KKD Neurology Pertemuan 2
KKD Neurology Pertemuan 2
I. Deskripsi Umum
1. Definisi
Pemeriksaan refleks fisiologis dan patologis adalah
pemeriksaan yang dilakukan untuk menilai refleks fisiologis
dan patologis beserta interpretasi / penilaiannya.
2. Tujuan
Tujuan umum modul ini adalah memberi bekal kepada peserta
didik dalam hal dasar - dasar pemeriksaan refleks fisiologis
dan patologis agar peserta didik memiliki kompetensi sebagai
dokter.
3. Prasyarat
Prasyarat keterampilan klinik ini adalah mahasiswa telah
mendapatkan ilmu mengenai anamnesis dasar dan ilmu
pengetahuan mengenai penyakit-penyakit yang berkaitan
dengan gangguan refleks fisiologis dan patologis.
III. Prosedur
A. PEMERIKSAAN REFLEKS FISIOLOGIS
Yang dimaksud dengan reflek fisiologik adalah muscle stretch
reflexes, yang muncul sebagai akibat rangsangan terhadap tendo atau
periosteum atau kadang - kadang terhadap tulang, sendi, fasia atau
aponeurosis. Reflek tadi seringkali disebut dengan istilah yang keliru,
misalnya reflek tendo atau reflek periosteum. Yang menimbulkan
gerakan reflek sebenarnya adalah muscle stretch, sedang tendo itu
sendiri hanya merupakan tempat dimana rangsangan mudah
diberikan.
1. Dasar pemeriksaan refleks
Alat yang dipergunakan biasa disebut palu refleks (hammer
reflex) yang pada umumnya dibuat dari bahan karet, walaupun
bahan lain dapat pula dipergunakan (gambar 1). Namun demikian
untuk mencapai hasil yang baik, bahan karet yang lunak lebih
umum
dipakai. Bahan tersebut tidak akan menimbulkan rasa nyeri pada
penderita. Rasa nyeri pada pemeriksaan refleks memang harus
dihindari oleh karena akan mempengaruhi hasil pemeriksaan.
b. Chaddock’s sign
1) Cara: pemerika menggores di bawah dan sekitar
maleolus eksterna ke arah lateral dengan palu
refleks ujung tumpul.
2) Reaksi: sama dengan Babinski’s sign.
Gambar 9. Refleks Chaddock
c. Gordon’s sign
1) Cara: pemeriksa menekan otot-otot gastrogknemius
2) Reaksi: sama dengan Babinski’s sign
d. Schaeffer’s sign
1) Cara: pemeriksa menekan tendo Achilles dengan
kuat.
2) Reaksi: sama dengan Babinski’s sign.
f. Rossolimo’s sign
1) Stimulasi dengan mengetukkan palu refleks pada
basis plantar pedis
2) Respon reaksi : plantar fleksi jari dengan cepat
2) Ekstensi Panggul
Penderita berbaring supine. Pemeriksa meletakkan tanga di
bawah panggul dan minta penderita untuk mendorong tangan
pemeriksa. Persarafan pada ekstensi panggul adala nervus
gluteal inferior.
3) Ekstensi lutut
Minta penderita untuk menekuk lutut dengan membentuk 90
derajat. Letakkan satu tangan pemeriksa pada lutut bagian
atas dan tangan yang lainnya memegang pergelangan kaki
penderita. Penderita diminta untuk meluruskan kakinya.
Nervus yang berperan pada gerakan ekstensi lutut adalah
nervis femoralis.
4) Fleksi Lutut
Penderita diminta untuk menekuk lutut 90 derajat dan telapak
kaki mengarah ke bokong. Penderita diminta untuk
mendorong kea rah bokong sendi lutut. Nervus yang berperan
pada gerakan ini adalah nervus sciatic.
Test Tinnel
2) Test Phalen
Selain pemeriksaan inspeksi dan palpasi pada otot yang
dipersarafi N. Medianus (contoh M. Abduktor policis
brevis), pemeriksaan khusus tes Phalen sering digunakan
untuk menegakkan diagnosis jeratan N. Medianus di
terowongan karpal. Kedua telapak tangan pasien
menghadap ke bawah lalu difleksikan di depan dada
sementara punggung tan gan saling menghimpit. Tahan
manuver selama> 1 menit . Hasil positif berupa sensasi
nyeri atau kesemutan yang sesuai dengan persarafan N.
Medianus dan sesuai dengan keluhan sensorik yang
dirasakan pasien.
Test phalen
3) Reverse phalen
Seperti halnya tes Phalen, reverse Phalen test merupakan
tes provokasi jeratan pada N. Medianus di terowongan
karpal. Kedua telapak tangan pasien ditekuk hiperekstensi
di depan dada sementara kedua telapak tangan saling
menghimpit (seperti posisi tangan memberikan salam).
Pasien menahan posisi tersebut selama 1 menit. Hasil
positif berupa sensasi nyeri atau kesemutan yang sesuai
dengan persarafan N. Medianus dan sesuai dengan
keluhan sensorik yang dirasakan pasien
Test reverse phalen
4) Tanda Luthy
Tanda ini terbentuk karena adanya paresis abduksi otot-
otot yang dipersarafi N. Medianus. Pada pemeriksaan ini
dibutuhkan alat bantu botol atau tabung silinder berukuran
kurang lebih sama. Pasien diminta untuk melingkarkan
jari jempol dan jari telunjuk pada botol .
Buku-buku/lipatan kulit antara jari telunjuk dan jempol
yang tidak sempurna melingkari botol menandakan hasil
yang positif.
Tanda Luthy
5) Tanda Froment
Selain pemeriksaan sensorik, pemeriksaan ini membantu
membedakan jeratan pada N. Medianus atau N. UInaris
dengan cara memeriksa kekuatan motoriknya. Pasien
diminta untuk memegang kertas dengan cara
menjepitkannya di antara jempol dan telapak tangan.
Pemeriksa akan menarik kertas tersebut dan pasien
diminta untuk menahannya. Bila pasien tidak dapat
menahan kertas tersebut saat diraih/ ditarik pemeriksa,
maka hal ini menggambarkan kelemahan otot aduktor
policis yang
dipersarafi N. UInaris. Kadang terjadi juga hiperfleksi
pada bagian distal interphalangs ang menggambarkan
kompensasi dari M. Fleksor pollicis longus yang
dipersarafi N. Medianus.
Tanda Froment
6) Tanda Flick
Tanda Flick dilakukan dengan meminta pasien untuk
menjentikkan tangan atau menggerakkan jari-jari mereka.
Pemeriksaan ini dikatakan positif jika keluhan berkurang
atau hilang.
Tanda Flick
7) Tanda Wartenberg
Pada kelemahan N. UInaris, jari kelingking mengalami
kelemahan untuk fleksi karena kelemahan M. Interoseus
palmar IIl. Selain pemeriksaan kekuatan motorik otot
tersebut, tanda Wartenberg sering terlihat pada pasien
dengan jeratan N. Ulnaris Pasien diminta untuk meraih
benda yang berada di dalam kantung celananya. Jari
kelingking pasien sering tertinggal (di luar kantong) saat
tangan pasien meraih benda di dalam kantong celananya.
Hal ini menandakan adanya kelemahan akibat lesi N.
Ulnaris.
Tanda Wartenberg
3) Tes Tinel
Tes tinnel melibatkan ketukan / perkusi ringan di atas
terowongan tarsal berulang kali atau perkusi di bagian
belakang malleolus medialis. Perkusi dilakukan pada
pergelangan kaki bagian medial, dan kaki dalam posisi
dorsofleksi. Tinel sign positif jika parestesia (sensasi mati
rasa atau kesemutan yang menyebar) muncul saat
dilakukan perkusi nervus tibia posterior. Sensitivitas
rendah pada 25% hingga 75%; Spesifisitas adalah 70%
hingga 90%.
4) Tes dorsofleksi-eversi
Tes dilakukan dengan cara pergelangan kaki secara pasif
diposisikan dorsofleksi dan eversi, lalu dipertahankan
selama 10 detik. Gejala nyeri atau paresthesia yang
muncul merupakan tanda positif karena kompresi saraf
tibialis posterior pada posisi ini. Tes ini positif pada 82%
pasien dengan sindrom terowongan tarsal.
-