SK Abies
SK Abies
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK IV
DOSEN PEMBIMBING:
Ns. Yosi Oktarina, S.Kep, M.Kep
UNIVERSITAS JAMBI
2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadiran Allah SWT atas segala limpahan rahmat-
Nya yang mana telah memberikan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
laporan tutorial yang berjudul “Asuhan Keperawatan Skabies”.
Kami menyadari masih banyak terdapat kekurangan dan kelemahan baik dari isi
dan juga penggunaan tata bahasa yang baik dalam penulisan laporan tutorial ini. Pada
kesempatan ini kami menyampaikan rasa terima kasih sebesar-besarnya kepada Ibu
Ns. Yosi Oktarina, S.kep, M.Kep selaku pembimbing tutorial skenario kasus 3 Blok
Sistem Integumen.
Akhirnya dengan rendah hati dan hanya kepada Allah SWT kami berserah diri.
Semoga laporan tutorial ini dapat bermanfaat bagi kami sendiri dan pembaca pada
umumnya, semoga Allah SWT memberi berkahnya bagi kita semua.Aamiin.
Kelompok IV
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LatarBelakang
Parasit adalah organisme yang hidup dari makhluk hidup lainnya. Manusia
adalah tuan rumah bagi banyak parasit, yang dapat hidup di dalam tubuh atau pada
kulit. Parasit ini menggunakan tubuh manusia untuk mendapatkan makanan dan
untuk mereproduksi, dan dalam tawar-menawar menyebabka nmasalah kesehatan
manusia yang terinfeksi. Parasit terdapat di seluruh dunia dan banyak orang
menderita infeksi parasit kulit. Banyak penyakit kulit yang disebabkan oleh parasit
contohnya yaitu scabies.
Skabies adalah penyakit pada kulit yang disebabkan oleh
kuman Sarcotesscabie yaitu sepertit ungau yang memparasitkan diri pada kulit
manusia yang mengakibatkan rasa gatal pada kulit dan menimbulkan papul, vesikel
bahkan menyebabkan ulkus dan erosi pada kulit. Insidensnya di Indonesia masih
cukup tinggi, terendah di Sulawesi Utara dataran tinggi di Jawa Barat. Amiruddin dkk
dalam penelitian skabies di Rumah Sakir Dr. Soetomo Surabaya, menunjukkan
insidens penderita skabies selama 2008-2010 adalah 2,7%. Abu A dalam
penelitiannya di RSU Dadi Ujung Pandang mendapatkan insidens skabies 0,6%
padatahun 1995-1998.
Perawat merupakan bagian dari tim kesehatan yang memiliki lebih banyak
kesempatan untuk melakukan intervensi kepada pasien, sehingga fungsi dan peran
perawat dapat dimaksimalkan dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap
penderita seperti memenuhi kebutuhan dasar dan meningkatkan kesehatanf isik,
perawat juga dapat melakukan pendekatan spiritual, psikologis dan mengaplikasikan
fungsi edukatornya dengan memberikan penyuluhan kesehatan terhadap penderita
sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan pengetahuan penderita dan keluarga
yang nantinya diharapkan dapat meminimalisir resiko maupun komplikasi yang
mungkin muncul dari skabies tersebut.
1.2 RumusanMasalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis dapat membuat rumusan
masalah sebagai berikut:
A. Konsep Dasar Penyakit scabies.
1) Apakah definisi dari penyakit skabies ?
2) Apa etiologi dari penyakit skabies?
3) Apa menifestasi klinik dari penyakit skabies?
4) Bagaimana patofisiologi dari penyakit skabies?
5) Apakah Komplikasi dari penyakit skabies?
TINJAUAN PUSTAKA
2. Lapisan Dermis
Lapisan yang terletak dibawah lapisan epidermis adalah lapisan dermis yang
jauh lebih tebal daripada epidermis.Lapisan ini terdiri atas lapisan elastis dan
fibrosa padat dengan elemen-elemen selular dan folikel rambut. Secara garis besar
dibagi Universitas Sumatera Utaramenjadi 2 bagian yakni pars papilare yaitu
bagian yang menonjol ke epidermis, berisi ujung serabut saraf dan pembuluh
darah, dan pars retikulare yaitu bagian bawahnya yang menonjol kea rah subkutan,
bagian ini terdiri atas serabut-serabut penunjang misalnya serabut kolagen, elastin
dan retikulin. Dasar lapisan ini terdiri atas cairan kental asam hialuronat dan
kondroitin sulfat, di bagian ini terdapat pula fibroblast, membentuk ikatan yang
mengandung hidrksiprolin dan hidroksisilin.Kolagen muda bersifat lentur dengan
bertambah umur menjadi kurang larut sehingga makin stabil.Retikulin mirip
kolagen muda.Serabut elastin biasanya bergelombang, berbentuk amorf dan
mudah mengembang serta lebih elastis (Djuanda, 2003).
3. Lapisan Subkutis
Lapisan subkutis adalah kelanjutan dermis yang terdiri atas jaringan ikat
longgar berisi sel-sel lemak di dalamnya.Sel-sel lemak merupakan sel bulat, besar,
dengan inti terdesak ke pinggir sitoplasma lemak yang bertambah. Sel-sel ini
membentuk kelompok yang dipisahkan satu dengan yang lain oleh trabekula yang
fibrosa. Lapisan sel-sel lemak disebut panikulus adipose, berfungsi sebagai
cadangan makanan.Di lapisan ini terdapat ujung-ujung saraf tepi, pembuluh darah,
dan getah bening. Tebal tipisnya jaringan lemak tidak sama bergantung pada
lokasinya. Di abdomen dapat mencapai ketebalan 3 cm, di daerah kelopak mata
dan penis sangat sedikit.Lapisan lemak ini juga merupakan bantalan (Djuanda,
2003).
Vaskularisasi di kulit diatur oleh 2 pleksus, yaitu pleksus yang terletak di
bagian atas dermis (pleksus superficial) dan yang terletak di subkutis (pleksus
profunda). Pleksus yang di dermis bagian atas mengadakan anastomosis di papil
dermis, pleksus yang di subkutis dan di pars retikulare juga mengadakan
anastomosis, di bagian ini pembuluh darah berukuran lebih besar. Bergandengan
dengan pembuluh darah teedapat saluran getah bening (Djuanda, 2003).
4. Adneksa Kulit
Adneksa kulit terdiri atas kelenjar-kelenjar kulit, rambut dan kuku.Kelenjar
kulit terdapat di lapisan dermis, terdiri atas kelenjar keringat dan kelenjar palit.Ada 2
macam kelenjar keringat, yaitu kelenjar ekrin yang kecil-kecil, terletak dangkal di
dermis dengan sekret yang encer, dan kelenjar apokrin yang lebih besar, terletak lebih
dalam dan sekretnya lebih kental (Djuanda, 2003).
Kelenjar enkrin telah dibentuk sempurna pada 28 minggu kehamilan
danberfungsi 40 minggu setelah kehamilan.Saluran kelenjar ini berbentuk spiral dan
bermuara langsung di permukaan kulit.Terdapat di seluruh permukaan kulit
danterbanyak di telapak tangan dan kaki, dahi, dan aksila. Sekresi bergantung pada
beberapa faktor dan dipengaruhi oleh saraf kolinergik, faktor panas, dan emosional
(Djuanda, 2003).
Kelenjar apokrin dipengaruhi oleh saraf adrenergik, terdapat di aksila, areola
mame, pubis, labia minora, dan saluran telinga luar.Fungsi apokrin pada manusia
belum jelas, pada waktu lahir kecil, tetapi pada pubertas mulai besar dan
mengeluarkan sekret. Keringat mengandung air, elektrolit, asam laktat, dan glukosa,
biasanya pH sekitar 4-6,8 (Djuanda, 2003).
Kelenjar palit terletak di selruh permukaan kulit manusia kecuali di telapak
tangan dan kaki.Kelenjar palit disebut juga kelenjar holokrin karena tidak berlumen
dan sekret kelenjar ini berasala dari dekomposisi sel-sel kelenjar.Kelenjar
palitbiasanya terdapat di samping akar rambut dan muaranya terdapat pada lumen
akar rambut (folikel rambut). Sebum mengandungi trigliserida, asam lemak bebas,
skualen, wax ester, dan kolesterol. Sekresi dipengaruhi hormone androgen, pada
anak-anak jumlah kelenjar palit sedikit, pada pubertas menjadi lebih besar dan
banyak serta mulai berfungsi secara aktif (Djuanda, 2003).
Kuku, adalah bagian terminal stratum korneum yang menebal.Bagian kuku
yang terbenam dalam kulit jari disebut akar kuku, bagian yang terbuka di atas dasar
jaringan lunak kulit pada ujung jari dikenali sebagai badan kuku, dan yang paling
ujung adalah bagian kuku yang bebas.Kuku tumbuh dari akar kuku keluar dengan
kecepatan tumbuh kira-kira 1 mm per minggu.Sisi kuku agak mencekungmembentuk
alur kuku.Kulit tipis yang yang menutupi kuku di bagian proksimaldisebut eponikium
sedang kulit yang ditutupki bagian kuku bebas disebut hiponikium (Djuanda, 2003).
Rambut, terdiri atas bagian yang terbenam dalam kulit dan bagian yang
berada di luar kulit.Ada 2 macam tipe rambut, yaitu lanugo yang merupakan rambut
halus, tidak mrngandung pigmen dan terdapat pada sbayi, dan rambut terminal yaitu
rambut yang lebih kasar dengan banyak pigmen, mempunyai medula, dan terdapat
pada orang dewasa.Pada orang dewasa selain rambut di kepala, juga terdapat bulu
mata, rambut ketiak, rambut kemaluan, kumis, dan janggut yang pertumbuhannya
dipengaruhi hormone androgen. Rambut halus di dahi dan badan lain disebut rambut
velus. Rambut tumbuh secara siklik, fase anagen berlangsung 2-6 tahun dengan
kecepatan tumbuh kira-kira 0.35 mm per hari.Fase telogen berlangsung beberapa
bulan.Di antara kedua fase tersebut terdapat fase katagen. Komposisi rambut terdiri
atas karbon 50,60%, hydrogen 6,36%,, nitrogen 17,14%, sulfur 5% dan oksigen
20,80% (Djuanda, 2003).
2. Penerima rangsang
Kulit sangat peka terhadap berbagai rangsang sensorik yangberhubungan dengan
sakit, suhu panas atau dingin, tekanan, rabaan, dan getaran.Kulit sebagai alat perasa
dirasakan melalui ujung-ujung saraf sensasi.
4. Pengeluaran (ekskresi)
Kulit mengeluarkan zat-zat tertentu yaitu keringat dari kelenjar-kelenjar keringat
yang dikeluarkan melalui pori-pori keringat dengan membawa garam, yodium dan zat
kimia lainnya.Air yang dikeluarkan melalui kulit tidak saja disalurkan melalui
keringat tetapi juga melalui penguapan air transepidermis sebagai pembentukan
keringat yang tidak disadari.
2.2 Konsep Dasar Skabies
2.2.1 Definisi
Skabies merupakan infestasi kulit oleh kutu Sarcoptes scabiei yang
menimbulkan gatal. Penyakkit ini dapat ditemukan pada orang-orang miskin yang
hidup dengan kondisi higiene dibawah standar (Suddart & Brunner, 1996).
Skabies adalah pnyakut kulit yang disebabkan oleh tungau (mite) yang mudah
menular dari manusia ke manusia, dari hewan ke manusia atau sebaliknya. Penyebab
skabies adalah Sarcoptes scabiei (Isa Ma’rufi, Seodjajadi K, 2005)
Skabis adalah penyakit zoonosis yang menyerang kulit, mudah menular dari
manusia ke manusia, dari hewan ke manusia atau sebaliknya, dapat mengenai semua
ras dan golongan dari seluruh dunia yag disebabkan oleh tungau (kutu atau mite)
Sarcoptes scabiei (Buchart, 1997)
Jadi dapat simnpulkan bahwa skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan
oleh infeksi parasitik (Sarcoptes scabiei) yang mudah menular dari manusia ke
manusia, dari hewan ke manusia atau sebaliknya, dapat mengenai semua ras dan
golongan dari seluruh dunia.
2.2.2 Etiologi
Skabies dapat disebabkan oleh kutu Sarcoptes scabiei varian hominis.
Sarcoptes scabiei ini termasuk filum Arthopoda, kelas Arachinida, ordo Ackarina dan
superfamili Sarcoptes.
Siklus hidup dari tungau ini sebagai beriku. Setelah kopulasi (perkawinan)
yang terjadi diatas kulit, kutu atau tungau jantan akan mati, kadang-kadang masih
dapat hidup dalam terowongan yang digali oleh kutu betina. Tungau betina yang telah
dibuahi menggali terowongan dalam stratum korneum, dengan kecepatan 2-3
milimeter sehari dan sambil meletakkan telurnya 2 atau 4 butir sehari sampai
mencapai jumlah 40-50. Tungau betina ang telah dibuahi dapat hidup dalam jangka
waktu 1 bulan. Waktu yang dibutuhkan telur untuk menetas adalah 3-5 hari, dan akan
menjadi larva yang mempunyai 3 pasang kaki. Larva ini dapat tinggal dalam
terowongan, tetapi dapat juga keluar. Setelah 2-3 hari larva akan menjadi nimfa yang
mempunyai 2 bentuk, jantan atau betina, dengan 4 pasang kaki.
Seluruh siklus hidup mulai dari telur sampai bentuk dewasa memerlukan
waktu 8-12 hari. Tungau betina akan mati setelah meninggalkan telur, sedangkan
tungau jantan akan mati setelah kopulasi. Sarcoptes scabiei betina dapat hidup diluar
pada suhu kamar selam kurang lebih 7-14 hari. Bagian tubuh yang paling sering
diserang adalah bagian kulit yang tipis dan lembab, contohnya pada lipatan kulit pada
orang dewasa. Sedangkan pada bayi, karena seluruh kulitnya masih tipis, maka
seluruh badan dapat terserang skabies ini.
2.2.4 Patofisiologi
Kutu skabies dapat menyebabkana gelaja transien pada manusia, teteapi
mereka bukan penyebab infestasi persisten. Cara penularan yang paling efisien adalah
melalui kontak langsung dan lama dengan seorang individu yang terinfeksi. Kutu
skabies dapat bertahan hingga tiga hari pada kulit manusia sehingga media seperti
tempat tidur atau pakaian merupakan sumber alternatif untuk terjadinya suatu
penularan.
Siklus hidup dari kutu berlangsung 30 hari dan dihabiskan dalam epidermis
manusia. Setelah melakukan kopulasi, kutu jantan akan mati dan kutu betina akan
membuat liang kedalam lapisan kulit dan melelakkan total 60-90 telur. Telur yang
menetas membutuhkan 10 hari untuk menjadi larva dan kutu dewasa. Kurang dari
10% dari telur yang dapat menjadi kutu dewasa.
Kutu skabies kemudian bergerak melalui lapiasan atas kulit dengan
mengeluarkan protease yang mengdegradasi stratum korneum. Scybala (kotoran)
yang tertinggal saat mereka melakukan perjalan melalui epidermis, menciptakan
kondisi klinis lesi yang diakui sebagai liang.
Populasi pasien tertentu dapat rentan terhadap penyakit skabies, termasuk
pasien dengan gangguan immunodefisisensi primer dan penurunan respons imun
sekunder terhadaap terapi obat, dan gizi buruk. Kondisi lainnya adalah gangguan
motorik akibat kerusakan saraf yang menyebabkan ketidakmampuan untuk
menggaruk dalam menanggapi prutitus sehingga menonaktifkan utilitas menggaruk
untuk menghilangkan kutu pada epidermis dan menghancurkan liang yang dibuat
oleh kutu betina.
2.2.5 Komplikasi
Bila skabies tidak diobati selama beberapa minggu atau bukan, dapat timbul
a. Dermatitis akibat garukan
b. Erupsi dapat berbentuk impetigo, ektima, selulitis, limfangitis,
folikulitis, dan furunkel.
c. Infeksi bakteri pada bayi dan anak kecil yang diserang skabies dapat
menimbulkan komplikasi pada ginjal, yaitu glomerulonefritis.
d. Dermatitis iritan dapat timbul karena penggunaan preparat antiskabies
yang berlebihan, baik pada terappi atua dari pemakaian yang terlalu
sering.
e. Furunkel atau bisul yaitu infeksi kulit yang meliputi seluruh folikel
rambut dan jaringan subkutaneus disekitarnya. Paling sering
ditemukan didaerah wajah dan bokong. Akan tetapi sangat nyeri jika
timbul disekitar hidung atau telinga atau jari-jari tangan. Furunkel
berawal sebagia benjolan keras bewarna merah yang mengandung
nanah. Lalu benjolan ini akan brfluktasi dan ditengahnya menjadi
putih atau kuning ( membentuk pustula). Bisul bisa pecah spontan atau
mengeluarkan nanahnya, kadang mengandung sedikit darah.
f. Foliklitis yaitu peradangan pada selubung akar rambut (folikel). Pada
kulit yang terkena akan timbuk ruam, kemerahan dan rasa gatal.
Disekita folikel rambut tampak beruntus-beruntus kecil berisi cairan
yang bisa pecah lalu mengering dan membentuk keropeng.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
4.1 Kesimpulan
Skabies merupakan infestasi kulit oleh kutu Sarcoptes scabiei yang
menimbulkan gatal. Penyakkit ini dapat ditemukan pada orang-orang miskin yang
hidup dengan kondisi higiene dibawah standar. Skabies adalah pnyakut kulit yang
disebabkan oleh tungau (mite) yang mudah menular dari manusia ke manusia, dari
hewan ke manusia atau sebaliknya. Penyebab skabies adalah Sarcoptes scabiei (Isa
Ma’rufi, Seodjajadi K, 2005).
Masalah Keperawatan yang ditemukan pada pasien dengan scabies yang
terdapat pada kasus yaitu Hipertermi, Kerusakan Integritas Kulit dan Defisit
Pengetahuan.
4.2 Saran
Disarankan kepada perawat agar dapat melaksanakan perannya sebagai
perawat dengan upaya promotif, perilaku hidup sehat, upaya preventif, upaya kuratif,
dan upaya rehabilitatif. Perlunya sosialisasi terhadap seluruh kelompok umur
masyarakat, agar lebih memahami karakteristik penderita Skabies serta faktor resiko
dan juga karakterisitik penyakit pada penderita.
Suddart, & Brunner. (1996). Keperawatan Medikal- Bedah. (M. Ester, Ed.) (1st ed.).
EGC. Retrieved from https://books.google.com/books?
id=SP3Gj97OJisC&pgis=1
3. Penyakit yang diderita menular apa tidak ? jika iya melalui apa ?
Cara penularannya adalah
a. Penularan secara lansung
Bersentuhan lansung dengan pasien dan kutu itu sendiri
b. Penularan secara tidak lansung
Pakaian pasien
Binatang peiharaan
Alat-alat tidur pasien
8. Bagaimana Cara perawat mengatasi bayi NY.N dan anak.A susah tidur ?
a. Mengatasi atau mengurangi rasa gatal yang dirasakan oleh bayi
b. Ciptakan suasana lingkungan yang nyaman
c. Anjurkan pada ibu asi pada bayi
d. Berikan penjelasan kepada ibunya tentang penyakit yang dideritanya
Masalah Keperawatan
o Nyeri
o Gangguanpolatidur
o Gangguancitratubuh
o Cemas
o Resikoinfeksi
o Kerusakanintegritaskulit
komplikasi WOC
penatalaksanaan Pemeriksaanpenunjang