Anda di halaman 1dari 7

KEHIDUPAN, MALAPETAKA, DAN TANTANGAN DAKWAH SOCIAL MEDIA

Oleh Ridho Junas Saputra

Internet dan Social Media

Internet adalah jaringan komunikasi global yang menghubungkan seluruh perangkat komputer di seluruh
dunia. Saat ini Internet makin tak terpisahkan dari kehidupan manusia. Internet yang awalnya hanya
berfungsi sebagai pelengkap kehidupan manusia, kini mulai berubah menjadi sebuah kebutuhan, dan
keharusan, hal fundamental yang menopang dan bahkan memberikan kehidupan kepada ratusan juta
orang. Hari ini Internet bukan hanya berfungsi sebagai sarana komunikasi, informasi serta hiburan, namun
sampai terjadinya interaksi jual beli produk dan jasa, bahkan saat ini sangat banyak jenis pekerjaan yang
bergantung bahkan dilakukan di internet, sesuatu yang dulu di anggap maya, sekarang sangatlah nyata. Tak
dapat dipungkiri saat ini kita hidup di era informasi dan komunikasi digital.

Internet di Indonesia sendiri sudah masuk sejak 1994. Saat ini dari 277,7 juta penduduk indonesia,
terdapat dengan 204,7 juta orang pengguna internet, dengan 370 celular mobile yang aktif digunakan,
191,4 juta diantaranya adalah pengguna aktif social media (naik 12,6 persen dari 170 juta di tahun 2021).
Rata-rata pengguna internet Indonesia yang berusia 16-64 tahun menghabiskan rata-rata 8 jam 36 menit
dalam waktu sehari.

Website terpopuler yang sering dan berlama-lama dikunjungi diantaranya Google, youtube, detik,
facebook, tibunnews, dan kompas. Sedang penggunaan social media paling banyak adalah Whastsapp,
disusul Instagram, Facebook, Tiktok, Telegram dan Twitter.

Social media adalah platform digital yang menfasilitasi pengguna untuk saling berkomunikasi atau
membagikan konten berupa gambar, video dan audio. Media sosial merupakan sarana untuk bersosialisasi
antar manusia yang memungkinkan terjadinya komunikasi dan interaksi tanpa batas ruang dan waktu. Di
seluruh dunia dalam hitungan detik 300 ribu video di upload ke youtube, 500 ribu komentar di posting di
facebook, dan 95 juta photo di unggah di instagram dan jutaan konten video di upload di tiktok.
Berkembangnya social media telah membawa perubahan besar terhadap tatanan masyarakat, baik
prubahan positive namun juga perubahan negative. Dengan social media para petani di kampung

1
mendapatkan edukasi pertanian yang membuat mereka mampu memperbaiki kualitas pertaniannya, social
media juga membuat banyak orang yang tidak dikenal seperti atta halilintar, khabi lame, gitaris alif ba ta,
menjadi terkenal bahkan mendunia, bahkan kerdibilitas dan personal branding seorang presiden jokowi
juga tak lepas dari peran social media, disisi lain social media juga mampu memicu berbagai macam konflik
seperti yang terjadi timur tengah dimana social media dijadikan alat propaganda barat, bahkan yang kita
rasakan seperti aksi-aksi bela Islam 212, pembubaran ormas Islam dan kisruh pemilu tak lepas dari
peranan besar social media.

Hari ini bahkan kita sangat sulit untuk menghindari social media dan internet, karena faktanya bahkan
komunikasi social lebih banyak terjadi secara digital melalui social media dibandingkan secara langsung.
Terjadinya pandemi selama 2 tahun terakhir bahkan membuat ketergantungan manusia terhadap social
media menjadi berlipat-lipat.

Jenis-Jenis social media

2
Sosial media dapat dikelompokkan menjadi beberapa bagian besar yaitu :
1. Social Networks, media sosial untuk bersosialisasi dan berinteraksi (Facebook, Instagram,myspace, hi5,
Linked in, bebo, dll)
2. Discuss, media sosial yang memfasilitasi sekelompok orang untuk melakukan obrolan dan diskusi
(whatsapp, telegram, facebook massanger, google talk, yahoo! M, skype, phorum, dll)
3. Share/ broadcast media, media sosial yang memfasilitasi kita untuk saling berbagi file dan show up video,
photo, music, dll (youtube, slideshare, tiktok, feedback, flickr, crowdstorm, dll)
4. Publish, social media sebagai sumber informasi (wordpredss, wikipedia, blog, wikia, digg, dll)
5. Social game, media sosial berupa game yang dapat dilakukan atau dimainkan bersama-sama
(koongregate, doof, pogo, cafe.com, dll)
6. Forum Jual beli online/ e-commerece (shopee, tokopedia, bukalapak, dll)
7. DLL

Pada kesempatan ini kita akan berfokus membahas social media network dan share yang begitu massif di
gunakan saat ini, diantaranya youtube, tiktok, instagram, dan facebook

Cara kerja platform social media

Pengelola social media akan mendapatkan uang dari platform mereka dengan beberapa cara, diantaranya
layanan premium yang berbayar, penjualan fitur-fitur special, dan paling besar adalah iklan. Sebagian besar
pengguna platform social media di Indonesia merupakan pengguna platform dengan layanan gratis.
Platform tidak mendapatkan penghasilah dari iyuran dari pengguna, namu sebagian besar pendapatan
mereka adalah dari iklan, dan dengan itu sebenernya kita sebagai pengguna bukanlah customer atau
target pasar dari platform, customer dan target merket mereka adalah pengiklan, lalu kita sebagai
pengguna platform justru adalah produk yang di jual kepada para pengiklan. Dan disinilah awal mula
banyak petaka social media dimulai.

Untuk memahami bagaimana kerja social media terlebih dahlu kita akan membedah siapa saja yang
terlibat dalam proses bisnis mereka. Diantaranya adalah pengiklan sebagai customer dari platform,
pengguna sebagai produk yang dijual, pembuat konten sebagai faktor produksi, dan pengelola platform itu
sendiri dengan algoritma yang mereka ciptakan dan kendalikan.

ALGORITMA adalah airificial intelegent yang diciptakan oleh pengelola platform untuk membuat banyak
pengguna social media mau betah dan berlama-lama membuka platform tersebut. Karena makin lama
waktu yang di habiskan oleh user disana, semakin banyak pula slot iklan yang tersedia untuk para
pengiklan. Algoritma yang diciptakan akan berusaha terus menampilak apa-apa yang di sukai oleh
pengguna. Misal seorang user menyukai olahraga golf, maka algoritma akan terus menyajikan konten2
menarik terkait olahraga tersebut, merekomendasikan channel-channel bagus tentang olahraga tersebut,
sehingga membuat user betah berlama-lama di platform tersebut. Ketika penonton jenuh dan melihat
konten lain yang menarik, maka algoritma akan mengikuti ketertarikan user tersebut sehingga pengguna
akan sennantiasa penasaran dan akhirnya menghabiskan waktu di platform tersebut. *999

PENGIKLAN dalam social media yang gratis merupakan client dari pemilik platform, Platform diciptakan
senyaman mungkin untuk pengiklan bisa masuk, bahkan pengembangan sebuah platform baik secara
algoritma dan lain-lain selalu mendengarkan masukan dari pengiklan. Dan pengiklan tentunya memiliki
tujuan agar iklan mereka di tonton sebanyak mungkin oleh orang yang tepat, sehingga mampu
mendongkrak penjualan produk atau jasa mereka. Yang menjadi catatan adalah bukan hanya produk dan

3
jasa yang bisa di suguhkan oleh pengiklan, namun propaganda dan campanye politik pun bisa dilakukan.

USER atau pengguna social media, sebagian besar dari mereka menggunakan platform social media secara
gratis. Hanya sedikit yang mau membayar untuk mendapat layanan tanpa iklan. Sehingga dalam posisi
bisnis, sesungguhnya user ini adalah produc yang di tawarkan oleh platform kepada customer mereka
yakni pengiklan. Bukan fisiknya tentunya, namun yang di jual adalah waktu dan mereka dalam membuka
dan bermain social media juga data digital mereka untuk ditawarkan kepada pengiklan sebagai bahan
pengiklan menemukan penonton iklannya yang paling tepat. Apa yang kita cari di social media, apa yang
kita tonton, apa yang kita share, history tontonan kita adalah data yang digunakan oleh platform untuk
menawarkan slot iklan terbaik kepada pengiklan.

CONTENT CREATOR adalah faktor produksi paling penting dalam bisnis social media, jika social media tidak
lagi di isi dengan konten yang menarik, maka user tentunya akan tidak tertarik untuk bermain disana.
Secara alamiahnya orang-orang datang ke social media memposting sesuatu untuk ingin dikenal banyak
orang. Selain itu platform senantiasa menyajikan cara agar konten yang di posting disana senantiasa
menarik. Di tiktok dan instagram conten creator di suguhi banyak filter dan fitur fitur yang senantiasa
update untuk mnenarik banyak orang untuk membuat photo dan video disana, di youtube dan google
bahkan menawarkan bagi hasil dari iklan untuk para kontent creatornya. Sehingga minat masyarakan untuk
menjadi kontent creator dan membuat konten2 keren dan menarik disana semakin tinggi.

Dampak buruk social media

Dari pola bisnis yang terjadi di social media yang ada tentu ada positive dan negativenya. Mungkin di sisi
positive kita bisa mendalami hal-hal yang memang ingin kita dalami, mendapatkan produk yang sesuai
kebutuhan kita, atau hal-hal lainnya. Namun di sisi lain ternyata banyak sekali dampak negative yang kita
dapatkan. Baik yang kita sadari maupun tidak kita sadari. Diantaranya adalah polarisasi, candu atau addict,
ancama privasi, hoax dan miss informasi, dll.

Polarisasi di social media muncul dari interest masing-masing pengguna yang berbeda dan algoritma yang
mengarahkan mereka untuk tenggelam dalam dunia interestnya sendiri, seseorang yang tertarik dengan
konspirasi bumi datar misalnya, dia akan di arahkan oleh algoritma untuk makin banyak menonton
konten2 yang mendukung konsep bumi datar dan yang membantah konsep bumi bulat, sehingga dia
makin yakin dengan pendapatnya, begitu sebaliknya, hal ini terjadi kepada banyak hal lain yang memiliki 2
sisi, seperti pro kontra terkait presiden, veganism, agama, bahkan terhadap kelompok-kelompok tertentu.
Seseorang yang senang dengan sorang ustadz atau kelompok ternentu di social media maka dia akan di
buat semakin tertatik dengan kajian2 serupa. Jika kajian2 tersebut mendeskreditkan kelompok selainnya,
maka semakin membesarlah polarisasi yang terjadi. Seseorang yang pro dengan Presiden Jokowi, maka dia
akan menerima rekomendasi video di beranda social medianya yang pro juga terhadap presiden Jokowi
dan bantahan terhadap tudingan2 buruk terhadapnya sehingga semakin kuat keyakinannya terhadap
kehebatan presiden, namun begitu pula sebalikya. Masing masing orang memiliki interesnya sendiri
terhadap banyak hal, dan dengan pola algoritma yang ada membuat polarisasi itu semakin terbentuk kuat.
Platform social media tidaklah pernah penyaring sebuah informasi berdasarkan benar dan salah, semua
informasi bisa masuk di social media. Mekanisme di social media itu sendirilah yang akan menciptakan
‘kebenaran’ masing masing.

Candu dan addict dalam social media bisa terjadi karena dua hal, yakni candu melihat dan candu untuk
dilihat. Candu untuk melihat informasi terjadi karena social media mampu memanjakan pengguna untuk

4
melihat semua yang dia senangi, algoritma membaca kesenangan kita lalu merekomendasikan konten
sesuai kesukaan kita tersebut. Disisi lain ketakukan terhadap ketinggalan informasi terbaru terkait interest
kita membuat kita ingin selalu update terhadap informasi. Faktanya saat internet tidak bisa kita akses
beberapa hari saja, kita menjadi gelisah penasaran terhadap apa yang terbiasa kita apdate, contoh kecilnya
skor bola, hasil kompetisi, dll. Candu untuk dilihat juga hal yang sangat marak terjadi. Update status,
update foto2 terbaru di facebook dan IG yang terbiasa di komentasi dan di senangi oleh teman dan
follower membuat banyak orang candu untuk memposting status, photo dan video mereka di social media.
Sebagiannya adalah muslim yang dengan sengaja menampakkan auratnya. Untuk mencari sensasi bahkan
hal-hal kontroversial sering dilakukan, kasus terakhir ada orang yang memakai kerudung namun sambil
memamerkan payudaranya di status social medianya, di arab saudi viral kasus seorang wanita di bulan
ramadhan membaca quran, dengan pakaian bikini namun di kepalanya memakai kerudung. Semua itu
mereka lakukan untuk mencari atensi dan perhatian agar bisa viral. Dampak buruk lain dari candu ini
adalah berkurangnya produktifitas orang, dimana mereka banyak melewatkan waktu hanya dengan
melihat HP mereka. Padahal banyak hal-hal produksi bisa mereka lakukan. Selain itu kesibukan dan candu
terhadap social media ini juga membuat rasa kepedulian dengan lingkungan menjadi sangat menurun.

Ancaman privasi juga merupakan issue yang paling menjadi momok dalam social media. Jual beli data
pengguna socmed merupakan bisnis yang terang dilakukan. Dalam hal politik jejak digital digunakan untuk
saling menjatuhkan lawan, dalam dunia kriminal seseorang bisa menggunakan data orang lain untuk
melakukan melakukan penipuan. Dan banyak lagi dampak negative dari ancaman privasi ini.

Hoax dan miss informasi adalah hal paling lumrah yang terjadi di social media hari ini. Semua orang dapat
membuat dan menyebarkan informasi hoax, membuat propaganda jahat dan lain sebagainya. Tingkat
edukasi masyarakat yang kurang bagus membuat informasi hoax ini sangat mudah menyebar kemana-
mana. Dan yang paling di takutkan adalah haox yang bisa saja dibuat oleh media yang di anggap kredible
bahkan hoax yang dilakukan oleh negara,

Psikologi anak muda sebagai dampak dari buruknya social media.

Generasi muda yang terdiri dari Gen Y (kelahiran 1981-1995) dan Z (kelahiran 1996-2010) serta generasi
Alpha (kelahiran 2011-sekarang) merupakan generasi yang paling terdampak oleh buruknya social media.
Generasi Y atau milenial mereka besar dalam perkembangan internet dan social media. Sedangkan gen Z
lahir dan tumbuh sudah disambut dengan tehnologi internet yang memadai, apalagi gen alpha yang lahir
dari rahim orang tua milenial dan lahir dengan kondisi tehnologi yang sudah sangat canggih. Semakin
muda generasinya semakin tinggi tingkat ketergantungan terhadap social media dan semakin banyak
menerima dampak baik dan buruk dari social media.

Mental Illness adalah penyakit mental anak-anak muda yang terkait dengan kepercayaan diri dan
kepedulian mereka terhadap lingkungan. Anak-anak muda akan banya bicara tentang dirinya sendiri dan
cenderung tidak peduli dengan orang lain. Mental ‘bodo amat’ dengan orang lain, mencari perhatian dari
orang lain secara tidak dewasa dan tidak lagi memandang moral juga agama, membanding-bandingkan diri
dengan orang lain yang membuat kepercayaan diri berkurang, adalah hal yang sering kita temui pada anak-
anak muda hari ini. Mahasiswa mahasiswa tidak lagi senang berorganisasi, namun lebih senang dengan
teman2 se hoby atau sibuk dengan disinya sendiri di socmed. Anak-anak sekolah semakin sulit dipisahkan
dari HP mereka, game online membuat anak-anak larut dengan keseruannya tampa mempedulikan waktu
dan pendidikan mereka. Budaya korea melalui film dan musiknya membuat anak-anak mengidolakan artis-
artis itu berlebihan. Hal ini menjadi begitu banyak apalagi tak banyak orang tua mampu mengedukasi

5
anaknya dengan baik terkait social media.

Polarisasi juga terjadi luar biasa di anak-anak muda. Luasnya informasi dan algoritma membuat wawasan
mereka betul-betul terkotak-kotakkan dengan interest mereka. Yang tertarik dengan olahraga atau hobby
tertentu hanya tau tentang olahraga dan hobbynya, tampa banyak tahu tentang hal-hal diluar itu. Begitu
juga dengan game, korea, musik, dan lain-lainnya, sayangnya tidak banyak yang tertarik dengan hal-hal
penting seperti sejarah, agama, budaya, dll kecuali jika pendidikan dari orang tuanya cukup bagus.

TANTANGAN DAKWAH

Dakwah di social media memang juga berkembang pesat seiring dengan perkembangan teknologi social
media yang ada. Dan bahkan dampaknya sangat luas, banyak sekali orang yang tersadarkan, hijrah, bahkan
masuk ialam memalui konten-konten di social media. Gerakan dakwah 212 adalah bentuk kongkrit dari
nyatanya dakwah di social media. Namun dakwah di social media tentunya tidak mudah, diantara yang
berhasil banyak pula yang tidak berkembang alias jalan di tempat. Dan sekarang banyak diantara konten
creator dakwah yang merasa interaksi dan efektifitas dakwah social mereka semakin hari semakin turun,
subsciber besar di youtube tidak lagi berpengaruh langsung terhadap viewer video-video baru mereka.
Followers besar di IG banyak yang stagnan dan tidak berkembang, banyak diantara akun2 dakwah justru
tumbang di hapus rezim. Tentu butuh wawasan yang terus berkembang terkait social media mengingat
social media secara trenad, algoritma dan psikologi penonton terus berkembang. Hal-hal yang 2 atau 3,4
tahun lalu menarik sekarang tidak lagi menarik. Pemnahasan yang dulu viral searang sudah padam.

Hal besar yang paling haus kita fahami terkait dengan social media adalah adanya polarisasi di social
media. Hal ini juga menciptakan segmentasi audience yang semakin mengerucut. Kita tidak bisa membuat
sebuah konten yang dalam mindset kita bisa di terima semua kalangan. Masing-masing segmen harus di
dekati dengan metode berbeda yang sesuai dengan interest mereka. Mereka yang baru hijrah mungkin
tidak langsung tertarik dengan bahasa arab. Kaum milenial justru tidak senang di panggil milenial. Jika kita
ingin menjadikan social media sebagai ulsub dakwah maka sangat penting untuk menentukan dan
mengenali dulu dari awal siapa target audisnce yang kita tuju, sehingga kita bisa meracik konten terbaik
yang benar2 bisa menarik perhatian mereka.

SOCIAL MEDIA DALAM ISLAM

Dalam islam, adanya social media di tengah-tengah masyarakan tentu adalah hal yang harus di atur sesuai
dengan ketentuan syaariat islam. Ada banyak hal yang hari ini terjadi di social media tidak mengindahkan
dan tidak memperhatikan kaidah hukum-hukum syarak. Namun begitu social media dan internet tetaplah
dapat dimanfaatkan dalam menjalankan kehidupan masyarakat dan bernegara.

Konsep awal dalam hal social media dalam islam adalah pengelolaannya harus di tangan kaum muslimin.
Semua social media yang ada hari ini adalah milik kapitalis barat yang tentunya tujuannya hanya untuk
mencari keuntungan semata. Jika adapun aturan yang di buat itu hanyalah untuk mememuhi regulasi
sesuai ketentuan negara-negara yang ada. Karena social media menguasai hajat hidup orang banyak, maka
sosial media dalam islam tentu harus dikuasai oleh kaum muslimi. Dan tentu fisi yang harus di usung
dalam pembuatan sebuah social media adalah untuk mendakwahkan islam ke seluruh pelosok dunia.

Pengawasan pengguna dalam social media juga harus di awasi negara. Tentu ada banyak aktifitas yang
harus ,memenuhi ketentuan syarak, diantaranya adalah tentang batasan aurat, batasan interakasi antara
laki-laki dan perempuan, aqad jual beli sesuai syariat islam, dan lain sebagainya haruslah sesuai dengan

6
aturan syariat islam. Selain itu arus informasi yang terjadi di social media tentunya harus di atur
sedemikian rupa agar tidak ada informasi hoax yang diterima masyarakat yang dapat menimpulkan gejolak
di masyarakat

Yang paling penting juga adalah social media tidak boleh membuat candu, membuat orang buta sosial
sesungguhnya, social media hanyalah alat bantu yang mendampingi dan mempermudah masyarakat
dalam berkomunikasi, Bukan sebailiknya.

REFERENSI
Youtube Creators, Youtube Ferry Irwandi, Youtube Skinny Indonesia24, Website We Are Social, Wikipedia,
etc,

Anda mungkin juga menyukai