Anda di halaman 1dari 14

GAMBARAN MOTIF PADA PENGGUNA SECOND

ACCOUNT INSTAGRAM DEWASA AWAL

Azzah Khoridah Maulidiya, Dwi Alya Laila Fitri, Lisna Alfina Linda
Fakultas Pendidikan Psikologi, Universitas Negeri Jakarta

ABSTRAK
Instagram menjadi media sosial paling populer yang diminati semua generasi saat ini.
Instagram pun menawarkan banyak sekali fitur untuk bisa digunakan oleh penggunanya. Pada
tahun 2016 lalu, Instagram merilis fitur multiple account. Hal tersebut menjadikan pengguna
Instagram membuat second account sebagai akun sampingannya untuk mengungkapkan diri.
Tujuan dari penelitian ini yaitu ingin mengetahui motif penggunaan second account
Instagram pada dewasa awal. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif.
Data penelitian dikumpulkan melalui wawancara dan dokumentasi. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa adanya motif sebab yaitu, adanya tren memiliki akun Instagram lebih
dari satu akun pada lingkup pertemanan, kurangnya rasa percaya diri, serta keinginan untuk
membangun personal branding pada first account. Sedangkan motif tujuan bagi kedua subjek
penelitian ini ialah untuk mengekspresikan diri. Selain itu, penelitian juga menemukan makna
second account Instagram itu sendiri yaitu, menjadi tempat aman untuk keterbukaan diri
secara lebih bebas.

Kata kunci: motif, second account, Instagram, dewasa awal

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kehadiran new media khususnya media sosial mampu merubah cara seseorang ketika
bersosialisasi dan berkomunikasi dengan memberikan kesempatan untuk mengungkapkan diri
dan menuangkan opininya. Ramanigopal (2012), mengungkapkan bahwa media sosial
menjadi tempat pertemuan orang-orang di dunia maya yang dapat saling berdiskusi mengenai
berbagai topik, saling membagikan informasi, dan bertukar pikiran.
Dari banyaknya platform media sosial yang hadir di era media baru saat ini, Instagram
merupakan salah satu media sosial yang disukai masyarakat Indonesia karena mereka dengan
bebas mengakses kegiatan apapun yang dilakukan melalui instastory Instagram, seperti foto
atau video selama kurun waktu 24 jam. Selain itu, Instagram juga dapat mengunggah foto
atau video yang kita inginkan tanpa batasan waktu. Pada 8 Februari 2016, Instagram
memberikan pengumuman bahwa merilis fitur terbaru yaitu multiple account. Dirilisnya fitur
tersebut pengguna dapat mengakses akun lebih dari satu dalam satu perangkat tanpa harus
logout. Hal tersebut menjadi faktor banyaknya pengguna Instagram memiliki akun kedua atau
disebut dengan second account.
Menurut Kang & Wei (2020), second account merupakan akun yang digunakan untuk
membagikan postingan diluar akun utama, dan biasanya digunakan untuk menjalin hubungan
dengan sesama pengguna lain. Second account dijadikan sebagai ranah privasi dalam
keterbukaan diri secara lebih bebas. Pengguna second account lebih leluasa dalam
membagikan informasi karena sudah ditentukan sebelumnya siapa saja yang dapat mengakses
informasi tersebut (Kamilah, 2020).
Salah satu golongan pengguna second account Instagram adalah dewasa awal,
termasuk partisipan dalam penelitian ini. Penulis ingin mengetahui motif sebab dan motif
tujuan partisipan dalam menggunakan second account di Instagram. Untuk itu, penulis ingin
mendalami fenomena ini sehingga membuat penelitian dengan judul “Gambaran Motif Pada
Pengguna Second Account Instagram Dewasa Awal” dengan pendekatan Fenomenologi
Alfred Schutz.

1.2 Perumusan Masalah


Berdasarkan permasalahan diatas, dapat ditarik rumusan masalah sebagai berikut:
“Bagaimana gambaran motif penggunaan second account Instagram pada dewasa awal?”

1.3 Tujuan Penelitian


Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan di atas, tujuan penelitian ini yaitu
untuk melihat gambaran motif penggunaan second account Instagram pada dewasa awal.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis
Mampu digunakan sebagai referensi dan pijakan pada penelitian selanjutnya
yang berhubungan dengan penggunaan sosial media khususnya Instagram, serta
menjadi bahan kajian lebih lanjut.
2. Manfaat Praktis
● Bagi peneliti, diharapkan dapat menambah wawasan dan pengalaman tentang
penggunaan second account Instagram pada dewasa akhir.
● Bagi pembaca, diharapkan hasil penelitian dapat dijadikan gambaran dan
wawasan untuk bijak dalam menggunakan sosial media khususnya Instagram.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori


Menurut Giddens (1991) motif sebagai impuls atau dorongan yang memberi energy
pada tindakan manusia sepanjang lintasan kognitif atau perilaku kearah pemuasan kebutuhan.
Nasution dalam Alex Sobur (2006), menjelaskan bahwa motif adalah segala daya yang
mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Dari pendapat para ahli tersebut, maka dapat
disimpulkan motif adalah suatu perasaan yang mendorong seseorang untuk mencapai suatu
kepuasan yang menyebabkan seseorang tersebut berbuat suatu tindakan atau sikap tertentu.
Berdasarkan teori fenomenologi, untuk memahami tindakan manusia secara individu harus
dilihat dari motif apa yang mendasari tindakan tersebut. Schutz memperkenalkan dua istilah
motif, yaitu:

a. Because of motive (motif sebab) adalah berkaitan dengan alasan seseorang melakukan
sesuatu tindakan sebagai usahanya menciptakan situasi dan kondisi yang diharapkan
di masa datang. Dengan kata lain because of motive adalah yang melatarbelakangi
seseorang melakukan tindakan tertentu.
b. In order to motive (motif tujuan) merupakan pandangan retrospektif terhadap
faktor-faktor yang menyebabkan seseorang melakukan tindakan tertentu. Dengan kata
lain in order to motive adalah tujuan yang ingin dicapai oleh seseorang yang
melakukan suatu tindakan.

Media sosial Instagram adalah salah satu media sosial yang paling populer dengan
berbasis android, yang memiliki banyak fitur yang dapat mengunggah foto dan video
penggunanya. Nama Instagram berasal dari kata "insta" atau "Instan", yang dikenal sebagai
fotografi instan, dan kata "gram" berasal dari kata "telegram" karena telegram digunakan
untuk mengirim pesan instan kepada orang lain.
Second Account (akun kedua) merupakan akun lain yang sudah dimiliki oleh individu
yang memiliki akun utama (first account). Second account adalah akun dimana penggunanya
bisa sesuka hati mengekspresikan dirinya. Kebalikan dengan main account atau first account,
tidak ada standar sempurna sama sekali yang memberatkan seseorang.
Salah satu golongan pengguna second account Instagram adalah dewasa awal.
Hurlock (1990) mengatakan bahwa dewasa awal dimulai pada umur 18 - 40 tahun. Bagi
kebanyakan dewasa awal, informasi dan teknologi merupakan hal yang sudah menjadi bagian
dari kehidupan mereka. Fenomena second account ini dapat dikaji menggunakan pendekatan
Fenomenologi Alfred Schutz, yaitu dengan melihat motif sebab dan motif tujuan partisipan
dalam menggunakan second account di Instagram.
Beberapa penelitian telah dilakukan untuk melihat gambaran motif menggunakan
second account Instagram. Berikut merupakan beberapa penelitian yang relevan. Penelitian
Meilinda, Weni, dan Luluatu yang berjudul "MOTIF DAN MAKNA SECOND ACCOUNT
INSTAGRAM BAGI MAHASISWA DI KOTA KARAWANG" menemukan bahwa ada tiga
motif sebab (because motives) Mahasiswa Universitas Singaperbangsa karawang dalam
menggunakan second account Instagram. Pertama, dikarenakan mengikuti tren, mendapatkan
komentar yang kurang menyenangkan, membutuhkan ruang untuk menyimpan momen.
Selain itu, terdapat tiga motif tujuan (In-order-to-Motives) dalam menggunakan second
account Instagram, yaitu digunakan untuk akun spam, untuk menjalin hubungan pertemanan
yang lebih dekat, sebagai album digital. Makna second account Instagram bagi Mahasiswa
Universitas Singaperbangsa Karawang yaitu, menjadi tempat aman untuk keterbukaan diri
secara lebih bebas.

2.2 Kerangka Teoritis


Salah satu pendekatan yang dapat digunakan untuk mengetahui motif adalah
pendekatan Fenomenologi Alfred Schutz. Konsep fenomenologi Alfred Schutz menekankan
bahwa tindakan identik dengan motif. Motif yang melatarbelakangi suatu tindakan disebut
because of motive (motif sebab). Kemudian, motif yang mendorong tindakan seseorang yang
lazim disebut in order to motive (motif tujuan). Dengan demikian untuk memahami tindakan
manusia secara individu harus dilihat dari motif apa yang mendasari tindakan tersebut. Maka
dari itu dengan menggunakan pendekatan ini penulis tertarik untuk meneliti apa motif
penggunaan second account Instagram pada dewasa awal.
BAB III
METODOLOGI

3.1 Metode Penelitian


Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian
kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian dengan hasil data yang dikumpulkan, bukan
data yang dapat diuji dengan statistik. Dalam penelitian kualitatif, populasi atau ukuran
sampel bukanlah ukuran, meskipun populasi dan sampelnya sangat terbatas. Menggunakan
metode alami seperti observasi, interview, pikiran, bacaan, dan tulisan dengan cara-cara alami
dan sasaran penelitian kualitatif dianggap sebagai subjek yang ditempatkan sebagai sumber
informasi.
Peneliti memilih pendekatan kualitatif untuk kemudian dijadikan sebagai pendekatan
penelitian berdasarkan fokus pada permasalahan yang akan dikaji, yaitu mengenai motif pada
pengguna second account Instagram dewasa awal. Peneliti berusaha untuk menganalisis
individu berdasarkan pada fenomena atau pengalaman sehingga menghasilkan suatu makna
dengan menggunakan pendekatan fenomenologi. Mulyana dalam Farid Hamid menyebutkan
pendekatan fenomenologi termasuk pada pendekatan subjektif dan interpretatif. Pendekatan
fenomenologi dipilih karena penelitian ini bertujuan untuk memaparkan secara terperinci
mengenai motif, kesadaran, intersubjektivitas.

3.2 Kriteria Subjek Penelitian


Untuk penentuan subjek dilakukan dengan menggunakan teknik purposive sampling.
Teknik tersebut merupakan teknik pengambilan sampel sumber data berdasarkan pada
pertimbangan tertentu. Maka dari itu, peneliti menentukan subjek dalam penelitian ini
berdasarkan pada kriteria, yaitu:

1. Dewasa Awal (berusia 18 - 23 tahun)


2. Pengguna aktif media sosial Instagram dan menggunakan second account Instagram
selama kurang lebih 2 tahun.
3. Aktif menggunakan second account Instagram dengan frekuensi membuka minimal
5x dalam seminggu.
4. Aktif mengunggah konten.
3.3 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data adalah teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data
primer dan sekunder. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi
wawancara dan dokumentasi.

1. Wawancara
Teknik wawancara dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
metode semi terstruktur. Wawancara semi terstruktur adalah proses wawancara yang
menggunakan panduan wawancara yang berasal dari pengembangan topik dan
mengajukan pertanyaan dan penggunaan lebih fleksibel daripada wawancara. Peneliti
pertama meminta persetujuan partisipan untuk kesediaannya menjadi partisipan
penelitian.
2. Dokumentasi
Menurut Silverman (2013) dokumen merupakan kumpulan atau jumlah
signifikan dari data akan ditulis, dilihat, disimpan, dan digulirkan dalam penelitian.
Studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan
wawancara dalam penelitian kualitatif. Pada penelitian ini diperlukan dokumen akun
pengguna Instagram yang mencirikan akun second account Instagram.

3.4 Teknik Analisis Data


Menurut Miles & Huberman (1992) analisis terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi
secara bersamaan yaitu: reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan atau verifikasi.
Mengenai ketiga alur tersebut secara lebih lengkapnya adalah sebagai berikut:
1. Reduksi Data
Menurut Miles dan Huberman (1992), reduksi data adalah proses pemilihan,
pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data
kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Kegiatan reduksi data ini
meliputi membuat ringkasan, mengkode, menelusuri tema, membuat gugus-gugus,
membuat partisi, dan menulis memo. Pilihan- pilihan peneliti tentang bagian mana
yang dikode, mana yang dibuang, pola-pola mana yang merangkum sejumlah bagian
yang tersebar, cerita-cerita apa yang sedang berkembang, semuanya merupakan
pilihan-pilihan analisis.
2. Penyajian Data
Menurut Miles dan Huberman (1992), penyajian data sebagai sekumpulan
informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan
pengambilan tindakan. Melalui data yang disajikan, peneliti melihat dan dapat
memahami apa yang sedang terjadi dan apa yang harus dilakukan berdasarkan atas
pemahaman yang didapat dari penyajian- penyajian tersebut.

3. Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi


Menurut Miles dan Huberman (1992), langkah ketiga dari kegiatan analisis
data adalah menarik kesimpulan dan verifikasi. Pada saat pengumpulan data, seorang
peneliti mencari makna suatu, mencatat keteraturan, pola-pola, penjelasan,
konfigurasi- konfigurasi yang mungkin, alur sebab akibat, dan proposisi-proposisi.
Mula-mula kesimpulan belum jelas, namun lambat laun kian meningkat lebih
terperinci. Kesimpulan kemudian diverifikasi dengan melakukan tinjauan ulang pada
catatan-catatan lapangan, atau mungkin merupakan peninjauan kembali untuk
mengembangkan kesepakatan intersubjektif (Miles dan Huberman, 1992).
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Hasil Riset


Berikut ini merupakan deskripsi dari hasil wawancara yang telah dilakukan bersama
subjek yang berinisial HI dan PN.
Saat subjek ditanya mengenai awal mula membuat akun Instagram, subjek HI
menjelaskan bahwa ia sudah menggunakan akun Instagram sejak kelas 6 SD. Saat itu
teman-teman sekelasnya banyak yang membuat akun Instagram. Hal itulah yang membuat ia
memutuskan untuk membuat akun Instagram. Tidak jauh berbeda dengan subjek HI, subjek
PN juga membuat akun Instagram karena adanya ajakan dari teman-temannya saat kelas 3
SMP.
Lebih lanjut, saat ditanya awal mula membuat second account Instagram, subjek HI
menyampaikan bahwa ia membuat second account Instagram karena saat itu ia sedang tidak
aktif di akun pertama Instagram-nya. Alasan lebih lanjut ia membuat second account adalah
agar ia dapat mengunggah sesuatu tanpa memikirkan tanggapan orang lain. Sedangkan subjek
PN menjelaskan bahwa ia kurang percaya diri untuk mengunggah foto atau video pada first
account karena akan terlihat oleh banyak orang yang menurutnya asing sehingga hal ini lah
yang menjadi awal mula subjek PN membuat second account.
Terkait konten yang subjek unggah dan seberapa sering subjek mengunggah di second
account Instagram, subjek HI mengatakan bahwa ia mengunggah aktivitas sehari-harinya
setiap hari. Hal ini dapat dikategorikan bahwa subjek HI mengunggah konten di second
account Instagram cukup sering. Berbeda dengan subjek PN, konten yang biasanya ia unggah
merupakan foto atau video lelucon bersama teman-temannya dengan frekuensi unggahan
rata-rata tiga kali dalam satu minggu. Untuk itu, subjek PN tergolong cukup jarang
mengunggah sesuatu pada second account-nya. Terkait pengikut pada second account, subjek
HI dan PN mengatakan bahwa hanya teman-teman terdekat mereka saja yang dapat
mengikuti second account Instagram milik mereka.
Pada subjek HI dan PN hal yang menyebabkan mereka menggunakan second account
adalah lingkup pertemanannya. Namun, subjek PN memiliki alasan lebih lanjut mengapa ia
menggunakan second account, yaitu karena ia merasa kurang baik atau kurang pantas jika
mengunggah konten yang tidak benar pada first account miliknya. Kegunaan second account
menurut subjek HI ialah sebagai “tempat aman” untuknya mengunggah sesuatu tanpa
memikirkan tanggapan orang lain. Hal ini juga yang membuatnya nyaman dalam
menggunakan second account. Tidak jauh berbeda dengan subjek HI, kegunaan second
account bagi subjek PN adalah untuk mengekspresikan dirinya. Namun, subjek PN seringkali
merasa kurang nyaman dengan second account miliknya karena masih terdapat beberapa
pengikut lama yang saat ini sudah tidak dekat dengannya seperti dahulu, tetapi masih
mengikuti second account subjek PN.
Terakhir, saat ditanyai mengenai makna second account Instagram, subjek HI
memaknai second account Instagram sebagai “tempat aman” dimana ia dapat
mengekspresikan diri sendiri, meningkatkan kepercayaan diri, serta sebagai tempat narsis,
yang mana hal ini tidak dapat ia lakukan di akun pertama miliknya karena dirinya sedang
membangun personal branding. Sedangkan makna second account bagi subjek PN adalah
sebagai tempat untuk ia membagikan atau memperlihatkan hal-hal yang sedang ia sukai
kepada pengikutnya.

4.2 Analisis Hasil Riset


Dari hasil wawancara yang telah dilakukan dengan kedua subjek, disimpulkan bahwa
first account Instagram memiliki peran penting bagi personal branding subjek sehingga foto
atau video yang dirasa kurang pantas dan tidak memiliki urgensi akan mereka unggah pada
second account miliknya. Maraknya penggunaan second account khususnya pada lingkup
pertemanan subjek juga memunculkan keinginan mereka untuk membuat second account
yang mana hal ini dapat mereka gunakan sebagai tempat aman untuk mengekspresikan diri,
meningkatkan kepercayaan diri serta sarana untuk mengunggah konten aktivitasnya
sehari-hari atau bahkan minatnya secara leluasa tanpa merasa cemas dan khawatir akan
tanggapan orang lain.

4.3 Diskusi
Konsep fenomenologi Alfred Schutz menekankan bahwa tindakan identik dengan
motif. Motif yang melatarbelakangi suatu tindakan disebut because of motive (motif sebab).
Motif yang mendorong tindakan seseorang yang lazim disebut in order to motive (motif
tujuan). Untuk memahami tindakan manusia secara individu harus dilihat dari motif apa yang
mendasari tindakan tersebut. Menurut Alfred Schutz, proses memaknai dimulai dengan
proses penginderaan, suatu pengalaman yang terus menerus. Makna berasal dari pengalaman
masa lalu dan melalui proses interaksi dengan orang lain (Hasbiansyah, 2008).

a. Because of motive (Motif Sebab)


Because of motive memberikan penjelasan bahwa suatu tindakan seseorang
memiliki alasan dan latar belakang sebagai usahanya menciptakan situasi dan kondisi
yang diharapkan di masa datang. Berdasarkan pada hasil wawancara dengan kedua
subjek, didapatkan beberapa alasan subjek dalam menggunakan second account
Instagram. Alasan pertama, subjek 1 mengungkapkan bahwa ia memutuskan untuk
menggunakan second account Instagram yaitu dikarenakan mengikuti tren dimana
teman-temannya memiliki akun Instagram lebih dari satu akun, hal tersebut menjadi
pemicu baginya untuk membuat second account Instagram.
“Emang ada masanya-kan second account itu rame banget gitu, kayak banyak
yang bikin. Nah itu juga mungkin bisa jadi salah satu aspek yang bikin aku ngebikin
second account.”
Kedua, Subjek 2 mengungkapkan bahwa ia merasa kurang percaya diri jika
ingin mengunggah sesuatu di akun pertama miliknya.
“Ih malu banget sih nge-post kayak ginian di orang sebanyak ini kayak ada
kakak kelas juga gak kenal gak deket tiba-tiba nge-follow” gitu kan. Terus akhirnya
kayak emmm bikin second ah, Gitu. Terus akhirnya bikin second yaudah eee yaudah
gitu.
Alasan ketiga, Subjek 1 mengatakan bahwa ia sudah tidak terlalu aktif di akun
pertama miliknya karena akun tersebut digunakannya untuk membangun personal
branding.
“Di first account itu untuk sekarang lebih sering digunain buat personal
branding dan gak bisa jadi sarana untuk narsis, jadi second account bisa dijadiin
tempat narsis sih kalau aku sama tempat buat lebih ningkatin percaya diri aja gitu.”
Berdasarkan alasan masing masing infoman dalam menggunakan second
account Instagram, mereka memiliki pengalamannya tersendiri hingga pada akhirnya
memutuskan untuk membuat second account Instagram. Pada hasil wawancara
sebelumnya pun, para informan mengungkapkan bahwa intensitas dalam
menggunakan second account Instagram lebih sering dibandingkan dengan first
account.
b. In order to motive (Motif Tujuan)
In order to motive adalah tujuan yang ingin dicapai oleh seseorang yang
melakukan suatu tindakan. Terdapat beberapa tujuan subjek dalam menggunakan
second account Instagram, diantaranya yaitu: second account Instagram digunakan
untuk mengekspresikan diri. Kedua informan menyatakan bahwa second account
Instagram merupakan sarana untuk mengekspresikan diri karena mereka dapat
mengunggah aktivitas sehari-harinya, foto atau video lelucon bersama
teman-temannya, dan hal-hal yang diminati dan disukai tanpa merasa cemas dan
khawatir akan tanggapan orang lain. Hal ini karenai second account bersifat privasi
dan hanya diikuti oleh orang-orang terdekat saja.
“Eee kalau buat apa aja yang aku post sih kalau sekarang sih paling daily
activities aja sih kayak apa yang aku lakuin sehari-hari eee apa aja yang pengen aku
post gitu.” “Kalau untuk aku saat ini sih makna second account itu bisa jadi tempat
buat mengekspresikan diri sendiri tanpa takut dinilai aneh-aneh sama orang lain, tanpa
takut mikirin apa kata orang lain gitu.” (Subjek 1). “Eee kalau aku pribadi sebenernya
lebih suka nge-post apaya kayak minat aku tuh di second gitu loh daripada di
first.”(Subjek 2).
Selain itu, subjek 1 juga mengatakan bahwa tujuan ia menggunakan second
account adalah sebagai sarana untuk dirinya dapat narsis, yang mana hal ini tidak
dapat ia lakukan di akun pertama miliknya karena dirinya sedang membangun
personal branding.
“First account itu untuk sekarang lebih sering digunain buat personal
branding dan gak bisa jadi sarana untuk narsis, jadi second account bisa dijadiin
tempat narsis sih kalau aku sama tempat buat lebih ningkatin percaya diri aja gitu.”
Masing-masing subjek memiliki tujuan yang mirip yaitu untuk
mengekspresikan diri. Setiap individu tentunya pasti memiliki pribadi yang berbeda
satu sama lainnya. Namun, hal tersebut justru menimbulkan hal baru dalam
keterbukaan diri ketika menggunakan second account Instagram.
c. Makna Second Account Instagram
Menurut Alfred Schutz, proses memaknai dimulai dengan proses
penginderaan, suatu pengalaman yang terus menerus. Adanya makna pada seseorang
berasal dari pengalaman yang telah dirasakan sebelumnya atau suatu waktu tertentu.
Makna terbentuk dan ada selama beberapa waktu karena adanya pemahaman secara
bersama. Fenomenologi disini bertujuan untuk menganalisis dan mengartikan cara
atau perilaku orang lain dengan kemudian pemberian makna (Hasbiansyah, 2008).
Second account Instagram menjadi tempat aman untuk keterbukaan diri secara
lebih bebas. Dari pengalaman masing-masing individu mereka mengungkapkan
bahwa second account yang sifatnya privasi, dijadikan sebagai ruang untuk
mengekspresikan diri tanpa adanya rasa khawatir terhadap tanggapan orang lain.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5. 1 Kesimpulan

Penelitian ini mengungkapkan mengenai because of motives (motif sebab) dan in


order to motives (motif tujuan) subjek HI dan subjek PN dalam menggunakan second account
Instagram. Motif sebab (because motives) yang menyebabkan mereka memutuskan untuk
menggunakan second account Instagram yaitu, adanya tren memiliki akun Instagram lebih
dari satu akun pada lingkup pertemanan, kurangnya rasa percaya diri, serta keinginan untuk
membangun personal branding pada first account Instagram subjek HI dan subjek PN,
sedangkan motif tujuan (in order to motives) bagi kedua subjek penelitian ini ialah untuk
mengekspresikan diri. Selain itu, penelitian juga menemukan makna second account
Instagram itu sendiri yaitu, menjadi tempat aman untuk keterbukaan diri secara lebih bebas.

5.2 Saran

Saran yang dapat kami berikan untuk penelitian kali ini, yaitu untuk subjek
diharapkan lebih percaya diri dalam menampilkan dirinya pada akun utamanya karena
khalayak cukup banyak mengetahui akun utama pengguna dibandingkan second account.
Meskipun pengguna kurang percaya diri dalam menampilkan segala hal di akun utama,
menurut peneliti tampilkan saja terlepas dari komentar negatif maupun positif dari khalayak.
Dari komentar tersebut dapat menjadikan pembelajaran untuk menjalani kehidupan yang
lebih baik. Selanjutnya, saran bagi penelitian selanjutnya agar lebih menambah teori
mengenai teori fenomenologi maupun penelitian dahulu mengenai motif. Dan penelitian ini
agar dapat digunakan sebagai bahan rujukan dan pembanding bagi peneliti selanjutnya
khususnya yang berkaitan dengan fenomenologi, motif, dan Instagram.
REFERENSI

Ramanigopal, C. (2012). Social Networking: Problems and Prospects of the Knowledge

Society. International Journal of …, 2(2), 116–129.

http://indusedu.org/IJRMEC/feb2012(pdf)/8.pdf

Kang, J., & Wei, L. (2020). Let me be at my funniest: Instagram users’ motivations for using

Finsta (a.k.a., fake Instagram). Social Science Journal, 57(1), 58–71.

https://doi.org/10.1016/j.soscij.2018.12.005

Kamilah, F. N. dan S. B. L. (2020). Manajemen Privasi pada Pengguna Media Sosial

Instagram. Interaksi Online, 9(1), 98–108

Giddens, Anthony. (1991). “Modernity and Self-Identity. Cambridge, UK: Polity

Alex, Sobur. Psikologi Umum. (2003). (Bandung: Pustaka Setia

B. Hurlock, Elizabeth. (1990). Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan dalam Suatu

Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga.

F.J. Monks, A.M.P. Knoers, Siti rahayu Haditono. (2001). Psikologi Perkembangan

(Pengantar dalam berbagai bagiannya). Yogyakarta. Universitas Gadjah Mada.

Ardiesty, M. T., Arindawati, W. A., & Nayiroh, L. (2022). MOTIF DAN MAKNA SECOND

ACCOUNT INSTAGRAM BAGI MAHASISWA DI KOTA KARAWANG.

NUSANTARA: Jurnal Ilmu Pengetahuan Sosial, 9(8), 3118-3126.


Farid Hamid. (2018). Pendekatan Fenomenologi (Suatu Ranah Penelitian Kualitatif).

Silverman, David. (2013). Doing Qualitative Research A Practical Handbook Fourth

Edition. Sage.

Miles, B. M., & Huberman, M. (1992). Analisis Data Kualitatif Buku Sumber Tentang

Metode-metode Baru. Jakarta: UIP.

Hasbiansyah, O. (2008). Pendekatan Fenomenologi: Pengantar Praktik Penelitian dalam Ilmu

Sosial dan Komunikasi. Mediator, 1.

Anda mungkin juga menyukai