Anda di halaman 1dari 45

OZIZL LMWNUMK Posbindu dan Posyandu Lansia

LMYMU EJLMFMKC Penyakit tidak menular (PTM) sudah menjadi penyebab utama
kematian di dunia sejak milenium ketiga. Proposi kematian karena
PTM di dunia terus meningkat dari 47% tahun 1990, menjadi 56%
tahun 2000 WHO (dalam Boutayeb & Boutayeb, 2005). Pada
tahun 2008 terjadi peningkatan, dari 57 juta kematian, 36 juta atau
63% disebabkan oleh
PTM, terutama jantung, diabetes, kanker dan penyakit pernapasan
kronis. Kematian karena penyakit tidak menular sebanyak 29 juta (80%)
terjadi di negara berpenghasilan rendah dan menengah (WHO, 2011a).
Proyeksi WHO, kematian penyakit tidak menular akan meningkat
sebesar 15% secara global antara tahun 2010 sampai dengan 2020
(untuk 44 juta kematian). Peningkatan terbesar akan terjadi wilayah
Afrika, Asia Tenggara dan Mediterania Timur, akan meningkat lebih
dari 20%. Sebaliknya di wilayah Eropa, WHO memperkirakan tidak
akan ada kenaikan.

Proporsi PTM menjadi penyebab kematian di Indonesia mengalami


peningkatan cukup tinggi, dari 41,7% tahun 1995, menjadi 49,9% tahun
2001, dan 59,5% tahun 2007 (WHO, 2011b, Kemenkes, 2012). Pada
tahun 2011 terjadi peningkatan 64% (WHO, 2011c), dan tahun 2012
kematian sebanyak 1.551.000 jiwa, diperkirakan mencapai 71%
disebabkan oleh PTM, terdiri atas penyakit kardiovaskuler/jantung
37%, kanker 13%, penyakit paru kronis 5%, diabetes 6%, dan penyakit
tidak menular lainnya 10% (WHO, 2014). Di Indonesia kematian
disebabkan PTM, probabilitas kematian dini 23% (WHO, 2015).
Prevalensi PTM di Provinsi Kalimantan Selatan cenderung meningkat
dari tahun 2007 s.d. 2013 berdasarkan hasil Riskesdas 2013 antara lain:
hipertensi (HT), diabetes melitus (DM), stroke, dan penyakit
kardiovaskuler.

Pemberdayaann Posbindu PTM dengan upaya meningkatkan kemauan


masyarakat melakukan deteksi dini, pencegahan, dan pengendalian
penyakit tidak menular.
WJUBMPMLMHMK Berdasarkan latar belakang di atas, masih tingginya prevalensi PTM
seperti hipertensi (HT), diabetes melitus (DM), stroke, dan penyakit
kardiovaskuler.
WJUJK@MKMMK & Langkah - Langkah kebijakan dan strategi Pencegahan dan Pengendalian
WJBALAHMK Penyakit Tidak Menular dalam mencapai target indikator adalah :
AKYJUTJKPA
1. Menggerakkan dan memberdayakan masyarakat untuk hidup sehat
sehingga dapat terhindar dari faktor risiko.
2. Meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang
berkualitas melalui penguatan sumber daya dan standardisasi pelayanan,

3. Meningkatkan kemitraan dengan lintas program, lintas sektor, dan


pemangku kepentingan terkait,

4. Menyelenggarakan Surveilans dengan mengintegrasikan dalam


sistem surveilans penyakit tidak menular di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan dan
masyarakat.

5. Meningkatkan advokasi kepada Pemerintah Daerah, Pemerintah Desa,


dan pemangku kepentingan terkait.
WJLMFPMKMMK Penemuan dini faktor risiko biologis seperti:
Obesitas,
Tensi darah tinggi,
Gula darah tinggi,
Gangguan Penglihatan,
Gangguan Pendengaran,
serta deteksi Dini kanker Serviks dan payudara

dilakukan dengan pembudayaan Pemeriksaan Kesehatan secara


berkala setiap 1 bulan sekali atau minimal setahun sekali pada
Posbindu PTM (Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular).
Posbindu PTM pengembangannya berbasis wilayah, disetiap desa atau
kelurahan diharapkan minimal terdapat 1 Posbindu PTM untuk
menjangkau seluruh Penduduk usia 15 tahun keatas di wilayah
BNKAYNUAKC & tersebut.
JTMLZMPA Monitoring dan evaluasi diserahkan kepada Puskesmas Negara
OZIZL LMWNUMK BIAS (Bulan Imunisasi Anak Sekolah)
LMYMU EJLMFMKC Tetanus pada maternal dan neonatal merupakan penyebab kematian
paling sering terjadi akibat persalinan dan penanganan tali pusat tidak
bersih.Tetanus ditandai dengan kaku otot yang nyeri yang disebabkan
oleh neurotoxin yang dihasilkan oleh Clostridium tetani pada luka
anaerob (tertutup). Tetanus neonatorum (TN) adalah tetanus pada bayi
usia hari ke 3 dan 28 setelah lahir dan Tetanus maternal (TM) adalah
tetanus pada kehamilan dan dalam 6 minggu setelah melahirkan. Bila
tetanus terjadi angka kematian sangatlah tinggi, terutama ketika
perawatan kesehatan yang tepat tidak tersedia. Saat ini kematian akibat
tetanus pada maternal dan neonatal dapat dengan mudah dicegah dengan
persalinan dan penanganan tali pusat yang higienis, dan / atau dengan
imunisasi ibu dengan vaksin tetanus.

Upaya mengeliminasi Tetanus Maternal dan Neonatal (TMN) bertujuan


mengurangi jumlah kasus tetanus pada maternal dan neonatal hingga
ke tingkat dimana TMN tidak lagi menjadi masalah utama
kesehatan
masyarakat. Tidak seperti polio atau cacar (smallpox), tetanus tidak
dapat dieradikasi, spora tetanus berada di lingkungan seluruh dunia,
namun melalui imunisasi pada ibu hamil, wanita usia subur (WUS)
dan promosi persalinan yang higienis. TMN dapat dieliminasi yaitu
ditunjukkan oleh jumlah kasus tetanus yang kurang dari satu per 1000
kelahiran hidup di setiap kabupaten. Secara operasional, status ini
dapat diukur dengan tingkat pencapaian imunisasi serta pertolongan
persalinan oleh tenaga kesehatan.

Pada tahun 1988, WHO memperkirakan bahwa sebanyak 787,000 bayi


baru lahir meninggal akibat tetatus neonatorum (TN). Sehingga pada

akhir tahun 1980-an perkiraan angka kematian tahunan global TN


adalah sekitar 6,7 kematian per 1000 kelahiran hidup, jelas ini
merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting.

WHO memperkirakan pada 2008 (angka estimasi tahun terakhir yang


ada), 59.000 bayi baru lahir meninggal akibat TN, ter-dapat penurunan
92% dari situasi pada akhir 1980-an. Pada 2008 terdapat 46 negara yang
masih belum eliminasi TMN di seluruh kabupaten, salah satunya
adalah Indonesia.
WJUBMPMLMHMK Masih tingginya jumlah kematian tahunan TMN di Indonesia secara
keseluruhan.
WJUJK@MKMMK & Strategi untuk mencapai eliminasi TMN dilakukan dengan berbagai
WJBALAHMK pendekatan melalui imunisasi, pertolongan persalinan dan perawatan tali
AKYJUTJKPA pusat yang bersih dan surveilans TN yang efektif. Walaupun validasi
ETMN telah dilakukan di Indonesia tahun 2010-2011 dan ditetapkan
status eliminasi TMN namun masih ada 1 regional yang belum
mencapai status eliminasi tersebut.

Strategi Pemilihan Intervensi:


Imunisasi anak sekolah mengikuti jadwal baru yg telah ditetapkan dg
maksud untuk meninggikan tingkat imunitas yg sdh ada mberikan
perlindungan jangka panjang.
BIAS dilaksanakan scr bertahap :
Th 1998 s/d 2000 : Imunisasi Difteri Tetanus (DT) satu kali pd anak
kelas- I dan imunisasi Tetanus Toksoid (TT) satu kali pd anak kelas- II,
Kelas- III, kelas -IV, kelas -V dan kelas -VI.
Tahun 2001 dan seterusnya diberikan imunisasi DT satu kali pd anak
kelas- I dan TT satu kali pd anak kelas- II dan kelas III saja.
Mobilisasi sosial kpd sasaran dg mberikan penjelasan ttg pentingnya
BIAS, terutama kpd org tua murid ikut dlm mendukung keberhasilan
BIAS.
Pelay terbaik kpd sasaran, termsk penanganan cpt & tepat thd kasus yg
mungkin terjadi KIPI
Mberikan pelatihan petugas shg yg bsangkutan dpt mlaks tugas scr benar
sesuai standar pelayanan kes yg berlaku.
WJLMFPMKMMK Pemberian vaksin tetanus toxoid anak sekolah dilaksanakan setahun
sekali, umumnya dilaksanakan pada bulan November atau tergantung
situasi di daerah. Jumlah sasaran imunisasi anak sekolah umumnya
diperoleh dari pendataan jumlah sasaran anak Sekolah Dasar (SD) dan
Madrasah (MI) kelas 1, 2 dan 3 yang bersumber dari dinas pendidikan
dan kebudayaan dan dinas agama kabupaten/kota. Jumlah sasaran ini

dipergunakan untuk menentukan kebutuhan logistik seperti vaksin, alat


suntik autodisable dan lain-lain serta untuk memantau pencapaian target
sasaran.

- Memberikan 1 (satu) dosis vaksin DT mel suntikan di lengan atas pd


anak kelas ‐I SD/MI/ SDLB /SLB.
- Memberikan 1(satu) dosis vaksin TT mel suntikan di lengan atas pd
anak kelas ‐ II samp kelas ‐ III SD/MI/SDLB/SLB
- Memberikan imunisasi ulang TT setiap th 1 dosis.
- Dlm program BIAS imunisasi ulang TT ditujukan kpd anak SD/MI/
SDLB/SLB baik negeri maupun swasta.

- Tempat pelay BIAS adalah di ruang pelayanan imunisasi yg diadakan


di masing2 SD/ MI/ SDLB/SLB.
- Pelayanan bulan imunisasi anak sekolah (BIAS) dilaksanakan scr
legeartis sesuai dg prosedur & standart, serta mberikan informasi kpd
org tua sblm pberian imunisasi dg sikap ramah, asih dan asuh (tidak
menakutkan).
- Hasil pelayanan imunisasi pd anak kelas I, kelas-II dan III dicatat.
- Selanjtnya hsl pelayanan imunisasi dicatat pd kartu TT seumur hidup,
dan bila anak blm menerima imunisasi TT 5 dosis agar dilengkapi pd
saat BIAS Kartu TT seumur hidup dbrk setelah anak lulus / keluar /
meninggalkan sekolah & dharapkan anak sdh dg status TT 5 dosis.
- Bila ada kasus kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI) agar ditangani
secara cpt dan professional sesuai dg prosedur. Bl tdk dpt ditangani
agar dirujuk ke RS Pemerintah yg terdekat utk dpt ditangani lbh lanjut.
BNKAYNUAKC & Evaluasi pelaksanaan BIAS setelah rekapitulasi dan analisa laporan
JTMLZMPA Kab / kota.
OZIZL LMWNUMK PROGRAM PEMBERIAN TABLET TAMBAH DARAH PADA
REMAJA PUTRI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS NEGARA
LMYMU EJLMFMKC Anemia merupakan salah satu dari 6 masalah gizi yang ada di Indonesia
saat ini. Berdasarkan hasil
Riskesdas (2018) proporsi anemia ibu hamil sebesar 46,9% dan anemia
remaja sebesar 48,9%. Berdasarkan hal tersebut anemia lebih banyak
dialami pada remaja (1). Remaja perempuan merupakan kelompok usia
yang paling banyak membutuhkan zat gizi dibanding kelompok usia
lainnya. Pematangan seksual pada remaja menyebabkan kebutuhan zat
gizi meningkat. Kebutuhan zat besi remaja perempuan lebih tinggi
dibandingkan dengan remaja laki-laki, karena dibutuhkan untuk
mengganti zat besi yang hilang pada saat menstruasi (2). Anemia pada
remaja berdampak buruk terhadap penurunan imunitas, konsentrasi,
prestasi belajar, kebugaran remaja (3). Kesehatan remaja sangat
menentukan keberhasilan dari pembangunan kesehatan, terutama
dalam upaya mencetak kualitas generasi penerus bangsa di masa
depan. mengingat mereka adalah para calon ibu yang akan
hamil dan
melahirkan seorang bayi, sehingga memperbesar risiko kematian ibu
melahirkan, bayi lahir prematur dan berat bayi lahir rendah (BBLR) (4).
Oleh karena itu Pemerintah Indonesia berupaya untuk mengatasi hal
tersebut yang tertuang dalam RPJMN 2015-2019 yaitu pada sasaran
pokok yang pertama berupa meningkatnya status kesehatan ibu dan
Anak. Usaha yang dilakukan pemerintah indonesia yaitu melalui usaha
kesehatan sekolah dan remaja (5).
Salah satu program pemerintah yaitu pemberian Tabet Tambah Darah
(TTD) pada remaja puteri. Berdasarkan hasil Riskesdas (2018) bahwa
Remaja puteri yang mendapatkan tablet tambah darah
(TTD) sebesar 76,2% yang terdiri dari sebanyak 80,9% diantaranya

mendapatkan TTD di sekolah dan 19,1% menyatakan tidak didapatkan


dari sekolah. Sedangkan yang tidak mendapatkan TTD sama sekali
yaitu
sebesar 23,8%. Tingkat konsumsi TTD yang < 52 butir sebesar 98,6%
dan yang mengkonsumsi ≥ 52 butir sebesar 1,4%. Remaja putri
diharuskan untuk mengkonsumsi TTD karena mengalami menstruasi
setiap bulan. TTD juga berguna untuk mengganti zat besi yang hilang
karena menstruasi dan untuk memenuhi kebutuhan zat besi yang
belum tercukupi dari makanan. Zat besi pada remaja putri juga
bermanfaat untuk meningkatkan konsentrasi belajar, menjaga
kebugaran dan mencegah terjadinya anemia pada calon ibu di masa
mendatang (4). Di Puskesmas Negara sendiri program ini sudah
dilaksanakan sejak lama,

hingga tahun 2019 saat ini. TTD ini dibagikan pada siswi MAN dan
SMA.
WJUBMPMLMHMK Masih tingginya angka anemia di Indonesia khususnya di wilayah
kerja Puskesmas Negara
WJUJK@MKMMK & Berbagai penelitian menyatakan faktor-faktor yang mempengaruhi
WJBALAHMK terjadinya anemia pada remaja puteri secara umum meliputi tingkat
AKYJUTJKPA pengetahuan gizi, pola konsumsi, sosial ekonomi, status kesehatan,
aktifitas fisik, dan pola siklus menstruasi. Berikut adalah uraian singkat
mengenai faktor-faktor determinan yang dimaksud.
Hasil penelitian Aeni (2012) menjelaskan bahwa kejadian anemia pada
remaja puteri karena tingkat asupan zat besi memiliki kategori defisit
(kurang), dan terjadi juga akibat kurangnya konsumsi makanan yang
dapat meningkatkan absorbsi zat besi sehingga kebutuhan zat besi
tidak terpenuhi. Ketidakcukupan ini disebabkan karena pola konsumsi
masyarakat Indonesia yang masih menggunakan sayuran sebagai sumber
utama zat besi. Sehingga pembagian TTD dipilih sebagai intervensi
pencegahan anemia pada wilayah kerja Puskesmas Negara tahun 2019.
WJLMFPMKMMK - Perhitungan sasaran dari TTD remaja puteri berdasarkan data
jumlah siswi MAN dan SMA di wilayah kerja Puskesmas Negara.

- Penyusunan kepanitiaan yang kemudian ditetapkan melalui SK


kepala Puskesmas, Penyusunan Standar Operasional Prosedur (SOP)
mengenai pemberian TTD, Penyusunan jadwal pelaksanaan kegiatan,
Menginformasikan kepada pihak sekolah melalui surat tentang jadwal
kegiatan TTD.
- Pendistribusian dilakukan dengan cara blanket approach yang
dibagikan oleh tim setiap bulannya sebanyak 4 tablet per siswi dengan
jumlah minum TTD sebanyak 1 tablet untuk 1 minggu.
- Pelaksanaan distribusi TTD dilakukan tiap minggu pertama
sampai dengan minggu kedua tiap bulannya. Jadi satu hari bisa 2
sekolah yang didistribusikan sesuai dengan jadwal. Petugas

menyerahkan TTD kepada guru UKS yang kemudian akan dibagikan


kepada siswi di sekolahnya.
- Pemantauan TTD ini hanya berupa pelaporan data dari petugas
pelaksana tiap bulannya. Data tersebut berasal dari pernyataan dari
guru UKS saja mengenai jumlah TTD yang telah didistribusikan.
BNKAYNUAKC & Monitoring dan evaluasi pembagian TTD dilaksanakan tiap bulannya
JTMLZMPA dan dilaporkan kepada tim administrasi manajemen dan Dinas
Kesehatan kota Kandangan. Pencatatan TTD dari guru UKS hanya
berupa jumlah obat yang diterima dan hanya dilaporkan kepada
puskesmas melalui verbal.
OZIZL LMWNUMK Program latihan kebugaran jasmani
LMYMU EJLMFMKC Kesehatan olahraga merupakan salah satu upaya kesehatan yang
bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan dan kebugaran jasmani
masyarakat termasuk anak sekolah melalui aktivitas fisik, latihan fisik
atau olah raga dengan bentuk pelayanan kesehatan yang bersifat
promotif dan preventif tanpa meninggalkan pelayanan kuratif dan
rehabilitatif
Pembinaan kebugaran jasmani siswa melalui upaya kesehatan sekolah
yaitu GEMAS (Generasi Emas) yang dapat menggambarkan kondisi
fisik seseorang untuk melakukan aktifitas sehari ‐ hari.Tingkat
kebugaran jasmani siswa merupakan bagian dari penjaringan dini
kesehatan.
Yang menjadi sasaran dalam program kesehatan olahraga adalah Siswa
SD Kelas 4, 5, 6 dan Klub ‐ Klub olah raga yaitu antara lain : Klub
senam lansia, klub anak sekolah, klub Calon Jemaah Haji, klub kelas
ibu hamil, klub pekerja di tempat Kerja, klub olah raga lainnya.
WJUBMPMLMHMK Masih rendahnya derajat kesehatan di Indonesia khususnya pada anak
anak usia sekolah dasar.
WJUJK@MKMMK & a. Pembangunan kesehatan diselenggarakan secara bertahap sesuai
WJBALAHMK dengan situasi, kondisi, dan kemampuan yang dimiliki pemerintah dan
AKYJUTJKPA masyarakat yang mencakup sumberdaya (tenaga,sarana, prasarana,
dan biaya), sistem informasi manajemen, serta pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
b. Perencanaan, pelaksanaan, dan penelitian upaya kesehatan olahraga
diselenggarakan secara sistematik terpadu sesuai 4 dengan sosial
budaya dan kebutuhan masyarakat, didukung kemampuan pemerintah
setempat, jaringan pelayanan kesehatan olahraga, sistem rujukan yang
tersedia, serta berbasis kepada data dasar yang diperoleh dari kajian
penelitian
yang objektif.
c. Pemantapan dan penggalangan kemitraan dengan lintas program,
lintas sektor, perguruan tinggi, Lembaga Swadaya Masyarakat, Media
Masa, Organisasi Profesi, dunia usaha dan masyarakat dalam upaya
membudayakan masyarakat untuk melakukan aktivitas fisik dalam
bentuk latihan fisik atau olahraga yang baik, benar, teratur, dan
terukur.
d. Upaya kesehatan olahraga diarahkan untuk meningkatkan derajat
kesehatan dan kebugaran jasmani masyarakat teratur di lima tatanan
hidup sehat (rumah tangga, institusi pendidikan, tempat kerja, tempat
umum dan sarana kesehatan).
WJLMFPMKMMK Kegiatan dalam program kesehatan olah raga antara lain sebagai berikut
:
a. Pendataan klub olahraga
b. Kunjungan ke sekolah dan klub olahraga
c. Pemeriksaan kesehatan dan Penyuluhan olahraga
d. Pengukuran tingkat kebugaran jasmani anak sekolah
e. Konsultasi kesehatan olahraga
BNKAYNUAKC & Monitoring dilakukan secara bertahap
JTMLZMPA
OZIZL LMWNUMK Program imunisasi dasar
LMYMU EJLMFMKC Program imunisasi merupakan upaya kesehatan masyarakat yang
terlaksana di Indonesia dimulai tahun 1956. Melalui program ini,
Indonesia dinyatakan bebas dari penyakit cacar oleh WHO sejak tahun
1974. Pengembangan Program Imunisasi (PPI) pada tahun 1977 sebagai
fase awal menurunkan angka kesakitan serta kematian balita atau
Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I). Melalui PPI
sejak tahun 1980 imunisasi rutin dilakukan dan dikembangkan sampai
sekarang dengan pemberian tujuh jenis vaksin yaitu BCG, DPT, Polio,
Campak, Hepatitis B (HB), TT dan DT
WJUBMPMLMHMK Masih tingginya angka kesakitan dan kematian pada anak.
WJUJK@MKMMK & Perencanaan adalah proses untuk mengantisipasi peristiwa di masa
WJBALAHMK datang dan menentukan staretgi (cara, tindakan adaptif) untuk
AKYJUTJKPA mencapai tujuan organisasi di masa mendatang. Perencanaan di bidang
kesehatan merupakan suatu proses untuk merumuskan masalah
kesehatan yang berkembang di masyarakat, menentukan kebutuhan
dan sumber daya yang harus disediakan, menetapkan tujuan yang
paling penting dan

menyusun langkah-langkah yang praktis untuk mencapai tujuan yang


telah ditetapkan. Perencanaan akan menjadi efektif jika sebelumnya
dilakukan perumusan masalah berdasarkan fakta
WJLMFPMKMMK Sesuai dengan pedoman imunisasi dasar yang dikeluarkan oleh
kemenkes RI. Bisa dilakukan di puskesmas atau posyandu.
BNKAYNUAKC & Monitoring dilakukan secara bertahap dan evaluasi adanya KIPI
JTMLZMPA
OZIZL LMWNUMK Pelayanan Klinik Sanitasi
LMYMU EJLMFMKC Penyakit berbasis lingkungan masih merupakan masalah kesehatan
masyarakat Indonesia. Hal ini tercermin dari tingginya angka kejadian
dan kunjungan penderita beberapa penyakit ke sarana kesehatan.
Penyakit tersebut meliputi Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA),
tuberkulosis paru, diare, malaria, Demam Berdarah Dengue (DBD),
keracunan makanan, kecacingan, serta gangguan kesehatan akibat
keracunan bahan kimia dan pestisida.

Klinik sanitasi adalah suatu upaya atau kegiatan yang


mengintegrasikan pelayanan kesehatan promotif, preventif, dan kuratif
yang difokuskan pada penduduk yang berisiko tinggi untuk mengatasi
masalah penyakit berbasis lingkungan pemukiman yang dilaksanakan
oleh petugas puskesmas bersama masyarakat yang dapat dilaksanakan
secara pasif dan aktif di dalam dan di luar gedung.

Integrasi upaya kesehatan lingkungan dan upaya pemberantasan


penyakit berbasis lingkungan semakin relevan dengan ditetapkannya
paradigma sehat yang lebih menekankan pada upaya promotif-preventif
dibanding upaya kuratif-rehabilitatif. Melalui klinik sanitasi, ketiga
upaya pelayanan kesehatan yaitu promotif, preventif, dan kuratif
dilakukan secara terintergrasi dalam pelayanan kesehatan program
pemberantasan penyakit berbasis lingkungan, di dalam maupun di luar
gedung.

Klinik sanitasi merupakan suatu wahana masyarakat dalam mengatasi


masalah kesehatan lingkungan untuk pemberantasan penyakit dengan
bimbingan, penyuluhan, dan bantuan teknis dari petugas puskesmas.
Klinik sanitasi bukan sebagai unit pelayanan yang berdiri sendiri,
tetapi sebagai bagian integral dari kegiatan Puskesmas.

WJUBMPMLMHMK Masih kurangnya pengetahuan masyarakat tentang penyakit berbasis


lingkungan
WJUJK@MKMMK & Metode dalam pelaksanaan klinik sanitasi di puskesmas dengan
WJBALAHMK pencapaian tinggi telah sesuai dengan buku pedoman klinik sanitasi
AKYJUTJKPA yaitu konseling, inspeksi lingkungan dan intervensi lingkungan telah
dijalankan sedangkan di puskesmas pencapaian rendah metode yang
dijalankan rutin hanya konseling, untuk inspeksi dan intervensi
dilaksanakan bila diperlukan saja
WJLMFPMKMMK Fjcimtmk Flikif Pmkitmsi
1. Kegiatan dalam gedung

Semua pasien yang mendaftar di loket, setelah mendapat status


seterusnya diperiksa oleh petugas paramedis/medis puskesmas,
apabila didapatkan penderita penyakit yang berhubungan serta dengan
faktor lingkungan, maka yang bersangkutan akan dirujuk ke ruang
klinik sanitasi.

2. Kegiatan luar gedung

Kegiatan di luar gedung ini adalah kunjungan rumah/lokasi sebagai


tindak lanjut dari kunjungan pasien/klien ke puskesmas (klinik
sanitasi). Kunjungan ini sebenarnya merupakan kegiatan rutin yang
lebih dipertajam sasarannya, sesuai dengan hasil wawancara
pasien/klien dengan sanitarian pada waktu di puskesmas.

Dalam setiap kunjungan, sanitarian selalu mengikut sertakan kader


kesling, perangkat desa, dan tokoh masyarakat. Hal ini dimaksudkan

akgharirnmya sdyaapraktkamat
ednyapelaetsamikeanngemtaahsauliahpetermrseabsaultasheacnarayamngand
iirhia. dapi dan

Sasaran program klinik sanitasi meliputi: 1) penderita penyakit (pasien)


yang berhubungan dengan masalah kesehatan lingkungan (yang datang
ke puskesmas atau yang diketemukan di lapangan); 2) masyarakat
umum (klien) yang mempunyai masalah kesehatan lingkungan (yang
datang ke puskesmas atau yang menemui petugas klinik sanitasi di
lapangan); 3) lingkungan penyebab masalah bagi penderita/klien dan
masyarakat sekitarnya.

Klinik sanitasi dilaksanakan di dalam gedung dan di luar gedung


puskesmas oleh petugas sanitasi dibantu oleh petugas kesehatan lain dan
masyarakat. Kegiatan dalam gedung difokuskan pada identifikasi
penyakit yang diderita pasien, kegiatan konseling, penyuluhan dan
membuat perjanjian untuk kunjungan rumah. Kegiatan di luar gedung
berupa kunjungan rumah. Kegiatan tersebut meliputi inspeksi sanitasi
lingkungan tempat tinggal pasien, penyuluhan yang lebih terarah kepada
pasien, keluarga dan tetangga sekitar. Inspeksi sanitasi lingkungan
bertujuan untuk mengetahui faktor risiko lingkungan dan ketepatan jenis
intervensi yang akan dilakukan.

Strategi operasional dari program klinik sanitasi meliputi :

• Inventarisasi masalah kesehatan lingkungan dan penyakit


berbasis lingkungan yang dihadapi oleh masyarakat dengan
cara pengumpulan data dan pemetaan yang berkaitan
dengan
penyakit, perilaku, sarana sanitasi, dan keadaan lingkungan.
• Mengintegrasikan intervensi kesehatan lingkungan dengan
program terkait di puskesmas dalam rangka pemberantasan
penyakit berbasis lingkungan.
• Menentukan skala prioritas penyusunan perencanaan dan
pelaksanaan penanganan masalah kesehatan lingkungan
dengan mempertimbangkan segala sumber daya yang ada
dengan melibatkan lintas program dan lintas sektor terkait, baik
dalam lingkup kabupaten maupun puskesmas.
• Menumbuhkembangkan peran serta masyarakat melalui
kemitraan dengan kelembagaan yang ada.
• Membentuk jaringan kerjasama antar kabupaten/kecamatan
yang merupakan satuan ekologis atau satuan epidemiologis
penyakit.
• Menciptakan perubahan dan peningkatan perilaku hidup bersih
dan sehat, serta menumbuhkan kemandirian masyarakat
melalui upaya promosi kesehatan dan pemberdayaan
masyarakat.
BNKAYNUAKC & • Mengupayakan dukungan dana dari berbagai sumber antara lain
JTMLZMPA masyarakat, swasta, pengusaha, dan pemerintah.
Monitoring dan evaluasi kegiatan klinik sanitasi dapat dilakukan dengan
turun langsung ke lapangan, laporan bulanan dan dapat juga melalui
pertemuan rutin bulanan. Puskesmas mempertahankan dan
meningkatkan monitoring dan evaluasi untuk mendapatkan hasil yang
lebih maksimal dalam pelaksanaan klinik sanitasi.
OZIZL LMWNUMK Pelayanan KB
LMYMU EJLMFMKC Sejalan dengan semangat ICPD 1994 di Cairo, pendekatan pelayanan
kontrasepsi di Indonesia memegang teguh prinsip-prinsip hak asasi
manusia. Prinsip-prinsip ini diterjemahkan dengan memberikan
kebebasan yang bertanggung jawab bagi pasangan untuk menentukan
jumlah, penjarangan dan pembatasan kehamilan serta informasi dan
cara
untuk memenuhi hak-hak reproduksinya tersebut. Tersedianya berbagai
pilihan alat dan obat kontrasepsi di titik- titik layanan dengan
informasi
yang lengkap adalah wajib untuk dipenuhi dan merupakan tantangan
Pemerintah saat ini. Melalui pertemuan tingkat tinggi tentang keluarga
berencana yang dilaksanakan di London pada tanggal 11 Juli 2012,
komunitas internasional melalui Family Planning 2020 (FP 2020)
sepakat untuk merevitalisasi komitmen global untuk Keluarga
Berencana dan perluasan akses pelayanan kontrasepsi; memperbaiki
akses dan distribusi alat dan obat kontrasepsi serta
mengatasi/mengurangi hambatan yang ditemui. Selain itu melalui
pertemuan FP 2020 diharapkan dapat meningkatkan komitmen dari
berbagai negara, deνelopment partners, organisasi internasional, ciνil
society organizations, serta sektor swasta untuk berkontribusi dalam
pendanaan program KB secara global dan pengembangan kebijakan
dan strategi di masing-masing negara untuk mengurangi hambatan
terhadap pelayanan KB.

Selain pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan, penurunan


kematian ibu dipengaruhi juga oleh keberhasilan pencapaian universal
akses kesehatan reproduksi lainnya yang kemudian tertuang dalam
MDG 5b dengan indikator yaitu : CPR, ASFR atau Angka Kelahiran
pada remaja 15-19 tahun, ANC dan Unmet need pelayanan KB.

Situasi Program Keluarga Berencana tidak mengalami banyak


kemajuan yang signifikan yang ditunjukkan dengan: 1) CPR cara
modern hanya naik 0,5% dari 57,4% menjadi 57,9%; 2) Unmet need
hanya menurun
0,6% dari 9,1% menjadi 8,5% ; 3) Angka kelahiran pada remaja 15-19
tahun hanya mengalami sedikit penurunan dari 51 per 1000
perempuan usia 15-19 tahun menjadi 48 per 1000 perempuan usia 15-19
tahun. Hal ini berdampak pada stagnannya Total Fertility Rate (TFR)
dalam 10 tahun terakhir di angka 2,6 dan masih tingginya Angka
Kematian Ibu (SDKI 2007 dan 2012).

Dalam rangka penguatan dan pencapaian tujuan pelayanan KB, maka


dukungan manajemen pelayanan KB menjadi sangat penting, mulai dari
Perencanaan, Pelaksanaan, sampai dengan Pemantauan dan Evaluasi.
Dalam program KB ini, terdapat dua kementerian/lembaga yang
memegang peranan penting yaitu Kementerian Kesehatan dan BKKBN.
Koordinasi yang baik dan berkesinambungan antara BKKBN dan
Kementerian Kesehatan beserta jajaran di tingkat pusat, provinsi dan
kabupaten/kota dalam manajemen pelayanan KB menjadi hal yang
sangat penting. Dengan manajemen pelayanan yang baik, diharapkan
dapat meningkatkan ketersediaan (aνailability), keterjangkauan
(accessibility), penerimaaan (acceptability) dan kualitas pelayanan
(quality).
WJUBMPMLMHMK Tingginya populasi penduduk di Indonesia pada umumnya
WJUJK@MKMMK & Pedoman Manajemen Pelayanan KB menjadi acuan untuk meningkatkan
WJBALAHMK kemampuan manajemen pengelola program KIA/KB bagi :
AKYJUTJKPA  Pengelola Program KB di setiap tingkat administrasi (Pusat, Provinsi,

Kabupaten /Kota)
 Petugas kesehatan di Puskesmas beserta jaringan dan jejaringnya

 Mitra kerja lainnya


WJLMFPMKMMK Pelayanan KB tersebut dilaksanakan secara berjenjang meliputi:
- pelayanan konseling;
- kontrasepsi dasar (pil, suntik, IUD dan implant, kondom);
- serta pelayanan Metode Operasi Pria (MOP)
- penanganan efek samping dan komplikasi ringan-sedang akibat
penggunaan kontrasepsi;
- merujuk pelayanan yang tidak dapat ditangani di FKTP.
BNKAYNUAKC & Monitoring dan evaluasi diserahkan kepada Puskesmas Negara
JTMLZMPA
OZIZL LMWNUMK Pelayanan di Poli Umum
LMYMU EJLMFMKC Pembangunan kesehatan mempunyai visi “Indonesia sehat“ diantaranya
dilaksanakan melalui pelayanan kesehatan oleh puskesmas dan rumah
sakit. Selama ini pemerintah telah membangun puskesmas dan
jaringannya di seluruh Indonesia rata-rata setiap kecamatan
mempunyai
2 puskesmas, setiap 3 desa mempunyai 1 puskesmas pembantu.
Puskesmas telah melaksanakan kegiatan dengan hasil yang nyata,
status kesehatan masyarakat makin meningkat, ditandai dengan
makin
menurunnya angka kematian bayi, ibu, makin meningkatnya status
gizi masyarakat dan umur harapan hidup.
Puskesmas adalah unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan
pembangunan kesehatan disatu atau sebagian wilayah kecamatan.
Puskesmas berperan di dalam menyelenggarakan pelayanan publik
yang berkualitas kepada masyarakat dengan melakukan berbagai upaya
untuk memenuhi segala harapan, keinginan, dan kebutuhan serta
mampu memberikan kepuasan bagi masyarakat
Puskesmas sebagai upaya pelayanan kesehatan strata pertama meliputi
pelayanan kesehatan perorangan dan pelayanan kesehatan masyarakat
dan kegiatan yang dilakukan puskesmas, selain dari intern sendiri
tetapi juga perlu peran serta masyarakat dalam pengembangan
kesehatan terutama dilingkungan masyarakat yang sangat mendasar,
sehingga pelayanan kesehatan dapat lebih berkembang.
Upaya kesehatan wajib dalam puskesmas yang biasa dikenal dengan
“basic six” yang terakhir yaitu tentang upaya pengobatan dasar yang
ditujukan kepada semua penduduk, tidak membedakan jenis kelamin
dan golongan umur.
WJUBMPMLMHMK Rendahnya derajat kesehatan perorangan dan masyarakat di Indonesia
WJUJK@MKMMK &
WJBALAHMK Untuk melaksanakan praktek kesehatan masyarakat dengan berhasil
guna dan berdaya guna, diperlukan berbagai strategi yang ditempuh,
AKYJUTJKPA
terutama yang menyangkut tenaga, pengelolaan dan partisipasi
masyarakat secara aktif melalui pengetahuan dan keterampilan,
kemampuan manajemen, kerja sama lintas program dan lintas sektoral,
dan membantu masyarakat mulai dari tahap indikasi masalah
perencanaan, pelaksanaan dan penilaian, serta pembinaan keluarga
binaan atau masyarakat binaan dan mengadakan kordinasi. Sehingga
pengobatan poli umum dipilih untuk praktek kesehatan masyarakat
WJLMFPMKMMK 1. Melaksanakan diagnosa sedini mungkin melalui:
Ø Mendapatkan riwayat penyakit
Ø Mengadakan pemeriksaan fisik
Ø Mengadakan pemeriksaan laboratorium
Ø Menbuat diagnosa
2. Melaksanakan tindakan pengobatan
3. Melakukan upaya rujukan bila dipandang perlu, rujukan tersebut
dapat berupa:
Ø Rujukan diagnostik
Ø Rujukan pengobatan atau rehabilitasi
Ø Rujukan lain, Program ini bertujuan untuk menjamin ketersediaan,
pemerataan, mutu, keterjangkauan obat, perbekalan kesehatan rumah
tangga dan kosmetika.
BNKAYNUAKC & Monitoring dan evaluasi diserahkan kepada Puskesmas Negara
JTMLZMPA
OZIZL LMWNUMK Pelayanan Unit Gawat Darurat (UGD)

LMYMU EJLMFMKC Pelayanan kesehatan adalah upaya yang diselenggarakan oleh suatu
organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah
dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan individu,
keluarga, kelompok, dan masyarakat Pelayanan kesehatan yang bermutu

ad a l ah p e la y a n a n k es e h a t n y a n g da p a t
p el a y an a n k e s e h at an s e s u ai d e n g an ti n g k
m e m u a s k a n s e i a p p em a k a i ja s a
at k e p u a s a n r at a - ra ta pe n d u d u k , serta yang
penyelenggaraannya sesuai dengan kode etik dan standar pelayanan
profesi yang telah ditetapkan.
Pelayanan gawat darurat merupakan pelayanan yang dapat
memberikan tindakan yang cepat dan tepat pada seorang atau
kelompok orang agar dapat meminimalkan angka kematian dan
mencegah terjadinya kecacatan yang tidak perlu. Upaya peningkatan
gawat darurat ditujukan untuk menunjang pelayanan dasar, sehingga
dapat menanggulangi pasien gawat darurat baik dalam keadaan sehari-
hari maupun dalam keadaaan bencana.
Dengan semakin meningkatnya jumlah penderita gawat darurat, maka
diperlukan peningkatan pelayanan gawat darurat baik yang
diselenggarakan ditempat kejadian, pelayanan pra rumah sakit, selama
perjalanan ke rumah sakit, maupaun di rumah sakit.
Berdasarkan hal tersebut diatas, maka di Unit Gawat Darurat perlu
dibuat standar pelayanan yang merupakan pedoman bagi semua pihak
dalam tata cara pelaksanaan pelayanan yang diberikan ke pasien pada
umumnya dan pasien UGD Puskesmas Negara khususnya.
Berkaitan dengan hal tersebut diatas maka, dalam melakukan
pelayanan gawat darurat di UGD Puskesmas Negara harus
berdasarkan standar pelayanan Gawat Darurat Puskesmas Negara.
WJUBMPMLMHMK Jauhnya jarak pelayanan gawat darurat dari wilayah kerja Puskesmas
Negara
WJUJK@MKMMK & Dengan semakin meningkatnya jumlah penderita gawat darurat, maka
WJBALAHMK diperlukan peningkatan pelayanan gawat darurat baik yang
AKYJUTJKPA diselenggarakan di tempat kejadian, pelayanan pra rumah sakit, selama
perjalanan ke rumah sakit, maupaun di rumah sakit. Sehingga
pelayanan Unit Gawat Darurat (UGD) di Puskesmas Negara
diselenggarakan.
WJLMFPMKMMK Pelaksanaan Unit Gawat Darurat meliputi :
1. Pasien dengan kasus True Emergency
Yaitu pasien yang tiba ‐ tiba berada dalam keadaan gawat darurat atau
akan menjadi gawat dan terancam nyawanya atau anggota badannya
( akan menjadi cacat) bila tidak mendapat pertolongan secepatnya
2. Pasien dengan kasus False Emergency
Yaitu pasien dengan :
- Keadaan gawat tetapi tidak memerlukan tindakan darurat
- Keadaan gawat tetapi tidak mengancam nyawa dan anggota badannya
- Keadaan tidak gawat dan tidak darurat
BNKAYNUAKC & Monitoring dan evaluasi diserahkan kepada Puskesmas Negara
JTMLZMPA
OZIZL LMWNUMK Pelayanan Pusat Kesehatan Desa (Puskesdes)
LMYMU EJLMFMKC Berdasarkan Undang-undang Kesehatan Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan mengamanatkan bahwa pembangunan kesehatan harus
ditujukan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan
hidup sehat masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi
pembangunan sumberdaya manusia yang produktif secara sosial dan
ekonomis. Setiap orang berhak atas kesehatan dan setiap orang
mempunyai hak yang sama dalam memperoleh akses atas sumberdaya di
bidang kesehatan. Namun, setiap orang juga tidak luput dari
kewajiban-
kewajiban di bidang kesehatan.
Dalam Sistem Kesehatan Nasional 2009, khususnya dalam tujuan Sub
Sistem Pemberdayaan Masyarakat adalah meningkatnya kemampuan
masyarakat untuk berperilaku hidup sehat, mampu mengatasi masalah
kesehatan secara mandiri, berperan aktif dalam, setiap pembangunan
kesehatan, serta dapat menjadi penggerak dalam mewujudkan
pembangunan berwawasan kesehatan.
Saat ini, dalam penyelenggaraan upaya kesehatan, masyarakat masih
diposisikan sebagai objek dan belum sebagai subjek. Selain itu, masih
banyak upaya kesehatan belum menyentuh masyarakat yang tinggal di
daerah terpencil, tertinggal, kepulauan, dan perbatasan. Untuk itu,
perlu adanya Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM),
agar upaya kesehatan lebih mudah diakses (accessible), lebih terjangkau
(affordable), serta lebih berkualitas (quality).
Dalam Kepmenkes Nomor 1529 Tahun 2010 tentang Pedoman
Pelaksanaan Pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif
disebutkan bahwa salah satu kriteria desa dan kelurahan siaga aktif
adalah adanya kemudahan akses masyarakat ke sarana pelayanan
kesehatan (Poskesdes, Puskesmas Pembantu, Puskesmas atau sarana
kesehatan
lainnya) dan pengembangan UKBM yang melaksanakan surveilans
berbasis masyarakat.
Dalam perkembangan pemberdayaan masyarakat sampai dewasa ini,
telah tumbuh dan berkembang berbagai UKBM. Berbagai UKBM yang
telah berkembang, antara lain Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu), Pos
Upaya Kesehatan Kerja (Pos UKK), Pos Kesehatan Pesantren
(Poskestren), Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular
(Posbindu PTM), Pos Malaria Desa (Posmaldes), Pos TB Desa,
Kelompok Pemakai Air (Pokmair), Pondok Bersalin Desa (Polindes),
dll.
Pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif pada akhirnya
diharapkan terintegrasi dengan perencanaan pembangunan desa, agar
dalam pelaksanaannya dapat berkesinambungan. Oleh karena itu,
diperlukan dukungan pemerintah daerah dan pemangku kepentingan
terkait. Hal ini diperkuat dengan terbitnya Surat Edaran (SE) Menteri
Dalam Negeri Nomor 140/1508/SJ Tahun 2011 yang ditujukan kepada
seluruh Gubernur, Bupati, dan Walikota seluruh Indonesia untuk
menyelenggarakan pengembangan desa dan kelurahan siaga aktif di
wilayahnya masing-masing sesuai dengan isi Pedoman umum
pengembangan desa dan kelurahan siaga aktif.
WJUBMPMLMHMK Rendahnya kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat
masyarakat wilayah kerja Puskesmas Negara
WJUJK@MKMMK & Poskesdes merupakan penggerak dalam pengembangan Desa Siaga
WJBALAHMK Aktif sehingga pengembangan Poskesdes terintegrasi dalam
AKYJUTJKPA pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif sebagaimana tercantum
dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1529 tahun 2010 tentang
Pedoman Umum Pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif.
WJLMFPMKMMK Kegiatan pelayanan kesehatan bagi masyarakat desa yang dilaksanakan
di Poskesdes adalah:
1. Wjlmymkmk fjsjhmtmk uktuf ieu hmbil, ejrsmlik, imk kidms

a. Pemeriksaan kehamilan, meliputi pemeriksaan tinggi fundus uteri,


pengukuran lingkar lengan atas, pengukuran tinggi badan, penimbangan
berat badan, pengukuran tekanan darah serta pendeteksian dini tanda-
tanda bahaya pada kehamilan melalui Program Perencanaan Persalinan
dan Penanganan Komplikasi (P4K).
b. Pemberian imunisasi Tetanus Toksoid (TT) untuk mencegah tetanus
pada saat proses persalinan.
c. Pemberian tablet tambah darah (Fe) untuk mencegah timbulnya
anemia/kurang darah.
d. Penyuluhan atau konseling tentang gizi dan kehamilan serta KB
setelah persalinan.
e. Penyelenggaraan kelas ibu hamil.
f. Penanganan ibu hamil Kurang Energi Kronis (KEK).
g. Pertolongan persalinan aman, termasuk pencegahan infeksi.
h. Kunjungan ibu nifas.
i. Rujukan ke Puskemas/rumah sakit untuk kasus kehamilan/
persalinan/nifas yang tidak dapat ditangani di Poskesdes.
5. Wjlmymkmk fjsjhmtmk uktuf ieu bjkyusui
a. Penyuluhan tentang cara menyusui dan perawatan bayi yang benar.
b. Penyuluhan tentang gizi bagi ibu menyusui dan KB setelah
persalinan.
c. Penyuluhan tentang penanganan permasalahan kesehatan bayi dan

anak balita.
0. Wjlmymkmk fjsjhmtmk uktuf mkmf
a. Perawatan bayi baru lahir.
b Pemeriksaan kesehatan anak.
c. Pemantauan tumbuh kembang bayi dan anak balita.
d. Pemberian lima imunisasi dasar lengkap.
e. Penyuluhan gizi pada anak.
f. Penanganan permasalahan kesehatan pada anak.
9. Wjkjbumk imk pjkmkcmkmk pjkijritm pjkymfit
a. Pengamatan epidemiologis sederhana terhadap penyakit, terutama
penyakit menular dan penyakit yang berpotensi menimbulkan
kejadian luar biasa (KLB), serta penyakit tidak menular dan faktor
risikonya (termasuk status gizi) serta kesehatan ibu hamil yang
berisiko.
b. Penanggulangan penyakit, terutama penyakit menular dan penyakit
yang berpotensi menimbulkan KLB, penyakit tidak menular serta faktor-
faktor risikonya (termasuk kurang gizi).
c. Kesiapsiagaan dan penanggulangan bencana dan kegawatdaruratan
BNKAYNUAKC & kesehatan melalui metode simulasi.
JTMLZMPA Guna mengukur keberhasilan pelaksanaan Poskesdes, dapat dilihat dari
komponen sistem Poskesdes, yaitu input dan output menurut tujuan,
sasaran, fungsi, dan pelayanan yang diberikan. Indikator yang ditetapkan
harus mempunyai daya ungkit terhadap pembangunan kesehatan
masyarakat di wilayahnya. Adapun indikator tersebut adalah:
1. Akput
a. Jumlah kader aktif.
b. Jumlah tenaga kesehatan yang tersedia.
c. Tersedianya sarana (alat dan obat).
d. Tersedianya tempat pelayanan.
e. Tersedianya dana operasional Poskesdes.
f. Tersedianya data (catatan jumlah bayi di imunisasi, jumlah kematian).
5. Nutput
a. Cakupan ibu hamil yang dilayani (K4).
b. Cakupan persalinan yang dilayani (Linakes).
c. Cakupan kunjungan neonatus (KN2).
d. Cakupan bayi yang mendapatkan ASI eksklusif.
e. Cakupan BBLR yang dirujuk.
f. Jumlah bayi dan anak Balita BB tidak naik (T) ditangani.
g. Cakupan imunisasi.
h. Cakupan pelayanan gawat darurat dan KLB dalam tempo 24 jam.
i. Cakupan keluarga yang dibina sadar gizi.
j. Jumlah kasus kesakitan dan kematian akibat penyakit menular dan
tidak menular tertentu yang menjadi masalah setempat.
OZIZL LMWNUMK Konseling gizi
LMYMU EJLMFMKC Pelayanan gizi adalah suatu upaya memperbaiki, meningkatkan gizi
makanan, dietetik masyarakat, kelompok, individu atau klien yang
merupakan suatu rangkaian kegiatan yang meliputi pengumpulan,
pengolahan, analisis, simpulan, anjuran, implementasi dan evaluasi gizi,
makanan dan dietetik dalam rangka mencapai status kesehatan optimal
dalam kondisi sehat atau sakit Pedoman konseling gizi yang digunakan
masih merupakan bagian dari pedoman pelayanan pasien secara umum.
Karena masih dalam bentuk prosedur umum, sehingga dalam
pelaksanaan konseling gizi masih berbeda-beda pelaksanaannya baik
alur maupun persepsi ahli gizi dalam langkah-langkah konseling.
Sementara kemampuan pasien dalam menerima pesan adalah berbeda
beda, diharapkan dengan penyusunan Standar Prosedur Operasional
Konseling
Gizi ini diharapkan mampu menanamkan dan meningkatkan pengertian,
sikap dan perilaku sehingga membantu pasien mengenali dan mengatasi
masalah gizinya yang ditandai dengan meningkatnya asupan makan
pasien selama dirawat.
WJUBMPMLMHMK Kurang nya pengetahuan masyarakat tentang gizi
WJUJK@MKMMK & Pelaksanaan dilakukaan setiap kali kunjungan pasien.
WJBALAHMK
AKYJUTJKPA
WJLMFPMKMMK Konselor memberikan masukan kepada pasien atau klien. Masukan
tersebut berhubungan dengan masalah yang dihadapi oleh klien tersebut.
Masukan yang diberikan oleh konselor terhadap klien berdasarkan
standart yang telah berlaku. Dengan kata lain konselor tidak
memberikan masukan yang menyimpang dari ketentuan yang berlaku.
BNKAYNUAKC & Diserahkan kepada Puskesmas Negara
JTMLZMPA
OZIZL LMWNUMK Penyuluhan Gizi
LMYMU EJLMFMKC Penyuluhan gizi adalah suatu usaha untuk meningkatkan status gizi
masyarakat dengan cara mengubah perilaku masyarakat ke arah yang
baik
sesuai dengan prinsip ilmu gizi, yaitu meningkatkan kesadaran gizi
masyarakat melalui peningkatan pengetahuan gizi dan makanan yang
menyehatkan. Menyebarkan konsep baru tentang informasi gizi kepada
masyarakat. Membantu individu, keluarga, dan masyarakat secara
keseluruhan berperilaku positif sehubungan dengan pangan dan gizi.
Mengubah perilaku konsumsi makanan yang sesuai dengan tingkat
kebutuhan gizi, sehingga pada akhirnya tercapai status gizi yang baik
WJUBMPMLMHMK Kurang nya pengetahuan masyarakat tentang gizi
WJUJK@MKMMK & Penyuluhan gizi dilakukan secara berkala
WJBALAHMK
AKYJUTJKPA
WJLMFPMKMMK Penyuluh memberikan nasihat kepada masyarakat. Nasihat tersebut
berhubungan dengan masalah yang dihadapi oleh klien tersebut. Nasihat

yang diberikan oleh penyuluh terhadap klien berdasarkan standart yang


telah berlaku. Dengan kata lain penyuluh tidak memberikan masukan
yang menyimpang dari ketentuan yang berlaku
BNKAYNUAKC & Diserahkan kepada Puskesmas Negara
JTMLZMPA

OZIZL LMWNUMK Pertolongan persalinan (PONED)


LMYMU EJLMFMKC Masih tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia, merupakan suatu
masalah yang sejak tahun 1990-an mendapat perhatian besar dari berbagai pihak. paya menurunkan
AKI dan AKB beberapa upaya telah dilakukan. Upaya tersebut diantaranya adalah mulai tahun 1987
telah
dimulai program safe motherhood dan mulai tahun 2001 telah

dilancarkan Rencana Strategi Nasional making pregnancy safer (MPS).


Dalam strategi Making Pregnancy Saver (MPS), Pelayanan Obstetri
Neonatal Emergensi Dasar (PONED) di Puskesmas menjadi salah satu
output strateginya. PONED diawali dengan kegiatan pelatihan dan
diikuti dengan memantau efektivitas program melalui in-service training
dan pendidikan berkelanjutan. Sebagaimana program pelatihan, agar
berjalan optimal diperlukan fasilitator.
Banyak nya ibu hamil yang tidak mendapatkan pelayanan persalinan
WJUBMPMLMHMK
Pertolongan persalinan (PONED) buka 24 jam
WJUJK@MKMMK &
WJBALAHMK
AKYJUTJKPA
WJLMFPMKMMK
1.Menerima rujukan dari fasilitas rujukan dibawahnya, Puskesmas
pembantu dan Pondok bersalin Desa
2. Melakukan pelayanan kegawatdaruratan obstetrik neonatal
sebatas wewenang
3. Melakukan rujukan kasus secara aman ke rumah sakit dengan
penanganan pra hospital.
BNKAYNUAKC & Diserahkan kepada Puskesmas Negara
JTMLZMPA

OZIZL LMWNUMK Posyandu


LMYMU EJLMFMKC Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan
Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan
dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat dalam penyelenggaraan
pembangunan kesehatan, guna memberdayakan masyarakat dan
memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh
pelayanan kesehatan dasar untuk mempercepat penurunan angka
kematian ibu dan bayi. Upaya pengembangan kualitas sumberdaya
manusia yang mengoptimalkan potensi tumbuh kembang anak dapat
dilaksanakan secara merata apabila sistem pelayanan kesehatan yang
berbasis masyarakat seperti posyandu dapat dilakukan secara efektif dan
efisien, dan dapat menjangkau semua sasaran yang membutuhkan
pelayanan, salah satunya adalah layanan tumbuh kembang anak (Depkes
RI, 2006).
Kegiatan pemantauan pertumbuhan di Indonesia telah dilaksanakan
sejak tahun 1974 melalui penimbangan bulanan di posyandu dengan
menggunakan Kartu Menuju Sehat (KMS). KMS memuat kurva
pertumbuhan normal anak berdasarkan indeks antropometri berat badan
menurut umur. Dengan penimbangan bulanan ini diharapkan gangguan
pertumbuhan setiap anak dapat diketahui lebih awal sehingga dapat

ditanggulangi secara cepat dan tepat. Pemantauan pertumbuhan perlu


ditingkatkan perannya dalam tindak kewaspadaan untuk mencegah
memburuknya keadaan gizi balita (Depkes RI, 2002).
WJUBMPMLMHMK Banyak balita dengan pertumbuhan dan perkembangan yang belum
optimal
WJUJK@MKMMK & Pemantauan dan promosi pertumbuhan balita
WJBALAHMK
AKYJUTJKPA
WJLMFPMKMMK Pemantauan dan promosi pertumbuhan balita
BNKAYNUAKC & Diserahkan kepada Puskesmas Negara
JTMLZMPA

OZIZL LMWNUMK Kegiatan promosi ASI eksklusif, MP ASI


LMYMU EJLMFMKC ASI eksklusif didefinisikan sebagai perilaku dimana hanya memberikan
air susu ibu saja sampai usia 6 bulan tanpa tambahan cairan lain, seperti
susu formula, teh, jeruk, madu, air putih dan tanpa tambahan makanan
padat, seperti pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi dan nasi
tim (Roesli, 2004). Kebijakan peningkatan untuk pemberian Air Susu
Ibu (ASI) telah disampaikan oleh Menteri Kesehatan RI pada acara
“Pekan ASI Sedunia 2010” di Jakarta. Tujuan peringatan ini agar setiap
negara secara terus menerus bersama-sama melakukan upaya yang nyata
untuk membantu ibu berhasil menyusui dengan benar. Promosi
Kesehatan ini menyampaikan manfaat menyusui dan tatalaksananya
yang dimulai sejak masa kehamilan, masa bayi lahir, sampai umur bayi
2 tahun.
Pemberian ASI Eksklusif pada bayi usia < 2 bulan berdasarkan Survei
Demografi dan Kesehatan Indonesia tahun 2006-2007 hanya
mencangkup
67% dari total bayi yang ada. Presentase tersebut menurun seiring
bertambahnya usia bayi, yaitu 54% pada bayi usia 2-3 bulan dan 19%
pada bayi usia 7-9 bulan. Hal ini yang lebih memprihatinkan terdapat
13% bayi < 2 bulan sudah diberikan susu formula, dan satu dari tiga bayi
usia 2-3 bulan telah diberikan makanan pendamping (Sentra Laktasi
Indonesia, 2011). Survey yang dilakukan oleh Nutrition and Health
Surveillance System (NSS) bekerjasama dengan Balitbangkes (Balai
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan) di 4 perkotaan (Jakarta,
Surabaya, Semarang, Makasar) dan 8 pedasaan (Sumbar, Lampung,
Jabar, Banten, Jateng, Jatim, NTB, Sulsel) menunjukkan bahwa
cangkupan ASI eksklusif 4-5 bulan diperkotaan antara 4-12%,
sedangkan di pedesaan 4-25%. Pencapaian ASI eksklusif 5-6 bulan
diperkotaan berkisar antara 1-13% dan dipedesaan 2-13%, sehingga
dapat disimpulkan bahwa banyak ibu-ibu yang memberikan MP-ASI
sebelum bayi berumur 6 bulan.
Melihat kenyataan tersebut, maka cara mengantisipasi keadaan yang
kurang konduktif dalam masalah MP-ASI adalah dengan melakukan
edukasi dan penyadaran diri pada ibu menyusui melalui promosi
kesehatan.
WJUBMPMLMHMK Kurang nya pngetahuan bumil dan busu tntang ASI eksklusif
WJUJK@MKMMK & Metode ini dapat menghindari kesalahan persepsi dengan begitu akan
WJBALAHMK mempermudah pengambilan keputusan untuk peneliti dalam memahami
AKYJUTJKPA sikap, keyakinan, ekspresi peserta atau ibu-ibu menyusui mengenai topik
pembicaraan
WJLMFPMKMMK Dilaksanakan pada saat posyandu
BNKAYNUAKC & Diserahkan kepada Puskesmas Negara
JTMLZMPA

OZIZL LMWNUMK Pelayanan nifas termasuk promosi KB


LMYMU EJLMFMKC Pelayanan kesehatan nifas dapat diberikan kepada ibu pasca persalinan
dan keluarganya. Ini diberikan untuk menambah pengetahuan ibu dan
keluarga dalam menghadapi masa nifas ibu, sehingga ibu dan keluarga
siap dan tahu apa yang harus dilakukan dan tidak boleh dilakukan.
Pelayanan kesehatan nifas meliputi health aducation, prosonal hygne,
istirahat dan tidur pada ibu nifas dan KB. Pelayanan KB dapat
diberikan
kepada ibu nifas 35 hari pasca salin disesuaikan dengan kondisi.
Keluarga Berencana adalah upaya mengatur kelahiran anak, jarak dan
usia ideal melahirkan, mengatur kehamilan, melalui promosi,
perlindungan dan bantuan sesuai dengan hak-hak reproduksi untuk
mewujudkan keluarga berkualitas (UU Kependudukan Nomor 52 tahun
2009). Keluarga Berencana merupakan suatu cara yang memungkinkan
setiap orang untuk mengatur jumlah anak yang diinginkan dan jarak
kehamilan melalui informasi, pendidikan dan penggunaan metode
kontrasepsi (WHO, 2014).
Penerapan KB Pasca Persalinan sangat penting karena kembalinya
kesuburan pada ibu setelah melahirkan tidak dapat diketahui secara pasti
dan dapat terjadi sebelum datangnya siklus haid bahkan pada wanita
menyusui. Hal ini menyebabkan pada masa menyusui, wanita
mengalami kehamilan yang tidak diinginkan (KTD) atau unwanted
pregnancy. Kontrasepsi sebaiknya sudah digunakan sebelum kembali
beraktivitas seksual. Oleh karena itu sangat penting untuk menggunakan
kontrasepsi seawal mungkin setelah persalinan
WJUBMPMLMHMK Cakupan pelayanan KB Pasca Persalinan di Indonesia tahun 2018
sebesar 59,6%.

WJUJK@MKMMK &
WJBALAHMK Penggunaan kontrasepsi atau KB Pasca Persalinan dipengaruhi oleh
salah satu faktor diantaranya faktor pengetahuan, sehingga diharapkan
AKYJUTJKPA
adanya promosi dapat meningkatkan pengetahuan
WJLMFPMKMMK Dilaksanakan pada saat posyandu dan pada saat kunjungan di poli KIA
KB
BNKAYNUAKC & Diserahkan kepada Puskesmas Negara
JTMLZMPA

OZIZL LMWNUMK Sosialisasi guru UKS


LMYMU EJLMFMKC Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) merupakan upaya membina dan mengembangkan kebiasaa
pelayanan kesehatan, dan Pembinaan lingkungan kehidupan sekolah
sehat. Dalam mendukung pelaksanaan program pokok UKS di sekolah
ataupun pendidikan luar sekolah diperlukan program pendukung yaitu
: ketenagaan, pendanaan, sarana prasarana serta penelitian dan
pengembangan, pembinaan serta pengembangan UKS dilaksanakan
oleh tim UKS yang terdiri atas : tim pembina UKS pusat, tim pembina
UKS propinsi, tim pembina UKS kabupaten/kota, tim pembina UKS
kecamatan, tim pembina UKS di sekolah.
Sekolah merupakan lembaga yang terorganisir dengan baik untuk
membina dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia, baik fisik,
mental, moral, maupun intelektual sehingga mudah dijangkau dalam
rangka pelaksanaan usaha kesehatan masyarakat. Bahkan tak jarang,
sekolah melalui anak didiknya mampu memengaruhi perilaku hidup
sehat orang tua anak didik tersebut.
WJUBMPMLMHMK Rendahnya kemampuan hidup sehat peserta didik dalam lingkungan
hidup sehat
WJUJK@MKMMK & Pembinaan kesehatan lingkungan di sekolah adalah kegiatan yang
WJBALAHMK digalakkan oleh guru UKS dibawah pengawasan petugas puskesmas
AKYJUTJKPA yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kesempatan, kemauan
dan kemampuan siswa untuk meningkatkan derajat kesehatannya
menjadi lebih baik melalui program-program UKS. Salah satu faktor
penting pembinaan adalah peran serta Guru UKS. Kemampuan Guru
UKS dipengaruhi oleh perencanaan, pelatihan, dan pengawasan yang
ditetapkan guna mencapai target UKS dalam pembinaan kesehatan
lingkungan di sekolah. Diharapkan peningkatan perilaku akan dapat
memengaruhi kegiatankegiatan bina lingkungan di sekolah dasar.
WJLMFPMKMMK Kegiatan program UKS yang dilaksanakan antara pihak puskesmas
dengan pengelola sekolah melalui kegiatan : (a) Memberikan
penyuluhan di sekolah, (b) Pemeriksaan kesehatan (seperti mengukur

TB, BB, Pemeriksaan gigi dan telinga), (c) Pemberian Imunisasi DT


untuk murid SD kelas 1 dan Imunisasi TT untuk murid kelas VI, (d) Bila
ditemukan anak yang sakit, anak tersebut dibawa berobat ke Puskesmas,
(e) Mengembangkan kemampuan peserta didik untuk berperan aktif
dalam pelayanan kesehatan (Kader Kesehatan Sekolah/ Dokter kecil)
dan (f) Pengawasan sanitasi sekolah dan status gizi anak sekolah.
Kegiatan penjaringan/skrining yang dilakukan meliputi pemeriksaan
kesehatan yaitu pengukuran tinggi dan berat badan, pemeriksaan gigi
dan mulut, mata, telinga, rambut, kuku dan kulit dengan sasaran siswa
kelas satu. Kegiatan tersebut juga dilakukan bersamaan dengan
pelaksanaan pembinaan lingkungan sekolah yang terdiri dari kebersihan

ruang kelas,kepada
Diserahkan halaman, kamar mandi/WC,
Puskesmas Negara dan kantin sekolah.
BNKAYNUAKC
JTMLZMPA

OZIZL LMWNUMK Kelas Ibu Hamil


LMYMU EJLMFMKC Kelas ibu hamil merupakan sarana untuk belajar bersama tentang
kesehatan bagi ibu hamil, dalam bentuk tatap muka dalam kelompok
yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan ibu-
ibu mengenai kehamilan, perawatan kehamilan, persalinan, perawatan
nifas, perawatan bayi baru lahir (Depkes, 2009). Dan pada setiap materi
kelas ibu hamil yang akan disampaikan disesuaikan dengan kebutuhan
dan kondisi ibu hamil. Pada setiap akhir pertemuan dilakukan senam
hamil. Senam hamil merupakan terapi latihan gerak yang diberikan pada
ibu hamil untuk mempersiapkan dirinya baik fisik maupun mental dalam
menghadapi persalinan. Ibu hamil sangat membutuhkan tubuh yang
sehat dan bugar. Oleh karena itu, selain makan secara teratur, ibu hamil
harus cukup istirahat dan berolahraga sesuai dengan kebutuhannya,
salah satu olahraga yang baik untuk ibu hamil adalah senam hamil.
Senam hamil sangat diperlukan oleh setiap ibu hamil, karena senam
hamil dapat membuat tubuh yang bugar dan sehat, dan dapat membuat
ibu hamil tetap mampu menjalankan aktivitas sehari‐hari, sehingga stres
akibat rasa cemas menjelang persalinan akan dapat diminimalkan.
Namun banyak ibu hamil yang tidak melakukan senam hamil.
dikarenakan ragu-ragu dan takut akan kehamilannya jika melakukan
senam hamil. Padahal senam hamil sangat penting dalam masa
kehamilan,
karena memperlancar proses persalinan.
Tingginya angka kematian ibu (AKI) menempatkan Indonesia pada
urutan teratas di Asean. Departemen Kesehatan menyebutkan angka
kematian ibu di Indonesia tahun 2012 mencapai 359/100.000 kelahiran
hidup. Penyebab langsung kematian ibu yaitu 28% karena perdarahan,
eklamsia 24%, komplikasi puerperium 8%, abortus 5%, partus eklamsia
24%, trauma obstetrik 3%, lain-lain 11%. (Mengatasi Keluhan Hamil,
2008). Word Health Organization (WHO) tahun 2004 memperkirakan
sekitar 15% dari seluruh wanita hamil akan berkembang menjadi
komplikasi yang berkaitan dengan kehamilannya serta mengancam
jiwanya (DEPKES RI,2004). Latihan senam hamil yang dilakukan
secara teratur baik ditempat latihan maupun di rumah dalam waktu
senggang dapat menuntun ibu hamil ke arah persalinan yang fisiologis
selama tidak ada keadaan patologis yang menyertai kehamilan.
WJUBMPMLMHMK Tingginya angka kematian ibu (AKI) di Indonesia

WJUJK@MKMMK &
WJBALAHMK Dengan melakukann latihan atau gerakan yang dilakukan dalam senam
hamil akan memiliki tujuan dan manfaat tertentu. Ibu hamil yang
AKYJUTJKPA melakukan senam hamil secara teratur selama masa kehamilannya
dilaporkan dapat memberikan keuntungan pada saat persalinan yaitu
pada masa kala aktif (kala II) menjadi lebih pendek, mencegah
terjadinya letak sungsang dan mengurangi terjadinya kejadian sectio
caesaria. (Harian Suara Merdeka, 2008). Jika tidak melakukan senam
hamil dapat mengakibatkan perasaan tegang saat kehamilan atau
persalinan dapat timbul, system tubuh akan terhalang dan
mempengaruhi persediaan oksigen untuk otot-otot maupun organ tubuh
dan bayi. Perasaan tegang saat persalinan juga dapat membuat proses
persalinan terhambat. Pergerakan dan latihan senam kehamilan tidak
saja menguntungkan sang ibu, tetapi juga sangat berpengaruh terhadap
kesehatan bayi yang dikandungan. Pada saat bayi mulai dapat bernafas
sendiri, maka oksigen yang mengalir kepadanya melalui plasenta, yaitu
dari aliran darah ibunya kedalam aliran darah bayi yang dikandung.
Senam kehamilan akan menambah jumlah oksigen dalam darah
diseluruh tubuh sang ibu dan karena itu aliran oksigen kepada bayi
melalui plasenta juga akan menjadi lebih lancar.
WJLMFPMKMMK Dilakukan secara berkala
BNKAYNUAKC & Diserahkan kepada Puskesmas Negara
JTMLZMPA

OZIZL LMWNUMK Penjaringan kasus suspek TB


LMYMU EJLMFMKC Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit menular yang masih menjadi
permasalahan di dunia kesehatan hingga saat ini. World Health
Organization (WHO) dalam Global Tuberculosis Report 2014
melaporkan bahwa TBmasih menjadi salah satu penyakit menular
paling mematikan di dunia. Jumlah kasus TB paru aktif pada tahun
2013 di seluruh dunia sebanyak 9 juta kasus dengan jumlah kematian

sebesar 1,5 juta. Insidensi TB di dunia mengalami penurunan


sebesar 1,5% tiap tahun antara tahun 2000-2013.Jumlah kasus TB
paru secara global pada tahun 2013 diperkirakan sebesar 9 juta kasus,
dimana Indonesia menyumbang 410.000-520.000 kasus (WHO,
2014). Insidensi TB di Indonesia berada di urutan kelima setelah India,
Cina, Afrika Selatan dan Nigeria (Reviono dkk., 2013). Indonesia
merupakan negara dengan beban tinggi TB pertama di Asia
Tenggara yang berhasil mencapai target Millenium Development
Goals (MDG) untuk penemuan kasus TB di atas 70% dan angka
kesembuhan 85% pada tahun 2006 (Kemenkes RI, 2013a). Strategi
directly observed treatment short-course (DOTS) menggunakan passive

case finding (PCF) dengan promosi aktif dimana pasien yang


memiliki gejala TB akan mendatangi fasilitas kesehatan untuk
memeriksakan diri dan mendapatkan pengobatan (Eang et al., 2012).
Banyak individu dengan TB aktif tidak mengalami gejala TB khas
pada tahap awalpenyakit. Individu ini biasanya tidak mencari
perawatan awal dan mungkin tidak terdiagnosis dengan tepat ketika
mencari perawatan. Passive case findingmenyebabkan terlewatkannya
atau tertundanya diagnosis pada sebagian orang (WHO, 2013a).
Pengobatan kasus menular masih menjadi alatutama untuk
menyembuhkan penyakit dan mencegah penyebaran infeksi lebih
lanjut, namun penemuan kasus merupakan kegiatan penting dalam
pengendalian TB. Penemuan kasus penting untuk deteksi dini
sumber penularan infeksi yang tersembunyi (Dhingra et al., 2004).
Active case finding (ACF) menitikberatkan penemuan kasus TB
dibandingkan menunggu individu bergejala TB datang memeriksakan
diri ke fasilitas kesehatan (Eang et al., 2012). Pelacakanhousehold
contactsangat menarik karena menghasilkan deteksi kasus TB yang
tinggi. Pelacakan household contact adalah screening dan pengobatan
anggota household dari seseorang yang terdiagnosis TB aktif (Kasaie et
al., 2014). Household contact dari pasien TB merupakan kelompok
yang berisiko tinggi sehingga pemeriksaan pada kelompok tersebut
sangat penting dalam pencegahan dan pengendalian TB (Dhingra et al.,
2004).
WJUBMPMLMHMK Tingginya kasus TB di wilayah kerja Puskesmas Negara
WJUJK@MKMMK & Strategi penanggulangan TB yang direkomendasikan oleh WHO dan
WJBALAHMK diimplementasikan di Indonesia adalah strategi Directly Observe
AKYJUTJKPA Treatment Shortcourse (DOTS). Program DOTS digunakan untuk
mengelola penemuan suspek dan pengobatan pasien TB (Kemenkes,
2015).
WJLMFPMKMMK Penemuan suspek TB di Indonesia dilakukan secara intensif dengan
strategi passive promotif case finding yaitu penjaringan suspek TB yang

dilakukan kepada penderita yang datang ke unit pelayanan kesehatan.


BNKAYNUAKC & Diserahkan kepada Puskesmas Negara
JTMLZMPA

OZIZL LMWNUMKSosialisasi Corona Virus di Puskesmas Negara


LMYMU EJLMFMKC Wabah koronavirus baru 2019‐2020 adalah peristiwa wabah penyakit yang disebabkan ole
diberikan ternyata tidak efektif. Kemunculan penyakit diduga
berhubungan dengan pasar grosir makanan laut Huanan yang menjual
hewan hidup. Sedikitnya 70% urutan genom 2019-nCoV sama seperti
SARS-CoV.
WHO memperingatkan wabah ini berpotensi meluas, khususnya di
tengah puncak arus mudik Tahun Baru Imlek. Sejumlah pihak
mempertanyakan apakah virus ini sudah beredar lebih lama daripada
yang diperkirakan, apakah Wuhan benar-benar asal mula wabah atau
cuma lokasi temuan pertama berkat pengawasan dan pengujian yang
berkelanjutan, dan mungkinkah Wuhan berkembang menjadi kasus
penularan massal (superspreader). Pada 22 dan 29 Januari 2020, komite
darurat WHO telah membahas apakah wabah ini tergolong kedaruratan
kesehatan masyarakat yang meresahkan dunia menurut Peraturan
Kesehatan Internasional dan baru menetapkannya pada 30 Januari 2020.
Per 4 Februari 2020, 427 orang tewas, 425 terjadi di daratan Tiongkok
sedangkan 1 kematian terjadi di Hong Kong dan Filipina, dan ada bukti
penyebaran dari manusia ke manusia. Kasus ini juga telah dilaporkan di
27 negara lainnya.
Dugaan kasus pertama dilaporkan pada tanggal 31 Desember 2019.
Gejala awal mulai bermunculan tiga pekan sebelumnya pada tanggal 8
Desember 2019. Pasar ditutup tanggal 1 Januari 2020 dan orang-orang
yang mengalami gejala serupa dikarantina. Kurang lebih 700 orang yang
terlibat kontak dengan terduga pengidap, termasuk +400 pekerja rumah
sakit, menjalani karantina. Seiring berkembangnya pengujian PCR
khusus untuk mendeteksi infeksi, dua orang di antaranya suami-istri,
salah satunya belum pernah ke pasar, dan tiga orang merupakan anggota
satu keluarga yang bekerja di toko ikan. Korban jiwa mulai berjatuhan
pada 9 Januari dan 16 Januari 2020.
WJUBMPMLMHMK Mewabahnya virus corona di China sehingga menjadi isu dunia
WJUJK@MKMMK &
WJBALAHMK Sejauh ini, Pemerintah Indonesia telah melakukan sejumlah langkah
guna mengantisipasi penyebaran virus corona di Tanah Air, salah
AKYJUTJKPA
satunya dengan mempromosikan tentang virus corona
WJLMFPMKMMK Penyampaian materi, diskusi dan tanya jawab
BNKAYNUAKC & Diserahkan kepada Puskesmas Negara
JTMLZMPA

OZIZL LMWNUMK ProgrampencegahandanpemberantasanpenyakitHIV/AIDS


(Penemuan Penderita HIV/AIDS)
LMYMU EJLMFMKC Penyakit HIV/AIDS merupakan suatu penyakit yang terus berkembang dan menjadi m
Immunodeficiency Virus) di dunia pada tahun 2012 mencapai 2,3 juta
kasus, dimana sebanyak 1,6 juta penderita meninggal karena AIDS
(Acquired Immunodeficiency Syndrome) dan 210.000 penderita
berusia di bawah 15 tahun (WHO, 2012).
Penderita HIV/AIDS di Indonesia juga meningkat setiap tahunnya.
Penemuan kasus baru HIV dan AIDS pada tahun 2013 sebanyak 29.037
kasus HIV baru dan 11.493 kasus AIDS. Pada tahun 2014 meningkat
menjadi 32.711 kasus HIV baru dan 7.875 kasus AIDS. Pada tahun
2015 mengalami penurunan penemuan kasus baru yaitu 30.935 kasus
baru HIV dan 6.081 kasus AIDS. Prevalensi nasional HIV/AIDS pada
tahun 2015 adalah 32,95%.
Kasus HIV/AIDS terjadi hampir pada semua golongan umur. Penderita
kasus baru AIDS terbanyak di Indonesia ada pada golongan umur 20-29
tahun yaitu 31,8%. Masa inkubasi dari seseorang terinfeksi HIV sampai
menjadi AIDS adalah 5-10 tahun. Diperkiran kebanyakan penderita HIV
terinfeksi pada usia 15-19 tahun atau usia remaja. Berdasarkan data
Ditjen P2P diketahui bahwa dari tahun 1987 sampai maret 2016 jumlah
siswa atau mahasiswa yang menderita AIDS sebanyak 1.778 orang.
WJUBMPMLMHMK Tingginya kasus HIV di wilayah kerja Puskesmas Negara
WJUJK@MKMMK & Strategi dan Rencana Aksi Nasional Penanggulangan HIV dan AIDS
WJBALAHMK (SRAN) 2010-2014 yang dikukuhkan dalam Permenkokesra Nomor 8
AKYJUTJKPA Tahun 2010, menyebutkan makin memperkuat upaya penanggulangan
AIDS di Indonesia yang lebih terarah dan terkoordinasi. Berbagai
kebijakan untuk mendukung SRAN juga terus dikembangkan, misalnya
skrrining pada kelompok remaja, program LSL (Lelaki berhubungan
Seks dengan Lelaki), dan juga bidang pendidikan dan pelatihan (KPAN,
2010).
WJLMFPMKMMK Skrining pada kelompok yang berisiko seperti waria, LSL, dan PSK.
BNKAYNUAKC & Diserahkan kepada Puskesmas Negara
JTMLZMPA

OZIZL LMWNUMK Pengawasan Sarana Air Bersih (SAB)


LMYMU EJLMFMKC Banyak faktor yang mempengaruhi derajatkesehatan,baik
kesehatanindividu maupun kesehatan masyarakat. Menurut Hendrik L.
Blum, derajat kesehatan seseorang ataupun masyarakat dipengaruhi oleh
empat faktor,yaitu perilaku30%, lingkungan45%,pelayanan
kesehatan 20% dan secaraoptimalbila
keturunan 5%. Status kesehatan akan tercapai
keempatfaktortersebutsecara bersama-sama
mempunyai kondisi yang optimal pula. Keempat faktor tersebut saling
terkaitdenganbeberapafaktorlainyaitusumberdayaalam,
keseimbangan ekologi, kesehatan mental, sistem budaya, dan populasi sebagai satu
besar terhadap derajat kesehatan masyarakat. Faktor lingkungan meliputi
lingkungan fisik, lingkungan biologik, dan lingkungan sosio kultural.
Hal ini mendorong pemerintah untuk mencanangkan program kesehatan
wajib seperti program upaya kesehatan lingkungan yang salah
satunya melalui cakupan pengawasan sarana air bersih. Transisi
lingkungan dapat dilihat dengan adanya masalah yang berkaitan erat
dengan “traditional hazard” akibat belum terpenuhinya sanitasi dasar
seperti air bersih, jamban keluarga, pemukiman sehat, vektor penyakit,
dll. Disamping itu, mulai muncul ”modern hazard” yang berupa
pencemaran air, udara, dan tanah sebagai akibat industrialisasi serta
penerapan teknologi pembangunan. Beban ganda (traditional dan
modern hazard) ini makin diperburuk dengan adanya berbagai krisis
yang sampai saat ini belum dapat diatasi. Sementara itu, Indonesia juga
sedang mengalami “transformasi kesehatan” yang ditandai dengan
peningkatan penyakit berbasis lingkungan, yakni penyakit yang
berkaitan dengan lingkungan fisik, penyakit-penyakit ini cenderung
meningkat bila tidak diambil langkah- langkah antisipatif. (Departemen
kesehatan RI,2002). Angka kejadian penyakit-penyakit berbasis
lingkungan (Depkes 2010) antara lain Typhoid sebesar 1,6 % dan Diare
sebesar 9,0% dari total jumlah penduduk.
WJUBMPMLMHMK Masih tingginya angka kejadian penyakit berbasis lingkungan di
Indonesia, Diare sebesar 9,0 %
WJUJK@MKMMK & Tingginya kejadian penyakit berbasis lingkungan, mengindikasikan
WJBALAHMK masih rendahnya cakupan dan kualitas intervensi kesehatan
AKYJUTJKPA lingkungan, dimana salah satunya adalah kebutuhan akan air bersih
sehingga perlu dilakukan pengawasan terhadap sarana air bersih.
WJLMFPMKMMK Pendataan jumlah dan sarana air bersih
Pemeriksaan/inspeksi sarana air bersih
Pengambilan sampel air
Jumlah sarana air bersih dengan kualitas bakteriologis yang
memenuhi syarat kesehatan
Jumlah sarana air bersih yang mempunyai risiko pencemaran yang
rendah
Pencatatan dan Pelaporan
BNKAYNUAKC & Diserahkan kepada Puskesmas Negara
JTMLZMPA

OZIZL LMWNUMK Inspeksi Tempat Pengelolaan Makanan (TPM), Tempat-Tempat Umum


(TTU) dan Industri
LMYMU EJLMFMKCTempatpengelolaanmakanan(TPM)merupakantempat yang
digunakanuntukmengolahmakanandandimanfaatkan oleh
masayarakat umum. Yang termasuk TPM antara lain rumah makan,
warung nasi, toko penjual makanan, dan lokasi jajanan makanan.
Pengertian tempat-tempat umum (TTU) adalah tempat yang diadakan
untuk dimanfaatkan oleh masyarakat pada umumnya, untuk melakukan
kegiatan yang sementara maupun terus menerus. Yang termasuk TTU
antara lain meliputi sarana pendidikan, sarana kesehatan, sarana ibadah,
perkantoran, dan pasar.
WJUBMPMLMHMK Tingginya penyakit di TTU dan TP2M
WJUJK@MKMMK & Sebagai pedoman teknis pelaksanaan inspeksi sanitasi tempat-
WJBALAHMK tempat umum (TTU) dan tempat pembuatan dan penjualan makanan
AKYJUTJKPA minuman (TP2M).
Mengetahui kondisi sebenarnya mengenai kualitas sanitasi dan
meningkatkan pengendalian faktor risiko penyakit di TTU dan TP2M di
wilayah kerja Puskesmas.
WJLMFPMKMMK a. Petugas melapor pada kelurahan setempat dan pada pimpinan TTU.
b. Petugas menuju TTU.
c. Petugas memperkenalkan diri serta menyampaikan maksud
dan
tujuan, selanjutnya melakukan wawancara kepada pimpinan
TTU
untuk mengetahui sanitasi TTU.
d. Petugas melakukan inspeksi sanitasi berdasarkan checklist inspeksi
sanitasi TTU (lampiran 1) dan memberikan nilai berdasarkan kriteria
penilaian checklist.
e. Mencatat semua hasil pemeriksaan di dalam buku catatan
khusus pemeriksaan di lapangan, yang meliputi : nama TTU,
tanggal inspeksi, jam, dan nama petugas.
f. Pelaporan nilai inspeksi sanitasi TTU disampaikan kepada
sasaran
dan dilaporkan kepada kepala Puskesmas serta Dinas Kesehatan Kota.
BNKAYNUAKC & - Monitoring dilakukan secara berkala dengan melakukan
JTMLZMPA inspeksi
sanitasi dan sampling.
- Hasil monitoring dan kajiannya disampaikan kepada lintas
sektor
terkait.
- Untuk meningkatkan pemahaman kepada masyarakat dilakukan
penyuluhan dan penerapan sanksi hukum sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.

OZIZL LMWNUMK Pemberdayaan kader juru pemantau jentik (jumantik)


LMYMU EJLMFMKC Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit
menular yang dapat menimbulkan dampak sosial maupun ekonomi.
Kerugian sosial yang terjadi antara lain menimbulkan kepanikan dalam
keluarga, kematian anggota keluarga, dan berkurangnya usia harapan
penduduk. Dampak ekonomi langsung pada penderita DBD adalah biaya
pengobatan sedangkan dampak tidak langsung adalah kehilangan waktu
kerja, waktu sekolah dan biaya lain yang dikeluarkan selain untuk
pengobatan seperti transportasi dan akomodasi selama perawatan
penderita.
Menurut World Health Organization (2011), lebih dari 2,5 miliar orang
di seluruh dunia mempunyai resiko tertular DF / DHF. Dari 2,5 miliar
orang tersebut sebanyak 1,3 miliar hidup di 10 negara dari Asia
Tenggara. Penyakit DBD ini tersebar di 100 negara endemik.
Berdasarkan data dari WHO (2011) menunjukkan sampai tahun 2009
Asia selalu menempati urutan pertama dalam jumlah penderita DBD
tertinggi setiap tahunnya di dunia. Sementara itu, WHO mencatat negara
Indonesia sebagai negara dengan insiden DBD tertinggi nomor satu di
ASEAN dan tertinggi nomor dua di dunia setelah Thailand.
Data penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) di Indonesia
menunjukkan adanya kenaikan. Pada tahun 2014 jumlah penderita
demam berdarah dengue yang dilaporkan sebanyak 100.347 orang
dengan jumlah kematian sebanyak 907 orang (IR/Angka kesakitan yaitu
39,8 per 100.000 penduduk dan CFR/angka kematian yaitu 0,9%). Pada
tahun 2015 jumlah penderita DBD yang dilaporkan sebanyak 129.650
kasus dengan jumlah kematian sebanyak 1.071 orang (IR/Angka
kesakitan = 50,75 per 100.000 penduduk dan CFR/angka kematian =
0,83%). Angka kesakitan DBD dan jumlah kabupaten/kota terjangkit
DBD pada tahun 2015 mengalami peningkatan. Pada tahun 2014 sebesar
433 (84,74%) menjadi 446 Kabupaten/Kota (86,77%) pada tahun 2015.
Upaya pemberantasan DBD hingga saat ini belum berhasil dilakukan.
Permasalahan utama adalah masih belum berhasilnya upaya
penggerakan peran serta masyarakat dalam pemberantasan sarang
nyamuk (PSN) DBD melalui gerakan 3M. Pemberantasan Sarang
Nyamuk (PSN) DBD sangat penting untuk memutus mata rantai
penularan penyakit DBD karena dengan PSN DBD dapat membunuh
jentik nyamuk penular DBD dan menurunkan populasi nyamuk
penular DBD. Oleh karena itu departemen kesehatan lebih
memprioritaskan upaya PSN DBD ini. Untuk meningkatkan upaya PSN
DBD dan upaya pemberantasan penyakit DBD diperlukan
pemberdayaan kader juru
pemantau jentik (jumantik) dalam melakukan pemeriksaan jentik secara
berkala dan terus menerus serta menggerakkan masyarakat dalam
melaksanakan PSN DBD di masyarakat.
WJUBMPMLMHMK Masih belum berhasilnya upaya penggerakan peran serta masyarakat
dalam pemberantasan sarang nyamuk (PSN) DBD melalui gerakan 3M
WJUJK@MKMMK & Upaya pemberantasan DBD hingga saat ini belum berhasil dilakukan.
WJBALAHMK Permasalahan utama adalah masih belum berhasilnya upaya
AKYJUTJKPA penggerakan peran serta masyarakat dalam pemberantasan sarang
nyamuk (PSN) DBD melalui gerakan 3M. Pemberantasan Sarang
Nyamuk (PSN) DBD sangat penting untuk memutus mata rantai
penularan penyakit DBD karena dengan PSN DBD dapat membunuh
jentik nyamuk penular DBD dan menurunkan populasi nyamuk penular
DBD. Oleh karena itu departemen kesehatan lebih memprioritaskan
upaya PSN DBD ini. Untuk meningkatkan upaya PSN DBD dan upaya
pemberantasan penyakit DBD diperlukan pemberdayaan kader juru
pemantau jentik (jumantik) dalam melakukan pemeriksaan jentik secara
berkala dan terus menerus serta menggerakkan masyarakat dalam
melaksanakan PSN DBD di masyarakat.
Jumantik adalah kader yang berasal dari masyarakat di suatu daerah,
yang pembentukan dan pengawasan kinerjanya menjadi tanggung jawab
sepenuhnya oleh pemerintah kabupaten/kota. Jumantik merupakan salah
satu bentuk gerakan atau partisipasi aktif dari masyarakat dalam
menanggulangi penyakit DBD. Tujuan dibentuknya jumantik adalah
untuk mengetahui kepadatan jentik nyamuk penular DBD secara
berkala, menurunkan populasi nyamuk penular DBD serta jentiknya
dengan meningkatkan peran serta masyarakat dalam usaha
pemberantasan sarang nyamuk dengan gerakan 3M plus, serta
penyuluhan tentang penyakit DBD kepada masyarakat sehingga
penularan penyakit demam berdarah dengue dapat dicegah atau dibatasi.
WJLMFPMKMMK Keberadaan jumantik memiliki peran penting dalam pemberantasan
DBD karena bertugas memantau populasi nyamuk penular DBD dan
jentiknya. Pemeriksaan jentik berkala dilakukan oleh jumantik yang
bertugas melakukan kunjungan rumah setiap 3 bulan. Hasil yang didapat
jumantik dilaporkan dalam bentuk Angka Bebas Jentik (ABJ) yaitu
rasio antara jumlah rumah/bangunan yang tidak ditemukan jentik
dengan jumlah rumah/bangunan yang diperiksa dikali 100%. Target
nasional untuk pencapaian ABJ adalah ≥ 95%.
BNKAYNUAKC & Diserahkan kepada Puskesmas Negara
JTMLZMPA

OLZMIYZMLULEMJWLNMUFMMKKCPuskesmas Kmeelriulipnagk(aPnuskleinsagt)uan organisasi fungsional


pusat pengembangan Kesehatan Masyarakat. Yang juga membina peran
serta masyarakat dalam meningkatkan derajat kesehatan nya secara
mandiri. Selain memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh,
Dalam menjalanan fungsinya yaitu untuk meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat, puskesmas dibantu oleh Puskesmas Pembantu,
Poskesdes dan Puskesmas Keliling.
Puskesmas keliling adalah kegiatan puskesmas yang bertujuan
untukmeningkatkan pelayanan kesehatan terutama yang berhubungan
dengan promotif dan kuratif di wilayah terpencil yang jauh dari
jangkauan fasilitas kesehatan, selain itu puskesmas keliling juga untuk
melakukan monitoring pelayanan puskesmas Induk secara umum
melalui penjaringan kasus penyakit di wilayah setempat.
WJUBMPMLMHMK Akses transportasi yang sangat sulit ke tempat komunitas warga di
Batang Alai
WJUJK@MKMMK & Mendekatkan akses pelayanan kesehatan kepada masyarakat dan
WJBALAHMK melakukan penjaringan kasus penyakit rata-rata yang ada di wilayah
AKYJUTJKPA terpencil yang jauh dari jangkauan pelayanan kesehatan sehingga
diadakan pusling.
WJLMFPMKMMK Adapun kegiatan dari puskesmas keliling adalah pengobatan umum dan
pelayanan KIA.
BNKAYNUAKC & Diserahkan kepada Puskesmas Negara
JTMLZMPA

OZIZL LMWNUMKPerawatan Penyakit (Rawat Inap)


LMYMU EJLMFMKC Pelayanan rawat inap merupakan salah satu unit pelayanan di puskesmas yang memberik
inap merupakan salah satu rjvjnjw `jntjr rumah sakit sehingga tingkat

kepuasan pelanggan atau pasien bisa dipakai sebagai salah satu indikator
mutu pelayanan.
Arus pelayanan pasien rawat inap dimulai dari pelayanan pasien masuk di bagian p

tenaga medis, pelayanan tenaga perawat, lingkungan langsung,


penyediaan peralatan medis/non medis, pelayanan makanan/gizi), dilanjutkan pelaya

dPiepliasyaahnkaann kedseenhgaatnan preulmayaahnsaankikt,e9se0h%ataandaldaah


Didukung oleh Gillies (2000) bahwa tenaga keperawatan merupakan
proporsi terbesar (50-60%) dari tenaga kesehatan lainnya di rumah sakit dan bertang
Tidak tersedia puskesmas rawat inap di Negara

WJUBMPMLMHMK
WJUJK@MKMMK & Upaya peningkatan kesehatan berupa pencegahan penyakit,
WJBALAHMK
penyembuhan, pemulihan serta pemeliharaan kesehatan.
AKYJUTJKPA WJLMFPMKMMK

Arus pelayanan pasien rawat inap dimulai dari pelayanan pasien masuk
di bagian penerimaan pasien, pelayanan ruang perawatan (pelayanan
tenaga medis, pelayanan tenaga perawat, lingkungan langsung,
penyediaan peralatan medis/non medis, pelayanan makanan/gizi), dilanjutkan pelayanan administrasi dan keua
BNKAYNUAKC &Diserahkan kepada Puskesmas Negara
JTMLZMPA

OZIZL LMWNUMK Infeksi Jamban


LMYMU EJLMFMKC Jamban merupakan fasilitas pembuangan tinja yang efektif untuk
memutuskan mata rantai penularan penyakit. Penggunaan jamban tidak
hanya nyaman melainkan juga turut melindungi dan meningkatkan
kesehatan keluarga dan masyarakat. Dengan bertambahnya jumlah
penduduk yang tidak sebanding dengan area pemukiman yang ada,
masalah mengenai pembuangan kotoran manusia menjadi meningkat,
dilihat dari segi kesehatan masyarakat, masalah pembuangan kotoran
manusia merupakan masalah pokok untuk sedini mungkin diatasi
(Notoatmodjo, 2003). Pada masa sekarang ini pemilihan jamban
cemplung masih menjadi masalah, mengingat jamban cemplung

merupakan jenis jamban yang kurang memenuhi syarat kesehatan.


Di Indonesia prosentase keluarga yang menggunakan jamban yang
memenuhi syarat baru sekitar 60% dan yang yang lainnya tidak
menggunakan jamban dan lebih suka buang air besar (BAB) di sungai
dan tempat-tempat lainya (Riskesdas, 2007).
Untuk mencegah kontaminasi terhadap lingkungan, maka penbuangan
tinja manusia harus dikelola dengan baik, yaitu jamban. Jamban sehat
menurut Notoatmojo (2007) adalah sebagai berikut : tidak mengotori
permukaan tanah di sekelilingnya, tidak mengotori air permukaan tanah
disekitarnya, tidak mengotori air tanah disekitarnya, tidak terjangkau
oleh serangga, tidak menimbulkan bau, mudah di gunakan dan di

l i h a r , se d e r h a n a es d a in n y a
p e d e s a a n m e n g g u n a kan j a m b a n
d a n m u r h. U m u m nya n
la n g sun g d an pe rm u k a na a
m as y a r k t
tan ah s e b ag ai
tempat pembuangan tinja (Dainur, 1995). Hal ini disebabkan karena
faktor pendidikan yang masih rendah pada masyarakat desa. Faktor
pendidikan yang rendah tentunya akan mempengaruhi faktor
pengetahuan, dengan pendidikan rendah maka faktor pengetahuan juga
akan ikut rendah. Selain itu penyebabnya adalah faktor ekonomi yang
kurang pada masyarakat tersebut, jamban leher angsa memerlukan biaya
yang mahal untuk membuatnya (Joharudin, 2010). Masyarakat juga
mengatakan banyaknya warga yang menggunakan jamban cemplung
sehingga mempengaruhi pembuatan selanjutnya yaitu dengan ikut-
ikutan membuat jamban cemplung.
WJUBMPMLMHMK Tinggi nya prevalensi pennyakit berbasis lingkungan terutama diare dan
tifoid
WJUJK@MKMMK & Masalah penyakit lingkungan pemukiman khususnya pada pembuangan
WJBALAHMK tinja merupakan salah satu dari berbagai masalah kesehatan yang perlu
AKYJUTJKPA mendapatkan prioritas. Penyediaan sarana pembuangan tinja terutama
dalam pelaksanaan tidaklah mudah, karena menyangkut peran serta
masyarakat yang biasanya sangat erat kaitannya dengan perilaku, tingkat
ekonomi, kebudayaan dan pendidikan. Pembuangan tinja perlu
mendapat perhatian khusus karena merupakan salah satu bahan buangan
yang banyak mendatangkan masalah dalam bidang kesehatan dan
sebagai media bibit penyakit, seperti diare, typhus, muntaber, disentri,
cacingan dan gatalgatal. Selain itu dapat menimbulkan pencemaran
lingkungan pada sumber air dan bau busuk serta estetika sehingga perlu
diadakan infeksi jamban
WJLMFPMKMMK Menggali faktor-faktor yang melatarbelakangi pemilihan jamban
terhadap potensi masalah kesehatan yang dialami dapat diambil langkah
untuk mencegah masalah karena pemilihan jenis jamban yang salah,
diantaranya adalah diare, tifus, disentri, kolera, gatal-gatal, bermacam-
macam cacing gelang, kremi, tambang, pita dan sebagainya.
BNKAYNUAKC & Diserahkan kepada Puskesmas Negara
JTMLZMPA

OZIZL LMWNUMKPemberian PMT pemulihan pada Keluarga Miskin


LMYMU EJLMFMKC Usia balita merupakan periode pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat. Oleh
Untuk mengatasi kekurangan gizi yang terjadi pada kelompok usia balita perlu diselenggarakan Pemberian M

Pseebmagualiihtaanm. bPaMhaTn,Pbeumkaunlihseabnagbaigipeanngagkanutsiiam6ak-5a9nabnuulatanmdaim
PMT Pemulihan dimaksud berbasis bahan makanan lokal dengan menu
khas daerah yang disesuaikan dengan kondisi setempat.
Mulai tahun 2011 Kementerian Kesehatan RI menyediakan anggaran
untuk kegiatan PMT Penyuluhan dan PMT Pemulihan melalui dana
Bantuan Operasional Kesehatan (BOK).
Dengan adanya dana BOK di setiap puskesmas, kegiatan PMT
Pemulihan bagi anak balita usia 6 ‐ 59 bulan diharapkan dapat
didukung oleh pimpinan puskesmas dan jajarannya. Untuk
memperoleh pemahaman yang sama dalam melaksanakan kegiatan
dimaksud, maka disusun Panduan Penyelenggaraan PMT Pemulihan
bagi Balita Gizi Kurang.
WJUBMPMLMHMK Masih banyak kasus kekurangan gizi yang terjadi pada kelompok usia
balita
WJUJK@MKMMK & Program ini diadakan dengan tujuan memberikan informasi tentang
WJBALAHMK Prinsip Dasar PMT Pemulihan dan memberikan informasi tentang
AKYJUTJKPA penyelenggaraan PMT Pemulihan berbasis bahan makanan lokal bagi
balita gizi kurang 6 ‐ 59 bulan.
WJLMFPMKMMK Balita gizi kurang atau kurus usia 6-59 bulan termasuk balita dengan
Bawah Garis Merah (BGM) dari keluarga miskin menjadi sasaran
prioritas penerima PMT Pemulihan.
Sasaran dipilih melalui hasil penimbangan bulanan di Posyandu dengan
urutan prioritas dan kriteria sebagai berikut :
1. Balita yang dalam pemulihan pasca perawatan gizi buruk di
TFC/Pusat Pemulihan Gizi/Puskesmas Perawatan atau RS
2. Balita kurus dan berat badannya tidak naik dua kali berturut-turut (2
T)
3. Balita kurus
4. Balita Bawah Garis Merah (BGM)
Balita dengan kriteria tersebut di atas, perlu dikonfirmasi kepada Tenaga
Pelaksana Gizi atau petugas puskesmas, guna menentukan sasaran
penerima PMT Pemulihan.
BNKAYNUAKC & Pemantauan dan Bimbingan Teknis
JTMLZMPA 1. Pemantauan dilakukan setiap bulan selama pelaksanaan PMT
Pemulihan.
2. Pemantauan meliputi pelaksanaan PMT Pemulihan, pemantauan berat
badan setiap bulan; sedangkan pengukuran panjang/tinggi badan hanya
pada awal dan akhir pelaksanaan PMT Pemulihan menggunakan
formulir pada lampiran 7 dan lampiran 8.
3. Pemantauan dan bimbingan teknis dilakukan oleh Kepala Puskesmas,

Tenaga Pelaksana Gizi (TPG) puskesmas atau bidan di desa kepada ibu
Kader pelaksana PMT Pemulihan.
OZIZL LMWNUMK Pemberian Kapsul Vitamin A
LMYMU EJLMFMKC Vitamin A adalah zat gizi yang paling esensial, hal itu dikarenakan
konsumsi makanan kita belum mencukupi dan masih rendah sehingga
harus dipenuhi dari luar. Kekurangan vitamin A (KVA) akan
meningkatkan kesakitan dan kematian, mudah terserang penyakit infeksi
seperti diare, radang paru-paru, pneumonia, dan akhirnya kematian.
Akibat lain yang paling serius dari kekurangan vitamin A (KVA) adalah
rabun senja yaitu betuk lain dari xeropthalmia termasuk kerusakan
kornea mata dan kebutaan. Vitamin A bermanfaat untuk menurunkan
angka kesakitan angka kematian, karena vitamin A dapat
meningkatkan daya tahan tubuh terhadap penyakit infeksi seperti
campak, diare, dan ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut).
Kelompok umur yang terutama mudah mengalami kekurangan
vitamin A adalah kelompok bayi usia 6 ‐ 11 bulan dan kelompok anak
balita usia 12 ‐ 59 bulan (1 ‐ 5 tahun).
Pada balita vitamin A sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan tulang
dan gigi yang kuat, untuk penglihatan yang normal, membantu
memelihara kulit yang sehat dan mencegah lapisan mulut, hidung,
paru-paru dan saluran kencing dari kuman penyakit. Vitamin A yang
diberikan pada balita juga berfungsi untuk mengatur sistem kekebalan
(immunesystem), dimana sistem kekebalan badan ini membantu
mencegah atau melawan penyakit dengan membuat sel darah putih
yang menghapuskan bakteri dan virus. Akibat lain yang lebih serius
dari kekurangan vitamin A adalah buta senja dan xeropthalmia karena
terjadi kekeringan pada selaput lendir dan selaput bening kornea mata.
Upaya perbaikan status vitamin A harus dimulai pada balita terutama
pada anak yang menderita kekurangan vitamin A.
Menurut UNICEF (2013), bahwa kekurangan vitamin A dalam makanan
sehari-hari menyebabkan setiap tahunnya sekitar satu juta anak balita
diseluruh dunia menderita penyakit mata tingkat berat (Xeropthalmia)
seperempat diantaranya menjadi buta dan 60% dari yang buta ini akan
meninggal dalam beberapa bulan. Kekurangan vitamin A menyebabkan
anak dalam resiko besar mengalami kesakitan, tumbuh kembang yang
buruk dan kematian dini. Terdapat perbedaan angka kematian sebesar
30% antara anak-anak yang mengalami kekurangan vitamin A dengan
rekanrekannya yang tidak kekurangan vitamin A
WJUBMPMLMHMK Angka kebutaan di Indonesia tertinggi dikawasan Asia Tenggara
WJUJK@MKMMK & Upaya-upaya pencegahan kebutaan di Indonesia telah dilaksanakan pada
WJBALAHMK tahun 1967 ketika kebutaan dinyatakan sebagai bencana Nasional sejak
AKYJUTJKPA 1984 Upaya Kesehatan Mata/Pencegahan Kebutaan (UKM/PK) sudah
diintegrasikan ke dalam kegiatan pokok Puskesmas. Sedangkan Program
penanggulangan Kebutaan Katarak Paripurna (PKKP) dimulai sejak 1987 baik Rum
Strategi penanggulangan kekurangan vitamin A masih bertumpuh
dengan cara pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi pada bayi (6 ‐ 11 bulan) kapsul b
Diserahkan kepada Puskesmas Negara
WJLMFPMKMMK

BNKAYNUAKC & JTMLZMPA

OZIZL LMWNUMK Pemberian Tablet Tambah Darah (TTD) untuk Ibu Hamil dan Ibu
Nifas
LMYMU EJLMFMKC Penyebab perdarahan yang mengakibatkan kematian pada ibu setelah
melahirkan salah satu faktor resikonya disebabkan karena anemia yaitu
40,1%. Penyataan ini sesuai dengan hasil penelitian Chi, dkk sebesar
70% angka kematian ibu yang menderita anemia dan 19,7% angka
kematian ibu yang tidak menderita anemia.
Anemia adalah keadaan tubuh yang hanya memiliki jumlah sel darah
merah (eritrosit) yang sedikit yang dimana sel darah merah (eritrosit)
mengandung hemoglobin yang berfungsi untuk mengikat dan
mengedarkan oksigen keseluruh tubuh. Menurut World Health
0rganization (WHO) angka kejadian anemia pada ibu hamil secara
global sebesar 51%, sedangkan anemia yang terjadi pada wanita sebesar
35% (WHO, 2018).
Anemia pada ibu hamil dihubungkan dengan meningkatkan kelahiran
prematur, kematian ibu dan anak. Anemia defisiensi besi pada ibu dapat
mempengaruhi pertumbuhan dan berkembangan janin/bayi saat
kehamilan maupun setelahnya. Di Indonesia anemia gizi merupakan
salah satu masalah 4 gizi utama disamping kurang kalori, protein,
defisiensi vitamin A dan gondok endemik. Riskesdas 2013 mendapatkan
anemia terjadi pada 37,1% ibu hamil di Indonesia, 36,4% ibu hamil
diperkotaan dan 37,8% ibu hamil diperdesaan.
WJUBMPMLMHMK Tingginya anemia pada ibu hamil di Indonesia
WJUJK@MKMMK & Upaya pemerintah Indonesia untuk menanggulangi masalah anemia
WJBALAHMK pada ibu hamil dengan menberikan tablet tambah darah (TTD) minimal
AKYJUTJKPA 90 tablet selama kehamilan. Hasil PSG (2016) mendapatkan hanya

40,2% ibu hamil


dari target yang
nasional mendapatkan
tahun TTD85%
2016 sebesar minimal 90 tabletRI,
(KemenKes lebih rendah
2017).
WJLMFPMKMMK Pemberian tablet zat besi pada ibu hamil dan ibu nifas. Pada ibu hamil
diberikantablettambahdarah(TTD)minimal90tabletselama kehamilan.
Diserahkan kepada Puskesmas Negara
BNKAYNUAKC & JTMLZMPA

Kn Fnij Ouiul
1 F1Program
(Upaya Promkes
latihan kebugaran
dan jasmani Sosialisasi guru UKS
2 Pemberdayaa
Kegiatan promosi ASI eksklusif, MP ASI
3

4 n Masyarakat) Pelayanan nifas termasuk promosi KB


5 Penyuluhan Gizi
Kn Fnij Ouiul
6 Pengawasan Sarana Air Bersih (SAB)
Inspeksi Tempat Pengelolaan Makanan (TPM), Tempat-Tempat Umum
7 F2 (Upaya (TTU) dan Industri
8 Kesling) Pemberdayaan kader juru pemantau jentik (jumantik)
9 Infeksi Jamban
10 Pelayanan Klinik Sanitasi
11 Posyandu
12 F3 (Upaya Kelas Ibu Hamil
13 KIA Serta Pertolongan persalinan (PONED)
14 KB) Program imunisasi dasar
15 Pelayanan KB
16 Konseling gizi
17 F4 (Upaya Pemberian PMT pemulihan pada Keluarga Miskin
18 Perbaikan Pemberian Tablet Tambah Darah (TTD) untuk Ibu Hamil dan Ibu Nifas
19Gizi Program Pemberian Tablet Tambah Darah pada Remaja Putri di Wilayah
Masyarakat) Kerja Puskesmas Negara Pemberian Kapsul Vitamin A
20

21 F5 Posbindu dan Posyandu Lansia


22 Penjaringan kasus suspek TB
(Pencegahan
23 Sosialisasi Corona Virus di Puskesmas Negara BIAS (Bulan Imunisasi Anak Sekolah)
dan Pemberantas an Penyakit Menular dan Tidak
24
Menular)

ProgrampencegahandanpemberantasanpenyakitHIV/AIDS
25 (Penemuan Penderita HIV/AIDS)

26 Puskesmas Keliling (Pusling)


27 F6 (Upaya Pelayanan Pusat Kesehatan Desa (Puskesdes) Pelayanan di Poli Umum
28 Pengobatan Dasar)
Perawatan Penyakit (Rawat Inap)
29 Pelayanan Unit Gawat Darurat (UGD)
30

Anda mungkin juga menyukai