Mini Projeject Nabila Sari Annisa
Mini Projeject Nabila Sari Annisa
Disusun oleh:
dr. Nabila Sari Annisa
Pembimbing:
dr. Meriyam Belina
Disusun oleh:
dr. Nabila Sari Annisa
terlah diterima dan disetujui sebagai salah satu syarat dalam mengikuti Program
Internsip Dokter Indonesia di Puskesmas Muara Bungo II, Kecamatan Bungo Dani,
Kabupaten Muara Bungo Periode Mei 2021
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkah rahmat
dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan Mini Project di Puskesmas
Muara Bungo II yang berjudul “Karakteristik Pasien TB Paru Di Puskesmas Muara
Bungo II Sungai Arang Kecamatan Bungo Dani Kabupaten Muara Bungo Periode
Januari – September 2021”.
Penyusunan laporan ini dapat diselesaikan dengan bantuan dan bimbingan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, panulis mengucapkan terima kasih kepada:
(1) dr. Meryam Belina, selaku Dokter pendamping Internsip stase Puskesmas;
(2) Yulyanti, SKM, selaku Kepala Puskesmas Muara Bungo II;
(3) dr. Diah Fitri dan seluruh staf Puskesmas Muara Bungo II;
(4) Rekan-rekan Dokter Internsip dan seluruh pihak yang telah memberikan
bantuan, baik moril maupun materil kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam pelaksanaan dan
penulisan laporan Mini Project ini. Semoga laporan tersebut dapat bermanfaat bagi
Puskesmas dan peningkatan kesehatan di masyarakat.
ii
DAFTAR ISI
iii
3.1.1. Waktu dan Tempat ..................................................................... 24
3.2. Populasi Penelitian ............................................................................... 24
3.3. Subjek Penelitian.................................................................................. 24
3.4. Teknik Pengambilan Sampel................................................................ 24
3.5. Definisi Oeprasional dan Kriteria Objektif .......................................... 25
3.6. Pengumpulan Data ............................................................................... 26
3.7. Pengolahan Data................................................................................... 26
3.8. Analisis Data ........................................................................................ 27
BAB 4 Hasil dan Pembahasan .................................................................... 28
4.1. Hasil Penelitian .................................................................................... 28
4.2. Pembahasan .......................................................................................... 30
4.2.1. Jenis Kelamin ............................................................................. 30
4.2.2. Usia ............................................................................................ 30
4.2.3. Kategori Pengobatan .................................................................. 31
4.2.4. Riwayat Pengobatan ................................................................... 31
4.2.5. Pemeriksaan Sputum BTA ......................................................... 32
BAB 5 Kesimpulan dan Saran .................................................................... 33
5.1. Kesimpulan .......................................................................................... 33
5.2. Saran ..................................................................................................... 33
Daftar Pustaka ............................................................................................. 35
Lampiran ..................................................................................................... 36
iv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.2.1 Jarak Kelurahan dan Desa ke wilayah kerja UPT Puskesmas
Muara Bungo II Kecamatan Bungo Dani.................................................... 20
Tabel 2.2.2 Jumlah Penduduk, Luas Wilayah serta Kepadatan Penduduk
Di Kecamatan Bungo Dani Tahun 2020 ..................................................... 21
Tabel 2.2.3 Jumlah Penduduk Perdesa/Kelurahan Di Kecamatan Bungo
Dani Tahun 2020 ......................................................................................... 21
Tabel 2.2.4. Jumlah Sarana Pendidikan di Wilayah Kerja UPT Puskesmas
Muara Bungo II Kecamatan Bungo Dani Tahun 2020 ............................... 22
Tabel 2.2.5. Jumlah Pemeluk Agama di Wilayah Kerja UPT Puskesmas
Muara Bungo II Kecamatan Bungo Dani Tahun 2020 ............................... 22
Tabel 2.2.6. Jumlah Sarana Ibadah di Wilayah Kerja UPT Puskesmas
Muara Bungo II Kecamatan Bungo Dani Tahun 2020 ............................... 22
Tabel 4.1.1. Distribusi Penderita TB Paru Berdasarkan Jenis Kelamin
yang Berobat di Puskesmas Muara Bungo II
Periode Januari – September 2021 .............................................................. 28
Tabel 4.1.2. Distribusi Penderita TB Paru Berdasarkan Usia yang
Berobat di Puskesmas Muara Bungo II Periode Januari – September
2021 ............................................................................................................. 28
Tabel 4.1.3. Distribusi Penderita TB Paru Berdasarkan Kategori
Pengobatan di Puskesmas Muara Bungo II Periode
Januari – September 2021 ........................................................................... 29
Tabel 4.1.4. Distribusi Penderita TB Paru Berdasarkan Riwayat
Pengobatan OAT yang Berobat di Puskesmas Muara Bungo II Periode
Januari – September 2021 ........................................................................... 29
Tabel 4.1.5. Distribusi Penderita TB Paru Berdasarkan Pemeriksaan
Sputum BTA yang Berobat di Puskesmas Muara Bungo II Periode
Januari – September 2021 ........................................................................... 30
LAMPIRAN ................................................................................................ 36
v
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Tuberkulosis paru (TB) adalah suatu penyakit infeksi kronik yang sudah sangat
lama dikenal pada manusia. Pada tahun 1882 Robert Koch menemukan kuman
penyebabnya semacam bakteri berbentuk batang dan dari sinilah diagnosis
secara mikrobiologis dimulai dan penatalaksanaannya lebih terarah. Apalagi
tahun 1896 Rontgen menemukan sinar X sebagai alat bantu menegakkan
diagnosis lebih tepat.1
Tuberkulosis merupakan suatu penyakit menular disebabkan oleh kuman
Mycobacterium tuberculosis. Terdapat beberapa spesies Mycobacterium,
antara lain: M. tuberculosis, M. africanum, M. Leprae, dll. Tuberkulosis ini
masih marupakan masalah kesehatan masyarakat yang mnejadi tantangan
global.1
Berdasarkan Global Tuberculosis Report 2018, tuberkuloasis merupakan
salah satu dari sepuluh penyebab kematian tertinggi di dunia dan penyebab
utama dari penyakit infeksi (diatas HIV/AIDS). Secara global, sebanyak ± 10
juta orang menderita penyakit TB pada tahun 2017, yang terdiri atas 5,8 juta
berjenis kelamin laki-laki, 3,2 juta berjenis kelamin perempuan dan 1 juta pada
anak-anak.2
Asia Tenggara termasuk dalam kawasan dengan angka kejadia TB yang
tertinggi. Sebesar 4,4 juta dari 10 juta kasus baru TB pada tahun 2017 terjadi
di wilayah Asia Tenggara. Dengan angka kematian sebesar 666.000 dari 1,6
juta kematian terjadi di Asia Tenggara.3
Indonesia merupakan salah satu dari 5 negara yang mempunyai beban
tuberkulosis yang terbesar, yaitu India, Indonesia, China, Philipina, dan
Pakistan. Angka insidensi tuberkulosis Indonesia sebanyak 391 per 100.000
penduduk dan angka kematian 42 per 100.000 penduduk.4 Sedangkan
berdasarkan data hasil survei prevalensi tuberkulosis pada tahun 2017 sebesar
619 per 100.000 penduduk dan pada tahun 2016 sebesar 628 per 100.000
penduduk. Pada tahun 2017 ditemukan jumlah kasus tuberkulosis sebanyak
6
7
1.2.Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas dapat dirumuskan masalah
dalam penelitian ini adalah “Karakteristik Pasien TB Paru Di Puskesmas
Muara Bungo II Sungai Arang Kecamatan Bungo Dani Kabupaten Muara
Bungo Periode Januari – September 2021”.
1.3.Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang ditemukan, maka tujuan dari penelitian
adalah untuk mengetahui
- Gambaran mengenai karakteristik TB dari jenis kelamin
- Gambaran mengenai karakteristik TB dari usia
- Gambaran mengenai karakteristik TB dari kategori pengobatan
- Gambaran mengenai karakteristik TB dari riwayat pengobatan OAT
- Gambaran mengenai karakteristik TB dari pemeriksaan sputum BTA
8
1.4.Manfaat Penelitian
1. Bagi Institusi Pelayanan Kesehatan
Hasil penelitian diharapakan dapat memberiksan informasi kepada
Puskesmas Muara Bungo II menegenai karaakteristik TB serta faktor
penyebabnya.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmpu pengetahuan dan
menjadi salah satu acuan bagi peneliti selanjutnya.
3. Bagi Peneliti
Merupakan suatu pengalaman berharga dalam memperluas wawasan dan
pengetahuan tentang karakteristik TB.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. TB Paru
2.1.1. Definisi
TB paru merupakan suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh basil
Mycobacterium tuberculosis kompleks yang secara khas ditandai oleh
pembentukan granuloma dan menimbulkan nekrosis jaringan.1 Mycobacterium
tuberculosis adalah kuman aerob yang dapat hidup terutama di paru atau bagian
organ tubuh lainnya yang mempunyai kandungan lemak yang tinggi pada
membrane selnya sehingga menyebabkan bakteri ini menjadi tahan terhadap
asam dan pertumbuhan dari kumannya berlangsung dengan lambat. Bakteri ini
tidak tahan terhadap ultraviolet, karena itu penularannya terutama terjadi pada
malam hari.1,6
2.1.2. Epidemiologi
Menurut jenis kelamin tahun 2016, kasus BTA+ pada laki-laki lebih tinggi
dibandingkan dengan kasus BTA+ perempuan. Jenis kelamin cukup berperan
dalam menuntukan apakah seseorang lebih rentan terkena TB atau tidak.
Jumlah penderita pria yang lebih banyak diduga disebabkan mobilitas dan
aktivitasnya yang lebih tinggi dibandingkan perempuan. Terlebih lagi
kebiasaan merokok sangat berpengaruh signifikan dalam peningkatan risiko
terkena TB. Dengan faktor tersebut, pria diyakini lebih mudah terpapar bakteri
penyebab TB, sementara wanita dan anak yang juga menyumbang terhadap
tingginya jumlah tersebut selain termasuk dalam gaya hidup rentan juga
merupakan yang berhubungan dekat dengan penderita tuberkulosis.6
Jumlah kasus baru TB di Indonesia sebanyak 420.994 kasus pada tahun
2017 (data per 17 Mei 2018). Berdasarkan jenis kelamin jumlah kasus baru TB
tahun 2017 pada laik-laki 1,4x lebih besar dibandingkan pada perempuan.
Bahkan berdasarkan survey prevalensi tuberkulosis prevalensi pada laki-laki
tiga kali lebih tinggi dibandingkan pada perempuan. Hal ini terjadi
9
10
kemungkinan karena laki-laki lebih terpapar pada risiko TB, misalnya merokok
dan kurangnya ketidakpatuhan minum obat.7
2.1.3. Etiologi
Penyebab TB adalah Mycobacterium Tuberculosis, sejenis kuman
berbentuk batang dengan panjang 1-4 mikron, lebar kuman 0,3-0,6 mikron.
Kuman akan tumbuh optimal 6,4-7 mikron. Sebagian besar kuman terdiri dari
asama lemak. Lipid inilah yang menyebabkan kuman lebih tahan dan lebih kuat
terhadap gangguan kimia dan fisika. Kuman dapat hidup pada udara kering dan
dingin. Hal ini terjadi karena kuman dapat berada dalam keadaan dorman
(‘tidur’) yang dapat bangkit kembali dan menjadi tuberkulosis aktif pada
keadaan tertentu. Di dalam jaringan kuman hidup dalam sitoplasma makrofag
sebagai parasit intraseluler. Makrofag yang semula memfagositosis kuman
menjadi disukai karena mengandung banyak lipid. Sifat lain kuman ini adalah
aerob yang menunjukkan bahwa kuman lebih menyukai jaringan yang tinggi
kadar oksigennya.1,6
2.1.4. Patogenesis
Bila terinplantasi Mycobacterium tuberculosis melalui pernafasan, maka
mikroorganisme akan membelah diri dan terus berlangsung walaupun cukup
pelan. Nekrosis jaringan dan klasifikasi pada daerah yang terinfeksi dan
nodus limfe regional dapat terjadi, mengahsilkan radiodens area menjadi
kompleks Ghon. Makrofag yang terinaktivasi dalam jumlah besar akan
mengelilingi daerah yang terdapat Mycobacterium tuberculosis sebagai
bagian dari imunitas yang dimediasi oleh sel. Hipersensitivitas tipe tertunda,
juga berkembang melalui aktivasi dan perbanyakan limfosit T. Makrofag
membentuk granuloma yang mengandung organisme.8
Setelah kuman tersebut masuk ke dalam tubuh manusia melalui
pernafasan, bakteri TB paru tersebut dapat menyebar daari paru kebagian
tubuh lainnya, melalui system peredaran darah, system saluran limfa, saluran
nafaas, atau penyebaran laangsung ke bagian-bagian tubuh lainnya.1,8
11
2.1.5. Klasifikasi
Klasifikasi TB ditentukan dengan tujuan agar penetapan Obat Anti
Tuberkulosis (OAT) sesuai dan sebelum pengobatan dilakukan, penderita TB
paru dikalsifikasikan menurut Depkes RI, 2014:10
1. Berdasarkan hasil pemeriksaan dahak (BTA)
a. TB Paru BTA (+)
Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak dapat menunjukkan
hasil BTA positif. Hasil satu specimen dahak menunjukkan BTA
positif dan kelainan radiologis menunjukkan gambaran tuberkulosis
aktif. Hasil satu spesimen dahak menunjukkan BTA positif dan
biakan positif.
b. TB Paru BTA (-)
Hasil pemeriksaan dahak 3x menunjukkan BTA negatif, gambaran
klinis dan radiologis menunjukkan tuberkulosis aktif, hasil
pemeriksaan dahak 3x menunjukkan BTA negatif, dan biakan
Mycobacterium tuberculosis positif.
2. Berdasarkan tipe pasien, ditentukan berdasarkan pengobatan sebelumnya.
a. Kasus Baru
Pasien yang belum pernah mendapat pengobatan dengan OAT
kurang dari 1 bulan.
b. Kasus Kambuh
Pasien yang sebelumnya pernah mendapat pengobatan OAT dan
telah dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap, kemudian
kembali lagi berobat dengan hasil pemeriksaan dahak BTA positif
atau biakan positif.
c. Kasus Putus Obata atau Loss Follow Up
Pasien yang telah menjalani pengobatan lebih atau sama dengan 1
bulaan dan tidak mengambil obat 2 bulan berturut-turut atau lebih,
sebelum masa pengobatannya selesai.
d. Kasus Gagal
13
Pasien BTA positif yang masih tetap positif atau kembali menjadi
postif pada akhir bulan ke-5 (satu bulan sebelum akhir pengobatan)
atau akhir pengobatan.
e. Kasus Kronis
Pasien dengan hasil BTA masih positif setelah selesai pengobatan
ulang dengan pengobatan kategori dua dengan pengawasan yang
baik.
f. Kasus Bekas TB
Gejala klinis tidak ada atau ada gejala sisa akibat kelaianan paru
yang ditinggaalkan. Hasil pemeriksaan BTA negatif (biakan juga
negatif bila ada). Gambaran radiologi paru menunjukkan lesi TB
tidak aktif atau foto serial menunjukkan gambaran yang menetap.
Riwayat pengobatan OAT adekuat akan lebih mendukung.
3. Hasil Uji Kepekaan Obat
a. Mono Ressistan (TB MR)
Resisten terhadap salah satu jenis OAT lini pertama saja
b. Poli Resistan (TB PR)
Resitan terhadap lebih dari satu jenis OAT lini pertama selain
Isoniazid (H) dan Rimpafisin (R) secara bersamaan
c. Multi Drug Resistan (TB MDR)
Resistan terhadap Isoniazid (H) dan Rimpafisin (R) secara
bersamaan
d. Extensive Drug Resistan (TB XDR)
TB MDR yang sekaligus juga resistan terhadap salah satu golongan
fluorokuinolon dan minimal salah satu OAT lini kedua jenis
suntikan (Kanamisin, Kapreomisin, dan Amikasin)
e. Resistan Rimpafisin (TB RR)
Resistan terhadap Rimpafisin dengan atau tanpa resistan terhadap
OAT lain yang terdeteksi menggunakan metode genotip (tes cepat)
atau metode fenotip (konvensional).
14
4. Tuberkulosis Ekstraparu
Tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain selain paru misalnya
pleura, kelenjar getah bening, selaput otak, tulang, ginjal, dan lain-lain.
Diagnosis sebaiknya didasrakan atas kultur positif atau PA dari tempat lesi
bila memungkinkan.
2.1.8. Diagnosis1
a. Anamnesis
Ananmnesis suspek TB dengan keluhan umum (malaise, anorexia,
berat badan turun, cepat lelah), keluhan karena infeksi kronik (keringat
pada malam hari), keluhan karena ada proses patologis di paru (batuk
lebih dari dua minggu, batuk bercampur darah, sesak napas, demam dan
nyeri dada).
b. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan memeriksa fungsi pernafasan
antara lain frekuensi pernafasan, jumlah dan warna dahak, frekuensi
batuk serta pengkajian nyeri dada. Pengkajian paru-paru terhadap
konsolidasi dengan mengevaluasi bunyi nafas, fremitus serta hasil
pemeriksaan perkusi.
c. Tes tuberkulin
Tes ini bertujuan untuk memeriksa kemampuan reaksi
hipeersensitivitas tipe lambat yang mencerminkan potensi sitem imun
seseorang khususnya terhadap Mycobacterium Tuberculosis. Pada
seseorang yang belum terinfeksi Mycobacterium tuberculosis sistem
imunitas seluler tentunya belum terangsang untuk melawan M.
tuberkulosis maka tes tuberkulinnya hasilnya negative. Sebaliknya bila
seseorang pernah terinfeksi Mycobacterium Tuberculosis dalam
keadaan normal system imun ini sudah terangsang secara efektif 3-8
minggu setelah infeksi primer dan tes tuberkulin menjadi positif.
d. Foto Rontgen Paru
Foto rontgen paru memegang peranan penting karena berdasarkan
letak, bentuk, luas dan konsistensi kelaianan dapat diduga adanya lesi
16
2.1.9. Penatalaksanaan
a. Tujuan6
- Menyembuhkan pasien dan mmeperbaiki produktivitas serta
kualitas hidupnya.
- Mencegah terjadinya kematian oleh karena TB atau dampak
buruk selanjutnya.
- Mencegah terjadinya kekambuhan TB
- Menurunkan penularan TB
17
b. Prinsip6
- Pengobatan diberikan dalam bentuk OAT yang tepat
mengandung minimal 4 macam obat untuk mencegah terjadinya
resistensi
- Diberikan dalam dosis yang tepat
- Ditelan secara teratur dan diawasi secara langsung oleh PMO
(Pengawas Minum Obat) sampai selesai pengobatan.
- Pengobatan diberikan dalam jangka waktu yang cukup terbagi
dalam tahap awal serta tahap lanjutan untuk mencegah
kekambuhan.
c. Tahap6
- Tahap Awal
Pengobatan diberikan setiap hari. Panduan pengobatan pada
tahap ini adalah dimaksud untuk secara efektif menurunkan
jumlah kuman yang ada dalam tubuh pasien dan meminimalisir
pangaruh dari sebagian kecil kuman yang mungkin sudah resisten
sejak awal sebelum pasien mendapat pengobatan. Pengobatan
tahap awal pada semua pasien baru harus diberikan selama 2
bulan. Pada umumnya dengan pengobatan teratur dan tanpa
adanya penyulit, daya penularan sudah sangat menurun setelah
pengobatan selama 2 minggu.
- Tahap lanjutan
Pengobatan tahap lanjutan merupakan tahap paling penting untuk
membunuh sisa kuman yang masih ada dalam tubuh khususnya
kuman persister sehingga pasien dapat sembuh dan mencegah
terjadinya kekambuhan.
18
Tabel 2.2.1 Jarak Kelurahan dan Desa ke wilayah kerja UPT Puskesmas
Muara Bungo II Kecamatan Bungo Dani
2.2.3.2.Agama
Sebagian besar penduduk beragama Islam, sedangkan selebihnya
beragama Kristen Protestan, Katolik, Hindu dan Budha.
Tabel 2.2.5. Jumlah Pemeluk Agama di Wilayah Kerja UPT Puskesmas
Muara Bungo II Kecamatan Bungo Dani Tahun 2020
No Jenis sarana Ibadah Jumlah
1 Islam 21.590
2 Kristen 1.233
3 Budha 67
4 Katolik 99
5 Kong Hucu 4
3 Wihara 1
4 Musolah 8
5 Lain-lain -
24
25
28
29
(78,57%), umur <20 tahun sebanyak 4 pasien (14,28%), kemudian >60 tahun
sebanyak 3 pasien (7,15%).
Tabel 4.1.3. Distribusi Penderita TB Paru Berdasarkan Kategori
Pengobatan di Puskesmas Muara Bungo II Periode Januari – September
2021
Kategori Jumlah %
I 27 96,42
II 1 3,58
III 0 0
IV 0 0
Total 28 100
Sumber: Data Sekunder 2021
Pada tabel 4.1.3 di atas diperoleh data distribusi penderita TB Paru
berdasarkan kategori pengobatan terbanyak pada kategori I sebanyak 27 pasien
(96,42%), kategori II sebanyak 1 pasien (3,58%), kemudian tidak ada pasien
dengan kategori III dan IV.
4.2. Pembahasan
4.2.1. Jenis Kelamin
TB dapat menyerang siapa saja tanpa memandang laki-laki dan perempuan,
namun laki-laki dengan masalah-masalah kesehatan yang lebih kompleks
menyebabkan lebih mudah terinfeksi kuman TB. Pada penelian ditemukan
bahwa angka kejadian TB pada laki-laki lebih banyak ditemukan daripada
perempuan yaitu laki-laki sebesar 67,80% sedangkan perempuan sebesar
32,20%. Hasil penelitian ini sesuai dengan data yang didapatkan oleh dinas
kesehatan kota Jambi pada tahu 2017 dimana penderita TB lebih banyak pada
laki-laki dibandingkan perempuan.5
4.2.2. Usia
Ditinjau berdasarkan usia, penderita TB banyak ditemukan pada usia
produktif. Berdasarkan penelitian, usia produktif 21-60 tahun sebanyak
78,57%. Angka kejadian TB banyak didapatkan pada kelompok umur 21-60.
Hal ini sesuai dengan laporan dari Kementrian Kesehatan RI Pusat Data dan
Informsi Kementrian Kesehatan Indonesia tentan tuberkulosis tahun 2018,
yang menyatakan bahwa infeksi TB sebagian besar diderita oleh masyarakat
yang berada dalam usia produktif (15–55tahun).7
31
5.2. Saran
1. Perlunya peran aktif pemerintah untuk membuat kebijakan dalam upaya
pencegahan dan penanggulangan TB agar tidak meluas lebih banyak lagi di
kalangan masyarakat.
2. Perlunya peran serta staf medis dalam memberikan pelayanan kesehatan dan
akses pengetahuan kesehatan pada masyarakat luas berupa penyuluhan tentang
bahaya TB, meningkatkan kinerja para pengawas menelan obat agar lebih aktif
lagi dalam mengawasi para penderita TB, untuk mencegah penularan dan
komplikasi lebih lanjut dari TB, sehingga meningkatkan angka kesembuhan
penderita TB.
3. Perlunya peran serta keluarga dalam mendukung proses pengobatan penderta TB
dan mencegah penularan lebih luas dalam lingkungan keluarga maupun
lingkungan masyarakat.
33
34
4. Perlunya dilakukan penelitian yang lebih lanjut dan teratur untuk periode tertentu
agar mendapatkan hasil yang lebih akurat mengingat penelitian dengan mengkaji
data sekunder dapat menimbulkan hasil yang tidak memuaskan, mengingat
periode penelitian yang sempit dan angka kejadian TB yang terus berubah tiap
tahunnya, juga karena banyaknya data rekam medis yang tidak terisi lengkap
menyebabkan sampel penelitian menjadi berkurang.
DAFTAR PUSTAKA
1. Amin, Z & Bahar, A. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I. Edisi VI.
Jakarta: Interna Publishing, 2014.
2. World Health Organization (WHO). Global Tuberculosis Report 2018.
Switzerland.
3. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, Profil Kesehatan Indonesia
Tahun 2017, Jakarta, 2017.
4. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, Profil Kesehatan Indonesia
Tahun 2016, Jakarta 2016.
5. Dinas Kesehatan Provinsi Jambi, Profil Kesehatan Provinsi Jambi Tahun
2017. Kota Jambi, 2017.
6. Tabriani, Rab. Ilmu Penyakit Dalam Paru, Trans Info Media, Jakarta, 2010.
7. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. INFODATIN Pusat Data dan
Informasi Kementrian Kesehatan Republik Indonesia Tuberkulosis 2018.
8. Price, Sylvia Andreson, Patofisiologi. Volume 2. Edisi 6 EGC, Jakarta,
2006.
9. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), Tuberkulosis: Pedoman
Diagnosis dan Penatalkasanaan TBC di Indonesia, Indah Offset Citra
Grafika, Jakarta, 2006.
10. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, Pedoman Nasional
Pengendalian Tuberkulosis. Jakarta 2014.
11. Suharsimi Arikunto, Manejemen Penelitian, Jakarta, Rineka Cipta, 2010.
35
LAMPIRAN
MASTER DATA
Pasien TB Paru Puskesmas Muara Bungo II Periode Januari - September 2021
36