Anda di halaman 1dari 43

1

MAKALAH MATA KULIAH ELEKTIF

Dosen Pembimbing
Dr. Yessy Dessy Arna, M.Kep., Sp.Kom

Disusun Oleh :
Kelompok 1

1. Moch. Iqbal Pratama P27820418001


2. Dina Frida Aisyiya P27820418002
3. Nurul Amaliyah P27820418003
4. Aris Novi Indrasari P27820418004
5. Fitra Ayu Saputri P27820418005
6. Firah Elva Sabrina P27820417018
7. Thalita Livia Nadifa Almira P27820418046
8. Muhammad Hudan Nurudin P27820418047
9. Annisa Dewi P27820418048
10. Muhammad Alfani Furqon P27820418049

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN


KESEHATAN SURABAYA
PROGAM STUDI DIII KEPERAWATAN SIDOARJO
TAHUN AJARAN 2020/2021
i

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa, yang telah
memberikan rahmat, serta karunia-Nya, sehingga kami dapa tmenyelesaikan makalah mata
kuliah elektif

Makalah elektif ini disusun untuk memenuhi tugas mata kulaih elektif. Makalah ini
berisi tentang konsep perspektif keperawatan elektif, konsep neurobehavioe, belahan otak
kiri, belahan otak kanan dan dimensia, teknik mobilisasi lansia, motorik kasar dan halus
dan konsep pengkajian pada luka dan luka diabetik.
Makalah mata kuliah elektif tidak akan dapat terselesaikan tanpa bantuan dari
beberapa pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini kami ucapkan terimakasih kepada
Yth:

1. Dr. Yessy Dessy Arna, M.Kep., Sp.Kom


2. Bapak dan Ibu Dosen Prodi DIII Keperawatan Sidoarjo.
3. Teman-teman Prodi DIII Keperawatan Sidoarjo angkatan 2018 atas motivasi
dan dukungannya sehingga kami bisa menyelesaikan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan
untuk itu kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat dibutuhkan.Semoga
dengan adanya makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kami sekaligus bagi para
pembaca.

Sidoarjo, 24 Febuari 2021

Penulis
ii

DAFTAR ISI

Kata Pengantar .......................................................................................................i

Daftar Isi ......................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang..............................................................................................1

1.2 Rumusan Masakah.......................................................................................2

1.3 Tujuan ......................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Konsep Perspektif Keperawatan Elektif........................................................4

2.2 Konsep Neurobehavioe, Belahan Otak Kiri, Belahan Otak Kanan Dan

Dimensia ......................................................................................................7

2.3 Teknik Mobilisasi Lansia, Motorik Kasar Dan Halus..................................19

2.4 Konsep Pengkajian Pada Luka Dan Luka Diabetik.....................................21

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan...................................................................................................38

3.2 Saran .......................................................................................................

DaftarPustaka .....................................................................................................39
1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Arti kata elektif yang berarti terencana, sedangkan definisi keperawatan


menurut Undang-Undang Nomer 38 tahun 2014 adalah kegiatan pemberian asuhan
kepada individu, keluarga, kelompok atau masyarakat, baik dalam keadaan sakit
maupun sehat. Sehingga perpektif keperawatan dalam elektif yaitu kegiatan
pemberian asuhan yang terencana sesuai kebutuhan kepada individu, kelompok
atau masyarakat, baik dalam keadaan sakit atau sehat. Pada mata kuliah
keperawatan elektif ini akan mempelajari tentang konsep neurobehavior, teknik
mobilisai pada lansia dan pengkajian pada luka dan luka diabetik.

Neurobehavior merupakan cabang ilmu yang mempelajari tentang kinerja


sistem saraf, fisiologi dan hubungannya dengan perilaku manusia. Ilmu
neurobehavior mencoba menjelaskan hubungan antara perilaku yang dapat diamati
dan kejadian-kejadian mental (seperti pikiran dan emosi) menjadi proses biologis.
Pendekatan tersebut menghasilkan anggapan bahwa intelegensi memiliki dasar
anatomis dan biologis. Tingkah laku manusia pada dasarnya dikendalikan oleh
aktivitas otak dan sistem saraf. Maka perilaku seseorang sangat tergantung pada
kondisi otak dan kondisi sistem sarafnya, bila otak dan saraf terganggu maka
perilakunya juga akan terganggu.Konsep Neurobehaviour didasarkan pada 2 kata,
yakni neuro dan behaviour. Neuro yang berarti ilmu yang mempelajari sistem
saraf, sedangkan behaviour berarti pandangan ilmiah tentang tingkah laku. Jadi,
Teori behavioural tingkah laku manusia diperoleh dari belajar, dan proses
terbentuknya kepribadian adalah melalui kematangan proses belajar, Kepribadian
manusia berkembang bersama-sama dengan interaksinya dengan lingkungannya.
2

Pada lansia terjadi terjadi keterbatasan gerak dan berkurangnya aktifitas sendi
karena disebabkan terjadinya penurunan mobilitas. Mobilitas dalan pengertiannya
adalag pergerakan yang memberikan kebebasan dan kemandirian bagi seseorang.
Imobilitas dan intoleran aktivitas sering sekali terjadi pada lansia. Sebagian besar
lansia mengalami imobilitas dengan bermacam-macam penyebab. Beberapa
treatment dapat diberikan untuk membantu mengurangi keterbatasan gangguan
gerak yang diakibatkan oleh adanya proses degeneratif, salah satunya adalah
dengan memberikan bentuk latihan baik mandiri ataupun dengan bantuan terapis.

luka adalah rusaknya kesatuan atau komponen jaringan dimana secara spesifik
terdapat subtansi jaringan yang rusak atau hilang. Perawatan luka merupakan
bagian dari ilmu kedokteran dan ilmu keperawatan yang telah memperoleh banyak
perhatian sejak dahulu. Dengan makin banyaknya inovasi terbaru dalam
perkembangan produk-produk perawatan luka tersebut membuktikan bahwa
metode perawatn luka telah berkembang. Perubahan profil pasien mendukung
kompleksitas perawatan luka dimana pasien dengan kondisi penyakit degenaratif
dan kelainan metabolik semakin banyak ditemukan dimana perawatan yang tepat
diperlukan agar proses penyembuhan luka tercapai.

1.2 Rumusan masalah


1. Bagaimana konsep perspektif keperawatan elektif ?
2. Bagaimana konsep neurobehavior, belahan otak kiri, belahan otak kanan dan
dimensia ?
3. Bagaimana teknik mobilisasi lansia, motorik kasar dan halus ?
4. Bagaimana konsep pengkajian pada luka dan luka diabetik ?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui dan memahami konsep perspektif keperawatan elektif
3

2. Untuk mengetahui dan memahami konsep neurobehavioe, belahan otak kiri,


belahan otak kanan dan dimensia
3. Untuk mengetahui dan memahami teknik mobilisasi lansia, motorik kasar dan
halus
4. Untuk mengetahui dan memahami konsep pengkajian pada luka dan luka
Diabetik
4

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Konsep Perspektif Keperawatan Elektif

1) Definisi

Kata Elektif menurut KBBI adalah bersifat pilihan. Dan keperawatan adalah segala
hal yang berhubungan dengan perawat; juga perihal cara merawat orang sakit. Secara garis
besar maka Keperawatan Elektif adalah Pelayanan professional perawat berbentuk
perawatan bio-psiko-sosio-spiritual pasien yang mengalami masalah kesehatan, dimana
perawat bisa memilih alternative perawatan yang akan dilakukannya . Keperawatan Elektif
mencakup diataranya Terapi Komplementer, Entrepreneurship, Perawatan Luka, dan
Evidence Based Practice.

1) Terapi Komplementer

Terapi komplementer dikenal dengan terapi tradisional yang digabungkan dalam


pengobatan modern. Komplementer adalah penggunaan terapi tradisional ke dalam
pengobatan modernTerapi komplementer dapat berupa promosi kesehatan, pencegahan
penyakit ataupun rehabilitasi.

a. Jenis–jenisTerapiKomplementer
Terapi komplementer yang direkomendasikan untuk perawat adalah : masase, terapi
musik, diet, teknik relaksasi, vitamin dan produk herbal Di Amerika terapi
komplementer kedokteran dibagi empat jenis terapi : Chiropractic, Teknik Relaksasi
(termasuk bagian dari Hypnomedis), Terapi Masase dan Akupunktur.Menurut
National Institute of Health (NIH), terapi komplementer dikategorikan menjadi 5,
yaitu :

- Biological Based Practice : herbal, vitamin, dan suplemen lain


- Mind-body techniques : meditasi, hypnomedis
- Manipulative and body-based practice : pijat, refleksi
- Energy therapies : terapi medan magnet
5

- Ancient medical systems : obat tradisional chinese, aryuvedic, akupuntur

Di Indonesia ada 3 jenis teknik pengobatan komplementer yang telah ditetapkan oleh
Departemen Kesehatan untuk dapat diintegrasikan ke dalam pelayanan konvensional, yaitu
sebagai berikut :

1. Akupunktur medic yaitu metode yang berasal dari Cina ini diperkirakan sangat
bermanfaat dalam mengatasi berbagai kondisi kesehatan tertentu dan juga sebagai
analgesi (pereda nyeri). Cara kerjanya adalah dengan mengaktivasi berbagai molekul
signal yang berperan sebagai komunikasi antar sel. Salah satu pelepasan molekul
tersebut adalah pelepasan endorphin yang banyak berperan pada sistem tubuh.
2. Terapi hiperbarik, yaitu suatu metode terapi dimana pasien dimasukkan ke dalam
sebuah ruangan yang memiliki tekanan udara 2 – 3 kali lebih besar daripada tekanan
udara atmosfer normal (1 atmosfer), lalu diberi pernapasan oksigen murni (100%).
Selama terapi, pasien boleh membaca, minum, atau makan untuk menghindari trauma
pada telinga akibat tingginya tekanan udara.
3. Terapi herbal medik, yaitu terapi dengan menggunakan obat bahan alam, baik berupa
herbal terstandar dalam kegiatan pelayanan penelitian maupun berupa fitofarmaka.
Herbal terstandar yaitu herbal yang telah melalui uji preklinik pada cell line atau
hewan coba, baik terhadap keamanan maupun efektifitasnya.

Berdasarkan Permenkes RI Nomor : 1109/Menkes/Per/2007 adalah :

1. Intervensi tubuh dan pikiran (mind and body interventions) : Hipnoterapi, mediasi,
penyembuhan spiritual, doa dan yoga
2. Sistem pelayanan pengobatan alternatif : akupuntur, akupresur, naturopati, homeopati,
aromaterapi, Ayurveda
3. Cara penyembuhan manual : chiropractice, healing touch, tuina, shiatsu, osteopati, pijat
urut
4. Pengobatan farmakologi dan biologi : jamu, herbal, gurah
5. Diet dan nutrisi untuk pencegahan dan pengobatan : diet makro nutrient, mikro nutrient
6. Cara lain dalam diagnosa dan pengobatan : terapi ozon, hiperbarik
6

2) Entrepreneur

Entrepreneur bukan hanya berbicara tentang bisnis. Di dalam ilmu keperawatan,


Entrepreneur adalah bagaimana membuat perawat menjadi lebih baik dan dapat
memberikan pelayanan yang terbaik untuk diri sendiri dan orang lain,” jelas Pembantu
Dekan III FIK Unpad, Hana Rizmadewi Agustina, S.Kp., M.N.,

 Aspek legal : Perawat dalam menjalankan entrepreneurship-nya sering dihantui oleh


sangsi hukum, oleh karena itu banyak perawat berharap untuk disahkannya RUU
praktik keperawatan. Tetapi tentunya aspek hukum yang harus dikuasai bukan hanya
tentang perawat tentunya undang – undang atau peraturan hukum lainnya juga harus
dikuasai oleh perawat.
 Etik dan konflik personal : Banyak perawat beranggapan bahwa berbisnis bertentangan
dengan kode etik dan nilai perawat dimana berbisnis maka akan menurunkan penilaian
masyarakat terhadap perawat. Dan untuk menghindari terjadinya konflik personal
perawat lebih suka bekerja di klinik tempat praktek dokter, hal ini menyebabkan fungsi
mandiri dari perawat dinilai tidak ada oleh masyarakat atau dengan kata lain tidak
kompeten dan menjadi perawat tidak survive untuk menunjukan eksistensi tindakan
keperawatan mandiri.
 Hambatan dari pengetahuan : Kemampuan perawat dalam memulai bisnis belum
terlihat hal ini disebabkan karena ketidakmampuan mengembangkan perencanaan
bisnis (akutansi, pemasaran, manajeriar, asuransi, hukum, perencanaan, insurance,
anggaran, pendanaan, negosiasi, penagihan, keterampilan klinik dan keperawatan).
Manajemen perawat lebih difokuskan kepada manajemen pasien tidak kepada
manajemen perusahaan dan masih banyak perawat beranggapan bahwa masyarakat
hanya membutuhkan rumah sakit dan dokter dalam memberikan pelayanan kesehatan,
kalau berbisnis mempunyai risiko yang tinggi. Hal ini berdampak banyak perawat
kesulitan dalam memulai usaha baru.

3) Perawatan Luka
7

Pada teknik perawatan luka modern,luka dipertahankan dalam kondisi


lembab(Miguel et. al, 2007). Kondisi ini didasarkan teori antara lain : terbentuk pada luka
kronis yang dapat dihilangkan lebih cepat oleh netrofil dan selendotel dalam suasana
lembab, mempercepat angiogenesis, karena keadaan hipoksia pada perawatan luka tertutup
akan merangsang pembentukan pembuluh darah lebih cepat, menurunkan resiko
infeksi,kejadian infeksi relatif lebih rendah daripada perawatan tipe kering, mempercepat
pembentukan growth factor yang berperan untuk membentuk stratumcorneum dan
angiogenesis, yang produksinya akan lebih cepat pada suasanalembab, mempercepat
pembentukan sel aktif, karena invasi netrofil yang diikuti, oleh makrofag, monosit dan
limfosit ke daerah luka berfungsi awal dalam suasana lembab. Perawatan luka dengan
Hidrogel dan Terasorb Perawatan luka dengan Softratule

4) Evidence Based Practice

EBP menjadi sangat penting akhir-akhir ini karena isu patient centered care yang
semakin banyak digaungkan di dunia kesehatan dan keperawatan. Proses keperawatan yang
dimiliki oleh perawat dan juga petugas kesehatan lainnya dititikberatkan dan berfokus
hanya pada pasien dan semua keputusan yang berhubungan dengan kesehatan dan
perawatan pasien hanya diletakkan di tangan pasien. Artinya, pasien memiliki hak penuh
untuk menentukan nasip perawatan kesehatannya sendiri berdasarkan hasil diskusi dengan
tenaga kesehatan yang professional. Tujuan dari EBP adalah tiada lain dan tiada bukan
adalah untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan, meningkatkan pelayanan yang
selalu mendahulukan keselamatan pasien dan pada akhirnya membantu untuk menurunkan
hospital costs.

2.2 Konsep Neurobehavioe, Belahan otak kanan dan kiri, dan Demensia

A. Neurobehaviour

Neurobehaviour adalah koordinasi antara fungsi luhur dengan perilaku manusia.


Dimana fungsi luhur merupakan fungsi yang memungkinkan manusia dapat memenuhi
kebutuhan jasmani dan rohani sesuai dengan nilai moral yang berlaku. Otak yang
menyebabkan manusia berkomunikasi satu sama lain melalui bicara, menulis, dan gerak
8

isyarat. Yang dimaksud dengan fungsi luhur yaitu, fungsi bahasa, fungsi persepsi, fungsi
memori, fungsi emosi, fungsi kognitif.

Sistem Saraf Pusat (SSP) terdiri atas otak dan medula spinalis. SSP menerima asupan
sensori melalui serabut sensori (dendrite) di dalam saraf spinal dan saraf kranial lalu
mengirimkan impuls-impuls motorik melalui akson-akson dalam saraf yang sama. SSP juga
mengandung sejumlah besar neuron-neuron yang secara keseluruhan saling memengaruhi.
Neuron-neuron ini disebut neuron internunsial, atau interneuron, dan dapat berada di dalam
otak dan medulla atau menghubungkan satu dengan lainnya. Masing-masing dari tujuh
bagian otak utama serta medula spinalis akan dibahas dengan singkat berikut ini.

1. Korteks

Korteks diduga untuk menjalankan semua fungsi-fungsi mental yang lebih tinggi
seperti penilaian, bahasa, memori (daya ingat), kreativitas, dan berpikir abstrak. Selain
itu, juga berfungsi dalam persepsi, penempatan, dan interpretasi semua sensasi, serta
mengatur semua gerak disadari (voluntary) dan terutama aktivitas motorik diskrit
Beberapa area serebum bekerja bersama-sama untuk menghasilkan suatu fungsi
koordinasi manusia contohnya dalam proses berkomunikasi.

Komunikasi verbal tergantung pada kemampuan untuk menginterpretasi ucapan dan


untuk menerjemahkan pikiran ke dalam bentuk ucapan. Ide-ide biasanya
dikomunikasikan antara orang- orang baik melalui pembicaraan atau bahasa tulisan.
Dengan bahasa lisan asupan informasi sensori terjadi melalui korteks auditorius utama.
Pada daerah asosiasi auditori, suara ditafsirkan sebagai kata dan kata sebagai kalimat.
Kalimat ini kemudian diinterpretasikan oleh area integratif umum dari korteks serebri
sebagai pikiran.

Area integratif umum juga mengembangkan pikiran untuk dikomunikasikan. Huruf-


huruf yang dilihat oleh mata diasosiasikan sebagai kata, pikiran, dan kalimat pada area
asosiasi visual, juga diintegrasikan ke dalam bentuk pikiran pada area ini. Melaksanaan
yang berhubungan dengan region fasial dari area sensori somecthelic, area integratif
umum melakukan serangkaian impuls, yang masing-masing menggambarkan suku kata
9

atau kata, kemudian mentransmisikannya ke area motorik sekunder yang


mengendalikan laring dan mulut. Pusat bicara, selain mengontrol aktivitas
10

motorik laring dan mulut, mengirimkan impuls-impuls ke pusat pernapasan dari


korteks motoric sekunder untuk memberikan pola pernapasan saat proses bicara.

2. Bangsal Ganglia

Fungsi bangsal ganglia dalam kerja samanya dengan bagian-bagian otak yang lebih
rendah dalam memberikan sirkuit untuk gerakan tubuh sadar dan di bawah sadar. Basal
ganglia ini memberikan 1) latar belakang tonus otot yang penting untuk gerakan sadar
yang mempunyai ciri tersendiri, 2) kehalusan dan koordinasi fungsi-fungsi antagonis
otot, dan 3) dasar gerakan berirama bawah sadar otomatis yang terlibat dalam
pemeliharaan keseimbangan dan berjalan. Lesi pada basal ganglia ini akan
menyebabkan berbagai abnormalitas seperti chorea, hemibalismus, dan penyakit
Parkinson.

3. Serebelum

Serebelum menerima “sampel” dari semua asupan impuls sensori somestetik


asenden maupun impuls motorik desenden. Manfaat dari penghubung ini
memungkinkan serebelum untuk mempertemukan kehendak stimulus motorik
(sebelum mereka mencapai otot) dengan data sensori aktual. Hal ini akan menjamin
pertemuan yang optimal untuk “tujuan” motorik sadar dengan aktivitas motorik aktual,
dengan jeda untuk mengubah pesan motorik pada kasus penyimpangan. Serebelum
mengirimkan pesannya sendiri ke basal ganglia dan korteks, juga ke bagian batang
otak untuk melakukan tiga dasar fungsi bawah sadar. Fungsi serebelum adalah 1)
menghasilkan kehalusan, keseimbangan, keharmonisan, dan koordinasi gerak otot
rangka; 2) mempertahankan keseimbangan tubuh; serta 3) mengontrol postur tubuh
tanpa kejang atau gerakan tanpa kompensasi atau tanda bergoyang-goyang. Penyakit
serebelum dapat menimbulkan gejala-gejala tertentu terutama gangguan cara berjalan,
keseimbangan ataksia (terlalu stabil dan kurang stabil dalam berjalan), dan tremor.
11

4. Serebrum

Masing-masing dari kedua hemisfer serebri (kiri dan kanan) mempunyai lapisan
korteks yang menutupi permukaan otak. Lapisan kortikal ini terbuat dari beberapa jenis
neuron tak bermielin yang berbeda dan sel-sel glia dalam enam lapisan berbeda sesuai
jenis dan fungsi selnya. Hemisfer kanan dan kiri dihubungkan oleh serabut saraf yang
disebut korpus kalosum. Masing masing hemisfer memiliki empat lobus, di mana
secara umum terletak di bawah masing-masing tulang tengkorak berikut: frontal,
parietal, temporal, dan oksipital. Untuk sebagian besar, masing- masing hemisfer
mempersarafi sisi kontralateral tubuh (serabut-serabut bersilangan dalam SSP). Suatu
perkecualian yang jelas adalah area broka. Area korteks ini membantu semua fungsi
motorik bicara dan terletak pada area posterolateral lobus frontalis kiri pada semua
orang yang tidak kidal dan banyak pada orang kidal. Apabila terjadi kerusakan area ini
pada orang dewasa akan menyebabkan afasia motorik.
12

5. Diensefalon

Pada bagian bawah serebrum terdapat bagian otak yang lain yaitu diensefalon.
Thalamus berfungsi sebagai pusat pemancar sensorik dan motorik. Thalamus
memancarkan impuls-impuls sensori, termasuk dari penglihatan dan pendengaran, ke
korteks serebri. Selain itu, juga berfungsi dalam kesadaran kasar dari sensasi tertentu,
yang terbanyak adalah nyeri. Lokalisasi diskrit dan segala bentuk persepsi yang lebih
halus merupakan fungsi kortikal, namun sebagian kecil dari kesadaran terjadi pada
thalamus dan juga area midbrain. Thalamus memiliki traktus serabut dari sistem
pengaktivasi retikular (RAS) yang berfungsi dalam kesadaran fisik sempurna,
kesadaran mental, dan kemungkinan beberapa aspek perhatian. Hipotalamus adalah
tempat interaksi neuronendokrin. Pada bagian ini berbagai substansi neurosekretori
dibentuk hormon-hormon yang sebelumnya dihubungkan pada hipofisis posterior
(antidiuretik horman (ADH) dan oksitosin) dan yang merangsang atau yang
menghambat sekresi hormon-hormon hipofisis anterior.

Area otak ini juga mengandung pusat-pusat untuk mengoordinasi perangsangan


parasimpatik dan simpati, pengaturan Asuhu tubuh, pengaturan nafsu makan,
pengaturan keseimbangan air oleh ADH danpengaturan aktivitas irama psikobiologi
tertentu (seperti: tidur).

B. Belahan otak kiri dan otak kanan

Otak kita adalah organ yang luar biasa rumit. Hanya dengan berat sekitar 2 kg, ada
100 miliar sel saraf dan 100 triliun sambungan sel saraf dalam otak. Sebagai pusat
komando tubuh, secara garis besar otak membagi tugasnya menjadi dua kelompok, yaitu
otak kanan dan otak kiri. Apa perbedaan otak kanan dan otak kiri?

Perbedaan otak kanan dan otak kiri, terletak pada jenis pemikiran yang dihasilkan.
Otak kanan, merupakan bagian otak yang memproses kreativitas untuk berimajinasi dan
berpikir tentang seni. Sementara itu otak kiri lebih banyak memikirkan hal-hal yang analitis
13

dan matematis. Berdasarkan perbedaan keduanya yang cukup jelas ini, peneliti pun
menyebutkan bahwa manusia memiliki satu sisi otak yang dominan.

a. Lebih jauh tentang perbedaan otak kanan dan otak kiri


Otak kita secara garis besar dibagi menjadi dua bagian, atau yang dalam bahasa
kedokteran, disebut dengan hemisfer. Masing-masing bagiannya mengontrol fungsi yang
berbeda.Secara fisik, otak kanan dan otak kiri tampilannya tidak jauh berbeda. Namun, ada
perbedaan besar yang memisahkan keduanya. Perbedaan otak kanan dan otak kiri, terletak
pada caranya memproses informasi yang masuk ke otak. Meski begitu, kedua bagian otak
ini tidak bekerja sendiri-sendiri.Teori tentang perbedaan otak kanan dan otak kiri ini
pertama kali dikemukakan oleh seorang peneliti bernama Roger W. Sperry pada tahun
1960an. Berdasarkan teori Sperry, setiap orang memiliki kecenderungan untuk lebih
memakai otak kanan atau otak kirinya. Berikut perbedaan masing-masing.

1. Otak kanan
Otak kanan merupakan bagian paling baik untuk mengerjakan tugas yang
berhubungan dengan kreativitas, dan sesuatu yang ekspresif. Beberapa hal maupun
kemampuan yang erat kaitannya dengan otak kanan antara lain adalah:

 Musik
 Warna
 Kemampuan mengenali wajah orang lain
 Mengekspresikan emosi
 Membaca emosi orang lain
 Intuisi
 Imajinasi
 Kreativitas

Orang dengan otak kanan yang lebih dominan, lebih suka memvisualisasikan
sesuatu, dibandingkan memikirkannya dalam bentuk kata-kata. Selain itu, mereka juga
lebih bisa melihat sesuatu dari sudut pandang lebih luas, dan cara berpikir yang lebih bebas.
2. Otak kiri
14

Sementara itu, otak kiri, berfungsi untuk mengerjakan tugas-tugas yang sifatnya
logis. Bagian otak ini dinilai lebih mampu mengerjakan sesuatu yang berhubungan dengan:

 Bahasa
 Logika
 Pemikiran kritis
 Angka-angka
 Analisis

Kelompok ndividu dengan dominasi otak kiri, dipercaya lebih detail dan cenderung
bekerja berdasarkan data dan fakta. Mereka juga senang berpikir dalam kata-kata,
dibandingkan visualisasi.

b. Namun, teori dominasi otak kanan dan otak kiri, telah dibantah
Penelitian mengenai dominasi otak kanan dan otak kiri adalah riset lama. Namun,
hasil riset masih banyak dipercaya banyak orang hingga sekarang, terutama dalam bacaan-
bacaan psikologi populer atau kuis-kuis psikologi di Internet.Namun nyatanya, menurut
penelitian terbaru, teori mengenai dominasi otak kanan dan otak kiri dinyatakan tidak
akurat. Penelitian ini dilakukan dengan melihat gambar otak tiga dimensi yang diambil dari
1.000 orang subjek penelitian. Lalu, para peneliti membandingkan aktivitas otak kanan dan
otak kiri dengan menggunakan mesin MRI. Hasilnya, tidak ada perbedaan signifikan dari
aktivitas kedua sisi otak tersebut. Sehingga para peneliti menyimpulkan, manusia
sebenarnya tidak memiliki sisi otak dominan, seperti yang selama ini dikira banyak orang.
Namun, perbedaan aktvitas antara dua sisi otak itu memang benar adanya. Masing-
masing sisi, memang mengerjakan dua hal yang cenderung berbeda. Namun, tidak ada satu
sisi yang lebih dominan dari sisi lainnya. Perbedaan aktivitas di kedua sisi otak ini juga
akan tergantung dari kegiatan yang sedang dijalani.
15

C. Konsep Demensia

1. Definisi Demensia

Demensia adalah sindrom penurunan kognitif dan fungsional, biasanya terjadi di


kemudian hari sebagai akibat neurodegenarif dan proses serebrosvaskuler (Killin,
2016). Demensia merupakan penyakit degeneratif yang sering menyerang pada orang
yang berusia diatas 60 tahun. Demensia terjadi akibat kerusakan sel-sel otak dimana
sistem saraf tidak lagi bisa membawa informasi ke dalam otak, sehingga membuat
kemunduran pada daya ingat, keterampilan secara progresif, gangguan emosi, dan
perubahan perilaku, penderita demensia sering menunjukkan gangguan perilaku harian
(Pieter and Janiwarti, 2011). Demensia adalah kondisi dimana hilangnya kemampuan
intelektual yang menghalangi hubungan sosial dan fungsi dalam kehidupan sehari-hari.
Demensia bukan merupakan bagian dari proses penuaan yang normal dan bukan
sesuatu yang pasti akan terjadi dalam kehidupan mendatang, demensia dapat juga di
sebabkan pleh bermacam- macam kelainan otak. Hampir 55% penderita demensia
disebabkan oleh Alzheimer, 25- 35% karena strokedan 10-15% karena penyebab lain,
banyak demensia yang diobati meskipun sangat sedikit darinya yang dapat
disembuhkan (Asrori dan putri, 2014).

Menurut Pieter et al (2011). Awalnya demensia bukan sekedar penyakit biasa,


melaikan suatu penyakit yang terdiri dari beberapa gejala dari suatu penyakit sehingga
membentuk perubahan kepribadian dan tingkah laku. Demensia timbul secara perlahan
dan menyerang orang yang usia diatas 60 tahun. Demensia bukan merupakan bagian
proses
16

enuaan yang normal. Sejalan dengan bertambahnya umur, maka perubahan dalam otak
menyebabkan hilangnya beberapa ingatan, terutama pada ingatan jangka pendek dan
penurunan kamampuan. Perubahan normal pada lansia tidak akan mempengaruhi fungsi.
Orang yang lanjut usia lupa pada usia bukan merupakan pertanda dari demensia atau
penyakit Alzheimer stadium awal. Pada penuaan normal, seseorang dapat lupa pada hal
detail, kemuadian akan lupa secara keseluruan peristiwa yang baru terjadi.

2. Gejala-Gejala Demensia

Menurut Pieter et al (2011), menyebutkan ada beberapa gejala antara lain : Gejala
awal yang dialami demensia adalah kemunduran fungsi kognitif ringan, kemudian terjadi
kemunduran dalam mempelajari hal-hal yang baru, menurunya ingatan terhadap peristiwa
jangka pendek, kesulitan menemukan kata-kata yang tepat untuk diucapkan. Pada tahap
lanjut, gejala yang diamali demensia antara lain sulit mengenali benda, tidak dapat
bertindak sesuai dengan berancana, tidak bisa mengenakan pakaian sendiri, tidak bisa
memperkirakan jarak dan sulit mengordinasinakan anggota tubuh. Gejala demensia
selanjutnya yang muncul biasanya berupa depresi yang dialami pada lansia, dimana orang
yang mengalami demensia sering kali menjaga jarak dengan lingkungan dan lebih sensitif.
Kondisi seperti ini dapat saja di ikuti oleh munculnya penyakit lain dan biasanya akan
memperparah kondisi lansia. Pada saat ini mungkin saja lansia menjadi sangat ketakutan
bahkan hingga berhalusinasi. Disinilah peran keluarga sangat penting untuk proses
penyembuhan, kerena lansia yang demensia memerlukan perhatian lebih dari keluarganya.

Pada tahap lanjut demensia menimbulkan perubahan tingkah laku yang semakin
mengkhawatirkan, sehingga perlu sekali keluarga mengetahui perubahn tingkah laku yang
17

dialami lansia pada demensia. Mengetahui perubahan tingkah laku pada demensia dapat
memuculkan sikap empati yang sangat dibutuhkan anggota keluarga, yakni harus dengan
sabar merawat dan lebih perhatian terdapat anggota keluarga yang demensia. Perubahan
perilaku lyang dialami lansia pada penderita demensia bisa menimbulkan delusi, halusinasi,
depresi, kerusakan fungsi tubuh, cemas, disorientasi, ketidakmampuan melakukan tindakan
yang berarti, tidak dapat melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri, marah, agitasi,
apatis, dan kabur dari tempat tinggal.

Menurut Asrori dan putri (2014), menyebutkan ada beberapa tanda dan gejala yang
dialami pada Demensia antara lain :

a) Kehilangan memori

Tanda awal yang dialami lansia yang menderita demensia adalah lupa tentang
informasi yang baru di dapat atau di pelajari, itu merupakan hal biasa yang diamali lansia
yang menderita demensia seperti lupa dengan pentujuk yang diberikan, nama maupun
nomer telepon, dan penderita demensia akan sering lupa dengan benda dan tidak
mengingatnya.

b) Kesulitan dalam melakukan rutinitas pekerjaan

Lansia yang menderita Demensia akan sering kesulitan untuk menyelesaikan


rutinitas pekerjaan sehari-hari. Lansia yang mengadalami Demensia terutama Alzheimer
Disease mungkin tidak mengerti tentang langkah- langkah dari mempersiapkan aktivitas
sehari-hari seperti menyiapkan makanan, menggunkan perlatan rumah tangga dan
melakukanhobi.
18

c) Masalah dengan bahasa

Lansia yang mengalami Demensia akan kesulitam dalam mengelolah kata


yang tepat, mengeluarkan kat-kata yang tidak biasa dan sering kali membuat
kalimat yang sulit untuk di mengerti orang lain

d) Disorientasi waktu dan tempat

Mungkin hal biasa ketika orang yang tidak mempunyai penyakit Demensia
lupa dengan hari atau diaman dia berada, namun dengan lansia yang mengalami
Demensia akan lupa dengan jalan, lupa dengan dimana mereka berada dan
baimana mereka bisa sampai ditempat itu, serta tidak mengetahui bagaimana
kebali kerumah.

e) Tidak dapat mengambil keputusan

Lansia yang mengalami Demensia tidak dapat mengambil keputusan yang


sempurna dalam setiap waktu seperti memakai pakaian tanpa melihat cuaca atau
salah memakai pakaian, tidak dapat mengelolah keuangan.

f) Perubahan suasana hati dan kepribadian

Setiap orang dapat mengalami perubahan suasan hati menjadi sedih maupun
senang atau mengalami perubahan perasaann dari waktu ke waktu, tetapi dengan
lansia yang mengalami demensia dapat menunjukan perubahan perasaan dengan
sangat cepat, misalnya menangis dan marah tanpa alasan yang jelas. Kepribadian
seseorang akan berubah sesuai dengan usia, namun dengan yang dialami lansia
dengan demensia dapat mengalami banyak perubahan kepribadian, misalnya
ketakutan, curiga yang berlebihan, menjadi sangat bingung, dan ketergantungan
pada anggota keluarga.
19

2.3 Teknik Mobilisasi Lansia dan Motorik Kasar dan Halus


Teknik Mobilisasi Lansia

Siku
Fleksi Menggerakkan siku sehingga lengan bahu bergerak kedepan
sendi bahu dan tangan sejajar bahu. Rentang 150°

Ekstensi Meluruskan siku menurunkan tangan. Rentang 150°

Lengan Bawah
Supinasi Memutar lengan bawah dan tangan sehingga telapak tangan
menghadap keatas. Rentang 70-90°
Pronasi Memutar lengan bawah sehingga telapak tangan menghadap
kebawah. Rentang 70-90°
Pergelangan Tangan
Fleksi Menggerakkan telapak tangan kesisi bagian dalam lengan
bawah. Rentang 80-90°
Ekstensi Menggerakka njari – jari tangan sehingga jari – jari, tangan,
lengan bawah berada dalam arah yang sama. Rentang 80-90°
Hiperekstens Membawa permukaan tangan dorsal kebelakang sejauh
i mungkin. Rentang 89-90°
Abduksi Menekuk pergelangan tangan miring ke ibu jari. Rentang
30°
Jari – Jari Tangan
Fleksi Membuat genggaman. Rentang 90°
Ekstensi Meluruskan jari – jari tangan kebelakang sejauh mungkin.
Rentang 90°
Hiperekstens Meregangkan jari – jari tangan kebelakang sejauh mungkin.
i Rentang 30-60°
Abduksi Meregangkan jari – jari tangan yang satu dengan yang lain.
Rentang 30°
Adduksi Merapatkan kembali jari – jari tangan. Rentang 30°
Ibu Jari
20

Fleksi Menggerakkan ibu jari menyilang permukaan telapak


tangan. Rentang 90°
Ekstensi Menggerakkan ibu jari lurus menjauh dari tangan. Rentang
90°
Abduksi Menjauhkan ibu jari kedepan tangan. Rentang 30°
Adduksi Menggerakkan ibu jari kedepan tangan. Rentang 30°
Oposisi Menyentuh ibu jari kesetiap jari – jari tangan pada tangan
yang sama.
Panggul
Ekstensi Menggerakkan kembali kesamping tungkai yang lain.
Rentang 90 -120°
Hiperekstens Menggerakkan tungkai kebelakang tubuh. Rentang 30-50°
i
Abduksi Menggerakkan tungkai kesamping tubuh. Rentang 30-50°
Adduksi Menggerakkan tungkai kembali keposisi media dan melebihi
jika mungkin. Rentang 30-50°
Rotasi Dalam Memutar kaki dan tungkai kearah tungkai lain. Rentang 90°
Rotasi Luar Memutar kaki dan tungkai menjauhi tungkai lain. Rentang
90°
Sirkumduksi Menggerakkan tungkai melingkar.
Lutut
Fleksi Menggerakkan tumit kearah belakang paha. Rentang 120 -
130°
Ekstensi Mengembalikan tungkai ke lantai. Rentang 120 - 130°
Mata Kaki
Dorsi Fleksi Menggerakkan kaki sehingga jari – jari kaki menekuk ke
atas. Rentang 20-30°
Plantar Menggerakkan kaki sehingga jari – jari kaki menekuk ke
Fleksi bawah. Rentang 45 - 50°
Inversi Memutar telapak kaki kesamping dalam. Rentang 10°
Eversi Memutar telapak kaki kesamping luar. Rentang 10°
Jari – Jari Kaki
21

Fleksi Menekukkan jari – jari ke bawah. Rentang 30 - 60°


Ekstensi Meluruskan jari – jari kaki. Rentang 30 - 60°

Motorik Kasar dan Motorik Halus Pada Lansia


 Gerak motorik kasar
Motorik kasar adalah gerak yang melibatkan sebagian besar tubuh
dan membutuhkan kerja otot –otot besar sehingga memerlukan tenaga
yang lebih besar (Yani Mulyani dan Juliska Gracinia, 2007:2). Hal ini
sependapat dengan Frankenburg dkk (1981) dalam Soetliningsih (1995),
motorik kasar adalah aspek yang berhubungan dengan pergerakan dan
sikap tubuh. Gerakan motorik kasar melibatkan aktivitas otot - otot besar
seperti otot tangan, ototkaki dan seluruh tubuh, Misalnya kemampuan
untuk duduk, menendang, melelmpar, berlari dan lainnya.

 Gerak motorik halus


Motorik halus adalah gerak yang hanya melibatkan bagian tubuh
tertentu, otot-otot kecil, dan tidak membutuhkan tenaga yang terlalu
besar, namun membutuhkan koordinasi yang cermat antara panca indra
dengan anggota tubuh yang terlibat. Contohnya gerakan jaridan
pergelangan tangan. (Yani Mulyani dan Juliska Gracinia, 2007:2).
Berdasarkan uraian diatas, dapat di tegaskan bahwa gerak motorik
adalah gerakan tubuh yang dilakukan dengan otot – otot besar atau kecil
dengan perintah dari sistem syaraf pusat yang digunakan untuk aktivitas
sehari – hari seperti duduk, berjalan, berolahraga, menulis, dan
sebagainya. Gerak motorik sangat penting pada lansia karena bisa
melakukan aktivitas sehari – hari tanpa ada hambatan berarti seperti
melakukan olahraga untuk menjaga kebugaran, melakukan aktivitas
seperti orang biasanya.

2.4 Konsep pengkajian pada luka, dan luka diabetik

A. Konsep Luka
22

1. Pengertian Luka
Luka adalah suatu ganggua dari kondisi normal pada kulit
(Taylor,1997). Luka adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh
yang disebabkan oleh trauma benda tajam atau tumpul, perubahan suhu,
zat kimia, ledakan, sengatan listrik atau gigitan hewan (R.Sjamsu Hidayat,
1997).
Luka adalah terganggunya (disruption) integritas normal dari kulit
dan jaringan dibawahnya yang terjadi secara tiba-tiba atau disengaja,
tertutup atau terbuka, bersih atau terkontaminasi, superfisial atau dalam
(Koiner & Taylan).
Jadi luka merupakan sesuatu kerusakan pada struktur atau fungsi
tubuh karena suatu paksaan atau tekanan fisik maupun kimiawi.

2. Klasifikasi Luka
a. Berdasarkan sifatnya
1) Luka Akut
Adalah luka yang sembuh sesuai dengan periode waktu yang
diharapkan atau dengan kata lain sesuai dengan konsep penyembuhan luka
akut dengan dikategorikan sebagai:
a) Luka akut pembedahan, contoh insisi, eksisi dan skin graft
b) Luka bukan pembedahan, contoh luka bakar
c) Luka akut faktor lain, contoh abrasi, laserasi, atau injuri pada lapisan
kulit superficial
2) Luka Kronis
Adalah luka yang proses penyembuhannya mengalami
keterlambatan atau bahkan kegagalan. Contoh luka dekubitus, luka
diabetes dan leg ulcer. Luka kronis berdasarkan kehilangan jaringan:
a) Superficial : luka hanya terbatas pada lapisan epodermis
b) Parsial (partial thickness) luka meliputi epidermis dan dermis
c) Penuh (full thickness) luka meliputi epidermis, dermis dan jaringan
sub kutan bahan dengan juga melibatkan otot, tendon, dan tulang
23

b. Berdasarkan stadium
1) Stage 1
Lapisan epidermis utuh, namun terdapat eritema atau perubahan warna
2) Stage 2
Kehilangan kulit superficial dengan kerusakan lapisan epidermis dan
dermis, eritema di jaringan yang nyeri panas, dan edema
3) Stage 3
Kehilangan jaringan sampai dengan jaringan sub kutan dengan
terbentuknya rongga (cavity), eksudat sedang sampai banyak
4) Stage 4
Hilangnya jaringan sub kutan dengan terbentuknya rongga yang
melibatkan otot, tendon, dan atau tulang. Eksudat sedang sampai
banyak

c. Berdasarkan mekanisme terjadinya


1) Luka insisi (incised wound)

Terjadinya karena teriris oleh instrumen yang tajam. Misalnya


yang terjadi akibat pembedahan. Luka bersih (aseptic), biasanya
tertutup oleh sutura atau setelah seluruh pembuluh darah yang luka di
ikat (ligasi).

2) Luka memar (contusion wound)


24

Terjadi akibat benturan oleh suatu tekanan dan dikarakteristikan


oleh cedera pada jaringan lunak, perdarahan dan bengkak.

3) Luka lecet (abraded wound)

Terjadi akibat kulit bergesekan dengan benda lain yang biasanya


dengan yang tidak tajam.

4) Luka tusuk (punctured wound)

Terjadinya akibat adanya benda seperti peluru atau pisau yang


masuk kedalam kulit dengan diameter kecil.

5) Luka gores (lacerated wound)

Terjadinya akibat benda yang tajam seperti oleh kaca atau kawat.

6) Luka tembus (penetrating wound)


25

Luka yang menembus organ tubuh biasanya pada bagian awal luka
masuk diameternya kecil tetapi pada bagian ujung biasanya lukanya
akan melebar.

7) Luka bakar (combutsio)

Luka yang disebabkan oleh trauma panas, listrik, kimiawi, radiasi


atau suhu dingin yang ekstrim.

d. Berdasarkan penampilan
1) Nekrotik (hitam), Eschar yang mengeras dan nekrotik, mungkin kering
atau lembab
2) Sloughy (kunin), jaringan mati yang fibrous
3) Terinfeksi (kehijauan), dengan tanda-tanda klinis adanya infeksi
seperti nyeri, panas, bengkak, kemerahan dan peningkatan eksudat
4) Granulasi (merah), jaringan granulasi yang sehat
5) Epitalisasi (pink), terjadinya epitelisasi

3. Proses Penyembuhan Luka

Penyembuhan luka merupakan suatu proses penggantian jaringan


yang mati atau rusak dengan jaringan baru dan sehat oleh tubuh dengan
jalan regenerasi.
26

Melihat bahwa pada luka terjadi kerusakan pada jaringan maka tubuh
akan bereaksi sama seperti yang terjadi pada perdangan. Pembuluh-
pembuluh darah di daerah yang terluka akan melebar dan mengangkut sel-
sel yang mati dan rusak. Di daerah luka akan terbentuk jaringan dari serat-
serat protein (fibrin). Jaringan ini nanti akan membentuk suatu lapisan
yang keras yang melindungi luka tersebut.

Pada saat yang bersamaan akan tumbuh pada tepi-tepi luka suatu
jaringan granulasi. Jika luka itu bersih dan karena adanya jaringan-jaringan
mati (nekrosis) yang lebih sedikit pada luka tersebut, maka pertumbuhan
dari jaringan granulasi itu yang terdiri dari pembuluh-pembuluh darah dan
jaringan-jaringan ikat akan berjalan lebih baik. Jika pada seluruh
permukaan luka sudah terbentuk jaringan granulasi maka keropeng luka
akan terlepas.

Kemudian akan terbentuk bekas luka terutup oleh lapisan kulit yang
tipis (bekas luka yang tertutup lapisan kulit itu adalah lapisan granulasi).
Tanda-tanda bekas ini akan memudar dan berkerut.

Disamping faktor-faktor yang disebutkan tadi, ada masalah lain, yaitu


tentang terinfeksinya luka oleh mikroorganisme yang ada pada luka
tersebut, yang nanti akan sangat menentukan penyembuhan lukanya. Luka
steril seperti luka operasi akan lebih cepat sembuh daripada luka
meradang.

Jadi kita dapat menyimpulkan bahwa faktor-faktor berikut akan


berpengaruh pada proses penyembuhan luka:

a. Pengaliran darah likal ini harus seoptimal mungkin dalam proses


penyembuhan yang baik
b. Ada atau tidak adanya edema. Adanya edema dapat menghalangi
penyebuhan luka karena dengan demikian pengaliran darah akan
terganggu
c. Zat-zat pembakar dan pembangun. Zat-zat ini harus ada dalam kadar
yang cukup dalam makanan yang dikonsumsi
27

d. Kebersihan luka, luka yang bersih akan lebih cepat sembuh daripada
luka yang banyak nekrosisnya
e. Besarnya luka. Luka yang besar akan lebih lama sembuhnya daripada
luka yang kecil, dimana tepi luka itu lebih berdekatan
f. Kering atau tidaknya luka. Luka yang kering akan lebih cepat sembuh
daripada luka yang basah, karena luka kering akan lebih cepat tumbuh
lapisan granulasi dibawah keropeng luka

Penyembuhan luka meliputi 2 kategori yaitu:

a. Pemulihan jaringan = regenerasi jaringan pulih seperti semula baik


struktur maupun fungsinya
b. Repair = pemulihan atau penggantian oleh jaringan ikat (Mawardi
Hasan,2002)

Fase penyembuhan luka terdiri dari:

a. Fase koagulasi dan inflamasi (0-3 hari)

Koagulasi merupakan respon yang pertama terjadi sesaat setelah


luka terjadi dan melibatkan platelet. Pengeluaran platelet
menyebabkan vasokontriksi. Proses ini bertujuan untuk hemostasis
sehingga mencegah perdarahan lebih lanjut.

Fase inflamasi selanjutnya terjadi beberapa menit setelah luka


terjadi berlanjut sekitar 3 hari. Fase inflamasi memungkinkan
pergerakan leukosit (utamanya Neutrifil). Neotrofil selanjutnya
memfagosit dan membunuh bakteri dan masuk ke matriks fibrin
dalam persiapan pembentukkan jaringan baru.

b. Fase proliferasi/rekonstruksi (2-24 hari)

Apabila tidak ada infeksi pada fase inflamasi, maka proses


penyembuhan selanjutnya memasuki tahapan proliferasi/rekonstruksi.
Tujuan utama fase ini adalah:

1) Proses granulasi (untuk mengisi ruang yang kosong pada luka)


2) Angiogenesis (pertumbuhan kapiler baru)
28

Secara klinis akan tampak kemerahan pada luka. Angiogenesis


terjadi bersamaan dengan fibrioplasia. Tanpa proses angiogenesis sel-
sel penyembuhan tidak dengan bermigrasi, replika, melawan infeksi
dan pembentukkan atau deposit komponen matriks baru.

3) Proses konstraksi (untuk menarik kedua tepi luka agar saling


berdekatan)
c. Fase Remodilling atau Maturasi (24 hari -3 tahun)

Fase ini merupakan fase terakhir dan terpanjang pada proses


penyembuhan luka. Aktivitas sintesis dan degradasi kolagen berada
dalam keseimbangan. Akhir dari penyembuhan dengan adanya
jaringan parut luka yang matang yang mempunyai kekuatan 80%
dibanding kulit normal.

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka


a. Timbulnya pendarahan. Sebagai akibat dari suatu kerusakan, dapat
timbul ditempat-tempat berlemak yang kurang aliran darah. Pembuluh
darah itu dapat rusak pada tempat yang berlemak tadi, akibar dari
tegangan pada luka atau oleh gerakan yang dipaksakan. Perdarahan itu
dapat terjadi diluar maupun di dalam tubuh.
b. Adanya infeksi pada luka.
c. Vaskularisasi yaitu proses menjadi penuh dengan pembuluh darah,
pembentukan pembuluh darah secara abnormal atau berlebihan
mempengaruhi luka karena luka membutuhkan peredaran darah yang
baik pertumbuhan atau perbaikan sel.
d. Usia. Keccepatan perbaikan sel berlangsung dengan pertumbuhan atau
kematangan usia seseorang. Namun selanjutnya proses penuaan dapat
menurunkan sistem perbaikan sel sehingga dengan emperlambat
proses penyembuhan luka.
e. Anemia. Memperlambat proses penyembuhan luka mengingat
perbaikan sel membutuhkan kadar protein yang cukup. Oleh sebab itu
orang yang mengalami kekurangan kadar Hb dalam darah akan
mengalami proses penyembuhan yang lebih lama.
29

f. Adanya penyakit penyerta seperti diabetes melitus dan ginjal dapat


memperlambat proses penyembuhan luka
g. Nutrisi. Merupakan unsur utama dalam membantu perbaikan sel,
terutama karena terdapat kandungan zat gizi didalamnya.
h. Kegemukan, obat-obatan. Merokok dan stress, mempengaruhi proses
penyembuhan luka. Orang yang terlalu gemuk, banyak mengkonsumsi
obat-obatan, merokok atau stres akan mengalami proses penyembuhan
yang lebih lama.
5. Masalah atau komplikasi yang terjadi pada luka
a. Infeksi, terjadi bila terdapat tanda-tanda seperti kulit kemerahan,
demam atau panas, rasa nyeri dan timbul bengkak, jaringan di sekitar
luka mengeras, serta adanya kenaikan leukosit.
b. Dehiscene, merupakan pecahnya luka sebagian atau seluruhnya yang
dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti kegemukan,
kekurangan nutrisi, terjadinya trauma. Sering ditandai dengan
kenaikan suhu tubuh (demam), dan rasa nyeri pada daerah luka.
c. Eviceration, yaitu menonjolnya organ tubuh bagian dalam kearah luar
melalui luka, hal ini dapat terjadi jika luka tidak segera menyatu
dengan baik akibat proses penyembuhan yang lambat.
d. Perdarahan, ditandai dengan adanya perdarahan disertai perubahan
tanda vita seperti kenaikan denyut nadi, kenaikan pernapasan,
penurunan tekanan darah, melemahnya kondisi tubuh, kehausan, serta
keadaan kulit yang dingin dan lembab.
6. Tanda-tanda infeksi pada luka
a. Dolor
Dolor adalah rasa nyeri , nyeri akan terasa pada jaringan yang
mengalami infeksi. Ini terjadi karena sel yang mengalami infeksi
bereaksi mengeluarkan zat tertentu sehingga menimbulkan nyeri. Rasa
nyeri mengisyaratkan bahwa terjadi gangguan atau sesuatu yang tidak
normal (patologis) jadi jangan abaikan rasa nyeri karena mungkin saja
itu sesuatu yang berbahaya.
b. Kalor
30

Kalor adalah rasa panas, pada daerah yang mengalami infeksi akan
terasa panas. Ini terjadi karena tubuh mengkompensasi aliran darah
lebih banyak ke area yang mengalami infeksi untuk mengirim lebih
banyak antibodi dalam memerangi antigen atau penyebab infeksi.
c. Tumor
Tumor dalam konteks gejala infeksi bukanlah sel kanker seperti
yang umum dibicarakan tapi pembengkakan. Pda area yang
mengalami infeksi akan mengalami pembengkakan karena
peningkatan permeabilitas sel dan peningkatan aliran darah.
d. Rubor
Rubor adalah kemerahan, ini terjadi pada area yang yang
mengalami infeksi karena peningkatan aliran darah ke area tersebut
sehinga menimbulkan warna kemerahan.
e. Fungsio Laesa
Fungsio laesa adalah perubahan fungsi dari jaringan yang
mengalami infeksi. Contohnya jika luka di kaki mengalami infeksi
maka kaki tidak akan berfungsi dengan baik seperti sulit berjalan atau
bahkan tidak bisa berjalan.

B. Konsep Ulkus Diabetik

1. Pengertian

Ulkus diabetik merupakan luka terbuka pada permukaan kulit karena


adanya komplikasi makroangiopati sehingga terjadi vaskuler insusifiensi dan
neuropati, keadaan lebih lanjut terdapat luka pada penderita yang sering tidak
dirasakan, dan dapat berkembang menjadi infeksi disebabkan oleh bakteri
aerob maupun anaerob (Hastuti dalam Dafianto, 2016). Ulkus ini juga disebut
ulkus neuropati diabetik yang dapat terjadi pada individu yang menderita
diabetes melitus, sebagian akibat dari gangguan sirkulasi. Individu penderita
diabetes sering kali sulit untuk sembuh dan luka ini mungkin sulit diobati
(Rosdahi, 2015). Menurut Frykberg dalam Dafianto (2016), luka diabetik
adalah luka atau lesi pada pasien DM yang mengakibatkan ulserasi aktif dan
merupakan penyebab utama amputasi kaki. Dari penjelasan diatas dapat
31

disimpulkan ulkus diabetik atau ulkus neuropati diabetik merupakan suatu


luka terbuka pada lapisan kulit sampai ke dalam dermis biasanya pada
ekstermitas bawah yang sulit diobati dan diakibatkan karena komplikasi
makroangiopati yang dapat berkembang karena adanya infeksi dan
merupakan penyebab utama amputasi kaki.

2. Etiologi

Beberapa etiologi yang menyebabkan ulkus diabetes meliputi neuropati,


penyakit arterial, tekanan dan deformitas kaki. Faktor yang paling banyak
menyebabkan ulkus diabetik adalah neuropati, trauma, dan deformitas kaku,
yang sering disebut dengan Critical Triad of Diabetic Ulcers. Penyebab lain
ulkus diabetik adalah iskemik, infeksi, edema, dan kalus. Ulkus diabetik
merupakan penyebab tersering pasien harus diamputasi, sehingga faktor-
faktor tersebut juga merupakan faktor predisposisi terjadinya amputasi
(Frykberg dalam Dafianto, 2016).

3. Tanda dan gejala

Tanda dan gejala ulkus diabetik (Arisanti dalam Yunus, 2010), yaitu:

a. Sering kesemutan

b. Nyeri kaki saat istirahat

c. Sensasi rasa berkurang

d. Kerusakan jaringan (nekrosis)

e. Penurunan denyut nadi arteri dorsalis pedis, tibialis, dan poplitea

f. Kaki menjadi atrofi, dingin dan kuku menebal

g. Kulit kering.

4. Faktor Risiko Ulkus Diabetik

Menurut Kibachio dalam Dafianto (2016), dalam penelitiannya di Kenya


menunjukan bahwa kapalan pada kaki dan tekanan darah diatas 130/80 mmHg
berisiko tinggi untuk terjadinya ulkus diabetik. Kondisi seperti sepatu yang
32

tepat, pemeriksaan kaki secara teratur, memiliki diet yang ditentukan, rencana
latihan, tidak memiliki infeksi jamur, dan memiliki pengetahuan tentang
perawatan kaki akan melindungi penyandang DM dari ulkus diabetik. Menurut
ADA (2016), faktor risiko untuk terjadinya ulkus dan amputasi adalah:

a. Riwayat ulkus diabetik;

b. Amputasi;

c. Deformitas kaki;

d. Neuropati perifer;

e. Kallus;

f. Penyakit arteri perifer;

g. Kontrol glikemi yang kurang;

h. Nefropati diabetik; dan

i. Merokok.

5. Klasifikasi

Klasifikasi derajat ulkus diabetik dapat dibagi menjadi enam tingkatan


menurut sistem Wagner berdasarkan dalamnya luka, derajat infeksi, dan derajat
gangren (PERKENI dalam Dafianto, 2016), yaitu:
33

Adapun klasisikasi berdasarkan University of Texas yang merupakan


kemajuan dalam pengkajian kaki diabetes. Sistem ini menggunakan empat
nilai, masing-masing yang dimodifikasi oleh adanya infeksi, iskemia atau
keduanya. Sistem ini digunakan pada umunya untuk mengetahui tahapan luka
bisa cepat sembuh atau luka yang berkembang ke arah amputasi.

Selain klasifikasi dari Wagner, konsensus internasional tentang kaki


diabetik pada tahun 2003 menghasilkan klasifikasi PEDIS dimana terinci
sebagai berikut:
34

Klasifikasi PEDIS digunakan pada saat pengkajian ulkus diabetik.


Pengkajian dilihat dari bagaimana gangguan perfusi pada kaki, berapa ukuran
dalam mm (milimeter) dan sejauh mana kedalaman dari ulkus diabetik, ada
tidaknya gejala infeksi serta ada atau tidaknya sensasi pada kaki. Kemudahan
yang ingin diperkenalkan untuk menilai derajat keseriusan luka adalah menilai
warna dasar luka. Sistem ini diperkenalkan dengan sebutan RYB (Red, Yellow,
Black) atau merah, kuning, dan hitam (Arsanti dalam Yunus, 2015), yaitu:

a. Red/Merah Merupakan luka bersih, dengan banyak vaskulariasi, karena


mudah berdarah. Tujuan perawatan luka dengan warna dasar merah adalah
mempertahankan lingkungan luka dalam keadaan lembab dan mencegah
terjadinya trauma dan perdarahan.

b. Yellow/Kuning Luka dengan warna dasar kuning atau kuning kehijauan


adalah jaringan nekrosis. Tujuan perawatannya adalah dengan
meningkatkan sistem autolisis debridement agar luka berwarna merah,
absorb eksudate, menghilangkan bau tidak sedap dan mengurangi kejadian
infeksi.
35

c. Black/Hitam Luka dengan warna dasar hitam adalah jaringan nekrosis,


merupakan jaringan vaskularisasi. Tujuannya adalah sama dengan warna
dasar kuning yaitu warna dasar luka menjadi merah.

6. Penatalaksanaan

Menurut Singh et al. dalam Dafianto (2016), perawatan standar untuk


ulkus diabetik idealnya diberikan oleh tim multidisiplin dengan memastikan
kontrol glikemik, perfusi yang adekuat, perawatan luka lokal dan debridement
biasa, off-loading kaki, pengendalian infeksi dengan antibiotik dan pengelolaan
komorbiditas yang tepat. Pendidikan kesehatan pada pasien akan membantu
dalam mencegah ulkus dan kekambuhannya.

a. Debridement
Debridement luka dapat mempercepat penyembuhan dengan
menghapus jaringan nekrotik, partikulat, atau bahan asing, dan
mengurangi beban bakteri. Cara konvensional adalah menggunakan pisau
bedah dan memotong semua jaringan yang tidak diinginkan termasuk
kalus dan eschar.

b. Dressing

Bahan dressing kasa saline-moistened (wet-to-dry); dressing


mempertahankan kelembaban (hidrogel, hidrokoloid, hydrofibers,
transparent films dan alginat) yang menyediakan debridement fisik dan
autolytic masing-masing; dan dressing antiseptik (dressing perak,
cadexomer). Dressing canggih baru yang sedang diteliti, misalnya gel
Vulnamin yang terbuat dari asam amino dan asam hyluronic yang
digunakan bersama dengan kompresi elastic telah menunjukan hasil yang
positif.

c. Off-loading

Tujuan dari Off-loading adalah untuk mengurangi tekanan plantar


dengan mendistribusikan ke area yang lebih besar, untuk menghindari
pergeseran dan gesekan, dan untuk mengakomodasi deformitas.
36

d. Terapi medis

Kontrol glikemik yang ketat harus dijaga dengan penggunaan diet


diabetes, obat hipoglikemik oral dan insulin. Infeksi pada jaringan lunak
dan tulang adalah penyebab utama dari perawatan pada pasien dengan
ulkus diabetik di rumah sakit. Gabapentin dan pregabalin telah digunakan
untuk mengurangi gejala nyeri neuropati DM.

e. Terapi adjuvan

Strategi manajemen yang ditujukan matriks ekstraselular yang


rusak pada ulkus diabetik termasuk mengganti kulit dari sel-sel kulit yang
tumbuh dari sumber autologus atau alogenik ke kolagen atau asam
polylactic. Hieprbarik oksigen telah merupakan terapi tambahan yang
berguna untuk ulkus diabetik dan berhubungan dengan penurunan tingkat
amputasi. Keuntungan terapi oksigen topikal dalam mengobati luka kronis
juga telah tercatat.
f. Manajemen bedah
Manajemen bedah yang dapat dilakukan ada 3 yaitu wound closure
(penutupan luka), revascularization surgery, dan amputasi. Penutupan
primer memungkinkan untuk luka kecil, kehilangan jaringan dapat ditutupi
dengan bantuan cangkok kulit, lipatan atau pengganti kulit yang tersedia
secara komersial. Pasien dengan iskemia perifer yang memiliki gangguan
fungsional signifikan harus menjalani bedah revaskularisasi jika
manajemen medis gagal. Hal ini mengurangi risiko amputasi pada pasien
ulkus diabetik iskemik. Amputasi merupakan pilihan terakhir jika terapi-
terapi sebelumnya gagal.
7. Penilaian risiko ulkus
Penilaian risiko ulkus diabetik merupakan hal yang sangat penting untuk
menentukan penanganan atau tindakan yang tepat bagi pasien DM. Penilaian
tersebut dapat dilakukan melalui amnanesa, pemeriksaan fisik pasien, dan
pemeriksaan penunjang lainnya. Amnanesa dapat dilakukan dengan
memberikan beberapa pertanyaan terkait aktivitas keseharian pasien, alas kaki
yang sering digunakan, keluhan yang muncul, penyakit yang pernah diderita,
37

lama menyandang DM, dan usaha apa saja yang telah dilakukan pasien
(Dafianto, 2016).
38

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Keperawatan Elektif adalah Pelayanan professional perawat
berbentuk perawatan bio-psiko-sosio-spiritual pasien yang mengalami
masalah kesehatan, dimana perawat bisa memilih alternative perawatan
yang akan dilakukannya . Keperawatan Elektif mencakup diataranya
Terapi Komplementer, Entrepreneurship, Perawatan Luka, dan Evidence
Based Practice.
Terapi komplementer dapat berupa promosi kesehatan, pencegahan
penyakit ataupun rehabilitasi. Entrepreneur adalah bagaimana membuat
perawat menjadi lebih baik dan dapat memberikan pelayanan yang terbaik
untuk diri sendiri dan orang lain. Luka adalah terganggunya (disruption)
integritas normal dari kulit dan jaringan dibawahnya yang terjadi secara
tiba-tiba atau disengaja, tertutup atau terbuka, bersih atau terkontaminasi,
superfisial atau dalam (Koiner & Taylan).

3.2 Saran

Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan,


oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun untuk penyempurnaan makalah ini.

Demikian pokok bahasan makalah keperawatan elektif ini kami


buat. penulis berharap dalam menambah wawasan dan mengembangkan
kreatifitas dapat bermanfaat bagi penulis dan masyarakat. Penulis
mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang membantu dalam
penyusunan makalah ini sehingga dapat terselesaikan dengan baik dan
tepat pada waktunya.
39

DAFTAR PUSTAKA

Ko Nurdian, Yudha. (2019). Konsep Neuroplasticity, Neurobehaviour,


Neuroscience dalam Kehidupan. 10.13140/RG.2.2.36699.92967. sep
Neuroplasticity neurobehaviour dan neurosains dalam Kehidupan

Filantip, A. (2015). Pengaruh Latihan Range Of Motion Aktif Terhadap


Kelentukan Sendi Ektremitas Bawah Dan Gerak Motorik Pada Lansia Di
Unit Pelayanan Sosial Wening Wardoyo Ungaran (Doctoral dissertation,
Universitas Negeri Semarang).

Wulandari, N. K. V. (2018). GAMBARAN ASUHAN KEPERAWATAN


PADA PASIEN PASCA STROKE NON HEMORAGIK DENGAN
GANGGUAN PEMENUHAN MOBILITAS FISIK (Di Wilayah Kerja UPT
Kesmas Sukawati I) TAHUN 2018 (Doctoral dissertation, Jurusan
Keperawatan 2018).

Dewi Baririet Baroroh., S.Kep., Ns.2011.Konsep Luka. diakses 24 Februari


2021 http://s1-keperawatan.umm.ac.id/files/file/konsep%20luka.pdf

Maria Frani Ayu Andari Dias.2017. Evidence based practice dan mengapa
ini sangat penting untuk Perawat: Sebuah pengantar dan refleksi. diakses 24
Februari 2021 https://mariafraniayu.com/2017/10/29/evidence-based-
practice-dan-mengapa-ini-sangat-penting-untuk-perawat-sebuah-pengantar-
dan-refleksi/

Rizal Muthya.2017. Konsep Entrepreneur dalam Keperawatan. diakses 24


Februari 2021
https://entreprenurse2017.wordpress.com/2017/10/16/konsep-entrepreneur-
dalam-keperawatan/

Terapi Komplementer dalam Keperawatan. 2015. Diakses 24 februari 2021


http://rsudpurihusada.inhilkab.go.id/terapi-komplementer-dalam-keperawatan/

Muhamad taher. Perawatan luka Di ruang poliklinik bedah rumah sakit


umum daerah

pulang pisau Diakses 24 februari 2021


40

http://www.rsud.pulangpisaukab.go.id/perawatan-luka-di-poliklinik-rsud-
pulang-pisau-oleh-muhamad-taher-s-kep/

SEHATQ. (2020, January 5). sehatq.com. Retrieved February 25, 2021, from
www.sehatq.comn: www.sehatq.com/artikel/ini-perbedaan-otak-kanan-dan-otak-kiri-
anda-mana-yang-lebih-dominan

Anda mungkin juga menyukai