Anda di halaman 1dari 14

FACTITIOUS DISORDER

DIAGNOSIS DAN TATALAKSANA KLINIS PADA FACTITIOUS


DISORDER

Disusun Oleh :

Nama : Septi Herlin Tri Wardani


NIM : PO7124223026

SARJANA TERAPAN KEBIDANAN PALEMBANG


JURUSAN KEBIDANAN
POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG
TAHUN 2023
Kata Pengantar

Syukur alhamdulilah senantiasa atas berkat rahmat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia- Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan
makalah ini guna untuk memenuhi tugas mata kuliah “ Bahasa Indonesia “ dengan
judul “ Diagnosis dan Tatalaksana Klinis Factitious Disorder “.
Saya menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari
bantuan pihak yang dengan tulus memberikan doa, saran dan kritik sehingga
makalah ini dapat terselesaikan.
Saya menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang saya miliki.
Oleh karena itu, kami mengharapkan segala bentuk saran serta kritikan yang
membangun dari berbagai pihak, sehingga makalah ini akan lebih baik lagi.
Akhirnya saya berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
pembaca.
Palembang, 24 November 2023

Penulis

ii
Daftar Isi
Cover ...................................................................................................... i
Kata pengantar ...................................................................................... ii
Daftar isi ................................................................................................ iii
BAB I Pendahuluan ............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ..................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................ 2
1.3 Tujuan .................................................................................. 2
BAB II ISI DAN PEMBAHASAN ....................................................... 3
2.1 Definisi Factitious Disorder ................................................. 3
2.2 Etiologi Factitious Disorder ................................................ 3
2.3 Epidemiologi Factitious Disorder ........................................ 4
2.4 Patosiologi Factitious Disorder ............................................ 5
2.5 Tipe Factitious Disorder ....................................................... 5
2.6 Diagnosis Factitious Disorder .............................................. 6
2.7 Diagnosis Banding ................................................................ 6
2.8 Tatalaksana Klinis ................................................................. 7
2.9 Prognosis Factitious Disorder .............................................. 9
BAB III KESIMPULAN ....................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA............................................................................. 11

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Gangguan Buatan adalah suatu penyakit pada bidang ilmu kejiwaan yang
masih beluum ditemukan etiologinya dengan ciri khas berupa pemalsuan gejala
baik fisik maupun psikologis, individu dengan gangguan ini sering datang ke
tempat layanan kesehatan dan meminta untuk dilakukan prosedur ataupun operasi
yang invasif pada dirinya, dimana hal tersebut berpotensi berbahaya bagi dirinya.
Gangguan buatan yang umum ditemukan adalah gangguan buatan yang
diterapkan pada diri sendiri atau disebut juga Munchausen Syndrome, yang
terkenal dengan kisahnya sering melebih – lebihkan tentang karir militernya.
Adapun sebutan lainnya seperti “ Hospital Dependency”, “ Profesional Patient
Syndrome”, dan “ Hospital Hopper Syndrome “.
Orang dengan Gangguan Buatan berperilaku seperti ini karena kebutuhan
batin danpsikologis untuk terlihat sebagai orang sakit atau terluka, bukan untuk
mencapai manfaatyang jelas, seperti keuntungan finansial. Mereka sering
membuang waktu dan sumber dayakeuangan dengan masuk rumah sakit yang
tidak perlu dan berulang, tes-tes penyelidikan danlabotorium yang mahal, dan
masa pengobatan yang berkepanjangan. Bahkan merekabersedia menjalani tes
berisiko dan menyakitkan atau operasi untuk mendapatkan simpati danperhatian
khusus dari orang tertentu.
Gangguan Buatan dianggap penyakit mental karena mereka berhubungan
dengankesulitan emosional yang berat. Banyak orang dengan Gangguan Buatan
juga menderitakondisi mental lainnya, terutama gangguan kepribadian. Orang
dengan gangguan kepribadianmemiliki pola berpikir dan bertindak yang berbeda
dengan apa yang dianggap masyarakatsetempat sebagai biasa atau normal. Orang-
orang ini umumnya juga tidak memilikikemampuan atau mekanisme penyesuaian
yang baik untuk mengatasi masalah kehidupanperibadi (coping skills) dan
menghadapi masalah dalam membentuk hubungan yang sehat.
Pasien dengan Gangguan Buatan kemungkinan telah ditemukan sepanjang
sejarahmanusia. Kehadiran penyakit ini dalam literature medik telah ada semenjak

1
zaman Galen,seorang Dokter Romawi terkenal yang menulis tentang Gangguan
Buatan pada abad kedua.Istilah “Factitious” didapatkan dari sebuah buku yang
ditulis oleh seorang Dokter Inggerisyaitu Gavin, diterbitkan pada 1843, berjudul
On Feigned and Factitious Diseases . Padatahun 1800-an, Gavin menggambarkan
bagaimana beberapa tentara dan pelaut berpura-purasakit untuk mendapatkan
perhatian dan perawatan istimewa. Sejarah modern Gangguanbuatan dimulai pada
1951 dalam artikel The Lancet yang dikarang psikiater British ,RichardAsher,
yang turut memperkenalkan istilah Munchausen's syndrome untuk
menjelaskansubtipe kronis dari Gangguan Buatan. Didapatkan istilah Sindrom
Munchausen setelahBaron von Munchausen, seorang pensiun perwira kavaleri
Jerman yangmengisahkanpertualangan hidupnya dalam sebuah buku kecil pada
1785 sebagai tentara yang dieksploitasiuntuk mendapat perhatian dari pembaca.
Orang dengan sindrom Munchausen dikatakanbiasanya (1) menunjukkan bekas
luka bedah yang banyak, terutama di perut, (2) tampilansecara kasar, atau
menghindar, (3)memberikan sejarah medis dramatis. Pada tahun 1977,Gallengerg
adalah orang pertama yang dilaporkan sebagai kasus Gangguan buatan
dengangejala utama psikologis. Gangguan Buatan dikenal sebagai satu kategori
diagnosa formaldidalam DSM-III pada tahun 1980.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah yang diangkat pada makalah ini antara lain :
1. apa itu Factitious Disorder?
2. apa penyebab terjadinya Factitious Disorder dan persebaran dari
penyakit ini ?
3. apa saja tipe pada Factitious Disorder ?
4. diagnosis banding Factitious Disorder ?
5. bagaimana tatalaksana dan prognosis pada Factitious Disorder ?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu Factitius Disorder.
2. Untuk mengetahui diagnosis pada Factitius Disorder.
3. untuk mengetahui Tatalaksana klinis pada Factitius Disorder.

2
BAB II
ISI DAN PEMBAHASAN

2.1 Definisi Factitious Disorder

Factitious disorder atau disebut juga gangguan buatan merupakan suatu


gangguan psikiatri dimana seseorang dengan sengaja memalsukan gejala-gejala
yang ada baik secara fisik maupun psikologis, terlepas apakah ia benar-benar sakit
atau tidak.2 Adapun tujuannya melakukan hal tersebut adalah untuk menerima
perawatan medis ataupun mengambil bagian dalam sistem pelayanan medis.
Gangguan buatan harus dibedakan dari malingering, dimana pada malingering,
seseorang termotivasi memalsukan gejalanya untuk memperoleh keuntungan
eksternal ataupun untuk menghindar dari tanggungjawabnya. Kegiatan
mencelakai diri yang ada pada seseorang dengan gangguan buatan dapat
diterapkan pada dirinya sendiri ataupun dilakukan pada orang lain yang berada
dalam asuhannya.Seseorang dengan gangguan buatan sangat berpotensi untuk
membahayakan dirinya maupun orang lain. Oleh karena itu, deteksi dini pada
seseorang yang dicurigai memiliki gangguan buatan sangat diperlukan untuk
meminimalkan risiko yang mungkin terjadi.

2.2 Etiologi Factitious Disorder


Secara umum etiologi dari gangguan buatan masih belum jelas, hal umum yang
dapat dilihat sebagai tanda dari gangguan ini bahwa pasien sering mencari layanan
medis. Adapun motivasi yang mendasari perilaku tersebut kemungkinan besar
tidak disadari oleh pasien. Terdapat dua faktor yang mungkin mendasari sebagian
besar kasus gangguan buatan:
(1) Afinitas atau keterikatan dengan sistem medis
(2) Keterampilan mengatasi masalah yang buruk dan maladaptive
Dalam kasus gangguan buatan yang dipaksakan pada orang lain, teori
psikodinamika memandang bahwa gangguan ini merupakan suatu objektifikasi
yang dilakukan pada anak-anak untuk memenuhi kebutuhan psikologis dari orang
tuanya ataupun orang yang merawatnya. 4 Adapun faktor risiko yang mungkin
berperan pada kejadian timbulnya gangguan buatan antara lain:

3
• Pengabaian emosional pada masa kanak – kanak
• Lebih sering terjadi pada pria dengan latar belakang medis
• Asosiasi dengan gangguan kepribadian
• Produksi gejala kejiwaan yang terkait dengan borderline, personality
sorder atau pelecehan emosional

2.3 Epidemiologi Factitious Disorder


Prevalensi gangguan buatan tidak jelas. Banyak yang percaya otoritas
kondisi ini kurang terdiagnosis karena melibatkan penipuan sengaja, yang
mungkin terlewatkan oleh staf medis. Frekuensi berbagai penyakit buatan
tidak jelas. Namun, para peneliti sebagian besar setuju bahwa prevalensi
gejala psikologis buatan jauh lebih rendah dibandingkan dengan prevalensi
gejala fisik buatan.
Studi menyelidiki prevalensi gangguan buatan telah menemukan hal berikut:
Dari pasien yang dirujuk untuk evaluasi demam yang tidak diketahui
penyebabnya di US
• National Institut Alergi dan Penyakit Infeksi, 9,3% memiliki gangguan
buatan. Dari materi yang disampaikan oleh pasien sebagai batu ginjal, 2,6%
ditemukan menjadi
• nonphysiologic dan kemungkinan penipuan. Internasional Apakah
epidemiologi gangguan buatan berbeda di negara-negara selain Amerika
Serikat tidak jelas. Dari pasien yang dirujuk ke layanan konsultasi-
penghubung dari sebuah rumah sakit
• pendidikan besar di Toronto, 0,8% (1288 10) memiliki gangguan buatan.
Dari bayi dibawa ke klinik di Australia karena sakit serius, 1,5% adalah kasus
gangguan
• buatan oleh proxy. Dokter disurvei di Jerman mengenai prevalensi 1-tahun
gangguan buatan antara pasien
• mereka rata-rata estimasi 1,3%.

4
2.4 Patosiologi Factitious Disorder
Seperti kebanyakan penyakit kejiwaan lainnya, patofisiologi gangguan
buatan tidak jelas. Laporan kasus kelainan pada MRI dari otak pasien dengan
gangguan buatan kronis menunjukkan bahwa faktor biologi otak mungkin
memainkan peran dalam beberapa kasus. Misalnya, dalam satu laporan,
seorang pasien dengan sindrom Munchausen yang menjalani SPECT scan
menunjukkan kondisi hiperperfusi dari hemithalamus kanan.Selain itu,
beberapa pasien dengan gangguan buatan telah memperlihatkan kelainan pada
tes psikologis. Hasil studi EEG sejauh ini tidak spesifik.

2.5 Tipe Factitious Disorder


Ada empat jenis utama gangguan buatan, termasuk:
o Gangguan buatan dengan gejala psikologis dominan: Dari
tampilan klinis, orangorang dengan gangguan ini meniru perilaku
yang khas dari penyakit mental, seperti skizofrenia. Mereka
mungkin kelihatan bingung dan melaporkan halusinasi seperti
pengalaman pancaindera yang tidak sesuai dengan realita
misalnya, mendengar suarasuara berbicara. Sindrom Ganser,
terkadang disebut psikosis penjara, adalah gangguan buatan yang
pertama diamati dalam tahanan. Orang dengan sindrom Ganser
memiliki episode jangka pendek perilaku aneh serupa dengan
yang ditunjukkan oleh orang dengan penyakit mental yang
serius.
o Gangguan buatan dengan gejala fisik dominan: Orang dengan
gangguan ini mengklaim memiliki gejala berkaitan dengan
penyakit fisik, seperti gejala nyeri dada, masalah perut, mual,
muntah, kejang atau demam. Gangguan ini kadang-kadang
disebut sebagai Munchausen sindrom, dinamakan Baron von
Munchausen, seorang perwira abad ke-18 Jerman.
o Gangguan buatan dengan campuran gejala psikologis dan
fisik:
Orang dengan gangguan ini menghasilkan gejala baik penyakit

5
Fisik dan mental. Gangguan buatan YTT (Not otherwise
specified): Jenis ini termasuk gangguan yang disebut Factitious
Disorder by Proxy (juga disebut Munchausen syndrome by
proxy). Orang dengan gangguan ini memproduksi atau membuat
gejala penyakit pada orang lain dalam perawatan mereka.

2.6 Diagnosis Factitious Disorder


Karena adanya ketidakjujuran, mendiagnosis gangguan buatan adalah
sangat sulit. Selain itu, dokter harus menyingkirkan setiap penyakit fisik dan
mental yang mungkin, dan menggunakan berbagai tes diagnostik dan prosedur
sebelum mempertimbangkan diagnosis gangguan buatan.Jika dokter tidak
menemukan alasan fisik untuk gejala tersebut, maka hendaklah merujuk
individu tersebut ke psikiater atau psikolog - profesional kesehatan mental
yang khusus dilatih untuk mendiagnosa dan mengobati penyakit mental.
Psikiater dan psikolog menggunakan riwayat menyeluruh, fisik, tes
laboratorium, pencitraan, dan tes psikologis untuk mengevaluasi seseorang
dengan Gangguan Buatan atau Sindrom Munchausen. Dokter mendasarkan
diagnosa nya pada pengecualian penyakit fisik atau mental yang sebenarnya,
dan observasi atau pengamatan kontinu terhadap sikap dan perilaku pasien.

2.7 Diagnosis Banding


Pengasuh yang dengan sengaja berbohong tentang cedera ataupun
pelecehan yang terjadi pada individu yang diasuhnya semata-mata untuk
melindungi diri mereka sendiri dari akibat yang mungkin terjadi tidak dapat
didiagnosis dengan gangguan buatan yang dikenakan pada orang lain. Hal
tersebut dikarenakan adanya imbalan eksternal yang akan diperoleh si
pengasuh berupa terhindar dari kewajibannya sebagai pengasuh jika ia
melakukan hal tersebut. Akan tetapi, jika dilakukan observasi lebih lanjut,
catatan medisnya dianalisa, dan/atau melakukan 8 wawancara dengan orang
lain, ditemukan bahwa pengasuh tersebut melakukan atau memberikan
keterangan palsu yang berlebihan dan tidak wajar maka ia dapat didiagnosis
dengan gangguan buatan yang dikenakan pada orang lain.
• Gangguan gejala somatik Pada gangguan gejala somatik, mungkin dapat
dijumpai keinginan untuk mendapatkan pengobatan yang berlebihan

6
untuk masalah medis yang dirasakan, tetapi tidak ada bukti bahwa
individu tersebut memberikan informasi palsu atau berperilaku menipu.
• Malingering Malingering dibedakan dari gangguan buatan dengan melihat
apakah pemalsuan gejala yang dilakukan didasari untuk memperoleh
keuntungan eksternal atau tidak (misalnya: uang, waktu libur kerja,
ataupun menghindari dari tanggungjawab). Sebaliknya, gangguan buatan
tidak didasari oleh keuntungan eksternal tersebut.
• Gangguan konversi (gangguan gejala neurologis fungsional) Gangguan
konversi ditandai dengan gejala neurologis yang tidak sesuai dengan
patofisiologi neurologis. Gangguan buatan dengan gejala neurologis
dibedakan dari gangguan konversi dengan melihat apakah ada bukti
pemalsuan gejala atau tidak.
• Gangguan kepribadian ambang (Borderline personality disorder)
Menyakiti diri secara fisik dengan sengaja tanpa adanya niat bunuh diri
juga dapat terjadi terkait dengan gangguan mental lainnya seperti
gangguan kepribadian ambang. Pada gangguan buatan, induksi cedera
yang terjadi terkait dengan keinginan untuk memalsukan gejala atau
kondisinya.
• Kondisi medis atau gangguan mental yang tidak terkait dengan pemalsuan
gejala yang disengaja.
Adanya tanda dan gejala penyakit yang tidak sesuai dengan kondisi medis
atau gangguan mental yang dapat diidentifikasi meningkatkan kemungkinan
adanya gangguan buatan. Namun, diagnosis gangguan 9 buatan tidak
mengesampingkan adanya kondisi medis atau gangguan mental yang sebenarnya,
karena penyakit penyerta sering terjadi bersamaan pada individu dengan gangguan
buatan. Misalnya, individu yang memanipulasi kadar gula darahnya untuk
menghasilkan gejala mungkin juga menderita diabetes.
2.8 Tatalaksana Klinis
Tidak ada tatalaksana yang definitif pada gangguan buatan. Individu
dengan gangguan buatan umumnya enggan untuk berkonsultasi dengan psikiater
dan mungkin pergi jika gejala atau informasi yang mereka berikan mulai dicurigai
kebenarannya.

7
Penatalaksanaan dalam kasus ini diarahkan untuk mengurangi bahaya iatrogenik
yang disebabkan oleh terapi dan pengobatan yang tidak tepat.
• Direct challenge: lebih mudah jika ada bukti langsung mengenai pemalsuan
penyakit; pasien diberitahu bahwa staf medis menyadari maksudnya untuk
berpura-pura sakit dan memaparkan buktinya. Teknik ini harus disampaikan
dengan cara yang tidak menghukum atau memojokkan serta menawarkan
dukungan berkelanjutan.
• Indirect challenge: Pada tatalaksana ini dapat dilakukan teknik double bind
communication, jika teknik ini tidak berhasil maka dapat dicurigai bahwa
penyakit yang disampaikan oleh individu tersebut adalah palsu atau buatan.
• Systemic change: Tahap ini dilakukan jika dijumpai tidak ada kemungkinan
bagi individu dengan gangguan buatan untuk berubah. Fokus yang dilakukan
adalah dengan mengubah cara pendekatan system kesehatan dalam menilai
gangguan ini untuk meminimalkan bahaya yang mungkin terjadi. Strategi yang
dapat dilakukan seperti menghiraukan gejala-gejala yang umumnya terdapat pada
individu dengan gangguan buatan, membuat daftar hitam yang disebar ke
berbagai rumah sakit mengenai individu yang dicurigai dengan gangguan buatan
agar mereka tidak menerima pelayanan medis yang berlebihan. Meskipun sisi
negatifnya adalah membuka kerahasian pasien, dan mengurangi 10 kemungkinan
untuk mendeteksi penyakit asli yang mungkin dideritanya. Oleh karena itu
penerapan strategi ini harus benar-benar direncanakan dengan baik.
Pada individu dengan gangguan buatan terdapat paradox klinis, dimana
individu tersebut dengan sengaja menirukan gejala yang ada pada
penyakitpenyakit yang parah dan mencari pengobatan untuk penyakit palsu
tersebut. Sementara itu, mereka menolak ataupun menyangkal penyakit yang
sebenarnya terjadi pada diri mereka dan dengan demikian menghindari
kemungkinan pengobatan untuk itu. Pada akhirnya, pasien menghindari terapi
yang berarti dan justru menerima terapi yang tidak tepat.
Oleh karena itu, tatalaksana yang paling baik pada gangguan buatan adalah
dengan memfokuskan pada manajemen yang tepat daripada penyembuhannya.
Ada tiga tujuan utama dalam manajemen gangguan buatan, yakni:

8
1) untuk mengurangi risiko morbiditas dan mortalitas
2) untuk mengatasi kebutuhan emosional yang mendasari atau diagnosis psikiatri
yang mendasari perilaku penyakit buatan
3) untuk memperhatikan masalah hukum dan etika
Faktor terpenting dalam keberhasilan manajemen adalah pengenalan awal
dokter terhadap gangguan tersebut. Dengan cara ini, dokter dapat mencegah
banyak prosedur diagnostik yang menyakitkan dan berpotensi berbahaya bagi
individu tersebut.
2.9 Prognosis Factitious Disorder
Gangguan buatan umumnya dimulai pada awal masa dewasa, namun dapat
juga muncul selama masa kanak-kanak atau remaja. Onset timbulnya gangguan
ini mungkin mengikuti penyakit asli yang dideritanya, perasaan kehilangan,
penolakan, atau pengabaian. Biasanya, pasien atau kerabat dekat pernah menjalani
rawat inap di masa kanak-kanak atau remaja awal karena penyakit fisik yang
dideritanya. Setelah itu, pola panjang rawat inap berturut-turut dimulai secara
diam-diam dan berkembang. Seiring dengan gangguan buatan yang terus
berlangsung, pasien menjadi familiar dan memiliki pengetahuan mengenai
obatobatan dan rumah sakit. Gangguan buatan dapat melumpuhkan pasien dan
sering mengakibatkan trauma parah atau reaksi yang tidak diinginkan terkait
dengan pengobatan yang diterimanya. Rawat inap yang dilakukan berulang atau
dalam jangka waktu yang panjang akan berdampak buruk pada hidup pasien, baik
dalam pekerjaan maupun hubungan interpersonalnya. Prognosis gangguan buatan
dalam banyak kasus adalah buruk.

9
BAB III
KESIMPULAN
Gangguan buatan merupakan suatu penyakit gangguan kejiwaan yang
dialami oleh suatu individu dengan ciri memproduksi gejala ataupun kondisi yang
palsu. Individu dengan gangguan buatan dengan sengaja memalsukan atau
melebihlebihkan gejala yang dimilikinya baik secara fisik maupun psikologis.
Adapun tujuannya adalah untuk mendapatkan pelayanan medis ataupun terlibat
pada sistem pelayanan medis. Etiologi pada gangguan buatan belum dapat
ditentukan dengan pasti. Adapun faktor risiko yang mungkin berperan seperti,
jenis kelamin, sudah menikah atau belum, riwayat pelecehan, adanya pengalaman
ataupun profesi yang berlatar belakang dunia kesehatan, ataupun adanya
gangguan kepribadian lainnya. Gangguan buatan dapat digolongkan menjadi dua,
yakni gangguan buatan yang diterapkan pada diri sendiri dan gangguan buatan
yang diterapkan pada orang lain. Untuk penegakan diagnosis gangguan buatan
dapat mengikuti kriteria diagnostic yang ada pada buku Diagnostic and Statistical
manual of Mental Disorders Fifth Edition. Penatalaksanaan pada gangguan buatan
lebih berfokus pada manajemen daripada penyembuhannya. Adapun tujuan dari
manajemen penyakit tersebut adalah untuk mengurangi risiko morbiditas maupun
mortalitas yang dapat muncul. Faktor terpenting dalam keberhasilan manajemen
adalah pengenalan awal dokter terhadap gangguan tersebut, sehingga dapat
mencegah banyak prosedur diagnostik yang menyakitkan maupun yang berpotensi
membahayakan pasien.

10
DAFTAR PUSTAKA

Caselli I, Poloni N, Ielmini M, Diurni M, Callegari C. Epidemiology and


evolution of the diagnostic classification of factitious disorders in DSM-5.
Psychol Res Behav Manag. 2017;10:387–94.
Boland, R., Verduin, M.L., Ruiz, P. Kaplan & Sadock’s Synopsis of Psychiatry.
12th ed. Philadelphia: Wolters Kluwer; 2021. p 1422-1470
Pereira AV, Molina-Bastos CG, Gonçalves MR, de Goulart BNG. Factitious
Disorder and the Interdisciplinary Team: Identification of signs and risk
factors. Codas. 2019;31(1):1–2.
Mousailidis G, Lazzari C, Bhan-Kotwal S, Papanna B, Shoka A. Factitious
disorder: A case report and literature review of treatment. Prog Neurol
Psychiatry. 2019;23(2):14–8.
Hausteiner-Wiehle C, Hungerer S. Factitious disorders in everyday clinical
practice. Dtsch Arztebl Int. 2020;117(26):452–9.
Semple, D., Smyth, R., Oxford Handbook of Psychiatry. 4th ed. United States of
America: Oxford University Press;2019. p. 876
Schrader H, Bøhmer T, Aasly J. The incidence of diagnosis of Munchausen
syndrome, other factitious disorders, and malingering. Behav Neurol.
2019;2019.
American Psychiatric Association. Diagnostic and Statistical Manual of Mental
Disorder. 5th ed. Arlington, VA: American Psychiatric Association;2013. p.
324-326
http://www.antoniocasella.eu/archipsy/Kay_Tasman_psichiatry_2006.pdf

11

Anda mungkin juga menyukai