Anda di halaman 1dari 12

TUGAS MATA KULIAH

METODOLOGI PENELITIAN

“PENELITIAN DESAIN CROSS SECTIONAL”

FEBRI YANTI

G2U123018

KELAS A

PROGRAM STUDI MAGISTER KESEHATAN MASYARAKAT

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2023
DAFTAR ISI

CROSS SECTIONAL
1. Pengertian Cross Sectional........................................................... 1
2. Tujuan Cross Sectional ................................................................. 2
3. Metode Penelitian Cross Sectional ............................................... 2
3.1 Merumuskan Pertanyaan Penelitian ................................... 3
3.2 Mengidentifikasi Variabel Penelitian ................................... 3
3.3 Menetapkan Subyek Penelitian ........................................... 3
3.4 Melaksanakan Pengukuran ................................................. 3
3.5 Melakukan Analisis .............................................................. 3
4. Jenis Studi Cross Sectional .......................................................... 4
4.1 Cross Sectional Deskriptif ................................................... 4
4.2 Cross Sectional Analitik....................................................... 4
5. Analisis Data Hasil Penelitian ....................................................... 5
6. Kelebihan dan Kekurangan Cross Sectional ................................ 6
7. Cara Menghitung Besarnya Sampel ............................................. 7
8. Contoh Penggunaan Penelitian Cross Sectional .......................... 8

KESIMPULAN
A. Kesimpulan.................................................................................... 9

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 10


CROSS SECTIONAL

1. Pengertian Cross Sectional


Studi atau penelitian cross sectional adalah penelitian yang pada saat
melakukan desain penghimpunan data dilaksanakan pada satu waktu, bila dilihat
dari kejadian yang sedang diteliti maka penghimpunan data dilaksanakan dalam
satu waktu. cross sectional memiliki fungsi kegunaan untuk menjabarkan status
kejadian atau keterkaitan kejadian dalam satu waktu. Secara garis besar cross
sectional merupakan desain studi yang membahas mengenai korelasi paparan
dan penyakit dengan metode memeriksa kedua status secara bersamaan dalam
waktu yang sama juga (Murti, 2011).
Penelitian cross sectional ini sering juga disebut penelitian transversal, dan
sering digunakan dalam penelitian-penelitian epidemiologi. Dibandingkan dengan
penelitian-penelitian yang lain, metode penelitian ini merupakan yang paling lemah
karena penelitian ini paling mudah dilakukan dan sangat sederhana. Pengertian-
pengertian yang perlu dipahami dalam penelitian cross sectional, dan juga untuk jenis
penelitian analitik yang lain, di antaranya adalah penyakit, atau efek, faktor risiko untuk
terjadinya penyakit tersebut, dan agen penyakit (Bonita, 2006).
Menurut Budiarto (2004) saat pelaksanaannya penelitian cross sectional
tidak ada follow up dan pada saat pemeriksaanya akan melihat status dan
karakteristik dari fenomena atau kejadian yang sedang diteliti.
Ketika penghimpunan data penelitian ini akan melakukannya pada satu
waktu, dimana datanya akan diklasifikasikan menjadi empat, yakni:
Orang yang terkena paparan dan sakit.
Terkena paparan dan tidak sakit.
Tidak terkena paparan dan sakit
Tidak terkena paparan dan tidak sakit.

Karakteristik dari cross sectional adalah jumlah kesemuanya dari sampel


(n) memiliki ciri tetap dan ditentukan secara acak dari dalam populasi dan
selanjutnya setiap subjek akan dikategorikan berdasarkan status paparan dan
penyakitnya.

1
2. Tujuan Cross Sectional
Ketiga tujuan ini merupakan pendapat dari Budiarto (2004):
Mendapatkan kebiasaan dan insidensi satu atau lebih dari suatu masalah
yang telah ditetapkan pada satu waktu di dalam masyarakat.
Terjadinya sebab akibat akan diperhitungkan secara jelas pada sebuah
permasalahan yang ada di masyarakat.
Memperkirakan risiko pada setiap golongan, relatif, risiko dan atribut.

Pengetahuan mengenai penelitian cross sectional hingga penjabaran ini


bisa dikatakan merupakan cara pengumpulan dan analisis data yang
dilaksanakan satu waktu. Berikut merupakan parameter dari penelitian cross
sectional yang wajib dimengerti oleh setiap peneliti:
a. Penelitian ini bisa melakukan lebih dari satu masalah, penelitian ini dalam
pelaksanaanya bisa mengimplementasikan pada banyak variasi. Variasi yang
dimaksud bisa berupa masyarakat, keluarga, organisasi dsb. Variabel yang
dikaitkan juga bisa bervariasi mulai dari pendidikan, perolehan uang,
pengeluaran dsb.
b. Pada penelitian ini data akan dikumpulan dalam satu kali jalan. Artinya adalah
peneliti akan melakukan penelitian cross sectional dan memasukan data yang
telah dihimpun dan diolah dalam satu waktu, tanpa batas tanpa penundaan.
Keterkaitan setiap variabel yang ada dapat menciptakan berbagai topik. Agar
lebih mendalam mengenai penelitian ini, peneliti bisa melihat cara kerja dari
penelitian eksperimental, dimana data akan dihimpun dan dianalisis pada
waktu yang runtut.
c. Data dapat dihitung atau kuantitatif. Data jenis kuantitatif dapat dipakai untuk
melakukan penelitian cross sectional. Selain itu data kontekstual pada teks
yang merupakan data wawancara juga dapat dipakai asal nantinya bisa
dihitung atau dikuantifikasi. Maksud dari data kuantitatif ini adalah dalam
pengukuran atau penilaiannya harus jelas, sehingga penelitian ini sering
digolongkan sebagai penelitian kuantitatif.

3. Metode Penelitian Cross Sectional


Adapun langkah-langkah dalam melakukan penelitian cross sectional adalah
sebagai berikut :

2
3.1 Merumuskan pertanyaan penelitian dan hipotesis
a. Pertanyaan penelitian yang akan dijawab harus dikemukakan dengan jelas.
b. Dalam studi cross sectionalanalitik hendaklah dikemukakan hubungan antar variabel yang
diteliti.

3.2 Mengidentifikasikan variabel penelitian


Semua variabel yang diteliti dalam studi prevalen harus diindentifikasikan
dengan cermat.

3.3 Menetapkan subyek penelitian


a. Menetapkan populasi penelitian
Bergantung kepada tujuan penelitian, maka ditentukan dari populasi
terjangkau mana subyek penelitian yang akan dipilih, apakah dari rumah sakit /
fasilitas kesehatan, atau dari masyarakat umum.

b. Menentukan sampel dan memperkirakan besar sampel


Besar sampel harus diperkirakan dengan formula yang sesuai dan pemilihan
sampel harus dilakukan dengan cara yang benar, agar dapat mewakili
populasi terjangkau.

3.4 Melaksanakan pengukuran


a. Pengukuran faktor risiko
Penetapan faktor risiko dapat dilaksanakan dengan berbagai cara, tergantung
pada sifat faktor risiko. Dapat digunakan kuesioner, catatan medik, uji
laboratorium, pemeriksaan fisik, atau prosedur pemeriksaan khusus.

b. Pengukuran efek (penyakit)


Terdapatnya efek atau penyakit tertentu dapat ditentukan dengan kuesioner,
pemeriksaan fisik, ataupun pemeriksaan khusus, bergantung kepada karakteristik
penyakit yang dipelajari. Harus ditetapkan kriteria diagnosisnya dengan batasan
operasional yang jelas.

3.5 Melakukan analisis


Analisis ini dapat berupa suatu uji hipotesis ataupun analisis untuk
memperoleh risiko relatif. Hal yang terakhir inilah yang lebih sering dihitung dalam
studi cross sectional untuk mengidentifikasi faktor risiko.

3
4. Jenis Studi Cross Sectional
4.1 Cross Sectional Untuk Penelitian Deskriptif
Studi cross sectional untuk penelitian deskriptif adalah studi yang bertujuan
untuk menggambarkan mengenai fenomena yang ditemukan, baik berupa faktor
risiko (paparan), ataupun efek (penyakit/masalah kesehatan), dengan peneliti melakukan
observasi atau pengukuran variabel hanya satu kali pada satu saat (Notoatmodjo,
2010).
Misalnya, penelitian mengenai pemberian ASI eksklusif di suatu
masyarakat, penelitian mengenai gambaran kejadian anemia pada remaja putri,
dan penelitian tentang pengetahuan siswa SMA mengenai kesehatan reproduksi
remaja (Timmreck, 2004).

4.2 Cross Sectional Untuk Penelitian Analitik


Studi cross sectional untuk penelitian analitik adalah studi yang mempelajari hubungan
faktor risiko (paparan) dan efek (penyakit/ masalah kesehatan) dengan cara mengamati
faktor risiko dan efek secara serentak pada banyak individu dari suatu populasi pada
satu saat. Misalnya, penelitian mengenai perbedaan pemberian ASI eksklusif pada
berbagai tingkat pendidikan ibu, penelitian mengenai beda proporsi
hiperlipidemia pada pria dan wanita, dan penelitian mengenai hubungan berbagai
faktor risiko dalam menyebabkan terjadinya penyakit tertentu. Dalam studi cross
sectional untuk penelitian analitik tiap subjek hanya diobservasi satu kali dan
pengukuran variabel penelitian, yaitu variabel bebas (faktor risiko) dan variabel
terikat (efek / penyakit / masalah kesehatan) dilakukan pada saat yang sama.
Dari pengukuran tersebut, dapat diketahui jumlah subjek yang mengalami efek
(efek +), baik pada kelompok subjek yang mempunyai faktor risiko (faktor risiko +) maupun
pada kelompok tanpa faktorrisiko (faktor risiko -). Skema studi cross sectional dapat
dilihat pada skema berikut:
Efek +

Faktor
Risiko
Efek -
Populasi Sampel
Efek +
Faktor
Risiko
Efek -

Gambar Skema Studi Cross Sectional

4
5. Analisis Data Hasil Penelitian
Hasil observasi atau pengukuran variable penelitian pada studi cross
sectional untuk penelitian deskriptif kemudian dilakukan analisis, yaitu dengan
menentukan jumlah atau frekuensi dan distribusi berdasarkan variabel orang,
tempat dan waktu (Budiarto, 2004).
Sedangkan hasil observasi atau pengukuran factor risiko dan efek pada penelitian
analitik kemudian dianalisis adanya hubungan atau perbedaan prevalens antar
kelompok yang diteliti. Analisis ini dapat berupa suatu uji hipotesis (uji statistik)
seperti uji Chi Square (X2), uji t (t-test), regresi dan korelasi atau analisis untuk
memperoleh faktor risiko, yaitu dengan menggunakan prevalence ratio (PR).
PR adalah perbandingan antara prevalensi efek (penyakit / masalah
kesehatan) pada kelompok subjek yang memiliki faktor risiko dan prevalensi efek pada
kelompok tanpa faktor risiko. Prevalence Ratio (PR) menunjukkan peran faktor risiko
dalam terjadinya efek pada studi potong lintang. PR dapat dihitung secara sederhana, yaitu
dengan menggunakan tabel sebagai berikut:

Faktor Risiko Penyakit Total


Ya Tidak
Terpapar a b a+b
Tidak terpapar c d c+d
Total a+c b+d a+b+c+d=N

Dari definisi PR diatas, rumus untuk menghitung prevalence ratio adalah sebagai
berikut:

PR harus selalu disertai nilai interval kepercayaan (confidence interval) yang dikehendaki,
misalnya interval kepercayaan 95%. Interpretasi hasil PR adalah :
a) Jika nilai PR =1 berarti variabel yang diduga sebagai faktor risiko tidak ada pengaruh dalam
terjadinya efek, atau dengan kata lain bukan sebagai faktor risiko terjadinya efek
(penyakit/masalah kesehatan).
b) Jika nilai PR>1 dan rentang interval kepercayaan tidak mencakup angka 1,
berarti variabel tersebut sebagai faktor risiko terjadinya efek.

5
c) Jika nilai PR<1 dan rentang kepercayaan interval tidak mencakup angka 1, berarti faktor
yang diteliti merupakan faktor protektif terjadinya efek.
d) Jika nilai interval kepercayaan PR mencakup nilai 1 maka berarti mungkin nilai
prevalensi=1, sehingga belum dapat disimpulkan bahwa faktor yang kita teliti
sebagai faktor risiko atau faktor protektif.

6. Kelebihan Dan Kekurangan Cross Sectional


Kelebihan:
Mengetahui prevalens atau rasio prevalens
Mengetahui hubungan antara risiko dan penyakit
Keuntungan yang utama dari desain cross sectional adalah memungkinkan
penggunaan populasi dari masyarakat umum, tidak hanya para pasien yang
mencari pengobatan hingga generalisasinya cukup memadai.
Desain ini relatif mudah, murah, dan hasilnya cepat dapat diperoleh.
Dapat dipakai sebagai dasar untuk penelitian selanjutrnya yang bersifat lebih
konklusif. Misalnya suatu laporan cross sectional tentang hubungan antara
kadar HDL kolesterol dan konsumsi alcohol (atau eksperimen) untruk dapat
memastikan adanya hubungan sebab dan efek.
Hasil segera diperoleh
Dapat menjelaskan hubungan antara fenomena kesehatan yang diteliti
dengan factor- faktor terkait (terutama karakteristik yang menetap).
Dapat dimasukkan ke dalam tahapan pertama suatu penelitian kohort atau
eksperimen, tanpa atau dengan sedikit sekali menambah biaya.

Kekurangan:
Hanya kasus prevalens dan atau yang tidak trerkena dampak tertentu yang
diteliti
Sulit untuk menentukan sebab dan akibat karena pengambilan data risiko dan
efek dilakukan pada saat yang bersamaan (temporal relationship tidak jelas).
Studi prevalens lebih banyak menjaring subjek yang mempunyai masa sakit
yang Panjang dari pada yang yang mempunyai masa sakit pendek, karena
individu yang cepat meninggal mempunyai kesempatan yang lebih terjaring
dalam studi.
Dibutuhkan jumlah subyek yang cukup banyak, terutama bila variabel yang
dipelajari banyak.

6
Tidak praktis untuk meneliti kasus yang sangat jarang, misalnya kanker
lambung, karena pada populasi usia 45-49 tahun diperlukan paling tidak
10.000 subyek untuk mendapatkan suatu kasus.
Tidak menggambarkan perjalanan penyakit, insidens maupun prognosis.
Membetuhksn skema sampling yang terencana baiksehingga dapat
memberikan kesempatan yang sama kepada setiap orang untuk terpilih.

7. Cara Menghitung Besarnya Sampel


Untuk penelitian survei, biasanya rumus yang biasa dipakai menggunakan
proporsi binomunal (binomunal proportions). Jika besar populasi (N) diketahui,
maka dicari dengan menggunakan rumus berikut:

Dengan jumlah populasi (N) yang diketahui, maka peneliti bisa melakukan
pengambilan sampel secara acak. Namun apabila besar populasi (N) tidak
diketahui atau (N-n)/(N-1)=1 maka besar sampel dihitung dengan rumus sebagai
berikut:

Keterangan:
n = jumlah sampel minimal yang diperlukan
α = derajat kepercayaan
p = proporsi anak yang diberi ASI secara eksklusif
q = 1-p (proporsi anak yang tidak diberi ASI secara eksklusif)
d = limit dari error atau presisi absolut

Jika ditetapkan = 0,05 atau Z1-/2 = 1,96 atau Z2 1-/2= 1,96 atau dibulatkan menjadi
4, maka rumus untuk besar N yang diketahui kadang diubah menjadi:

7
8. Contoh Penggunaan Penelitian Cross Sectional
Menurut Murti (2011), studi untuk mengetahui hubungan antara anemia
besi pada ibu hamil dengan Berat Badan Bayi Lahir (BBL), dengan menggunakan
rancangan atau pendekatan cross sectional.
Tahap pertama : Mengidentifikasi variabel-variabel yang akan diteliti dan
kedudukanya masing-masing.
- Variabel dependen (efek ) : BBL
- Variebel independen (risiko ) : anemia besi.
- Variabel independent (risiko) yang dikendalikan : paritas, umur ibu, perawatan
kehamilan, dan sebagainya.
Tahap kedua : menetapkan subjek penelitian atau populasi dan sampelnya.
Subjek penelitian : ibu-ibu yang baru melahirkan, namun perlu dibatasi daerah
mana ereka akan diambil contohnya lingkup rumah sakit atau rumah bersalin.
Demikian pula batas waktu dan cara pengambilan sampel, apakah
berdasarkan tekhnik random atau non-random.
Tahap ketiga : Melakukan pengumpulan data, observasi atau pengukuran terhadap
variabel dependen- independen dan variabel-variabel yang dikendalikan secara
bersamaan (dalam waktu yang sama). Caranya mengukur berat badan bayi yang
sedang lahir, memeriksa Hb ibu, menanyakan umur, paritas dan variabel-
variabel kendali yang lain.
Tahap keempat : Mengolah dan menganalisis data dengan cara
membandingkan. Bandingkan BBL dengan Hb darah ibu. Dari analisis ini akan
diperoleh bukti adanya atau tidakadanya hubungan antara anemia dengan BBL.

8
KESIMPULAN

Berdasarkan pemaparan diatas bila ditarik kesimpulannya maka penelitian


cross sectional memiliki misi untuk memperoleh sampel dari populasi dalam satu
waktu. Selanjutnya peneliti akan mengamati status data (individu) yang ada pada
satu waktu pada sampel. Ini mengindikasikan bahwa setiap subjek yang telah
diperiksa akan diobservasi satu kali dan pengukuran akan dilakukan kepada
status yang memiliki sifat variabel subjek (Notoatmodjo, 2014).
Untuk mempermudah pelaksanaan penelitian cross sectional, peneliti bisa
menggunakan aplikasi SPSS. Bila menggunakan aplikasi ini data yang
digunakan harus bersifat digital meskipun data sebelumnya merupakan data fisik.
Dalam studi cross sectional, peneliti mengukur hasil dan paparan peserta
penelitian pada saat yang bersamaan. Berbeda dengan studi kasus-kontrol
(peserta dipilih berdasarkan status hasil) atau studi kohort (peserta dipilih
berdasarkan status paparan), peserta dalam studi cross sectionalhanya dipilih
berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi yang ditetapkan untuk penelitian
tersebut. Kita dapat mengukur prevalensi penyakit atau menghitung OR sebagai
ukuran hubungan. Studi-studi ini dilakukan relatif lebih cepat dan tidak mahal.
Namun, karena sifat desain penelitian, secara umum sulit untuk memperoleh
hubungan sebab akibat dari analisis cross sectional.

9
DAFTAR PUSTAKA

Bonita, R., Beaglehole, R., Kjellstorm, T. 2006. Basic Epidemiology. 2nd Edition.
Switzerland: WHO Press.

Budiarto, E. 2004. Metodologi Penelitian Kedokteran. Jakarta: EGC.

Lemeshow, S., Hosmer, D.W., Klar, J., dan Lwanga, S.K. 1997. Besar Sampel
Dalam Penelitian Kesehatan. Jogjakarta: Gajahmada University Press.

Notoatmodjo, S. 2014. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka


Cipta.

Murti, Bhisma. 2011. Penerapan Metode Statistik Non Parametrik Dalam Ilmu-
Ilmu Kesehatan. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Snedecor, George, W., dan William, G., Cohran. 1967. Statistical Methods. New
Delhi : Oxford & IBH Publishing. Co.

Timmreck, Thomas, C. 2004. Epidemiologi: Suatu Pengantar. Edisi Kedua.


Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

10

Anda mungkin juga menyukai