Document 2
Document 2
JurnalIlmiah
IlmiahPermas:
Permas:Jurnal
JurnalIlmiah
IlmiahSTIKES
STIKESKendal
KendalVolume
Volume99No
No2,2,Hal
Hal95- 102, April
95-102, April2019
2019 ISSN 2089-0834 (Cetak)
Sekolah
SekolahTinggi
TinggiIlmu
IlmuKesehatan
KesehatanKendal
Kendal ISSN 2549-8134 (Online)
ABSTRAK
Efek samping dari hemodialisa ini berupa perubahan psikologis sehingga terjadi kecemasan.
Kecemasan pasien GGK merupakan respon pasien GGK terhadap situasi yang dialami yang
mengancam dan merupakan hal normal yang terjadi yang disertai perkembangan, perubahan,
pengalaman baru, serta dalam menemukan identitas diri dan hidupnya. Tujuan penelitian ini yakni
untuk mengetahui gambaran tingkat kecemasan pasien Gagal Ginjal Kronis yang menjalani
hemodialisa di Kabupaten Semarang. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif, dengan
pendekatan survei. Sampel dalam penelitian ini sejumlah 88 responden,jumlah populasi 124
responden dan menggunakan tekhnikconvenience sampling. Instrumen yang digunakan yakni
kuesioner HRSA untuk kategori tingkat kecemasan. Analisis data yang digunakan adalah analisis
univariat. Hasil penelitian ditemukan bahwa sebagian besar responden mengalami tingkat kecemasan
berat berat sejumlah 30 responden (34,1%).Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai
sumber informasi dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dalam hal penanganan
masalah psikologis yaitu kecemasan pada pasien yang timbul akibat penyakit kronik.
ABSTRACT
The side effects of hemodialysis are psychological changes resulting in anxiety. Anxiety in CRF
patients is the response of CRF patients to a situation that is threatening and is a normal thing that
happens that is accompanied by developments, changes, new experiences, and in finding their identity
and life. The purpose of this study is to describe the anxiety level of patients with chronic kidney
failure who undergo hemodialysis in Semarang Regency. This study uses descriptive design, with a
survey approach. The sample in this study amounted to 88 respondents, the total population was 124
respondents and used the sampling sampling technique. The instrument used was the HRSA
questionnaire for the anxiety level category. The data analysis used is univariate analysis. The results
of the study found that most respondents experienced a severe level of anxiety of 30 respondents
(34.1%) .The results of this study are expected to be used as a source of information in providing
comprehensive nursing care in terms of handling psychological problems, namely anxiety in patients
arising from disease chronic.
95
Jurnal Ilmiah Permas: Jurnal Ilmiah STIKES Kendal Volume 9 No 2, Hal 95 - 102, April 2019
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal
terjadi proses difusi, osmosis, dan ultra filtrasi Kecemasan adalah gejala umum yang muncul
(Sasmita & Hasanah, 2015). Hemodialisis pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani
terbukti efektif mengeluarkan cairan, elektrolit perawatan dialisis, dengan perbandingan lurus
dan sisa metabolisme tubuh, dan terutama pada dengan penurunan kualitas hidup(Ma & Li,
penyakit GGK tahap akhir atau stadium 5. Jika 2016; Macaron et al., 2014; Semaan et al.,
tidak dilakukan terapi pengganti ginjal maka 2018). Dalam sebuah penelitian yang
pasien akan meninggal (Sasmita & Hasanah, dilakukan oleh Macaron et al. (2014), 45%
2015). pasien di ESRD yang menunjukkan gejala
kecemasan dan 50% mengalami depresi tetapi
Ketergantungan pasien terhadap mesin pasien tidak mengetahui gejala mereka dan
hemodialisis seumur hidup yang rutin tidak tahu jika sebenarnya mereka perlu
dilakukan mengakibatkan perubahan peran, menjalani perawatan.
perubahan pekerjaan, kehidupan ekonomi,
kehidupan sosial dan pendapatan yang Kecemasan menurut Sadock, Kaplan, and
mengakibatkan stressor yang dapat Grebb (2010) adalah suatu sinyal yang
menimbulkan kecemasan pada pasien menyadarkan, memperingatkan adanya bahaya
hemodialisis (Farida, 2010). Tinjauan sistemik yang mengancam dan memungkinkan
dan meta-analisis dari studi observasional seseorang mengambil tindakan untuk
menunjukkan bahwa depresi adalah prediktor mengatasi ancaman. Kecemasan pada pasien
signifikan mortalitas pada populasi dialisis yang menjalani hemodialisis memperingatkan
(Ma & Li, 2016). Meskipun ada sangat sedikit adanya ancaman eksternal dan internal; dan
data, dan pernyataan tentang sifat umum memiliki kualitas menyelamatkan hidup.
depresi pada pasien ESRD sering dibuat, Doenges (2010) mengemukakan kecemasan
beberapa penelitian menunjukkan kecemasan pada pasien yang menjalani hemodialisis
juga merupakan kondisi umum yang disebabkan oleh krisis situasional, ancaman
ditemukan pada populasi dialisis (Ma & Li, kematian, dan tidak mengetahui hasil akhir
2016; Semaan et al., 2018).Kombinasi dari dari terapi yang dilakukan tersebut. Hal ini
stresor dan gejala pada dua masalah tersebut, menjadi stresor fisik yang berpengaruh pada
di samping beban kerja yang dimiliki oleh berbagai dimensi kehidupan karena adanya
pasien, semuanya dapat menjadi kontributor keluhan kelemahan fisik.
utama terhadap meningkatnya tingkat depresi
dan kecemasan(Semaan et al., 2018). Perubahan psikologis yang dirasakan dapat
dilihat dari kondisi fisik dan perubahan
Literatur tentang kejadian depresi dan perilaku diantaranya: pasien selalu merasa
kecemasan pada populasi jauh lebih banyak bingung, merasa tidak aman, ketergantungan
dari apa yang ditemukan pada pasien dengan dan menjadi individu yang pasif. Dua pertiga
penyakit ginjal. Data prevalensi kejadian dari pasien yang menjalani terapi dialisis tidak
depresi di Indonesia sebesar 6.1‰ dan pernah kembali pada aktifitas atau pekerjaan
prevalensi ganguan mental emosional seperti sebelum dia menjalani hemodialisis.
(kecemasan) sebesar 9.8‰ (Badan Penelitian Pasien sering mengalami masalah seperti:
dan Pengembangan Kesehatan Departemen kehilangan pekerjaan, penghasilan, kebebasan,
Kesehatan RI, 2018). Data tersebut usia harapan hidup yang menurun dan fungsi
menunjukkan peningkatan dari data tahun seksual sehingga dapat menimbulkan
2013. Data Riset Nasional Kesehatan Dasar kemarahan dan akan mengarah pada suatu
Indonesia juga melaporkan bahwa proporsi kondisi kecemasan sebagai akibat dari
pasien yang sedang/pernah menjalani cuci penyakit sistemik yang mendahuluinya
darah di Indonesia sebesar 19,3% dengan (Fatayati, 2010).Pada pasien gagal ginjal yang
proporsi tertinggi berada di Provinsi DKI sudah sering melakukan hemodialisis tingkat
sebesar 38.7%.Proporsi penderita yang kecemasan lebih ringan, berbeda bengan
pernah/sedang cuci darah di Provinsi Jawa pasien gagal ginjal yang baru pertama kali
Tengah < angka nasional.Hal ini sejalan melakukan hemodialisis akan mengalami
dengan penelitian (Larasati & Hudiyawati, kecemasan yang lebih tinggi (Sasmita &
2018) yang dilakukan pada pasien hemodialisis Hasanah, 2015).
di Surakarta, bahwa terdapat tingkat
kecemasan berat sebesar 35.50% pada pasien Hasil studi pendahuluan yang di lakukan di
yang menjalani hemodialisis. RSUD Ambarawa dangan metode wawancara
yang dilakukan kepada 7 orang memiliki
96
Jurnal Ilmiah Permas: Jurnal Ilmiah STIKES Kendal Volume 9 No 2, Hal 95- 102, April 2019
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal
tingkat kecemasan sedang, pasien yang kesehatan mental lainnya yang dapat
menjalani terapi selama 12-24 bulan mempengaruhi kemampuan menjawab
menunjukkan 1 orang mengalami kecemasan pertanyaan, didiagnosis gagal ginjal akut.
ringan, 2 lainnya mengalami kecemasan Terdapat 21 pasien yang mengalami
sedang dan 1 orang mengalami kecemasan ketergantungan total dan kerusakan mobilitas
berat, sedangkan2 pasien yang telah menjalani fisik, 2 pasien mengalami demensia, 5 pasien
terapi > 24 bulan masing-masing mengalami bukan penduduk Kabupaten Semarang, 3
kecemasan sedang dan ringan. Sebagai pasien baru menjalani dialisis 3 bulan terakhir
kesimpulan, penting untuk mengidentifikasi dan 6 pasien menolak menjadi responden
dengan benar keadaan kecemasan pasien yang penelitian, sehingga responden yang mengikuti
menjalani dialisis sehingga pengobatan yang penelitian sejumlah 88 responden.
tepat dapat dimulai (Cukor et al., 2008).
Ketentuan umum penegakan diagnosis
Pembiaran terhadap kondisi kecemasan dan kecemasan didasarkan pada skala kecemasan
masalah kesehatanmental adalah investasi Hamilton. Melalui instrumen kecemasan HRS-
beban kesehatan yang sangat mahal dengan A (Hamilton Rating Scale for Anxiety) yang
dampak negatif pada tingkat fisik dan terdiri dari 14 poin utama dengan beberapa
psikologis yang mengancam sepanjang daur pilihan jawaban/kondisi yang dialami oleh
hidup pasien (Chilcot, Wellsted, Da Silva- responden.Instrumen HARS memiliki nilai
Gane, & Farrington, 2008). (Ma & Li, 2016); reliabilitas yang tinggi (r=0,6) (Zimmerman et
Macaron et al. (2014)mendukung gagasan ini al., 2017). Sebagai data tambahan,
dengan menyatakan bahwa pengelolaan pengumpulan data pada responden
depresi dan kecemasan dilakukan dengan ditambahkan data umur, jenis kelamin, statu
pendekatan kolaboratif antara tim yang pernikahan, tingkat pendidikan, status
mencakup psikolog, psikiater, atau pekerja pekerjaan, penanggung jawab biaya, riwayat
sosial untuk mengidentifikasi, mendiagnosis dialisis dan mulai pelaksanaan dialisis pertama
secara komprehensif, dan mengobati penyakit- kali.Pengukuran kecemasan dilakukan pada
penyakit ini. Studi saat ini adalah langkah setiap responden 1 jam setelah selesai
pertama dalam memeriksa masalah kecemasan menjalani hemodialisis.
yang dialami pasien yang mengalami
hemodialisis di Kabupaten Semarang, Provinsi Seluruh responden yang bersedia berpartisipasi
Jawa Tengah. Penelitian ini bertujuan untuk pada penelitian ini diambil berdasarkan
mengidentifikasi dampak kecemasan dari kerjasama yang melibatkan perawat
dialisis pada pasien gagal ginjal kronik di penanggung jawab pada unit hemodialisis. Jika
Kabupaten Semarang. Penelitian ini juga dijumpai pasien yang mememnuhi kriteria
berusaha mengidentifikasi pasien dengan penelitian, maka perawat melakukan
risiko peningkatan gejala kecemasan. pendekatan satu per satu dan diberikan
penjelasan mengenai penelitian ini.
METODE Selanjutnya peneliti menjelaskan secara detail
Desain penelitian ini menggunakan desain manfaat dan tujuan keikutsertaan pada
deskriptif dengan pendekatan survey dan penelitian ini, dan jika responden menyetujui,
dilaksanakan di Rumah Sakit yang merawat maka diminta untuk menandatangani lembar
pasien di Kabupaten Semarang pada 88 persetujuan menjadi responden.Pada pasien
penderita gagal ginjal kronik dengan yang mengalami keterbatasan pandangan,
menggunakan tekhnikconvenience sampling. tetapi pasien bersedia menjadi responden,
Seluruh responden telah memenuhi kriteria perawat mendampingi selama pengisian
inklusi dan dijadikan sampel penelitian di kuesioner yang dibagikan. Responden
sepanjang bulan Januari 2018. Kriteria inklusi dilakukan wawancara menggunakan HARS,
pada penelitian ini antara lain usia antara 18-60 dan meminta data demografi. Peneliti
tahun, bertempat tinggal di kabupaten melakukan wawancara kepada seluruh
Semarang, didiagnosis gagal ginjal kronis dan responden untuk menjaga konsistensi dalam
telah menjalani dialisis paling sedikit 6 bulan tahap pengumpulan data. Didapatkan sejumlah
terus menerus, mampu berbahasa Jawa atau 36 pasien yang tidak memenuhi kriteria
Indonesia dengan baik. Kriteria eksklusi penelitian dan peneliti mendapatkan 88 pasien
penelitian ini adalah pasien dengan penyakit sebagai responden penelitian. Data yang telah
gangguan jiwa berat, memiliki ketergantungan terkumpul dilakukan proses editing segera di
total, mengalami dimensia atau penyakit tempat yang sama setelah penelitian selesai.
97
Jurnal Ilmiah Permas: Jurnal Ilmiah STIKES Kendal Volume 9 No 2, Hal 95 - 102, April 2019
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal
Data dianalisis dengan menggunakan software variabel kecemasan dan disajikan dalam
komputer untuk memudahkan bentuk tabel.
penghitungannya. Analisis deskriptif akan
menghitung distribusi frekuensi tentang HASIL
Hasil penelitian disajikan pada tabel berikut:
Tabel 1.
Gambaran ditribusi frekuensi responden berdasarkan tingkat kecemasan
Tingkat kecemasan f %
Tidak ada 11 12.5
Ringan 27 30.7
Sedang 20 22.7
Berat 30 34.1
Berdasarkan tabel 1 dapat diketahui bahwa satu “perasaan ansietas”. Seseorang dengan
kecemasan berat didapatkan sejumlah 34,1%. kecemasan berat cenderung untuk memusatkan
pada sesuatu yang terinci dan spesifik, serta
PEMBAHASAN tidak dapat berfikir tentang hal lain. Orang
Hasil penelitian diketahui responden yang tersebut memerlukan banyak pengarahan untuk
mengalami kecemasan berat sejumlah 34,1%. dapat memusatkan pada suatu area yang lain.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang Berdasarkan kuisioner HRSA didapatkan nilai
dilakukan oleh Luana, Panggabean, Lengkong, maksimum skor yang diperoleh yakni 31 yang
and Christine (2012), menunjukkan tingkat menunjukkan kecemasan berat.Manifestasi
kecemasan berat sebanyak 27,8%.Kecemasan yang muncul pada tingkat ini adalah mengeluh
berat pada pasien hemodialisis sejalan dengan pusing, sakit kepala, tidak dapat tidur
penelitian (Semaan et al., 2018) yang (insomnia), sering kencing, diare, palpitasi,
menemukan kecemasan sebesar 39,6% pasien, lahan persepsi menyempit, tidak mau belajar
dan pasien yang tinggal bersama keluarga secara efektif, berfokus pada dirinya sendiri
mereka memiliki skor kecemasan yang lebih dan keinginan untuk menghilangkan
tinggi daripada mereka yang hidup sendiri (p = kecemasan tinggi, perasaan tidak berdaya,
0,014). bingung dan disorientasi(Van Biesen,
Vanholder, Ernandez, Drewniak, & Luyckx,
Cemas adalah perasaan takut yang tidak jelas 2018). Hal ini sesuai dengan yang terdapat
dan tidak didukung oleh situasi. Ketika merasa dilapangan yakni 56,8% menyatakan perasaan
cemas, individu merasa tidak nyaman atau depresi yang berat berupa hilangnya minat,
takut atau mungkin memiliki firasat akan berkurangnya kesenangan dan hobi, dan sedih.
ditimpa malapetaka padahal ia tidak mengerti
mengapa emosi yang mengancam tersebut Kondisi kecemasan yang dialami oleh seorang
terjadi (Murwani, 2008). Kecemasan menurut individu akan memberikan tanda dan gejala
Sadock et al. (2010)adalah suatu sinyal yang atau manifestasi klinik berupa tanda fisik dan
menyadarkan, memperingatkan adanya bahaya mental. Pada penelitian ini bisa dilihat
yang mengancam dan memungkinkan berdasarkan distribusi kuesioner gejala fisik
seseorang mengambil tindakan untuk dan mental yang dialami penderita gagal ginjal
mengatasi ancaman.Kecemasan pada pasien yang menjalani hemodialisaketegangan di
yang menjalani hemodialisis memperingatkan perasaan cemas dan mengalami firasat buruk
adanya ancaman eksternal dan internal; dan berat sekali 36,4%, dan mengalami
memiliki kualitas menyelamatkan hidup. ketakutanringan 45,5%, gangguan tidur berat
Doenges (2010) mengemukakan kecemasan 62,5%, mengalami depresi ringan 54,5%,
pada pasien yang menjalani hemodialisis gejala somatik otot seperti nyeri, kaku, kedutan
disebabkan oleh krisis situasional, ancaman otot, suara tidak stabil ringan 37,5%, gejala
kematian, dan tidak mengetahui hasil akhir kardiovaskuler seperti berdebar-debar dan
dari terapi yang dilakukan tersebut. nyeri dada 26,1%, gejala respiratori seperti
nafas pendek dan perasaan tercekik berat
Kecemasan berat sangat mengurangi lahan sekali 36,6% ringan, dan tingkah laku pada
persepsi seseorang. Berdasarkan penelitian saat wawancara gelisah, tidak tenang, muka
didapatkan 51,1% responden menjawab tegang menunjukan 28,4% ringan.Kondisi ini
“tingkat berat sekali” pada pertanyaan nomer menunjukansesorang yang mengalami
98
Jurnal Ilmiah Permas: Jurnal Ilmiah STIKES Kendal Volume 9 No 2, Hal 95- 102, April 2019
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal
Gilbertson, E. L., Krishnasamy, R., Foote, C., Sasmita, D., & Hasanah, O. (2015). Hubungan
Kennard, A. L., Jardine, M. J., & Gray, antara Tingkat Kecemasan
N. A. (2018). Burden of Care and Denganstrategi Kopingpasien Gagal
Quality of Life Among Caregivers for Ginjal Kronik yang Menjalani
Adults Receiving Maintenance Dialysis: Hemodialisis. Jurnal Online Mahasiswa
A Systematic Review. American Journal Program Studi Ilmu Keperawatan
of Kidney Diseases. Universitas Riau, 2(2), 1014-1023.
100
Jurnal Ilmiah Permas: Jurnal Ilmiah STIKES Kendal Volume 9 No 2, Hal 95- 102, April 2019
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal
101
Jurnal Ilmiah Permas: Jurnal Ilmiah STIKES Kendal Volume 9 No 2, Hal 95 - 102, April 2019
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal
102