TUGAS
TUGAS
Oleh Kelompok 5:
Agustina Sasha G1011211043
Anjas Prayoga G1011211343
Angelinus Ornando G1011211134
Aprilia Maulina G1011211405
Arip Suparman G1011211046
Dinda Maulidia H. G1011211379
Egi Iskandar G1011211222
Fransiska Selviana G1011211190
Julianti G1011211061
Marcellino Dwika A. G1011211390
Murni Yunianti G1011211067
Nurul Hamsah G1011211285
Peby G1011211255
Riko Wibowo G1011211032
Rista Yolanda G1011211209
Stefani Putri D.L G1011211037
Widya Handayani G1011211234
Yuyun G1011211076
A. Tujuan
Mengetahui pengaruh cahaya terhadap laju transpirasi
B. Dasar Teori
Proses transpirasi adalah proses kehilangan air karena penguapan melalui
bagian dalam tubuh tanaman, yaitu air yang diserap oleh akar-akar tanaman di
pergunakan untuk membentuk jaringan tanaman dan kemudian dilepaskan melalui daun
ke atmosfer (Purba, 2011)
Ada banyak langkah dimana perpindahan air dan banyak faktor yang
memperngaruhi pergerakannya. Besarnya uap air yang ditranspirasikan di pengaruhi
oleh beberapa faktor antara lain, faktor dari dalam tumbuhan (jumlah daun, luas daun,
dan jumlah stomata), serta faktor dari luar tumbuhan (suhu, cahaya, kelembaban dan
angin). (Salisbury, 1992)
D. Cara Kerja
1. Ambil sebanyak 24 semai kehutanan (sub1: 12 semai dan sub2: 12 semai):
a) 6 jati terbuka
b) 6 cemara terbuka
c) 6 jati ternaung
d) 6 cemara ternaung
2. Siram semua semai hingga kapasitas lapang
3. Bungkus semai dengan plastik bening dan di beri label kemudian di timbang
4. Letakkan 12 semai di tempat terbuka dan 12 semai di tempat ternaung
5. Amati laju transpirasi setiap 2 hari sekali.
E. Hasil Pengamatan
Tabel.1 Hasil Berat tanaman jenis Jati (Tactona grandis) di tempat terbuka
0 12 Mei 2023 0 0
1 2 14 Mei 2023 9,67 9,50
4 16 Mei 2023 6,83 6,33
0 12 Mei 2023
0 0
2 2 14 Mei 2023 8,5 8,50
4 16 Mei 2023 6 4
0 12 Mei 2023
0 0
3 2 14 Mei 2023 11,5 7,33
4 16 Mei 2023 4,5 1,17
0 12 Mei 2023 0 0
4 2 14 Mei 2023 7,5 12,50
4 16 Mei 2023 4,5 4
0 12 Mei 2023 0 0
5 2 14 Mei 2023 18,33 12,67
4 16 Mei 2023 10,67 5,67
Tabel.7 Hasil Berat tanaman jenis Cemara (Casuarina equisetifolia) di tempat terbuka
Pengamatan Hari ke
Perlakuan Ulangan
0 2 4
Ulangan 1 705 479 479
Terbuka Ulangan 2 795 277 277
Ulangan 3 805 214 214
RERATA 768.33 323.33 323.33
Ulangan 1 30 48 48
Tertutup Ulangan 2 19 28 28
Ulangan 3 30 21 21
RERATA 26.33 32.33 32.33
G. Kesimpulan
Jadi, Tanaman Cemara (Casuarina equisetifolia) dan tanaman Jati (Tectona
grandis) memiliki perbedaan dalam tempat tumbuh dan tingkat transpirasi selama
proses pertumbuhan mereka.
1. Tempat Tumbuh:
- Tanaman Cemara: Cemara biasanya tumbuh di daerah pantai atau daerah
dengan tanah yang kurang subur. Mereka memiliki adaptasi yang baik
terhadap kondisi pasir dan garam yang tinggi. Cemara juga dapat tumbuh di
daerah yang terkena angin dan kekeringan.
- Tanaman Jati: Jati lebih sering tumbuh di daerah dataran rendah hingga
sedang dengan curah hujan yang cukup tinggi. Mereka biasanya tumbuh di
tanah yang subur dan lembab. Jati memiliki toleransi yang baik terhadap
kelembaban dan cenderung tumbuh dengan baik di daerah yang relatif
lembab.
2. Tingkat Transpirasi:
- Tanaman Cemara: Cemara umumnya memiliki tingkat transpirasi yang
lebih rendah dibandingkan dengan tanaman jati. Ini dikarenakan adaptasi
mereka terhadap kondisi lingkungan yang kering dan berangin. Daun
Cemara biasanya berbentuk jarum atau filiform, yang mengurangi
permukaan penguapan air melalui stomata. Oleh karena itu, Cemara
memiliki kemampuan untuk mempertahankan air dalam jumlah yang lebih
tinggi.
- Tanaman Jati: Jati memiliki tingkat transpirasi yang relatif lebih tinggi
dibandingkan dengan Cemara. Ini disebabkan oleh daun lebar mereka yang
memiliki lebih banyak stomata dan permukaan penguapan air yang lebih
besar. Jati juga biasanya tumbuh di lingkungan yang lebih lembab, yang
memungkinkan mereka untuk mengakses lebih banyak air tanah. Tingkat
transpirasi yang lebih tinggi pada jati dapat membantu dalam pertukaran gas
dan transportasi nutrisi dalam tanaman.
Perlu diingat bahwa faktor-faktor seperti suhu, kelembaban, intensitas cahaya,
dan ketersediaan air juga akan memengaruhi tingkat transpirasi pada kedua tanaman
ini. Penjelasan di atas mencerminkan kecenderungan umum, namun variasi dalam
kondisi lingkungan dan perbedaan genetik antarindividu juga dapat memengaruhi
tingkat transpirasi pada tanaman Cemara dan Jati selama proses pertumbuhan mereka.
NO GAMBAR KETERANGAN
1 Wadah air untuk menyiram tanaman.
A. Tujuan
Mengatahui pengaruh cahaya terhadap penyerapan air pada tanaman
B. Dasar Teori
Air merupakan kebutuhan pokok bagi semua tanaman juga merupakan bahan
penyusun utama dari protoplasma sel. Di samping itu, air adalah komponen utama
dalam proses fotosintesis, pengangkutan assimilate hasil proses ini ke bagian-bagian
tanaman hanya dimungkinkan melalui gerakan air dalam tanaman. Dengan peranan
tersebut di atas, jumlah pemakaian air oleh tanaman akan berkorelasi posistif dengan
produksi biomase tanaman, hanya sebagian kecil dari air yang diserap akan menguap
melalui stomata atau melalui transpirasi (Dwidjoseputro, 1984)
Air dalam pembuluh xylem tumbuhan yang sedang bertranspirasi berada dalam
keadaan tekanan hidrostatik negatif tegangan. Tegangan tersebut yang dialami oleh
seluruh kolam air yang terdapat dalam pembuluh xylem, yang juga disebabkan oleh
laju absorbsi air. Air yang mengisi tracheid mati dan pembuluh xylem merupakan
kolam air yang kontinu dan bergerak bebas sepanjang tubuh tumbuhan atau secara
harfiah ditarik ke atas secara utuh (Lakitan, 2004).
Molekul air dapat terikat pada suatu permukaan hidrofilik oleh tenaga hidrasi
dengan kekuatan antara - 100 MPa sampai - 300 MPa. Dengan demikian air yang sudah
berada didalam pembuluh xilem tidak akan tertarik lagi oleh gaya gravitasi
(Sastrodinoto, 1980)
D. Cara Kerja
1. Ambil bibit tanaman kehutanan Sebanyak 8 Semai
2. Potong Pangkai batangnya taruh dalam air,
3. Potong 3 cm dari pangkal batang dalam air, kupas kulit batang Sepanjang 3 cm
Sesuai Perlakuan:
a) Terbuka 2 Sampel
b) Tertutup 2 sampel
c) Xylem terbuka floem tertutup 2 sampel
d) Xylem tertutup floem terbuka 2 sampel
4. Makukkan perlakuan 3 dengan posisi 2 cm dari dasar boto beris air
5. Tutup botoi dengan kapas lapisi dengan vaselin hingga rapat
6. Letakkan botol di tempat terbuka dan ternaung.
7. Amati dan catat berkurang nya air dalam botol pada hari ke 0,2,4
8. Catat morfologi sampel tanaman
E. Hasil Pengamatan
Tabel.1 Tinggi muka air
Pengamatan Hari ke
Perlakuan Ulangan
0 2 4
Ulangan 1 705 479 479
Terbuka Ulangan 2 795 277 277
Ulangan 3 805 214 214
RERATA 768.33 323.33 323.33
Ulangan 1 30 48 48
Tertutup Ulangan 2 19 28 28
Ulangan 3 30 21 21
RERATA 26.33 32.33 32.33
Tabel. 6 rerata faktor lingkungan suhu dan kelembapan
RERATA Suhu ( C ) lingkungan pada hari ke … RERATA Kelembaban Udara ( % ) lingkungan pada hari
No ke …
Kelompok
Terbuka Ternaung Terbuka Tertutup
0 2 4 0 2 4 0 2 4 0 2 4
1.00 29.90 29.10 30.17 31.40 29.67 29.47 82.00 62.00 68.33 83.00 72.00 71.33
2.00 26.80 27.90 32.50 28.20 28.00 31.00 78.00 62.00 37.00 75.00 72.00 37.00
3.00 27.00 32.10 35.10 29.00 31.00 33.60 82.00 73.00 35.33 78.00 71.00 40.00
4.00 29.63 30.10 30.20 29.10 29.30 29.80 79.00 68.00 64.00 457.33 72.00 69.00
5.00 32.50 30.73 32.50 28.70 30.73 31.70 99.00 73.33 67.00 90.00 79.33 68.33
RERATA 5
Kelompok 29.17 29.99 32.09 29.28 29.74 31.11 84.00 67.67 54.33 156.67 73.27 57.13
F. Pembahasan
Xylem merupakan jaringan pengangkut ait dari akar ke bagian atas tumbuhan
(daun) untuk melakukan fotosintesis. Floem merupakan jaringan yang berfungsi
mengangkut hasil fotosintesis dari dalam ke seluruh bagian tumbumhan. Transpirasi
dalam kehidupan tumbuhan membantu transportasi dari akar ke daun melalui
pembuluh xylem.
Naiknya air atau cairan dalam tumbuhan yang bertranspirasi dipengaruhi faktor
dari tanaman yaitu suhu pada daun dan suhu lingkungan sekitar tanaman. Transpirasi
dapat diartikan sebagai proses kehilangan air dalam bentuk uap dari jaringan tumbuhan
melalui stomata. Air dapat naik ke atas tubuh tumbuhan disebabkan kecilnya laju
absorbsi oleh akar dibandingkan laju transpirasi.
1. Floem terbuka xylem terbuka:
a. Terbuka
Pada tanaman ki putri yang di beri perlakuan Floem terbuka xylem
terbuka yang disimpan di tempat terbuka memiliki rata-rata... Selama 4 hari.
Jaringan xylem dan fleom terbuka membuat air mengalami pengurangan, dari
situ menunjukan bahwa jaringan xylem berfungsi dengan baik sebagai
pengangkut air, dan karna floem juga terbuka maka tanaman nampak tetap segar
dan tidak mengalami perubahan yg signifikan.
b. Ternaung
Perlakuan floem terbuka xylem terbuka yang disimpan di tempat
ternaung memiliki hal yang sama dengan tanaman ki putri yang disimpan di
tempat terbuka dengan memiliki rerata selisih air yg berkurang sebesar....
Keduanya menunjukkan hal yang sama dimana xylem yang bertugas
mengangkut air berfungsi dengan baik, namun air yang berkurang di tempat
ternaung lebih sedikit dibandingkan dengan yang ditaruh di tempat terbuka.
2. Floem terbuka xylem tertutup
a. Terbuka
Pada tanaman ki putri yang diberi perlakuan Floem terbuka xylem
tertutup dan disimpan di tempat terbuka mengalami pengurangan air dengan
rerata. Pada xylem yang tertutup seharusnya tidak mengalami pengurangan air,
namun pada percobaan yang kami lakukan air tetap mengalami pengurangan
hal itu bisa disebabkan oleh kurang rapatnya jaringan xylem yang ditutup
menggunakan vaselin.
b. Ternaung
Tanaman ki putri yg diberi perlakuan floem terbuka xylem tertutup yang
disimpan ditempat ternaung mengalami pengurangan air yang lebih sedikit,
dibandingkan dengan disimpan di tempat terbuka. Pada xylem yang ditutup
dengan vaselin seharusnya tumbuhan akan mengalami kayu karna kekurangan
air karna xylem yang berfungi sebagai pengangkut air dihambat. Namun pada
percobaan yang kami lakukan tanaman yg ditaruh tetap mengalami kekurangan
air dan kondisi tanaman tetap segar hal itu bisa disebabkan karna kurang
rapatnya vaselin dalam menutup xylem
3. Floem tertutup xylem terbuka
a. Terbuka
Pada tanaman ki putri yang diberi perlakuan Floem tertutup xylem
terbuka dan disimpan di tempat terbuka mengalami pengurangan air yg lebih
banyak dari perlakuan sebelumnya. Hal ini menunjukkan xylem yang
terbuka membuat air lebih banyak diserap, namun untuk pengangkutan hasil
fotosintesis diperhambat karena floem yang bertugas sebagai pengangkut
hasil fotosintesis ditutup.
b. Ternaung
Tanaman ki putri yang diberi perlakuan Floem tertutup xylem terbuka
dan disimpan di tempat ternaung juga mengalami pengurangan air namun
lebih sedikit dibanding kan di tempat terbuka, karena proses fotosintesis nya
lebih sedikit.
4. Floem tertutup xylem tertutup
a. Terbuka
Pada tanaman ki putri yang diberi perlakuan floem tertutup xylem
tertutup dan disimpan di tempat terbuka air yang terdapat dalam tabung juga
mengalami pengurangan namun lebih sedikit dengan rerata.. . Xylem dan
floem yang ditutup akan menghambat tumbuhan dalam menyerap air dan juga
akan menghambat fotosintesis. Maka air yang berada dalam tabung juga
mengalami pengurangan namun lebih sedikit.
b. Ternaung
Tanaman ki putri yang diberi perlakuan floem tertutup xylem tertutup
dan disimpan di tempat ternaung mengalami pengurangan air lebih sedikit
dibandingkan dari semua perlakuan sebelumnya karena xylem dan floem yang
ditutup dengan vaselin sehingga mengurangi penyerapan air dan fotosintesis.
Cahaya sangat penting bagi fotosintesis tanaman, yang merupakan
proses di mana tanaman menghasilkan makanan dan energi. Dalam proses ini,
tanaman menggunakan air yang diserap melalui akar mereka. Cahaya
matahari yang diabsorpsi oleh daun akan merangsang proses fotosintesis,
sehingga mengarah pada peningkatan penyerapan air oleh tanaman. Oleh
karena itu, keberadaan cahaya yang cukup sangat penting untuk memastikan
tanaman Ki Putri dapat melakukan fotosintesis dan memperoleh kebutuhan
air yang cukup.
Namun, perlakuan terhadap floem tertutup dan xilem tertutup dapat
mempengaruhi kemampuan tanaman dalam menyerap dan mengalirkan air.
Floem adalah jaringan pengangkut yang bertanggung jawab untuk
mengirimkan air dan nutrisi dari daun ke seluruh bagian tanaman. Jika floem
tertutup, proses pengangkutan air dan nutrisi akan terganggu, sehingga
tanaman mungkin mengalami pengurangan air yang lebih sedikit. Hal ini bisa
mengakibatkan kekeringan dan gangguan pertumbuhan.
Di sisi lain, xilem adalah jaringan pengangkut yang membawa air dan
mineral dari akar ke daun. Jika xilem tertutup, tanaman akan kesulitan
menyerap air secara efisien dari tanah. Ini juga dapat mengakibatkan
pengurangan air yang lebih sedikit, karena tanaman tidak dapat mengakses
pasokan air yang memadai melalui akar mereka.
Namun, perlu dicatat bahwa interaksi antara cahaya, perlakuan floem
dan xilem, serta penyerapan air oleh tanaman adalah topik yang kompleks dan
dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor lainnya, seperti suhu, kelembaban,
jenis tanah, dan sebagainya.
G. Kesimpulan
Dari semua perlakuan yang diberikan dapat disimpulkan cahaya berpengaruh
terhadap penyerapan air pada tanaman ki putri. Pada tanaman ki putri yang diberi
perlakuan floem tertutup xylem tertutup mengalami pengurangan air lebih sedikit
dibandingkan dengan perlakuan yang lain, sedangkan pada perlakuan floem terbuka
xylem terbuka penyerapan air lebih banyak. Dari perlakuan tersebut menunjukkan
fungsi dari jaringan angkut xylem yang berfungi sebagai penyerapan air dan floem
sebagai penyebaran fotosintesis. Semakin besar cahaya yang diterima maka proses
penyerapan air makin banyak. Cahaya mempengaruhi penyerapan air untuk melakukan
fotosintesis.
NO GAMBAR KETERANGAN
1 Pengkuran hari ke-4 bayak air dalam tabung
DOMINANSI APIKAL
A. Tujuan
Mengetahui pengaruh cahya terhadap dominansi apikal
B. Dasar Teori
Dominansi pertumbuhan terdapat dibagian apeks atau ujung organ yang disebut
sebagian dominansi apikal. Dominansi apikal diartikan sebagai persaingan antara tunas
pucuk dengan tunasaksiler dalam hal pertumbuhan. Dominansi apikal atau dominansi
pucuk biasanya menandaipertumbuhan vegetatif tanaman yaitu pertumbuhan akar,
batang, dan daun. Dominasi apikal dapatdikurangi dengan memotong bagian pucuk
tumbuhan yang akan mendorong pertumbuhan tunas aksiler (Filter, 1991).
Dominansi apikal juga setidaknya memiliki pengaruh dalam menghambat
pertumbuhan aksiler. Apabila masih terdapat tunas pucuk, maka pertumbuhan tunas
aksiler akan terhambat sampai jarak tertentu dari pucuk. Pucuk apikal merupakan
tempat produksi auksin sehingga jika pucuk apikal (tunas pucuk) dipotong, maka
produksi auksin terhenti (Dahlia, 2001).
Auksin adalah zat yang ditemukan pada ujung kara, batang, dan pembentukan
bunga yangberfungsi untuk pengatur pembesaran sel di daerah belakang meristem
ujung. Hormon auksin adalahhormon pertumbuhan pada semua jenis tanaman dan
nama lain dari hormon tersebut adalah IAA atauAsam Indol Asetat. Hormon auksin ini
terletak pada ujung batang dan ujung akar yang memiliki fungsiuntuk membantu dalam
proses mempercepat pertumbuhan baik pertumbuhan akar maupunpertumbuhan
batang, mempercepat pematangan buah, dan mengurangi jumlah biji dalam buah.
Adapun fungsi lain dari auksin adalah mematahkan dominansi pucuk atau apikal yaitu
suatu kondisi, dimana pucuk tanaman atau akar tidak mau berkembang (Salisbury,
1992).
G. Kesimpulan
Pada pengamatan Dominansi Apikal yang kami amati ada tiga perlakuan yaitu
dengan hormon IAA, air dan kontrol dengan 3 kali ulangan yang dilakukan setiap dua
hari sekali, pada ulangan 1 dan kedua belum mengalami pertumbuhan tunas dan di
ulangan ke tiga terdapat pertumbuhan tunas, dari perbandingan tiga perlakuan tersebut
hormon IAA lebih merangsang pertumbuhan tunas dibandingkan perlakuan yang lain,
hal ini membuktikan bahwa ketiga perlakuan tersebut mempengaruhi pertumbuhan
tunas tersebut.
GAMBAR KETERANGAN
5 Di warping
ACARA 4
PERTUMBUHAN AKAR
A. Tujuan
1. Mengetahui pengaruh lidah buaya terhadap pertumbuhan akar
2. Mengetahui pengaruh IBA terhadap pertumbuhan akar
3. Mengetahui pengaruh bawang merah terhadap pertumbuhan akar
B. Dasar Teori
Akar adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan dari tanaman mempunyai
fungsi yang sama pentingnya dengan bagian atas tanaman. Potensi pertumbuhan akar
perlu dicapai sepenuhnya untuk mendapatkan potensi pertumbuhan bagian atas
tanaman, ini berarti bahwa semakin banyak akar maka semakin tinggi hasil tanaman.
Konsep keseimbangan morfologi merupakan yang paling sering digunakan
sebagaimana yang dilakukan dalam hubungan allometrik. Konsep ini mempunyai
pengertian bahwa pertumbuhan suatu bagian tanaman diikuti dengan pertumbuhan
bagian lain (Sitompul dan Guritno, 1995).
Pertumbuhan akar adalah proses di mana akar tumbuhan berkembang dan
memperpanjang untuk mencari air, nutrisi, dan mendukung tanaman secara
keseluruhan. Proses ini melibatkan beberapa aspek dan mekanisme yang terjadi di
dalam jaringan akar.
Menurut Rusdiana et al., (2000), pertumbuhan akar sangat dipengaruhi oleh
keadaan fisik tanahnya. Adanya pemadatan tanah seperti yang ditimbulkan oleh
kegiatan eksploitasi akan merubah struktur tanah dan poripori tanah, sehingga
kandungan air tanahpun ikut berubah. Struktur tanah yang padat akan menghambat laju
penetrasi akar lebih dalam. Karena tanah padat susah ditembus akar, maka daerah
pemanjangan akar semakin pendek. Kepadatan tanah yang tinggi juga akan
mengakibatkan ruang pori makro menurun sehingga penetrasi akar akan terhambat
(Russel, 1977).
E. Hasil Pengamatan
Belum diketahui
F. Pembahasan
Pertumbuhan akar merupakan proses kompleks di mana akar tanaman
memperpanjang dirinya dan mengembangkan sistem akar yang lebih besar.
Pertumbuhan akar sangat penting bagi tanaman karena akar berfungsi untuk menyerap
air, mineral, dan nutrisi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan kelangsungan hidup
tanaman.
Di bawah ini adalah beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan akar:
1. Nutrisi tanah: Ketersediaan nutrisi yang cukup dalam tanah sangat penting
untuk pertumbuhan akar yang sehat. Nutrisi utama yang diperlukan oleh akar
termasuk nitrogen, fosfor, dan kalium, serta elemen mikro seperti zat besi, seng,
dan mangan.
2. Air: Air merupakan faktor penting dalam pertumbuhan akar. Akar tanaman
harus memiliki akses yang memadai terhadap air agar dapat berkembang
dengan baik. Kelembaban tanah yang cukup memungkinkan akar menyerap air
dengan efisien.
3. Oksigen: Akar juga membutuhkan oksigen untuk pertumbuhan yang sehat.
Tanah yang terlalu tergenang air dapat menghambat pertumbuhan akar karena
akar akan kekurangan oksigen. Oleh karena itu, drainase yang baik dalam tanah
sangat penting.
4. Suhu: Suhu tanah juga dapat mempengaruhi pertumbuhan akar. Setiap tanaman
memiliki rentang suhu yang optimal untuk pertumbuhan akar yang baik. Suhu
yang terlalu rendah atau terlalu tinggi dapat menghambat pertumbuhan akar.
5. pH tanah: pH tanah mempengaruhi ketersediaan nutrisi bagi akar. Setiap
tanaman memiliki rentang pH tanah yang optimal untuk pertumbuhan akar yang
baik. Perubahan pH tanah dapat mempengaruhi kemampuan akar dalam
menyerap nutrisi.
6. Hormon tanaman: Hormon tumbuhan seperti auksin, sitokinin, dan giberelin
memainkan peran penting dalam pertumbuhan akar. Hormon ini membantu
mengatur perpanjangan akar, pembentukan cabang akar, dan respons akar
terhadap lingkungan.
7. Jenis tanaman: Setiap jenis tanaman memiliki karakteristik pertumbuhan akar
yang berbeda. Beberapa tanaman memiliki akar tunggang yang lebih dalam,
sementara yang lain memiliki akar serabut yang lebih dangkal. Faktor genetik
juga mempengaruhi pertumbuhan akar pada tanaman.
A. Tujuan
Mengetahui pengaruh cahaya terhadap morfologi daun melinjo (Gnetum gnemon)
B. Dasar Teori
Tumbuhan tidak akan dapat melakukan fotosintesis ketika tanpa adanya cahaya
matahari. Selain faktor luar, (CO2, intensitas cahaya dan suhu) yang mempengaruhi
laju fotosintesis, faktor dalam yang juga penting dalam mengontrol proses ini adalah
konsentrasi klorofil, defisit air dan konsentrasi enzim. Konsentrasi klorofil pada
tingkat yang cukup rendah dapat membatasi laju fotosintesis (Ismail, 2011).
Daun tertutup berwarna hijau gelap tanaman yang berada di tempat gelap tidak
dapat melakukan fotosintesis karena tidak mendapatkan cahaya matahari.Tidak
adanya cahaya menyebabkan daun yang berwarna hijau gelap menjadi lebih pucat
karena kloroplas berubah menjadi plastida (organell yang dibentuk dari proplastida
yang biasanya mengandung pigmen-pigmen, tetapi beberapa pigmen tidak
berwarna.pada bagian-bagian yang tertutup, kloroplas berubah menjadi plastida tidak
berwarna Cahaya matahari tidak mampu menembus bagian-bagian yang tertutup
bagian daun sehingga kloroplas tetap berwarna hijau gelap. Meskipun masih memiliki
klorofil, tetapi tetap tidak bisa melakukan fotosintesis karena tidak ada sinar matahari.
Hal ini disebabkan sinar matahari sangat berperan penting dalam proses fotosintesis,
meskipun ada klorofil tetapi tanpa cahaya matahari daun tersebut tidak melakukan
proses fotosintesis.
Daun ditempat terbuka berwarna hijau kekuningan terpapar sinar matahari yang
berlebihan atau terik dapat menyebabkan daun mengalami stress. Salah satu respons
yang mungkin terjadi adalah perubahan warna daun menjadi kekuningan. Ini bisa
terjadi karena kelebihan sinar matahari dapat merusak klorofil dalam daun, mengurangi
produksi klorofil, dan mengubah warna daun.
Kondisi Daun
Karakteristik daun Ulangan
Terbuka Tertutup
Warna bagian atas Hijau tua agak gelap Hijau tua
Warna bagian bawah Hijau tua agak gelap Hijau tua
Permukaan atas Halus Agak halus
1
Permukaan bawah Agak halus Agak kasar
Ukuran (panjang & lebar) P= 16cm L=6,9cm P=15,2cm L=5,6cm
Ketebalan Tebal Tipis
F. Pembahasan
Dari hasil praktikum yang kami lakukan daun melinjo ditempat tertutup memiliki
warna daun hijau gelap dan pada tempat terbuka memiliki warna hijau kekuningan.
• Daun tertutup berwarna hijau gelap
Tanaman yang berada di tempat gelap tidak dapat melakukan
fotosintesis karena tidak mendapatkan cahaya matahari.Tidak adanya cahaya
menyebabkan daun yang berwarna hijau gelap menjadi lebih pucat karena
kloroplas berubah menjadi plastida(organell yang dibentuk dari proplastida
yang biasanya mengandung pigmen-pigmen, tetapi beberapa pigmen tidak
berwarna.pada bagian-bagian yang tertutup, kloroplas berubah menjadi plastida
tidak berwarna Cahaya matahari tidak mampu menembus bagian -bagian yang
tertutup bagian daun sehingga kloroplas tetap berwarna hijau gelap.Meskipun
masih memiliki klorofil, tetapi tetap tidak bisa melakukan fotosintesis karena
tidak ada sinar matahari. Hal ini disebabkan sinar matahari sangat berperan
penting dalam proses fotosintesis, meskipun ada klorofil tetapi tanpa cahaya
matahari daun tersebut tidak melakukan proses fotosintesis.
• Daun ditempat terbuka berwarna hijau kekuningan
Terpapar sinar matahari yang berlebihan atau terik dapat menyebabkan
daun mengalami stress. Salah satu respons yang mungkin terjadi adalah
perubahan warna daun menjadi kekuningan. Ini bisa terjadi karena kelebihan
sinar matahari dapat merusak klorofil dalam daun, mengurangi produksi
klorofil, dan mengubah warna daun.
G. Kesimpulan
Daun melinjo yang digunakan harus diambil dari dua perlakuan yaitu pada
tempat terbuka dan ternaung. Dengan posisi duduk daun yang sama, berdasarkan
dengan praktikum yang kami lakukan pada bagian atas daun melinjo terbuka memiliki
warna yang hijau kekuningan dan dengan ketebalan daun yang tipis. Sedangkan pada
daun tertutup memiliki warna daun yang lebih hijau gelap dan memiliki ketebalan daun
yang lebih tebal dari daun terbuka yang terpapar sinar matahari secara terus menerus.
Pada bagian permukaan bawah daun terbuka memiliki warna hijau kekuningan
sedangkan pada bagian atas daun ternaung lebih hijau gelap. Kondisi daun permukaan
atas pada perlakuan terbuka sedikit kasar dan pada tempat ternaung lebih halus. Pada
kondisi daun permukaan bawah pada perlakuan terbuka lebih halus dan pada tempat
ternaung agak kasar. Untuk ukuran panjang pada daun melinjo pada kondisi terbuka 14
cm, pada kondisi ternaung 10 cm. Untuk lebar ukuran daun melinjo pada perlakuan
terbuka adalah 5,2 cm dan pada kondisi ternaung 4,8 cm. Pada daun terbuka lebih
banyak mengandung klorofil B sedangkan pada daun tertutup lebih banyak
mengandung klorofil A
NO Gambar Keterangan
1. • Daun Melinjo
(Gnetum gnemon)
• TT = Daun tertutup
• TA = Daun terbuka
ACARA 6
TIPE PERAKARAN ISTIMEWA
A. Tujuan
Mengatahui tipe-tipe perakaran istimewa tanaman kehutanan
B. Dasar Teori
Menurut Mulyani (2006) struktur akar memiliki banyak ragam berdasarkan
fungsinya seperti akar penyimpanan, akar udara, akar sekulen, akar panjat, akar
penunjang, akar napas (Pneumatophora) dan akar yang akan bersimbiosis dengan jamur
(Mikoriza). Tipe akar berdasarkan fungsinya tersebut memiliki keunikan masing-
masing baik dalam bentuk. Posisi akar, bagaimana dan dari mana mendapatkan nutrisi
dan lain sebagainya.
Menurut Tjitrosoepomo (2012) tipe akar berdasarkan fungsi memiliki fungsi
masing-masing seperti akar tunjang yang memiliki fungsi sebagai penunjang suatu
tanaman, akar napas berfungsi sebagai memperoleh udara dan kandungan air untuk di
alirakan ke bagian atas tumbuhan. Akar pelekat berfungsi pemanjat atau pelekat pada
dinding yant tumbuh pada buku-buku batang dan akar gantung memiliki fungsi
menyerap gas dan uap air diudara ketikan menggantung namun, ketika berada didalam
tanah fungsinya menyerap garam mineral maupun kandungan air. Tipe akar
berdasarkan fungsi tersebut memiliki fungsi nya masing-masing sesuai dengan letak
dan bentuk nya.
D. Cara Kerja
1. Carilah berbagai jenis tanaman kehutanan dan tanaman pertanian yang memiliki
tipe perakaran istimewa
2. Identifikasi tipe perakaran istimewa tanaman kehutanan dan pertanian
3. Lakukan pengamatan morfologi
4. Gambar dan dokumentasikan perakaran istimewa yang saudara temukan.
E. Hasil Pengamatan
➢ Akar grafted
Akar graf atau tanaman hasil okulasi (grafting) mengacu pada proses
penggabungan dua atau lebih tanaman yang berbeda menjadi satu individu
yang utuh. Dalam proses okulasi, bagian atas tanaman yang disebut "okul"
atau "cambium" dipasangkan dengan akar atau sistem akar tanaman yang
lain.
➢ Akar nafas
Akar napas, juga dikenal sebagai akar pneumatofor atau akar udara, adalah
struktur khusus pada beberapa jenis tanaman yang tumbuh di lingkungan
yang tergenang air atau tanah yang kurang teroksigenasi. Akar napas
membantu tanaman bernapas dengan memungkinkan pertukaran gas antara
akar dan atmosfer. Akar napas umumnya ditemukan pada tanaman yang
hidup di daerah rawa-rawa, lumpur, atau perairan yang tergenang. Tanah
atau air di lingkungan tersebut memiliki kadar oksigen yang rendah,
sehingga akar utama tanaman tidak dapat mendapatkan oksigen yang cukup
melalui proses difusi. Ketika tanaman membutuhkan oksigen untuk proses
respirasi, akar napas tumbuh ke atas dari sistem perakarannya dan muncul
di permukaan air atau tanah. Akar napas ini memiliki struktur khusus berupa
tonjolan atau tabung yang mengandung jaringan khusus yang
memungkinkan pertukaran gas. Melalui akar napas, tanaman dapat
mengambil oksigen dari atmosfer dan melepaskan karbondioksida yang
dihasilkan selama respirasi. Contoh tanaman yang memiliki akar napas
adalah mangrove, pohon bakau, pohon nipah, dan beberapa spesies
tumbuhan rawa lainnya. Akar napas membantu tanaman ini bertahan hidu
di kondisi yang sulit dengan memfasilitasi akses mereka terhadap oksigen
yang penting untuk proses metabolik.
➢ Akar berbintil
Akar berbintil, juga dikenal sebagai akar nodul, adalah struktur khusus yang
terbentuk pada beberapa jenis tanaman dalam hubungan simbiotik dengan
bakteri rhizobia. Akar berbintil merupakan hasil dari proses perakaran
istimewa yang disebut simbiosis mutualistik, di mana tanaman
menyediakan tempat hidup bagi bakteri rhizobia, sementara bakteri ini
membantu men-fix nitrogen dari udara menjadi bentuk yang dapat
digunakan oleh tanaman. Proses terbentuknya akar berbintil dimulai ketika
akar tanaman mengeluarkan senyawa kimiawi yang menarik rhizobia.
Bakteri rhizobia kemudian menginfeksi akar dan membentuk kumpulan sel
yang disebut bintil. Bintil ini memiliki bentuk dan ukuran yang bervariasi
tergantung pada jenis tanaman dan spesies rhizobia yang terlibat. Dalam
bintil akar berbintil, bakteri rhizobia berkoloni dan membentuk struktur
yang disebut bakteroid. Bakteroid ini mengubah nitrogen atmosfer menjadi
amonia yang dapat digunakan oleh tanaman untuk pertumbuhan dan
perkembangan mereka. Sebagai imbalannya, tanaman menyediakan
karbohidrat dan nutrisi lainnya kepada bakteri rhizobia. Akar berbintil
umumnya terjadi pada tanaman legum, seperti kacang-kacangan (misalnya,
kacang polong, kedelai, kacang tanah), alfalfa, dan klentik. Kemampuan
tanaman legum untuk membentuk akar berbintil memungkinkan mereka
memperoleh sumber nitrogen yang lebih efisien dan mengurangi
ketergantungan pada pupuk nitrogen tambahan.
➢ Akar berbanir
Akar berbanir, juga dikenal sebagai akar adventif, adalah akar tambahan
yang tumbuh dari bagian tanaman yang tidak biasa atau tidak umumnya
menjadi tempat tumbuh akar. Akar berbanir muncul dari batang, cabang,
atau bahkan daun tanaman, bukan dari pangkal atau sistem perakaran utama.
Akar berbanir dapat muncul sebagai respons terhadap kondisi lingkungan
yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Beberapa alasan mengapa akar
berbanir dapat terbentuk adalah: Stres lingkungan: Ketika tanaman
menghadapi stres seperti kekeringan, cedera, atau perlakuan fisik seperti
pemangkasan atau luka pada batang, mereka dapat mengembangkan akar
berbanir sebagai upaya untuk bertahan hidup. Akar berbanir membantu
tanaman untuk mengambil air dan nutrisi dari lingkungan secara lebih
efisien, mengurangi ketergantungan pada akar utama yang mungkin
terpengaruh oleh stres. Pembentukan tanaman baru: Beberapa tanaman
dapat mengembangkan akar berbanir yang muncul dari batang atau cabang
untuk tujuan reproduksi aseksual. Akar berbanir ini dapat tumbuh menjadi
individu baru yang mandiri, mirip dengan stek atau pembiakan vegetatif
lainnya. Rehabilitasi dan regenerasi: Tanaman yang mengalami kerusakan
atau penghancuran pada sistem perakaran utama mereka, misalnya karena
banjir atau kebakaran, dapat mengembangkan akar berbanir sebagai
mekanisme regenerasi. Akar berbanir membantu tanaman dalam
memperoleh nutrisi dan bertahan hidup sementara sistem perakaran utama
pulih atau regenerasi. Akar berbanir seringkali memiliki kemampuan untuk
berkembang menjadi akar yang lengkap dengan sistem perakaran yang
sehat. Mereka dapat menyerap air, nutrisi, dan oksigen yang dibutuhkan
oleh tanaman. Akar berbanir juga dapat memberikan stabilitas tambahan
kepada tanaman dengan menopang bagian yang terkena tekanan atau
kerusakan. Beberapa contoh tanaman yang dikenal memiliki kemampuan
untuk mengembangkan akar berbanir adalah kelapa, pandan, dan beberapa
spesies tumbuhan yang tumbuh di lingkungan dengan tekanan atau stres
lingkungan yang tinggi.
G. Kesimpulan
Secara keseluruhan, akar berbanir adalah akar tambahan yang tumbuh dari
bagian tanaman yang tidak biasa, memberikan adaptasi tambahan untuk bertahan hidup
atau berkembang dalam kondisi lingkungan yang berbeda atau dalam respons terhadap
stres dan kerusakan. Ada beberapa jenis tanaman yang memiliki tipe perakaran yang
sama, namun jenis nya berbeda. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi perbedaan
ini antara lain:
1. Kedalaman Akar: Meskipun jenis pohon memiliki sistem akar tunggang (akar
utama), kedalaman akar dapat bervariasi. Beberapa pohon memiliki akar yang tumbuh
sangat dalam untuk mencapai air tanah yang lebih dalam, sementara yang lain memiliki
akar yang lebih dangkal.
2. Penyebaran Akar: Meskipun akar mungkin tumbuh secara vertikal dari
pangkal batang, perbedaan dalam penyebaran akar juga dapat terjadi. Beberapa pohon
memiliki akar yang tumbuh secara luas dan menyebar secara mendatar, mencakup area
yang lebih besar, sementara yang lain mungkin memiliki akar yang lebih terkonsentrasi
di sekitar pangkal batang.
3. Jenis Akar Lateral: Pohon-pohon dapat memiliki akar lateral yang berbeda
dalam jumlah dan penyebaran. Beberapa pohon mungkin memiliki banyak akar lateral
yang tumbuh dari akar utama, sedangkan yang lain mungkin memiliki sedikit akar
lateral.
4. Struktur dan Diameter Akar: Meskipun akar-akar pohon memiliki fungsi
yang sama dalam menyerap air dan nutrisi, perbedaan struktur dan diameter akar dapat
terjadi. Beberapa pohon mungkin memiliki akar yang lebih tebal dan kuat, sedangkan
yang lain mungkin memiliki akar yang lebih halus dan rapuh.
Perbedaan-perbedaan ini dapat disebabkan oleh faktor genetik, lingkungan
tumbuh, kebutuhan nutrisi, dan kondisi tanah tempat pohon tersebut tumbuh. Meskipun
memiliki akar yang sama, perbedaan-perbedaan ini dapat menghasilkan perbedaan
dalam kemampuan pohon untuk menyerap air dan nutrisi, mendapatkan stabilitas, dan
bertahan hidup di lingkungan yang berbeda.
No Gambar Keterangan
1. • Pohon Beringin (ficus
benjamina )
• Akar Berbanir
2 • Pohon Mahoni (
Switenia mahagoni )
• Akar berbanir
3. • Kacang Tanah (
Arachis hypogea )
• Akar Berbintil
4 • Flamboyan ( Delonix
regia )
• Akar Berbanir
5 • Kesambi (Schleichera
oleosa)
6.
• Jabon (Neolamarckia
cadamba)
ACARA 7
KANDUNGAN KLOROFIL DAUN
A. Tujuan
Mengetahui pengaruh Cahaya terhadap kandungan klorofil daun
B. Dasar Teori
Sumber energi utama untuk kehidupan adalah cahaya matahari,Tanpa cahaya
matahari maka kehidupan tidak akan berjalan dengan lancar Cahaya matahari sangat
berpengaruh terhadap pertumbuhan morfologi tanaman karena cahaya matahari sangat
di butuhkan untuk proses penyatuan CO2 dan air dalam pembentukan karbohidrat,
secara garis besar terdapat 2 jenis tanaman yaitu jika terkena matahari penuh akan
tumbuh dengan baik atau yg di sebut dengan tanaman heliofit dan tanaman yang akan
tumbuh baik terkena cahaya matahari rendah di sebut juga tanaman skiofit (Lukitasari
2010).
Terdapat dua faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman yaitu yang
berasal dari pengaruh cahaya matahari kelembaban, suhu, angin, awan dan pencemaran
udara di sebut faktor makro, serta faktor yang berupa media tumbuhan kandungan O2
serta CO2 yang ada di udara di sebut juga dengan faktor mikro (Suryowinoto 1998).
Intesitas cahaya akan berpengaruh terhadap proses fisiologi tanaman hal ini
dapat di lihat dari keadaan morfologi nya ,ketika intesitas cahaya tinggi sel sel daun
akan berukuran lebih kecil ,jumlah klorofil lebih sedikit serta tilakoid dalam daun
menggumpal sehingga dengan ini menyebabkan daun lebih kecil dan lebih besar serta
jumlah daun pada tanaman lebih banyak ,sedangkan daun yg mempunyai ukuran lebih
kecil daun lebih tebal dan ruas batang lebih pendek menanda kan bahwa tanaman
mendapat kan cukup itensitas cahaya matahari (Burtono 2014).
D. Cara Kerja
1. Ambil daun pada urutan yang sama dari setiap perlakuan penanaman
2. Timbang setiap sampel daun
3. Gerus daun sampai hancur
4. Tuangkan alkohol 70% sebanyak 10 ml
5. Saring larutan dan taruh dalam Tabung reaksi
6. Amati perbedaan warna cairan
7. Dokumentasikan pengamatan saudara lengkap dengan jelas
E. Hasil Pengamatan
G. Kesimpulan
Pada pengamatan kandungan klorofil yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa
daun melinjo terbuka dan ternaung yang diamati memiliki perbedaan kandungan
klorofil bahwa kandungan klorofil di daun terbuka lebih banyak dibandingkan dengan
daun ternaung ditandai dengan warna larutan daun terbuka yang lebih gelap
dibandingkan daun ternaung, kandungan klorofil yang lebih banyak disebabkan oleh
daun terbuka yang lebih banyak terkena sinar matahari secara langsung dibandingkan
daun tertutup.
No Gambar Keterangan
1
• Penimbangan daun
melinjo
• Menggerus/menghaluskan
daun melinjo
A. Tujuan
Mengetahui pengaruh cahaya terhadap jumlah dan letak stomata
B. Dasar Teori
Stoma (Stomata = jamak) adalah celah (pori) pada epidermis yang dibentuk oleh
dua sel penutup. Pada kebanyakan tumbuhan, sel penutup umumnya berbentuk seperti
ginjal, sedangkan pada Graminae dan Cyperaceae bentuk sel penutup seperti halter
yaitu memanjang ramping dibagian tengah dan bagian ujungnya yang menggelembung.
Dengan adanya stomata maka di mungkinkan ada hubungan antara bagian dalam tubuh
tumbuhan dengan lingkungan luar (Setjo, 2004).
Tanggapan terhadap peningkatan intensitas cahaya berbeda antara tumbuhan
yang cocok untuk kondisi ternaungi (shade plant; indor plant), dengan tumbuhan yang
bisa tumbuh pada kondisi tidak ternaungi. Tumbuhan cocok ternaungi menunjukkan
laju fotosintesis yang sangat rendah pada intensitas cahaya tinggi. Laju fotosintesis
tumbuhan cocok ternaungi mencapai titik jenuh pada intensitas cahaya yang lebih
rendah, laju fotosintesis lebih tinggi pada intensitas cahaya yang sangat rendah, titik
kompensasi cahaya lebih rendah dibanding tumbuhan cocok terbuka. Dari uraian di atas
menyebabkan tumbuhan cocok ternaungi dapat bertahan hidup pada kondisi ternaungi
(intensitas cahaya rendah) saat tumbuhan cocok terbuka tidak dapat bertahan hidup
(lakitan,1993).
Tanaman yang tumbuh pada lingkungan berintensitas cahaya rendah memiliki
akar yang lebih kecil, jumlahnya sedikit dan tersusun dari sel yang berdinding tipis. Hal
ini terjadi akibat terhambatnya translokasi hasil fotosintesis dari akar. Ruas batang
tanaman lebih panjang tersusun dari sel-sel berdinding tipis, ruang antar sel lebih besar,
jaringan pengangkut dan penguat lebih sedikit. Daun berukuran lebih besar, lebih tipis
dan ukuran stomata lebih besar, sel epidermis tipis, tetapi jumlah daun lebih sedikit,
ruang antar sel lebih banyak.
Beberapa teori stomata adalah:
1. Terhambatnya pertambahan stomata karena differensiasi yang telah ada;
2. Pembentukan stomata bersama dengan sel-sel yang mengelilinginya sebagai
bagian
3. dari pola perkembangan yang sama;
4. Induksi pola stomata oleh pola jaringan dasar yaitu mesofil (Fahn, l992).
D. Cara Kerja
1. Ambillah daun dengan nomor duduk daun yang sama dari semai yang ditumbuhkan
di tempat terbuka dan ternaung
2. Oleskan sedikit pemoles kuku pada permukaan atas dan bawah setiap daun
3. Diamkan pemoles kuku hingga mengering kemudian kelupaslah dengan pinset secara
hati-hati
4. Masukkan kulit daun tersebut kedalam cairan safranin selama 5 menit
5. Letakkan preparat dalam gelas benda dan tutuplah
6. Amati dibawah mikroskop: letak, bentuk, dan jumlah stomata yang ada dalam satu
bidang pandang
7. Catatlah perbesaran mikroskop yang saudara amati
8. Gambar dan beri keterangan bentuk stomata.
E. Hasil Pengamatan
Gambar hasil pengamatan kelompok 5
Hasil pengamatan kelompok 1 sebagai perbandingan
Kondisi Daun
G. Kesimpulan
Dari hasil yang telah didapatkan, dapat disimpulkan stomata merupakan
struktur terkecil pada daun yang berperan sangat penting dalam proses respirasi dan
fotosintesis. Stomata berbentuk bulat atau oval dua sel penjaga yang berdekatan dengan
celah dikeduanya. Bentuk pada stomata ternyata dipengaruhi oleh beberapa faktor
diantaranya sinar matahari, suhu, kelembapan udara, kadar karbon dioksida, dan
genetika tanaman.
No Gambar Keterangan
1
• Pemindahan sampel
ke kaca preparat
• Proses pencarian
stomata
menggunakan alat
miskroskop
B. Dasar Teori
Pada Biji (stemen) adalah bakal biji (ovum) dari tumbuhan berbunga yangtelah
masak. Biji dapat terlindung oleh organ lain (Angiospermae) atau (Magnoliophyta)
embrio atau tumbuhan kecil yang termodifikasi sehingga dapatbertahan lebih lama pada
kondisi kurang sesuai untuk pertumbuhan (Bambang, 2012).
Sebelum tumbuhan mati, biasannya telah dihasilkan suatu alat yang nantiakan
dapat tumbuh menjadi tumbuhan baru. Salah satu alat perkembangbiakanpada
tumbuhan yakni dengan perkembangbiakan generatif yang mana nantinyaakan
dihasilkan alat perkembangbiakan atau biasa juga disebut bunga dan daribunga
nantinya akan dihasilkan suatu organ yang berupa buah sebagai hasil daribunga yang
tadi. Dalam buah sendiri terdapat biji sebagai inti dari buah yang mana ini nantinya
akan berguna sebagai bakal calon tanaman baru (Mulyani, 2009).
Pembentukan kulit biji dapat pula ikut serta bagian bakal biji yang lebih dalam
dari pada integumentumnya, misalnya lain bagian jaringan nuselus yang terluar. Biji
yang kulitnya terdiri atas dua lapisan itu umumnya adalah biji tumbuhan biji tertutup
(Angiospermae). Pada tumbuhan biji telanjang (Gymnospermae), biji mempunyai
tiga lapisan seperti pada biji belinjo (Gnetum gnemon K), padahal bakal biji tumbuhan
biji telanjang umumnya hanya mempunyai satu integementum saja (Arif, 2009)
D. Cara Kerja
1. Contoh biji yang telah disediakan diletakkan di atas cawan petri, kemudian dilakukan
pengamatan mikroskopis.
2. Pada pengamatan catat: bentuk, ukuran dan warna.
3. Buatlah gambar berdasarkan pengamatan makroskopis Terutama mengenai bentuk
biji, dapat berdasarkan ukuran asli, diperkecil ataupun dengan pembesaran yang
sesuai dengan maksud agar gambar lebih jelas.
4. Buat juga gambar penampang melintang dan membujur untuk contoh biji yang di
amati, serta sebutkan bagian- bagian nya.
E. Hasil Pengamatan
1. Jambu mete (Anacardium occidentale)
Bentuk: runcing melengkung atau seperti ginjal
Warna : coklat mocca
Pengukuran awal
P=3,1 cm
L=2,3 cm
Pengukuran setelah di belah:
PB=2,6 cm
LB=1,9 cm
PM=1 cm
LM= 1,1 cm
6. Sapindus rarak
Pengukuran awal= 1,9 cm
Pengukuran setelah di belah:
Membujur=0,9 cm
Melintang=0,7 cm
Bentuk : bulat, abstrak, keras
Warna : hitam gelap ( buah )
Putih (biji)
Keterangan :
PB= panjang membujur
LB= lebar membujur
PM= panjang melintang
LM= lebar melintang
F. Pembahasan
Biji merupakan bagian terpenting dalam tumbuhan. Biji bisa disebut tumbuhan
embrio yang tertutup oleh lapisan pelindung dibagian luar. Spermatofit merupakan
bagian dari proses reproduksi pada tumbuhan berbiji saat pembentukan biji. Hampir
semua tumbuhan menghasilksn biji. Kualitas tumbuh kembangnya suatu tumbuhan
tergantung dari penyebaran biji. Apabila penyebaran biji benar maka perkembangan
tumbuhan akan mendapatkan hasil yang maksimal, begitupun sebaliknya.
Biji yang mempunyai kualitas baik adalah biji yang sudah matang secara
fisiologis. Ciri dari biji berkualitas seperti tanaman padi yang menguning atau kulit
pembungkus biji pada kedelai menguning. Biji menjadi salah satu bagian yang sangat
berharga didalam sudut pandang petani, karena nantinya biji tersebut dapat ditanam
kembali menjadi tanaman atau tumbuhan baru.
Berdasarkan letak bakal bijinya, jenis biji pada tumbuhan biji dibedakan
menjadi dua antara lain:
1. Biji Terbuka
Tumbuhan biji terbuka biasa disebut Gymnospermae, merupakan tumbuhan yang
bijinya tidak tertutup oleh bakal buah. Pada tumbuhan biji terbuka, biji terletak
langsung diantara daun-daun penyusun runjung atau strobilus. Gymnospermae
sendiri mempunyai organ tumbuhan yang berupa akar, daun, batang, strobilus dan
pembuluh.
2. Biji tertutup
Tumbuhan biji tertutup atau Angiospermae mempunyai ciri khas dimana seluruh
tumbuhan yang termasuk dalam tumbuhan berbiji tertutup memiliki bunga. Bakal
bijinya sendiri terbuka dan terletak di bagian permukaan bakal buahnya. Bakal buah
tersebut tumbuh diluar megasporofil.
Morfologi biji dapat bervariasi tergantung pada jenis tanaman yang
menghasilkannya. Namun, secara umum, biji terdiri dari tiga bagian utama: kulit
biji (testa), inti biji (endosperma), dan embrio. Bagian kulit biji berfungsi sebagai
pelindung dan biasanya cukup keras dan tahan lama. Inti biji berfungsi sebagai
cadangan makanan untuk embrio selama pertumbuhan awal tanaman, dan dapat
berupa endosperma atau kotiledon. Embrio biji adalah bagian yang akan tumbuh
menjadi tanaman baru. Morfologi biji juga dapat memiliki variasi dalam ukuran,
bentuk, warna, dan tekstur tergantung pada jenis tanaman yang menghasilkannya.
Pada saat melakukan praktikum acara morfologi biji kelompok kami membelah
biji-biji tersebut secara membujur dan melintang untuk membandingkan
pengukuran awal dan pengukuran setelah di belah dan melihat hasil embrio yang
terdapat dalam biji tersebut.
Pada biji juga mempunyai 3 lapisan diantaranya:
1. Eksocarp dapat disebut sebagai kulit buah serta memiliki pigmen yang dapat
menentukan warna kulit buah.
2. Mesocarp merupakan lapisan di antara eksokarp dan endokarp serta dapat disebut
sebagai daging buah.
3. Endocarp merupakan lapisan kulit paling dalam dan melapisi bagian biji.
G. Kesimpulan
Morfologi biji dilakukan agar dapat mengetahui warna, bentuk dan ukuran dari
suatu biji. Pada biji juga di lakukan pengukuran awal dan pengukuran setelah di belah
tujuan nya agar dapat melihat embrio yang ada pada biji dan menentukan bagian-bagian
lapisan. Antara lain : Eksocarp, meksocarp dan endocarp Morfologi biji dapat bervariasi
tergantung pada jenis tanaman yang dihasilkan. Morfologi biji juga dapat
mempengaruhi metode penyebaran biji dan kemampuan biji untuk bertahan hidup di
lingkungan yang berbeda.
No Gambar keterangan
1
• (Dipterocarpus
littolaris)
• Mahoni (Swietenia
mahagoni)
• Sapindus Lerak
(Sapindus rarak)
• cemara (Casuarina
equisefolia)
5
• Meranti (Shorea
slanica)
• Biji Cemara
(Casuarina
equisetifolia)
7
• Sengon ( Falcataria
falcata )
• Kenari (Canarium
indicum)
• Jambu Mete
(Anacardium
occidentale)
10
• Nagasari (Mesua
ferrea)
11
• Sawo kecik
(Manilkara kauki)
12.
• Keruing
(Dipterocarpus
retusus)
13.
• Asam Jawa
(Tamarindus indica)
ACARA 10
PERKECAMBAHAN BIJI
A. Tujuan
Mengetahui pengaruh cahaya terhadap perkecambahan biji.
B. Dasar Teori
Perkecambahan adalah proses awal pertumbuhan individu baru pada tanaman
yang diawali dengan munculnya radikel pada testa benih. Perkecambahan sangat
dipengaruhi oleh ketersediaan air dalam media pertumbuhan. Air akan diabsorbsi dan
digunakan untuk memacu aktivitas enzim-enzim metabolisme perkecambahan (Agustrina,
2008: 102)
Perkecambahan adalah peristiwa tumbuhnya embrio di dalam biji menjadi
tanaman baru. Biji akan berkecambah jika berada dalam lingkungan yang sesuai. Proses
perkecambahan ini memerlukan suhu yang cocok, banyaknya air yang memadai,
persediaan oksigen yang cukup, kelembapan, dan cahaya. Struktur biji yang berbeda antara
tumbuhan monokotil dan dikotil akan menghasilkan struktur kecambah yang berbeda pula.
Pada tumbuhan monokotil, struktur kecambah meliputi radikula, akar primer, plumula,
koleoptil, dan daun pertama. Sedangkan, pada kecambah tumbuhan dikotil terdiri atas akar
primer, hipokotil, kotiledon, epikotil, dan daun pertama (Purnobasuki, 2011: 4).
Pertumbuhan awal tumbuhan berbiji dimulai dari biji. Biji mengandung potensi
yang dibutuhkan untuk tumbuh menjadi individu baru, misalnya embrio, cadangan
makanan, dan calon daun/calon akar. Sebutir biji mengandung satu embrio. Embrio terdiri
atas radikula (yang akan tumbuh menjadi akar) dan plumula (yang akan tumbuh menjadi
kecambah). Cadangan makanan bagi embrio tersimpan dalam kotiledon yang didalamnya
terkandung pati, protein dan beberapa jenis enzim. Kotiledon dikelilingi oleh bahan yang
kuat, disebut testa. Testa berfungsi sebagai pelindung kotiledon untuk mencegah kerusakan
embrio dan masuknya bakteri atau jamur ke dalam biji. Testa memiliki sebuah lubang kecil,
disebut mikropil. Di dekat mikropil terdapat hilum yang menggabungkan kulit kotiledon
(Sudjadi, 2006: 79).
D. Cara Kerja
1. Lubangi bagian bawah bak tabur secukupnya
2. Isi bak dengan pasir Tanah
3. Basahi media secukupnya
4. Taburkan benih sesuai dengan perlakuan yang dibutuhkan dari masing-masing jenis biji
E. Hasil Pengamatan
No Jenis Bibit Cara kerja
1 Cemara (Casuarina • Taburkan secara merata biji ke media yang
equisetifolia) disediakan
• Tutup Kembali dengan media
• Pastikan tetap lembab, tidak terlalu basah
1. • Cemara (casuarina
equisetifolia)
2.
• Lerak (Sapindus
rarak)
3.
• Cendana (Santalum
album L)
4.
• Mahoni (Swietenia
mahgoni)
5.
• Sengon
(Paraserianthes
falcataria)
ACARA 11
LAJU FOTOSINTESIS
A. Tujuan
Mengetahui cara pengaruh cahaya terhadap laju fotosintesis
B. Dasar Teori
Cahaya matahari memiliki sifat polikromatik bila dibiaskan akan menghasilkan
cahaya monokromatik. Cahaya monokromatik inilah yang ditangkap oleh klorofil dan
digunakan dalam proses fotosintesis. Dalam suatu percobaan diketahui bahwa
gelombang cahaya biru dan cahaya merah adalah yang paling efektif dalam melakukan
proses fotosintesis. (A.R. Loveless,1991:301)
Terkait dengan sinar tampak diketahui bahwa energi sinar yang digunakan
tumbuhan untuk fotosintesis ternyata hanya 0,5 sampai 2% dari jumlah energi sinar
yang tersedia. Energi yang diberikan oleh sinar itu bergantung kepada kualitas (panjang
gelombang), intensitas (banyaknya sinar per 1 cm² per detik) dan waktu (sebentar atau
lama). Fotosintesis dan reaksi fotokimia lainnya tidak bergantung pada energi total
cahaya, tapi pada jumlah foton atau kuanta yang diserap. Foton berenergi tinggi pada
spektrum biru mempunyai energi hampir 2 kali lipat dibandingkan dengan foton pada
spektrum merah, tapi kedua foton itu mempunyai efek yang persis sama dalam
fotosintesis. (Frank B Salisbury dan Cleon W Ross,1995:73)
D. Cara Kerja
1. Ambil daun pada larutan yang sama dari daun tertutup dan ternaung
2. Hubungkan tabung fotosintesis dengan pipa kapiler
3. Potong kertas saring ukuran 0,5 x 2 cm rendam dalam larutan buffer carbonat
4. Potong daun melintang ukuran 0,5 x 2 cm masukkan dalam tabung dan letakkan
diatas kertas saring yang telah di siapkan pada nomor 3 diatas
5. Masukkan setetes larutan safranin kedalam pipa kapiler
6. Letakkan perangkat tersebut dalam lembaran kaca yang ada kertas millimeter,
selanjutnya masukkan kedalam bak berisi air yang selalu mengalir
7. Taruh perangkat nomor 6 dibawah cahaya matahari
8. Amati pergerakan safranin dalam pipa kapiler setiap 5 menit sekali selama 10
menit
9. Setiap perlakuan buatlah ulangan 3 kali dan lengkapi dengan kontrol yang tidak
ada sampel daunnya
10. Ukur intensitas cahaya, kelembapan, dan suhu lingkungan di sekitar percobaan.
E. Hasil Pengamatan
Perlakuan Waktu Pengamatan
0 5 10
Daun terbuka 0,3 ml 0,2 ml 0
Daun ternaung 0,7 ml 0,6 ml 0,5 ml
Tanpa daun dengan 0,8 ml 0,8 ml 0,8 ml
buffet carbonat
Tanpa keduanya 0 0 0
(kosong)
Suhu :
Menit 0 : 44,3ºC
Menit 5 : 44,3 ºC
Menit 10 : 41,6 ºC
Kelembaban :
Menit 0 : 28%
Menit 5 : 28%
Menit 10 : 28%
Intensitas cahaya : lebih dari 19.000 Lux
Rata-rata laju fotosintes :
1. Daun terbuka sebesar 0,7 cm³/cm²/menit
2. Daun ternaung sebesar 0,7 cm³/cm²/menit
3. Tanpa daun dengan buffet carbonat tidak mengalami perubahan apapun (0)
4. Tanpa keduanya (kosong) tidak mengalami perubahan apapun (0)
F. Pembahasan
Laju fotosintesis adalah kecepatan di mana tumbuhan atau organisme fotosintetik
lainnya dapat mengubah energi matahari menjadi bahan organik melalui proses
fotosintesis. Laju fotosintesis dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti intensitas
cahaya, suhu, ketersediaan air, keberadaan nutrisi, dan konsentrasi karbon dioksida.
Laju fotosintesis dapat diukur dengan mengukur produksi oksigen atau penyerapan
karbon dioksida oleh tumbuhan selama periode waktu tertentu. Tingkat laju fotosintesis
dapat mempengaruhi pertumbuhan tumbuhan dan produktivitas tanaman, serta
berdampak pada siklus karbon di alam.
Dari hasil pengamatan kami di lakukan Laju fotosintesis pada daun melinjo pada yg
terbuka dan ternaung
Dengan 4 perlakuan yaitu daun terbuka, daun ternaung, tanpa daun dengan karbonat,
dan atau tanpa keduanya (tanpa perlakuan).
1. Pada pengamatan yang kami pada daun yang terbuka lakukan pada menit ke 0 cairan
safranin sudah berada pada volume 0,3 ml, waktu 5 menit berubah pada volume 0,2 ml
dan pada waktu 10 menit dengan laju fotosintesis= 0,2 cairan safranin sudah berada
pada volume 0 ml, dengan laju fotosintesis 0,07.
2. Perlakuan pada daun ternaung pada menit ke 0 cairan safranin yaitu 0,7 ml, menit ke
5 = 0,6 ml dan pada menit 10 berubah menjadi 0,5 ml dengan laju fotosintesis yaitu
0,07.
3. Pada perlakuan tanpa daun dengan karbonat pada menit ke 0 yaitu 0,8 ml, pada menit
ke 5 0,8ml dan pada menit ke 10 = 0,8 ml dengan laju fotosintesis 0'07 sehingga hal
tersebut tidak adanya perubahan.
4. Perlakuan tanpa keduanya (kosong) cairan safranin pada saat di simpan didalam air
langsung menghilang.
Suhu pada menit 0 = 44,3 °c, menit 5 = 44,3 °c, menit 10 = 41,6 °c.
Kelembaban menit 0 = 28%
Menit 5 = 28 %
Menit 10 = 28% dengan intensitas cahaya yang lebih dari 19.000 Lux.
Kemungkinan hal tersebut yang menyebabkan terjadinya perubahan pada laju
fotosintesis dikarenakan intensitas cahaya matahari yang tinggi. Kemudian, pada
perlakuan tanpa daun dengan karbonat tidak mengalami perubahan kemungkinan
terjadi dikarenakan tidak adanya fotosintesis yang terjadi yang disebabkan tidak ada
daun didalam tabungnya.
G. Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa Intensitas cahaya matahari yang tinggi memiliki pengaruh
yang sangat signifikan terhadap laju fotosintesis, yaitu proses di mana tumbuhan dan
beberapa organisme lainnya menggunakan energi cahaya untuk mengubah air dan
karbon dioksida menjadi glukosa dan oksigen. Tumbuhan Melinjo membutuhkan
cahaya matahari sebagai sumber energi untuk melaksanakan fotosintesis. Selama
proses ini, klorofil dalam daun menyerap energi cahaya, yang kemudian digunakan
untuk mengaktifkan reaksi kimia yang menghasilkan glukosa. Semakin tinggi intensitas
cahaya matahari, semakin banyak energi cahaya yang tersedia untuk digunakan oleh
tumbuhan dalam proses fotosintesis. Ketika intensitas cahaya matahari rendah, laju
fotosintesis juga akan menurun. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan energi yang
tersedia untuk menggerakkan reaksi kimia dalam fotosintesis. Namun, saat intensitas
cahaya meningkat, laju fotosintesis akan meningkat secara proporsional karena ada
lebih banyak energi cahaya yang tersedia bagi tumbuhan. Namun, penting untuk diingat
bahwa ada batasan untuk intensitas cahaya yang dapat diterima oleh tumbuhan. Jika
intensitas cahaya terlalu tinggi, terutama ketika suhu juga tinggi, dapat menyebabkan
kerusakan pada klorofil dan komponen lain dalam sel tumbuhan. Oleh karena itu, ada
tingkat intensitas cahaya optimal yang berbeda-beda untuk setiap spesies tumbuhan,
yang disebut sebagai titik kompensasi cahaya.
No Gambar Keterangan
1
• Alat Pengukuran laju
fotosintesis
3. • Alat pengukur
Insentitas cahaya
• Lux meter