
pembuluh.
2. Biji tertutup
Tumbuhan biji tertutup atau Angiospermae mempunyai ciri khas dimana seluruh
tumbuhan yang termasuk dalam tumbuhan berbiji tertutup memiliki bunga. Bakal
bijinya sendiri terbuka dan terletak di bagian permukaan bakal buahnya. Bakal buah
tersebut tumbuh diluar megasporofil.
Morfologi biji dapat bervariasi tergantung pada jenis tanaman yang
menghasilkannya. Namun, secara umum, biji terdiri dari tiga bagian utama: kulit
biji (testa), inti biji (endosperma), dan embrio. Bagian kulit biji berfungsi sebagai
pelindung dan biasanya cukup keras dan tahan lama. Inti biji berfungsi sebagai
cadangan makanan untuk embrio selama pertumbuhan awal tanaman, dan dapat
berupa endosperma atau kotiledon. Embrio biji adalah bagian yang akan tumbuh
menjadi tanaman baru. Morfologi biji juga dapat memiliki variasi dalam ukuran,
bentuk, warna, dan tekstur tergantung pada jenis tanaman yang menghasilkannya.
Pada saat melakukan praktikum acara morfologi biji kelompok kami membelah
biji-biji tersebut secara membujur dan melintang untuk membandingkan
pengukuran awal dan pengukuran setelah di belah dan melihat hasil embrio yang
terdapat dalam biji tersebut.
Pada biji juga mempunyai 3 lapisan diantaranya:
1. Eksocarp dapat disebut sebagai kulit buah serta memiliki pigmen yang dapat
menentukan warna kulit buah.
2. Mesocarp merupakan lapisan di antara eksokarp dan endokarp serta dapat disebut
sebagai daging buah.
3. Endocarp merupakan lapisan kulit paling dalam dan melapisi bagian biji.
G. Kesimpulan
Morfologi biji dilakukan agar dapat mengetahui warna, bentuk dan ukuran dari
suatu biji. Pada biji juga di lakukan pengukuran awal dan pengukuran setelah di belah
tujuan nya agar dapat melihat embrio yang ada pada biji dan menentukan bagian-bagian
lapisan. Antara lain : Eksocarp, meksocarp dan endocarp Morfologi biji dapat bervariasi
tergantung pada jenis tanaman yang dihasilkan. Morfologi biji juga dapat
mempengaruhi metode penyebaran biji dan kemampuan biji untuk bertahan hidup di
lingkungan yang berbeda.
No Gambar keterangan
1

• (Dipterocarpus
littolaris)

• Mahoni (Swietenia
mahagoni)

• Sapindus Lerak
(Sapindus rarak)

• cemara (Casuarina
equisefolia)
5

• Meranti (Shorea
slanica)

• Biji Cemara
(Casuarina
equisetifolia)
7
• Sengon ( Falcataria
falcata )

• Kenari (Canarium
indicum)

• Jambu Mete
(Anacardium
occidentale)
10

• Nagasari (Mesua
ferrea)

11
• Sawo kecik
(Manilkara kauki)

12.

• Keruing
(Dipterocarpus
retusus)
13.

• Asam Jawa
(Tamarindus indica)
ACARA 10
PERKECAMBAHAN BIJI
A. Tujuan
Mengetahui pengaruh cahaya terhadap perkecambahan biji.

B. Dasar Teori
Perkecambahan adalah proses awal pertumbuhan individu baru pada tanaman
yang diawali dengan munculnya radikel pada testa benih. Perkecambahan sangat
dipengaruhi oleh ketersediaan air dalam media pertumbuhan. Air akan diabsorbsi dan
digunakan untuk memacu aktivitas enzim-enzim metabolisme perkecambahan (Agustrina,
2008: 102)
Perkecambahan adalah peristiwa tumbuhnya embrio di dalam biji menjadi
tanaman baru. Biji akan berkecambah jika berada dalam lingkungan yang sesuai. Proses
perkecambahan ini memerlukan suhu yang cocok, banyaknya air yang memadai,
persediaan oksigen yang cukup, kelembapan, dan cahaya. Struktur biji yang berbeda antara
tumbuhan monokotil dan dikotil akan menghasilkan struktur kecambah yang berbeda pula.
Pada tumbuhan monokotil, struktur kecambah meliputi radikula, akar primer, plumula,
koleoptil, dan daun pertama. Sedangkan, pada kecambah tumbuhan dikotil terdiri atas akar
primer, hipokotil, kotiledon, epikotil, dan daun pertama (Purnobasuki, 2011: 4).
Pertumbuhan awal tumbuhan berbiji dimulai dari biji. Biji mengandung potensi
yang dibutuhkan untuk tumbuh menjadi individu baru, misalnya embrio, cadangan
makanan, dan calon daun/calon akar. Sebutir biji mengandung satu embrio. Embrio terdiri
atas radikula (yang akan tumbuh menjadi akar) dan plumula (yang akan tumbuh menjadi
kecambah). Cadangan makanan bagi embrio tersimpan dalam kotiledon yang didalamnya
terkandung pati, protein dan beberapa jenis enzim. Kotiledon dikelilingi oleh bahan yang
kuat, disebut testa. Testa berfungsi sebagai pelindung kotiledon untuk mencegah kerusakan
embrio dan masuknya bakteri atau jamur ke dalam biji. Testa memiliki sebuah lubang kecil,
disebut mikropil. Di dekat mikropil terdapat hilum yang menggabungkan kulit kotiledon
(Sudjadi, 2006: 79).

C. Alat dan Bahan


• Alat
1. Bak tabur
2. Spidol permanen
• Bahan
1. Cendana (Santalum album)
2. Sengon (Albazia chinensis)
3. Mahoni (Switenia mahagoni)
4. Cemara (Casuarina ceae)
5. Sapindus lerak (Sapindus rarak)
6. Keruing (Dipterocarpus littolaris)

D. Cara Kerja
1. Lubangi bagian bawah bak tabur secukupnya
2. Isi bak dengan pasir Tanah
3. Basahi media secukupnya
4. Taburkan benih sesuai dengan perlakuan yang dibutuhkan dari masing-masing jenis biji
E. Hasil Pengamatan
No Jenis Bibit Cara kerja
1 Cemara (Casuarina • Taburkan secara merata biji ke media yang
equisetifolia) disediakan
• Tutup Kembali dengan media
• Pastikan tetap lembab, tidak terlalu basah

2 Cendana (Santalum album) • Basahkan media terlebih dahulu


• Disusun satu persatu bagian tumbuh akar dibawah
atau setengah biji saja
• Tidak perlu ditutup media lagi

3 Lerak (Sapindus rarak) • Basahkan media tanam


• Disusun satu per satu yang tumbuh akarnya per
setengah biji saja
• Tidak perlu ditutup media lagi

4 Sengon ( Falcataria falcata) • Skarifikasi (proses penyepatan


perkecambahan/direndam air panas semalaman)
• Basahkan media tanam
• Buat lubang kecil bagian tumbuh akarnya di
bawah, ditutup Kembali dengan media tanah

5 Mahoni (Switenia mahagoni) • Basahkan media tanam terlebih dahulu


• Potong bagian sayapnya
• Tancapkan di meda setengah biji

6 Dipterocarpus littoralis • Basahkan media tanam terlebih dahulu


• Potong bagian sayapnya
• Letakkan bagian menyamping pda media tanam
F. Pembahasan
Dari 6 cara perkecambahan terdapat berbagai cara penanaman yang berbeda dimana cemara
di tanam dengan cara siapkan media, basahkan media kemudian tabur bibit nya secara
merata dan tutupkan kembali dengan media. Dan disimpan di tempat ternaung.
Pada penanaman cendana dan sapinus lerak pertama basahkan media terlebih dahulu
kemudian di susun satu persatu dengan posisikan embrio ke bawah setengah biji nya saja.
Pada penanaman sengon cara nya biji di rendam terlebih dahulu/ skarifikasi, basahkan
media kemudian lubangin kecil dan di susun satu persatu dengan posisi bagian embrio nya
ke bawah dan setengah biji saja.
Pada mahoni cara penanaman nya basahkan media terlebih dahulu, potong bagian sayap
dan tancapkan biji di media.
Pada keruing cara penanaman nya basahkan media terlebih dahulu, potong bagian sayapnya
dan letakkan biji dalam posisi berbaring. Dari perkecambahan tersebut media tidak boleh
terlalu lembab dan tidak boleh terlalu kering. Dan dari perkecambahan tersebut terdapat
penanaman yang berbeda dan tergantung pada bijinya.
G. Kesimpulan
Dari praktikum perkecambahan biji ini dietahui setiap tumbuhan memiliki cara
menanam yang berbeda untuk membentuk kecambah. Untuk membuat perkecambahan
harus menggunakan media yang selalu lembab, dan berada pada tempat ternaung.
Untuk menanam bii bebrapa tanaman seperti Shorea posisi embrionya harus berada
pagian bawah.
No Gambar Keterangan

1. • Cemara (casuarina
equisetifolia)

2.

• Lerak (Sapindus
rarak)

3.

• Cendana (Santalum
album L)
4.

• Mahoni (Swietenia
mahgoni)

5.

• Sengon
(Paraserianthes
falcataria)
ACARA 11
LAJU FOTOSINTESIS

A. Tujuan
Mengetahui cara pengaruh cahaya terhadap laju fotosintesis

B. Dasar Teori
Cahaya matahari memiliki sifat polikromatik bila dibiaskan akan menghasilkan
cahaya monokromatik. Cahaya monokromatik inilah yang ditangkap oleh klorofil dan
digunakan dalam proses fotosintesis. Dalam suatu percobaan diketahui bahwa
gelombang cahaya biru dan cahaya merah adalah yang paling efektif dalam melakukan
proses fotosintesis. (A.R. Loveless,1991:301)
Terkait dengan sinar tampak diketahui bahwa energi sinar yang digunakan
tumbuhan untuk fotosintesis ternyata hanya 0,5 sampai 2% dari jumlah energi sinar
yang tersedia. Energi yang diberikan oleh sinar itu bergantung kepada kualitas (panjang
gelombang), intensitas (banyaknya sinar per 1 cm² per detik) dan waktu (sebentar atau
lama). Fotosintesis dan reaksi fotokimia lainnya tidak bergantung pada energi total
cahaya, tapi pada jumlah foton atau kuanta yang diserap. Foton berenergi tinggi pada
spektrum biru mempunyai energi hampir 2 kali lipat dibandingkan dengan foton pada
spektrum merah, tapi kedua foton itu mempunyai efek yang persis sama dalam
fotosintesis. (Frank B Salisbury dan Cleon W Ross,1995:73)

C. Alat & Bahan


• Alat:
1. Gunting
2. Satu set alat pengukur laju fotosintesis
3. Thermohygrometer
4. Luxmeter
• Bahan:
1. Daun tanaman Melinjo (Gnetum gnemon)
2. Larutan safranin
3. Bufet carbonat
4. Kertas saring

D. Cara Kerja
1. Ambil daun pada larutan yang sama dari daun tertutup dan ternaung
2. Hubungkan tabung fotosintesis dengan pipa kapiler
3. Potong kertas saring ukuran 0,5 x 2 cm rendam dalam larutan buffer carbonat
4. Potong daun melintang ukuran 0,5 x 2 cm masukkan dalam tabung dan letakkan
diatas kertas saring yang telah di siapkan pada nomor 3 diatas
5. Masukkan setetes larutan safranin kedalam pipa kapiler
6. Letakkan perangkat tersebut dalam lembaran kaca yang ada kertas millimeter,
selanjutnya masukkan kedalam bak berisi air yang selalu mengalir
7. Taruh perangkat nomor 6 dibawah cahaya matahari
8. Amati pergerakan safranin dalam pipa kapiler setiap 5 menit sekali selama 10
menit
9. Setiap perlakuan buatlah ulangan 3 kali dan lengkapi dengan kontrol yang tidak
ada sampel daunnya
10. Ukur intensitas cahaya, kelembapan, dan suhu lingkungan di sekitar percobaan.
E. Hasil Pengamatan
Perlakuan Waktu Pengamatan
0 5 10
Daun terbuka 0,3 ml 0,2 ml 0
Daun ternaung 0,7 ml 0,6 ml 0,5 ml
Tanpa daun dengan 0,8 ml 0,8 ml 0,8 ml
buffet carbonat
Tanpa keduanya 0 0 0
(kosong)

Suhu :
Menit 0 : 44,3ºC
Menit 5 : 44,3 ºC
Menit 10 : 41,6 ºC
Kelembaban :
Menit 0 : 28%
Menit 5 : 28%
Menit 10 : 28%
Intensitas cahaya : lebih dari 19.000 Lux
Rata-rata laju fotosintes :
1. Daun terbuka sebesar 0,7 cm³/cm²/menit
2. Daun ternaung sebesar 0,7 cm³/cm²/menit
3. Tanpa daun dengan buffet carbonat tidak mengalami perubahan apapun (0)
4. Tanpa keduanya (kosong) tidak mengalami perubahan apapun (0)
F. Pembahasan
Laju fotosintesis adalah kecepatan di mana tumbuhan atau organisme fotosintetik
lainnya dapat mengubah energi matahari menjadi bahan organik melalui proses
fotosintesis. Laju fotosintesis dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti intensitas
cahaya, suhu, ketersediaan air, keberadaan nutrisi, dan konsentrasi karbon dioksida.
Laju fotosintesis dapat diukur dengan mengukur produksi oksigen atau penyerapan
karbon dioksida oleh tumbuhan selama periode waktu tertentu. Tingkat laju fotosintesis
dapat mempengaruhi pertumbuhan tumbuhan dan produktivitas tanaman, serta
berdampak pada siklus karbon di alam.

Dari hasil pengamatan kami di lakukan Laju fotosintesis pada daun melinjo pada yg
terbuka dan ternaung
Dengan 4 perlakuan yaitu daun terbuka, daun ternaung, tanpa daun dengan karbonat,
dan atau tanpa keduanya (tanpa perlakuan).
1. Pada pengamatan yang kami pada daun yang terbuka lakukan pada menit ke 0 cairan
safranin sudah berada pada volume 0,3 ml, waktu 5 menit berubah pada volume 0,2 ml
dan pada waktu 10 menit dengan laju fotosintesis= 0,2 cairan safranin sudah berada
pada volume 0 ml, dengan laju fotosintesis 0,07.
2. Perlakuan pada daun ternaung pada menit ke 0 cairan safranin yaitu 0,7 ml, menit ke
5 = 0,6 ml dan pada menit 10 berubah menjadi 0,5 ml dengan laju fotosintesis yaitu
0,07.
3. Pada perlakuan tanpa daun dengan karbonat pada menit ke 0 yaitu 0,8 ml, pada menit
ke 5 0,8ml dan pada menit ke 10 = 0,8 ml dengan laju fotosintesis 0'07 sehingga hal
tersebut tidak adanya perubahan.
4. Perlakuan tanpa keduanya (kosong) cairan safranin pada saat di simpan didalam air
langsung menghilang.
Suhu pada menit 0 = 44,3 °c, menit 5 = 44,3 °c, menit 10 = 41,6 °c.
Kelembaban menit 0 = 28%
Menit 5 = 28 %
Menit 10 = 28% dengan intensitas cahaya yang lebih dari 19.000 Lux.
Kemungkinan hal tersebut yang menyebabkan terjadinya perubahan pada laju
fotosintesis dikarenakan intensitas cahaya matahari yang tinggi. Kemudian, pada
perlakuan tanpa daun dengan karbonat tidak mengalami perubahan kemungkinan
terjadi dikarenakan tidak adanya fotosintesis yang terjadi yang disebabkan tidak ada
daun didalam tabungnya.

G. Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa Intensitas cahaya matahari yang tinggi memiliki pengaruh
yang sangat signifikan terhadap laju fotosintesis, yaitu proses di mana tumbuhan dan
beberapa organisme lainnya menggunakan energi cahaya untuk mengubah air dan
karbon dioksida menjadi glukosa dan oksigen. Tumbuhan Melinjo membutuhkan
cahaya matahari sebagai sumber energi untuk melaksanakan fotosintesis. Selama
proses ini, klorofil dalam daun menyerap energi cahaya, yang kemudian digunakan
untuk mengaktifkan reaksi kimia yang menghasilkan glukosa. Semakin tinggi intensitas
cahaya matahari, semakin banyak energi cahaya yang tersedia untuk digunakan oleh
tumbuhan dalam proses fotosintesis. Ketika intensitas cahaya matahari rendah, laju
fotosintesis juga akan menurun. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan energi yang
tersedia untuk menggerakkan reaksi kimia dalam fotosintesis. Namun, saat intensitas
cahaya meningkat, laju fotosintesis akan meningkat secara proporsional karena ada
lebih banyak energi cahaya yang tersedia bagi tumbuhan. Namun, penting untuk diingat
bahwa ada batasan untuk intensitas cahaya yang dapat diterima oleh tumbuhan. Jika
intensitas cahaya terlalu tinggi, terutama ketika suhu juga tinggi, dapat menyebabkan
kerusakan pada klorofil dan komponen lain dalam sel tumbuhan. Oleh karena itu, ada
tingkat intensitas cahaya optimal yang berbeda-beda untuk setiap spesies tumbuhan,
yang disebut sebagai titik kompensasi cahaya.
No Gambar Keterangan
1
• Alat Pengukuran laju
fotosintesis

• Alat pengukur suhu


dan kelembaban
• Thermohygromete

3. • Alat pengukur
Insentitas cahaya
• Lux meter

Anda mungkin juga menyukai