Anda di halaman 1dari 30

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN GIGI MASYARAKAT

RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

DENTAL SIDE TEACHING (DST)


Manado, 12 Agustus 2021

ATRAUMATIC RESTORATIVE TREATMENT


(ART)

Nama : Dwi Suci Ramadhany Muchyar, S.KG


NIM : 18014103032
Pembimbing : drg. Eilen Sinaga

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
MANADO
2021
ATRAUMATIC RESTORATIVE TREATMENT
(ART)

Nama : Dwi Suci Ramadhany Muchyar, S.KG


NIM : 18014103032
Tutor : drg. Eilen Sinaga

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
MANADO
2021
DENTAL SIDE TEACHING

ATRAUMATIC RESTORATIVE TREATMENT


(ART)
I. Laporan Kasus

Seorang anak laki-laki berusia 6 tahun berdomisili di Sario datang ke RSGM PSPDG FK
UNSRAT bersama ibunya pada tanggal 9 Agustus 2021 dengan keluhan terdapat gigi berlubang pada
gigi belakang sebelah kanan bawah sejak ±1 tahun yang lalu. Gigi tersebut terasa ngilu saat
mengonsumsi dingin maupun panas. Gigi tersebut belum pernah merasakan sakit spontan dan pasien
belum pernah mengonsumsi obat penghilang rasa sakit. Pada pemeriksaan odontogram ditemukan
gigi 85 terdapat karies dentin oklusal. Pasien merasa penampilannya terganggu dan pasien ingin
giginya dilakukan perawatan.

Tanggal pemeriksaan : 9 Agustus 2021


Gigi yang dirawat : 85

II. Pemeriksan Klinis


A. Pemeriksaan Subjektif
1. Keluhan utama
Pasien datang dengan keluhan gigi belakang kanan bawah terdapat gigi berlubang. Pasien
ingin mendapatkan perawatan.
2. Riwayat gigi terlibat
Gigi tersebut terasa ngilu jika mengonsumsi dingin maupun panas. Pasien tidak pernah
mengonsumsi obat penghilang rasa sakit.
3. Riwayat kesehatan penderita yang perlu diperhatikan
a. Riwayat penyakit menular : t.a.k
b. Riwayat penyakit yang diidap penderita : t.a.k
c. Riwayat alergi obat-obatan : t.a.k
d. Riwayat alergi makanan : t.a.k
B. Pemeriksaan Objektif
1. Pembengkakan ekstra oral :-
2. Pembengkakan intra oral :-
3. Fistula :-
4. Gigi karies : Mencapai dentin
5. Gigi berubah warna :-
6. Perkusi :-
7. Palpasi :-
8. Tekanan :-
9. Karang gigi :-
10. Gingiva sekitar gigi : Normal
11. Tes vitalitas :
a. Tes Termal : Bereaksi
b. Tes Kavitas :-
c. Tes Jarum Miler :-

Odontogram
PE PE

55 54 53 52 51 61 62 63 64 65

85 84 83 82 81 71 72 73 74 75

PE PE
Diagnosis Klinik : Hiperemi Pulpa

Rencana Perawatan : Atraumatic Restorative Treatment (ART)

Prognosis : Baik. Karena jaringan sekitar gigi normal, gigi tidak goyang, serta pasien
komunikatif dan kooperatif.

III. Alat dan Bahan


1. Masker, handscoon,dan alas dada passion

2. Diagnostic set (kaca mulut, sonde, ekskavator, pinset dan nierbeken)

3. Bite block

4. Spatula semen plastik

5. Semen stopper
6. Plastic filling instrument

7. Glass lab

8. Mixing pad

9. Cotton roll dan Cotton pellet

10. Dentin Conditioner

11. GIC (glass ionomer cement)


IV. SOP Tahap Perawatan ART
1. Melakukan senyum, salam dan sapa kepada pasien, kemudian memperkenalkan diri.
2. Menanyakan Identitas pasien, serta apa yang menjadi keluhan utama datang ke dokter
gigi.
3. Memberikan informasi kepada pasien mengenai kasus yang dialami, serta rencana
perawatan yang akan dilakukan.
4. Meminta informed consent kepada pasien atau wali sebagai tanda persetujuan
dilakukannya perawatan pada gigi tersebut.
5. Operator mempersiapkan diri dengan cara mencuci tangan dengan cara 6 langkah
WHO, menggunakan APD level 3 dan menggunakan masker dan handscoon

6. Persiapkan alat dan bahan


7. Melakukan persiapan pasien dengan memasangkan alas dada kepada pasien dan
menginstruksikan pasien untuk berkumur.
8. Memposisikan pasien untuk
RA : Semi Supine, mulut pasien setinggi bahu operator
RB : duduk tegak, datara oklusal gigi sejajar dengan lantai, mulut pasien setinggi siku
operator.
9. Operator memposisikan diri.
Posisi operator pada sebelah kanan depan pasien.
10. Melakukan tell,show,do kepada pasien
11. Melakukan oral profilaksis dengan cara dioleskan disclosing solution pada permukaan
gigi pasien untuk melihat debris dan plak yang menempel pada permukaan gigi pasien,
kemudian dibersihkan menggunakan pumish yang diolekan dengan bur brush.
12. Pasien diminta untuk berkumur kembali
13. Isolasi daerah kerja dengan menggunakan cotton roll untuk mengabsorbsi saliva dan
pasien dipakaikan bite block agar tetap nyaman
14. Bersihkan permukaan gigi yang akan dirawat dengan menggunakan cotton pellet yang
telah dibasahi alkohol, lalu keringkan
15. Preparasi atau perluas daerah lesi dengan menggunakan ekskavator. Jaringan karies
dibersihkan dengan ekskavator sampai tidak ada lagi dentin yang lunak. Setelah itu
bersihkan dan keringkan kavitas.
16. Aplikasikan dentin conditioner selama 20 detik, kemudian bilas dan keringkan
17. Selanjutnya dilakukan restorasi gigi dengan menggunakan GIC dengan cara GIC di
campurkan sesuai takaran kemudian diaplikasikan pada kavitas sedikit demi sedikit
hingga penuh kemudian dirapikan sesuai dengan bentuk anatomis gigi, padatkan
dengan menggunkan semen stopper dan tunggu hingga mengeras.
18. Kemudian cotton roll dilepaskan dari mulut pasien.
19. Menjelaskan Dental Health Education ( DHE)
a. Menginstruksikan pasien untuk jangan makan atau minum kurang lebih 30-60
menit pasca perawatan.
b. Menginstruksikan pasien untuk lebih menjaga kesehatan gigi dan mulut dengan
cara menyikat gigi 2x sehari pagi setelah sarapan dan malam sebelum tidur
c. Menganjurkan pasien untuk mengonsumsi makanan dan minuman yang sehat
berupa buah-buahan, sayur, dan susu.
d. Menginstruksikan pasien untuk rajin kontrol ke dokter gigi minimal 6 bulan sekali.
20. Menanyakan kepada orangtua/wali pasien apabila ada yang ingin ditanyakan untuk
perawatan ART.
21. Melepaskan pengalas dada dibantu oleh asisten operator
22. Pasien meninggalkan RSGM
23. Operator mematikan dental unit, membersihkan semua alat dan bahan yang telah
digunakan dan membuang bahan habis pakai ke tempat sampah medis dan non medis
24. Operator melepaskan alat pelindung diri, melepaskan handscoon, membuka masker,
membuang ke tempat sampah dan mencuci tangan sesuai dengan 6 langkah WHO.
LANDASAN TEORI
ATRAUMATIC RESTORATIVE TREATMENT (ART)

A. Definisi

Atraumatic Restorative Treatment (ART) adalah prosedur klinik tanpa menggunakan bur

gigi, water spray, atau anastesi. Tindakan berupa eksavasi jaringan jaringan karies gigi secara

manual dan restorasi kavitas gigi. SIK- ART adalah SIK yang digunakan untuk perawatan gigi

berupa restorasi tanpa traumatik

Biokompabilitas SIK mengindikasikan bahwa material ini dapat diterima oleh tubuh,

sedangkan biomaterial adalah material yang dapat diimplantasikan kedalam tubuh dapat

digunakan untuk memperbaiki jaringan yang hilang atau rusak tanpa adanya penyimpangan

biologis. Bahan restorasi SIK diindikasikan untuk ART dikarenakan kemampuan adhesinya dan

sifat melepas fluoride sama baiknya seperti mekanisme setting kimiawinya, sehingga perawatan

ini dianjurkan untuk daerah-daerah yang kurang memadai infrastrukturnya.

Teknik ini merupakan teknik inovatif, karena cara kerjanya dalam merestorasi suatu tumpatan

dapat dilakukan dengan tanpa anastesi dan pengeboran. ART merupakan bagian dari minimal

interversi meliputi komponen restoratif dan preventif yang terdiri dari pembersihan kavitas gigi

secara manual dengan instrumen tangan dan merestorasinya dengan bahan adhesif yang mampu

melepaskan fluoride seperti semenionomer kaca. Teknik ART ini diaplikasikan dengan bahan

dan alat yang cocok dengan keadaan biologis gigi manusia. Semen yang mengandung 28%

fluoride, dan beraksi baik secara kimia dengan dentin dan enamel pada gigi. Kandungan fluoride

yang sesuai dengan kebutuhan gigi akan menstimulasi proses remineralisasi.

Bahan restorasi yang digunakan untuk prosedur ART yaitu glass ionomer cement. Komposisi
glas ionomer,
bubuk:
- Si O2 29%

- Na Al F6 5%

- Al O3 16,6%

- Al F3 5,3%

- Ca F2 34,3%

- Al PO4 9,9%

Liquid:

- Polyacrylic acid

- ita conic 47,5%

- Air 47,5%

- Tartonic acid 5,0%

Bahan ini terdiri dari bubuk dan cairan yang harus diaduk. Bubuknya yaitu kaca yang
mengandung silicon-oxida, aluminium oxida dan calcium flourida. Bila cairannya adalah
air yang telah didemineralisir, maka bubuknya sudah mengandung polyacrilic acid dalam
bentuk kering (air yang telah disemineralisir adalah yang digunakan untuk mengisi baterai/aki).

B. Indikasi
1. Kavitas dapat dicapai dengan hand-instrument.
2. Kavitas meliputi sampai dengan dentin yang meliputi kavitas satu permukaan
a. Pada pit dan fitsure dipermukaan oklusal premolar dan molar
b. Pada pit dipermukaan lingual insisivus atlas
c. Pada grove bukal dan lingual dari premolar dan molar
d. Pada permukaan bukal dan lingual tepat diatas gingiva semua gigi
3. Kavitas lebih dari satu permukaan
a. Pada permukaan proksimal dan oklusal dari premolar dan molar
b. Pada permukaan bukal, lingual, dan oklusal dari premolar dan molar
c. Pada incisal edge dan permukaan proksimal
C. Kontraindikasi
1. Jika terjadi pembengkakan (abses) atau fistel di dekat gigi yang terkait.
2. Pulpa gigi terbuka/perforasi
3. Gigi mengalami nyeri dalam waktu yang lama dan kemungkinan terdapat inflasi kronis
dari pulpa.
4. Kavitas tidak dapat dicapai dengan hand-instrument.
5. Terdapat tanda-tanda kavitas yang jelas, misalnya pada permukaan proksimal, tapi kavitas
tersebut diatas dapat dijangkau dari arah proksimal maupun arah oklusal.
6. Gigi dengan karies yang dalam.
7. Gigi yang gangren
D. Keuntungan dan Kerugian SIK- ART
Keuntungan penggunaan SIK-ART
1. Mudah didapat dan relatif mudah karena menggunakan teknik manual
2. Dapat digunakan ditempat terpencil yang tidak tersdia listrik
3. Dapat meminimalisir penggunaan anastesi lokal.
4. Mengurangi infeksi langsung
5. Adhesi kimia semen ionomer kaca mengurangi pemotongan jaringan gigi untuk retensi
bahan restorative
6. Leaching/ pelepasan fluoride dari glass ionomer yang mencegah karies sekunder dan
mungkin meremineralisasi dentin yang karies
7. Mengkombinasikan perawatan dan penyembuhan dalam 1 prosedur
8. Mudah direparasi jika terdapat kecacatan
9. Biayanya murah
10. Memudahkan masyarakat yang tidak terjangkau layanan kesehatan .
Karena keunggulan-keunggulan tersebut di atas maka bahan tumpatan semen ionomer kaca
banyak digunakan sebagai bahan tumpatan tetap oleh dokter gigi.
Kekurangan SIK-ART :

1. Belum terdapat restorasi ART yang tahan lama.


2. Teknik yang ditetapkan belum diasuransikan untuk kesehatan gigi dan mulut
3. Penggunaan hand instrument dapat menimbulkan kelelahan
4. Pencampuran manual memungkinkannya tidak sesuai standar.

E. Prinsip ART

1. Jaringan karies dibuang dengan instrumen tangan saja


2. Merestorasi kavitas dengan bahan restorasi yang melekat pada gigi.
3. Bahan yang digunakan untuk merestorasi gigi pada ART, yaitu semen ionomer kaca.

F. Metode Menyikat Gigi


Ada macam-macam metode penyikatan gigi, yaitu:
1. Metode Vertikal: dilakukan untuk menyikat bagian depan gigi, kedua rahang tertutup lalu
gigi disikat dengan gerakan ke atas dan ke bawah. Untuk permukaan gigi belakang, gerakan
yang dilakukan sama tetapi mulut dalam keadaan terbuka. Sedangkan pada metode
horizontal semua permukaan gigi disikat dengan gerakan ke kiri dan ke kanan. Kedua
metode tersebut cukup sederhana, tetapi tidak begitu baik untuk dipergunakan karena dapat
mengakibatkan resesi gingiva dan abrasi gigi.
2. Metode Roll: ujung bulu sikat diletakkan dengan posisi mengarah ke akar gigi dan arah bulu
sikat pada margin gingiva, sehingga sebagian bulu sikat menekan gusi. Ujung bulu sikat
digerakkan perlahan-lahan sehingga kepala sikat gigi bergerak membentuk lengkungan
melalui permukaan gigi. Permukaan atas mahkota juga disikat. Gerakan ini diulangi 8-12
kali pada setiap daerah dengan sistematis. Cara pemijatan ini terutama bertujuan untuk
pemijatan gusi dan untuk pembersihan daerah interdental.
3. Metode Charter: ujung bulu sikat diletakkan pada permukaan gigi (oklusal), membentuk
sudut 45 derajat terhadap sumbu panjang gigi dan ke atas. Sikat gigi digetarkan membentuk
lingkaran kecil, tetapi ujung bulu sikat harus berkontak dengan tepi gusi. Setiap bagian
dapat dibersihkan 2-3 gigi. Metode ini merupakan cara yang baik untuk pemeliharaan
jaringan pendukung gigi, walaupun agak sukar untuk dilakukan.
4. Metode Bass: bulu sikat pada permukaan gigi membentuk sudut 45 derajat dengan panjang
gigi dan diarahkan ke akar gigi sehingga menyentuh tepi gusi. Dengan cara demikian saku
gusi dapat dibersihkan dan tepi gusinya dapat dipijat. Sikat gigi digerakkan dengan getaran
kecil-kecil ke depan dan ke belakang selama kurang lebih 15 detik. Teknik ini hampir sama
dengan teknik Roll, hanya berbeda pada cara pergerakan sikat giginya dan cara penyikatan
permukaan belakang gigi depan. Untuk permukaan belakang gigi depan, sikat gigi dipegang
secara vertikal.
5. Metode Fones atau teknik sirkuler: bulu sikat ditempelkan tegak lurus pada permukaan gigi.
Kedua rahang dalam keadaan mengatup. Sikat gigi digerakkan membentuk lingkaran-
lingkaran besar, sehingga gigi dan gusi rahang atas dan bawah dapat disikat sekaligus.
Daerah diantara 2 gigi tidak mendapat perhatian khusus. Untuk permukaan belakang gigi,
gerakan yang dilakukan sama tetapi lingkarannya lebih kecil.
6. Metode Stillman dimodifikasi: dianjurkan untuk pembersihan pada daerah dengan resesi
gingiva yang parah disertai tersingkapnya akar gigi, guna menghindari dekstruksi yang lebih
parah pada jaringan akibat abrasi sikat gigi. Jenis sikat gigi yang dianjurkan adalah sikat
gigi dengan kekerasan bulu sikat sedang sampai keras, yang terdiri dari dua atau tiga baris
rumpun bulu sikat.
Teknik penyikatan gigi yang dilakukan pada usia sekolah yaitu teknik roll. Metode
penyikatan gigi pada anak lebih ditekankan agar mampu membersihkan keseluruhan giginya
bagaimanapun caranya, namun dengan bertambahnya usia diharapkan metode Bass dapat
dilakukan.
G. Universal Precaution
- Mencuci tangan
Mencuci tangan menggunakan sabun pada air mengalir selama 40-60 detik atau dapat
menggunakan handrub selama 20-30 detik yang berbahan dasar alkohol minimal 60% dan
tidak memegang area wajah sebelum cuci tangan.

- Etika batuk dan bersin


1. Jauhkan wajah dari orang lain ketika batuk/bersin
2. Tutup hidung dan mulut saat batuk/bersin dengan tisu atau lengan atas bagian dalam.
Hal ini agar virus tidak menyebar ke udara dan menular ke orang lain.
3. Cuci tangan dengan menggunakan sabun pada air mengalir atau menggunakan
handrub berbasis alkohol, dan menggunakan masker ketika batuk atau bersin.
4. Bila tidak ada masker, tutup hidung dan mulut menggunakan lengan atas bagian dalam,
tisu, atau sapu tangan. Tisu yang telah dipakai segera dibuang ketempat sampah.
Segera cuci tangan menggunakan sabun dan air mengalir.
Kebiasaan Batuk/ Bersin Yang Salah:
1. Tidak menutup mulut saat batuk atau bersin di tempat umum.
2. Tidak mencuci tangan setelah digunakan untuk menutup mulut atau hidung saat
batuk/bersin.
3. Membuang ludah di sembarang tempat.
4. Membuang atau meletakkan tisu yang sudah dipakai di sembarang tempat.
5. Tidak menggunakan masker saat flu atau batuk

- Menggunakan Masker
Gunakan masker medis jika memiliki gejala pernapasan. Melakukan cuci tangan sebelum
menggunakan dan saat melepaskan masker. Pastikan masker menutupi hidung dan mulut
serta tidak ada jarak antara wajah dengan masker. Jangan menyentuh masker saat tidak
digunakan, cuci tangan apabila tersentuh karena bisa saja masjer tersebut sudah
terkontaminasi virus. Ganti Masker secara rutin (Masker kain bisa dicuci dan masker
medis hanya untuk sekali pakai)
Jenis-Jenis alat pelindung diri :

- Pelindung Mata atau Face Shield


Pelindung mata (eye protector) adalah salah satu jenis alat perlindungan diri (APD) yang
diperlukan untuk melindungi membran mukosa dari paparan droplet atau aerosol yang
timbul saat melakukan tindakan perwatan gigi mulut. Proteksi membran mukosa dari mata,
hidung dan mulut merupakan standar dari penanganan pasien yang memiliki infeksi dengan
penyebarannya melalui droplet. Patogen dalam droplet dapat menyebar melalui droplet
de ga a eb h da 5 , eda g a a ae ebe a 0,01-0,05 . J a
menggunakan pelindung mata atau face shield yang dapat dibersihkan, maka lakukan
prosedur dekontaminasi menggunakan bahan desinfeksi yang dianjurkan. Terdapat beberapa
jenis pelindung mata yaitu Goggle, Face shield, kacamata pelindung (safety glass), dan
respirator seluruh muka (Full-face respirators). Secara umum, pelindung mata berupa
goggle yang baik idealnya harus memiliki fitur berupa ventilasi indirek, bahan yang jernih,
tahan gores, seal yang baik, anti kabut dan tali yang dapat disesuaikan, sedangkan face
shield (pelindung wajah) yang baik idealnya harus memiliki fitur berupa bahan yang jernih,
anti kabut, menutupi seluruh bagian dan sisi wajah dan tali yang dapat disesuaikan.
a. Googles
Seal baik terhadap kulit wajah, Frame fleksibel yang dapat menutup seluruh kontur
wajah tanpa menekan terlalu dalam, Dapat menutup seluruh mata dan daerah sekitarnya,
Resistan terhadap pembentukan embun atau scratch ( ba e ), Me a a e aa
yang dapat disesuaikan dengan ukuran masing-masing, Dapat digunakan secara berulang
setelah prosedur desinfeksi.
b. Face Shield

Terbuat dari plastik tembus pandang sehingga memberikan visibilitas baik bagi tenaga
kesehatan dan pasien, Memiliki tali ikat kepala yang dapat disesuaikan, Sebaiknya yang
resistan terhadap pembentukan embun, Dapat digunakan kembali setelah desinfeksi atau
sekali pakai
- Penutup Kepala/Headcap
Semua petugas kesehatan harus mengenakan penutup kepala yang menutupi kepala dan
leher, dimana penutup kepala disarankan agar yang terpisah dari gaun pelindung, sehingga
dapat dilepas secara terpisah. Oleh karena penyebaran COVID-19 melalui droplet atau
aerosol maka tujuan dari penutup kepala adalah untuk melindungi kulit kepala dan leher
serta rambut dari kontaminasi virus dan kemungkinan adanya transmisi virus dari lokasi
tersebut ke mukosa membran mata, hidung dan mulut. Penutup kepala sebaiknya resistan
terhadap air, untuk mencegah paparan terhadap droplet atau aerosol saliva. Seluruh rambut
wajib masuk kedalam penutup kepala dan sebaiknya menggunakan penutup kepala sekali
pakai. Spesifikasi dari penutup kepala:
1. Sekali pakai (single use)
2. Tahan cairan (fluid resistant)
3. Dapat disesuaikan dan tidak mudah bergerak setelah disesuaikan (adjustable and
immovable once adjusted)
4. Terdapat bagian terbuka (bagian wajah) yang tidak elastis.
Selain menutupi wajah, panjang bagian ini adalah mencapai bagian atas gaun.
Terdapat 2 jenis head cap yaitu:

Meskipun terdapat 2 jenis head cap, tidak ada perbedaan signifikan dalam pencegahan
resiko infeksi setelah prosedur selesai dilakukan.
- Masker
Penggunaan masker yang digunakan masyarakat maupun tenaga medis memiliki jenis dan
standar yang berbeda-beda. Masker yang digunakan perlu disesuaikan dengan tingkat
intensitas kegiatan tertentu. Berikut merupakan tipe dan klasifikasi masker yang perlu
diketahui perbedaannya:
1. Masker Bedah 3 Ply (Surgical Mask 3 Ply)
Masker Bedah memiliki 3 lapisan yaitu lapisan luar kain tanpa anyaman kedap air,
lapisan tengah yang merupakan lapisan filter densitas tinggi dan lapisan dalam yang
menempel langsung dengan kulit sehingga efektif untuk memblokir percikan (droplet)
dan tetesan dalam partikel besar yang keluar dari pemakai ketika batuk maupun bersin.
Masker ini direkomendasikan untuk masyarakat yang menunjukan gejala gejala
flu/influenza (batuk, bersin-bersin, hidung berair, demam, nyeri tenggorokan),
melindungi pasien atau penderita dari operator/tenaga medis sebagai sumber infeksi,
didalam melakukan prosedur/tindakan kepada pasien dan untuk tenaga medis di fasilitas
layanan kesehatan.

Masker harus digunakan sesuai kontur permukaan hidung dan mulut sehingga dapat
sepenuhnya menutupi mulut dan hidung (harus mengikuti instruksi pemakaian dari
pabrik yang memproduksi). Masker dapat diganti atau dibuang apabila setelah selesai
melakukan sebuah prosedur atau tindakan dan jika kondisi masker sudah rusak atau
kotor dari menumpuknya percikan air ludah si pemakai akibat pemakaian yang terlalu
lama. Instruksi pemakaian dari pabrik dapat berbeda-beda antara masker satu dengan
lainnya, berdasarkan dari spesifikasi bahan dari masker tersebut (misalnya masker
bedah dan masker N95).
2. Masker N95 atau Ekuivalen
Masker N95 atau ekuivalen digunakan untuk melindungi membran mukosa hidung dan
mulut tidak hanya dari paparan cairan dengan ukuran droplet, tapi juga hingga cairan
berukuran aerosol yang terbentuk selama tindakan perawatan gigi mulut. Masker yang
digunakan sebaiknya memiliki bentuk seperti d ckbill atau c ha e yang tidak
langsung berkontak dengan mulut, sehingga lebih aman dan lebih nyaman untuk
digunakan. Masker jenis ini memiliki face seal fit yang ketat sehingga mendukung
pemakai agar terhindar dari paparan aerosol asalkan seal fit dipastikan terpasang dengan
benar. Masker sebaiknya digunakan bersama dengan pelindung mata atau face shield.
Masker yang resistan air digunakan untuk tindakan yang menimbulkan pembentukan
aerosol

Masker Filtering Facepiece Respirator (FFR) yang ekuivalen dengan N95 yaitu FFP2
(EN 149- 2001,Eropa), KN95 (GB2626- 2006,Cina), P2 (AS/NZA
1716:2012,Australia/New Zealand), KF94 (KMOEL-2017-64,Korea), DS (JMHLW-
Notification 214,2018,Jepang). Kelompok masker ini direkomendasikan terutama untuk
tenaga kesehatan yang harus kontak erat secara langsung dalam menangani kasus dengan
tingkat infeksius yang tinggi. Idealnya masker N95 tidak untuk digunakan kembali,
namun dikarenakan stok N95 yang semakin langka, dapat dipakai ulang dengan catatan
semakin sering dipakai ulang maka kemampuan filtrasi akan menurun. Jika akan
digunakan kembali, masker N95 perlu dilapisi masker bedah pada bagian luarnya namun
apabila melakukan tindakan yang menimbulkan aerosol maka masker tidak dapat
digunakan kembali. Masker N95 dapat digunakan kembali apabila dilakukan
penyimpanan atau sterilisasi yang benar.14 Masker N95 yang telah digunakan kemudian
dilepas maka tidak boleh menyentuh bagian dalam dan luar masker. Apabila tersentuh,
tenaga kesehatan harus segera melakukan kebersihan tangan. Cara penggunaan masker
N95 agar dapat digunakan kembali dapat disimpan di kantong kertas berlabel nama
petugas, tanggal dan jam. Masker N95 dapat dibuka dan di pasang kembali sebanyak 5
kali dan penggunaan selama 8 jam. Cara Menggunakan Masker N95:
1. Genggamlah bagian luar masker N95. Pisahkan kedua ikat kepala tersebut dan
pegang tali masker dengan satu tangan
2. Posisikan masker N95 dibawah dagu anda dan sisi untuk hidung berada diatas.
3. Tariklah tali pengikat masker bagian bawah dan posisikan dibawah telinga, kemudian
tarik tali bagian agak tinggi di bagian belakang kepala anda (diatas telinga)
4. Letakkan jari-jari kedua tangan diatas bagian hidung yang terbuat dari logam. Tekan
sisi logam dengan dua jari (jari telunjuk dan jari tengah) untuk masing-masing tangan
mengikuti bentuk hidung anda. Jangan menekan dengan satu tangan karena dapat
mengakibatkan masker N95 bekerja kurang efektif
5. Lakukan penyesuaian bagian depan masker N95 dengan kedua tangan dan berhati-
hatilah agar posisi masker tidak berubah

- Gaun (Gown)
Gaun medis merupakan alat pelindung tubuh dari kontaminasi virus melalui kontak atau
droplet dengan cairan dan zat padat yang infeksius untuk melindungi lengan dan area tubuh
tenaga kesehatan selama prosedur dan kegiatan perawatan pasien. Gaun sebaiknya dibuat
dari bahan yang telah terbukti resistan terhadap penetrasi darah atau cairan tubuh lainnya
yang mengandung patogen. Gaun juga digunakan untuk melindungi seragam atau pakaian
kerja terhadap kemungkinan kontaminasi bahan-bahan infeksius atau bahan berbahaya
lainnya, terutama ketika tenaga medis mengalami kontak langsung dengan pasien saat
melakukan perawatan. Dalam tindakan kedokteran gigi yang menimbulkan aerosol, partikel
droplet dan aerosol akan jatuh kebawah sesuai gravitasi sehingga memudahkan partikel
tersebut menempel pada pakaian dokter gigi maupun perawat. Sebaiknya sebelum gaun
pelindung digunakan terlebih dahulu menggunakan surgical scrub. Persyaratan gaun yang
ideal antara lain efektif barrier (mampu mencegah penetrasi cairan), fungsi atau mobilitas,
nyaman, tidak mudah robek, pas di badan (tidak terlalu besar atau terlalu kecil),
biocompatibility (tidak toksik) dan quality maintenance.
- Apron
Apron merupakan pelindung tubuh untuk melapisi luar gaun yang digunakan oleh petugas
kesehatan dari penetrasi cairan infeksius pasien yang bisa terbuat dari plastik sekali pakai
atau bahan plastik berkualitas tinggi yang dapat digunakan kembali (reuseable) yang tahan
terhadap klorin saat dilakukan desinfektan. Penggunaan apron wajib digunakan selama
tenaga kesehatan bekerja dalam ruangan perawatan. Jika secara klinis apron mengalami
kerusakan atau terkontaminasi percikan droplet maupun aerosol sebaiknya langsung diganti
dengan yang baru. Apron yang digunakan sebaiknya menutupi seluruh tubuh dan resistan
terhadap cairan.

- Sarung Tangan Double Steril Sekali Pakai


Menghindari resiko transmisi virus ke tenaga kesehatan akibat adanya perforasi/kerusakan
sarung tangan saat tindakan perawatan gigi mulut/akibat bahan desinfeksi seperti klorin
maka sebaiknya menggunakan sarung tangan biasa double atau sarung tangan bedah latex.
Penggunaan sarung tangan double atau sarung tangan bedah ini tentunya dapat mengurangi
rasa sensasi taktil saat palpasi, tetapi hal ini akan dapat menjadi terbiasa oleh petugas
kesehatan. Sarung tangan yang digunakan lebih dari dua tidak disarankan karena akan
menyebabkan hambatan dalam pergerakan dan kompleksitas saat melepaskan sarung
tangan. Bagian luar sarung tangan sebaiknya memiliki panjang yang cukup, idealnya
mencapai pertengahan lengan bawah. Untuk proteksi yang lebih baik maka sarung tangan
pertama (bagian dalam) harus tertutup bagian lengan dari gaun dan sarung tangan kedua
harus menutupi bagian ujung lengan dari gaun.16 Penggunaan sarung tangan sebaiknya
diganti dengan yang baru setiap pergantian pasien dan dibuang diwadah yang sesuai. Tetapi
jika tidak memungkinkan, maka lakukan prosedur desinfeksi, lepaskan sarung tangan kedua,
lalu lakukan kembali proses desinfeksi dan gunakan sarung tangan kedua yang baru.16
Bahan desinfeksi yang digunakan adalah hand rub berbahan alkohol 70%. Sarung tangan
perawatan pasien tidak boleh dicuci dan digunakan lagi. Sarung tangan berbahan nitril
ditoleransi lebih baik daripada sarung tangan berbahan dasar latex. Bahan nitril ini sangat
baik karena tahan terhadap bahan desinfeksi seperti klorin.

- Sepatu Boot atau Sepatu Tertutup dengan Penutup Sekali Pakai

Petugas kesehatan sebaiknya menggunakan sepatu boot tahan air (Rubber) atau pembungkus
sepatu (shoe cover) dalam mencegah kontaminasi patogen virus dalam ruang perawatan
dokter gigi. Sepatu boot resistan terhadap cairan lebih baik digunakan dibandingkan sepatu
biasa, karena sepatu boot mudah dibersihkan dan didesinfeksi. Disamping itu, sepatu boot
dapat melindungi tenaga kesehatan dari alat tajam atau bahan korosif saat terjatuh. Jika
sepatu boot tidak tersedia, menggunakan sepatu yang tertutup dan dibungkus pembungkus
sepatu yang tidak licin juga dapat menggantikan penggunaan sepatu boot. Sepatu boot tidak
perlu diganti dan dapat digunakan terus setelah prosedur desinfeksi.
Syarat sepatu boot yang baik:
- Tidak licin dengan permukaan PVC
- Setinggi atau mencapai lutut, lebih tinggi dari tepi bawah gaun
(disarankan posisi dokter gigi tegak saat mengerjakan pasien, dibandingkan posisi saat
duduk karena akan menyebabkan gaun terbuka)
- Sebaiknya dipilih warna yang terang agar dapat mudah dideteksi jika adanya
kemungkinan kontaminasi
Alat Pelindung Diri Level 3
Cara Memakai APD Level 3
1. Lepaskan semua barang-barang pribadi (jam tangan, perhiasan, dan lain-lain)
2. Gunakan baju scrub sebagai bahan lapisan pertama pakaian pelindung.
3. Pastikan bahwa APD dalam keadaan baik, sesuai ukuran dan tidak dalam keadaan rusak
4. Mencuci tangan 6 langkah menggunakan sabun pada air mengalir selama 60 detik atau dapat
menggunakan handrub berbasis alkohol
5. Pasang penutup kepala yang menutupi seluruh bagian kepala dan telinga dengan baik
6. Pasang masker N95 dan pastikan seal tertutup rapat
7. Pakai sarung tangan pertama
8. Pasang pelindung mata (googles) rapat menutupi mata
9. Pakai baju hazmat dengan cara masukkan dari mulai kaki kemudian lengan dan pastikan baju
hazmat terkancing dengan rapat sampai leher dan tutup kepala menggunakan penutup kepala
dibaju hazmat
10. Pasang pelindung wajah/face shield hingga menutup wajah dan dagu
11. Gunakan shoe cover pada kaki lalu gunakan pelindung kaki (sepatu boot)
12. Pasang sarung tangan lapisan kedua hingga menutupi
setengah lengan bawah
Cara melepaskan APD Level 3
1. Pastikan tempat sampah medis tersedia pada ruangan pelepasan APD
2. Melakukan kebersihan tangan menggunakan hand rub berbasis alkohol selama 20 detik
3. Membuka sarung tangan bagian luar dan dibuang ke tempat sampah medis
4. Lakukan kebersihan tangan menggunakan hand rub
5. Lepaskan face shield dan letakkan pada tempat yang telah disediakan jika akan dilakukan
desinfeksi
6. Semprotkan cairan desinfektan kesepatu boot lalu buka sepatu boot dengan menginjak
bagian belakang sepatu
7. Lakukan kebersihan tangan menggunakan hand rub
8. Lepaskan baju hazmat dengan cara menggulung kebawah dan pastikan tidak menyentuh
bagian luar dari baju hazmat
9. Lakukan kebersihan tangan menggunakan hand rub
10. Lepaskan googles dan letakkan pada tempat yang telah disediakan jika akan dilakukan
desinfeksi
11. Lakukan kebersihan tangan menggunakan hand rub
12. Lepaskan masker N95 dan buang ketempat sampah medis
13. Lakukan kebersihan tangan menggunakan hand rub
14. Lepaskan penutup kepala dan dibuang ke tempat sampah medis
15. Lakukan kebersihan tangan menggunakan hand rub
16. Lepaskan shoe cover dan buang ketempat sampah medis
17. Lepaskan sarung tangan terdalam dan buang ke ketempat sampah medis
18. Melakukan kebersihan tangan menggunakan hand rub berbasis alkohol selama 20 detik
19. Mandi dan mengganti dengan baju bersih yang dibawa dari rumah
Hal-hal yang tidak boleh dilakukan pada saat penggunaan APD
1. Menyentuh mata, hidung dan mulut saat menggunakan APD
2. Menyentuh bagian depan masker
3. Mengalungkan masker dileher
4. Menggantung APD diruangan kemudian menggunakannya kembali
5. Menggunakan APD keluar dari area perawatan
6. Membuang APD dilantai
7. Menggunakan sarung tangan berlapis saat bertugas apabila tidak dibutuhkan
8. Menggunakan sarung tangan terus menerus tanpa indikasi
9. Menggunakan sarung tangan saat menulis, memegang rekam medik pasien, memegang
handle pintu, memegang HP
10. Melakukan kebersihan tangan saat masih menggunakan sarung tangan
H. Four handed dentistry

Dalam konsep Four Handed Dentistry dikenal Clock Concept yang membagi zona kerja

menjadi Static Zone, A i en Z ne, Transfer Zone, dan O e a Z ne, zona-zona ini

menjadi pedoman dalam penempatan alat kedokteran gigi. Peletakan alat kedokteran gigi juga

harus memenuhi prinsip ergonomis sehingga timbul keserasian atau keseimbangan antara segala

fasilitas yang digunakan baik dalam beraktivitas maupun istirahat dengan kemampuan dan

keterbatasan manusia, baik fisik maupun mental.

Dalam konsep Four Handed Dentistry konsep pembagian zona kerja disekita Dental Unit

yang disebut Clock Concept, bila kepala pasien sebagai pusat dan jam 12 terletak lurus dengan

kepala pasien, maka arah jam 11 sampai jam 2 disebut dengan zona static (static zone), jam 2

sampai jam 4 ialah daerah kerja dari asisten dokter (a i en ne), arah jam 4 (empat) sampai

jam 8 (delapan) disebut zona pertukaran alat (transfer zone), dan kemudian jam 8 sampai dengan

jam 11 disebut dengan operator zone yaitu sebagai tempat pergerakan dokter gigi.
Static Zone adalah daerah tanpa pergerakan Dokter Gigi dan Perawat Gigi dan pada zona

ini tidak boleh terlihat oleh pasien, zona ini untuk menempatkan Meja Instrumen Bergerak

(Mobile Cabinet) yang berisi Instrumen Tangan dan peralatan yang dapat membuat takut pasien.

A i an Z ne adalah zona tempat Perawat Gigi bekerja, pada Dental Unit di sisi ini

dilengkapi dengan Semprotan Air/Angin dan Penghisap Ludah, serta Light Cure Unit pada

Dental Unit yang lengkap. Transfer Zone adalah daerah tempat alat dan bahan yang

dipertukarkan antara tangan dokter gigi dengan tangan Perawat Gigi. Sedangkan O e a

Zone sebagai tempat Dokter Gigi bekerja.

Selain pergerakan yang terjadi di seputar Dental Unit, pergerakan lain yang perlu

diperhatikan ketika membuat desain, ialah tata letak alat adalah pergerakan Dokter Gigi, Pasien,

dan Perawat Gigi di dalam ruangan maupun antar ruangan. Jarak antar peralatan serta dengan

dinding bangunan perlu diperhitungkan untuk memberi ruang bagi pergerakan Dokter Gigi,

Perawat Gigi, dan Pasien ketika masuk ataupun saat keluar Ruang Perawatan, mengambil

sesuatu dari Dental Cabinet, serta pergerakan untuk keperluan sterilisasi. Prinsip pada penataan

alat ruang praktik dokter Gigi ialah aergonomis, yaitu menyerasikan dan menyeimbangkan

antara segala fasilitas yang akan digunakan. Yakni saat beraktivitas maupun istirahat dengan

kemampuan dan keterbatasan manusia, baik fisik maupun mental sehingga dapat memberikan

kualitas pelayanan yang baik. Dan Tata letak hanyalah salah satu faktor dalam ergonomis,

banyak faktor lain yang merupakan unsur ergonomis seperti desain warna, pencahayaan, suhu,

kebisingan, dan kualitas udara ruangan,serta desain peralatan yang digunakan.

Ruang periksa merupakan ruang utama dalam praktek dokter gigi, tata letak peralatan

dalam ruangan ini berorientasi memberi kemudahan dan kenyamanan bagi Dokter Gigi, Perawat

Gigi, berserta Pasiennya ketika proses perawatan dilakukan. Ukuran minimal dalam mendisain

Ruang Perawatan untuk satu Dental Unit adalah 2,5 X 3,5 Meter, dalam ruangan ini dapat
dimasukan satu buah Dental Unit, Mobile Cabinet, serta dua buah Dental Stool. Unsur

penunjang lain dapat turut dimasukan seperti audio-video atau televisi untuk hiburan pasien yang

sedang dirawat.

Perhatian pertama dalam mendesain penempatan peralatan adalah terhadap Dental Unit.

Alat ini bukan kursi statis tetapi dapat direbahkan dan dinaik-turunkan. Pada saat posisi rebah

panjang Dental Unit adalah sekitar 1,8-2 Meter. Di belakang Dental Unit diperlukan ruang

sebesar 1 Meter untuk O e a Z ne dan Static Zone, oleh karena itu jarak ideal antara ujung

bawah Dental Unit dengan dinding belakang atau Dental Cabinet yang diletakkan di belakang

adalah 3 Meter, sementara jarak antara ujung bawah Dental Unit dengan dinding depan minimal

0,5 Meter. Dental Unit umumnya memiliki lebar 0,9 Meter, bila Tray dalam kondisi terbuka

keluar maka lebar keseluruhan umumnya 1,5 Cm. Jarak dari tiap sisi minimal 0,8 Meter untuk

pergerakan di O e a Z ne dan A i an Z ne. Mobile Cabinet sebagai tempat menyimpan

bahan dan alat yang akan digunakan pada saat perawatan diletakan di Static Zone. Zona ini tidak

akan terlihat oleh pasien dan terletak dianatara O e a Z ne dan Assistant Zone sehingga

baik Dokter Gigi maupun Perawat Gigi akan dengan mudah mengambil bahan maupun alat yang

diperlukan dalam perawatan. Bila Mobile Cabinet lebih dari satu, maka Mobile Cabinet kedua

diletakan di O e a Zone.

Alat besar terakhir yang berada di Ruang Perawatan adalah Dental Cabinet sebagai tempat

penyimpanan utama bahan maupun alat kedokteran gigi. Umumnya berbentuk buffet setengah

badan seperti Kitchen Cabinet dengan ketebalan 0,6-0,8 Meter. Bila hanya satu sisi, lemari ini

ditempatkan di Static Zone, sedangkan bila berbentuk L, ditempatkan di Static Zone dan

A i an Z ne. Keberadaan Dental Cabinet akan menambah luas ruangan yang diperlukan

untuk menempatkannya.
I. Dental Health Education

b. Menginstruksikan pasien untuk jangan makan atau minum kurang lebih 30-60 menit
pasca perawatan.
c. Menginstruksikan pasien untuk lebih menjaga kesehatan gigi dan mulut dengan cara
menyikat gigi 2x sehari pagi setelah sarapan dan malam sebelum tidur
d. Menganjurkan pasien untuk mengonsumsi makanan dan minuman yang sehat berupa
buah-buahan, sayur, dan susu.
e. Menjelaskan mengenai teknik menyikat gigi dan pemilihan sikat gigi dan pasta gigi
yang mengandung flour.
f. Menginstruksikan pasien untuk rajin kontrol ke dokter gigi minimal 6 bulan sekali.

Anda mungkin juga menyukai