Anda di halaman 1dari 14

ANALISIS PERBANDINGAN RISIKO DAN KEUNTUNGAN DALAM

TRANSAKSI PEGADAIAN SYARIAH : STUDI KASUS PADA ASPEK


HUKUM EKONOMI SYARIAH

PROPOSAL PENELITIAN
Diajukan untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Nilai Ulangan Tengah Semester
(UTS) Mata Kuliah Metode Penelitian HES

Disusun Oleh:
Nurul Askara Putri
NIM : 2021.02.006

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH (HES)


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI) AL-FALAH CICALENGKA
BANDUNG
2023 M/1444 H
A. Latar Belakang
Perkembangan sektor keuangan syariah ditandai oleh munculnya
berbagai lembaga keuangan syariah dan penerbitan instrumen keuangan
yang berbasis pada prinsip-prinsip syariah Islam. Lembaga keuangan
syariah pada dasarnya berbeda dari lembaga keuangan konvensional dalam
hal tujuan, mekanisme, kewenangan, cakupan, dan tanggung jawabnya.
Setiap lembaga keuangan yang sah merupakan bagian integral dari sistem
keuangan yang sah.(Nuroh Yuniwati dkk., 2021)
Lembaga keuangan memegang peranan penting dalam
perkembangan dan pertumbuhan masyarakat industri modern. Lembaga
keuangan merupakan suatu perusahaan yang bidang kerjanya terbatas pada
bidang keuangan saja. Lembaga keuangan terbagi menjadi dua kategori
utama, yaitu lembaga keuangan perbankan dan lembaga keuangan non-
bank. Lembaga keuangan perbankan adalah bank sentral, bank umum, dan
BPR, sedangkan lembaga keuangan non-bank adalah asuransi, sewa guna
usaha, anjak piutang (factoring), modal ventura, pegadaian, dana pensiun,
pasar modal, reksa dana, kartu kredit, dan lembaga pembiayaan konsumen.
(Surahman & Adam, 2018a) Dengan tingkat literasi keuangan yang tinggi,
masyarakat dapat memahami konsep dan mekanisme penggunaan produk
dan jasa keuangan serta dapat mendorong mereka untuk membuat
keputusan ekonomi yang cerdas dan tepat guna memenuhi kebutuhan diri
dan keluarga.(Tulasmi & Mukti, 2020)
Lembaga gadai di Indonesia saat ini ada dua tipe yaitu pegadaian
konvensional dan pegadaian syariah. Fungsi pegadaian syariah pada
hakekatnya sama dengan fungsi pegadaian konvensional. Pebedaan
keduanya terletak pada sistem yang digunakan dimana pegadaian
konvensional menerapkan riba atau biaya tambahan atas dana pinjaman,
sedangkan pegadaian syariah tidak menganut sistem riba. Pegadaian
syariah lebih menekankan untuk memberikan manfaat sesuai harapan
masyarakat tanpa melibatkan praktek riba yang dapat menimbulkan
ketidakadilan dan kesengsaraan bagi masyarakat dan nasabah.(Nasution,
2016)
Pegadaian Syariah pertama kali didirikan di Jakarta dengan nama
Unit Layanan Gadai Syariah (ULGS) Cabang Dewi Sartika pada bulan
Januari 2003. Kemudian, ULGS membuka di Surabaya, Makassar,
Semarang, Surakarta, dan Yogyakarta. Beberapa kantor cabang pegadaian
di Aceh telah dialihfungsikan menjadi pegadaian syariah. Pegadaian
Syariah merupakan badan usaha yang memiliki izin resmi untuk
menjalankan kegiatan korporasi berupa penyaluran dana kepada
masyarakat berdasarkan hukum pegadaian (Syariah). Produk yang
didasarkan pada hukum Islam umumnya tidak melibatkan bunga dalam
bentuk apapun sebagai dampak dari prinsip riba.(Purnamasari, 2018)
Pegadaian syariah berpijak pada Fatwa DSN No.
25/DSNMUI/III/2002 tentang Rahn. Adapun Fatwa DSN No.
25/DSNMUI/III/2002 memutuskan bahwa pinjaman dengan menggadaikan
barang sebagai jaminan utang dalam bentuk Rahn dibolehkan dengan
ketentuan umum sebagai berikut:
1. Murtahin (penerima barang) mempunyai hak untuk menahan
Marhun (barang) sampai semua utang Rahin (yang menyerahkan
barang) dilunasi.
2. Marhun dan manfaatnya tetap menjadi milik Rahin. Pada
prinsipnya, Marhun tidak boleh dimanfaatkan oleh Murtahin
kecuali seizin Rahin, dengan tidak mengurangi nilai Marhun dan
pemanfaatannya itu sekedar pengganti biaya pemeliharaan dan
perawatannya.
3. Pemeliharaan dan penyimpanan Marhun pada dasarnya menjadi
kewajiban Rahin, namun dapat dilakukan juga oleh Murtahin,
sedangkan biaya dan pemeliharaan penyimpanan tetap menjadi
kewajiban Rahin.
4. Besar biaya pemeliharaan dan penyimpanan Marhun tidak boleh
ditentukan berdasarkan jumlah pinjaman.
5. Penjualan Marhun
a. Apabila jatuh tempo, Murtahin harus memperingatkan
Rahin untuk segera melunasi utangnya.
b. Apabila Rahin tetap tidak dapat melunasi utangnya, maka
Marhun dijual paksa/dieksekusi melalui lelang sesuai
syariah.
c. Hasil penjualan Marhun digunakan untuk melunasi utang,
biaya pemeliharaan dan penyimpanan yang belum dibayar
serta biaya penjualan
d. Kelebihan hasil penjualan menjadi milik Rahin dan
kekurangannya menjadi kewajiban Rahin
Gadai "rahn" menurut bahasa memiliki makna sebagai
pengaturan keuangan di mana sejumlah harta benda digunakan sebagai
jaminan atau hak tanggungan terhadap pemberian pinjaman atau kewajiban
finansial. Sedangkan menurut istilah adalah menahan sejumlah harta yang
dijadikan jaminan hak, dan harta sebanyak itu dapat diperoleh kembali
setelah diperoleh kembali.(Muhamad, 2019)
Dapat disimpulkan bahwa pegadaian adalah suatu perjanjian
utang piutang dimana debitur menjaminkan barangnya sebagai jaminan
atas utangnya. Jaminan itu tetap menjadi milik orang yang
menggadaikannya tetapi dikuasai oleh pihak yang memberikan gadai.
Perkembangan pegadaian khususnya di Indonesia menunjukkan bahwa
dalam prakteknya banyak terdapat hal-hal yang memberatkan dan
menimbulkan permasalahan riba. Oleh karena itu, dirasa perlu adanya
pegadaian yang sah.(Lubis, 2018)

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, rumusan masalah yang
dapat peneliti uraikan antara lain sebagai berikut:
1. Bagaimana perkembangan sektor keuangan syariah di Indonesia,
terutama terkait dengan berdirinya lembaga keuangan syariah dan
penerbitan instrumen keuangan berbasis prinsip syariah Islam?
2. Bagaimana perbandingan risiko dan keuntungan antara transaksi
pegadaian syariah dengan instrumen keuangan konvensional?
3. Bagaimana implementasi prinsip-prinsip ekonomi syariah dalam
transaksi pegadaian dapat memengaruhi dinamika risiko dan
keuntungan?

C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mencapai beberapa tujuan utama,
antara lain sebagai berikut:
1. Menganalisis perkembangan sektor keuangan syariah dan peran
lembaga keuangan syariah dalam konteks ekonomi Indonesia.
2. Menganalisis perbedaan risiko dan keuntungan antara transaksi
pegadaian syariah dan instrumen keuangan konvensional.
3. Mengidentifikasi dampak implementasi prinsip-prinsip ekonomi
syariah terhadap dinamika risiko dan keuntungan dalam konteks
pegadaian syariah.

D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan akan memberikan kegunaan baik secara
teoritis maupun praktis.
1. Secara Teoteris
Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan
manfaat dalam pemahaman yang lebih mendalam tentang perkembangan
sektor keuangan syariah di Indonesia dan kontribusinya terhadap ekonomi,
pemahaman yang lebih baik tentang perbandingan risiko dan keuntungan
antara transaksi pegadaian syariah dan instrumen keuangan konvensional,
seta memberikan pemahaman mengenai peran lembaga keuangan dalam
pertumbuhan masyarakat industri modern bagaimana implementasi
prinsip-prinsip ekonomi syariah dalam transaksi pegadaian dapat
memengaruhi dinamika risiko dan keuntungan.
2. Secara Praktis
Sedangkan secara praktis bermanfaat untuk:
a. Bagi penulis, dapat menambah ilmu pengetahuan dalam bidang hukum
ekonomi syariah mengenai perbandingan risiko dan keuntungan pada
transaksi pegadaian syariah.
b. Membantu lembaga keuangan untuk memahami peran mereka dalam
mendukung pertumbuhan ekonomi masyarakat.
c. Memberikan informasi penting bagi lembaga pegadaian, terutama
pegadaian syariah, untuk memahami dan meningkatkan operasional
sesuai dengan prinsip syariah.
d. Bagi peneliti selanjutnya, sebagai tambahan referensi dan dapat
dikembangkan kembali menjadi penelitian selanjutnya khususnya yang
berhubungan dengan pegadaian syariah

E. Kerangka Berpikir
Penelitian ini menggunakan tiga jenis teori dalam melakukan
analisis permasalahan yang di teliti, diantaranya adalah teori utama yang
bersifat universal (grand theory), teori penengah (middle theory) yang
berfungsi untuk menjelaskan masalah penelitian, dan teori aplikatif (apply
theory) untuk menjelaskan operasionalisasi teori dalam masalah yang
menjadi objek penelitian sehingga jelaslah karakteristik objek yang diteliti.
(Fatih & Jundy, 2023). Untuk menjawab pertanyaan penelitian
sebagaimana yang telah dikemukakan di atas, peneliti menggunakan teori-
teori sebagai berikut: Pertama, untuk grand theory, digunakan teori
perkembangan keuangan syariah di indonesia. Kedua, untuk middle theory,
digunakan teori perbandingan risiko dan keuntungan. Ketiga, untuk apply
theory, digunakan teori implementasi prinsip ekonomi syariah dalam
transaksi pegadaian.
1. Grand Theory: Perkembangan Keuangan Syariah di Indonesia
Pasar modal syariah di industri merupakan salah satu sektor yang
memiliki dampak penting terhadap kemajuan keuangan syariah di
Indonesia serta pertumbuhan ekonomi yang terus meningkat. Hal ini
sejalan dengan strategi OJK untuk meningkatkan pemahaman dan
keterlibatan dalam pasar modal syariah. Meskipun mendapat dukungan
yang belum memadai dari berbagai pihak, termasuk pemerintah, pasar
modal syariah telah berkembang dan terus berkembang hingga saat ini.
Kemajuan ini tercermin dalam perkembangan instrumen seperti saham
syariah, obligasi syariah, dan dana investasi syariah. Ketiga instrumen ini
juga terus mengalami peningkatan meskipun tetap saja konvensional lebih
unggul tetapi hal itu tidak dapat mengurangi kinerja pasar modal syariah
dan minat para investor yang memilih instrument pasar modal syariah.
Meskipun tidak memiliki undang-undang khusus, pasar modal syariah
mengacu pada Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal,
dengan pengaturannya didukung oleh fatwa dari DSN-MUI. Fatwa ini
memberikan keyakinan kepada masyarakat bahwa transaksi di pasar modal
sesuai dengan prinsip syariah Islam. Berbagai pihak, termasuk BEI, OJK,
dan pelaku industri lainnya, terus berupaya mengatasi tantangan dalam
pengembangan pasar modal syariah di Indonesia. Ini terbukti positif
melalui Rencana Peta Jalan Pengembangan Pasar Modal Syariah selama
periode lima tahun (2015-2019) dan untuk tahun 2020 dan masa depan,
rencana tersebut akan diteruskan dengan upaya dan fokus baru.(Toha dkk.,
2020)
2. Middle Theory: Perbandingan Risiko dan Keuntungan
Sistem keuangan merupakan struktur ekonomi suatu negara yang
berperan dalam mengelola kegiatan ekonomi melalui berbagai layanan
keuangan yang disediakan oleh lembaga keuangan.(Arafah, 2019) Dalam
perekonomian tradisional, tidak ada aturan yang membatasi cara seseorang
memperoleh keuntungan. Setiap modal yang dimiliki oleh suatu unit
ekonomi, baik dalam bentuk uang maupun bentuk lainnya, dapat
digunakan untuk memaksimalkan keuntungan. Sistem keuangan tradisional
juga mengakui prinsip time value of money, di mana nilai uang saat ini
dianggap lebih tinggi daripada nilai uang di masa depan. Dengan prinsip
ini, ada "harga" yang harus dibayar ketika meminjam modal dari pihak
lain, yaitu bunga. Sebaliknya, dalam sistem keuangan Islam, keuntungan
hanya diakui dari transaksi komersial dan bukan dari transaksi yang
bersifat saling menguntungkan. Dalam transaksi bisnis, keuntungan dibagi
dengan sistem bagi hasil dalam bentuk persentase. Kerugian, jika ada,
ditanggung bersama sesuai dengan akad atau perjanjian.
Perbedaan mendasar antara sistem keuangan Islam dan
perekonomian konvensional mencakup pendekatan terhadap keuntungan,
pembagian keuntungan dalam transaksi komersial, dan prinsip-prinsip bagi
hasil. Untuk mendorong pengembangan sistem keuangan syariah di
Indonesia, penggunaan instrumen keuangan berdasarkan prinsip syariah
seperti skema pembiayaan Qazwa dapat menjadi langkah positif.(Iip
Syaripudin & Konkon Furkony, 2020)
Manajemen risiko menjadi bagian integral dari strategi
manajemen semua perusahaan. Manajemen risiko keuangan syariah
bertujuan untuk mengurangi kemungkinan terjadinya risiko. Setiap jenis
pembiayaan bank memiliki karakteristik risiko yang berbeda. Pembiayaan
murabahah, sebagai contoh, memiliki risiko yang lebih rendah
dibandingkan dengan musyarakah dan mudharabah. Oleh karena risiko
yang lebih kecil, pembiayaan murabahah yang disalurkan oleh bank
syariah lebih besar dibandingkan dengan musyarakah dan mudharabah.
(Aziz, 2021)
Perbedaan antara bank tradisional dan bank syariah tidak begitu
signifikan. Kedua jenis bank dapat efektif mengurangi risiko kredit dan
risiko likuiditas. Namun, risiko operasional lebih besar pada bank syariah
karena masih dalam tahap perkembangan, sehingga bank syariah perlu
mengeluarkan biaya operasional yang lebih besar untuk pengembangan
produk dan fasilitas. Risiko pasar juga berbeda, dengan bank konvensional
lebih dipengaruhi oleh suku bunga, sedangkan bank syariah lebih
dipengaruhi oleh nilai tukar.(Nusron, 2020)
3. Apply Theory: Implementasi Prinsip Ekonomi Syariah dalam Transaksi
Pegadaian
Menurut Pasal 1 Angka 12 Undang-Undang Nomor 21 Tahun
2008, prinsip syariah dalam kegiatan perbankan didasarkan pada fatwa
yang dikeluarkan oleh lembaga berwenang di bidang jasa perbankan
syariah. Secara obyektif, prinsip pegadaian syariah mencakup tiga prinsip
berdasarkan kajian ekonomi Islam:
a. Prinsip tauhid (iman), merupakan dasar ajaran Islam. Ajaran
dasarnya menyatakan bahwa Tuhan adalah pencipta alam semesta
dan segala isinya, serta pemilik, termasuk manusia, atas segala
sumber daya yang ada. Oleh karena itu, Tuhan adalah pemilik
mutlak, sedangkan manusia hanya diwajibkan “memiliki”-Nya
sementara, sebagai ujian.
b. Prinsip Ta’âwun (Tolong-Menolong), yaitu rinsip saling membantu
untuk meningkatkan taraf hidup melalui mekanisme kerjasama
ekonomi dan perdagangan.
c. Prinsip Bisnis (Perdagangan), yaitu Kegiatan usaha yang tunduk
pada syariah, karena melanggar kaidah-kaidah syariah dapat
membawa dampak destruktif.
Prinsip-prinsip bisnis di atas menjadi pedoman dalam
menjalankan bisnis pegadaian. Asas-asas pengelolaan pegadaian
melibatkan:
a. Saling sepakat antara pihak-pihak terlibat, menghindari kerugian
yang dirasakan oleh salah satu pihak.
b. Berpegang teguh pada prinsip keadilan dalam proporsi
keuntungan.
c. Tidak menanam modal pada usaha yang dilarang, seperti yang
membahayakan jiwa dan kesusilaan.
d. Menghindari praktik gharar (ketidakpastian), penipuan, dan
penjudian.
e. Menjalankan pendaftaran (akuntansi) dalam kegiatan usaha, baik
yang melibatkan hutang maupun tidak.
Tiga asas tersebut menjadi dasar untuk mengembangkan
pegadaian yang sah dan menerapkannya dalam kehidupan sosial dan
ekonomi. Perbedaan antara pegadaian legal dan pegadaian tradisional dapat
terletak pada sejauh mana prinsip-prinsip ini diikuti dan diimplementasikan
dalam kegiatan usaha pegadaian. Jika salah satu pondasi ini lemah, dapat
memperlambat perkembangan usaha dan menghambat pencapaian
kehidupan yang sejahtera. Oleh karena itu, penting untuk memahami dan
menjelaskan perbedaan antara pegadaian yang beroperasi secara legal dan
pegadaian tradisional.(Surahman & Adam, 2018b)

F. Hipotesis
1. Hipotesis Utama (Grand Theory), terdapat hubungan positif antara
perkembangan keuangan syariah di Indonesia, yang tercermin dalam
pertumbuhan pasar modal syariah dan pengembangan instrumen
keuangan syariah, dengan kemajuan keuangan syariah secara
keseluruhan dan pertumbuhan ekonomi Indonesia.
2. Hipotesis Kedua (Middle Theory), terdapat perbedaan mendasar dalam
pendekatan terhadap keuntungan dan risiko antara sistem keuangan
Islam dan perekonomian konvensional, yang dapat mempengaruhi
minat investor dalam memilih instrumen keuangan syariah.
Penggunaan instrumen keuangan berdasarkan prinsip syariah, seperti
skema pembiayaan Qazwa, akan memiliki dampak positif dalam
mendorong pengembangan sistem keuangan syariah di Indonesia.
3. Hipotesis Ketiga (Apply Theory), implementasi prinsip ekonomi
syariah dalam transaksi pegadaian, seperti prinsip tauhid, ta’âwun, dan
bisnis syariah, akan memberikan pedoman yang kuat dalam
pengelolaan pegadaian yang sah. Pegadaian yang beroperasi sesuai
dengan prinsip-prinsip ini diharapkan dapat mencapai keberlanjutan
ekonomi dan memberikan kontribusi positif pada masyarakat.
G. Hasil Penelitian Terdahulu
Sub ini mendeskripsikan secara ringkas tentang kajian atau
penelitian yang sudah pernah dilakukan seputar masalah yang akan diteliti
sehingga terlihat jelas bahwa kajian yang akan dilakukan ini tidak
merupakan pengulangan atau duplikasi. Beberapa penelitian terdahulu
yang telah ditelusuri oleh penulis, penulis menemukan beberapa kajian
seputar “risiko”, “keuntungan”, “pegadaian syariah”, dan “hukum ekonomi
syariah” di antaranya:
1. Skripsi (Dewi, 2018). “Analisis Implementasi Akad Murabahah pada
Produk Tabungan Emas dalam Meningkatkan Keuntungan Dana
Titipan Nasabah di Pegadaian Syariah”
Hasil penelitiannya adalah keuntungan dari Dana Tititpan
Tabungan Emas di PT. Pegadaian (Persero) Kantor Cabang Syariah Radin
Intan Bandar Lampung adalah bahwa jual beli produk simpanan emas
dengan model ini memberikan keuntungan kepada kedua belah pihak, yaitu
nasabah dan pengelola. Dana simpanan tidak menyebabkan kerugian bagi
keduanya, karena pengelola dapat mengelola dana simpanan nasabah
dengan dukungan emas. Manfaatnya bagi nasabah melibatkan pengamanan
nilai aset melalui produk tabungan emas, yang menjadi solusi untuk
permasalahan keuangan di masa depan.
Persamaan skripsi penulis dengan penelitian Listika Martha Dewi
dengan tema terkait keuntungan. Sedangkan perbedaan terletak pada sub
penerapan akad dalam pegadaian syariah.
2. Jurnal (Putra & Wati, 2023). “Analisis Perbandingan Gadai Syariah
dan Gadai Konvensional di Tinjau Hukum dan Prinsip”
Hasil penelitiannya adalah persamaan antara gadai konvensional
dan gadai syariah melibatkan ketentuan bahwa pihak yang digadaikan
tidak boleh memperoleh keuntungan dari barang yang digadaikan, dan
kreditur memiliki hak untuk menjual barang tersebut setelah jangka waktu
peminjaman berakhir. Namun, terdapat perbedaan antara keduanya. Salah
satu perbedaan mencakup dasar hukum yang digunakan. Gadai
konvensional merujuk pada hukum pidana, sementara gadai syariah
merujuk pada pandangan penasehat DSN MUI tentang KPR. Selain itu,
dalam hipotek konvensional, terdapat satu akad utang dengan jaminan atas
barang bergerak, sedangkan dalam hipotek wajib, terdapat dua akad sejajar,
yaitu akad hipotek dan akad sewa. Bukti perjanjian kredit gadai yang
digunakan juga berbeda. Pegadaian konvensional menggunakan surat bukti
kredit (SBK), sementara pegadaian syariah menggunakan Surat Bukti
Rahn (SBR). Pengawas KPR konvensional adalah Kementerian BUMN,
sementara KPR syariah diawasi oleh Dewan Pengawas Syariah (BPS) dan
Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Dalam hal beban, KPR konvensional
memiliki beban berupa bunga, sedangkan KPR syariah memiliki biaya
pemeliharaan. Selain itu, barang yang digadaikan di pegadaian tradisional
dapat dijual melalui lelang, sementara barang yang digadaikan di
pegadaian yang sah dapat dijual.
3. Skripsi (Marnia, 2022). “Analisis Perbandingan Keuntungan Investasi
Emas Produk Bank Syariah dan Produk Pegadaian Syariah (Studi
Kasus pada Bank Bri Syari’ah dan di Pegadaian Syari’ah Tahun 2015-
2020)”
Hasil penelitiannya adalah perbedaan dalam keuntungan investasi
emas antara Bank BRIS Cabang Kotabumi dan Cabang Pegadaian Syariah
Kotabumi dapat dilihat dari aspek produk. Hal ini terlihat dari lamanya
pelayanan yang diberikan kepada setiap kliennya. Bank BRIS cabang
Kotabumi memakan waktu yang cukup lama yaitu 15-20 menit, bahkan 30
menit. Hal ini terjadi karena mereka menggunakan jaringan komputer
dalam proses ini. Seperti mengetahui harga emas dan mengetahui riwayat
nasabah (BI Cheeking). Sehingga jika jaringan kurang baik maka proses
mengetahui riwayat pelanggan akan terhambat dan waktu yang dibutuhkan
dalam transaksi pelanggan akan memakan waktu lama.
4. Skripsi (Lika, 2018) “Program Studi Akuntansi Syariah Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Islam Universitas Islam Negeri Sumatera Utara”
Perlakuan akuntansi dalam pembiayaan gadai pada cabang
Pegadayan Syariah A.R. Bidang hakim mengenai pengakuan dan
pengukuran biaya pinjaman dan sewa sesuai PSAK 107 yang menjelaskan
bahwa pembiayaan dinilai sebesar jumlah yang dipinjamkan pada saat
transaksi dan tunai. pengguna. sebuah pangkalan. Pada saat penerimaan
angsuran atau angsuran, jika ada penerimaan angsuran atau pembayaran,
A.R. Cabang Syariah Begadayan. Hakim Medan mengakui hal tersebut
sebagai pengurangan pembiayaan awal dan pendapatan sewa yang diakui
setara dengan biaya sewa yang dibayarkan klien yang menggunakan
jasanya.
Pada saat pelunasan pembiayaan gadai emas, pelunasan atau
berakhirnya akad pembiayaan gadai syariah diakui pada saat pokok
pembiayaan telah dibayar penuh oleh nasabah. Karena pembiayaan KPR
syariah hanya sebatas sewa tempat, maka Pegadaian Syariah A.R Hakim
Cabang Medan mengutamakan biaya sewa kemudian mengembalikan
pokok pinjaman dari nasabahnya. A.R Hakim Pegadaian Syariah Cabang
Medan mengakui pendapatan sewa (rent) pada saat pendapatan diterima,
yaitu pada saat nasabah membayar biaya sewa pada saat pembayaran.
Beban aktivitas pendanaan terdiri dari biaya-biaya yang dikeluarkan oleh
Pegadayan AR Hakim Cabang Medan Syariah sehubungan dengan
pembiayaan gadai syariah yang dikeluarkan oleh nasabah dan pendapatan
diakui oleh Pegadayan AR Hakim Cabang Medan Syariah. Hal ini diakui
pada saat terjadinya biaya atau terjadinya sehingga KPR Syariah Cabang
Abdul Hakim Maidan tidak mencatatnya sebagai beban melainkan
mencatatnya sebagai pendapatan. Penyajian dan pengungkapan laporan
keuangan pada Cabang Syariah Abdul Rahman Al-Hakim Maidan Morh
sesuai dengan Standar Akuntansi Internasional 107.
5. Skripsi (Vera Yanti, 2020). “Analisis Risiko Produk Amanah
Padapegadaian Syariah Darussalam”
Risiko yang mungkin dihadapi Pegadaian Syariah atas Produk
Amanah antara lain tunggakan pembayaran nasabah yang tidak dapat
lancar melakukan angsuran pinjaman Produk Amanah, bencana alam yang
tidak terduga yang mengakibatkan hilangnya data, dan kematian nasabah
tanpa ada ahli waris yang membayar almarhum. Premi pelanggan.
Kerusakan mobil yang belum dibayar, pemutusan kontrak kerja secara
tiba-tiba tanpa pemberitahuan. Sedangkan strategi yang diterapkan
Pegadaian Syariah untuk mengatasi risiko produk Amana antara lain
strategi pemantauan berkala, strategi backup data digital, strategi
identifikasi dini data nasabah, strategi sosialisasi, dan strategi membuat
perjanjian yang mengikat.

H. Daftar Pustaka
Arafah, M. (2019). Sistem Keuangan Islam: Sebuah Telaah Teoritis. Al-Kharaj:
Journal of Islamic Economic and Business, 1(1).
https://doi.org/10.24256/kharaj.v1i1.801
Aziz, A. (2021). Manajemen Risiko Pembiayaan pada Lembaga Keuangan
Syariah. https://scholar.googleusercontent.com/scholar?
q=cache:tl5XuLqyMdkJ:scholar.google.com/
+perbandingan+risiko+antara+transaksi+pegadaian+syariah+dan+instrume
n+keuangan+konvensional.&hl=id&as_sdt=0,5&as_ylo=2013&as_yhi=20
23
Dewi, L. M. (2018). Analisis Implementasi Akad Murabahah pada
Produktabungan Emas dalam Meningkatkan Keuntungan Dana Titipan
Nasabah di Pegadaian Syariah.
https://scholar.googleusercontent.com/scholar?
q=cache:mQ42GNhEzA8J:scholar.google.com/
+Analisis+perbandingan+risiko+dan+keuntungan+dalam+transaksi+pegad
aian+syariah&hl=id&as_sdt=0,5&as_ylo=2013&as_yhi=2023
Fatih, A., & Jundy, R. M. (2023). Analisis Yuridis Pasal 218 KUHP dihubungkan
dengan Pasal 28E UUD NRI Tahun 1945.
https://digilib.uinsgd.ac.id/id/eprint/77177
Iip Syaripudin, E., & Konkon Furkony, D. (2020). Perbedaan antara Sistem
Keuangan Islam dan Konvensional. EKSISBANK: Ekonomi Syariah dan
Bisnis Perbankan, 4(2), 255–273. https://doi.org/10.37726/ee.v4i2.139
Lika, A. (2018). Program Studi Akuntansi Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Islam Universitas Islam Negeri Sumatera Utara.
https://scholar.googleusercontent.com/scholar?
q=cache:HHKTmgf13qcJ:scholar.google.com/
+Analisis+perbandingan+risiko+dan+keuntungan+dalam+transaksi+pegad
aian+syariah&hl=id&as_sdt=0,5&as_ylo=2013&as_yhi=2023
Lubis, D. S. (2018). Kontroversi Hukum Pegadaian Syariah. 4(2).
https://scholar.googleusercontent.com/scholar?
q=cache:hiSzmDPUddcJ:scholar.google.com/
+pegadaian+syariah&hl=id&as_sdt=0,5&as_ylo=2012&as_yhi=2023
Marnia, S. (2022). Analisis Perbandingan Keuntungan Investasi Emas Produk
Bank Syariah dan Produk Pegadaian Syariah (Studi Kasus pada Bank Bri
Syari’ah dan di Pegadaian Syari’ah Tahun 2015-2020).
https://scholar.googleusercontent.com/scholar?
q=cache:0SRVA_S7saIJ:scholar.google.com/
+Analisis+perbandingan+risiko+dan+keuntungan+dalam+transaksi+pegad
aian+syariah+:
+studi+kasus+pada+aspek+hukum+ekonomi+syariah&hl=id&as_sdt=0,5
Muhamad, I. R. (2019). Analisis Perbandingan Pelaksanaan Pegadaian
Konvensional dengan Pegadaian Syariah di Kota Tasikmalaya (Studi
Kasus pada Perusahaan Pegadaian Konvensional dan Pegadaian Syariah
Cabang Kota Tasikmalaya ). http://scholar.googleusercontent.com/scholar?
q=cache:WBSUunnHkeIJ:scholar.google.com/
+Analisis+perbandingan+risiko+dan+keuntungan+dalam+transaksi+pegad
aian+syariah&hl=id&as_sdt=0,5&as_ylo=2013&as_yhi=2023
Nasution, R. S. (2016). Sistem Operasional Pegadaian Syariah Berdasarkan Surah
Al-Baqarah 283 pada PT. Pegadaian (Persero) Cabang Syariah Gunung
Sari Balikpapan. Al-Tijary, 1(2). https://doi.org/10.21093/at.v1i2.529
Nuroh Yuniwati, Emilia Dwi Lestari, & Anis Alfiqoh. (2021). Pegadaian Syariah:
Penerapan Akad Rahn pada Pegadaian Syariah. An-Nisbah: Jurnal
Perbankan Syariah, 2(2), 189–199.
https://doi.org/10.51339/nisbah.v2i2.253
Nusron, L. A. (2020). Analisis Perbandingan Risiko Keuangan Bank Konvensional
dengan Bank Syariah. Journal of Business and Information Systems (e-
ISSN: 2685-2543), 2(1), 21–31. https://doi.org/10.36067/jbis.v2i1.33
Purnamasari, S. (2018). Strategi Pemasaran Pegadaian Syariah dalam
Meningkatkan Penjualan Jasa Produk (Studi Kasus pada Pegadaian Unit
Layanan Syariah Sultan Adam Banjarmasin). At-Taradhi: Jurnal Studi
Ekonomi, 9(1), 25. https://doi.org/10.18592/at-taradhi.v9i1.2085
Putra, D. P., & Wati, A. (2023). Analisis Perbandingan Gadai Syariah dan Gadai
Konvensional di Tinjau Hukum dan Prinsip. 5(2).
https://scholar.googleusercontent.com/scholar?q=cache:hFgQ-ZEa-
ZkJ:scholar.google.com/
+Analisis+perbandingan+risiko+dan+keuntungan+dalam+transaksi+pegad
aian+syariah&hl=id&as_sdt=0,5&as_ylo=2013&as_yhi=2023
Surahman, M., & Adam, P. (2018a). Penarapan Prinsip Syariah pada Akad Rahn di
Lembaga Pegadaian Syariah. Law and Justice, 2(2), 135–146.
https://doi.org/10.23917/laj.v2i2.3838
Surahman, M., & Adam, P. (2018b). Penarapan Prinsip Syariah pada Akad Rahn di
Lembaga Pegadaian Syariah. Law and Justice, 2(2), 135–146.
https://doi.org/10.23917/laj.v2i2.3838
Toha, M., Manaku, A. C., & Zamroni, M. A. (2020). Perkembangan dan
Problematika Pasar Modal Syariah di Indonesia.
https://scholar.googleusercontent.com/scholar?
q=cache:GeRR9dwoT8oJ:scholar.google.com/
+Perkembangan+Keuangan+Syariah+di+Indonesia&hl=id&as_sdt=0,5
Tulasmi, T., & Mukti, T. (2020). Peran Pegadaian Syariah dalam Literasi Keuangan
Syariah. Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 6(2), 239.
https://doi.org/10.29040/jiei.v6i2.1072
Vera Yanti, D. (2020). Analisis Risiko Produk Amanah Padapegadaian Syariah
Darussalam. https://scholar.googleusercontent.com/scholar?
q=cache:aqCWaywIpLsJ:scholar.google.com/
+Analisis+perbandingan+risiko+dan+keuntungan+dalam+transaksi+pegad
aian+syariah&hl=id&as_sdt=0,5&as_ylo=2013&as_yhi=2023

Anda mungkin juga menyukai