Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN TUTORIAL BLOK SISTEM INTEGUMEN

“ASUHAN KEPERAWATAN SKABIES”

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK IV

Febri Tri Harmoko (G1B113037) Nely Eviana (G1B113044)

Lusiana Sihaloho (G1B113038) Nova Yuninda.G (G1B113045)

R.A Putri Alia (G1B113039) Yusi Nursiam (G1B113029)

Ria Putri Utami (G1B113042) Queen Elsa Yovita (G1B113016)

Septia Erita (G1B113043) Beta Apriliadi S (G1B112013)

Dyna Yunita (G1B113036)

DOSEN PEMBIMBING:
Ns. Yosi Oktarina, S.Kep, M.Kep

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS JAMBI

2015
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadiran Allah SWT atas segala limpahan rahmat-
Nya yang mana telah memberikan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
laporan tutorial yang berjudul “Asuhan Keperawatan Skabies”.

Kami menyadari masih banyak terdapat kekurangan dan kelemahan baik dari isi
dan juga penggunaan tata bahasa yang baik dalam penulisan laporan tutorial ini. Pada
kesempatan ini kami menyampaikan rasa terima kasih sebesar-besarnya kepada Ibu
Ns. Yosi Oktarina, S.kep, M.Kep selaku pembimbing tutorial skenario kasus 3 Blok
Sistem Integumen.

Akhirnya dengan rendah hati dan hanya kepada Allah SWT kami berserah diri.
Semoga laporan tutorial ini dapat bermanfaat bagi kami sendiri dan pembaca pada
umumnya, semoga Allah SWT memberi berkahnya bagi kita semua.Aamiin.

Jambi, Desember 2015

Kelompok IV
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LatarBelakang
Parasit adalah organisme yang hidup dari makhluk hidup lainnya. Manusia
adalah tuan rumah bagi banyak parasit, yang dapat hidup di dalam tubuh atau pada
kulit. Parasit ini menggunakan tubuh manusia untuk mendapatkan makanan dan
untuk mereproduksi, dan dalam tawar-menawar menyebabka nmasalah kesehatan
manusia yang terinfeksi. Parasit terdapat di seluruh dunia dan banyak orang
menderita infeksi parasit kulit. Banyak penyakit kulit yang disebabkan oleh parasit
contohnya yaitu scabies.
Skabies adalah penyakit pada kulit yang disebabkan oleh
kuman Sarcotesscabie yaitu sepertit ungau yang memparasitkan diri pada kulit
manusia yang mengakibatkan rasa gatal pada kulit dan menimbulkan papul, vesikel
bahkan menyebabkan ulkus dan erosi pada kulit. Insidensnya di Indonesia masih
cukup tinggi, terendah di Sulawesi Utara dataran tinggi di Jawa Barat. Amiruddin dkk
dalam penelitian skabies di Rumah Sakir Dr. Soetomo Surabaya, menunjukkan
insidens penderita skabies selama 2008-2010 adalah 2,7%. Abu A dalam
penelitiannya di RSU Dadi Ujung Pandang mendapatkan insidens skabies 0,6%
padatahun 1995-1998.
Perawat merupakan bagian dari tim kesehatan yang memiliki lebih banyak
kesempatan untuk melakukan intervensi kepada pasien, sehingga fungsi dan peran
perawat dapat dimaksimalkan dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap
penderita seperti memenuhi kebutuhan dasar dan meningkatkan kesehatanf isik,
perawat juga dapat melakukan pendekatan spiritual, psikologis dan mengaplikasikan
fungsi edukatornya dengan memberikan penyuluhan kesehatan terhadap penderita
sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan pengetahuan penderita dan keluarga
yang nantinya diharapkan dapat meminimalisir resiko maupun komplikasi yang
mungkin muncul dari skabies tersebut.
1.2 RumusanMasalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis dapat membuat rumusan
masalah sebagai berikut:
A. Konsep Dasar Penyakit scabies.
1) Apakah definisi dari penyakit skabies ?
2) Apa etiologi dari penyakit skabies?
3) Apa menifestasi klinik dari penyakit skabies?
4) Bagaimana patofisiologi dari penyakit skabies?
5) Apakah Komplikasi dari penyakit skabies?

B. Konsep Asuhan Keperawatan Berdasarkan Skenario Kasus.


1) Pengkajian
2) Analisa Data
3) Diagnosa Keperawatan
4) Rencana Asuhan Keperawatan

1.3 Tujuan Penulisan


A. Tujuan Umum
Mengetahui bagaimana Penyakit Skabies dan proses asuhan
keperawatan pada pasien Skabies.
B. Tujuan Khusus
1) Mengidentifikasi konsep Penyakit Skabies meliputi definisi, etiologi,
manifestasi klinis, patofisiolgi dan komplikasi.
2) Mengidentifikasi proses keperawatan pada pasien Skabies.
- Mengetahui pengkajian keperawatan pada Penyakit Skabies.
- Mengetahui analisa data Penyakit Skabies.
- Mengetahui diagnosa keperawatan Penyakit Skabies.
- Mengetahui rencana asuhan keperawatan pada Penyakit Skabies
berdasarkan skenario kasus.
1.4 Manfaat Penulisan
a. Mahasiswa mampu memahami konsep dan asuhan keperawatan pada klien
dengan Skabies sehingga menunjang pembelajaran mata kuliah integumen.
b. Mahasiswa mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan Skabies
sehingga dapat menjadi bekal dalam persiapan praktik di rumah sakit.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi dan Fisiologi Sistem Integument


2.1.1 Anatomi Sistem Integumen.
Kulit adalah organ yang terletak paling luar dan membatasinya dari
lingkungan hidup manusia. Luas kulit orang dewasa 2 m 2 dengan berat kira-kira 16%
berat badan.Kulit merupakan organ yang esensial dan vital vserta merupakan cermin
kesehatan dan kehidupan.Kulit juga sangat kompleks, elastis dan sensitive, bervariasi
pada keadaan iklim, umur, jenis kelamin, ras, dan juga bergantung pada lokasi tubuh
(Tortora, Derrickson, 2009).
Kulit mempunyai berbagai fungsi seperti sebagai perlindung, pengantar haba,
penyerap, indera perasa, dan fungsi pergetahan (Setiabudi, 2008).Warna kulit
berbeda-beda, dari kulit yang berwarna terang, pirang dan hitam, warna merah muda
pada telapak kaki dan tangan bayi, serta warna hitam kecoklatan pada genitalia orang
dewasa (Djuanda, 2003).
Demikian pula kulit bervariasi mengenai lembut, tipis dan tebalnya; kulit yang
elastis dan longgar terdapat pada palpebra, bibir dan preputium, kulit yang tebaldan
tegang terdapat di telapak kaki dan tangan dewasa.Kulit yang tipis terdapat pada
muka, yang berambut kasar terdapat pada kepala (Djuanda, 2003).
Pembagian kulit secara garis besar tersusun atas tiga lapisan utama yaitu
lapisan epidermis atau kutikel, lapisan dermis, dan lapisan subkutis.Tidak ada garis
tegas yang memisahkan dermis dan subkutis, subkutis ditandai dengan adanya
jaringan ikat longgar dan adanya sel dan jaringan lemak (Tortora, Derrickson, 2009).
Pembagian Lapisan Kulit:
1. Lapisan Epidermis
Lapisan epidermis terdiri atas stratum korneum, stratum lusidum, stratum
granulosum, stratum spinosum, dan stratum basale.Stratum korneum adalah
lapisan kulit yang paling luar dan terdiri atas beberapa lapisan sel-sel gepeng yang
mati, tidak berinti, dan protoplasmanya telah berubah menjadi keratin (zat
tanduk).Stratum lusidum terdapat langsung di bawah lapisan korneum, merupakan
lapisan sel-sel gepeng tanpa inti dengan protoplasma yang berubah menjadi
protein yang disebut eleidin.Lapisan tersebut tampak lebih jelas di telapak tangan
dan kaki (Djuanda, 2003).
Stratum granulosum merupakan 2 atau 3 lapis sel-sel gepeng dengan sitoplasma
berbutir kasar dan terdapat inti di antaranya.Butir-butir kasar ini terdiri atas
keratohialin. Stratum spinosum terdiri atas beberapa lapis sel yang berbentuk
poligonal yang besarnya berbeda-beda karena adanya proses mitosis.
Protoplasmanya jernih karena banyak mengandung glikogen, dan inti terletak
ditengah-tengah.Sel-sel ini makin dekat ke permukaan makin gepeng
bentuknya.Di antara sel-sel stratum spinosun terdapat jembatan-jembatan antar sel
yang terdiri atas protoplasma dan tonofibril atau keratin.Pelekatan antar jembatan-
jembatan ini membentuk penebalan bulat kecil yang disebut nodulus Bizzozero.Di
antara sel-sel spinosum terdapat pula sel Langerhans.Sel-sel stratum spinosum
mengandung banyak glikogen (Djuanda, 2003).
Stratum germinativum terdiri atas sel-sel berbentuk kubus yang tersusun
vertical pada perbatasan dermo-epidermal berbasis seperti pagar
(palisade).Lapisan ini merupakan lapisan epidermis yang paling bawah.Sel-sel
basal ini mrngalami mitosis dan berfungsi reproduktif. Lapisan ini terdiri atas dua
jenis sel yaitu sel-sel yang berbentuk kolumnar dengan protoplasma basofilik inti
lonjong dan besar, dihubungkan satu dengan lain oleh jembatang antar sel, dan sel
pembentuk melanin atau clear cell yang merupakan sel-sel berwarna muda, dengan
sitoplasma basofilik dan inti gelap, dan mengandung butir pigmen (melanosomes)
(Djuanda, 2003).

2. Lapisan Dermis
Lapisan yang terletak dibawah lapisan epidermis adalah lapisan dermis yang
jauh lebih tebal daripada epidermis.Lapisan ini terdiri atas lapisan elastis dan
fibrosa padat dengan elemen-elemen selular dan folikel rambut. Secara garis besar
dibagi Universitas Sumatera Utaramenjadi 2 bagian yakni pars papilare yaitu
bagian yang menonjol ke epidermis, berisi ujung serabut saraf dan pembuluh
darah, dan pars retikulare yaitu bagian bawahnya yang menonjol kea rah subkutan,
bagian ini terdiri atas serabut-serabut penunjang misalnya serabut kolagen, elastin
dan retikulin. Dasar lapisan ini terdiri atas cairan kental asam hialuronat dan
kondroitin sulfat, di bagian ini terdapat pula fibroblast, membentuk ikatan yang
mengandung hidrksiprolin dan hidroksisilin.Kolagen muda bersifat lentur dengan
bertambah umur menjadi kurang larut sehingga makin stabil.Retikulin mirip
kolagen muda.Serabut elastin biasanya bergelombang, berbentuk amorf dan
mudah mengembang serta lebih elastis (Djuanda, 2003).

3. Lapisan Subkutis
Lapisan subkutis adalah kelanjutan dermis yang terdiri atas jaringan ikat
longgar berisi sel-sel lemak di dalamnya.Sel-sel lemak merupakan sel bulat, besar,
dengan inti terdesak ke pinggir sitoplasma lemak yang bertambah. Sel-sel ini
membentuk kelompok yang dipisahkan satu dengan yang lain oleh trabekula yang
fibrosa. Lapisan sel-sel lemak disebut panikulus adipose, berfungsi sebagai
cadangan makanan.Di lapisan ini terdapat ujung-ujung saraf tepi, pembuluh darah,
dan getah bening. Tebal tipisnya jaringan lemak tidak sama bergantung pada
lokasinya. Di abdomen dapat mencapai ketebalan 3 cm, di daerah kelopak mata
dan penis sangat sedikit.Lapisan lemak ini juga merupakan bantalan (Djuanda,
2003).
Vaskularisasi di kulit diatur oleh 2 pleksus, yaitu pleksus yang terletak di
bagian atas dermis (pleksus superficial) dan yang terletak di subkutis (pleksus
profunda). Pleksus yang di dermis bagian atas mengadakan anastomosis di papil
dermis, pleksus yang di subkutis dan di pars retikulare juga mengadakan
anastomosis, di bagian ini pembuluh darah berukuran lebih besar. Bergandengan
dengan pembuluh darah teedapat saluran getah bening (Djuanda, 2003).
4. Adneksa Kulit
Adneksa kulit terdiri atas kelenjar-kelenjar kulit, rambut dan kuku.Kelenjar
kulit terdapat di lapisan dermis, terdiri atas kelenjar keringat dan kelenjar palit.Ada 2
macam kelenjar keringat, yaitu kelenjar ekrin yang kecil-kecil, terletak dangkal di
dermis dengan sekret yang encer, dan kelenjar apokrin yang lebih besar, terletak lebih
dalam dan sekretnya lebih kental (Djuanda, 2003).
Kelenjar enkrin telah dibentuk sempurna pada 28 minggu kehamilan
danberfungsi 40 minggu setelah kehamilan.Saluran kelenjar ini berbentuk spiral dan
bermuara langsung di permukaan kulit.Terdapat di seluruh permukaan kulit
danterbanyak di telapak tangan dan kaki, dahi, dan aksila. Sekresi bergantung pada
beberapa faktor dan dipengaruhi oleh saraf kolinergik, faktor panas, dan emosional
(Djuanda, 2003).
Kelenjar apokrin dipengaruhi oleh saraf adrenergik, terdapat di aksila, areola
mame, pubis, labia minora, dan saluran telinga luar.Fungsi apokrin pada manusia
belum jelas, pada waktu lahir kecil, tetapi pada pubertas mulai besar dan
mengeluarkan sekret. Keringat mengandung air, elektrolit, asam laktat, dan glukosa,
biasanya pH sekitar 4-6,8 (Djuanda, 2003).
Kelenjar palit terletak di selruh permukaan kulit manusia kecuali di telapak
tangan dan kaki.Kelenjar palit disebut juga kelenjar holokrin karena tidak berlumen
dan sekret kelenjar ini berasala dari dekomposisi sel-sel kelenjar.Kelenjar
palitbiasanya terdapat di samping akar rambut dan muaranya terdapat pada lumen
akar rambut (folikel rambut). Sebum mengandungi trigliserida, asam lemak bebas,
skualen, wax ester, dan kolesterol. Sekresi dipengaruhi hormone androgen, pada
anak-anak jumlah kelenjar palit sedikit, pada pubertas menjadi lebih besar dan
banyak serta mulai berfungsi secara aktif (Djuanda, 2003).
Kuku, adalah bagian terminal stratum korneum yang menebal.Bagian kuku
yang terbenam dalam kulit jari disebut akar kuku, bagian yang terbuka di atas dasar
jaringan lunak kulit pada ujung jari dikenali sebagai badan kuku, dan yang paling
ujung adalah bagian kuku yang bebas.Kuku tumbuh dari akar kuku keluar dengan
kecepatan tumbuh kira-kira 1 mm per minggu.Sisi kuku agak mencekungmembentuk
alur kuku.Kulit tipis yang yang menutupi kuku di bagian proksimaldisebut eponikium
sedang kulit yang ditutupki bagian kuku bebas disebut hiponikium (Djuanda, 2003).
Rambut, terdiri atas bagian yang terbenam dalam kulit dan bagian yang
berada di luar kulit.Ada 2 macam tipe rambut, yaitu lanugo yang merupakan rambut
halus, tidak mrngandung pigmen dan terdapat pada sbayi, dan rambut terminal yaitu
rambut yang lebih kasar dengan banyak pigmen, mempunyai medula, dan terdapat
pada orang dewasa.Pada orang dewasa selain rambut di kepala, juga terdapat bulu
mata, rambut ketiak, rambut kemaluan, kumis, dan janggut yang pertumbuhannya
dipengaruhi hormone androgen. Rambut halus di dahi dan badan lain disebut rambut
velus. Rambut tumbuh secara siklik, fase anagen berlangsung 2-6 tahun dengan
kecepatan tumbuh kira-kira 0.35 mm per hari.Fase telogen berlangsung beberapa
bulan.Di antara kedua fase tersebut terdapat fase katagen. Komposisi rambut terdiri
atas karbon 50,60%, hydrogen 6,36%,, nitrogen 17,14%, sulfur 5% dan oksigen
20,80% (Djuanda, 2003).

Gambar 2.1 Anatomi kulit

2.1.2 Fisiologi Kulit


Kulit mempunyai berbagai fungsi yaitu sebagai berikut :
1. Pelindung atau proteksi
Epidermis terutama lapisan tanduk berguna untuk menutupi jaringanjaringan tubuh di
sebelah dalam dan melindungi tubuh dari pengaruhpengaruh luar seperti luka dan
serangan kuman.Lapisan paling luar dari kulit ari diselubungi dengan lapisan tipis
lemak, yang menjadikan kulit tahan air.Kulit dapat menahan suhu tubuh, menahan
luka-luka kecil, mencegah zat kimia dan bakteri masuk ke dalam tubuh serta
menghalau rangsang-rangsang fisik seperti sinar ultraviolet darimatahari.

2. Penerima rangsang
Kulit sangat peka terhadap berbagai rangsang sensorik yangberhubungan dengan
sakit, suhu panas atau dingin, tekanan, rabaan, dan getaran.Kulit sebagai alat perasa
dirasakan melalui ujung-ujung saraf sensasi.

3. Pengatur panas atau thermoregulasi


Kulit mengatur suhu tubuh melalui dilatasi dan konstruksi pembuluhkapiler serta
melalui respirasi yang keduanya dipengaruhi sarafotonom. Tubuh yang sehat
memiliki suhu tetap kira-kira 98,6 derajat Farenheit atau sekitar 36,50C. Ketika
terjadi perubahan pada suhu luar, darah dan kelenjar keringat kulit mengadakan
penyesuaianseperlunya dalam fungsinya masing-masing.Pengatur panas adalah salah
satu fungsi kulit sebagai organ antara tubuh dan lingkungan. Panas akan hilang
dengan penguapan keringat.68

4. Pengeluaran (ekskresi)
Kulit mengeluarkan zat-zat tertentu yaitu keringat dari kelenjar-kelenjar keringat
yang dikeluarkan melalui pori-pori keringat dengan membawa garam, yodium dan zat
kimia lainnya.Air yang dikeluarkan melalui kulit tidak saja disalurkan melalui
keringat tetapi juga melalui penguapan air transepidermis sebagai pembentukan
keringat yang tidak disadari.
2.2 Konsep Dasar Skabies
2.2.1 Definisi
Skabies merupakan infestasi kulit oleh kutu Sarcoptes scabiei yang
menimbulkan gatal. Penyakkit ini dapat ditemukan pada orang-orang miskin yang
hidup dengan kondisi higiene dibawah standar (Suddart & Brunner, 1996).
Skabies adalah pnyakut kulit yang disebabkan oleh tungau (mite) yang mudah
menular dari manusia ke manusia, dari hewan ke manusia atau sebaliknya. Penyebab
skabies adalah Sarcoptes scabiei (Isa Ma’rufi, Seodjajadi K, 2005)
Skabis adalah penyakit zoonosis yang menyerang kulit, mudah menular dari
manusia ke manusia, dari hewan ke manusia atau sebaliknya, dapat mengenai semua
ras dan golongan dari seluruh dunia yag disebabkan oleh tungau (kutu atau mite)
Sarcoptes scabiei (Buchart, 1997)
Jadi dapat simnpulkan bahwa skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan
oleh infeksi parasitik (Sarcoptes scabiei) yang mudah menular dari manusia ke
manusia, dari hewan ke manusia atau sebaliknya, dapat mengenai semua ras dan
golongan dari seluruh dunia.

2.2.2 Etiologi
Skabies dapat disebabkan oleh kutu Sarcoptes scabiei varian hominis.
Sarcoptes scabiei ini termasuk filum Arthopoda, kelas Arachinida, ordo Ackarina dan
superfamili Sarcoptes.
Siklus hidup dari tungau ini sebagai beriku. Setelah kopulasi (perkawinan)
yang terjadi diatas kulit, kutu atau tungau jantan akan mati, kadang-kadang masih
dapat hidup dalam terowongan yang digali oleh kutu betina. Tungau betina yang telah
dibuahi menggali terowongan dalam stratum korneum, dengan kecepatan 2-3
milimeter sehari dan sambil meletakkan telurnya 2 atau 4 butir sehari sampai
mencapai jumlah 40-50. Tungau betina ang telah dibuahi dapat hidup dalam jangka
waktu 1 bulan. Waktu yang dibutuhkan telur untuk menetas adalah 3-5 hari, dan akan
menjadi larva yang mempunyai 3 pasang kaki. Larva ini dapat tinggal dalam
terowongan, tetapi dapat juga keluar. Setelah 2-3 hari larva akan menjadi nimfa yang
mempunyai 2 bentuk, jantan atau betina, dengan 4 pasang kaki.
Seluruh siklus hidup mulai dari telur sampai bentuk dewasa memerlukan
waktu 8-12 hari. Tungau betina akan mati setelah meninggalkan telur, sedangkan
tungau jantan akan mati setelah kopulasi. Sarcoptes scabiei betina dapat hidup diluar
pada suhu kamar selam kurang lebih 7-14 hari. Bagian tubuh yang paling sering
diserang adalah bagian kulit yang tipis dan lembab, contohnya pada lipatan kulit pada
orang dewasa. Sedangkan pada bayi, karena seluruh kulitnya masih tipis, maka
seluruh badan dapat terserang skabies ini.

2.2.3 Manifestasi Klinis


a. Gatal-gatal yang hebat akibat reaksi imunologi tipe lambat terhadap kutu
atau butiran fesesnya.
b. Terbentuk terowongan bisa berupa lsi yang multiple, lurus atua
bergelombang, bewarna coklat atau hitam dan menyerupai benang, yang
terlihat terutama diantara jari-jari tangan serta pada pergelangna tnagn.
c. Gatal-gatal pada malam hari (gejala klasik) yang disebabkan karena
peningkatan suhu tubuh yang menimbulkan efek stimulasi terhadap parasit
tersebut.
d. Lesi sekunder serikng di jumpai dan mencakup vesikel, papula, ekskoriasi
serta krusta.
e. Superinfksi bakteri terjadi akibat ekskoriasi yang tetap dari terowongan
dan papula.
f. Lokasi yang sering adalah permukaan ekstensor siku, lutut, pinggir kaki,
ujung-ujung sendi, daerha sekitar puting susu, lipatan aksila, dibawah
payudara yang menggantung, dan paha atau didkat lipatan paha atau
glutus, penis atau skrotum.
g. Erupsi yang bewarna merah dan gatal biasanya terdapat pada daerah-
daerah kulit sekitarnya.
h. Pruritus noktoma (gatal pada malam hari) karena aktivitas tungau lebih
tinggi pada suhu yang lembab dan panas.
i. Biasanya menyrang manusia secara berkelompok, misalnya dalam sebuah
kelurga baisanya seluruh anggota keluarga trkena infeksi. Begitu pula
dalam sebuah perkampungan yang padat penduduknya, sebagian besar
tetangga yang berdekatan aka diserang tungau tersebut.

2.2.4 Patofisiologi
Kutu skabies dapat menyebabkana gelaja transien pada manusia, teteapi
mereka bukan penyebab infestasi persisten. Cara penularan yang paling efisien adalah
melalui kontak langsung dan lama dengan seorang individu yang terinfeksi. Kutu
skabies dapat bertahan hingga tiga hari pada kulit manusia sehingga media seperti
tempat tidur atau pakaian merupakan sumber alternatif untuk terjadinya suatu
penularan.
Siklus hidup dari kutu berlangsung 30 hari dan dihabiskan dalam epidermis
manusia. Setelah melakukan kopulasi, kutu jantan akan mati dan kutu betina akan
membuat liang kedalam lapisan kulit dan melelakkan total 60-90 telur. Telur yang
menetas membutuhkan 10 hari untuk menjadi larva dan kutu dewasa. Kurang dari
10% dari telur yang dapat menjadi kutu dewasa.
Kutu skabies kemudian bergerak melalui lapiasan atas kulit dengan
mengeluarkan protease yang mengdegradasi stratum korneum. Scybala (kotoran)
yang tertinggal saat mereka melakukan perjalan melalui epidermis, menciptakan
kondisi klinis lesi yang diakui sebagai liang.
Populasi pasien tertentu dapat rentan terhadap penyakit skabies, termasuk
pasien dengan gangguan immunodefisisensi primer dan penurunan respons imun
sekunder terhadaap terapi obat, dan gizi buruk. Kondisi lainnya adalah gangguan
motorik akibat kerusakan saraf yang menyebabkan ketidakmampuan untuk
menggaruk dalam menanggapi prutitus sehingga menonaktifkan utilitas menggaruk
untuk menghilangkan kutu pada epidermis dan menghancurkan liang yang dibuat
oleh kutu betina.
2.2.5 Komplikasi
Bila skabies tidak diobati selama beberapa minggu atau bukan, dapat timbul
a. Dermatitis akibat garukan
b. Erupsi dapat berbentuk impetigo, ektima, selulitis, limfangitis,
folikulitis, dan furunkel.
c. Infeksi bakteri pada bayi dan anak kecil yang diserang skabies dapat
menimbulkan komplikasi pada ginjal, yaitu glomerulonefritis.
d. Dermatitis iritan dapat timbul karena penggunaan preparat antiskabies
yang berlebihan, baik pada terappi atua dari pemakaian yang terlalu
sering.
e. Furunkel atau bisul yaitu infeksi kulit yang meliputi seluruh folikel
rambut dan jaringan subkutaneus disekitarnya. Paling sering
ditemukan didaerah wajah dan bokong. Akan tetapi sangat nyeri jika
timbul disekitar hidung atau telinga atau jari-jari tangan. Furunkel
berawal sebagia benjolan keras bewarna merah yang mengandung
nanah. Lalu benjolan ini akan brfluktasi dan ditengahnya menjadi
putih atau kuning ( membentuk pustula). Bisul bisa pecah spontan atau
mengeluarkan nanahnya, kadang mengandung sedikit darah.
f. Foliklitis yaitu peradangan pada selubung akar rambut (folikel). Pada
kulit yang terkena akan timbuk ruam, kemerahan dan rasa gatal.
Disekita folikel rambut tampak beruntus-beruntus kecil berisi cairan
yang bisa pecah lalu mengering dan membentuk keropeng.

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

Skenario Tutorial Kasus III

Ny. N, 22 tahun mengantarkan anak pertamanya yaitu Bayi A umur 3 bulan


berobat ke puskesmas. Ny. N mengatakan kepala anaknya terdapat bruntus-bruntus
borok yang tidak sembuh-sembuh hampir setengah dari kulit kepala bayinya. Ny. N
mengatakan anaknya rewel, terutama pada saat malam hari, sehingga dirinya sangat
khawatir dengan kondisi bayinya dan mengaku jadi kurang tidur. Jika tidak di
bedong, maka cenderung bayinya menggosok kepala. Keluhan sudah dirasakan
selama satu minggu. Mertua Ny. N sebelumnya menyarankan dirinya untuk
mengoleskan parutan kunyit dikepala bayinya, telah dilakukan selama 2 hari tetapi
belum ada perubahan, bahkan terdapat nanah pada kulit kepala bayi. Berdasarkan
hasil wawancara dengan Ny. N, diketahui bahwa kondisi rumahnya sempit dan
lembab, karena keterbatasan ekonomi keluarganya tidak memperhatikan gizi
keluarga. Di lingkungan kampungnya terdapat beberapa orang yang mengalami borok
seperti anaknya, terutama pada anak-anak di lingkungannya. Hasil pemeriksaan By.
A didapatkan, suhu = 38,2° C, N = 135 x/i, R = 44 x/i. Tampak bayi rewel, Ny. N
gelisah, rambut bayi hitam dipotong pendek, kurang higienis, kulit kepala bayi
tampak pruritus, papula, pustula, terdapat ekskoriasi, dan terdapat bekas lesi. Petugas
mengambil papula dengan skapel dan diletakkan pada gelas obyek selanjutnya
diamati dengan mikroskop, dan diletakkan adanya burrow. Dokter memberikan obat
salf dan CTM.
3.1 Pengkajian
A. Data Biografi
Nama : By. A
Umur : 3 bulan
Penanggung Jawab :
Nama : Ny. N
Umur : 22 tahun
Hubungan dengan pasien : Ibu Kandung
B. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama
Ny. N mengeluh terdapat bruntus-bruntus borok yang tidak sembuh-
sembuh hampir setengah kulit kepala bayinya.
2) Riwayat Kesehatan Sekarang
Ny. N mengatakan anaknya rewel terutama pada saat malam hari,
sehingga dirinya sangat khawatir dengan kondisi bayinya dan mengaku
jadi kurang tidur. Jika tidak dibedong, maka cenderung tangan bayinya
menggosok kepala. Keluhan sudah dirasakan selama 1 minggu. Mertua
Ny. N sebelumnya menyarakankan dirinya untuk mengoleskan parutan
kunyit di kepala bayinya, telah dilakukan selama 2 hari tetapi belum
ada perubahan bahkan terdapat nanah pada kulit kepala dan lembab,
karna keterbatasan ekonomi keluarganya tidak memperhatikan gizi
keluarga. Dilingkungan kampungnya terdapat beberapa orang yang
mengalami borok seperti anaknya, terutama pada anak-anak
dilingkungannya. Dokter memberikan obat salep dan CTM.
3) Riwayat Kesehatan Dulu
-
4) Riwayat Kesehatan Keluarga
-
C. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaaan Umum : Bayi terlihat Rewel
2) TTV :
- Suhu : 38,2 °C - RR : 44 x/i
- HR : 135 x/i - TD :-
3) Sistem Intergumen
Rambut bayi hitam dipotong pendek, kurang higienis, kulit kepala bayi
tampak pruritus, papula, pustula, terdapat ekskoriasi dan terdapat
bekas lesi.
D. Pemeriksaan Penunjang
Petugas mengambil papula dengan skapel dan diletakkan pada gelas obyek
selanjutnya diamati dengan mikroskop, dan diketahui adanya burrow.

3.2 Analisa Data


No Data Etiologi Masalah Keperawatan
1 Ds: Proses Inflamasi Hipertermi
- Ny. N mengatakan anaknya rewel.
Do:
- Suhu : 38,2 °C (↑)
- Hasil pemeriksaan tampak bayi
Ny. N rewel.
2 Ds: Destruksi lapisan Kerusakan Integritas
- Ny.n mengatakan kepala anaknya kulit Kulit
terdapat bruntus-bruntus borok
yang tidak sembuh-sembuh hampir
setengah dari kulit kepala bayinya.
- Ny. N mengatakan jika tidak
dibedong, maka cenderung tangan
bayinya menggosok kepala.
- Ny. N mengatakan terdapat nanah
pada kulit kepala bayi
Do:
- Kulit kepala bayi tampak pruritus
- Terdapat papula
- Terdapat pustula
- Terdapat ekskoriasi
- Terdapat bekas lesi

3 Ds: Kurang Terpaparnya KurangPengetahuan


- Ny. N mengatakan mertua Ny. N Informasi mengenai
sebelumnya menyarakan dirinya skabies
untuk mengoleskan parutan kunyit
di kepala bayinya, dan telah
dilakukan selama 2 hari namun
belum ada perubahan.
- Ny. N mengatakan anaknya rewel,
terutama pada saat malam hari,
sehingga dirinya sangat khawatir
dengan kondisi bayinya dan
mengaku jadi kurang tidur.
- Ny. N mengatakan kondisi
rumahnya sempit dan lembab,
karena keterbatasan ekonomi
keluarganya tidak memperhatikan
gizi keluarganya.
- Ny. N mengatakan dilingkungan
kampungnya terdapat beberapa
orang yang mengalami borok
seperti anaknya, terutama pada
anak-anak di lingkungannya.
Do:
- Dari Hasil Pemeriksaan, Ny. N
tampak gelisah.
- Dari hasil pemeriksaan, rambut By.
A tampak kurang higienis.

3.3 Diagnosa Keperawatan


A. Hipertermi berhubungan dengan proses Inflamasi ditunjukkan dengan:
Ds:
- Ny. N mengatakan anaknya rewel.
Do:
- Suhu : 38,2 °C (↑)
- Hasil pemeriksaan tampak bayi Ny. N rewel.

B. Kerusakan Integritas Kulit berhubungan dengan Destruksi lapisan kulit


ditunjukkan dengan:
Ds:
- Ny.n mengatakan kepala anaknya terdapat bruntus-bruntus borok
yang tidak sembuh-sembuh hampir setengah dari kulit kepala
bayinya.
- Ny. N mengatakan jika tidak dibedong, maka cenderung tangan
bayinya menggosok kepala.
- Ny. N mengatakan terdapat nanah pada kulit kepala bayi
Do:
- Kulit kepala bayi tampak pruritus
- Terdapat papula
- Terdapat pustula
- Terdapat ekskoriasi
- Terdapat bekas lesi
C. Defisit Pengetahuan berhubungan dengan Kurang Terpaparnya Informasi
mengenai skabies ditunjukkan dengan:
Ds:
- Ny. N mengatakan mertua Ny. N sebelumnya menyarakan dirinya
untuk mengoleskan parutan kunyit di kepala bayinya, dan telah
dilakukan selama 2 hari namun belum ada perubahan.
- Ny. N mengatakan anaknya rewel, terutama pada saat malam hari,
sehingga dirinya sangat khawatir dengan kondisi bayinya dan
mengaku jadi kurang tidur.
- Ny. N mengatakan kondisi rumahnya sempit dan lembab, karena
keterbatasan ekonomi keluarganya tidak memperhatikan gizi
keluarganya.
- Ny. N mengatakan dilingkungan kampungnya terdapat beberapa
orang yang mengalami borok seperti anaknya, terutama pada anak-
anak di lingkungannya.
Do:
- Dari Hasil Pemeriksaan, Ny. N tampak gelisah.
- Dari hasil pemeriksaan, rambut By. A tampak kurang higienis.
3.4 Rencana Asuhan Keperawatan
No Diagnosa Perencanaan
Tujuan dan Kriteria Hasil
. Keperawatan Intervensi Rasional
1. Hipertemi Setelah dilakukan tindakan - Observasi Tanda- tanda Vital. - Untuk mengtahui perubahan
keperawatan selama 1 x 4 jam, keadaan pasien (suhu tubuh)
diharapkan hipertermi dapat - Berikan kompres dingin. - Untuk mempercepat
teratasi dengan Kriteria hasil : penurunan suhu tubuh.
- Suhu dalam batas normal - Anjurkan klien untuk memakai - Penggunaan pakaian tipis dan
(36,5°C – 37,5° C) pakaian tipis dan menyerap keringat. menyerap keringat untuk
- Badan tidak berkeringat mempercepat proses evaporasi
banyak. keringat.
- Kolaborasi untuk pemberian - Untuk menurunkan panas
antipiretik tubuh klien.
2. Kerusakan Integritas Setelah dilakukan tindakan - Kaji kondisi kulit klien. - Memberikan data dasar.
Kulit keperawatan selama 3 x 24 jam, - Inspeksi seluruh area kulit, catat - Kulit biasanya cenderung
diharapkan lapisan kulit klien pengisian kapiler, adanya rusak karena prubahan
tampak normal, dengan Kriteria kemerahan, dan pembekakan. sirkulasi perifer.
Hasil: - Anjurkan kepada ibu klien untuk - Menggaruk bisa menyebabkan
- Integritas kulit yang baik tetap membedong anaknya dan erosi pada kulit
dapat dipertahankan (sensasi, menghentikan anaknya jika anaknya
elastisitas, temperatur). menggaruk.
- Tidak ada luka atau lesi pada - Jaga agar kuku bayi atau anak tetap
kulit. pendek dan selalu terpangkas - Pemotongan kuku akan
- Mampu melindungi kulit dan mengurangi kerusakan kulit
mempertahankan - Kolaborasi untuk pemberian obat karena garukan
kelemababan kulit serta topikal - Menghilangkan erosi pada
perawatan alami. kulit
3. Defisit Pengetahuan Setelah dilakukan tindakan - Kaji ulang prognosis dan harapan - Memberikan dasar
keperawatan selama 1 x 24 jam, yang akan datang pengetahuan dimana klien dpat
klien diharapkan dapat memahami membuat pilihan berdasarkan
tentang penyakitnya, dengan informasi.
kriteria hasil: - Kaji ulang perawatan kulit dan graf - Meningkatkan kemampuan
- Klien dapat melakukan kulit. Identifikasi sumber yang tepat perawatan diri setelah pulang
perubahan terhadap gaya untuk perawatan klien rawat jalan dan meningkatkan pendirian
hidup dan bahannya.
- Diskusikan perawatan kulit seperti - Gatal, eritema, erosi,
penggunaan pelembaba dan ekskoriasi, dan krusta
pelindung sinar matahari. diharapkan dapat sembuh
dalam waktu yang diharapkan
dengan tetap menjaga
kelembaban kulit.
- Pengulangan memungkinkan
- Kaji ulang pengobatan, termasuk kesempatan untuk bertanya
tujuan, dosis, rute, dan efek samping dan menyakinkan pemahaman
yang diharapkan atau dapat yang akurat.
dilaporkan
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Skabies merupakan infestasi kulit oleh kutu Sarcoptes scabiei yang
menimbulkan gatal. Penyakkit ini dapat ditemukan pada orang-orang miskin yang
hidup dengan kondisi higiene dibawah standar. Skabies adalah pnyakut kulit yang
disebabkan oleh tungau (mite) yang mudah menular dari manusia ke manusia, dari
hewan ke manusia atau sebaliknya. Penyebab skabies adalah Sarcoptes scabiei (Isa
Ma’rufi, Seodjajadi K, 2005).
Masalah Keperawatan yang ditemukan pada pasien dengan scabies yang
terdapat pada kasus yaitu Hipertermi, Kerusakan Integritas Kulit dan Defisit
Pengetahuan.

4.2 Saran
Disarankan kepada perawat agar dapat melaksanakan perannya sebagai
perawat dengan upaya promotif, perilaku hidup sehat, upaya preventif, upaya kuratif,
dan upaya rehabilitatif. Perlunya sosialisasi terhadap seluruh kelompok umur
masyarakat, agar lebih memahami karakteristik penderita Skabies serta faktor resiko
dan juga karakterisitik penyakit pada penderita.

Perawat juga harus mengetahui penyebab, gejala dan penatalaksanaan asuhan


keperawatan dengan baik dan benar dalam menangani pasien dengan Penyakit
Skabies.
DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marilyn E. 2002. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk


Perancanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3.Jakarta :
EGC

Muttaqin, Arif. 2002. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Intergumen. Jakarta :


Salemba Medika.

Suddart, & Brunner. (1996). Keperawatan Medikal- Bedah. (M. Ester, Ed.) (1st ed.).
EGC. Retrieved from https://books.google.com/books?
id=SP3Gj97OJisC&pgis=1

Sungkar, S. 1995. Skabies. Jakarta : Yayasan Penerbitan Ikatan Dokter Indonesia

Wilkinson, Judith M dan Nancy R. Ahern.2011.Buku Saku Diagnosis Keperawatan:


Diagnosis NANDA, Intervensi NIC, Kriteria Hasil NOC .Ed-9.Jakarta: EGC
LAMPIRAN

Dosen Pembimbing : Ns. Yosi Oktarina

Ketua Tutorial : Nova Yuninda. G

Sekretaris 1 Tutorial : Queen Elya Yovita

Sekretaris 2 tutorial : Yusi Nursiam

Waktu Tutorial : Pertemuan Pertama hari rabu, tangal 16 Desember 2015

Pertemuan kedua hari kamis, tanggal 17 Desember 2015

A. STEP 1 (Klasifikasi Instilah Sulit)


1. Bruntus
Benjolan-benjolan kecil yangberupa cairan di beberapa bagian tubuh dan
memerahan pada kulit.
2. Pustula
Penonjolan kulit atau vesikel yang berisi puss karena mikroorganisme.
3. Ekskoriasis
Kerusakan kulit sampai ujung statum papilaris akibat garukan/goresan kulit
4. Burrow
Terowongan yang berbelok-belok yang meninggi ke epidermis superfisial
5. Papula
Lesi yang menonjol kecil, mempunyai batas dan padat pada kulit dengan
diameter 0,5-1,5 cm yag berada prmukaan kulit
6. Borok
Luka yang terbuka pada kulit, mat dan membrane mukosa yang di sebabkan
oleh peradangan, infeksii, kanker, hiertermi, diabetes Militus, HIV
7. Pruritus
Gatal-gatal yang bisa meliputi seluruh atau sebagian tubuh seseorang gatal
dapat disertai oleh ruam
8. Skapel
Pisau yang digunakan untuk operasi
9. CTM
Merupakan salah satu anti histamine memiliki sifat sedative yang
menimbulkan rasa kontak (Chlorpheniramin)

B. STEP 2 (Identifikasi Masalah)


1. Bagaimana efek samping terhadap luka borok ?
2. Apakah rumah NY. N mempengaruhi penyakit pada anaknya ?
3. Penyakit yang diderita menular apa tidak ? jika iya melalui apa ?
4. Apa efek samping, kontra indikasi, dari CTM ?
5. Tanda dan gejala awal penyakit ini ?
6. Bagaimana cara membersihkan luka pada pasien ini?
7. Bagaimana cara mengatasi rasa gatal pada kulit bayi ?
8. Bagaimana Cara perawat mengatasi bayi NY.N dan anak.A susah tidur ?
9. Berapa TTV normal pada bayi ?

C. STEP 3 (Analisa masalah)


1. Bagaimana efek samping manfaat terhadap luka borok ?
a. Manfaat
 Anti radang, anti virus, dan anti mikroba
 Meningkatkan jumlah anti oksida didalam tubuh
 Kurkuming senyawa alami didalam tubuh berfugsi menigkatkan Cox-
2 yang mengurangi nyeri
 Mengurangi pembekuan darah atau anti koogulan
b. Tidak memiliki efek samping
2. Apakah rumah NY. N mempengaruhi penyakit pada anaknya ?
Scabies disebabkan oleh kutu scabies dan dengan kondisi rumah yang lembat
dan kondisi lingkungan kebersihan yang tidak di jaga. Selain itu di lingkungan
rumah ny.N banyak anak yang mengalami penyakit yang sama.

3. Penyakit yang diderita menular apa tidak ? jika iya melalui apa ?
Cara penularannya adalah
a. Penularan secara lansung
Bersentuhan lansung dengan pasien dan kutu itu sendiri
b. Penularan secara tidak lansung
 Pakaian pasien
 Binatang peiharaan
 Alat-alat tidur pasien

4. Apa efek samping, kontra indikasi, dari CTM ?


a. Indikasi
Pengobatan pada gejala-gejala alergi, example : bersin, rinorhea, urtikaria,
pruritus, dll
b. Kontra indikasi
Bisa menyebabkan serangan asma akut dan bayi premature
c. Efek samping
Sedasi, g3 gastro intestinal, efek muskarinik,hipotensi, kelemahan otot,
tinitud, efila, sakit kepala, meransang susunan saraf pusat, reaksi alergi,
dan kelainan darah

5. Tanda dan gejala awal penyakit ini ?


a. Gatal pada malam hari
b. Pada balita sering menginfeksi kepala, wajah, leher dan telapak kaki
c. Adanya terowongan yang sedikit meninggi
d. Kulit kemerahan
e. Timbul benjolan

6. Bagaimana cara membersihkan luka pada pasien ini?


a. Bersihkan luka borok dengan kasa steril yang sudah direndam cairan
antiseptic
b. Tekan pada borok hingga pus keluar sampai tidak ada puss lagi
c. Bilas dan bersihkan dengan cairan NaCl
d. Keringkan dengan kassa steril dan keringkan
e. Oleskan obat topical yang berupa krim, pada seluruh badan pasien

7. Bagaimana cara mengatasi rasa gatal pada kulit bayi ?


a. Mandi dengan air yang telah diberikan antiseptic
b. Menggunakan sabun antiseptik
c. Setelah mandi keringkan badannya dengan handuk bersih
d. Kompres hangat jika gatal pada luka

8. Bagaimana Cara perawat mengatasi bayi NY.N dan anak.A susah tidur ?
a. Mengatasi atau mengurangi rasa gatal yang dirasakan oleh bayi
b. Ciptakan suasana lingkungan yang nyaman
c. Anjurkan pada ibu asi pada bayi
d. Berikan penjelasan kepada ibunya tentang penyakit yang dideritanya

9. Berapa TTV normal pada bayi ?


RR = 3 bulan – 2 bulan = 30-60
HR = saat istirahat = 80-150
Saat tidur = 70-120
TD = 80/45 mmhg = 64-96/30-60 mmhg
S = 36,6 °C – 37,2 °C
D. STEP 4 (Hipotesa Masalah)

Diagnosa medis : SCABIES

Masalah Keperawatan
o Nyeri
o Gangguanpolatidur
o Gangguancitratubuh
o Cemas
o Resikoinfeksi
o Kerusakanintegritaskulit

E. STEP 5 (Learning Objective)

etiologi pengertian klasifikasi

askep Manifstasi klinis


Scabies

komplikasi WOC

penatalaksanaan Pemeriksaanpenunjang

Anda mungkin juga menyukai