PDF Borang Ukm
PDF Borang Ukm
LMYMU EJLMFMKC Penyakit tidak menular (PTM) sudah menjadi penyebab utama
kematian di dunia sejak milenium ketiga. Proposi kematian karena
PTM di dunia terus meningkat dari 47% tahun 1990, menjadi 56%
tahun 2000 WHO (dalam Boutayeb & Boutayeb, 2005). Pada
tahun 2008 terjadi peningkatan, dari 57 juta kematian, 36 juta atau
63% disebabkan oleh
PTM, terutama jantung, diabetes, kanker dan penyakit pernapasan
kronis. Kematian karena penyakit tidak menular sebanyak 29 juta (80%)
terjadi di negara berpenghasilan rendah dan menengah (WHO, 2011a).
Proyeksi WHO, kematian penyakit tidak menular akan meningkat
sebesar 15% secara global antara tahun 2010 sampai dengan 2020
(untuk 44 juta kematian). Peningkatan terbesar akan terjadi wilayah
Afrika, Asia Tenggara dan Mediterania Timur, akan meningkat lebih
dari 20%. Sebaliknya di wilayah Eropa, WHO memperkirakan tidak
akan ada kenaikan.
hingga tahun 2019 saat ini. TTD ini dibagikan pada siswi MAN dan
SMA.
WJUBMPMLMHMK Masih tingginya angka anemia di Indonesia khususnya di wilayah
kerja Puskesmas Negara
WJUJK@MKMMK & Berbagai penelitian menyatakan faktor-faktor yang mempengaruhi
WJBALAHMK terjadinya anemia pada remaja puteri secara umum meliputi tingkat
AKYJUTJKPA pengetahuan gizi, pola konsumsi, sosial ekonomi, status kesehatan,
aktifitas fisik, dan pola siklus menstruasi. Berikut adalah uraian singkat
mengenai faktor-faktor determinan yang dimaksud.
Hasil penelitian Aeni (2012) menjelaskan bahwa kejadian anemia pada
remaja puteri karena tingkat asupan zat besi memiliki kategori defisit
(kurang), dan terjadi juga akibat kurangnya konsumsi makanan yang
dapat meningkatkan absorbsi zat besi sehingga kebutuhan zat besi
tidak terpenuhi. Ketidakcukupan ini disebabkan karena pola konsumsi
masyarakat Indonesia yang masih menggunakan sayuran sebagai sumber
utama zat besi. Sehingga pembagian TTD dipilih sebagai intervensi
pencegahan anemia pada wilayah kerja Puskesmas Negara tahun 2019.
WJLMFPMKMMK - Perhitungan sasaran dari TTD remaja puteri berdasarkan data
jumlah siswi MAN dan SMA di wilayah kerja Puskesmas Negara.
akgharirnmya sdyaapraktkamat
ednyapelaetsamikeanngemtaahsauliahpetermrseabsaultasheacnarayamngand
iirhia. dapi dan
Kabupaten /Kota)
Petugas kesehatan di Puskesmas beserta jaringan dan jejaringnya
LMYMU EJLMFMKC Pelayanan kesehatan adalah upaya yang diselenggarakan oleh suatu
organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah
dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan individu,
keluarga, kelompok, dan masyarakat Pelayanan kesehatan yang bermutu
ad a l ah p e la y a n a n k es e h a t n y a n g da p a t
p el a y an a n k e s e h at an s e s u ai d e n g an ti n g k
m e m u a s k a n s e i a p p em a k a i ja s a
at k e p u a s a n r at a - ra ta pe n d u d u k , serta yang
penyelenggaraannya sesuai dengan kode etik dan standar pelayanan
profesi yang telah ditetapkan.
Pelayanan gawat darurat merupakan pelayanan yang dapat
memberikan tindakan yang cepat dan tepat pada seorang atau
kelompok orang agar dapat meminimalkan angka kematian dan
mencegah terjadinya kecacatan yang tidak perlu. Upaya peningkatan
gawat darurat ditujukan untuk menunjang pelayanan dasar, sehingga
dapat menanggulangi pasien gawat darurat baik dalam keadaan sehari-
hari maupun dalam keadaaan bencana.
Dengan semakin meningkatnya jumlah penderita gawat darurat, maka
diperlukan peningkatan pelayanan gawat darurat baik yang
diselenggarakan ditempat kejadian, pelayanan pra rumah sakit, selama
perjalanan ke rumah sakit, maupaun di rumah sakit.
Berdasarkan hal tersebut diatas, maka di Unit Gawat Darurat perlu
dibuat standar pelayanan yang merupakan pedoman bagi semua pihak
dalam tata cara pelaksanaan pelayanan yang diberikan ke pasien pada
umumnya dan pasien UGD Puskesmas Negara khususnya.
Berkaitan dengan hal tersebut diatas maka, dalam melakukan
pelayanan gawat darurat di UGD Puskesmas Negara harus
berdasarkan standar pelayanan Gawat Darurat Puskesmas Negara.
WJUBMPMLMHMK Jauhnya jarak pelayanan gawat darurat dari wilayah kerja Puskesmas
Negara
WJUJK@MKMMK & Dengan semakin meningkatnya jumlah penderita gawat darurat, maka
WJBALAHMK diperlukan peningkatan pelayanan gawat darurat baik yang
AKYJUTJKPA diselenggarakan di tempat kejadian, pelayanan pra rumah sakit, selama
perjalanan ke rumah sakit, maupaun di rumah sakit. Sehingga
pelayanan Unit Gawat Darurat (UGD) di Puskesmas Negara
diselenggarakan.
WJLMFPMKMMK Pelaksanaan Unit Gawat Darurat meliputi :
1. Pasien dengan kasus True Emergency
Yaitu pasien yang tiba ‐ tiba berada dalam keadaan gawat darurat atau
akan menjadi gawat dan terancam nyawanya atau anggota badannya
( akan menjadi cacat) bila tidak mendapat pertolongan secepatnya
2. Pasien dengan kasus False Emergency
Yaitu pasien dengan :
- Keadaan gawat tetapi tidak memerlukan tindakan darurat
- Keadaan gawat tetapi tidak mengancam nyawa dan anggota badannya
- Keadaan tidak gawat dan tidak darurat
BNKAYNUAKC & Monitoring dan evaluasi diserahkan kepada Puskesmas Negara
JTMLZMPA
OZIZL LMWNUMK Pelayanan Pusat Kesehatan Desa (Puskesdes)
LMYMU EJLMFMKC Berdasarkan Undang-undang Kesehatan Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan mengamanatkan bahwa pembangunan kesehatan harus
ditujukan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan
hidup sehat masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi
pembangunan sumberdaya manusia yang produktif secara sosial dan
ekonomis. Setiap orang berhak atas kesehatan dan setiap orang
mempunyai hak yang sama dalam memperoleh akses atas sumberdaya di
bidang kesehatan. Namun, setiap orang juga tidak luput dari
kewajiban-
kewajiban di bidang kesehatan.
Dalam Sistem Kesehatan Nasional 2009, khususnya dalam tujuan Sub
Sistem Pemberdayaan Masyarakat adalah meningkatnya kemampuan
masyarakat untuk berperilaku hidup sehat, mampu mengatasi masalah
kesehatan secara mandiri, berperan aktif dalam, setiap pembangunan
kesehatan, serta dapat menjadi penggerak dalam mewujudkan
pembangunan berwawasan kesehatan.
Saat ini, dalam penyelenggaraan upaya kesehatan, masyarakat masih
diposisikan sebagai objek dan belum sebagai subjek. Selain itu, masih
banyak upaya kesehatan belum menyentuh masyarakat yang tinggal di
daerah terpencil, tertinggal, kepulauan, dan perbatasan. Untuk itu,
perlu adanya Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM),
agar upaya kesehatan lebih mudah diakses (accessible), lebih terjangkau
(affordable), serta lebih berkualitas (quality).
Dalam Kepmenkes Nomor 1529 Tahun 2010 tentang Pedoman
Pelaksanaan Pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif
disebutkan bahwa salah satu kriteria desa dan kelurahan siaga aktif
adalah adanya kemudahan akses masyarakat ke sarana pelayanan
kesehatan (Poskesdes, Puskesmas Pembantu, Puskesmas atau sarana
kesehatan
lainnya) dan pengembangan UKBM yang melaksanakan surveilans
berbasis masyarakat.
Dalam perkembangan pemberdayaan masyarakat sampai dewasa ini,
telah tumbuh dan berkembang berbagai UKBM. Berbagai UKBM yang
telah berkembang, antara lain Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu), Pos
Upaya Kesehatan Kerja (Pos UKK), Pos Kesehatan Pesantren
(Poskestren), Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular
(Posbindu PTM), Pos Malaria Desa (Posmaldes), Pos TB Desa,
Kelompok Pemakai Air (Pokmair), Pondok Bersalin Desa (Polindes),
dll.
Pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif pada akhirnya
diharapkan terintegrasi dengan perencanaan pembangunan desa, agar
dalam pelaksanaannya dapat berkesinambungan. Oleh karena itu,
diperlukan dukungan pemerintah daerah dan pemangku kepentingan
terkait. Hal ini diperkuat dengan terbitnya Surat Edaran (SE) Menteri
Dalam Negeri Nomor 140/1508/SJ Tahun 2011 yang ditujukan kepada
seluruh Gubernur, Bupati, dan Walikota seluruh Indonesia untuk
menyelenggarakan pengembangan desa dan kelurahan siaga aktif di
wilayahnya masing-masing sesuai dengan isi Pedoman umum
pengembangan desa dan kelurahan siaga aktif.
WJUBMPMLMHMK Rendahnya kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat
masyarakat wilayah kerja Puskesmas Negara
WJUJK@MKMMK & Poskesdes merupakan penggerak dalam pengembangan Desa Siaga
WJBALAHMK Aktif sehingga pengembangan Poskesdes terintegrasi dalam
AKYJUTJKPA pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif sebagaimana tercantum
dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1529 tahun 2010 tentang
Pedoman Umum Pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif.
WJLMFPMKMMK Kegiatan pelayanan kesehatan bagi masyarakat desa yang dilaksanakan
di Poskesdes adalah:
1. Wjlmymkmk fjsjhmtmk uktuf ieu hmbil, ejrsmlik, imk kidms
anak balita.
0. Wjlmymkmk fjsjhmtmk uktuf mkmf
a. Perawatan bayi baru lahir.
b Pemeriksaan kesehatan anak.
c. Pemantauan tumbuh kembang bayi dan anak balita.
d. Pemberian lima imunisasi dasar lengkap.
e. Penyuluhan gizi pada anak.
f. Penanganan permasalahan kesehatan pada anak.
9. Wjkjbumk imk pjkmkcmkmk pjkijritm pjkymfit
a. Pengamatan epidemiologis sederhana terhadap penyakit, terutama
penyakit menular dan penyakit yang berpotensi menimbulkan
kejadian luar biasa (KLB), serta penyakit tidak menular dan faktor
risikonya (termasuk status gizi) serta kesehatan ibu hamil yang
berisiko.
b. Penanggulangan penyakit, terutama penyakit menular dan penyakit
yang berpotensi menimbulkan KLB, penyakit tidak menular serta faktor-
faktor risikonya (termasuk kurang gizi).
c. Kesiapsiagaan dan penanggulangan bencana dan kegawatdaruratan
BNKAYNUAKC & kesehatan melalui metode simulasi.
JTMLZMPA Guna mengukur keberhasilan pelaksanaan Poskesdes, dapat dilihat dari
komponen sistem Poskesdes, yaitu input dan output menurut tujuan,
sasaran, fungsi, dan pelayanan yang diberikan. Indikator yang ditetapkan
harus mempunyai daya ungkit terhadap pembangunan kesehatan
masyarakat di wilayahnya. Adapun indikator tersebut adalah:
1. Akput
a. Jumlah kader aktif.
b. Jumlah tenaga kesehatan yang tersedia.
c. Tersedianya sarana (alat dan obat).
d. Tersedianya tempat pelayanan.
e. Tersedianya dana operasional Poskesdes.
f. Tersedianya data (catatan jumlah bayi di imunisasi, jumlah kematian).
5. Nutput
a. Cakupan ibu hamil yang dilayani (K4).
b. Cakupan persalinan yang dilayani (Linakes).
c. Cakupan kunjungan neonatus (KN2).
d. Cakupan bayi yang mendapatkan ASI eksklusif.
e. Cakupan BBLR yang dirujuk.
f. Jumlah bayi dan anak Balita BB tidak naik (T) ditangani.
g. Cakupan imunisasi.
h. Cakupan pelayanan gawat darurat dan KLB dalam tempo 24 jam.
i. Cakupan keluarga yang dibina sadar gizi.
j. Jumlah kasus kesakitan dan kematian akibat penyakit menular dan
tidak menular tertentu yang menjadi masalah setempat.
OZIZL LMWNUMK Konseling gizi
LMYMU EJLMFMKC Pelayanan gizi adalah suatu upaya memperbaiki, meningkatkan gizi
makanan, dietetik masyarakat, kelompok, individu atau klien yang
merupakan suatu rangkaian kegiatan yang meliputi pengumpulan,
pengolahan, analisis, simpulan, anjuran, implementasi dan evaluasi gizi,
makanan dan dietetik dalam rangka mencapai status kesehatan optimal
dalam kondisi sehat atau sakit Pedoman konseling gizi yang digunakan
masih merupakan bagian dari pedoman pelayanan pasien secara umum.
Karena masih dalam bentuk prosedur umum, sehingga dalam
pelaksanaan konseling gizi masih berbeda-beda pelaksanaannya baik
alur maupun persepsi ahli gizi dalam langkah-langkah konseling.
Sementara kemampuan pasien dalam menerima pesan adalah berbeda
beda, diharapkan dengan penyusunan Standar Prosedur Operasional
Konseling
Gizi ini diharapkan mampu menanamkan dan meningkatkan pengertian,
sikap dan perilaku sehingga membantu pasien mengenali dan mengatasi
masalah gizinya yang ditandai dengan meningkatnya asupan makan
pasien selama dirawat.
WJUBMPMLMHMK Kurang nya pengetahuan masyarakat tentang gizi
WJUJK@MKMMK & Pelaksanaan dilakukaan setiap kali kunjungan pasien.
WJBALAHMK
AKYJUTJKPA
WJLMFPMKMMK Konselor memberikan masukan kepada pasien atau klien. Masukan
tersebut berhubungan dengan masalah yang dihadapi oleh klien tersebut.
Masukan yang diberikan oleh konselor terhadap klien berdasarkan
standart yang telah berlaku. Dengan kata lain konselor tidak
memberikan masukan yang menyimpang dari ketentuan yang berlaku.
BNKAYNUAKC & Diserahkan kepada Puskesmas Negara
JTMLZMPA
OZIZL LMWNUMK Penyuluhan Gizi
LMYMU EJLMFMKC Penyuluhan gizi adalah suatu usaha untuk meningkatkan status gizi
masyarakat dengan cara mengubah perilaku masyarakat ke arah yang
baik
sesuai dengan prinsip ilmu gizi, yaitu meningkatkan kesadaran gizi
masyarakat melalui peningkatan pengetahuan gizi dan makanan yang
menyehatkan. Menyebarkan konsep baru tentang informasi gizi kepada
masyarakat. Membantu individu, keluarga, dan masyarakat secara
keseluruhan berperilaku positif sehubungan dengan pangan dan gizi.
Mengubah perilaku konsumsi makanan yang sesuai dengan tingkat
kebutuhan gizi, sehingga pada akhirnya tercapai status gizi yang baik
WJUBMPMLMHMK Kurang nya pengetahuan masyarakat tentang gizi
WJUJK@MKMMK & Penyuluhan gizi dilakukan secara berkala
WJBALAHMK
AKYJUTJKPA
WJLMFPMKMMK Penyuluh memberikan nasihat kepada masyarakat. Nasihat tersebut
berhubungan dengan masalah yang dihadapi oleh klien tersebut. Nasihat
WJUJK@MKMMK &
WJBALAHMK Penggunaan kontrasepsi atau KB Pasca Persalinan dipengaruhi oleh
salah satu faktor diantaranya faktor pengetahuan, sehingga diharapkan
AKYJUTJKPA
adanya promosi dapat meningkatkan pengetahuan
WJLMFPMKMMK Dilaksanakan pada saat posyandu dan pada saat kunjungan di poli KIA
KB
BNKAYNUAKC & Diserahkan kepada Puskesmas Negara
JTMLZMPA
ruang kelas,kepada
Diserahkan halaman, kamar mandi/WC,
Puskesmas Negara dan kantin sekolah.
BNKAYNUAKC
JTMLZMPA
WJUJK@MKMMK &
WJBALAHMK Dengan melakukann latihan atau gerakan yang dilakukan dalam senam
hamil akan memiliki tujuan dan manfaat tertentu. Ibu hamil yang
AKYJUTJKPA melakukan senam hamil secara teratur selama masa kehamilannya
dilaporkan dapat memberikan keuntungan pada saat persalinan yaitu
pada masa kala aktif (kala II) menjadi lebih pendek, mencegah
terjadinya letak sungsang dan mengurangi terjadinya kejadian sectio
caesaria. (Harian Suara Merdeka, 2008). Jika tidak melakukan senam
hamil dapat mengakibatkan perasaan tegang saat kehamilan atau
persalinan dapat timbul, system tubuh akan terhalang dan
mempengaruhi persediaan oksigen untuk otot-otot maupun organ tubuh
dan bayi. Perasaan tegang saat persalinan juga dapat membuat proses
persalinan terhambat. Pergerakan dan latihan senam kehamilan tidak
saja menguntungkan sang ibu, tetapi juga sangat berpengaruh terhadap
kesehatan bayi yang dikandungan. Pada saat bayi mulai dapat bernafas
sendiri, maka oksigen yang mengalir kepadanya melalui plasenta, yaitu
dari aliran darah ibunya kedalam aliran darah bayi yang dikandung.
Senam kehamilan akan menambah jumlah oksigen dalam darah
diseluruh tubuh sang ibu dan karena itu aliran oksigen kepada bayi
melalui plasenta juga akan menjadi lebih lancar.
WJLMFPMKMMK Dilakukan secara berkala
BNKAYNUAKC & Diserahkan kepada Puskesmas Negara
JTMLZMPA
kepuasan pelanggan atau pasien bisa dipakai sebagai salah satu indikator
mutu pelayanan.
Arus pelayanan pasien rawat inap dimulai dari pelayanan pasien masuk di bagian p
WJUBMPMLMHMK
WJUJK@MKMMK & Upaya peningkatan kesehatan berupa pencegahan penyakit,
WJBALAHMK
penyembuhan, pemulihan serta pemeliharaan kesehatan.
AKYJUTJKPA WJLMFPMKMMK
Arus pelayanan pasien rawat inap dimulai dari pelayanan pasien masuk
di bagian penerimaan pasien, pelayanan ruang perawatan (pelayanan
tenaga medis, pelayanan tenaga perawat, lingkungan langsung,
penyediaan peralatan medis/non medis, pelayanan makanan/gizi), dilanjutkan pelayanan administrasi dan keua
BNKAYNUAKC &Diserahkan kepada Puskesmas Negara
JTMLZMPA
l i h a r , se d e r h a n a es d a in n y a
p e d e s a a n m e n g g u n a kan j a m b a n
d a n m u r h. U m u m nya n
la n g sun g d an pe rm u k a na a
m as y a r k t
tan ah s e b ag ai
tempat pembuangan tinja (Dainur, 1995). Hal ini disebabkan karena
faktor pendidikan yang masih rendah pada masyarakat desa. Faktor
pendidikan yang rendah tentunya akan mempengaruhi faktor
pengetahuan, dengan pendidikan rendah maka faktor pengetahuan juga
akan ikut rendah. Selain itu penyebabnya adalah faktor ekonomi yang
kurang pada masyarakat tersebut, jamban leher angsa memerlukan biaya
yang mahal untuk membuatnya (Joharudin, 2010). Masyarakat juga
mengatakan banyaknya warga yang menggunakan jamban cemplung
sehingga mempengaruhi pembuatan selanjutnya yaitu dengan ikut-
ikutan membuat jamban cemplung.
WJUBMPMLMHMK Tinggi nya prevalensi pennyakit berbasis lingkungan terutama diare dan
tifoid
WJUJK@MKMMK & Masalah penyakit lingkungan pemukiman khususnya pada pembuangan
WJBALAHMK tinja merupakan salah satu dari berbagai masalah kesehatan yang perlu
AKYJUTJKPA mendapatkan prioritas. Penyediaan sarana pembuangan tinja terutama
dalam pelaksanaan tidaklah mudah, karena menyangkut peran serta
masyarakat yang biasanya sangat erat kaitannya dengan perilaku, tingkat
ekonomi, kebudayaan dan pendidikan. Pembuangan tinja perlu
mendapat perhatian khusus karena merupakan salah satu bahan buangan
yang banyak mendatangkan masalah dalam bidang kesehatan dan
sebagai media bibit penyakit, seperti diare, typhus, muntaber, disentri,
cacingan dan gatalgatal. Selain itu dapat menimbulkan pencemaran
lingkungan pada sumber air dan bau busuk serta estetika sehingga perlu
diadakan infeksi jamban
WJLMFPMKMMK Menggali faktor-faktor yang melatarbelakangi pemilihan jamban
terhadap potensi masalah kesehatan yang dialami dapat diambil langkah
untuk mencegah masalah karena pemilihan jenis jamban yang salah,
diantaranya adalah diare, tifus, disentri, kolera, gatal-gatal, bermacam-
macam cacing gelang, kremi, tambang, pita dan sebagainya.
BNKAYNUAKC & Diserahkan kepada Puskesmas Negara
JTMLZMPA
Pseebmagualiihtaanm. bPaMhaTn,Pbeumkaunlihseabnagbaigipeanngagkanutsiiam6ak-5a9nabnuulatanmdaim
PMT Pemulihan dimaksud berbasis bahan makanan lokal dengan menu
khas daerah yang disesuaikan dengan kondisi setempat.
Mulai tahun 2011 Kementerian Kesehatan RI menyediakan anggaran
untuk kegiatan PMT Penyuluhan dan PMT Pemulihan melalui dana
Bantuan Operasional Kesehatan (BOK).
Dengan adanya dana BOK di setiap puskesmas, kegiatan PMT
Pemulihan bagi anak balita usia 6 ‐ 59 bulan diharapkan dapat
didukung oleh pimpinan puskesmas dan jajarannya. Untuk
memperoleh pemahaman yang sama dalam melaksanakan kegiatan
dimaksud, maka disusun Panduan Penyelenggaraan PMT Pemulihan
bagi Balita Gizi Kurang.
WJUBMPMLMHMK Masih banyak kasus kekurangan gizi yang terjadi pada kelompok usia
balita
WJUJK@MKMMK & Program ini diadakan dengan tujuan memberikan informasi tentang
WJBALAHMK Prinsip Dasar PMT Pemulihan dan memberikan informasi tentang
AKYJUTJKPA penyelenggaraan PMT Pemulihan berbasis bahan makanan lokal bagi
balita gizi kurang 6 ‐ 59 bulan.
WJLMFPMKMMK Balita gizi kurang atau kurus usia 6-59 bulan termasuk balita dengan
Bawah Garis Merah (BGM) dari keluarga miskin menjadi sasaran
prioritas penerima PMT Pemulihan.
Sasaran dipilih melalui hasil penimbangan bulanan di Posyandu dengan
urutan prioritas dan kriteria sebagai berikut :
1. Balita yang dalam pemulihan pasca perawatan gizi buruk di
TFC/Pusat Pemulihan Gizi/Puskesmas Perawatan atau RS
2. Balita kurus dan berat badannya tidak naik dua kali berturut-turut (2
T)
3. Balita kurus
4. Balita Bawah Garis Merah (BGM)
Balita dengan kriteria tersebut di atas, perlu dikonfirmasi kepada Tenaga
Pelaksana Gizi atau petugas puskesmas, guna menentukan sasaran
penerima PMT Pemulihan.
BNKAYNUAKC & Pemantauan dan Bimbingan Teknis
JTMLZMPA 1. Pemantauan dilakukan setiap bulan selama pelaksanaan PMT
Pemulihan.
2. Pemantauan meliputi pelaksanaan PMT Pemulihan, pemantauan berat
badan setiap bulan; sedangkan pengukuran panjang/tinggi badan hanya
pada awal dan akhir pelaksanaan PMT Pemulihan menggunakan
formulir pada lampiran 7 dan lampiran 8.
3. Pemantauan dan bimbingan teknis dilakukan oleh Kepala Puskesmas,
Tenaga Pelaksana Gizi (TPG) puskesmas atau bidan di desa kepada ibu
Kader pelaksana PMT Pemulihan.
OZIZL LMWNUMK Pemberian Kapsul Vitamin A
LMYMU EJLMFMKC Vitamin A adalah zat gizi yang paling esensial, hal itu dikarenakan
konsumsi makanan kita belum mencukupi dan masih rendah sehingga
harus dipenuhi dari luar. Kekurangan vitamin A (KVA) akan
meningkatkan kesakitan dan kematian, mudah terserang penyakit infeksi
seperti diare, radang paru-paru, pneumonia, dan akhirnya kematian.
Akibat lain yang paling serius dari kekurangan vitamin A (KVA) adalah
rabun senja yaitu betuk lain dari xeropthalmia termasuk kerusakan
kornea mata dan kebutaan. Vitamin A bermanfaat untuk menurunkan
angka kesakitan angka kematian, karena vitamin A dapat
meningkatkan daya tahan tubuh terhadap penyakit infeksi seperti
campak, diare, dan ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut).
Kelompok umur yang terutama mudah mengalami kekurangan
vitamin A adalah kelompok bayi usia 6 ‐ 11 bulan dan kelompok anak
balita usia 12 ‐ 59 bulan (1 ‐ 5 tahun).
Pada balita vitamin A sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan tulang
dan gigi yang kuat, untuk penglihatan yang normal, membantu
memelihara kulit yang sehat dan mencegah lapisan mulut, hidung,
paru-paru dan saluran kencing dari kuman penyakit. Vitamin A yang
diberikan pada balita juga berfungsi untuk mengatur sistem kekebalan
(immunesystem), dimana sistem kekebalan badan ini membantu
mencegah atau melawan penyakit dengan membuat sel darah putih
yang menghapuskan bakteri dan virus. Akibat lain yang lebih serius
dari kekurangan vitamin A adalah buta senja dan xeropthalmia karena
terjadi kekeringan pada selaput lendir dan selaput bening kornea mata.
Upaya perbaikan status vitamin A harus dimulai pada balita terutama
pada anak yang menderita kekurangan vitamin A.
Menurut UNICEF (2013), bahwa kekurangan vitamin A dalam makanan
sehari-hari menyebabkan setiap tahunnya sekitar satu juta anak balita
diseluruh dunia menderita penyakit mata tingkat berat (Xeropthalmia)
seperempat diantaranya menjadi buta dan 60% dari yang buta ini akan
meninggal dalam beberapa bulan. Kekurangan vitamin A menyebabkan
anak dalam resiko besar mengalami kesakitan, tumbuh kembang yang
buruk dan kematian dini. Terdapat perbedaan angka kematian sebesar
30% antara anak-anak yang mengalami kekurangan vitamin A dengan
rekanrekannya yang tidak kekurangan vitamin A
WJUBMPMLMHMK Angka kebutaan di Indonesia tertinggi dikawasan Asia Tenggara
WJUJK@MKMMK & Upaya-upaya pencegahan kebutaan di Indonesia telah dilaksanakan pada
WJBALAHMK tahun 1967 ketika kebutaan dinyatakan sebagai bencana Nasional sejak
AKYJUTJKPA 1984 Upaya Kesehatan Mata/Pencegahan Kebutaan (UKM/PK) sudah
diintegrasikan ke dalam kegiatan pokok Puskesmas. Sedangkan Program
penanggulangan Kebutaan Katarak Paripurna (PKKP) dimulai sejak 1987 baik Rum
Strategi penanggulangan kekurangan vitamin A masih bertumpuh
dengan cara pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi pada bayi (6 ‐ 11 bulan) kapsul b
Diserahkan kepada Puskesmas Negara
WJLMFPMKMMK
OZIZL LMWNUMK Pemberian Tablet Tambah Darah (TTD) untuk Ibu Hamil dan Ibu
Nifas
LMYMU EJLMFMKC Penyebab perdarahan yang mengakibatkan kematian pada ibu setelah
melahirkan salah satu faktor resikonya disebabkan karena anemia yaitu
40,1%. Penyataan ini sesuai dengan hasil penelitian Chi, dkk sebesar
70% angka kematian ibu yang menderita anemia dan 19,7% angka
kematian ibu yang tidak menderita anemia.
Anemia adalah keadaan tubuh yang hanya memiliki jumlah sel darah
merah (eritrosit) yang sedikit yang dimana sel darah merah (eritrosit)
mengandung hemoglobin yang berfungsi untuk mengikat dan
mengedarkan oksigen keseluruh tubuh. Menurut World Health
0rganization (WHO) angka kejadian anemia pada ibu hamil secara
global sebesar 51%, sedangkan anemia yang terjadi pada wanita sebesar
35% (WHO, 2018).
Anemia pada ibu hamil dihubungkan dengan meningkatkan kelahiran
prematur, kematian ibu dan anak. Anemia defisiensi besi pada ibu dapat
mempengaruhi pertumbuhan dan berkembangan janin/bayi saat
kehamilan maupun setelahnya. Di Indonesia anemia gizi merupakan
salah satu masalah 4 gizi utama disamping kurang kalori, protein,
defisiensi vitamin A dan gondok endemik. Riskesdas 2013 mendapatkan
anemia terjadi pada 37,1% ibu hamil di Indonesia, 36,4% ibu hamil
diperkotaan dan 37,8% ibu hamil diperdesaan.
WJUBMPMLMHMK Tingginya anemia pada ibu hamil di Indonesia
WJUJK@MKMMK & Upaya pemerintah Indonesia untuk menanggulangi masalah anemia
WJBALAHMK pada ibu hamil dengan menberikan tablet tambah darah (TTD) minimal
AKYJUTJKPA 90 tablet selama kehamilan. Hasil PSG (2016) mendapatkan hanya
Kn Fnij Ouiul
1 F1Program
(Upaya Promkes
latihan kebugaran
dan jasmani Sosialisasi guru UKS
2 Pemberdayaa
Kegiatan promosi ASI eksklusif, MP ASI
3
ProgrampencegahandanpemberantasanpenyakitHIV/AIDS
25 (Penemuan Penderita HIV/AIDS)