Anda di halaman 1dari 30

Rohingya’s Muslim Question

Mencari Identitas, Menguatkan Solidaritas,


Menuju Solusi Tuntas
Memori masa kecil
Drawing by a Rohingya boy,
Abdul, reveals horrific
experiences he endured while
fleeing from Myanmar to
Bangladesh, at a child-friendly
space at the Balukhali makeshift
refugee camp in Cox’s Bazar
district, Bangladesh, Oct. 2, 2017.
(VOA-News)
Sejarah Rohingya dalam Perdebatan

Siapa orang Rohingya?


Apakah mereka penduduk asli
Arakan?

Sejak kapan mereka


berIslam?

Apakah mereka dibawa


Inggris dari Bangladeh ke
Burma pada abad ke-19?

Apakah Rohingya antek


kolonial?
Awal mula Islam di Versi II
Arakan
Raja Buddha Mrauk-U (Arakan) pada abad ke-15,
Min Saw Mon, diserang Raja Buddha Ava (Burma)
pada 1406.

Min Saw Mon meminta bantuan penguasa


Versi I Kesultanan Bengal, Sultan Jalaluddin Muhammad
Syah bin Raja Ganesh, untuk mengusir raja Burma.
Pada abad ke-9, ada kapal Arab yang karam di
Koalisi Bengal dan Mrauk-U menang tahun 1430.
tepi pantai Arakan.
Mrauk-U yang Buddha loyal ke Sultan Bengal.
Akhirnya Muslim Arab itu menyebut daerah
Terjadi asimilasi penduduk Islam Bengal
tersebut sebagai ‘Rahmah’. Lama-lama
(Rohingya) dan Buddha Mrauk-U (Arakan) dan dua
terpeleset jadi ‘Rohang’, kemudian ‘Rohingya’.
agama/etnis hidup damai selama 3 abad.
Sultan Jalaluddin Muhammad
Syah bin Raja Ganesh
1415 – 1432

- Ayahnya adalah bangsawan Hindu di India, Raja Ganesh,


yang menyerang Kesultanan Bengal di bawah kuasa
dinasti Ilyas Syah.

- Anak Raja Ganesh, Jadu, malah masuk Islam. Kemudian


mengubah namanya menjadi Jalaluddin pada 1415.

- Meluaskan kekuasaan dan dakwah Islam ke seluruh


Bengal, kaki gunung Himalaya, hingga Arakan

- Raja Buddha Arakan, Min Saw Mon, dilindungi oleh


Sultan Jalaluddin. Istana Min Saw Mon di Mrauk-U
sangat friendly kepada Islam.
Sultan Jalaluddin Muhammad Syah
bin Raja Ganesh 1415 – 1432
Pengislam Arakan menurut sejarawan Yusuf bin Taghribirdi, dalam
an-Nujum az-Zahirah fi Muluk Mishr wa’l-Qahirah, (Kairo: al-Hay’ah
al-Mishriyyah al-’Ammah li’t-Ta’lif wa’n-Nasyr, 1971) 15/192-193.
Relasi Buddha – Islam zaman
Mrauk-U X Bengal di:

- Agama raja Mrauk-U, Min Saw Mon, masih diperdebatkan. Apakah tetap di Buddha atau
masuk Islam

- Yang jelas, pengaruh Islam sangat tampak selama pemerintahannya. Dia menggunakan gelar
Muslim (Syah), bahasa Persia jadi bahasa resmi, bahkan koin Mrauk-U ditulis kalimat
syahadat.

- Asal-usul penyebutan Rohingya: Mrauk-U – Mrohaung – Rohang (sebutan bahasa Arab/Persia


untuk Mrauk-U) – Rooinga – Rovingaw – Rohingya

- Ronan Lee, Myanmar’s Rohingya Genocide: Identity, History, and Hate Speech, (London: IB Tauris, 2021), 23-24, 38
1430 – 1784:
Tiga setengah abad Islam
berkembang dan harmonis
dengan Buddha di Arakan
Pergantian Kekuasaan di Arakan

- 1784, Raja Burma dari dinasti Alaungpaya,


Konbaung, menaklukkan Mrauk-U dan menjadikan
Arakan wilayah kekuasaan Burma

- Leluhurnya, Alaungpaya, dihormati masyarakat


Myanmar hari sebagai “pendiri bangsa”

- 30.000 orang India dan Bengal (Islam-Hindu)


mengungsi dari Arakan. Konbaung “mem-
Burmanisasi” Arakan
Mir’ah ath-Thullab fi Tashil Ma’rifah al-Ahkam asy-
Ronan Lee, Myanmar’s Rohingya Genocide: Identity, History, and Hate
Syar’iyyah li’l-Malik al-Wahhab Speech, (London: IB Tauris, 2021), 30, 33.
Burma-Anglo War, 1824 – 1826

- Peperangan antara Inggris di India yang


merangsek ke Burma. Burma kalah

- Bengal-Arakan masuk wilayah Inggris

- Administrasi Inggris rasis ke penduduk


Bamar (Buddha Arakan). Mengutamakan
Bengal-Rohingya (dikategorikan Inggris
sebagai India). Memicu keretakan sosial.

Ronan Lee, Myanmar’s Rohingya Genocide: Identity,


History, and Hate Speech, (London: IB Tauris, 2021), 42-44.
Burma Independece, 1948

David Ben Gurion,


PM I Israel

U Nu, PM I Burma - Kepemimpinan U Nu (sebagai PM) dan Sao Shwe Thaike


(sebagai presiden) menghendaki Burma menjadi negara
Buddha, tapi tetap memberi Rohingya hak
kewarganegaraan

- Namun U Nu menginisiasi relasi Burma dengan entitas


Zionis yang juga merdeka tahun 1948
1949:
Myanmar jadi negara Asia Tenggara pertama yang mengakui
Israel

1952:
Utusan U Nu, pemimpin sosialis U Kyaw Nyein datang ke Israel
dan sangat terpukau

1954:
Israel-Myanmar Bromance
U Nu mengancam tak akan datang ke Konferensi Asia Afrika di
Bandung kalau panitia konferensi tidak mengundang Israel

1955:
U Nu pergi ke Israel. Terpukau dengan sistem keamanan
masyarakat model kibbutz dan berniat membuat sistem serupa
di daerah minoritas Islam, Kristen, dan Cina di Myanmar
“Impression which I gained during
my visit are deep and will surely be
lasting, and I shall be able in the
future to appreciate more fully all
questions relating to our two
country… It is my firm belief that
the bonds of friendship and
cooperation between our two David Ben Gurion Ne Win
countries will grow from strength
to strength.”

General Ne Win in Israel, June 1959


Jacob Abadi, Israel’s Quest, 122
Ne Win, Sang Tiran Burma
- Mengkudeta pemerintahan U Nu, 1962
- Kebijakan utama: Burmanisasi, didasari atas xenophobia
dan rasisme

- Mengusir “foreigners” dengan sistemik: Membatasi


lapangan kerja untuk minoritas India, Cina, dan etnis
lain sehingga tidak bisa mencari nafkah

- Sekitar 300.000 orang India dan 100.000 orang Cina


meninggalkan Burma sepanjang tahun 1960-an
Nagamin / Dragon King Operation, 1978

Operasi Tatmadaw (Tentara Myanmar) dan badan imigrasi untuk sensus ulang penduduk Arakan dengan cara
kekerasan. 200.000 Rohingya menyelamatkan diri ke Bangladesh

Pemerintah Myanmar-Bangladesh membuat 1978 Repatriation Agreement. Junta militer tetap tak mengakui
penduduk Rohingya dengan tidak memberikan mereka NRC (National Registration Card), melainkan hanya TRC
(Temporary Registration Card)
1982 Citizenship Law:
Mimpi Buruk yang Diundang-Undangkan

Pemerintah Myanmar menetapkan


UU Kewarganegaraan yang
menentukan etnis-etnis tertentu
sebagai taingyintha (ras nasional),
atau berdasarkan sejarah bahwa
penduduk tinggal di Myanmar sejak
1823.

Dibuat daftar 135 etnis


terkategorikan “pribumi Myanmar”.
Rohingya tidak masuk list.
Bagi rezim Myanmar, baik junta militer maupun “demokratis”, hanya mereka yang nenek moyangnya minimal
tinggal di Myanmar sebelum 1823 dapat dikategorikan sebagai taingyintha.

Mereka menganggap orang Rohingya adalah imigran Bangla yang dibawa Inggris setelah PD II
“We will take care of our own ethnic nationalities, but Rohingyas
who came to Burma illegally are not of our ethnic nationalities and
we cannot accept them here.”

“The solution to this problem is that they can be settled in refugee


camps managed by UNHCR, and UNHCR provides for them. If there
are countries that would accept them, they could be sent there.”

President Thein Sein in 2012

Ronan Lee, Myanmar’s Rohingya Genocide, 75-76


Buddha Ekstrimis anti-Islam

Biksu Buddha ektrimis, Ashin Wirathu, mendirikan kelompok Ma Ba


Tha dengan simbol gerakan “969”. Dia menyuarakan seruan
Islamophobia dan xenophobic.

Wirathu adalah pendukung garis keras Burmanisasi dengan slogan


Burman Way of Buddhism.

Listen Up Myanmar
2012-2017: The Years of Killing

Masyarakat yang sudah kadung membenci suatu komunitas yang


dianggap asing (xenophobia) akan sulit berpikir jernih. Cenderung
brutal.

2012, tiga Muslim di Arakan kedapatan memperkosa dan


membunuh wanita Buddha di Ramri. Pecah kebencian rasial.
Kelakuan 3 oknum digeneralisasi mewakili seluruh masyarakat
Rohingya (hasty generalization).

Seluruh Muslim Rohingya akhirnya dibantai dan diusir di Maungdaw


dan Sittwe. Masjid-masjid dihancurkan.

Listen Up Myanmar
Israel-Myanmar bromance
back in bussiness!

2015 - 2016
Jenderal senior Tatmadaw, Min Aung Hlaing, membuat kunjungan tak
resmi ke Israel dengan tujuan pengembangan relasi IDF-Tatmadaw

2016 - 2021
Israel Elbit Systems dan Israel Aerospace Industries melanjutkan
penjualan sistem alutsista ke Tatmadaw yang sangat berkontribusi dalam
genosida Muslim Rohingya

2021 - 2023
Selama kudeta junta militer, drone dan spyware Israel digunakan dalam
pembantaian brutal kepada penduduk tak berdosa yang menyebabkan
kematian 6.337 orang

Listen Up Myanmar
Teladan Sultan Aceh menolong pengungsi

Sultan Alauddin Manshur Syah (1832-1872) yang terlahir dengan


nama Tuanku ‘Ibrahim, merupakan anak dari Sultan Jauhar al-
‘Alam Syah bin Sultan Muhammad Syah (k. 1786-1823)

Beliau adalah seorang bervisi besar dalam perjuangan Islam di


Asia Tenggara demi mengentaskan kolonialisme. Sultan Aceh
yang menginginkan persatuan umat di bawah naungan
Khilafah
1849, Bahasa 1850, Bahasa
Jawi Arab
Dan sampailah surat kepada Patik ke negeri
Aceh daripada segala ulama dan orang
besar2 Minangkabau, dia minta tolong
bantu kepada Patik…

(Sultan Aceh ‘Ala’Uddin Manshur Syah kepada Khalifah


Abdulmecid I, 1849. Sumber: BOA, I.HR. 66/3208)
…Patik sekarang ini sangatlah masygul dan kesukaran karena sebab
negeri Jawa, dan negeri Bugis, dan negeri Bali, dan negeri Borneo, dan
negeri Palembang dan negeri Minangkabau sudahlah dihukumkan oleh
orang Belanda
(Sultan Aceh ‘Ala’Uddin Manshur Syah kepada Khalifah Abdulmecid I, 1849. Sumber: BOA, I.HR. 66/3208)
‫‪Solusi Sultan Manshur Syah untuk “akar‬‬
‫‪masalah” para pengungsi/pencari suaka‬‬

‫فالمرجو من مراحم سعادتكم أن تنعموا علينا بمأمورية‬


‫سلطانية يجمع بها أكابر رعيتنا من المسلمين ألجل أن‬
‫تصير كلمتهم متوافقة في إقامة الجهاد في سبيل هللا‬
‫وإخراج هؤالء الكفار النصارى من بالد المسلمين ألننا‬
‫إن لم نخرجهم من بلدان المسلمين نخاف على أهل‬
‫الجزيرة كلها من االرتداد والخروج من دين اإلسالم‬
‫مرة واحدة والعياذ باهلل تعالى ربنا ال يقدر ذلك فترسلون‬
‫تلك المأمورية‬

‫)‪BOA. İ.HR, 73/3511 (2‬‬

Anda mungkin juga menyukai