Anda di halaman 1dari 11

Perkembangan literasi digital dikalangan Mahasiswa

Oleh :

R.Fatmawati

2279201013

Sastra Indonesia

Fakultas Ilmu Budaya

Universitas Lancang Kuning

Latar belakang

Literasi merupakan suatu kegiatan yang dilakukan seseorang untuk

mendapatkan informasi dengan memiliki kemampuan dalam mengolah dan

memahami informasi saat melakukan membaca dan menulis. Dahulu orang-orang

untuk mendapatkan informasi masih menggunakan media cetak seperti buku,

majalah, koran dan lain-lain. Literasi yang dipahami masyarakat Indonesia pada

awalnya adalah membaca buku yang pastinya dianggap membosankan dan hanya

beberapa kalangan yang gemar menggunakannya. Melihat tulisan yang cukup

banyak dan buku yang tebal tidak menarik bagi generasi dizaman sekarang untuk

membacanya khususnya mahasiswa. Mereka lebih tertarik melihat dan membaca

tulisan yang sedikit dan mudah untuk didapatkan. Namun seiring denan

perkembangan zaman untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan sudah

semakin mudah, hal ini sejalan dengan perkemangan teknologi yang membawa

kearah era digital seperti saat ini. Konsep literasi saat ini sudah semakin

berkembang dan terbagi ke dalam beberapa bentuk literasi, salah satunya adalah

literasi digital.

Gilster dalam A’yuni (2015:7) menjelaskan literasi digital atau disebut


juga dengan literasi informasi digital merupakan kemampuan seseorang untuk

memahami dan menggunakan informasi dari berbagai sumber melalui kumputer

yang terkoneksi dengan internet. Gilster menjelaskan bahwa konsep literasi lebih

ditekankan pada proses berfikir kritis ketika berhadapan dengan media digital.

Selain berfikir kritis kompetinsi yang dibutuhkan yakni mempelajari bagaimana

menyususn pengetahan, serta membangun sebuah informasi yang dapat di ambil

dari beberapa sumber yang berbeda. Seseorang yang berliterasi digital perlu

mengembangkan kemampuan untuk mencari serta membangun suatu strategi

dalam menggunakan search engine untuk mencari informasi yang ada, serta

bagaimana menemukan informasi yang sesuai dengan informasi yang

dibutuhkannya.

Munculnya literasi digital pada saat ini disebabkan karena perkembangan

teknologi informasi dan komunikasi yang semakin canggih, dan menyediakan

metode pembelajaran yang informasinya tidak hanya dalam bentuk tercetak

namun sudah dalam bentuk digital. Berbagai macam sumber informasi sudah

tersedia di internet seperti e-Book, e-Journal, website, youtube, podcast, sosial

media, e-Library dan masih banyak sumber informasi lainnya yang dapat

ditelusuri. Oleh karena itu seseorang harus memiliki kemampuan untuk

memahami dan menggunakan sumber informasi dari berbagai format yang berbeda.

Saat ini sudah banyak masyarakat yang menggunakan literasi digital dalam

memperoleh informasi khususnya para pelajar ataupun mahasiswa. Sun dalam

Hidayati (2017:4) menjelaskan mahasiswa harus dapat mengarahkan dirinya dan

membuat keputusan sendiri, serta harus mengetahui bagaimana menemukan dan

menggunakan informasi untuk menyelesaikan tugas-tugasnya. Mahasiswa sudah

dapat melakukan literasi dimanapun dan kapanpun mereka mau baik


menggunakan laptop maupun smartphone.

Terkait dengan literasi digital, sejak tahun 2016 sampai saat ini mahasiswa

mulai diterapkan kurikulum berbasis KKNI, dimana mahasiswa harus

menyelesaikan 6 bentuk tugas yaitu: tugas rutin, critical book report, critical

journal report, mini research, rekayasa ide, dan project. Semua bentuk penugasan

ini sebenarnya merupakan salah satu tuntutan yang berkaitan erat dengan

kemampuaan literasi salah satunya adalah kemampuan literasi digital. Karena

untuk mengerjakan ke enam tugas ini mahasiswa harus mencari berbagai macam

sumber informasi dan referensi yang berkaitan dengan mata kuliah yang telah

ditentukan sebelumnya. Selain itu mahasiswa juga harus mampu menggunakan

perangkat teknis komputer.

Canada Center dalam Nurbaiti (2018) menjelaskan ada 3 komponen

model literasi digital untuk mengetahui dan mengukur literasi digital seseorang

yaitu Use (menggunakan), Understand (memahami), dan Create (menciptakan.

Dari ketiga model leterasi digital ini penulis ingin mengetahui bagaimana

kemampuan litirasi yang dimiliki oleh mahasiswa Pendidikan Antropologi yang

sedang mengerjakan tugas akhir (skripsi).

Tugas akhir (skripsi) merupakan hal wajib yang harus dikerjakan jika

ingin mendapatkan gelar sarjana (SI). Skripsi biasanya dikerjakan oleh mahasiswa

tingkat akhir, terkhusus semester delapan yang sudah menyelesaikan seluruh

matakuliah sebagai bagian dari persyaratan akademis. Oleh karena itu, perlu adanya keterampilan
mahasiswa dalam kegiatan litersi informasi, melakukan

keterampilan membaca, keterampilan menggunakan sumber-sumber informasi

baik yang tercetak maupun dalam bentuk elektronik dan sumber informasi

lainnya.

Menyelesaikan laporan tugas akhir bukanlah hal yang mudah bagi


mahasiswa, karena untuk mendapatkan referensi yang berkaitan dengan penelitian

merupakan kendala yang paling sering dihadapi oleh mahasiswa saat ini.

Terkadang banyak mahasiswa yang menganggap buku adalah sumber informasi

satu-satunya yang dapat digunakan sebagai referensi dalam mengerjakan tugas

maupun skripsi. Hal inilah yang menyebabkan mahasiswa terganggu dalam

mengerjakan tugas akhir (skripsi) karena buku yang dijadikan referensi susah

untuk didapatkan. Namun hadirnya literasi digital ini mempermudahkan

mahasiswa tingkat akhir dalam mengerjakan tugas skripsinya untuk mencari

berbagai macam sumber referensi yang berbasis digital yang dapat menghemat

waktu dan mudah digunakan kapan saja. Oleh sebab itu literasi digital sangat

penting dalam perkembangan akademik. Karena ketika sumber-sumber informasi

masih terbatas dan penyebarluasan informasi masih di dominasi oleh kalangan

tertentu seperti pemerintah, maka pilihan informasi juga terbatas.

Perkembangan teknologi ini memungkinkan mahasiswa untuk bisa

mengakses informasi baik dari dalam negeri maupun luar negeri yang bertaraf

nasional ataupun internasional. Berdasarkan hasil pengamatan awal dengan

beberapa mahasiswa Pendidikan Antropologi menggambarkan bahwa mahasiswa sudah menggunakan


sumber informasi digital yang tersedia di internet sebagai

referensi dalam pengerjaan tugas skripsinya. Mahasiswa telah memanfaatkan

penerapan literasi digital sejak duduk dibangku kuliah semester satu. Penerapan

literasi digital yaitu menyelesaikan tugas-tugas kuliah dengan melakukan

penelusuran informasi di internet dan media digital lainnya, bergabung dalam

grup diskusi online, dan update data terbaru. Selain itu, mencari, mengolah,

mengorganisasikan dan mengemas informasi dalam berbagai format baik itu teks,

gambar, suara dan bentuk lainnya yang tentunya berkaitan dengan penguasaan

sumber dan perangkat digital.


Meskipun demikian, kompetensi literasi digital belum sepenuhnya

dimiliki. Mahasiswa masih merasa kesulitan dalam menyelesaikan tugas

meskipun dengan bantuan teknologi digital. selain itu tidak semua konten

informasi yang tersedia di internet dan media digital lainnya memiliki kualitas

yang sama. Untuk mengetahui lebih jauh tentang kemampuan literasi digital

mahasiswa Prodi Pendidikan Antropologi, penulis tertarik untuk melakukan

penelitian tentang “Kemampuan Penggunaan Literasi Digital Di Kalangan

Mahasiswa Studi Kasus Mahasiswa Program Studi Pendidikan Antropologi

Dalam Menyelesaikan Tugas Akhir”

Landasan Teori

1. Literasi Digital

a. Pengertian Literasi Digital

Literasi berasal dari bahasa Inggris yaitu Literacy yang dapat diartikan

kemampuan baca tulis. Menurut UNESCO literasi adalah kemampuan untuk

mengidentifikasi, memahami, menafsirkan, menciptakan,berkomuniksi,

menghitung dan mengunakan bahan cetak dan tulisan yang terkait dengan

berbagai kontek, dalam Kamus Bahasa Indonesia (KBBI) “Literasi merupakan

kemampuan membaca, menulis, dan kemampuan individu dalam mengolah

Informasi”. Digital dalam KBBI berhubungan dengan angka-angka dalam sistem

penomoran tertentu. Literasi biasanya digabungkan dengan suku kata lain untuk

menunjukan kemampuan dalam bidang tertentu. Arti kata literasi digital adalah

kemampuan dalam membaca, menulis, mengolah informasi dalam sistem

penomoran tertentu. Sebagai manusia khususnya umat muslim kita diperintahkan

untuk dapat berliterasi sebagaimana tercantum dalam Al-Quran surat Al-Alaq


ayat 1-5 yang artinya: 1) Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang

menciptakan; 2) Dia telah menciptakan manusia dari Segumpal darah; 3) Bacalah

dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah; 4) Yang mengajarkan (manusia) dengan

perantara kalam; 5) Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya.

Kandungan dalam surat ini mensubstansikan bahwa manusia diperintahkan Allah

untuk belajar dimulai dari kata Iqro yang artinya bacalah.

1.Menurut Paul Gilster dikutip Dyna Herlina S (2017 hlm. 11) “literasi digital

adalah kemampuan menggunakan teknologi dan Informasi dari piranti digital

secara efektif dan efisien dalam berbagai konteks seperti akademik, karir, dan

kehidupan sehari-hari”. Menurut Bawden dalam kemendikbud (2017, hlm. 7)

“Literasi digital berasal dari bagian literasi komputer dan literasi informasi

Sehingga berkaitan dengan kemampuan mengakses, memahami dan memperluas

Informasi”. Ada pula menurut Haque (dalam Feri Sulianta 2020, hlm. 6) literasi

digital ialah keahlian mengkaryakan dan berbagi (Sharing) dalam peluang yang

sering muncul dan berbeda, menggabungkan, mengkomunikasikan apa yang

dimengerti mengenai kapan dan bagaimana mengakses piranti teknologi

informasi guna pencapaian suatu tujuan. Berdasarkan pengertian diatas dapat

disimpulkan literasi digital didefinisikan keterampilan membaca, menulis,

memuat/mengakses/menggunakan teknologi untuk mendapatkan informasi.

2.Menurut Bawden (2001, hlm. 228) Literasi diharapkan bisa mendukung

pencapaian dalam proses pembelajaran secara optimal. Berikut tujuan dari Literasi

digital :

1) Membentuk peserta didik menjadi pembaca, penulis dan komunikator.

2) Dapat meningkatkan kemampuan dan kebiasaan berpikir pada peserta didik.

3) Meningkatkan dan memperdalam memotivasi dan minat belajar peserta didik


4) Mengembangkan kemandirian belajar peserta didik agar kreatif, produktif, inovatif dan berkarakter.

3.Menurut Aufderheide (dalam Feri Sulianta 2020, hlm. 5) Terdapat 2

pandangan yang sama kuatnya di pandangan pakar atau praktisi pendidikan media

dan para pegiat literasi digital bersangkutan dengan tujuan literasi digital diantaranya

1) Kelompok proteksionis mengatakan bahwa Pendidikan media atau literasi

digital diperuntukan untuk melindungi mesyarakat sebagai konsumen media dari dampak negatif yang
ada

2) Kelompok Preparasionis mengatakan bahwa literasi digital merupakan

upaya untuk memperisapkan masyarakat hidup di dunia yang lebih luas

dan mampu mengkonsumsinya dengan kritis.

Dari kedua pandangan tersebut, dapat disimpulkan bahwa literasi digital

adalah dimana masyarakat dapat memproses berbagai informasi dengan kritis,

dapat memahami pesan yang disampaikan, dan dapat berkomunikasi dengan

efektif sebagai pengkonsumsi media.

4.Menurut Paul Glister dalam Nasionalita (2020, hlm. 18) terdapat 4

kompetensi yang dimiliki oleh seseorang yang telah mampu melakukan literasi

digital diantaranya:

1) Pencarian di Internet (Internet Searching)

Kemampuan menggunakan internet memiliki beberapa komponen seperti

pencarian dalam internet melalui Search engine serta melakukan

berbagai kegiatan didalamnya.

2) Pandu Arah Hypertext (Hypertextual Navigation)

Pengguna internet dituntut untuk memahami panduan arah

hypertext/hyperlink dalam Web Browser. Biasanya cara kerja web yang

akan di akses meliputi http, html, url dsb.

3) Evaluasi konten Informasi (Content Evaluation)


Kompetensi ini dilakukan untuk para pengguna internet agar memiliki

kemampuan evaluasi dan berpikir kritis. Kemampuan menganalisis suatu

dasar informasi yang ditemukan dikumpulkan dan evaluasi fakta opini

dengan baik tanpa berprasangka.

4) Penyusunan Pengetahuan (Knowledge Assembly)

Kemampuan penyusunan dari penemuan suatu informasi yang dijadikan

sebagai ilmu pengetahuan untuk kepentingan tertentu baik pengetahuan ataupun pekerjaan.

d. Elemen untuk Meningkatkan Literasi Digital

Karena masih rendahnya kemampuan literasi digital, maka

5. menurut Daugles A.J Belshaw (dalam kemendikbud, 2017, hlm 7) terdapat 8 elemen esensial untuk
mengembangkan Literasi digital diantaranya:

1) Kultural, yakni pemahaman ragam konteks pengguna dunia digital.

2) Kognitif, yakni daya pikir dalam menilai konten.

3) Konstruktif, yakni daya cipta sesuatu yang ahli dan aktual.

4) Komunikatif, yakni memahami kinerja jejaring dan komunikasi di dunia digital.

5) Kepercayaan diri yang bertanggung jawab.

6) Kreatif, yakni menciptakan ide, melakukan hal baru

7) Kritis dalam menyikapi berbagai isu

8) Bertanggung jawab secara sosial.

6.Menurut Mustofa dan B. Heni Budiwati (2019, hlm. 119) mengatakan untuk

meningkatkan literasi digital maka terdapat program akselerasi literasi dengan

beberapa tahap diantaranya:

1) Literasi bukan hanya membaca buku namun lebih luas dari itu yaitu

membaca melalui digital. Literasi tidak sebatas baca tulis tetapi keahlian

bagaimana berasumsi menggunakan buku jenis lain Ebook misalkan.

Pemahaman yang luas perlu diberikan kepada masyarakat.


2) Melakukan pengaksesan internet di berbagai daerah. Saat ini kita berada di

era serba maya atau tak bertemu secara langsung, globalisasi, era digital,

namun tidak jarang daerah yang masih susah mengakses melalui piranti dan

internet dengan mempersiapkan kesetiap penjuru maka literasi akan dapat

dilakukan secara mudah.

3) Penerapan rancangan literasi di seluruh institusi pendidikan. Kemendikbud

(2017:2) menyimpulkan gerakan literasi secara komprehensif. Yaitu literasi

mendasar, literasi pustaka , literasi media, literasi teknologi dan literasi

visual. Sejauh ini, yang bisamenelusur tentang pengetahuan literasi sebatas

murid, mahasiswa, petugas perpustakaan, guru, dosen dan lainnya. Maka

aktivitas literasi yang dicanangkan Kemendikbud seharusnya dimotivasi.

Berawal dari aktivitas literasi di lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan

aktivitas literasi berskala nasional.

4) Menumbuhkan cinta dan rasa memiliki terhadap fakta kebenaran dan ilmu

pengetahuan.

5) Masyarakat wajib memperbaharui tata kehidupan yang dimulai dari

pembiasaan tutur kata menjadi kebiasaan membaca. Banyak dari masyarakat

tidak memiliki budaya baca disebabkan alasan sibuk mencari harta, tidak

gemar membaca, dan belum menemukan bahan untuk dibaca. Bahkan,

mereka belum mengetahui bahan bacaan yang bermutu itu yang seperti apa.
Teori

Berdasarkan KBBI, literasi memiliki arti yakni berupa semacam kapasitas yang dimiliki individu, baik
dalam bentuk pengetahuan maupun keterampilan. Sedangkan dalam ketentuan umum Undang-Undang
Nomor 3 Tahun 2019 tentang Sistem Perbukuan, literasi didefinisikan sebagai berikut: literasi adalah
kemampuan untuk memaknai informasi secara kritis sehingga setiap orang dapat mengakses ilmu
pengetahuan dan teknologi sebagai upaya dalam meningkatkan kualitas hidupnya (Trimansyah, 2019:
2). Literasi menjadi suatu hal yang sangat penting untuk dipelajari oleh manusia sejak mereka masih
kecil. Hal tersebut dapat mempermudah dalam memperoleh pengetahuan baru dalam kehidupan
sekolah maupun keluarga, bahkan lingkungan masyarakat.

Menurut NICHD (National Institutes of Children and Human Development) dalam Pradipta (2011: 2)
mengartikan literasi dini sebagai kemampuan membaca dan menulis sebelum anak benarbenar mampu
membaca dan menulis. Literasi secara umum juga didefinisikan sebagai kemampuan membaca dan
menulis serta menggunakan bahasa lisan. Kemampuan seperti membaca dan menulis terlihat seperti hal
yang sangat sederhana, sehingga dengan pemahaman tersebut kemampuan literasi membaca dan
menulis di anggap tidak terlalu penting untuk dipelajari oleh manusia sejak ia masih kecil.

Menurut Wells (dalam Heryati, dkk, 2010: 46) terdapat empat tingkatan literasi, yaitu performative,
functional, informational, dan epistemic. Pada tingkatan literasi pertama menyatakan bahwa suatu
literasi hanya sekedar mampu membaca dan menulis. Pada tingkatan literasi kedua sudah mampu
menunjukkan kemampuan menggunakan bahasa yang digunakan untuk keperluan dalam kehidupan
manusia. Kemudian literasi pada tingkatan ketiga adalah menunjukkan kemampuan dalam mengakses
pengetahuan. Sedangkan literasi pada tingkatan keempat adalah menunjukkan kemampuan yang
digunakan untuk mengubah atau memodifikasi suatu pengetahuan.

Berdasarkan dari beberapa penjelasan di atas maka dapat diberikan kesimpulan bahwa literasi
merupakan kemampuan awal berupa membaca dan menulis yang perlu dipelajari oleh anak. Pentingnya
mempelajari literasi yaitu agar anak memiliki kemampuan yang memadai mengenai literasi membaca
dan menulis sebagai bekal dalam menuntut ilmu dan mendapatkan pengetahuan baru yang dapat
berguna dalam hidupnya.

Menurut Sholihah (2016) literasi digital merupakan upaya untuk menemukan, menggunakan maupun
menyebarluaskan informasi secara efektif. Literasi digital mengacu pada kemampuan individu untuk
menemukan, mengevaluasi, dan menulis informasi yang jelas melalui tulisan dan media lainnya
diberbagai platform digital.

Konsep literasi digital ini sudah muncul sejak tahun 1990 (Masitoh, 2018:16). Menurut Syah et all,
(2019:61) menyatakan bahwa literasi digital mengacu pada kemampuan individu untuk menemukan,
mengevaluasi, dan menulis informasi yang jelas melalui tulisan dan media lainnya di berbagai platform
digital.

Ada pula menurut Haque (dalam Feri Sulianta 2020, hlm. 6) literasi digital ialah keahlian mengkaryakan
dan berbagi (Sharing) dalam peluang yang sering muncul dan berbeda, menggabungkan,
mengkomunikasikan apa yang Page 2 12 dimengerti mengenai kapan dan bagaimana mengakses piranti
teknologi informasi guna pencapaian dan adapun 4 pilar literasi digital diantaranya.

Empat pilar itu adalah Cakap Bermedia Digital, Budaya Bermedia Digital, Aman Bermedia Digital dan Etis
Bermedia Digital.

Dikutip dari buku Peran Literasi Digital di Masa Pandemik (2021) karya Devri Suherdi, literasi digital
merupakan pengetahuan serta kecakapan pengguna dalam memanfaatkan media digital, seperti alat
komunikasi, jaringan internet dan lain sebagainya.

Perkembangan literasi digital diera globalisasi mempermudah kegiatan yang dapat dilakukan oleh
individu maupun kelompok.

1. Penyediaan kelas virtual sehingga siswa dapat belajar kapan saja dan di mana saja.
2. Berkomunikasi antarwarga sekolah menggunakan teknologi digital seperti email dan media
sosial.
3. Pengarsipan digital.
4. Membuat dokumentasi keluarga (foto dan video).

Anda mungkin juga menyukai