MAKALAH SEMIOTIK (April)

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH SEMIOTIK

DISUSUN OLEH :

HERA APRIL LIYANI (2279201010)

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS LANCANG KUNING

TAHUN 2023/2024
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT
atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehinggan
penulis mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas akhir dari mata kuliah
SEMIOTIK dengan judul “SEJARAH DAN MAKNA LANCANG KUNING”
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak
terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik serta
saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang
lebih baik lagi. Demikian, dan apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis
mohon maaf yang sebesar-besarnya.
DAFTAR ISI

Contents
KATA PENGANTAR........................................................................................................................................2
Latar Belakang.............................................................................................................................................4
Makna syair Lancang Kuning........................................................................................................................6
Kesimpulan..................................................................................................................................................8
Latar Belakang

Lancang adalah sebuah perahu dengan ukuran yang berbeda-beda, karena ada yang kecil dan ada
pula yang besar, yang jelas lancang adalah alat perhubungan air pada masa lalu. Dalam
masyarakat Riau lebih dikenal dengan lancang kuning yang merupakan suatu lambang kebesaran
daerah Riau karena itu lancang kuning ditetapkan menjadi lambang dan nyanyi daerah Riau.
Adapun cerita lancang kuning adalah berasal dari sebuah kerajaan yang terdapat di bukit batu.
Wilayah kabupatin bengkalis. Kerajaan ini di perintah oleh raja yang bernama datuk laksmana
perkasa alim serta dibantu dua orang panglima yaitu panglima umar dan panglima hasan.
Panglima umar adalah seorang panglima yang dipercayai datuk laksmana perkasa untuk
menyelesaikan sesuatu jika terjadi persoalaan dalam kerajaan. Umpamanya jika terjadi
perampokan di perairan, setiap tugas dapat diselesaikan dengan baik.
Pada suatu hari panglima umar menghadap datuk laksmana perkasa untuk menyampaikan hasrat
hati yaitu untuk mempersunting zubaidah, seorang gadis negeri itu. Permohonan umar disambu
dengan baik oleh datuk laksmana, dengan persetujuan datuk laksmana dilangsungkan pernikahan
dan tanda kegembiraan diadakan pesta dan keramaian besar-besaran. Rupanya keparcayaan yang
diberikan dan perkawinan panglima umar dengan zubaidah menimbulkan rasa tidak senang bagi
panglima hasan, timbul dendam. Hal ini timbul dikarenakan rupanya panglima hasan juga
simpati dan mencintai zubaidah itu. Rupanya apa yang diinginkan itu telah di dahului panglima
umar. Untuk melepaskan rasa sakit hati panglima hasan mencari akal bagaimana agar zubaidah
dapat dimilikinya, maka dengan akal busuknya panglima hasan menyuruh bomo menyampaikan
kepada datuk laksmana bahwa dia bermimpi agar datuk laksmana membuat lancang kuning
untuk mengamankan semua perairan dari lanun. Apa yang disampaikan pawang bomo diterima
oleh datuk laksmana, sehingga lancang kuning dikerjakan siang malam setelah lancang kuning
hampir selesai tersebar berita bahwa bathin sanggoro telah melarang para nelayan bukit batu
untuk mencari ikan di tanjung jati.
Dengan adanya berita ini datuk laksmana memerintahkan agar panglima umar berangkat dan
menemui bathin sanggoro, sungguh berat hati panglima umar untuk berangkat karena istrinya
sedang hamil tua dan tak lama lagi ia akan melahirkan, tapi karena tugas yang sangat penting,
semua perasaan itu ditahan, demi kerajaan yang tercinta. Setelah berlayar beberapa hari
sampailah panglima umar kepada bathin sanggoro dan di ceritakan semua berita yang tersebar di
bukit batu. Mendengar cerita itu bathin sangoro terkejut, karena selama ini dia tidak pernah
melarang nelayan bukit batu menangkap ikan di tanjung jati. Mendengar cerita bathin sanggoro
panglima umar termenung dan berfikir, apakah karangan yang terjadi di balik peristiwa ini?
Melihat keadaan ini lalu bathin sanggoro menganjurkan agar berita ini diselidiki dari mana asal
muasalnya, dan di selidiki sewaktu perjalanan pulang. Rupanya apa yang disampaikan bathin
sanggoro dituruti panglima umar, sewaktu perjalanan pulang panglima berkeliling, guna mencari
siapa yang membuat berita ini, sehingga tidak dirasakannya bahwa perjalanannya sudah satu
bulan. Malam ini tepat lima belas hari bulan purnama. Malam itu lancang kuning akan
diluncurkan ke laut.

Dibalai-balai telah banyak pemuka kerajaan dan penduduk negeri untuk menyaksikan peluncuran
lancang kuning tersebut. Bermacam-macam hiburan rakyat dipertunjukkan. Semua penduduk
negeri bergembira terkecualai zubaidah, karena suaminya panglima umar sudah satu bulan pergi
dan sampai saat ini belum juga kembali dan karena itu ia tidak pergi menghadari acara
peluncuran lancang kuning kelautan pada malam itu. Setelah semua keparluan peluncuran
lancang kuning di siapkan pawang domo memberikan petunjuk kepada datuk laksmana.acara
peluncuran di mulai dengan tepung tawar pada dinding lancang kuning, kemudian di lanjutkan
panglima hasan dan pemuka masyarakat lainnya. Selesai tepung tawar di lanjutkan dengan
pengasapan dan baru lah semua yang hadir diperintahkan supaya berdiri disamping lancang
kuning dan semua bunyi-bunyian di bunyikan dan semua yang telah memegang lancang kuning
mendorong, tetapi alangkah anehnya, lancang kuning tersebut tidak bergerak sedikit pun hal ini
dikerjakan berulang-ulang bahkan tenaga sudah di tambah, namun lancang kuning tidak juga
bergerak. Hadirin yang hadir merasa heran dan bertanya-tanya, muka pawang domo merah
padam. Pawang domo segera bersembah kepada datuk laksmana dan berkata: ampunkan tuan ku
yang mulia! Rupanya lancang kuning tidak bisa di luncurkan jika. . . . jika apa wak domo ? kata
datuk laksmana, katakan lah! Jika lancang kunning ingin juga di luncurkan harus ada korban.
Korban berapa ekor kerbau yang di perlukan wak domo? Tuan ku yang mulia, bukan kerbau.
Wak domo menghampiri datuk laksmana dan membisikkan bahwa kurban yang di perlukan
adalah perempuan hamil sulung datuk laksmana tertunduk dan termenung serta berkata kepada
pawang domo bahwa agar perluncuran lancang kuning di undurkan saja.
Setelah sebagian orang pulang, panglima hasan pergi kerumah zubaidah dan di dapatinya
zubaidah sedang duduk termenung. Zubaidah terkejut dengan kedatangan panglima hasan sambil
berkata: mengapa lagi kau kesini panglima hasan? Berkata panglima hasan: zubaidah apa lagi
yang kau tunggu zubaidah? Suami mu tidak akan kembali lagi, kerena itu biar akau yang menjadi
ayah anak mu itu! Apa kata mu panglima pengkhianat ? biar saya mati dari pada saya
bersuamikan kamu! Apa ? jawab panglima hasan. Jika kamu masih menolak permintaan ku,
kamu akan saya jadikan gilingan lancang kuning yang akan di luncuran kelaut. Karena zubaidah
tetp menolak permintaan pangliama hasan, maka zubaidah di tarik dan matanya di tutup dengan
di bantu oleh pengawalnya, setelah sampai di lancang kuning yang akan di luncurkan, panglima
hasan mendorong tubuh zubaidah kebawah lancang kunung dan ketika itu juga panglima hasan
memerintahkan supaya lancang kuning di dorong kelaut. Hanya di dorong oleh beberapa orang
saja lancang kuning itu meluncur dengan mulus. Setelah lancang kuning sampai di laut
tampaklah darah dan daging zubaidah berserakan di tanah dan dan ketika itu turun lah hujan
lebat petir dan angin kencang serta bertepatan waktu itu panglima umar merapat ke pelabuhan
bukit batu. Setelah perahu di tambatkan di pelabuhan panglima umar langsung kerumah untuk
melihat istri dan anaknya yang telah di tinggalkan selama sebulan, tapi setelah sampai di rumah,
rumahnya kosong, dipanggilnya zubaidah tetapi tidak ada jawaban.
Hati panglima sudah mulai gelisah, maka dia berangkat kepelabuhan, di tengah jalan berpapasan
dengan panglima hasan, langsung panglima umar bertanya kepadanya, dimana gerangan istri ku,
panglima hasan menceritakan, istrinya zubaidah telah di jadikan gilingan lancang kuning oleh
datuk laksmana. Mendengar cerita panglima hasan tersebut panglima umar langsung pergi
ketempat peluncuran lancang kuning, di dapatinya darah berserakan alangkah sedih hati
panglima umar melihat tubuh istrinya itu, di sapunya darah yang ada yang di tanah itu serta di
usapkan ke muka serta berkata bahwa dia akan membalas atas kematian istrinya itu kepada datuk
laksmana, tetapi baru saja ia berjalan di lihatnya datuk laksmana berjalan kearahnya.
Setelah mereka bertemu panglima umar langsung menyerang datuk laksmana dengan pedang
yang panjang keperut datuk laksmana, tanpa ada pembicaraan sedikit pun, akhirnya datuk
laksmana mati ditangan panglima umar, ketika itu juga datanglah pawang domo serta
menceritakan segala kejadian yang sebenarnya, bahwa yang menjadikan zubaidah untuk gilingan
lancang kuning adalah panglima hasan, tanpa mengulur waktu panglima umar pergi mencari
panglima hasan. Dari kejauhan panglima umar melihat panglima hasan sudah bersiap-siap untuk
melarikan diri menuju lancang kuning tapi belum sempat melepaskan talinya panglima umar
telah sampai, dengan pedang terhunus sambil berkata: nah. . . malam ini. . . engkau atau aku akan
mati.
Dengan di saksikan penduduk mereka berkelahi di atas lancang kuning. Dan akhirnya panglima
hasan dapat di tikam panglima umar dan matinya jatuh kelaut. Waktu itu lah panglima umar
melihat ke pantai dan berkata kepada orang yang ada di pantai bahwa ia telah membunuh datuk
laksmana karena perbuatan panglima hasan dan panglima hasan pun sudah mati di tangannya,
kerna itu ia akan pergi dengan lancang kuning untuk selama-lamanya, dan ketika sampai di
tanjung jati datanglah ombak besar dan angin topan sehingga lancang kuning tersebut karam dan
ia bersama lancang kuning terkubur dalam laut tanjung jati serta kejayaan kerajaan negeri bukit
batu berangsur-angsur mundur dan akhirnya tinggal setumpuk rumah saja lagi.

Makna syair Lancang Kuning

Sebenarnya dalam lagu ini tersirat beberapa pelajaran dan hikmah dan semua bait syairnya
adalah kiasan yang memiliki makna dalam kehidupan masyarakat melayu. Pertama, lagu tersebut
diawali dengan kata ‘lancang’ yang dalam bahasa Indonesia artinya kapal besar. Ini adalah kiasan
untuk mengatakan sebuah daerah kekuasaan (negara). Mengapa dipilih kata kapal?
Wallahua’lam, tapi bisa saya sebutkan penggunaan kata kapal ini karena memang pada awalnya
kerajaan (negara) melayu adalah negara maritim dan memilih ibukota dipinggiran pantai, sebut
saja kerajaan Malaka, Pahang, Siak, Rokan, Indragiri, Jambi, Kalimantan, dan lain-lain.
Ditambah lagi memang nenek moyang orang melayu adalah pelaut, sama seperti nenek moyang
orang bugis di Sulawesi, dan banjar di Kalimantan. Oleh sebab itulah menurut saya digunakan
kata ‘lancang’ sebagai penanda kerajaan melayu adalah kerajaan maritim.

Kiasan kedua adalah ‘berlayar malam’. Adalah sebuah tanda tanya mengapa lancang kuning itu
berlayar malam? Mengapa tidak berlayar pagi atau siang? Disinilah letak keunggulannya, kalau
berlayar siang atau pagi, bagi seorang pelaut yang masih barupun akan mudah untuk menentukan
arah, karena berpedomankan pada letak matahari. Dengan mudah pelaut menentukan mana arah
timur, barat, utara, dan selatan.

Berbeda jika berlayar malam, bagaimana cara menentukan arah? Para astrolog sepakat bahwa
bintang-bintang adalah penunjuk mata angin, tapi tidak banyak orang yang bisa membaca
bintang itu. Oleh karena itu tidak banyak juga pelaut yang berani berlayar malam. Artinya bahwa
seorang nakhoda lancang kuning adalah seorang yang paham akan keadaan sekitar. Dan nakhoda
itu sendiri menunjukkan pada seorang pemimpin (raja). Jadi sangatlah jelas, seorang raja harus
memahami seluk beluk kerajaannya agar negaranya itu tidak terjadi malapetaka (kalau nakhoda
kurang paham, alamat kapal akan tenggelam).

Kiasan yang ketiga adalah pada bait “lancang kuning menerjang badai”, maknanya adalah
sebuah negara tidak akan lepas dari masalah (badai). Dan tugas seorang raja lah untuk mencari
solusi bagaimana masalah itu diselesaikan tanpa melupakan peran dari “tali kemudi berpilin
tiga”, artinya peran tiga institusi kerajaan yang harus didengar pendapatnya oleh seorang
pemimpin.

Prinsip ini juga ada pada budaya Minang dengan faedah “satungku sapanjarangan (setunggu
sepenjarangan). Catatan saja, bahwa sebuah anglo biasanya terdiri dari 3 buah tungku (bagian
yang lebih tinggi dari sekelilingnya). Dalam resam budaya melayu disebutkan dengan tali
kemudi berpilin tiga.

Konstusi itu terdiri dari tetua adat, umara, dan ulama. Dalam kerajaan, biasanya penasehat
seorang raja itu terdiri dari tetua adat, umara (perdana menteri, hulubalang, dan lain-lain) dan
seorang ulama (atau disebut tok kadi). Dari ketiga “pilin tali” ini, yang paling tinggi
kedudukannya adalah ulama. Dalam kenyataannya juga, pada tali yang berpilin tiga itu, ada satu
pilin tali yang mengikat kuat dua pilinan yang lain (pengalaman saya waktu kecil dimana saya
sering menolong bapak membuka pilinan tali. Salah mengambil pilinannya, lama siap
pekerjaannya, tapi jika benar dalam mengambil pilinan pengikatnya, pekerjaannya tidak
membutuhkan waktu lama). Begitulah adat resam melayu, tetua adat menjaga agar adat tidak
lapuk dimakan hujan tak lekang dimakan panas. Umara atau pemimpin itu didahulukan
selangkah, ditinggikan seranting. Sedang ulama cakapnya didengar, padahnya dituruti. Dan
sebagai pengikat pilinan itu adalah ulama. Jika para konstitusi kerajaan ini bekerja sama, maka
akan selamatlah kerajaan tersebut (selamatlah kapal menuju pantai), dan rakyatnya pun akan
berbahagia (Pelautlah pulang dengan gembira).
Kesimpulan

Dari cerita rakyat diatas dapat kita ambil kesimpulan bahwa Janganlah durhaka kepada orang tua
terutama ibu yang telah mengasuh kita. Dan kita sebagai anak harus menghormati dan berbuat
baik kepada ibu kita.Harta kekayaan bukanlah segalanya, kesombongan membuat kita lupa diri
dan dapat merugikan diri sendiri.

senantiasalah kita selalu bersifat baik kepada kedua orang tua, karena tidak ada hal apapun yang
mampu untuk membalas jasa kedua orang tua dan janganlah bersifat sombong, karena bersifat
sombong adalah perbuatan yang celaka.

Anda mungkin juga menyukai