Anda di halaman 1dari 139

LAPORAN MANAJEMEN RUMAH SAKIT TNI AU TK IV

LANUD SAM RATULANGI

Pembimbing:
drg. Vonny N. S. Wowor, MKes

Disusun Oleh:
Claudya Mundung, SKG (18014103018)
Dwi Suci R. Muchyar, SKG (18014103032)
Tanindy M. Sipayung, SKG (18014103025)
Vena Fernanda, SKG (18014102027)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
MANADO
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat penyertaanNya

kami mahasiswa profesi gelombang 16B dapat menyelesaikan observasi dan

laporan “Manajemen Rumah Sakit TNI AU TK IV Lanud Sam Ratulangi”.

Pembuatan laporan ini yakni sebagai salah satu syarat untuk pemenuhan

tugas dan juga membantu instansi rumah sakit tersebut. Dalam hal ini membantu

hal-hal yang kurang dan perlu untuk diperbaiki di Rumah Sakit TNI AU Tk IV

Lanud Sam Ratulangi.

Kami menyadari observasi dan penyusunan laporan ini tidak akan berjalan

jika tanpa bimbingan dari penanggung jawab bagian IKGM-P, kepala rumah sakit

dan bagian poli gigi serta seluruh staf yang ada di Rumah Sakit TNI AU Tk IV

Lanud Sam Ratulangi. Ucapan terima kasih yang hanya bisa kami berikan dan

biarlah laporan ini bisa bermanfaat untuk kita semua dan semoga Tuhan Yang

Maha Esa senantiasa melimpahkan rahmat-Nya.

Manado, Januari 2020

Gelombang 16B

i
DAFTAR ISI

Halaman

Kata Pengantar ....................................................................................................i

Daftar Isi..............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .............................................................................................1

B. Rumusan Masalah ........................................................................................4

C. Tujuan Penelitian .........................................................................................4

D. Manfaat Penelitian .......................................................................................5

BAB II LANDASAN TEORI

A. Manajemen Pelayanan Rumah Sakit ...........................................................6

B. Manajemen Sistem Informasi ......................................................................30

C. Manajemen Pembiayaan Rumah Sakit ........................................................31

D. Manajemen Pelayanan Kedokteran Gigi......................................................38

E. Manajemen Praktik Kedokteran Gigi ..........................................................43

BAB III HASIL OBSERVASI

A. Manajemen Organisasi Tata Laksana dan Profil RS ...................................25

B. Manajemen SDM RS TNI AU Lanud Sam Ratulangi .................................35

C. SIMRS RS TNI AU Lanud Sam Ratulangi .................................................36

D. Manajemen Sistem Pembiayaan Kesehatan di RS .......................................39

E. Manajemen Sistem Pelayanan Kesehatan di RS ..........................................82

F. Manajemen Praktik Kedokteran Gigi di RS ................................................93

ii
BAB IV ANALISIS

A. Analisis Manajemen Organisasi Tata Laksana dan Profil RS .....................98

B. Analisis Manajemen SDM di RS AU Lanud Sam Ratulangi ......................99

C. Analisis SIMRS RS TNI AU Lanud Sam Ratulangi ...................................101

D. Analisis Manajemen Sistem Pembiayaan Kesehatan di RS TNI .................105

E. Analisis Manajemen Sistem Pelayanan Kesehatan di RS TNI ....................106

F. Analisis Manajemen Praktik Kedokteran Gigi di RS TNI...........................110

BAB V KESEMIPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ..................................................................................................115

B. Saran ............................................................................................................115

DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................116

Lampiran .............................................................................................................117

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut WHO (World Health Organization), rumah sakit adalah bagian

integral dari suatu organisasi sosial dan kesehatan dengan fungsi menyediakan

pelayanan paripurna (komprehensif), penyembuhan penyakit (kuratif) dan

pencegahan penyakit (preventif) kepada masyarakat. Rumah sakit juga merupakan

pusat pelatihan bagi tenaga kesehatan dan pusat penelitian medik. Berdasarkan

undang-undang No. 44 Tahun 2009 tentang rumah sakit, yang dimaksudkan

dengan rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan

pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan

rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.

Pasal 29b menyebutkan bahwa rumah sakit wajib memberikan pelayanan

kesehatan yang aman, bermutu, anti diskriminasi dan efektif dengan

mengutamakan kepentingan pasien sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit,

kemudian pada Pasal 40 ayat (1) disebutkan bahwa dalam upaya peningkatan

mutu pelayanan rumah sakit wajib dilakukan akreditasi secara berkala minimal

tiga tahun sekali. Dari undang-undang tersebut diatas akreditasi rumah sakit

penting untuk dilakukan dengan alasan agar mutu dan kualitas diintegrasikan dan

dibudayakan ke dalam sistem pelayanan di rumah sakit.

Sejarah awal Rumah Sakit TNI AU TK IV Lanud Sam Ratulangi dimulai

pada tahun 1985, berdasarkan keputusan KASAU NO. Kep/29/III/-1985 tanggal

1
11 Maret 1985. Status satuan kesehatan telah di ubah menjadi Rumah Sakit

Tingkat IV, namun pada saat itu sarana prasarana masih merupakan kondisi Seksi

Kesehatan. Pengembangan usulan Rumah Sakit dalam pengadaan Unit Gawat

Darurat telah di ajukan pada tanggal 30 April 1988 melalui Pangkalan TNI Sam

Ratulangi ke Direktur Kesehatan TNI AU Jakarta tertanggal 24 Februari 1989.

Rumah Sakit TNI AU TK IV Lanud Sam Ratulangi merupakan rumah sakit

tipe C dengan lokasi yang terletak di Kelurahan Lapangan, Kecamatan Mapanget,

Provinsi Sulawesi Utara. Bangunan ini menempati areal tanah seluas 13.545 m2

dengan luas bangunan 6.033 m2. Berikut ini merupakan data dasar Rumah Sakit

TNI AU TK IV Lanud Sam Ratulangi, berkepemilikan TNI Angkatan Udara.

Struktur organisasi yang digunakan sesuai dengan Peraturan Presiden nomor

77 tahun 2015 dengan sususnan Karumkit yang bertugas kepala rumah sakit;

Sesrumkit yang bertugas untuk membantu

Pelayanan yang bermutu bukan hanya pada pelayanan medis saja, tetapi juga

pada penyelenggaraan rekam medis yang menjadi salah satu indikator mutu

pelayanan rumah sakit yang dapat diketahui melalui kelengkapan pengisian rekam

medis. Rekam medis merupakan berkas yang berisikan catatan dan dokumen

tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain

yang telah diberikan kepada pasien. Pemanfaatan rekam medis dapat dipakai

sebagai pemeliharaan kesehatan dan pengobatan pasien, alat bukti dalam proses

penegakan hukum, keperluan pendidikan dan penelitian, dasar pembayar biaya

pelayanan kesehatan dan data statistik kesehatan. Sesuai dengan standar akreditasi

2
rumah sakit, sebagai bagian peningkatan kinerja, rumah sakit secara teratur

melakukan penilaian terhadap isi dan kelengkapan berkas medis pasien.

Dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat banyak hal yang

perlu diperhatikan. Salah satu yang dianggap mempunyai peranan yang penting

adalah penyelenggaraan pelayanan kesehatan. Sesuai dengan peraturan Undang-

Undang No. 23 Tahun 1999 tentang Pelayanan Kesehatan, agar penyelenggaraan

pelayanan kesehatan dapat mencapai tujuan yang diinginkan maka pelayanan

harus memenuhi berbagai syarat diantaranya; tersedia dan berkesinambungan,

dapat diterima dan wajar, mudah dicapai, mudah dijangkau, dan bermutu.

Dalam menjalankan peran di bidang pemberian jasa layanan kesehatan gigi

dan mulut dalam hal ini praktik dokter gigi, sarana-sarana jasa layanan praktik

dokter gigi dari layanan kesehatan primer yang paling dekat dengan masyarakat,

misalnya Puskesmas, klinik pribadi, klinik bersama hingga layanan tingkat rumah

sakit perlu dikelola dengan optimal dan dalam hal ini sangat dibutuhkan suatu

sistem manajemen yang baik agar tujuan pelayanan kesehatan gigi dan mulut

dapat tercapai.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana organisasi tata laksana dan profil Rumah Sakit TNI AU TK IV

Lanud Sam Ratulangi?

2. Bagaimana manajemen sumber daya manusia Rumah Sakit TNI AU TK IV

Lanud Sam Ratulangi?

3
3. Bagaimana sistem informasi manajemen Rumah Sakit TNI AU TK IV Lanud

Sam Ratulangi?

4. Bagaimana manajemen pembiayaan Rumah Sakit TNI AU TK IV Lanud Sam

Ratulangi?

5. Bagaimana manajemen pelayanan kesehatan di Rumah Sakit TNI AU TK IV

Lanud Sam Ratulangi?

6. Bagaimana manajemen praktik kedpkteran gigi Rumah Sakit TNI AU TK IV

Lanud Sam Ratulangi?

C. Tujuan Penelitian

1. Memahami organisasi tata laksana dan profil Rumah Sakit TNI AU TK IV

Lanud Sam Ratulangi.

2. Menganalisa manajemen sumber daya manusia Rumah Sakit TNI AU TK IV

Lanud Sam Ratulangi.

3. Menganalisa informasi Rumah Sakit TNI AU TK IV Lanud Sam Ratulangi.

4. Menganalisa manajemen pembiayaan Rumah Sakit TNI AU TK IV Lanud

Sam Ratulangi.

5. Menganalisa manajemen pelayanan Rumah Sakit TNI AU TK IV Lanud Sam

Ratulangi.

6. Menganalisa manajemen praktik kedokteran gigi Rumah Sakit TNI AU TK

IV Lanud Sam Ratulangi.

4
D. Manfaat Penelitian

1. Dapat mengetahui manajemen pelayanan kedokteran gigi yang efisien, efektif

serta sesuai dengan prinsip ergonomis sehingga tercapai pelayanan yang

maksimal dan bermutu bagi masyarakat di Rumah Sakit TNI AU TK IV

Lanud Sam Ratulangi.

2. Penelitian ini sebagai informasi dalam perbaikan manajemen praktik di

Rumah Sakit TNI AU TK IV Lanud Sam Ratulangi. Khususnya dalam

perbaikan manajemen praktik di Poli Gigi Rumah Sakit TNI AU TK IV

Lanud Sam Ratulangi.

5
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Manajemen Pelayanan Rumah Sakit

Rumah sakit sebagai salah satu subsistem pelayanan kesehatan

menyelenggarakan dua jenis pelayanan untuk masyarakat yaitu pelayanan

kesahatan dan pelayanan administrasi. Pelayanan kesehatan mencakup pelayanan

medik, pelayanan penunjang medik, rehabilitasi medik dan pelayanan perawatan.

Pelayanan tersebut dilaksanakan melalui unit gawat darurat, unit rawat jalan, dan

unit rawat inap.

Pelayanan kesehatan di RS saat ini tidak saja bersifat kuratif (penyembuhan),

tetapi juga bersifat pemulihan (rehabilitatif). Keduanya dilaksanakan secara

terpadu melalui upaya promosi kesehatan (promotif) dan pencegahan (preventif).

Dengan demikian, sasaran pelayanan kesehatan RS bukan hanya untuk individu

pasien, tetapi juga berkembang untuk keluarga pasien dan masyarakat umum.

Fokus perhatiannya memang pasien yang datang atau yang dirawat sebagai

individu dan bagian dari keluarga. Atas dasar sikap seperti itu pelayanan

kesehatan di RS merupakan pelayanan kesehatan yang paripurna (komperhensif

dan holistik).

Pelayanan RS di Indonesia saat ini sudah bersifat padat modal, padat karya,

dan padat teknologi dalam menghadapi persaingan global. Dalam hal rujukan

medik, RS juga diandalkan untuk memberikan pengayoman medik (pusat rujukan)

untuk pusat-pusat pelayanan yang ada di wilayah kerjanya. Sifat pengayoman

6
sangat erat kaitannya dengan klasifikasi Rumah Sakit. Ada empat jenis RS

berdasarkan klasifikasi perumahsakitan di Indonesia yaitu kelas A, B, C, dan D.

Kelas RS yang lebih tinggi (A) mengayomi kelas Rumah Sakit yang lebih rendah

dan mempunyai pengayoman wilayah yang lebih luas. Pengayoman dilaksanakan

melalui dua sistem rujukan yaitu sistem rujukan kesehatan (berkaitan dengan

upaya promotif dan preventif seperti bantuan teknologi, bantuan sarana dan

operasionalnya) dan rujukan medik (berkaitan dengan pelayanan yang bersifat

kuratif dan rehabilitatif).

Berubahnya RS kelas A dan B menjadi RS seadanya, bahkan ada yang

menjadi Perusahaan Jawatan (Perjan), menejemen klasik RS di Indonesia sudah

pasti mengalami perubahan. Perubahan dalam hal peningkatan profesionalisme

staf, tersedianya peralatan yang lebih canggih, dan lebih sempurnanya sistem

administrasi RS yang akan bermanfaat untuk peningkatan mutu pelayanan

kesehatan RS

1. Jenis Rumah Sakit di Indonesia

Di Indonesia dikenal tiga jenis RS sesuai dengan kepemilikan, jenis

pelayanan dan kelasnya. Berdasarkan kepemilikannya, dibedakan tiga macam RS

yaitu RS Pemerintah (RS Pusat, RS Propinsi, RS Kabupaten), RS BUMN/ABRI,

dan RS Swasta yang menggunakan dana investasi dari sumbar dalam negeri

(PMDN) dan sumber luar negeri (PMA). Jenis RS yang kedua adalah RS Umum,

RS Jiwa, RS Khusus (mata, paru, kusta, rehabilitasi, jantung, kanker, dsb). Jenis

RS yang ketiga adalah RS kelas A, kelas B (pendidikan dan non-pendidikan), RS

7
kelas C dan RS kelas D (Kepmenkes No.51 Menkes/SK/II/1979). Pemerintah

sudah meningkatkan status semua RS Kabupaten menjadi kelas C.

Kelas RS juga dibedakan berdasarkan jenis pelayanan yang tersedia. Pada RS

kelas A tersedia pelayanan spesialistik yang luas termasuk spesialistik. RS kelas B

mempunyai pelayanan minimal sebelas spesialistik dan subspesialistik terdaftar.

RS kelas C mempunyai minimal empat spesialistik dasar (bedah, penyakit dalam,

kebidanan, dan anak). Di RS kelas D hanya terdapat pelayanan medis dasar.

Keputusan Menteri Kesehatan No.134 Menkes/SK/IV/78 Th.1978 tentang

susunan organisasi dan tata kerja Rumah Sakit Umum di Indonesia antara lain

a. Pasal 1 : Rumah Sakit Umum adalah organisasi di lingkungan

Departemen Kesehatan yang berada di bawah dan bertanggung jawab

langsung kepada Dirjen Yan Medik.

b. Pasal 2 : Rumah Sakit Umum mempunyai tugas melaksanakan

pelayanan kesehatan (caring) dan penyembuhan (curing) penderita serta

pemulihan keadaan cacat badan dan jiwa (rehabilitation).

c. Pasal 3 : Untuk menyelenggarakan tugas tersebut RS mempunyai fungsi :

1) Melaksanakan usaha pelayanan medik

2) Melaksanakan usaha rehabilitasi medik

3) Usaha pencegahan komplikasi penyakit dan peningkatan pemulihan

kesehatan

4) Melaksanakan usaha perawatan

5) Melaksanakan usaha pendidikan dan latihan medis dan paramedis

6) Melaksanakan sistem rujukan

8
7) Sebagai tempat penelitian

d. Pasal 4 : RS Umum yang dimaksud dalam keputusan ini adalah RS

kelas A, kelas B, kelas C.

1) RS Umum kelas A adalah RSU yang melaksanakan pelayanan

kesehatan yang spesialistik dan subspesialistik yang luas

2) RS Umum kelas B adalah RSU yang melaksanakan pelayanan

kesehatan spesialistik yang luas.

3) RS Umum kelas C adalah RSU yang melaksanakan pelayanan

kesehatan spesialistik paling sedikit empat spesialis dasar yaitu:

Penyakit Dalam, Penyakit Bedah, Penyakit Kebidanan/Kandungan,

dan Kesehatan Anak.

2. Susunan Organisasi Rumah Sakit di Indonesia

Untuk Rumah Sakit Umum kelas A, susunan organisasinya diatur sesuai

dengan SK Menkes No. 543/VI/1994 adalah sebagai berikut.

a. Direktur

b. Wakil Direktur yang terdiri dari:

c. Wadir Pelayanan Medik dan Keperawatan

d. Wadir Penunjang Medik dan Instalasi

e. Wadir Umum dan Keuangan

f. Wadir komite Medik

Tiap-tiap Wadir diberikan tanggung jawab dan wewenang mengatur beberapa

bidang/bagian pelayanan dan keperawatan serta instalasi. Instalasi RS diberikan

tugas untuk menyiapkan fasilitas agar pelayanan medik dan keperawatan dapat

9
terlaksana dengan baik. Instalasi RS dipimpin oleh seorang kepala yang diberikan

jabatan non struktural. Beberapa jenis instalasi RS yang ada pada RS kelas A

adalah instalasi rawat jalan, rawat darurat, rawat inap, rawat intensif, bedah

sentral, farmasi, patologi klinik, patologi anatomi, gizi, laboratorium,

perpustakaan, pemeliharaan sarana rumah sakit (PSRS), pemulasaran jenazah,

sterilisasi sentral, pengamanan dan ketertiban lingkungan, dan binatu.

Komite Medik (KM) juga diberikan jabatan nonstruktural yang fungsinya

menghimpun anggota yang terdiri dari para kepala Staf Medik Fungsional (SMF).

KM diberikan dua tugas utama yaitu menyusun standar pelayanan mediks dan

memberikan pertimbangan kepada direktur dalam hal:

a. Pembinaan, pengawasan dan penelitian mutu palayanan medis, hak-hak

klinis khusus lepada SMF, program pelayanan medis, pendidikan dan

pelatihan (diklat), serta penelitian dan pengembangan (litbang).

b. Pembinaan tenaga medis dan bertanggung jawab terhadap pelaksanaan

etika profesi.

Semua kepala SMF diangkat oleh Dirjen Yan. Medik Depkes RI berdasarkan

usulan dari Direktur RS. Dengan mengkaji struktur organisasi dan tugas-tugas

pokok RS, dapat dibayangkan bahwa manajemen sebuah RS hampir mirip dengan

manajemen hotel. Yang berbeda, tujuan mereka yang berkunjung dan jenis

pelayanannya. Masyarakat yang berkunjung ke RS bertujuan untuk memperoleh

pelayanan medis karena kejadian sakit yang dideritanya, sedangkan mereka yang

berkunjung ke hotel adalah untuk bersenag-senang.

10
Pembentukan KM di RS sangat diperlukan untuk membantu tugas-tugas

direktur RS dalam menjaga mutu dan etika pelayanan RS. KM dibentuk

berdasarkan SK Dirjen Yan. Medik Depkes RI sesuai dengan usul Direktur RS.

Masa kerja Wadir KM adalah tiga tahun. Di bawah Wadir KM terdapat panitia

infeksi nasokomial, panitia rekam medis, farmasi da terapi, audit medik, dan etika.

SMF yang menggantikan UPF (Unit Pelaksanaan Fungsional) terdiri dari dokter

umum, dokter gigi, dokter spesialis, dan dokter subspesialis.

Mereka mempunyai tugas pokok menegakkan diagnosis, memberikan

pengobatan, pencegahan penyakit, peningkatan dan pemulihan kesehatan,

penyuluhan, pelatihan dan penelitian pengembangan pelayanan medis. Untuk RS

kelas A jumlah SMF yang dimiliki minimal 15 buah yakni (1) Bedah (2)

Kesehatan Anak (3) Kebidanan dan Penyakit Kandungan (4) Penyakit Dalam (5)

Penyakit Saraf (6) Penyakit Kulit dan Kelamin (7) THT (8) Gigi dan Mulut (9)

Mata (10) Radiologi (11) Patologi Klinik (12) Patologi Anatomi (13) Kedokteran

Kehakiman (14) Rehabilitasi Medik (15) Anestesi.

Masing-masing Wadir juga dilengkapi sekretariat khusus dan bidang-bidang

yang dibagi lagi menjadi subbagian dan seksi (sesuai dengan SK Menkes No.

134).

Susunan RSU kelas B hampir sama dengan kelas A. Bedanya hanya terletak pada

jumlah dan jenis-jenis masing-masing SMF. Untuk RSU kelasB tidak ada

subspesialisasinya.

Susunan organisasi RS kelas C dan D lebih sederhana jika dibandingkan

dengan kelas A dab B. Di sini tidak ada wakil direktur, tetapi dilengkapi dengan

11
staf khusus yang mengurus administrasi. Kondisi ini berpengaruh pada jenis

pelayanan medis dan jumlah staf profesional (medis dan paramedis) yang

dipekerjakan pada tiap-tiap RS ini. Secara umum, jenis kebutuhan masyarakat

akan pelayanan kesehatan juga akan ikut menentukan peningkatan kelas sebuah

RS di suatu wilayah, terutama yang berlokasi di ibu kota provinsi.

Rumah Sakit kelas C adalah rumah sakit yang mampu memberikan pelayanan

kedokteran subspesialis terbatas. Terdapat empat macam pelayanan spesialis

disediakan yakni pelayanan penyakit dalam, pelayanan bedah, pelayanan

kesehatan anak, serta pelayanan kebidanan dan kandungan. Direncanakan rumah

sakit tipe C ini akan didirikan di setiap kabupaten/kota (regency hospital) yang

menampung pelayanan rujukan dari puskesmas. Kualifikasi rumah sakit tipe C :

a. Medik :

1) 9 dokter umum untuk pelayanan medik dasar

2) 2 dokter gigi umum untuk pelayanan medik gigi mulut

3) 2 dokter spesialis untuk setiap jenis pelayanan medik spesialis dasar

4) 1 dokter spesialis untuk septiap jenis pelayanan medik sepsialis

penunjang

5) 1 dokter gigi untuk setiap jenis pelayanan medik spesilis gigi mulut

b. Kefarmasian :

1) 1 Apoteker sbg kepala instalasi farmasi

2) 2 Apoteker di Rawat Jalan dibantu 4 tenaga teknis farmasi

3) 4 Apoteker di rawat inap dibantu 4 tenaga teknis farmasi

4) 1 Apoteker koordinator penerimaan, distribusi, dan produksi

12
c. Keparawatan :

1) Dihitung dengan perbandingan 2 perawat utk 3 tempat tidur

2) Kualifikasi & kompetensi disesuaikan dengan keb. RS

3) Tenaga kesehatan dan Non kes : disesuaikan dengan keb. Rumah

sakit

3. Penerapan Manajemen Rumah Sakit

Rumah sakit perlu menerapkan sistem manajemen yang berorientasi pada

kepuasan pelanggan. Untuk itu rumah sakit di Indonesia harus menciptakan

kinerja yang unggul. Kinerja yang unggul atau Performance Excellence

merupakan salah satu faktor utama yang harus diupayakan oleh setiap organisasi

untuk memenangkan persaingan global, begitu juga oleh perusahaan penyedia jasa

pelayanan kesehatan.

Untuk memenuhi tuntutan masyarakat tersebut, di setiap kota besar seperti

Jakarta banyak sekali usaha rumah sakit dengan kualitas pelayanan dan peralatan

medis yang prima dapat kita temukan di setiap sudut kota, sehingga masyarakat

konsumen yang tadinya harus ke luar negeri demi servis dan kualitas dokter yang

prima, sekarang tidak perlu lagi ke luar negeri.

Dalam usaha peningkatan kualitas pelayanan terhadap konsumen, rumah sakit

berusaha untuk mempunyai tenaga dokter ahli yang tetap, sekaligus

memperkerjakan dokter waktu dan dokter kontrak. Bahkan di beberapa rumah

sakit di kota besar seperti Jakarta dapat kita jumpai pelayanan Unit Gawat Darurat

(UGD) yang ditangani oleh dokter tetap maupun dokter kontrak.

13
Bahkan ada rumah sakit yang menyediakan tempat dan sarana lengkap seperti

laboratorium dengan tenaga analis, radiologi dan tempat perawatan yang serba

lengkap. Sedangkan untuk tenaga dokternya mereka mengambil dokter-dokter

spesialis yang terkenal dan pengelola rumah sakit menganggap dokter spesialis

dan pasiennya sebagai “customer” mereka.

Kriteria penilaian/pengukuran kinerja yang dimiliki oleh MBNQA juga dapat

digunakan oleh industri jasa pelayanan kesehatan, yang disebut dengan

Performance Excellence for Health Care based on MBNQA. Kriteria dari

Performance Excellence for Health Care based on MBNQA terdiri dari 7 kategori,

yaitu: Health Care Results, Patient -and Other Customer- Focused Results,

Financial and Market Results, Staff and Work System Results, Organizational

Effectiveness Results, Governance and Social Responsibility Results.

Dengan penerapan sistem manajemen mutu secara menyeluruh dan model

pengukuran tepat maka perusahaan akan menjadi perusahaan kelas dunia yang

siap memenangkan persaingan. Dalam penerapannya, manajemen di rumah sakit

dapat dilihat dari fungsi perencanaan rumah sakit dan fungsi pergerakan dan

pelaksanaan rumah sakit.

3. Alur Pelayanan Rumah Sakit Tipe C dan D Sesuai Pedoman Teknis

Perumahsakitan Kemenkes RI

Gambar 1. Alur Farmasi

14
Gambar 2. Alur IGD

Gambar 3. Alur Laboratorium

15
Gambar 4. Alur Pasien

4. Sistem Rujukan Rumah Sakit

Sistem rujukan adalah suatu jaringan sistem pelayanan kesehatan yang

mungkin terjadinya penyerahan tanggungjawab secara timbal balik atas timbulnya

suatu masalah dari suatu kasus atau masalah kesehatan masyarakat baik secara

horizontal, kepada yang lebih kompeten, terjangkau dan dilakukan secara rasional.

Sistem rujukan dapat berjalan secara vertikal maupun horizontal. Secara

vertikal dalam arti rujukan dari unit yang terkecil atau berkemampuan kurang

kepada unit yang lebih mampu.Secara horizontal dalam arti rujukan antar unit

yang setingkat kemampuannya. Tata cara melakukan rujukan meliputi

mendiagnosa pasien, komunikasi dengan tempat rujukan, membuat surat

pengantar rujukan, menyiapkan transportasi, merujuk pasien dengan

mendampinginya, menyerahkan tanggung jawab ke pihak rumah sakit, penerima


16
rujukan bertanggungjawab atas pelayanan lanjutan dan penerima rujukan wajib

memberitahu perkembangan pasien setelah memberikan pelayanan kesehatan, hal

ini telah diatur melalui Permenkes No. 1 tahun 2012. Macam dan Sistem Rujukan

a. Sistem rujukan menurut asas penyelenggaraan Puskesmas No 128 Tahun

2004 dibagi menjadi.

1) Rujukan upaya kesehatan perorangan, yang pada dasarnya

menyangkut masalah medik perorangan yang antara lain meliputi :

2) Rujukan kasus untuk keperluan diagnostik, pengobatan, tindakan

operasional dan lain-lain.

3) Rujukam bahan (spesimen) untuk pemeriksaan laboratorium klinik

yang lebih lengkap.

4) Rujukan ilmu pengetahuan antara lain dengan mendatangkan atau

mengirim tenaga yang lebih kompeten atau ahli untuk melakukan

tindakan, memberi pelayanan, ahli pengetahuan dan teknologi dalam

meningkatkan kualitas pelayanan.

b. Rujukan upaya kesehatan masyarakat pada dasarnya menyangkut

masalah kesehatan masyarakat yang meluas meliputi:

1) Rujukan sarana dan logistik, antara lain bantuan laboratorium dan

teknologi kesehatan.

2) Rujukan tenaga dalam bentuk antara lain dukungan tenaga ahli untuk

penyidikan sebab serta asal usul penyakit atau kejadian luar biasa

17
suatu penyakit serta penanggulangannya pada bencana alam,

gangguan kamtibmas, dan lain-lain.

3) Rujukan operasional berupa antara lain bantuan obat, vaksin, pangan

pada saat terjadi bencana, pemeriksaan bahan (specimen) bila terjadi

keracunan massal pemeriksaan air minum penduduk dan sebaginya.

c. Sistem rujukan menurut tata hubungannya dibagi menjadi :

1) Rujukan internal, adalah rujukan horizontal yang terjadi antar unit

pelayanan di dalam institusi tersebut. Misalnya dari jejaring

Puskesmas (Puskesmas Pembantu) ke Puskesmas induk.

2) Rujukan eksternal, adalah rujukan yang terjadi antar unit unit dalam

jenjang pelayanan kesehatan, baik horizontal (dari Puskesmas rawat

jalan ke Puskesmas rawat inap) maupun vertikal (dari Puskesmas ke

rumah sakit umum daerah).

d. Sistem rujukan menurut lingkup pelayanannya dibagi menjadi:

1) Rujukan Medis

i. Konsultasi penderita, untuk keperluan diagnostik, pengobatan,

tindakan operatif dan lain-lain.

ii. Pengiriman bahan (spesimen) untuk pemeriksaan laboratorium

yang lebih lengkap.

iii. Mendatangkan atau mengirim tenaga yang lebih kompeten atau

ahli untuk meningkatkan mutu pelayanan pengobatan setempat.

2) Rujukan Kesehatan

18
i. Rujukan yang menyangkut masalah kesehatan masyarakat yang

bersifat preventif dan promotif, yang antara lain meliputi

bantuan.

ii. Survei epidemilogi dan pemberatasan penyakit atas kejadian

luar biasa atau berjangkitnya penyakit menular.

iii. Pemberian pangan atas terjadinya kelaparan di suatu wilayah.

iv. Penyidikan sebab keracunan, bantuan teknologi penanggulangan

keracunan dan bantuan obat-obatan atas terjadinya keracunan

massal.

v. Pemberian makanan, tempat tinggal dan obat-obatan untuk

pengungsian atas terjadinya bencana alam.

vi. Saran dan teknologi untuk penyediaa air bersih atas masalah

kekurangan air bersih bagi masyarakat umum.

vii. Pemeriksaan spesimen air di Laboratorium Kesehatan dan

sebagainya.

5. Sistem Rekam Medis

a. Pengertian Rekam Medik

Rekam medik merupakan dokumen yang menunjukkan kesinambungan

perawatan atau pengobatan yang diberikan, dokumen yang memperlihatkan

komunikasi antara dokter-penanggungjawab pasien dengan dokter konsultan

atau tenaga kesehatan lainnya, dan sebagai dokumen otorisasi atau pemberian

kewenangan pasien kepada tenaga medis atau kesehatan untuk melakukan

tindakan medis.

19
Menurut Huffman yang di kutip oleh Dahlan Susilo (2010) rekam medik

adalah himpunan fakta-fakta yang berhubungan dengan riwayat hidup dan

kesehatan tentang seorang pasien tersebut yang ditulis oleh profesional di

bidang kesehatan yang berhubungan dengan riwayat hidup dan kesehatan

tentang seorang pasien tersebut yang ditulis oleh profesional di bidang

kesehatan. Dalam Pasal 46 ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia

Nomor 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran, yang dimaksud dengan

rekam medik adalah berkas yang berisi catatan dan dokumen tentang identitas

pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang telah

diberikan kepada pasien.

Dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 749/Menkes/Per/XII/1989

tentang Rekam Medik dijelaskan bahwa rekam medik adalah berkas yang

berisikan catatan dan dokumen identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan,

tindakan dan pelayanan lain kepada pasien pada sarana pelayanan kesehatan.

b. Peran dan Manfaat Rekam Medik

1) Peran Rekam Medis

Rekam medis yang baik adalah rekam medik yang memuat semua

informasi yang dibutuhkan, baik yang diperoleh dari pasien, pemikiran

dokter, pemeriksaan dan tindakan dokter, komunikasi antar tenaga medis

atau kesehatan dan yang lainnya. Berikut merupakan peran rekam medik

secara umum:

i. Dapat digunakan sebagai alat pembuktian adanya kelainan medis.

20
ii. Untuk membuktikan bahwa seluruh proses penanganan dan tindakan

medis yang dilakukan dokter dan tenaga kesehatan lainnya sesuai

dengan standar profesi dan standar prosedur operasional atau berarti

bahwa kelalaian medis tersebut tidak terjadi.

2) Manfaat Rekam Medik

Ada beberapa pendapat tentang manfaat rekam medik. Di bawah ini

adalah manfaat rekam medik menurut Gibony (1991) yang disingkat

sebagai ALFRED:

i. Adminstratlve value, yaitu rekam medik merupakan rekaman

data administratif pelayanan kesehatan.

ii. Legal value, yaitu rekam medis dapat.dijadikan bahan

pembuktian di pengadilan.

iii. Financial value, yaitu rekam medik dapat dijadikan dasar untuk

perincian biaya pelayanan kesehatan yang harus dibayar oleh

pasien.

iv. Research value, yaitu data rekam medik dapat dijadikan bahan

untuk penelitian dalam lapangan kedokteran, keperawatan dan

kesehatan.

v. Education value, yaitu rekam medik sebagai sebuah instrumen

untuk proses pembelajaran baik bagi rumah sakit maupun bagi

peserta pendidikan. Data atau informasi perkembangan

kronologis dan kegiatan pelayanan medik kepada pasien dapat

dijadikan referensi pengajaran.

21
vi. Documentation value, yaitu rekam medik bermanfaat sebagai

sumber data dan informasi yang harus didokumentasi sebagai

bahan pertanggungjawaban dan laporan Rumah Sakit.

c. Rekam Medik Pada Kedokteran Gigi

1) Pengertian Rekam Medik Gigi

Rekam medik gigi atau yang sering juga disebut sebagai dental

record memiliki landasan untuk tanggungjawab etik dan kelegalan pada

perawatan pasien. Pada umumnya dental record merupakan suatu arsip

resmi, yang menyimpan semua hal menyangkut tentang informasi

diagnosis, catatan klinis, prosedur perawatan, termasuk instruksi pasca

perawatan dan informed consent.

2) Tujuan Rekam Medik Gigi

Adapun tujuan khusus dari penggunaan rekam medik gigi yaitu:

i. Sebagai dasar untuk menentukan tindakan yang akan dilakukan

pada kunjungan berikutnya.

ii. Catatan mengenai keadaan umum pasien yang perlu

diperhatikan, yang perlu dipertimbangkan dalam keputusan

perawatan atau pengobatan.

iii. Gambaran mengenai kondisi kesehatan gigi pasien secara

keseluruhan.

3) Manfaat Rekam Medik Gigi

Apabila rekam medik gigi dapat dijaga dengan baik, akan memiliki

banyak manfaat yaitu:

22
i. Catatan rekam medik sangat penting untuk perawatan gigi yang

baik, untuk memastikan kelangsungan dan kelengkapan layanan

perawatan.

ii. Catatan yang baik memungkinkan pemantauan kesehatan gigi

dan mulut pasien dan juga dapat digunakan untuk membantu

motivasi pasien untuk membantu perawatan preventif terhadap

kesehatan gigi dan mulut.

iii. Membantu dalam memantau keberhasilan maupun kegagalan

perawatan yang dilakukan.

iv. Sebuah dental record yang akurat dapat berfungsi melindungi

dokter gigi dalam hal gugatan malpraktik.

v. Membantu komunikasi dengan praktisi lain yang mungkin

diperlukan untuk memberikan perawatan kepada pasien.

vi. Dapat menjadi salah satu alat untuk keperluan identifikasi

forensik.

4) Isi Rekam Medik Kedokteran Gigi

Dalam rekam medik gigi, data-data penting yang perlu dicatat,

dirangkum dalam blangko rekam medik gigi sehingga berfungsi

sebagai check list agar selalu dapat diperiksa sehingga tidak

terlewatkan, antara lain:

i. Identitas Pasien

Data identitas pasien cukup di isi sekali saja pada saat pasien

pertama kali datang, atau jika saat datang keluhannya perlu

23
ditangani secara cukup diisi nama dan alamat saja, data lainnya

dilengkapi sesegera mungkin pada kunjungan kedua. Data

disesuaikan jika ada perubahan seperti pindah alamat, dan

sebagainya. Data Identitas pasien dalam Rekam Medik Gigi

minimal berisi:

a) Nomor file (administrasi dokter gigi yang bersnagkutan)

b) Tanggal pembuatan status

c) Nama

d) Jenis kelamin

e) Tempat dan tanggal lahir/umur

f) Alamat rumah, nomor telepon rumah dan handphone

g) Pekerjaan

h) Alamat kantir, nomor telepon kantor

ii. Keadaan Umum Pasien

Data keadaan umum pasien diperlukan sebagai catatan yang

penting diperhatikan dalam melakukan tindakan yang

berhubungan dengan kondisi medik pasien secara umum. Data

ini sebaiknya diletakkan segera setelah identitas pasien agar

dapat terlihat oleh dokter sebelum merawat atau menuliskan

resep. Data keadaan umum pasien dalam Rekam Medik Gigi

minimal berisi:

a) Golongan darah

b) Tekanan darah normal (adakah kelainan tekanan darah)

24
c) Adakah kelainan hemofilia

d) Adakah kelainan jantung

e) Adakah penyakit diabetes

f) Adakah alergi terhadap makanan tertentu

g) Adakah alergi terhadapa makanan tertentu

h) Adakah penyakit-penyakit tertentu, seperti hepatitis atau

HIV

iii. Odontogram

Pemeriksaan terhadap seluruh keadaan gigi dan mulut pasien

dilakukan dan dicatatkan pada kunjungan pertama atau

kesempatan pertama sehingga memberikan gambaran keadaan

secara keseluruhan. Data ini disamping penting untuk membuat

rencana perawatan kedokteran gigi secara menyeluruh, juga

sangat berharga sebagai data untuk keperluan identifikasi jika

diperlukan sewaktu-waktu. Odontogram selalu ditempatkan

pada bagian awal dari lembar rekam medik gigi, setelah data

identitas pasien dan data keadaan umum pasien. Selanjutnya

baru diikuti oleh lembar data perawatan kedokteran gigi yang

dilakukan. Setelah pengisian pertama, maka pembuatan

odontogram diulangi atau dilengkapi:

a) Setiap satu tahun

b) Setiap kedatangan untuk kontrol

c) Jika pasien akan pindah kota/dokter gigi

25
d) Jika sebelum satu tahun sudah sangat banyak restorasi

permanen yang dilakukan

Pada odontogram berisi data8:

a) Tanggal pemeriksaan untuk odontogram

b) Gambar denah gigi (odontogram)

c) Hubungan oklusi

d) Ada atau tidaknya torus palatinus, torus mandibularis

e) Tipe langit-langit mulut (palatum): dalam/sedang/rendah

f) Ada atau tidaknya gigi berlebih (supernumerary)

g) Ada atau tidaknya diastema sentral

h) Adakah anomali atau ciri-ciri lainnya

iv. Data Perawatan Kedokteran Gigi

Data perawatan kedokteran gigi yang dilakukan dicatat pada

setiap kunjungan secara teliti. Data perawatan kedokteran gigi

berisi:

a) Tanggal kunjungan

b) Gigi yang dirawat

c) Keluhan dan diagnosa

d) Tindakan yang dilakukan

e) Paraf dokter gigi (hal ini penting terutama jika yang

mengerjakan tidak hanya satu dokter gigi )

f) Rontgen foto, intra oral digital foto jika ada.

26
Rekam medik kedokteran gigi adalah suatu dokumentasi yang sistematis

mengenai riwayat perawatan kesehatan gigi seorang pasien oleh saranan

pelayanan kesehatan. Dokumentasi ini dapat berupa informasi yang lengkap

dan akurat.

d. Sistem Penomoran Rekam Medis

i. Pemberian nomor cara seri

Pemberian nomor cara seri dikenal dengan nama Serial

Numbering System (SNS) adalah suatu sistem penomoran dimana

setiap penderita yang berkunjung ke rumah sakit atau puskesmas

selalu mendapat nomor yang baru. Pada sistem ini, KIB dan KIUP

tidak diperlukan karena seorang pasien dapat memiliki lebih dari

satu nomor rekam medis.

Keuntungan menggunakan sistem ini yaitu petugas mudah

mengerjakan. Sedangkan kerugiannya yaitu, membutuhkan waktu

lama dalam mencari dokumen rekam medis lama, informasi

pelayanan klinis menjadi tidak berkesinambungan, dan banyak

menggunakan formulir.

ii. Pemberian nomor cara unit

Pemberian nomor cara unit atau dikenal dengan Unit Numbering

System (UNS) adalah suatu sistem penomoran dimana sistem ini

memberikan satu nomor rekam medis pada pasien berobat jalan

maupun pasien rawat inap dan gawat darurat serta bayi baru lahir.

Setiap pasien yang berkunjung mendapat satu nomor pada saat

27
pertama kali pasien datang ke rumah sakit atau puskesmas, dan

digunakan selamanya pada kunjungan berikutnya. Maka dokumen

rekam medis pasien tersebut hanya tersimpan didalam satu folder

dibawah satu nomor.

Kelebihan pada sistem ini adalah informasi klinis dapat

berkesinambungan karena semua data dan informasi mengenai

pasien dan pelayanan yang diberikan berada dalam satu folder.

Dengan demikian maka KIUP sebagai indeks utama pasien yang

disimpan ditempat pendaftaran dan KIB yang diberikan pasien akan

sangat diperlukan.

Kekurangannya adalah pelayanan pendaftaran pasien yang

pernah berkunjung atau sebagai pasien lama akan lebih lama

dibanding cara SNS. Tapi kekurangan ini dapat diatasi dengan cara

membuat dua loket yaitu loket untuk pasien baru dan pasien lama.

Untuk loket pasien lama dibedakan menjadi dua lagi, yaitu untuk

pasien lama yang membawa KIB dan pasien lama yang tidak

membawa KIB.

iii. Pemberian nomor cara seri unit

Pemberian nomor cara seri unit atau dikenal Serial Unit

Numbering System (SUNS) adalah suatu sistem pemberian nomor

dengan cara penggabungan sistem seri dan sistem unit. Dimana

setiap pasien datang berkunjung ke rumah sakit atau puskesmas

diberikan nomor baru dengan dokumen rekam medis baru.

28
Kemudian setelah selesai pelayanan, berdasarkan nomor rekam

medis pada dokumen rekam medis tersebut dicari di KIUP untuk

memastikan pasien tersebut pernah berkunjung atau tidak.

Bila ditemukan dalam KIUP berarti pasien tersebut pernah

berkunjung dan memiliki dokumen rekam medis lama. Selanjutnya

dokumen rekam medis lama dicari di filing, setelah ditemukan

dokumen rekam medis baru dan lama dijadikan satu, dan yang

menjadi patokan nomor rekam medis adalah nomor yang lama.

Sedang nomor baru diberikan lagi ke pasien yang lain. Kelebihan

sistem ini yaitu pelayanan menjadi lebih cepat karena semua pasien

dianggap pasien baru. Sedangkan kekurangannya yaitu, petugas

menjadi lebih repot setelah selesai pelayanan, informasi klinis

menjadi tidak berkesinambungan.

Sistem penomoran yang baik adalah dianjurkan sistem unit, karena

memiliki kelebihan yaitu:

a. Semua rekam medis pasien memiliki satu nomor yang tersimpan

dalam satu folder.

b. Secara tepat memberikan informasi kepada klinis dan manajemen,

satu gambaran yang lengkap mengenai riwayat penyakit dan

pengobatan seorang pasien.

c. Menghilangkan kerepotan mencari dan mengumpulkan rekam medis

seorang pasien yang terpisah pisah dalam sistem seri.

29
d. Menghilangkan kerepotan mengambil rekam medis, untuk disimpan

ke nomor baru dalam seri unit.

B. Manajemen Sistem Informasi

Menurut Abdul Kadir (2003) sistem informasi manajemen (SIM) adalah

sistem informasi yang digunakan untuk menyajikan informasi yang digunakan

untuk operasi, manajemen, dan untuk pengambilan keputusan dalam sebuah

organisasi. Biasanya, SIM menyediakan informasi untuk operasi menurut Haag

(2000) SIM juga sering disebut sebagai sistem peringatan manajemen karena

sistem ini memberikan peringatan kepada pemakai (umumnya manajemen)

terhadap masalah maupun peluang. SIM menggunakan perangkat keras, dan

perangkat lunak komputer, prosedur pedoman, model manajemen dan keputusan

dan sebuah “database”. SIM dapat mendukung fungsi operasi, manajemen dan

pengambilan keputusan.

Sistem informasi manajemen digambarkan sebagai sebuah bangunan

piramida dimana lapisan dasrnya terdiri dari informasi untuk pengolahan

transaksi, penjelasan status, dan sebagainya. Lapisan berikutnya terdiri dari

sumber-sumber informasi dalam mendukung operasi manajemen sehari-hari.

Lapisan ketiga terdiri dari sumber daya sistem informasi untuk membantu

perencanaan taktis dan pengambilan keputusan untuk pengendalian manajemen,

dan lapisan puncak terdiri dari sumber daya informasi untuk mendukung

perencanaan dan perumusan kebijakan oleh manajemen tingkat puncak.

30
Sistem informasi memiliki tiga elemen utama, yaitu data yang menyediakan

informasi, prosedur yang memberitahu pengguna bagaimana mengoperasikan

sistem informasi, dan orang-orang yang membuat produk, menyelesaikan

masalah, membuat keputusan, dan menggunakan sistem informasi tersebut.

Orang-orang dalam sistem informasi membuat prosedur untuk mengolah dan

memanipulasi data sehingga menghasilkan informasi dan menyebarkan informasi

tersebut ke lingkungan.

Suatu SIM dapat dioperasionalisasi bila terdapat 3 unsur penting, yaitu:

1) Hardware (Perangkat Keras), terdiri dari: Komputer dan peralatannya,

jaringan komunikasi seperti modem, telepon dan lain-lain.

2) Software (Perangkat Lunak), terdiri dari program yang menjalankan

proses kerja pada komputer.

3) Brainware, merupakan unsur manusia yang menjalankan SIM.

SIMRS (Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit) merupakan himpunan

atau kegiatan dan prosedur yang terorganisasikan dan saling berkaitan serta saling

ketergantungan dan dirancang sesuai dengan rencana dalam usaha menyajikan

informasi yang akurat, tepat waktu dan sesuai kebutuhan guna menunjang proses

fungsi-fungsi manajemen dan pengambilan keputusan dalam memberikan

pelayanan kesehatan di RumahSakit.

C. Manajemen Pembiayaan Rumah Sakit

Cakupan Pelayanan BPJS Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama

1. Rawat Jalan Tingkat Lanjutan

31
a. Administrasi pelayanan; meliputi biaya administrasi pendaftaran

peserta untuk berobat, penerbitan surat eligilibitas peserta,

termasuk pembuatan kartu pasien.

b. Pemeriksaan, pengobatan dan konsultasi spesialistik oleh dokter

spesialis dan sub spesialis;

c. Tindakan medis, spesialistik sesuai dengan indikasi medis

d. Pelayananan obat dan bahan medis habis pakai

e. Pelayanan alat kesehatan

f. Pelayaan penunjang diagnostik lanjutan sesuai dengan indikasi medis

g. Rehabilitasi medis

h. Pelayanan darah

i. Pelayanan kedokteran forensik klinik meliputi pembuatan visum et

repertum atau surat keterangan medik berdasarkan pemeriksaan forensic

orang hidup dan pemeriksaan psikiatri forensik, dan

j. Pelayanan jenazah terbatas hanya bagi peserta meninggal dunia pasca

rawat inap di fasilitasi kesehatan yang bekerja sama dengan BPJS tempat

pasien dirawat berupa pemulasaran jenazah dan tidak termasuk peti mati.

2. Rawat Inap Tingkat Lanjutan

Cakupan pelayanan rawat inap tingkat lanjutan adalah sesuai dengan seluruh

cakupan pelayanan di RJTL dengan tambahan akomodasi yaitu perawatan inap

non intensif dan perawatan inap intensif dengan hak kelas perawatan sebagaimana

berikut;

a. Ruang perawatan kelas III bagi:

32
1) Peserta PBI Jaminan Kesehatan; dan

2) Peserta pekerja bukan penerima upah dan peserta bukan pekerja

yang membayar iuran untuk manfaat pelayanan diruangan perawatan

kelas III.

b. Ruang perawatan kelas II bagi;

1) Pegawai Negeri Sipil dan penerima pension Pegawai Negara Sipil

golongan ruang I dan golongan ruang II beserta anggota

keluarganya.

2) Anggota TNI dan penerima pensiun Anggota TNI yang setara

Pegawai Negara Sipil golongan ruang I dan golongan ruang II

beserta anggota keluarganya.

3) Anggota polri dan penerima pensiun anggota polri yang setara

Pegawai Negara Sipil golongan ruang I dan golongan ruang II

beserta anggota keluarganya.

4) Peserta pekerja penerima upah dan pegawai pemerintah non pegawai

negeri dengan gaji atau upah sampai dengan 1,5 (satu koma lima)

kali penghasilan tidak kena pajak dengan status kawin dengan 1

(satu) anak, beserta anggota keluarganya; dan

5) Peserta pekerja bukan penerima upah dan peserta bukan pekerja

yang membayar iuran untuk manfaat pelayanan di ruang perawatan

kelas III.

c. Ruang perwatan kelas I bagi:

1) Pejabat Negara dan anggota keluarganya

33
2) Pegawai Negeri Sipil dan penerima pensiun pegawai negeri sipil

golongan ruang III dan golongan ruang IV beserta anggota

keluarganya;

3) Aggota TNI dan penerima pensiun anggota TNI yang setara Pegawai

Negeri Sipil golongan ruang III dan golongan ruang IV beserta

anggota keluarganya;

4) Anggota polri dan penerima pensiun anggota polri yang setara

Pegawai Negeri Sipil golongan ruang III dan golongan ruang IV

beserta anggota keluarganya.

5) Veteran dan perintis kemerdekaan beserta anggota keluarganya.

6) Janda, duda atau anak yatim piatu dari veteran atau perintis

kemerdekaan.

7) Peserta pekerja penerima upah dan pegawai pemerintah non pegawai

negeri dengan gaji atau upah di atas 1,5 (satu koma lima) sampai

dengan 2 (dua) kali penghasilan tidak kena pajak dengan status

kawin dengan 1 (satu) anak, beserta anggota keluarganya, dan

8) Peserta pekerja bukan penerima upah dan peserta bukan pekerja

yang membayar iuran untuk manfaat pelayanan di ruang perawat

kelas I.

3. Alat kesehatan diluar paket INA CBG’s

a. Tarif dari luar paket INA CBG’s adalah besaran pembayaran klaim oleh

BPJS kesehatan kepada fasilitas kesehatan tingkat lanjutan atas alat

kesehatan yang digunakan secara tidak permanen diluar tubuh pasien.

34
b. Alat kesehatan di luar paket INA CBG’s ditagihkan langsung oleh

fasilitas kesehatan ke BPJS kesehatan.

c. Alat kesehatan diuar paket INA CBG’s adalah pelayanan yang dibatasi,

yaitu:

1) Pelayanan diberikan atas indikasi medis,

2) Adanya plafon maksimal harga alat kesehatan

3) Adanya batasan waktu pengambilan alat kesehatan

d. Jenis alat kesehatan di luar paket INA CBG’s adalah sebagai berikut:

1) Kacamata

2) Alat bantu dengar

3) Protesa alat gerak

4) Protesa gigi

5) Korset tulang belakang

6) Collar neck

7) Kruk

e. Tarif alat kesehatan diluar paket INA CBG’s sebagaimana peraturan

yang berlaku.

Tabel 5. Daftar Kode Penyakit Gigi Dan Mulut


NO. DIAGNOSIS PENYAKIT KODE ICD-10
1. Supernumerary/paramolar/mesiodens K.00.1
2. Persistensi gigi/perforasi radix K.00.6
3. Embedded/gigi terbenam bukan karena gigi lain K.01.0
4. Impacted/gigi terbenam karena terhalang gigi lain K.01.1
5. Karies email K.02.0

35
6. Karies dentin K.02.1
7. Karies Sementum K.02.2
8. Atrisi Gigi K.03.0
9. Abrasi Gigi K.03.1
10. Granuloma gigi/resorbsi patologis K.03.3
11. Hipersementosis K.03.4
12. Kalkulus subgingival / supragingival K.03.6
13. Pulpitis Reversibel/ Irreversibel K.04.0
14. Gangren Pulpa/Gangren Radix/Gigi nonvital K.04.1
15. Apikal Periodontitis Akut K.04.4
16. Apikal Periodontitis Kronis K.04.5
17. Abses periapikal dengan sinus K.04.6
18. Abses periapikal tanpa melibatkan sinus K.04.7
19. Kista radicular K.04.8
20. Gingivitis Akut K.05.0
21. Gingivitis Kronis K.05.1
22. Periodontitis Akut/Perikoronitis Akut K.05.2
Periodontal abses/Gumboil
23. Periodontitis Kronis/Perikoronitis kronis K.05.3
24. Periodontitis karena kalkulus K.05.6
25. Resesi Gingiva K.06.0
26. Pembengkakan gingival K.06.1
27. Epulis/kelainan pada gingival K.06.8
28. Crowding/ Diastema/ malposisi gigi K.07.3
29. Kelainan sendi temporomandibular K.07.6
30. Akar yang tertinggal /retained dental root K.08.3
31. Dry Socket K.10.3
32. Stomatitis/Sariawan K.12.0

36
4. Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)

Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) merupakan bagian dari Sistem Jaminan

Sosial Nasional (SJSN) yang diselenggarakan dengan menggunakan mekanisme

asuransi kesehatan sosial yang bersifat wajib (mandatory) berdasarkan Undang –

Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang SJSN, dengan tujuan untuk memenuhi

kebutuhan dasar kesehatan masyarakat yang layak yang diberikan kepada setiap

orang yang telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh pemerintah.

Awalnya, JKN diberikan secara beragam kepada beberapa kalangan masyarakat

sesuai status kepegawaian atau kondisi keuangannya. Adapun beberapa contoh

JKN pada masa lalu adalah:

a. ASKES bagi Pegawai Negeri dan Tentara

b. JAMSOSTEK bagi Pegawai Swasta

c. JAMKESMAS/JAMKESDA/JAMKESKOT bagi masyarakat tidak

mampu yang menyerahkan surat keterangan tidak mampu dari kelurahan

setempat.

Per 1 Januari 2014, produk jaminan kesehata nasional dilebur menjadi satu,

yaitu menjadi program layanan jaminan kesehatan yang diselenggarakan oleh

Badan Penyelenggaran Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan. Semua penduduk

Indonesia wajib menjadi peserta jaminan kesehatan yang dikelola oleh BPJS

termasuk orang asing yang telah bekerja paling singkat enam bulan di Indonesia

dan telah membayar iuran. Peserta BPJS Kesehatan dibagi menjadi 2 kelompok

yaitu:

a. Penerima Bantuan Iuran (PBI) Jaminan Kesehatan

37
Penerima Bantuan Iuran (PBI) adalah peserta Jaminan Kesehatan bagi

fakir miskin dan orang tidak mampu sebagaimana diamanatkan

UUSJSN yang iurannya dibayari pemerintah sebagai peserta program

Jaminan Kesehatan. Peserta PBI adalah fakir miskin yang ditetapkan

oleh pemerintah dan diatur melalui Peraturan Pemerintah.

b. Bukan Penerima Bantuan Iuran (non-PBI)

Jaminan Kesehatan Peserta non-PBI Jaminan Kesehatan merupakan

golongan masyarakat mampu yang dapat membayar iuran secara mandiri

ataupun dibayarkan oleh pemberi kerja (untuk pekerja penerima upah).

D. Manajemen Pelayanan Kedokteran Gigi

Kegiatan pelayanan kesehatan secara paripurna diatur dalam Pasal 52 ayat (2)

UU Kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), yaitu:

1. Pelayanan kesehatan promotif, suatu kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan

pelayanan kesehatan yang lebih mengutamakan kegiatan yang bersifat

promosi kesehatan.

2. Pelayanan kesehatan preventif, suatu kegiatan pencegahan terhadap suatu

masalah kesehatan/penyakit.

3. Pelayanan kesehatan kuratif, suatu kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan

pengobatan yang ditujukan untuk penyembuhan penyakit, pengurangan

penderitaan akibat penyakit, pengendalian penyakit, pengendalian kecacatan

agar kualitas penderita dapat terjaga seoptimal mungkin.

38
4. Pelayanan kesehatan rehabilitatif, kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan

untuk mengembalikan bekas penderita ke dalam masyarakat sehingga dapat

berfungsi lagi sebagai anggota masyarakat yang berguna untuk dirinya dan

masyarakat, semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuannya.

Berdasarkan uraian di atas, pelayanan kesehatan yang diselenggarakan di

Puskesmas, klinik, dan rumah sakit diatur secara umum dalam UU Kesehatan,

dalam Pasal 54 ayat (1) UU Kesehatan berbunyi bahwa penyelenggaraan

pelayanan kesehatan dilaksanakan secara bertanggung jawab, aman, bermutu,

serta merata dan nondiskriminatif. Dalam hal ini setiap orang atau pasien dapat

memperoleh kegiatan pelayanan kesehatan secara profesional, aman, bermutu,

anti diskriminasi dan efektif serta lebih mendahulukan pertolongan keselamatan

nyawa pasien dibanding kepentingan lainnya.

Pelayanan kegiatan kesehatan yang dapat diperoleh mulai dari tingkat

Puskesmas, rumah sakit umum/swasta, klinik dan institusi pelayanan kesehatan

lainnya sangat diharapkan kontribusinya agar lebih optimal dan maksimal.

Masyarakat atau pasien dalam hal ini menuntut pihak pelayanan kesehatan yang

baik dari beberapa institusi penyelenggara di atas agar kinerjanya dapat dirasakan

oleh pasien dan keluarganya, dilain pihak pemerintah belum dapat menerapkan

aturan pelayanan kesehatan secara tepat, sebagaimana yang diharapkan karena

adanya keterbatasan- keterbatasan. Untuk meningkatkan pelayanan kesehatan

dibutuhkan tenaga kesehatan yang baik, terampil dan fasilitas rumah sakit yang

baik, tetapi tidak semua institusi pelayanan medis tersebut memenuhi kriteria ter

sebut, sehingga meningkatkan kerumitan sistem pelayanan kesehatan dewasa ini.

39
2. Alur Pasien

a. Prosedur alur pelayanan pasien Poli Gigi

1) Pasien masuk ke Poli Gigi.

2) Petugas melakukan anamnesa.

3) Petugas melakukan pemeriksaan fisik/klinis.

4) Petugas menegakkan diagnosa dan rencana perawatan.

5) Petugas melakukan rujukan ke pelayanan kesehatan yang lebih

tinggi dan memiliki fasilitas kesehatan yang memadai jika tidak

dapat ditangani.

6) Petugas melakukan rujukan ke unit terkait apabila diperlukan.

7) Petugas melakukan tindakan/perawatan/DHE sesuai dengan kasus.

8) Petugas menyampaikan instruksi post tindakan.

9) Petugas menyerahkan resep kepada pasien bila diperlukan.

10) Pasien pulang.

b. Pihak yang Terlibat

Seiring dengan makin kompleksnya pelayanan kedokteran gigi, profesi di

bidang ini turut ikut berkembang. Bila dahulu cukup hanya dokter gigi

saja yang memberikan pelayanan, kini di negara-negara maju seperti

Amerika Serikat, pelayanan diberikan oleh sebuah tim yang terdiri dari

dentist, dental hygienist, dental assistant, dan dental technician. Dentist

adalah dokter gigi yang memberikan pelayanan kedokteran gigi. Dental

hygienist bertugas mengisi Rekam Medis, serta melakukan tindakan

kedokteran gigi pencegahan seperti membersihkan karang gigi secara

40
mandiri. Dental assistant bertugas sebagai asisten yang membantu dokter

gigi mengambil alat, menyiapkan bahan, mengontrol saliva,

membersihkan mulut, serta mengatur cahaya lampu selama suatu

prosedur perawatan sedang dilakukan. Dental technician bekerja di

laboratorium, membuat protesa dan alat bantu yang akan dipasang di

mulut pasien.

Di Indonesia kondisinya sedikit berbeda, hanya dikenal 2 profesi kesehatan

gigi diluar dokter gigi yaitu perawat gigi dan tekniker gigi. Perawat gigi bertugas

seperti dental assistant dan dental hygienist, sedangkan Tekniker Gigi bertugas

sama seperti dental technician. Pada saat suatu pelayanan kedokteran gigi

dilakukan hanya akan ada 2 orang yang berada disekitar pasien yaitu dokter gigi

dan perawat gigi. Tugas kedua orang ini berbeda namun saling mendukung, ini

kemudian melahirkan istilah Four Handed Dentistry.

Konsep Four Handed Dentistry telah diadopsi oleh para produser pembuatan

dental unit, sehingga saat ini seluruh dental unit yang dibuat selalu dilengkapi

dengan sisi dental asistant disebelah kiri pasien.Oleh karena itulah konsep Four

Handed Dentistry menjadi dasar dalam desain tata letak penempatan alat

kedokteran gigi.

3. Pembiayaan

Sistem pembiayaan merupakan suatu hubungan antara berbagai pihak yang

terlibat di dalam sektor kesehatan (khususnya rumah sakit) atas dasar prinsip

ekonomi dan sosial.

Menurut William O. Cleverly dalam tulisannya tentang Financial Enviroment

41
of Health Care Organization, yang dikutip oleh Zulfendri, yaitu mengenai sumber

dan pengalokasian pembiayaan kesehatan di Indonesia dapat digambarkan sebagai

berikut:

Penyelenggaraan /
Supplier Unit Pelayanan Community
Kesehatan

Gambar 5. Sumber dan Pengalokasian Pembiayaan

Adapun masyarakat akan membayar jasa pelayanan kesehatan tersebut, yang

mana sistem pembayaran dapat membayar sendiri atau asuransi. Secara garis

besar di dalam sistem pembiayaan terdapat berbagai sumber, sebagai berikut :

a. Pemerintah pusat, yang dikelola/terkait oleh Departemen Kesehatan

adalah dari:

1) Anggaran Pembangunan Sektoral (DIP)

2) Anggaran Rutin (DIK)

b. Bantuan Pembangunan Sarana Kesehatan (INPRES)

1) Subsidi Bantuan Biaya Operasional (SBBO) Rumah Sakit

2) Pemerintah daerah tingkat – I/Propinsi. Berasal dari;

c. Anggaran Pembangunan Daerah TK – I (DIPDA Tk.I.)

Anggaran rutin daerah tingkat – I (DIKDA Tingkat I).

d. Anggaran Pembangunan Daerah Tingkat – II (DIPDA Tk.II.)

Anggaran rutin daerah tingkat – II (DIKDA Tingkat II).

Khusus BUMN Departemen Kesehatan (Kimia Farmasi, Indo

Farma),pembiayaanproduksi obat. Jika bantuan berasal dari luar negeri,

42
antara lain berasal dari WHO, UNICEF serta pinjaman luar negeri dan

lain sebagainya. Pembiayaan kesehatan oleh masyarakat/swasta dapat

dirincikan sebagai berikut :

1) Pengeluaran rumah tangga untuk pembiayaan kesehatan (out of

pocket atau direct payment), biaya ini digunakan untuk membiayai

pelayanan kesehatan atau operasional rumah sakit.

2) Pembiayaan oleh perusahaan swasta dan BUMN non DEPKES

untuk membiayai para karyawannya, biaya digunakan untuk

membiayai pelayanan atau operasional rumah sakit.

3) Pembiayaan melalui asuransi kesehatan, yaitu BPJS, Asabri dan Jasa

Raharja.

E. Manajemen Praktik Kedokteran Gigi

1. Ketersediaan alat dan bahan

Persyaratan peralatan Poli Gigi menurut Permenkes No 75 Tahun 2014 ialah

sebagai berikut :

Tabel 1. Standar minimal peralatan dan bahan di poli gigi

Jumlah Minimal Peralatan


Kesehatan
No Jenis Peralatan
Non Rawat
Rawat Inap
Inap
I. Set Kesehatan Gigi Dan Mulut

1. Atraumatic Restorative Treatment (ART) 1 Buah 1 Buah


 Enamel Access Cutter 1 Buah 1 Buah
 Eksavator Berbentuk Sendok Ukuran Kecil 1 Buah 1 Buah

(Spoon Excavator Small)
 43
 Eksavator Berbentuk Sendok Ukuran Sedang 1 Buah 1 Buah

 (Spoon Excavator
Eksavator Sendok Ukuran Besar 1 Buah
Medium)
Berbentuk 1 Buah

 Double
(Spoon Excavator Large)
Ended Applier and Carver 1 Buah 1 Buah
 Spatula Plastic 1 Buah 1 Buah
 Hatchet 1 Buah 1 Buah
 Batu Asah 1 Buah 1 Buah
2. Bein Lurus Besar 1 Buah 1 Buah
3. Bein Lurus Kecil 1 Buah 1 Buah
Bor Intan (Diamond Bur Assorted) untuk Air Jet 1 Set
4. 1 Set
Handpiece (Kecepatan Tinggi) (Round, Inverted dan
5. Bor Intan Contra Angle Handpiece Convetional 1 Set 1 Set
Fissure)
6. (Kecepatan Berujung
Ekskavator Rendah) (Round, Inverted Dan Fissure)
Dua (Besar) 5 Buah 5 Buah
7. Ekskavator Berujung Dua (Kecil) 5 Buah 5 Buah
8. Gunting Operasi Gusi (Wagner) (12 cm) 1 Buah 1 Buah
9. Handpiece Contra Angle 1 Buah 1 Buah
10. Handpiece Straight 1 Buah 1 Buah
11. Kaca Mulut Datar No.4 Tanpa Tangkai 5 Buah 5 Buah
12. Klem/Pemegang Jarum Jahit (Mathieu Standar) 1 Buah 1 Buah
13. Set Kursi Gigi Elektrik yang terdiri dari :
 Kursi Gigi 2 Buah 2 Buah
 Cuspidor Unit 2 Buah 2 Buah
 Meja Instrument 2 Buah 2 Buah
 Foot Controller untuk Handpiece 2 Buah 2 Buah
 Kompresor Oilless 1 PK 2 Buah 2 Buah
14. Jarum Exterpasi 1 Set 1 Set
15. Jarum K-File (15-40) 1 Set 1 Set
16. Jarum K-File (45-80) 1 Set 1 Set
17. Light Curing 1 Buah 1 Buah
18 Micromotor Dengan Straight dan Contra Angle 1 Buah 1 Buah

19. HandpieceJari
Pelindung (Low Speed Micromotor Portable) 1 Buah 1 Buah
20. Pemegang Matriks (Matrix Holder) 1 Buah 1 Buah
21. Penahan Lidah 1 Buah 1 Buah
22. Pengungkit Akat Gigi Kanan Distal (Cryer Distal) 1 Buah 1 Buah
23. Pengungkit Akar Gigi Kanan Mesial (Cryer Mesial) 1 Buah 1 Buah
24. Penumpat Plastis 1 Buah 1 Buah
25. Periodontal Probe 1 Buah 1 Buah
26. Penumpat Semen Berujung Dua 1 Buah 1 Buah
27. Pinset Gigi 5 Buah 5buah
28. Polishing Bur 1 set 1 set

44
29. Skeler Standar, Bentuk Cangkul Kiri (Type Chisel / 1 Buah 1 Buah

Mesial)Standar, Bentuk Cangkul Kanan (Type Chisel / 1 Buah


30. Skeler 1 Buah

31. Mesial)
Skeler Standar, Bentuk Tombak (Type Chisel 1 Buah 1 Buah
32. Skeler Standar, Black Kiri dan Kanan (Type Chisel / 1 Buah 1 Buah
/Mesial)
Mesial)Standar, Black Kiri dan Kiri (Type Chisel / 1 Buah
33. Skeler 1 Buah

34. Mesial)
Skeler Ultrasonik 1 Buah 1 Buah
35. Sonde Lengkung 5 Buah 5 Buah
36. Sonde Lurus 5 Buah 5 Buah
37. Spatula Pengaduk Semen 1 Buah 1 Buah
38. Spatula Pengaduk Semen Ionomer 1 Buah 1 Buah
39. Set Tang Pencabutan Dewasa (Set)
 Tang Gigi Anterior Rahang Atas Dewasa 1 Buah 1 Buah
 Tang Gigi Premolar Rahang Atas 1 Buah 1 Buah
 Tang Gigi Molar Kanan Rahang Atas 1 Buah 1 Buah
 Tang Gigi Molar Kiri Rahang Atas 1 Buah 1 Buah
 Tang Molar 3 Rahang Atas 1 Buah 1 Buah
 Tang Sisa Akar Gigi Anterior Rahang Atas 1 Buah 1 Buah

 Tang Sisa Akar Gigi Posterior Rahang Atas 1 Buah 1 Buah


 Tang Gigi Anterior Dan Premolar Rahang Bawah 1 Buah 1 Buah
 Tang Gigi Molar Rahang Bawah Kanan / Kiri 1 Buah 1 Buah
 Tang Gigi Molar 3 Rahang Bawah 1 Buah 1 Buah
 Tang Sisa Akar Rahang Bawah 1 Buah 1 Buah
40. Set Tang Pencabutan Gigi Anak
 Tang Gigi Anterior Rahang Atas 1 Buah 1 Buah
 Tang Molar Rahang Atas 1 Buah 1 Buah
 Tang Molar Susu Rahang Atas 1 Buah 1 Buah
 Tang Sisa Akar Rahang Atas 1 Buah 1 Buah
 Tang Gigi Anterior Rahang Bawah 1 Buah 1 Buah
 Tang Molar Rahang Bawah 1 Buah 1 Buah
 Tang Sisa Akar Rahang Bawah 1 Buah 1 Buah
41. Scalpel, Mata Pisau Bedah (Besar) 1 Buah 1 Buah
42. Scalpel, Mata Pisau Bedah (Kecil) 1 Buah 1 Buah
43. Scalpel, Tangkai Pisau Operasi 1 Buah 1 Buah
44. Tangkai Kaca Mulut 5 Buah 5 Buah
II. Perlengkapan

1. Baki Logam Tempat Alat Steril Bertutup 1 Buah 1 Buah


2. Korentang, Penjepit Sponge (Forester) 1 Buah 1 Buah
3. Lampu Spritus Isi 120 cc 1 Buah 1 Buah
4. Lemari Peralatan 1 Buah 1 Buah
45
5. Lempeng Kaca Pengaduk Semen 1 Buah 1 Buah
6. Needle Destroyer 1 Buah 1 Buah
7. Silinder Korentang Steril 1 Buah 1 Buah
8. Sterilisator Kering 1 Buah 1 Buah
9. Tempat Alcohol (Dappen Glass) 1 Buah 1 Buah
10. Toples Kapas Logam Dengan Pegas dan Tutup (50 X 1 Buah 1 Buah

11. 70 mm)Pembuangan Kapas (50 X 75 mm)


Toples 1 Buah 1 Buah
12. Waskom Bengkok (Nierbeken) 1 Buah 1 Buah
III. Bahan Habis Pakai

1. Betadine Solution atau Desinfektan Lainnya Sesuai Sesuai

2. Sabun Tangan atau Antiseptic Sesuai


Kebutuhan Sesuai
Kebutuhan

3. Kasa Kebutuhan Sesuai


Sesuai Kebutuhan

4. Benang Silk Kebutuhan Sesuai


Sesuai Kebutuhan

5. Chromik Catgut Kebutuhan Sesuai


Sesuai Kebutuhan

6. Alkohol Kebutuhan Sesuai


Sesuai Kebutuhan

7. Kapas Kebutuhan Sesuai


Sesuai Kebutuhan

8. Masker Kebutuhan
Sesuai Kebutuhan
Sesuai

9. Sarung Tangan Kebutuhan Sesuai


Sesuai Kebutuhan

Kebutuhan Kebutuhan
IV. Meubelair

1. Kursi Kerja 3 Buah 3 Buah


2. Lemari Arsip 1 Buah 1 Buah
3. Meja Tulis ½ Biro 1 Buah 1 Buah
V. Pencatatan dan Pelaporan

1. Buku Register Pelayanan Sesuai Sesuai

2. Kartu Rekam Medis Sesuai


Kebutuhan Sesuai
Kebutuhan

3. Formulir Informed Consent Kebutuhan Sesuai


Sesuai Kebutuhan

4. Formulir Rujukan Kebutuhan Sesuai


Sesuai Kebutuhan

Kebutuhan Kebutuhan
46
5. Surat Keterangan Sakit Sesuai Sesuai

Kebutuhan Kebutuhan

2. Standar Sarana dan Prasarana

Standar ini digunakan sebagai acuan untuk menyiapkan sarana dan prasarana

untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan gigi.

a. Fasilitas

1) Ukuran ruangan minimal 2,5x3,5 meter

2) Setiap ruangan memiliki ventilasi, penerangan / pencahayaan yang

cukup

3) Tersedia air mengalir, listrik, pengolahan limbah dan sanitasi yang

baik

b. Peralatan

1) Peralatan penyuluhan

2) Peralatan & bahan untuk di luar gedung (dental kit)

3) Peralatan & bahan di dalam gedung (poli gigi)

c. Peralatan non medis

1) Kursi dan meja

2) Lemari peralatan

d. Dokumen terkait

1. Dokumen inventarisasi alat

2. Catatan bahan habis pakai

3. Standar Pelayanan

a. Pelayanan pencegahan

47
Pelayanan yang ditujukan kepada perorangan: pemeriksaan gigi dan

mulut, nasehat dan petunjuk kepada perorangan mengenai hygiene mulut, dan

pelaksanaan fissure sealent.

b. Pelayanan medik gigi dasar

1) Pembersihan karang gigi

2) Ekstraksi tanpa komplikasi

3) Fissure sealent

4) Restorasi tumpatan

5) Perawatan saluran akar

6) Perawatan penyakit/kelainan jaringan mulut

7) Menghilangkan traumatik oklusi

c. Pencatatan dan pelaporan

1) Pencatatan

2) Rekam medik

Rekam medik menjelaskan keterangan / informasi yang cukup, akurat

dan lengkap tentang:

1) Identitas (nama, tanggal lahir, jenis kelamin, alamat, pekerjaan)

2) Anamnesa

3) Perjalanan penyakit

4) Hasil pemeriksaan klinis yang ditemukan

5) Hasil pemeriksaan penunjang yang dilakukan

6) Dokumentasi hasil pemeriksaan

7) Diagnosis penyakit dan rencana terapi

48
8) Terapi dan tindakan medik yang diberikan serta proses pengobatan

9) Rujukan

10) Informed consent adalah persetujuan untuk tindakan medik yang

akan dilakukan dokter gigi terhadap pasien. Persetujuan diberikan

oleh pasien setelah yang bersangkutan mendapat penjelasan secara

lengkap dari tenaga medik yang sekurang-kurangnya mencakup:

11) Diagnosis dan tata cara tindakan medik

12) Tujuan tindakan medik yang dilakukan

13) Alternatif tindakan lain dan resikonya

14) Resiko dan komplikasi yang mungkin terjadi, dan

15) Prognosis terhadap tindakan yang dilakukan

d. Pelaporan

1) Laporan triwulan

Jenis laporan upaya pelayanan kesehatan gigi yang harus dilaporkan

oleh klinik gigi kepada dinas kesehatan kabupaten/kota bersamaan

dengan laporan lainnya.

2) Dokumen terkait

3) Kartu rekam medik

4) Formulir informed consent

5) Formulir laporan

6) Standar operating Prosedur

4. Tata Letak Ruang Praktik Kedokteran Gigi

49
Prinsip utama dalam desain tata letak penempatan alat kedokteran gigi adalah

prinsip ergonomis, yaitu menyerasikan atau menyeimbangkan antara segala

fasilitas yang digunakan baik dalam beraktivitas maupun istirahat dengan

kemampuan dan keterbatasan manusia, baik fisik maupun mental sehingga

kualitas hidup secara keseluruhan menjadi lebih baik. Tata letak hanyalah salah

satu faktor dalam ergonomis, banyak faktor lain yang merupakan unsur ergonomis

seperti desain warna, pencahaaan, suhu, kebisingan, dan kualitas udara ruangan,

serta desain peralatan yang digunakan.

Ruang periksa merupakan ruang utama dalam praktik dokter gigi, tata letak

peralatandalam ruangan ini berorientasi memberi kemudahan dan kenyamanan

bagi dokter gigi, perawat gigi, berserta pasiennya ketika proses perawatan

dilakukan. Ukuran minimal ruang perawatan untuk satu dental unit adalah 2,5 X

3,5 Meter, dalam ruangan ini dapat dimasukan satu buah dental unit, mobile

cabinet, serta dua buah dental stool. Unsur penunjang lain dapat turut dimasukan

seperti audio-video atau televisi untuk hiburan pasien yang sedang dirawat.

Perhatian pertama dalam mendesain penempatan peralatan adalah terhadap

dental unit. Alat ini bukan kursi statis tetapi dapat direbahkan dan dinaik-

turunkan.Pada saat posisi rebah panjang dental unit adalah sekitar 1,8-2 Meter. Di

belakang dental unit diperlukan ruang sebesar 1 Meter untuk operator’s zone dan

static zone, oleh karena itu jarak ideal antara ujung bawah dental unit dengan

dinding belakang atau dental cabinet yang diletakkan di belakang adalah 3 Meter;

sementara jarak antara ujung bawah dental unit dengan dinding depan minimal

0,5 Meter. Dental unit umumnya memiliki lebar 0,9 Meter, bila tray dalam

50
kondisi terbuka keluar maka lebar keseluruhan umumnya 1,5 cm. Jarak dari tiap

sisi minimal 0,8 Meter untuk pergerakan di operator’s zone dan asistant’s zone.

Mobile cabinet sebagai tempat menyimpan bahan dan alat yang akan

digunakan pada saat perawatan diletakan di static zone. Zona ini tidak akan

terlihat oleh pasien dan terletak diantara operator’s zone dan assistant zone

sehingga baik dokter gigi maupun perawat gigi akan dengan mudah mengambil

bahan maupun alat yang diperlukan dalam perawatan bila mobile cabinet lebih

dari satu, maka mobile cabinet kedua diletakan di operator’s zone. Alat besar

terakhir yang berada di ruang perawatan adalah dental cabinet sebagai tempat

penyimpanan utama bahan maupun alat kedokteran gigi. Umumnya berbentuk

bufet setengah badan seperti kitchen cabinet dengan ketebalan 0,6-0,8 Meter. Bila

hanya satu sisi, lemari ini ditempatkan di static zone, sedangkan bila berbentuk L,

ditempatkan di static zone dan assistant’s zone. Keberadaan dental cabinetakan

menambah luas ruangan yang diperlukan untuk menempatkannya.

5. Kontrol Infeksi

Dalam menjalankan profesinya tenaga pelayanan kesehatan gigi dan mulut

tidak lepas dari kemungkinan untuk berkontak secara langsung atau tidak

langsung dengan mikroorganisme dalam rongga mulut (termasuk saliva dan

darah) pasien. Sebagai hasil pemajanan yang berulangkali terhadap

mikroorganisme yang ada dalam rongga mulut, insidensi terjangkit penyakit

infeksi lebih tinggi pada praktik kedokteran gigi. Dokter gigi didefinisikan

sebagai salah satu tenaga kesehatan yang dituntut untuk bertanggung jawab secara

luas dalam berbagai upaya kesehatan masyarakat yang ada, maupun dalam bidang

51
ilmu kesehatan gigi secara khusus di klinik gigi. Kontrol infeksi adalah upaya

untuk mengendalikan dan mencegah terjadinya penyebaran penyakit infeksi

dalam praktik.

Mengabaikan prosedur pencegahan dan pengendalian Infeksi yang efektif

dapat mengakibatkan orang lain, termasuk keluarga tenaga pelayanan kesehatan

gigi dan mulut dan pasien lain, menghadapi risiko terkena penyakit infeksi.

Aspek kontrol infeksi termasuk penilaian resiko transmisi infeksi, pengaturan

area proses sterilisasi instrumen, proses sterilisasi instrumen yang terkontaminasi.

Staf harus dilatih untuk dapat menilai tingkat resiko dan kemungkinan akibatnya,

mengenali situasi ketika terjadi paparan dan mengetahui cara mencegah atau

meminimalisasi resiko terhadap pasien, staf dan orang lain.

Pengaturan area proses sterilisasi terletak di tengah ruangan, diatur

sedemikian rupa, terpisah dari ruang kerja namun mudah diakses oleh para staf.

Untuk mengurangi potensi terjadinya kontaminasi pada ruangan steril, area ini

harus memiliki jalur yang membatasi hanya petugas yang dapat memasuki

ruangan ini. Proses dekontaminasi peralatan adalah rangkaian proses yang terdiri

dari 5 tahap yaitu transportasi, pembersihan melalui dekontaminasi, persiapan

pengepakan, sterilisasi instrumen dan penyimpanan instrumen steril.

Pelaksanaan pencegahan dan pengendalian infeksi yang wajib dilaksanakan

oleh tenaga pelayanan kesehatan gigi dan mulut di Indonesia meliputi :

a. Penerapan Kewaspadaan Isolasi

1) Kewaspadaan Standar

2) Kewaspadaan Berdasarkan Transmisi

52
b. Surveilans

c. Pendidikan dan Pelatihan

d. Penerapan Kewaspadaan Isolasi

e. Kewaspadaan Standar

1) Kebersihan tangan

2) Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD).

3) Manajemen limbah dan benda tajam.

4) Manajemen lingkungan.

5) Penanganan linen (kain alas instrumen, kain sarung dental unit).

6) Peralatan perawatan pasien.

7) Perlindungan kesehatan karyawan.

8) Penyuntikan yang aman.

9) Etika batuk.

f. Kewaspadaan berdasarkan transmisi

1) Transmisi airborne/udara.

2) Transmisi droplet/percikan.

3) Transmisi kontak.

6. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Terhadap Tenaga Pelayanan Kesehatan

Gigi

Karena status infeksi pasien terkadang tidak diketahui, untuk mencegah

infeksi silang baik pada pasien atau tenaga pelayanan kesehatan gigi, penting

untuk beranggapan bahwa setiap darah dan cairan tubuh pasien berpotensi

53
berpenyakit infeksi dan dapat menular, maka penting untuk dilakukan

Kewaspadaan Standar (Standard Precaution).

a. Kewaspadaan Standar

Kebersihan tangan merupakan hal yang paling penting dan merupakan

pilar untuk pencegahan dan pengendalian infeksi. Tenaga pelayanan

kesehatan gigi dan mulut harus melakukan kebersihan tangan dengan

menggunakan sabun dan air mengalir jika tangan terlihat kotor (termasuk

keadaan terkena serbuk/ powder dari sarung tangan), terkontaminasi cairan

tubuh, kontak langsung dengan individu pasien, setelah kontak dengan

permukaan dalam ruang praktik termasuk peralatan, gigi palsu, cetakan gips.

Lamanya mencuci tangan 40-60 detik. Jika tangan tidak tampak kotor,

lakukan kebersihan tangan dengan cara gosok tangan dengan handrub/cairan

berbasis alkohol, lamanya 20-30 detik. Metoda dan tata cara mencuci tangan

dalam “hand hygiene” tergantung pada beberapa tipe dan prosedur, tingkat

keparahan dari kontaminasi dan persistensi melekatnya antimikroba yang

digunakan pada kulit. Untuk pelaksanaan rutin dalam praktik dokter gigi dan

prosedur non bedah, mencuci tangan dan antiseptik dapat dicapai dengan

menggunakan sabun detergent antimikroba yang standar.Untuk prosedur

pembedahan, sabun antimikroba (bedah) yang mengandung chlorhexidin

gluconate 4% harus digunakan.Sebagai alternatif pengganti bagi yang sensitif

terhadap chlorhexidin gluconate, dapat menggunakan iodophor.

Tempatkan produk cairan kebersihan tangan dalam tempat yang

disposable atau yang diisi ulang, dicuci dan dikeringkan terlebih dahulu

54
sebelum diisi ulang.Jangan diisi ulang cairan antiseptik sebelum dibersihkan

dan dikeringkan terlebih dahulu.

b. Manajemen Limbah dan Benda Tajam

1) Peraturan pembuangan limbah sesuai peraturan lokal yang berlaku.

2) Pastikan bahwa tenaga pelayanan kesehatan gigi yang menangani

limbah medis dilatih tentang penanganan limbah yang tepat, metode

pembuangan dan bahaya kesehatan.

3) Gunakan kode warna dan label kontainer, warna kuning untuk

limbah infeksius dan warna hitam untuk limbah non infeksius.

4) Tempatkan limbah tajam seperti jarum, blade scapel, orthodontic

bands, pecahan instrumen metal dan bur pada kontainer yang tepat

yaitu tahan tusuk dan tahan bocor, kode warna kuning.

5) Darah, cairan suction atau limbah cair lain dibuang ke dalam drain

yang terhubung dengan sistem sanitary.

6) Buang gigi yang dicabut ke limbah infeksius, kecuali diberikan

kepada keluarga.

c. Manajemen Lingkungan

1) Ikuti instruksi pabrik untuk pemakaian yang tepat bahan disinfektan

untuk pembersihan permukaan lingkungan.

2) Jangan menggunakan disinfektan tingkat tinggi untuk disinfeksi

permukaan lingkungan.

3) Pakai alat pelindung diri saat melakukan pembersihan dan disinfeksi

pemukaan lingkungan.

55
4) Pasang pelindung permukaan untuk mencegah permukaan kontak

klinik terkontaminasi, khususnya yang sulit dibersihkan seperti

switches on dental chair dan ganti pelindung permukaan setiap

pasien.

5) Bersihkan dan disinfeksi permukaan kontak klinik yang tidak di

lindungi dengan pelindung setelah kegiatan satu pasien, gunakan

disinfeksi tingkat sedang jika kontaminasi dengan darah.

6) Bersihkan seluruh permukaan lingkungan (lantai, dinding, meja,

troley) dengan detergen dan air atau disinfektan, tergantung dari

permukaan, tipe dan tingkat kontaminasi.

7) Bersihkan kain pembersih setelah digunakan dan keringkan sebelum

dipakai ulang, atau gunakan yang sekali pakai, kain disposible.

8) Sediakan cairan pembersih atau cairan disinfektan setiap hari.

9) Bersihkan dinding, pembatas ruangan, gordyn jendela diarea

perawatan pasien jika terlihat kotor, berdebu dan ternoda.

10) Segera bersihkan tumpahan darah atau bahan infeksius lainnya

menggunakan cairan disinfektan.

11) Hindari penggunaan karpet dan furniture dari bahan kain yang

menyerap di daerah kerja, laboratorium dan daerah pemerosesan

instrumen.

d. Penanganan Linen (Kain Alas Instrumen, Kain Sarung Dental Unit)

1) Segera ganti linen yang terkontaminasi dengan darah, cairan tubuh

atau bahan infeksius lainnya.

56
2) Ganti linen diantara pasien.

e. Peralatan Perawatan Pasien

1) Bersihkan dan sterilkan peralatan kritis sebelum digunakan.

2) Bersihkan dan sterilkan peralatan semi kritis sebelum digunakan.

3) Biarkan pembungkus alat mengering di sterilisator sebelum

ditangani untuk menghindari kontaminasi.

4) Area pemrosesan instrumen meliputi area penerimaan, pembersihan

dan disinfeksi, persiapan dan pembungkusan, sterilisasi dan

penyimpanan.

5) Gunakan alat pembersih otomatis (Ultrasonic cleaner atau washer –

disinfector).

6) Pakai sarung tangan rumah tangga untuk membersihkan instrumen

dan prosedur disinfeksi.

7) Pakai Alat Pelindung Diri (APD) selama melakukan pembersihan

peralatan.

8) Gunakan sistem kontainer atau pembungkus yang cocok dengan tipe

proses sterilisasi yang digunakan.

9) Sebelum instrumen kritis dan semi kritis di sterilisasi, periksa

kebersihan instrumen, kemudian bungkus atau tempatkan instrumen

dalam kontainer yang tepat untuk mempertahankan kesterilan selama

penyimpanan.

10) Jangan sterilisasi alat implan tanpa dibungkus.

11) Jangan simpan instrumen kritis tanpa dibungkus.

57
f. Perlindungan Kesehatan Karyawan (Immunisasi)

Berdasarkan pada beberapa penelitian bahwa tenaga pelayanan

kesehatan gigi mempunyai risiko tinggi terhadap penularan hepatitis B,

influenza, measles, mumps, rubella dan varicella.Pada saat ini sudah

ditemukan vaksin untuk mencegah infeksi dari penyakit-penyakit

tersebut.

Tenaga pelayanan kesehatan gigi harus diberikan imunisasi atau

memperoleh booster terhadap infeksi yang umum terjadi: tetanus, difteri,

poliomyelitis, tifoid, meningococcal, hepatitis A, hepatitis B, rubella,

tuberkulosis, measles, batuk rejan, mumps. Dokter gigi di Indonesia

direkomendasikan untuk melakukan vaksinasi tersebut dan

mencatat/mendokumentasikan imunisasi yang telah dilakukan.

Institusi pendidikan kedokteran gigi di Indonesia diwajibkan

melaksanakan program pendidikan tentang pencegahan dan pengendalian

infeksi, dan dihimbau untuk pemeriksaan dan vaksinasi hepatitis B

kepada mahasiswanya.

Bagi karyawan yang tidak bersinggungan dengan pasien (pegawai

administratif, cleaning service, dan lain-lain) dapat dimasukkan dalam

program tersebut tergantung pada risiko mereka berkontak dengan darah

atau saliva. Apabila ditemukan karyawan yang tidak bersedia untuk

mendapatkan vaksinasi hepatitis B, diwajibkan menandatangani surat

pernyataan tidak bersedia yang dibuat oleh institusi dan diketahui oleh

pimpinan.

58
g. Penanganan Pasien

Tata Laksana Penanganan Pasien :

1) Lakukan kebersihan tangan.

2) Pakai alat pelindung diri (sarung tangan, masker).

3) Berkumur antiseptik sebelum diperiksa.

4) Pemberian antiseptik pada daerah operasi untuk tindakan invasif.

5) Penggunaan suction sekali pakai yang berdaya hisap tinggi.

6) Penggunaan gelas kumur disposable (sekali pakai).

7) Jumlah alat diagnostic set yang tersedia minimal 1⁄2 jumlah rata-rata

jumlah kunjungan pasien per hari.

8) Perjelas area yang dikhususkan bagi bahan dan alat yang telah

disterilkan dari bahan dan alat yang belum dibersihkan.

9) Buat SOP untuk pemrosesan instrumen: mulai dari penerimaan

instrumen terkontaminasi, pembersihan, disinfeksi dan sterilisasi dan

penyimpanan.

10) Siapkan alat dan bahan yang diperlukan untuk perawatan sebelum

memulai suatu perawatan.

11) Penempatan posisi pasien dengan benar sehingga memudahkan kerja

operator dan mencegah timbulnya kecelakaan kerja.

12) Dianjurkan pemakaian isolator karet (rubber dam) untuk mencegah

terjadinya percikan dari mulut pasien dan mereduksi kontak yang

tidak perlu antara tangan dan mukosa pasien.

h. Perlindungan diri

59
Tenaga pelayanan kesehatan gigi dan mulut wajib menggunakan Alat

Pelindung Diri (APD) dibawah ini. Penyediaan peralatan dan bahan

perlindungan diri bagi tenaga kesehatan wajib dipenuhi dan untuk

pengadaan dikoordinasikan dengan dinas kesehatan kota/kabupaten.

1) Sarung tangan

Tenaga pelayanan kesehatan gigi wajib menggunakan sarung tangan

ketika melakukan perawatan yang memungkinkan berkontak dengan

darah atau cairan tubuh lainnya. Sarung tangan harus diganti tiap pasien,

lepaskan sarung tangan dengan benar setelah digunakan dan segera

lakukan kebersihan tangan untuk menghindari transfer mikroorganisme

ke pasien lain atau permukaan lingkungan. Lepaskan sarung tangan jika

sobek, atau bocor dan lakukan kebersihan tangan sebelum memakai

kembali sarung tangan. Disarankan untuk tidak mencuci, mendisinfeksi

atau mensterilkan ulang sarung tangan yang telah digunakan.

Selain sarung tangan yang digunakan untuk pemeriksaan, ada jenis

sarung tangan yang digunakan untuk mencuci alat serta membersihkan

permukaan meja kerja, yaitu sarung tangan rumah tangga (utility gloves)

yang terbuat dari lateks atau vinil yang tebal.

2) Masker

Tenaga pelayanan kesehatan gigi dan mulut wajib menggunakan

masker pada saat melakukan tindakan untuk mencegah potensi infeksi

akibat kontaminasi aerosol serta percikan saliva dan darah dari pasien

dan sebaliknya.Masker harus sesuai dan melekat dengan baik dengan

60
wajah sehingga menutup mulut dan hidung dengan baik.Ganti masker

diantara pasien atau jika masker lembab atau basah dan ternoda selama

tindakan ke pasien. Masker akan kehilangan kualitas perlindungannya

jika basah. Lepaskan masker jika tindakan telah selesai.

3) Kacamata Pelindung

Tenaga pelayanan kesehatan gigi wajib menggunakan kacamata

pelindung untuk menghindari kemungkinan infeksi akibat kontaminasi

aerosol dan percikan saliva dan darah.Kacamata ini harus

didekontaminasi dengan air dan sabun kemudian didisinfeksi setiap kali

berganti pasien.

4) Baju Pelindung

Tenaga pelayanan kesehatan gigi wajib menggunakan baju

pelindung yang digunakan untuk mencegah kontaminasi pada pakaian

dan melindungi kulit dari kontaminasi darah dan cairan tubuh. Baju

pelindung ini harus dicuci setiap hari dan terbuat dari bahan yang dapat

dicuci dan dapat dipakai ulang (kain), tetapi dapat juga terbuat dari bahan

kertas kedap air yang hanya dapat sekali pakai (disposable). Lepaskan

baju pelindung jika tindakan telah selesai.

i. Sebelum melakukan perawatan bagi pasien, gunakan baju

pelindung, lalu masker bedah dan selanjutnya kacamata

pelindung sebelum mencuci tangan.Setelah tangan dikeringkan,

gunakan sarung tangan.

61
ii. Setelah selesai perawatan dan seluruh instrumen kotor telah

disingkirkan, lepaskan sarung tangan yang telah terkontaminasi

dengan memegang sisi bagian luar dan menariknya hingga

terlepas dari dalam ke luar.Setelah salah satu sarung tangan

terlepas, lepaskan sarung tangan lainnya dengan memegang sisi

bagian dalam sarung tangan dan menariknya hingga terlepas.

Apabila seluruh alat pelindung diri telah dilepaskan, hindari

menyentuh area terkontaminasi. Selalu lakukan kebersihan

tangan dan keringkan tangan sebelum memasang kembali

sarung tangan.

5) Metode sterilisasi

i. Instrumen dengan engsel seperti forceps untuk ekstraksi harus

terbuka sebelum diletakkan dalam alat sterilisasi. Instrumen harus

diletakkan sehingga uap dapat berputar mengelilinginya. Apabila

menggunakan panci tekan, instrumen diletakkan pada wadah di

atas permukaan air. Pertahankan temperatur sampai 121°C

(250°F) dengan tekanan 15 pound selama 20 menit untuk

instrumen yang tidak dibungkus dan 30 menit untuk instrumen

yang dibungkus. Mulai penghitungan waktu ketika uap nampak

terlihat dan turunkan panas sampai batas temperatur tetap

menghasilkan uap panas. Pada akhir proses sterilisasi, biarkan uap

keluar lalu buka tutup panci tekan untuk membiarkan instrumen

mendingin secara perlahan.

62
ii. Bila menggunakan autoklaf digunakan temperatur 121°C, tekanan

15 psi (pressure per square inch) selama 30 menit. Metode

sterilisasi panas kering dilakukan dengan menggunakan oven

dengan panas yang tinggi, adapun temperatur dan waktunya

adalah sesuai petunjuk pabrik.

Gambar 1. Jenis alat sterilisasi

iii. Setelah melewati seluruh proses sterilisasi atau disinfeksi tingkat

tinggi, instrumen yang tidak dibungkus dapat segera digunakan

atau disimpan dalam wadah yang juga telah disterilisasi atau

didisinfeksi yang telah diberi tanda yang mengindikasikan bahwa

instrumen didalamnya telah disterilkan. Instrumen harus disimpan

dalam tempat tertutup (lemari, laci atau kontainer) dan harus

digunakan lagi dalam waktu kurang dari satu minggu.

iv. Penyimpanan adalah hal yang penting. Sterilitas alat yang

dibungkus dapat bertahan lebih lama kecuali apabila pembungkus

sobek atau basah, yang dapat mengakibatkan kontaminasi.

Instrumen dalam pembungkus yang rusak harus dibersihkan,

63
dibungkus dan disterilkan kembali

Gambar 2. Pembungkusan alat setelah dilakukan sterilisasi

Fasilitas pencegahan pengendalian infeksi yang perlu disediakan di

rumah sakit, Puskesmas dan praktik swasta

1) Pre-cleaning: perendaman alat bekas pakai dalam cairan enzymatik/

detergen selama 5-10 menit atau sesuai produk yang digunakan.

2) Pencucian dengan menyikat alat di dalam baskom (alat terendam dalam

air).

3) Dibilas dengan air mengalir kemudian tiriskan dan keringkan.

4) Didisinfeksi dan disterilkan, dengan salah satu cara dibawah ini:

i. Direbus, yaitu mendisinfeksi alat dalam air mendidih selama 15

sampai 20 menit, misalnya alat dari logam, kaca.

ii. Dengan autoklaf selama 15 menit pada suhu 121oC

iii. Dengan panas kering pada suhu 180oC selama 1 jam atau 160oC

selama 2 jam

iv. Disinfeksi dengan bahan kimia (misal larutan klorin 0,5%) untuk

bahan yang cepat rusak bila terkena panas misalnya sarung tangan
64
karet (utility gloves)

5) Disimpan di bak instrumen tertutup

Tabel 2. Kontrol Infeksi Kategori Instrumen Pelayanan Pasien

Kategori Definisi Instrumen dental/barang

Kritis Penetrasi jaringan lunak, Instrumen bedah,


berkontak dengan tulang, masuk periodontal scaler, scalpel
kedalam atau berkontak dengan aliran blades, bur bedah
darah atau jaringan lunak lainnya.

Semikritis Kontak membran mukosa atau kulit Kaca mulut, kondensor


yang tidak utuh; tidak berpenetrasi amalgam, sendok cetak
pada jaringan lunak, tidak reusable, dental
berkontak dengan tulang, tidak masuk handpiece*
kedalam atau berkontak dengan aliran
darah atau jaringan lunak lainnya

Non-kritis Berkontak dengan kulit yang utuh Head/cone radiograf,


manset tensi, facebow,
pulse oxymeter.

* Walaupun dental handpiece masuk dalam kategori barang

semikritis,sterilisasinya harus menggunakan panas dan bukan sekedar disinfektan

tingkat tinggi.

65
Tabel 3. Sterilisasi berdasarkan kategori alat
Kategori Alat Direbus Panci Panas Autoklaf Desinfeks
Tekan Kering i

Alat Kritis ✔ ✔ ✔ ✔

Alat Semi Kritis ✔ ✔

Alat Non Kritis ✔ ✔

i. Desinfektan pada Kedokteran Gigi

Dalam dunia kedokteran gigi, digunakan beberapa jenis desinfektan.

Beberapa germisida yang umum digunakan dalam kedokteran gigi

digolongkan dalam tiga kategori utama, seperti cairan sterilants/desinfektan

tingkat tinggi, desinfektan permukaan tingkat menengah & rendah, dan

antiseptik.

1) Sterilants

i. Glutaraldehyde

ii. Chlorine dioxide

iii. Hydrogen Peroxide

2) Disinfektan (tingkat rendah dan sedang)

i. Hydrogen peroxide

ii. Sodium Hypochlorite

iii. Chlorine Dioxide

iv. Iodophors

v. Synthetic Phenols
66
vi. Quaternary Ammonia Compounds

3) Antiseptik (untuk penggunaan oral dan non-oral)

i. Active Chlorine Dioxide Germicides

ii. Essential oil compunds

iii. Chlorhexidine Compounds

iv. Cetylpiridium compounds

v. Sanguinarine based compounds

vi. Parachlorometaxylenol compounds

vii. Bacteriostatic/bactericidal compounds lainnya

Tabel 4. Jenis Desinfektan dan Penggunaannya


Penggunaan pada Dental
Tipe Desinfektan /Antiseptik Nama Dagang
Surgery

CHLORHEXIDINES

Hibiscrubsurgic
Cairan chlorhexidinegluconate 4% Cuci tangan
al scrub

Chlorhexidine 2.5% / 70% alkohol


Hibisol handrub Handrub
solutiondalam basis glycerine

Disinfektan kulit sebelum


Chlorhexidine 0.5% dalam70% Alcoholicchlorhex biopsi perioral, bedah
alcohol idine implan, dan
bedahperiodontal

untuk disinfeksidental
Bio Blue Biocide waterline unit dan botol
penampungan

IODOPHORS

67
Betadine surgical
Povidone iodine 7.5%solution Cuci tangan
scrub

ALCOHOLS

Purell,Sterillium,
Alcohol gel/solutions Hand rub
Desderman

Disinfektan permukaan
Azowipes atau
70% Isopropyl alkohol wipes keras bedahatau
Cliniwipes
permukaan luar handpiece

Ethanol and 1-propanol alcohol Disinfektan permukaan


Mikrozoid
spray keras bedah

CHLORINE RELEASING AGENTS

Haz-Tabstablet
SodiumDichloroisocyanuratesoluti
or granulesPresep Tumpahan darah atau
on tablet 4.75 g (= 2.5 g chlorine)
t tablets or cairan tubuhlainnya
atau granul
granules

Disinfektan permukaan
Sodium hipoklorit +detergen Chloros
keras bedah

TRICLOSAN

Disinfektan tangan
Triclosan 2% Aquasept

PHENOLIC

Disinfektan permukaan
Hycolin 2% solution Stericol
lingkungan,misal lantai

Halogenic alkyl + aryl phenolic Orotol Disinfektan saluransuction

PERACETIC ACID

68
Disinfektan tingkat tinggi
untuk instumen yang labil
Nu-cidexGigasept
Peracetic acid terhadap panas,hanya
PA
untuk prosedur dengan
resikosedang dan rendah

7. Pengolahan Limbah Praktik

Adapun tata cara pengolahan limbah praktik, yaitu:

a. Peraturan pembuangan limbah sesuai peraturan lokal yang berlaku.

b. Pastikan bahwa tenaga pelayanan kesehatan gigi yang menangani limbah

medis di training tentang penanganan limbah yang tepat, metode

pembuangan dan bahaya kesehatan.

c. Gunakan kode warna dan label kontainer, warna kuning untuk limbah

infeksius dan warna hitam untuk limbah non infeksius.

d. Tempatkan limbah tajam seper jarum, blade scapel, orthodontic bands,

pecahan instrumen metal dan bur pada kontainer yang tepat yaitu tahan

tusuk dan tahan bocor, kode warna kuning.

e. Darah, cairan suction atau limbah cair lain dibuang ke dalam saluran

yang terhubung dengan sistem pembuangan.

f. Buang gigi yang dicabut ke limbah infeksius, kecuali diberikan kepada

keluarga. Pengolahan limbah cair hanya akan efisien jika memenuhi

persyaratan sebagai berikut:

1) Pengolahan primer: tempat penampungan air limbah pertama yang

berasal dari aktifitas harian (bekas cucian, makanan, bekas minuman

dan lain-lain).

69
2) Purifikasi biologis sekunder: pengendapan sebagian besar mikroba

bakteri : 90 – 95%, virus dan cacing. Pada tahap ini efluen masih

mengandung bakteri dan virus dalam konsentrasi efektif.

3) Pengolahan tersier: teknik pengolahan dapat diterapkan jika lokasi

memungkinkan, apabila sebaliknya maka dilakukan teknik filtrasi

pasir cepat.

4) Desinfeksi klor: upaya penurunan konsentrasi bakteri patogen,

efluen tersier harus menjalani desinfeksi klor sampai kadar yang

ditetapkan. Desinfektan yang dimaksud yaitu : Klor dioksida (paling

efisien), natrium hipoklorit atau gas klor, dapat juga desinfeksi

dengan sinar ultraviolet.

Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL), merupakan suatu bangunan

instalasi yang mampu mengolah limbah cair klinis yang berbahaya menjadi

aman untuk dibuang di alam atau badan air.Air limbah yang berasal dari

rawat inap harus diolah di Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL), bila tidak

mempunyai IPAL harus dikelola sesuai ketentuan yang berlaku melalui

kerjasama dengan pihak lain atau pihak yang berwenang.Air limbah

disalurkan melalui saluran tertutup.Limbah cair bekas cucian film harus

ditampung dan tidak boleh dibuang ke lingkungan serta dikoordinasikan

dengan Dinas Kesehatan.

70
BAB III

HASIL OBSERVASI

A. Manajemen Organisasi Tata Laksana dan Profil di Rumah Sakit TNI

AU TK. IV Lanud Sam Ratulangi Manado

1. Organisasi Tata laksana

Struktur organisasi yang digunakan sesuai dengan Peraturan Presiden nomor

77 tahun 2015 dengan susunan sebagai berikut :

71
Gambar 6. Struktur Organisasi

KARUMKIT

dr. Rachmat Saleh, Sp. Rad,Mkes


SESRUMKIT

TAUD KAMINMED

DUKKES GADAR

UNITKESPREV UNIT PLKB

WATUM JANGKES

Triyanto Nugroho, S. Farm, Apt


UNIT WATDOK UNIT WATLAN

drg. Christi Mario Nesa, MKES dr. Atler Khairul Muslim RADIOLOGI LAB APOTIK

GUDANG JANGWAT

PAKES PAKES
PAKES

72
2. Profil Rumah Sakit

a. Keadaan Geografis Rumah Sakit

Rumah Sakit TNI AU TK. IV Lanud Sam Ratulangi merupakan rumah

sakit tipe C dengan lokasi yang terletak di Desa Lapangan, Kecamatan

Mapanget, Provinsi Sulawesi Utara. Bangunan ini menempati areal tanah

seluas 13.545 m2 dengan luas bangunan 6.033 m2. Berikut ini merupakan data

dasar Rumah Sakit TNI AU TK. IV Lanud Sam Ratulangi, berkepemilikan

TNI Angkatan Udara.

b. Sejarah Rumah Sakit

Sejarah awal Rumah Sakit TNI AU TK. IV Lanud Sam Ratulangi

dimulai pada tahun 1985, berdasarkan keputusan KASAU NO. Kep/29/III/-

1985 tanggal 11 Maret 1985. Status satuan kesehatan telah di ubah menjadi

Rumah Sakit Tingkat IV, namun pada saat itu sarana prasarana masih

merupakan kondisi Seksi Kesehatan. Pengembangan usulan Rumah Sakit

dalam pengadaan Unit Gawat Darurat telah di ajukan pada tanggal 30 April

198 melalui Pangkalan TNI Sam Ratulangi ke Direktur Kesehatan TNI AU

Jakarta tertanggal 24 Februari 1989.

Pada perkembangan berikutnya, di bangun gedung perkantoran dan

perluasan ruangan perawatan untuk meningkatkan kemampuan pelayanan

kesehatan kepada para anggota TNI AU dan masyarakat sekitar. Rumah Sakit

TNI AU TK. IV Lanud Sam Ratulangi mendapatkan ijin dari Dinas

Kesehatan Angkatan Udara dengan nomor surat ijin 1889.6/SK-

Dinkesau/3501/IV/2010.

73
Dalam perkembangannya, rumah sakit terus berbenah dengan

mengembangkan pelayanan Unit Gawat Darurat (UGD) dan pelayanan

penunjang Laboratorium. Pada tahun 2014 dibuka 1 kamar operasi dan Ruang

Recovery (Pemulihan), seiring dengan datangnya alat - alat baru dari Dinas

Kesehatan TNI AU serta penambahan fasilitas pelayanan baru untuk

Neonatus/bayi baru lahir.

Dalam rangka meningkatkan pelayanan kepada masyarakat, Rumah Sakit

TNI AU TK. IV Lanud Sam Ratulangi terus dikembangkan dengan

melengkapi pelayanan 24 jam, pelayanan Gawat Darurat, Laboratorium

Klinik, Apotik/Farmasi dan dilakukan pengembangan lain dengan membuka

layanan Klinik Spesialis.

Sejak pertama berdiri dan berkembang, Rumah Sakit TNI AU TK IV

Lanud Sam Ratulangi telah melalui beberapa kali kepemimpinan direktur.

Nama-nama pemimpin di Rumah Sakit TNI AU TK. IV Lanud Sam

Ratulangi sejak tahun 1958 hingga 2020 adalah:

1) Kopral Udara I Daniel Binowo (1958-1959)

2) Serma Udara Darius Djainan, dibantu Dr. Ibrahim dari kantor

wilayah Kesehatan Dati I Provinsi Sulawesi Utara (1960-1964)

3) Lettu dr. Sudadi Effendi (1964-1966)

4) Pelda Darius Djainan dibantu oleh dr. Lahunduitan dari kantor

wilayah Kesehatan Dati I Provinsi Sulawesi Utara (1966-1975)

5) Serma Udara Daniel Binowo (1975-1978)

74
6) Sersan Udara I Maman Suherman dan Pelda Arnold Oey (1978-

1985)

7) Lettu dr. Reynold Kuswiranegara (1985-1988)

8) Lettu dr. Charles PJ. Sueth (1988-1992)

9) Lettu dr. Metra Syahar (1992-1993)

10) Kapten dr. Bambang S. Gunadi, Sp.Rad., MARS ( 1994-1998)

11) Kapten dr. Budhi Satrio (1998-2000)

12) Kapten dr. Wahyu Wihartono, Sp.S (2000-2002)

13) Mayor dr. Jantje Arikalang, Sp.B (2002-2006)

14) Mayor dr. M. Azhari, Sp.P (2006-2009)

15) Mayor dr. Sukirman, Sp.M (2009-2012)

16) Mayor dr. Budhi Pranowo, Sp.A.,M.Sc (2012-2014)

17) Mayor dr. Dian Mulawarman, Sp.M (2014-2016)

18) Mayor dr. Rendy Zainubun, Sp.EM, (2016-2017)

19) Kapten dr. Ahmad Fauzi, M.Biomed., Sp.THT-KL (2017-2019)

20) Kapten dr. Rachmat Saleh, Sp.Rad, MKes (Sekarang)

c. Visi dan Misi Rumah Sakit

1) Visi

“Menjadi Rumah Sakit yang Professional dalam mendukung setiap

operasi penerbangan, operasi latihan militer, serta dalam pelayanan

kesehatan anggota TNI AU dan masyarakat umum”.

2) Misi

75
i. Melaksanakan dukungan kesehatan pada setiap operasi dan

latihan di TNI AU TK. IV Lanud Sam Ratulangi

ii. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan professional bagi

anggota TNI AU dan keluarganya serta masyarakat umum

d. Tujuan Rumah Sakit

1) Terselenggaranya dukungan kesehatan terhadap operasi dan latihan

TNI/TNI AU. Sebagai pusat rujukan faskes tingkat II di Kota

Manado

2) Terselenggaranya pelayanan kesehatan yang bermutu bagi anggota

TNI, PNS, beserta keluarganya serta masyarakat umum.

e. Motto Rumah Sakit

“Melayani dengan penuh kasih dan profesional”.

B. Manajemen Sumber Daya Manusia di Rumah Sakit TNI AU TK. IV

Lanud Sam Ratulangi Manado

1. Jumlah Dokter

Jumlah Dokter di Rumah Sakit TNI AU TK. IV Lanud Sam Ratulangi

tercantum dalam tabel dibawah ini.

76
Tabel 6. Jumlah Dokter
No Jenis tenaga Jumlah

1 Dokter Umum 17 Orang


2 Dokter Gigi 2 Orang
3 Spesialis Penyakit Dalam 2 Orang
4 Spesialis Bedah 1 Orang
5 Spesialis Kandungan 3 Orang
6 Spesialis Anak 3 Orang
7 Spesialis Saraf 1 Orang
8 Spesialis THT 1 Orang
9 Spesialis Mata 1 Orang
10 Spesialis Radiologi 1 Orang
11 Spesialis Anastesi 2 Orang

Jumlah 34 Orang

2. Jumlah Perawat, Perawat Gigi, Bidan, Apoteker, dan Asisten Apoteker

Jumlah perawat, bidan, apoteker, dan asisten apoteker di Rumah Sakit TNI

AU TK. IV Lanud Sam Ratulangi, tercantum dalam tabel dibawah ini.

Tabel 7. Jumlah Perawat, Perawat Gigi, Bidan, Apoteker, dan Asisten Apoteker

77
No Jenis tenaga Jumlah

1 Perawat 27 Orang
2 Perawat Gigi 1 Orang
3 Bidan 6 Orang
4 Apoteker 2 Orang
5 Asisten Apoteker 6 Orang

Jumlah 42 Orang

3. Jumlah Tenaga Ahli Gizi, Tenaga Analisis Kesehatan, Tenaga Analisis

Laboratorium, Tenaga Perekam Medis, dan Tenaga Non Medis

Jumlah tenaga ahli gizi, tenaga Analisis Kesehatan, tenaga Analisis

Laboratorium, tenaga Perekam Medis, tenaga Non Medis di Rumah Sakit

TNI AU TK. IV Lanud Sam Ratulangi, tercantum dalam tabel dibawah ini.

Tabel 8. Jumlah Tenaga Ahli Gizi, Tenaga Analisis Kesehatan, Tenaga Analisis
Laboratorium, Tenaga Perekam Medis, dan Tenaga Non Medis
No Jenis tenaga Jumlah

1 Ahli Gizi 1 Orang


2 Analisis Kesehatan 1 Orang
3 Analisis Laboratorium 4 Orang
4 Perekam Medis 1 Orang
5 Non Medis 6 Orang
6 Administrasi 5 Orang

Jumlah 13 Orang

78
4. Jumlah Petugas Kebersihan dan Petugas Keamanan

Jumlah Petugas Kebersihan dan Petugas Keamanan di Rumah Sakit TNI AU

TK. IV Lanud Sam Ratulangi, tercantum dalam tabel dibawah ini.

Tabel 9. Jumlah Petugas Kebersihan dan Petugas Keamanan

No Jenis tenaga Jumlah

1 Petugas Kebersihan 3 Orang

2 Petugas Keamanan 1 Orang

Jumlah 4 Orang

C. Sistem Informasi Manajemen di Rumah Sakit TNI AU TK. IV Lanud

Sam Ratulangi Manado

Dari hasil wawancara pada saat dilakukan observasi Sistem informasi yang

diterapkan di Rumah Sakit TNI AU TK. IV Lanud Sam Ratulangi Manado

dilakukan secara manual.

1. Rekam Medis

Rekam medis yang digunakan di Rumah Sakit TNI AU TK. IV Lanud Sam

Ratulangi disesuaikan dengan poliklinik bagian. Rekam medis ini terdiri dari

nomor kartu pasien serta identitas pasien berupa nama, umur, alamat, nama

suami/istri, agama pekerjaan dan jenis kelamin. Kemudian terdapat tiga kolom

yaitu tanggal, pemeriksaan dan terapi yang dilakukan terhadap pasien.

79
Berikut ini merupakan contoh Rekam Medis di Rumah Sakit TNI AU TK. IV

Lanud Sam Ratulangi

Gambar 7. Rekam Medis

2. Rekam Medis di Poli gigi

Rekam medis yang digunakan di Rumah Sakit TNI AU TK. IV Lanud Sam

Ratulangi disesuaikan dengan poliklinik bagian. Untuk Rekam medis di bagian

poli gigi berisi :

a. No.RM

b. Nama

c. Jenis kelamin

d. Umur

e. Kategori pasien (Dinas/BPJS/Askes/Kis/Jamkes/Swasta)


80
f. No. kartu

g. Odontogram (Nomenklatur gigi menurut FDI)

h. Tabel riwayat pemeriksaan yang terdiri :

1) Tanggal

2) Pemeriksaan (Sesuai SOAP)

i. S = Keluhan pasien saat ini yang didapatkan dari anamnesa

ii. O = Hasil pemeriksaan fisik termasuk tanda-tanda vital, skala

nyeri dan hasil pemeriksaan penunjang pasien pada saat ini

iii. A = Diagnosa, diagnosis diferensial yang di dapatkan dari

menggabungkan penilaian subyektif (S) dan obyektif (O)

iv. P = Rencana perawatan

3) Terapi

4) Kode Diagnosa

5) Tanda tangan Dokter

D. Manajemen Sistem Pembiayaan Kesehatan di Rumah Sakit TNI AU TK.

IV Lanud Sam Ratulangi Manado

Rumah Sakit TNI AU TK IV Lanud Sam Ratulangi melayani pasien dengan

dengan sistem pembiayaan JKN dalam bentuk BPJS Kesehatan, termasuk di poli

gigi yang melayani pasien dengan keluhan pada kesehatan gigi dan mulut.

Pelayanan kesehatan gigi dan mulut yang dapat dilakukan oleh pasien peserta

JKN di poli gigi yaitu semua pelayanan kesehatan gigi dan mulut yang disediakan

dan dapat dilakukan di poli gigi Rumah Sakit TNI AU TK. IV Lanud Sam

81
Ratulangi. Pelayanan pasien JKN di Rumah Sakit TNI AU TK. IV Lanud Sam

Ratulangi mengikuti sistem rujukan BPJS Kesehatan sesuai dengan tingkatan

fasilitas kesehatan masing-masing pasien peserta JKN. Saat tiba di Rumah Sakit

TNI AU TK. IV Lanud Sam Ratulangi dengan rujukan, alur pelayanan pasien

peserta JKN di Rumah Sakit TNI AU TK. IV Lanud Sam Ratulangi sama dengan

alur pelayanan pasien umum, yang membedakan hanya pada saat pembayaran.

E. Manajemen Sistem Pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit TNI AU TK.

IV Lanud Sam Ratulangi Manado

1. Pelayanan Kesehatan

a. Fasilitas Pelayanan

1) Pelayanan Rawat Inap

i. Perawatan Penyakit Dalam

ii. Perawatan Bedah

iii. Perawatan Obstetri dan Ginekologi

iv. Perawatan Anak

v. UGD

2) Pelayanan Rawat Jalan

i. Klinik Penyakit Dalam

ii. Klinik Bedah

iii. Klinik Obsetri dan Ginekologi

iv. Klinik Anak

v. Klinik Imunisasi dan Tumbuh Kembang

82
vi. Klinik Mata

vii. Klinik Gigi

viii. Klinik Saraf

ix. Klinik THT

x. Unit Gawat Darurat (UGD)

3) Instalasi Penunjang

i. Instalasi Kamar Operasi

ii. Instalasi Laboratorium

iii. Instalasi Gizi

iv. Instalasi Farmasi

v. Instalasi Pengelola Sarana dan Prasarana Rumah Sakit (IPSRS)

b. Alur pelayanan kesehatan

Pasien mengambil nomor antrian di bagian loket lalu menuju ruang

tunggu untuk menunggu panggilan oleh petugas. Setelah dipanggil oleh

petugas, pasien mendaftar di bagian pendaftaran, petugas lalu memberikan

instruksi untuk menuju poli klinik sesuai dengan keluhan pasien, atau menuju

IGD/Instalasi Gawat Darurat (hal ini dilakukan bersama keluarga pasien).

Setelah menerima perawatan, pasien melakukan pembayaran di bagian

administrasi/kasir apabila pasien Umum. Jika pasien mendapatkan resep dari

dokter di poliklinik, maka obat dapat diambil di apotek rumah sakit. Setelah

pasien mendapatkan obat, maka pasien dapat pulang.

Jika memerlukan perawatan yang lebih lanjut tetapi tidak dapat dilakukan

di poliklinik, maka pasien akan dirujuk ke fasilitas kesehatan tingkat yang

83
lebih lanjut. Untuk pasien UGD, akan menerima perawatan lebih lanjut

sehingga akan dirawat inap.

c. Sistem Rujukan

Rumah Sakit TNI AU TK IV Lanud Sam Ratulangi, Kecamatan

Mapanget, Kota Manado hanya melakukan dua jenis rujukan yaitu itu

berbasis internet/online (BPJS) maupun manual (umum/ Non-BPJS,JKN, dan

asuransi lainnya). Rujukan manual dilakukan rujukan dari poli – poli yang

ada di RSUD ke rumah sakit tipe C (sarana dan prasarana yang lebih

lengkap) atau ke rumah sakit tipe B, misalnya dari poli Rumah Sakit TNI AU

TK IV Lanud Sam Ratulangi ke poli di rumah sakit yang dituju dengan

menggunakaan surat rujukan yang diberikan oleh poli tersebut. Sistem

rujukan yang saat ini dipakai di Rumah Sakit yaitu rujukan internal dan

eksternal

1) Rujukan Internal

Rujukan internal pada Rumah Sakit TNI AU TK IV Lanud Sam

Ratulangi, terjadi secara internal (horizontal) yaitu antar poli. Pasien

dapat memeriksakan diri ke poli lain dengan rujukan internal dari poli

sebelumnya. Tetapi untuk pasien BPJS yang ingin memeriksa tidak

diperkenankan untuk memeriksa di poli lain di hari tersebut, hal itu dapat

dilakukan keesokan harinya.

2) Rujukan Eksternal

84
Rujukan eksternal di Rumah Sakit TNI AU TK. IV Lanud Sam

Ratulangi ada yang bersifat vertikal yaitu rujukan yang dilakukan ke

pelayanan kesehatan tingkat dua (rumah sakit yang memiliki

sarana/prasarana lebih lengkap) atau rujukan yang dilakukan ke

pelayanan kesehatan tingkat tiga. Semua peserta rujukan yang berada di

Rumah Sakit TNI AU TK. IV Lanud Sam Ratulangi, Kecamatan

Mapanget, Manado khususnya ialah peserta BPJS, JKN, dan asuransi

lainnya.

d. Alur Rujukan

Sebelum dilakukan prosedur klinis dan administrasi rujukan, awalnya

pasien mendaftar di loket pendaftaran untuk mendaftarkan diri ke poli yang

akan dituju. Pasien yang mendaftar di Rumah Sakit TNI AU TK. IV Lanud

Sam Ratulangi biasanya didominasi peserta BPJS. Setelah di bagian

pendaftaran, pasien diminta untuk menunggu di ruang tunggu pasien,

kemudian bagian pendaftaran memberikan nomor pendaftaran sesuai poli

yang dituju dan nomor rekam medik pasien, selanjutnya rekam medik

tersebut diteruskan ke poli masing-masing sesuai dengan tujuan perawatan.

Pada saat merujuk ke rumah sakit yang lain dan pasien menggunakan

ambulance rumah sakit, maka dibuatkan rujukan surat juga khusus

ambulance. Seperti contoh dibawah ini:

1) Alur Rujukan Internal

i. Pasien mendaftarkan diri di loket pendaftaran

ii. Pasien diminta menunggu di kursi ruang tunggu

85
iii. Petugas pendaftaran akan memberikan nama dan nomor rekam

medik pasien ke petugas rekam medik yang kemudian

didistribusikan ke poli tersebut

iv. Pasien dipanggil masuk ke ruang pemeriksaan untuk dilakukan

anamnesa dan pemeriksaan (bila diperlukan)

v. Berdasarkan hasil anamnesa dan pemeriksaan, pasien memiliki

kelainan sistemik yang harus ditangani terlebih dahulu

vi. Dokter yang berada di poli tersebut kemudian merujuk pasien ke

poli lainnya/ poli penyakit dalam dengan membuat catatan

medis pada rekam medis dan membuat rujukan

vii. Pasien kembali menunggu di ruang tunggu sampai giliran untuk

dipanggil

viii. Pasien masuk ke ruang pemeriksaan di poli lain untuk kemudian

dilakukan anamnesa dan pemeriksaan sesuai dengan permintaan

dokter di poli sebelumnya.

ix. Dokter memberikan tindakan medik maupun non medik kepada

pasien

x. Pasien kembali dilakukan rujukan ke poli awal tetapi dilakukan

pada keesokan harinya (Peserta BPJS)

2) Alur rujukan eksternal

i. Pasien mendaftarkan diri di loket pendaftaran

ii. Pasien diminta menunggu di kursi ruang tunggu

86
iii. Petugas pendaftaran akan memberikan nama dan nomor rekam

medik pasien ke petugas rekam medik yang kemudian

didistribusikan ke poli.

iv. Pasien masuk ke ruang pemeriksaan di poli tersebut untuk

kemudian dilakukan anamnesa dan pemeriksaan

v. Dokter mencatat catatan medis pasien pada rekam medis

vi. Dokter memberikan tindakan medik maupun non medik kepada

pasien berupa premedikasi obat

vii. Dokter yang berada di poli tersebut kemudian membuatkan

rujukan pasien ke poli yang sama dengan pelayanan kesehatan

tingkat kedua (rumah sakit yang memiliki sarana/prasarana lebih

lengkap) atau rujukan yang dilakukan ke pelayanan kesehatan

tingkat tiga.

2. Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut

Rumah Sakit TNI AU TK. IV Lanud Sam Ratulangi memiliki poli gigi dan

mulut yang melaksanakan pelayanan kesehatan dalam bentuk kuratif, yaitu

serangkaian kegiatan pengobatan yang ditujukan untuk penyembuhan penyakit,

pengurangan penderitaan akibat penyakit, pengendalian penyakit agar kualitas

kesehatan penderita dapat terjaga seoptimal mungkin.

a. Jenis pelayanan di poli gigi

Dari hasil wawancara mengenai jenis pelayanan yang dilakukan di poli

gigi berupa pencabutan gigi, pembersihan karang gigi, penumpatan dengan

bahan GIC (glass ionomer cement) dan resin komposit, penumpatan

87
sementara, devitalisasi, avulsi, splinting, pencabutan gigi impaksi yang tidak

rumit dan sudah tersedia foto rontgennya, dan perawatan lainnya tidak

dilakukan karena terbatasnya alat dan bahan yang disediakan di poli gigi dan

mulut, sehingga pasien akan dirujuk ke fasilitas kesehatan tingkat lanjutan.

Data jumlah pasien dari bulan oktober-desember 2019 dengan jumlah

174 pasien dengan jumlah pasien BPJS 162 pasien dan pasien umum dengan

jumlah 12 pasien. Perawatan terbanyak yaitu penambalan gigi sederhana,

pencabutan gigi, dan pembersihan karang gigi (Scalling).

b. Jumlah tenaga medis di poli gigi

Adapun jumlah tenaga medis di Poli Gigi Rumah Sakit TNI AU TK. IV

Lanud Sam Ratulangi dapat dilihat pada tabel berikut

Tabel 10. Jumlah Tenaga Medis di Poli gigi

No Jenis tenaga Jumlah

1 Dokter gigi 2 Orang

2 Perawat Gigi 1 Orang

Jumlah 3 Orang

c. Alur pelayanan di poli gigi

Pasien yang memiliki keluhan mengenai kesehatan gigi dan mulut akan

diinstruksikan menuju ke poli gigi dan duduk di ruang tunggu hingga

dipanggil oleh perawat gigi.

88
Saat pasien masuk ke dalam ruang perawatan, dokter gigi akan

melakukan anamnesa, pemeriksaan klinis, diagnosa, dan rencana perawatan

sesuai dengan kasus yang didapatkan. Lalu Dokter gigi akan mengisi rekam

medis yang dibawa oleh pasien dari bagian pendaftaran. Setelah itu, dokter

gigi akan melakukan tindakan sesuai dengan rencana perawatan yang telah

ditentukan. Pasien mendapat resep oleh dokter gigi jika diperlukan dan

setelah itu akan melakukan pembayaran, kemudian mengambil obat di apotek

rumah sakit. Jika pasien mengalami masalah kesehatan secara umum yang

mengakibatkan tidak dapat dilakukan perawatan, maka dokter gigi akan

merujuk pasien baik ke bagian poliklinik yang lain maupun ke fasilitas

kesehatan tingkat lanjut yang lebih memadai.

Pasien datang Pasien diarahkan Pasien dipanggil


langsung ke loket
F. menunggu di ruang masuk kedalam ruang
pendaftaran tunggu poli gigi poli gigi

Petugas RM membawa RM
ke poli gigi

Dokter gigi memberi Dokter gigi Dokter Gigi


resep melakukan tindakan melakukan
medik pemeriksaaan

Pasien melakukan Pasien membawa


pembayaran di resep ke bagian Pasien pulang
G. administrasi apotek

Gambar 8. Alur pelayanan pasien di poli gigi dan mulut

89
Sedangkan untuk pasien yang memiliki Jaminan Kesehatan Nasional

(JKN) seperti BPJS kesehatan, alurnya ialah pasien datang ke bagian loket

untuk mengambil nomor antrian, lalu ke bagian pendaftaran dan

menunjukkan kartu identitas peserta BPJS kesehatan, kemudian petugas

mencetak surat eligbilitas peserta BPJS dan dikonfirmasi oleh pihak rumah

sakit, melakukan legalisasi surat eligbilitas dan setelah itu pasien akan

menerima pelayanan kesehatan sesuai dengan indikasi medis.

Gambar 9 . Alur pelayanan kesehatan bagi pasien dengan JKN

d. Sistem Rujukan di Poli gigi

1) Rujukan Internal

90
Rujukan internal pada poli gigi Rumah Sakit TNI AU TK. IV Lanud

Sam Ratulangi, dilakukan antar poli (horizontal). Rujukan internal

apabila pasien poli gigi memiliki keadaan sistemik tertentu yang

membuat tindakan perawatan gigi harus ditunda dan pasien langsung

dirujuk ke poli yang berkaitan dengan kondisi sistemik pasien. Pasien

poli gigi yang dirujuk ke poli lain biasanya memiliki penyakit sistemik

seperti hipertensi dan diabetes melitus. Poli lain yang menjadi tujuan

rujukan biasanya poli umum dan penyakit dalam. Dokter gigi membuat

surat rujukan dan memberikannya kepada pasien yang bersangkutan

untuk menuju poli rujukan. Apabila pasien sudah ditangani di poli

rujukan, maka pasien akan dirujuk balik ke poli gigi disertai dengan surat

rujukan balik, namun pasien akan ditangani di poli gigi dihari berikutnya

karena pada sistem BPJS kesehatan pasien hanya menerima satu

perawatan (satu poli) per hari. Selain merujuk pasien ke poli lain, Poli

gigi juga menerima pasien yang dirujuk dari poli lainnya.

i. Alur rujukan internal poli gigi ke poli lain

a) Dokter yang berada di poli gigi merujuk pasien ke poli

lainnya/ poli penyakit dalam dengan membuat surat

rujukan.

b) Pasien kembali menunggu di ruang tunggu sampai giliran

untuk dipanggil.

91
c) Pasien masuk ke ruang pemeriksaan di poli lain/poli

penyakit dalam untuk kemudian dilakukan anamnesa dan

pemeriksaan.

d) Dokter memberikan tindakan medik maupun non medik

kepada pasien.

e) Pasien kembali dilakukan rujukan ke poli gigi dengan

membawa surat rujukan balik yang dibuat oleh dokter di

poli rujukan.

Poli Gigi

 Poli Umum
 Poli Penyakit Dalam
 Poli Anak
 Poli Kebidanan &
Kandungan
Ruang Tunggu  Poli Bedah
 Poli Saraf
 Poli THT
 Poli Mata

Keterangan :

: Rujukan dari poli gigi ke poli lain

: Rujukan dari poli lain ke poli gigi

92
Gambar 10. Alur rujukan antar poli (poli gigi ke poli lain dan sebaliknya)

Gambar 11. Surat rujukan di Poli gigi

Rumah Sakit TNI AU TK. IV LANUD Sam Ratulangi, Kecamatan

Mapanget memiliki ruang radiologi untuk keperluan rujukan foto rontgen.

Namun, tidak tersedia alat X-ray sehingga untuk saat ini apabila terdapat

pasien yang hendak dilakukan foto rontgen maka akan dirujuk ke RSUP Prof.

Dr. Kandou Manado.

2) Rujukan Eksternal

Rujukan eksternal di poli gigi Rumah Sakit TNI AU TK. IV

LANUD Sam Ratulangi bersifat vertikal yaitu rujukan yang dilakukan ke

pelayanan kesehatan tingkat tiga yaitu RSUP Prof. Dr. Kandou Manado.

Pasien yang dirujuk ke RSUP Prof. Dr. Kandou Manado yaitu pasien

yang membutuhkan perawatan bedah. Dokter gigi akan memberikan

93
surat rujukan kepada pasien dan pasien menuju ke bagian administrasi

untuk diberikan nomor surat pada surat rujukan tersebut, kemudian

pasien menuju ke RSUP Prof. Dr. Kandou Manado.

F. Manajemen Praktik Kedokteran Gigi di Rumah Sakit TNI AU TK. IV

Lanud Sam Ratulangi Manado

1. Kontrol Infeksi

Kontrol infeksi mengacu pada kewaspadaan standar atau yang dikenal dengan

istilah Standard Precaution. Standard Precaution merupakan langkah-langkah

yang perlu diikuti ketika melakukan tindakan yang melibatkan kontak dengan

darah, semua cairan tubuh dan sekrsesi, ekskresi (kecuali keringat), kulit dengan

luka terbuka dan mukosa yang bertujuan untuk melindungi dokter gigi, pasien dan

staf dari paparan objek yang infeksius selama prosedur perawatan berlangsung.

Pencegahan yang dilakukan adalah evaluasi pasien, perlindungan diri, sterilisasi

instrumen, desinfeksi permukaan, penggunaan alat sekali pakai dan penanganan

sampah medis.

Berdasarkan hasil observasi, pasien yang datang ke poli gigi Rumah Sakit

TNI AU TK. IV Lanud Sam Ratulangi awalnya dilakukan anamnesa mengenai

keluhan utama dan riwayat penyakit yang mungkin dimiliki oleh pasien. Untuk

melakukan pemeriksaan klinis oleh dokter gigi, perawat menyediakan alat steril

berupa alat diagnostik tanpa menggunakan sarung tangan. Alat yang steril diambil

dari wadah alat (nierbecken).

94
Setelah melakukan pemeriksaan klinis, dokter gigi menetapkan diagnosa

kemudian mengambil rencana perawatan, hal ini lalu didiskusikan dengan pasien.

Jika pasien menyetujui, maka dapat dilakukan perawatan, pasien menandatangani

informed consent untuk tindakan pencabutan. Perawat menyediakan alat dan

bahan yang dibutuhkan untuk perawatan. Pasien memakai pengalas dada saat

perawatan sehingga cairan yang terkontaminasi tidak dapat mengenai baju pasien.

Selain itu, dokter gigi maupun perawat gigi mencuci tangan, baik sebelum

maupun setelah mengerjakan pasien karena terdapat wastafel untuk mencuci

tangan di ruangan praktek.

Berdasarkan hasil observasi, dilakukan perlindungan permukaan kerja berupa

penutup atau pelindung disposable untuk mencegah kontaminasi permukaan

sesudah melakukan perawatan. Permukaan kerja yang sering terkontaminasi yaitu

dental unit (head rest, arm rest, lampu penerang, saklar, meja kabinet). Oleh

karena itu, penting untuk melindungi permukaan kerja dengan penutup sekali

pakai dan dibuang tiap pergantian pasien.

Setelah selesai perawatan, dokter gigi membuang sarung tangan bekas pakai

yang telah terkontaminasi di tempat sampah medis. Kemudian pasien turun dari

dental unit dan menerima instruksi pasca perawatan serta mendapatkan resep

sesuai indikasi medis jika diperlukan. Perawat merapikan alat dan bahan yang

digunakan. Permukaan kerja didesinfeksi dengan bahan kimia (menggunakan

alkohol). Alat yang telah terkontaminasi dibawa oleh perawat menuju bagian

sterilisasi yang berada di ruangan OK. Jenis sterilisasi yang digunakan ialah

95
sterilisasi basah. Setelah selesai steril, alat disimpan kembali di lemari

penyimpanan alat dan bahan.

2. Penanganan Limbah Medis

Poli Gigi Rumah Sakit TNI AU TK. IV Lanud Sam Ratulangi memiliki tiga

tempat pembuangan yaitu tempat sampah medis, non medis, dan safety box.

a. Tempat sampah medis berguna sebagai tempat pembuangan limbah

medis seperti sarung tangan, masker, suction, kapas, kasa dan bahan lain

yang telah terkontaminasi saliva/darah pasien.

b. Tempat sampah non medis untuk membuang limbah non medis seperti

sampah plastik, gelas kumur, dan bahan lain tidak berpotensi

menimbulkan kontaminasi.

c. Safety box sebagai tempat pembuangan limbah medis yang tajam seperti

jarum suntik yang memiliki potensi yang besar untuk infeksi silang.

Operator menutup jarum suntik bekas pakai sebelum membuangnya ke

dalam safety box.

Pembuangan dan pengelohan sampah medis dilakukan setiap satu minggu

sekali yaitu pada hari Rabu, sampah tersebut di tampung di ruangan khusus yaitu

ruangan TPS LB3 sampai sampah tersebut di angkut oleh pihak ke tiga dalam hal

ini pihak Rumah Sakit TNI AU TK. IV Lanud Sam Ratulangi bekerjasama

dengan pihak ke tiga sedangkan limbah cair langsung diolah di Rumah Sakit TNI

AU TK. IV Lanud Sam Ratulangi menggunakan survace aerator di Instalasi

Pengolahan Air Limbah (IPAL) yang berada di samping belakang Rumah Sakit.

3. Four-handed dentistry

96
Dalam mengerjakan perawatan kepada pasien, dokter gigi sebagai operator

dibantu oleh perawat gigi sebagai asisten. Asisten bertugas menyediakan serta

menyusun alat dan bahan di atas meja kerja dental unit. Selama melakukan

tindakan, dokter gigi berada pada operator zone (arah jam 8-12) dan asisten

berada pada assistant zone (arah jam 2-4). Selain menyediakan alat dan bahan,

asisten juga membantu operator selama prosedur perawatan seperti

mengoperasikan saliva ejector. Asisten juga bertugas mendesinfeksi daerah dan

permukaan kerja setelah perawatan selesai dilakukan.

4. Tata Letak Ruang Praktik Kedokteran Gigi

Ruangan Praktik di Poli Gigi Rumah Sakit TNI AU TK. IV Lanud Sam

Ratulangi menempati ruangan sendiri di lantai 1. Ruangan tersebut memiliki

jendela dan ventilasi. Di dalam ruangan poli gigi terdapat 1 dental unit, 1

compressor, meja dokter, meja untuk pasien mengisi lembar informed consent,

wastafel, dan lemari alat.

Gambar 12. Tata letak ruangan praktik kedokteran gigi di poli gigi Rumah Sakit
TNI AU TK. IV Lanud Sam Ratulangi

97
BAB IV

ANALISIS

A. Analisis Manajemen Organisasi Tata Laksana dan Profil di Rumah

Sakit TNI AU TK. IV Lanud Sam Ratulangi Manado

Manajemen Organisasi Tata laksana pada Rumah sakit disesuaikan dengan

besarnya kegiatan dan beban kerja Rumah sakit sesuai dengan Peraturan Presiden

nomor 77 tahun 2015 . Organisasai Rumah Sakit paling sedikit terdiri atas :

1. Kepala Rumah sakit atau direktur Rumah sakit

2. Unsur pelayanan medis

3. Unsur keperawatan

98
4. Unsur penunjang medis

5. Unsur administrasi umum dan keuangan

6. Komite medis

7. Satuan pemeriksaan internal

Dari hasil observasi Struktur Organisasi di Rumah Sakit TNI AU TK. IV

Lanud Sam Ratulangi Manado sudah memenuhi standar Manajemen Organisasi

Tata laksana yang sesuai dengan peraturan presiden nomor 77 tahun 2015 tentang

Organisasi Rumah sakit.

B. Analisis Manajemen Sumber daya Manusia di Rumah Sakit TNI AU

TK. IV Lanud Sam Ratulangi Manado

Sumber daya manusia merupakan elemen organisasi yang sangat penting.

Sumber daya manusia merupakan pilar utama sekaligus penggerak roda organisasi

dalam upaya mewujudkan visi dan misinya. Karenanya harus dipastikan sumber

daya ini dikelola dengan sebaik mungkin agar mampu memberi kontribusi secara

optimal. Maka diperlukanlah sebuah pengelolaan secara sistematis dan terencana

agar tujuan yang diinginkan dimasa sekarang dan masa depan bisa tercapai yang

sering disebut sebagai manajemen sumber daya manusia. Tujuan manajemen

sumber daya manusia yaitu untuk mengelola atau mengembangkan kompetensi

personil agar mampu merealisasikan misi organisasi dalam rangka mewujudkan

visi.

99
Rumah sakit merupakan fasilitas kesehatan rujukan utama bagi masyarakat

yang ingin memperoleh pelayanan kesehatan baik untuk pengobatan maupun

untuk pemulihan kesehatannya. Sebagai pusat rujukan kesehatan utama, rumah

sakit dituntut mampu memberikan pelayanan yang komprehensif bagi setiap

pasiennya. Pelayanan kesehatan yang komprehensif merupakan berbagai bentuk

pelayanan yang diberikan kepada klien oleh suatu tim multi disiplin sesuai

kebutuhan pasien. Sumber Daya Manusia (SDM) di rumah sakit menjadi hal

penting yang mendukung berkembangnya rumah sakit dan menjadi tolak ukur

dalam penilaian pengembangan mutu pelayanan di rumah sakit.

Rumah Sakit TNI AU TK. IV Lanud Sam Ratulangi Manado merupakan

organisasi pelayanan jasa yang mempunyai kespesifikan dalam hal SDM. Sumber

daya manusia di dalam rumah sakit pasti terdapat berbagai profesi dan jumlah

karyawan yang banyak.

Sebagai pelayanan jasa, rumah sakit menghasilkan produk yang bersifat tidak

berwujud atau intangible, maka SDM merupakan unsur yang sangat penting baik

dalam produksi maupun penyampaian jasa dalam pelayanan berkualitas di rumah

sakit.

Sumber daya manusia yang ada di Rumah Sakit TNI AU TK. IV Lanud Sam

Ratulangi Manado terdiri dari:

1. Tenaga kesehatan yang meliputi Dokter spesialis, Dokter umum, Dokter gigi,

Apoteker, Ahli Gizi, Perawat, Perawat Gigi, Bidan, Asisten Apoteker,

Analisis Kesehatan dan Analisis Laboratorium.

100
2. Tenaga non kesehatan yang meliputi bagian keuangan, administrasi, Petugas

Kebersihan dan Petugas Keamanan.

Adapun kualifikasi pelayanan rumah sakit tipe C minimal pelayanan

medisnya terdapat :

1. Medik :

a. Terdapat 9 dokter umum untuk pelayanan medik dasar

b. Terdapat 2 dokter gigi umum untuk pelayanan medik gigi mulut

c. Terdapat 2 dokter spesialis untuk setiap jenis pelayanan medik spesialis

dasar

d. Terdapat 1 dokter spesialis untuk septiap jenis pelayanan medik spesialis

penunjang

e. Terdapat 1 dokter gigi untuk setiap jenis pelayanan medik spesialis gigi

mulut

2. Kefarmasian :

a. Terdapat 1 Apoteker sebagai kepala instalasi farmasi

b. Terdapat 2 Apoteker di Rawat Jalan dibantu 4 tenaga teknis farmasi

c. Terdapat 4 Apoteker di rawat inap dibantu 4 tenaga teknis farmasi

d. Terdapat 1 Apoteker koordinator penerimaan, distribusi, dan produksi

3. Keperawatan :

a. Dihitung dengan perbandingan 2 perawat untuk 3 tempat tidur

b. Kualifikasi & kompetensi disesuaikan dengan kebinanan Rumah sakit

c. Tenaga kesehatan dan Non kesehatan : Disesuaikan dengan kebinanan

Rumah sakit

101
Dengan adanya ketentuan tersebut maka tentu saja perencanaan SDM di

rumah sakit tipe C akan berbeda dengan tipe yang lain. Dari hasil observasi di

Rumah Sakit TNI AU TK. IV Lanud Sam Ratulangi Manado pada bagian poli

gigi terdapat 2 dokter gigi umum untuk pelayanan medik gigi mulut sedangkan

untuk pelayanan medik spesialis gigi mulut belum ada.

C. Analisis Sistem Informasi Manajemen di Rumah Sakit TNI AU TK. IV

Lanud Sam Ratulangi Manado

Manajemen Sistem Informasi Rumah Sakit merupakan himpunan atau

kegiatan dan prosedur yang terorganisasikan dan saling berkaitan serta saling

ketergantungan dan dirancang sesuai dengan rencana dalam usaha menyajikan

informasi yang akurat, tepat waktu dan sesuai kebutuhan guna menunjang proses

fungsi-fungsi manajemen dan pengambilan keputusan dalam memberikan

pelayanan kesehatan di Rumah Sakit.

Sistem informasi memiliki tiga elemen utama, yaitu data yang menyediakan

informasi, prosedur yang memberitahu pengguna bagaimana mengoperasikan

sistem informasi, dan orang-orang yang membuat produk, menyelesaikan

masalah, membuat keputusan, dan menggunakan sistem informasi tersebut.

Orang-orang dalam sistem informasi membuat prosedur untuk mengolah dan

memanipulasi data sehingga menghasilkan informasi dan menyebarkan informasi

tersebut ke lingkungan.

Suatu Manajemen Sistem Informasi dapat dioperasionalisasi bila terdapat 3

unsur penting, yaitu:

102
4) Hardware (Perangkat Keras) terdiri dari: Komputer dan peralatannya,

jaringan komunikasi seperti modem, telepon dan lain-lain.

5) Software (Perangkat Lunak) terdiri dari program yang menjalankan proses

kerja pada komputer.

6) Brainware merupakan unsur manusia yang menjalankan SIM (Sistem

Informasi Manajemen)

Dari hasil observasi dan wawancara di Rumah Sakit TNI AU TK. IV Lanud

Sam Ratulangi Manado pada Manajemen sistem informasi yang diterapkan secara

manual dan juga Sistem pelaporan di Rumah Sakit TNI AU TK. IV Lanud Sam

Ratulangi Manado baik bulanan dan tahunan dilakukan secara manual.

1. Rekam Medis

Dalam Pasal 46 ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29

tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran, yang dimaksud dengan rekam medik

adalah berkas yang berisi catatan dan dokumen tentang identitas pasien,

pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan

kepada pasien.

Pada sistem penomoran Rekam medis terdiri dari 3 sistem yaitu :

a. Pemberian nomor cara seri

b. Pemberian nomor cara unit

c. Pemberian nomor cara seri unit

Dari hasil observasi dan wawancara di Rumah Sakit TNI AU TK. IV Lanud

Sam Ratulangi Manado sistem penomoran rekam medisnya diatur dengan sistem

pemberian nomor cara unit yaitu suatu sistem penomoran dimana sistem ini

103
memberikan sutu nomor rekam medis pada pasien berobat jalan maupun pasien

rawat inap dan gawat darurat serta bayi baru lahir. Setiap pasien yang berkunjung

mendapat satu nomor pada saat pertama kali pasien datang ke Rumah sakit, dan

digunakan selamanya pada kunjungan berikutnya. Maka dokumen rekam medis

pasien tersebut hanya tersimpan di dalam satu folder dibawah satu nomor.

2. Rekam Medis kedokteran gigi

Dalam rekam medik gigi, data-data penting yang perlu dicatat, dirangkum

dalam blangko rekam medik gigi sehingga berfungsi sebagai check list agar selalu

dapat diperiksa sehingga tidak terlewatkan, antara lain:

a. Identitas Pasien

Data Identitas pasien dalam Rekam Medik Gigi minimal berisi:

1) Nomor file (administrasi dokter gigi yang bersangkutan)

2) Tanggal pembuatan status

3) Nama

4) Jenis kelamin

5) Tempat dan tanggal lahir/umur

6) Alamat rumah, nomor telepon rumah dan handphone

7) Pekerjaan

8) Alamat kantor, nomor telepon kantor

b. Keadaan Umum Pasien

Data keadaan umum pasien dalam Rekam Medik Gigi minimal berisi:

i) Golongan darah

j) Tekanan darah normal (adakah kelainan tekanan darah)

104
k) Adakah kelainan hemofilia

l) Adakah kelainan jantung

m) Adakah penyakit diabetes

n) Adakah alergi terhadap makanan tertentu

o) Adakah alergi terhadapa makanan tertentu

p) Adakah penyakit-penyakit tertentu, seperti hepatitis atau HIV

c. Odontogram

Pada odontogram berisi data:

i) Tanggal pemeriksaan untuk odontogram

j) Gambar denah gigi (odontogram)

k) Hubungan oklusi

l) Ada atau tidaknya torus palatinus, torus mandibularis

m) Tipe langit-langit mulut (palatum): dalam/sedang/rendah

n) Ada atau tidaknya gigi berlebih (supernumerary)

o) Ada atau tidaknya diastema sentral

p) Adakah anomali atau ciri-ciri lainnya

d. Data Perawatan Kedokteran Gigi

Data perawatan kedokteran gigi berisi:

g) Tanggal kunjungan

h) Gigi yang dirawat

i) Keluhan dan diagnosa

j) Tindakan yang dilakukan

105
k) Paraf dokter gigi (hal ini penting terutama jika yang mengerjakan

tidak hanya satu dokter gigi )

l) Rontgen foto, intra oral digital foto jika ada.

Dari hasil observasi di Rumah Sakit TNI AU TK. IV Lanud Sam Ratulangi

Manado Rekam medis di Poli gigi sudah sesuai dengan standar rekam medis

kedokteran gigi namun ada beberapa data yang belum disertakan seperti data

keadaan umum pasien dan pengisian odontogram yang belum lengkap.

D. Analisis Manajemen Sistem Pembiayaan Kesehatan di Rumah Sakit TNI

AU TK. IV Lanud Sam Ratulangi Manado

Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) merupakan bagian dari Sistem Jaminan

Sosial Nasional (SJSN) yang diselenggarakan dengan menggunakan mekanisme

asuransi kesehatan sosial yang bersifat wajib (mandatory) berdasarkan Undang –

Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang SJSN, dengan tujuan untuk memenuhi

kebutuhan dasar kesehatan masyarakat yang layak yang diberikan kepada setiap

orang yang telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh pemerintah.

Dari hasil observasi dan wawancara di Rumah Sakit TNI AU TK. IV Lanud

Sam Ratulangi Manado Sistem pembiayaan yang diterapkan melayani pasien

dengan dengan sistem pembiayaan JKN dalam bentuk BPJS Kesehatan, termasuk

di poli gigi yang melayani pasien dengan keluhan pada kesehatan gigi dan mulut.

E. Analisis Manajemen Sistem Pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit TNI

AU TK. IV Lanud Sam Ratulangi Manado

106
1. Analisis Pelayanan Kesehatan

a. Analisis Alur pelayanan Rumah Sakit Tipe C dan D Sesuai Pedoman

Teknis Perumahsakitan Kemenkes RI

Gambar 13. Alur pelayanan

Dari hasil observasi alur pelayanan Rumah Sakit TNI AU TK. IV Lanud

Sam Ratulangi Manado sudah sesuai dengan alur pelayanan Rumah sakit

Tipe C dan D yang sesuai Pedoman Teknis Perumahsakitan Kemenkes RI.

b. Analisis Jenis pelayanan Rumah Sakit

Rumah Sakit Umum tipe C merupakan Rumah Sakit Umum yang

melaksanakan pelayanan kesehatan spesialistik paling sedikit empat spesialis

dasar yaitu: Penyakit Dalam, Penyakit Bedah, Penyakit

Kebidanan/Kandungan, dan Kesehatan Anak.

107
Dari hasil observasi dan wawancara di Rumah Sakit TNI AU TK. IV

Lanud Sam Ratulangi Manado pelayanan spesialistiknya sudah memenuhi

standar Rumah Sakit Umum tipe C yang terdiri dari Spesialis Kandungan dan

Kebidanan, Spesialis Penyakit Dalam, Spesialis Anak, Spesialis Bedah

Umum, Spesialis THT, Spesialis Saraf dan Spesialis Mata

c. Analisis Sistem Rujukan

Tata cara melakukan rujukan meliputi mendiagnosa pasien, komunikasi

dengan tempat rujukan, membuat surat pengantar rujukan, menyiapkan

transportasi, merujuk pasien dengan mendampinginya, menyerahkan

tanggung jawab ke pihak rumah sakit, penerima rujukan bertanggungjawab

atas pelayanan lanjutan dan penerima rujukan wajib memberitahu

perkembangan pasien setelah memberikan pelayanan kesehatan, hal ini telah

diatur melalui Permenkes No. 1 tahun 2012.

Dari hasil observasi dan wawancara di Rumah Sakit TNI AU TK. IV

Lanud Sam Ratulangi Manado sistem rujukan yang digunakan hanya

melakukan dua jenis rujukan yaitu berbasis internet/online (BPJS) maupun

manual (umum/ Non-BPJS,JKN, dan asuransi lainnya). Rujukan manual

dilakukan rujukan dari poli-poli yang ada di RSUD ke rumah sakit tipe C

(sarana dan prasarana yang lebih lengkap) atau ke rumah sakit tipe B,

misalnya dari poli Rumah Sakit TNI AU TK IV Lanud Sam Ratulangi ke poli

di rumah sakit yang dituju dengan menggunakaan surat rujukan yang

diberikan oleh poli tersebut. Sistem rujukan yang saat ini dipakai di Rumah

Sakit yaitu rujukan internal dan eksternal

108
2. Analisis Pelayanan Kedokteran gigi

a. Analisis alur pelayanan kedokteran gigi

1) Pasien masuk ke Poli Gigi.

2) Petugas melakukan anamnesa.

3) Petugas melakukan pemeriksaan fisik/klinis.

4) Petugas menegakkan diagnosa dan rencana perawatan.

5) Petugas melakukan rujukan ke pelayanan kesehatan yang lebih

tinggi dan memiliki fasilitas kesehatan yang memadai jika tidak

dapat ditangani.

6) Petugas melakukan rujukan ke unit terkait apabila diperlukan.

7) Petugas melakukan tindakan/perawatan/DHE sesuai dengan kasus.

8) Petugas menyampaikan instruksi post tindakan.

9) Petugas menyerahkan resep kepada pasien bila diperlukan.

10) Pasien pulang.

Berdasarkan standar alur pelayanan kedokteran gigi yang ada, alur

pelayanan di Rumah Sakit TNI AU TK IV Lanud Sam Ratulangi sudah sesuai

dengan ketentuan.

b. Analisis Jenis pelayanan di Poli Gigi Rumah Sakit

Standar Pelayanan kedokteran Gigi

1) Pelayanan pencegahan

Pelayanan yang ditujukan kepada perorangan: pemeriksaan gigi dan

mulut, nasehat dan petunjuk kepada perorangan mengenai hygiene

mulut, dan pelaksanaan fissure sealent.

109
2) Pelayanan medik gigi dasar

i. Pembersihan karang gigi

ii. Ekstraksi tanpa komplikasi

iii. Fissure sealent

iv. Restorasi tumpatan

v. Perawatan saluran akar

vi. Perawatan penyakit/kelainan jaringan mulut

vii. Menghilangkan traumatik oklusi

Dari hasil observasi dan wawancara di di Rumah Sakit TNI AU TK IV

Lanud Sam Ratulangi sesuai dengan standar pelayanan kedokteran gigi pada

pelayanan pencegahan di Rumah Sakit TNI AU TK IV Lanud Sam Ratulangi

Manado belum diterapkan standar tersebut akan tetapi untuk pelayanan medik

gigi dasar sudah dilaksanakan sesuai dengan standar pelayanan kedokteran

gigi.

F. Analisis Manajemen Praktik Kedokteran Gigi di Rumah Sakit TNI AU

TK. IV Lanud Sam Ratulangi Manado

1. Ketersediaan alat dan bahan

Dari hasil wawancara dan observasi mengenai Ketersediaan alat dan bahan di

Poli gigi Rumah Sakit TNI AU TK. IV Lanud Sam Ratulangi Manado sudah

memenuhi Persyaratan peralatan Poli Gigi menurut Permenkes No 75 Tahun

2014.

2. Sarana dan prasarana

110
Dari hasil wawancara dan observasi mengenai Sarana dan prasarana di Poli

gigi Rumah Sakit TNI AU TK. IV Lanud Sam Ratulangi Manado secara

keseluruhan sudah sesuai dengan Standar acuan untuk menyiapkan sarana dan

prasarana untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan gigi di poli gigi.

3. Tata letak ruang

Ruang periksa merupakan ruang utama dalam praktik dokter gigi, tata letak

peralatan dalam ruangan ini berorientasi memberi kemudahan dan kenyamanan

bagi dokter gigi, perawat gigi, berserta pasiennya ketika proses perawatan

dilakukan. Ukuran minimal ruang perawatan untuk satu dental unit yaitu 2,5 X

3,5 Meter, dalam ruangan ini dapat dimasukan satu buah dental unit, mobile

cabinet, serta dua buah dental stool. Unsur penunjang lain dapat turut dimasukan

seperti audio-video atau televisi untuk hiburan pasien yang sedang dirawat.

Dental unit merupakan perhatian utama dalam mendesain penemptan

peralatan. Di belakang dental unit diperlukan ruang sebesar 1 Meter untuk

operator’s zone dan static zone, oleh karena itu jarak ideal antara ujung bawah

dental unit dengan dinding belakang atau dental cabinet yang diletakkan di

belakang adalah 3 Meter; sementara jarak antara ujung bawah dental unit dengan

dinding depan minimal 0,5 Meter. Dental unit umumnya memiliki lebar 0,9

Meter, bila tray dalam kondisi terbuka keluar maka lebar keseluruhan umumnya

1,5 cm. Jarak dari tiap sisi minimal 0,8 Meter untuk pergerakan di operator’s zone

dan asistant’s zone.

Mobile cabinet sebagai tempat menyimpan bahan dan alat yang akan

digunakan pada saat perawatan diletakan di static zone. Zona ini tidak akan

111
terlihat oleh pasien dan terletak diantara operator’s zone dan assistant zone

sehingga baik dokter gigi maupun perawat gigi akan dengan mudah mengambil

bahan maupun alat yang diperlukan dalam perawatan bila mobile cabinet lebih

dari satu, maka mobile cabinet kedua diletakan di operator’s zone. Alat besar

terakhir yang berada di ruang perawatan adalah dental cabinet sebagai tempat

penyimpanan utama bahan maupun alat kedokteran gigi. Umumnya berbentuk

bufet setengah badan seperti kitchen cabinet dengan ketebalan 0,6-0,8 Meter. Bila

hanya satu sisi, lemari ini ditempatkan di static zone, sedangkan bila berbentuk L,

ditempatkan di static zone dan assistant’s zone. Keberadaan dental cabinet akan

menambah luas ruangan yang diperlukan untuk menempatkannya.

Dari hasil wawanacara dan observasi mengenai tata ruang praktik di bagian

Poli gigi Rumah Sakit TNI AU TK. IV Lanud Sam Ratulangi Manado secara

keseluruhan pengaturannya sudah baik akan tetapi untuk tata letak Mobile cabinet

sebagai tempat menyimpan bahan dan alat yang akan digunakan pada saat

perawatan diletakan di static zone belum diletakkan sesuai dengan pengaturan

yang baik. Ruangan kerja di poli gigi telah tertata dengan rapi, namun tidak

terdapat dinding yang membatasi antara ruang kerja di dental unit dengan meja

kerja dokter. Letak kompresor berada di dalam ruangan tindakan sudah baik

karena berada di dalam lemari kedap suara.

4. Kontrol Infeksi

Aspek kontrol infeksi termasuk penilaian resiko transmisi infeksi, pengaturan

area proses sterilisasi instrumen, proses sterilisasi instrumen yang terkontaminasi.

Staf harus dilatih untuk dapat menilai tingkat resiko dan kemungkinan akibatnya,

112
mengenali situasi ketika terjadi paparan dan mengetahui cara mencegah atau

meminimalisasi resiko terhadap pasien, staf dan orang lain.

Pengaturan area proses sterilisasi terletak di tengah ruangan, diatur

sedemikian rupa, terpisah dari ruang kerja namun mudah diakses oleh para staf.

Untuk mengurangi potensi terjadinya kontaminasi pada ruangan steril, area ini

harus memiliki jalur yang membatasi hanya petugas yang dapat memasuki

ruangan ini. Proses dekontaminasi peralatan merupakan rangkaian proses yang

terdiri dari 5 tahap yaitu transportasi, pembersihan melalui dekontaminasi,

persiapan pengepakan, sterilisasi instrumen dan penyimpanan instrumen steril.

Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Terhadap Tenaga Pelayanan Kesehatan

Gigi karena status infeksi pasien terkadang tidak diketahui, untuk mencegah

infeksi silang baik pada pasien atau tenaga pelayanan kesehatan gigi, penting

untuk beranggapan bahwa setiap darah dan cairan tubuh pasien berpotensi

berpenyakit infeksi dan dapat menular, maka penting untuk dilakukan

Kewaspadaan Standar (Standard Precaution).

Dari hasil observasi dan wawancara di poli gigi Rumah Sakit TNI AU TK IV

LANUD Sam Ratulangi, kesadaran operator akan pengontrolan infeksi sudah baik

dikarenakan sudah sesuai dengan aturan yang diatur saat menangani pasien.

Pasien memakai kain pengalas dada agar tidak ada cairan yang terkontaminasi

mengenai baju pasien. Operator dan asisten memakai masker dan sarung tangan

sekali pakai setiap kali merawat pasien. Pemeriksaan yang menyeluruh untuk

mengevaluasi pasien sudah dilakukan dengan baik, hal ini dilakukan untuk

mengetahui apakah pasien memiliki riwayat penyakit infeksi yang menular.

113
Perlindungan permukaan kerja seperti menggunakan pelindung disposable pada

dental unit (lampu penerang, saklar, speaten bowl, meja dan mobile cabinet)

masih perlu ditingkatkan. Permukaan kerja disterilkan dengan bahan kimia

(alkohol). Perlindungan diri dan permukaan kerja sangat penting untuk dilakukan

oleh operator dan asisten untuk mencegah terjadinya infeksi silang. Konsep four-

handed dentristry telah dilakukan dengan baik di poli gigi Rumah Sakit TNI AU

TK IV LANUD Sam Ratulangi. Pembagian area kerja antara operator dan asisten

telah dilakukan dengan baik.

Sterilisasi alat di poli gigi Rumah Sakit TNI AU TK IV LANUD Sam

Ratulangi dilakukan dengan baik di ruang OK yang merupakan pusat sterilisasi di

Rumah sakit dan akses untuk mengambil alat yang telah steril di ruang OK juga

cukup mudah dan tidak mengganggu.

5. Four-handed dentistry

Dalam mengerjakan perawatan kepada pasien, dokter gigi sebagai operator

dibantu oleh perawat gigi sebagai asisten. Dari hasil observasi dan wawancara di

poli gigi Rumah Sakit TNI AU TK IV LANUD Sam Ratulangi manado

menerapkan sistem Four-handed dentistry dalam melakukan perawatan gigi.

5. Penanganan limbah medis

Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) merupakan suatu bangunan instalasi

yang mampu mengolah limbah cair klinis yang berbahaya menjadi aman untuk

dibuang di alam atau badan air.Air limbah yang berasal dari rawat inap harus

diolah di Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL), bila tidak mempunyai IPAL

harus dikelola sesuai ketentuan yang berlaku melalui kerjasama dengan pihak lain

114
atau pihak yang berwenang. Air limbah disalurkan melalui saluran tertutup.

Limbah cair bekas cucian film harus ditampung dan tidak boleh dibuang ke

lingkungan serta dikoordinasikan dengan Dinas Kesehatan.

Dari hasil wawancara dan observasi, Sistem pembuangan limbah medis di

poli gigi Rumah Sakit TNI AU TK IV LANUD Sam Ratulangi sudah tergolong

baik untuk limbah padat karena sudah tersedia tempat sampah untuk limbah medis

padat yang infeksius, non-infeksius, dan biohazard box untuk pembuangan jarum

suntik, dan pembuangan limbah medis tersebut telah dilakukan sebagaimana

mestinya.

Di Rumah Sakit TNI AU TK IV LANUD Sam Ratulangi Manado Limbah

cair dilakukan dengan menggunakan IPAL dan Limbah padat dilakukan dengan

bekerjasama dengan pihak ke-II.

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Sistem manajemen di Rumah Sakit TNI AU LANUD Sam Ratulangi secara

keseluruhan sudah diterapkan dengan baik. Manajemen pelayanan kesehatan gigi

dan mulut, alur pelayanan, dan sistem rujukan juga sudah diterapkan dengan baik.

115
Selain itu, manajemen praktik kedokteran gigi di Poli Gigi Rumah Sakit TNI AU

TK IV LANUD Sam Ratulangi baik dan Rumah Sakit TNI AU TK IV LANUD

Sam Ratulangi sementara dalam proses peningkatan mutu pelayanan Rumah Sakit

ke tingkat III.

B. Saran

1. Meningkatkan Manajemen Sistem informasi Rumah Sakit TNI AU TK IV

LANUD Sam Ratulangi manado

2. Perlunya penambahan Tenaga medis untuk menunjang perawatan yang lebih

maksimal

3. Meningkatkan prosedur pengamanan operator dan pasien untuk kontrol

infeksi yang lebih baik lagi

4. Perlunya pengadaan alat penunjang seperti foto rontgen

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan RI. 2008. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta.

Departemen Kesehatan RI. 2011. Tantangan Pembangunan Kesehatan. Jakarta.

Azwar, Azrul. 1996. Menjaga Mutu Pelkes. Jakarta. Sinar Harapan.

Hasubuan, M. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta. Aksara Bumi.

116
Peraturan Menteri Kesehatan RI. 2010. Tentang Klasifikasi Rumah Sakit.

Kemenkes RI.

Haliman, Wulandari. 2012. Cerdas Memilih Rumah Sakit. Yogyakarta. Rapha

Publishing.

Andriani, M; Wirjamati. 2012. Pengantar Gizi Masyarakat. Jakarta. Pernada

Media Group.

Departemen Kesehatan RI. 1999. Rencana Pembangunan Menuju Indonesia Sehat

2010. Jakarta.

Wijono, D. 1999. Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan. Buku I. Airlangga.

Kementrian Kesehatan RI. 2014. UU RI No. 36 Tentang Tenaga Kesehatan.

Jakarta.

Peraturan Menteri Kesehatan RI No.75 Tentang Pusat Kesehatan Masyarakat.

2014.

117
LAMPIRAN

1. Surat

117
118
2. Absen Kehadiran

119
3. Daftar Kegiatan

120
121
4. Pengantaran Surat ke RS

122
5. Pengarahan dari Bagian Poli Gigi RS

123
6. ORTAL dan Profil RS

124
125
126
127
128
7. SDM RS

129
8. Manajemen Informasi

130
9. Pelayanan Pembiayaan

131
10. Rekam Medis umum

132
133
11. Rekam Medik Gigi

134

Anda mungkin juga menyukai