Anda di halaman 1dari 13

Mata Kuliah : Etika dan Hukum Kesehatan

Dosen Pengampu : Sitti Nurlyanti Sanwar, S. ST., M. H

Tugas : Individu

ASPEK HUKUM MASALAH BIOETIKA DALAM PELAYANAN


KESEHATAN

Oleh:

Kelompok 3

Siskawati B2215401001

Isabela B2215401006

PRODI DIII KEBIDANAN FAKULTAS VOKASI

UNIVERSITAS KARYA PERSADA MUNA

2023

i
KATA PENGANTAR

Assalamua’laikum Wr.Wb

Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang.
Kami panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayah-NYA kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah kami
tentang “Aspek Hukum Masalah Bioetika Dalam Pelayanan Kesehatan”

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih
sangat jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini serta agar kami bisa
membuat makalah yang lebih baik lagi kedepannya.

Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan informasi bagi teman-teman dan
dapat bermanfaat untuk pengembangan pengetahuan bagii pembaca.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Raha, 17 Desember 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL....................................................................................................i
KATA PENGANTAR................................................................................................ii
DAFTAR ISI..............................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................1
A. Latar Belakang..................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.............................................................................................2
C. Tujuan...............................................................................................................2
BAB II. PEMBAHASAN............................................................................................3
A. Aspek Bioetika..................................................................................................3
B. Aspek Medikolegal...........................................................................................4
C. Prinsip-prinsip Bioetika....................................................................................5
D. Etika Klinis.......................................................................................................8
BAB III PENUTUP.....................................................................................................9
A. Kesimpulan.......................................................................................................9
B. Saran.................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................9

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Etika yang juga dikenal sebagai “filsafat moral” adalah cabang dari ilmu filsafat
yang mencari jawaban atas pertanyaan mengenai moral; konsep tentang baik dan
buruk, benar dan salah, keadilan, dan sebagainya. Salah satu cabang etika adalah
“etika normatif” yang membahas hal-hal praktis dalam menjalankan prinsip-prinsip
moral untuk selalu menjalankan hal-hal yang ideal, atau dikenal sebagai kode etik
profesi tertentu. Dalam profesi yang berhubungan dengan kehidupan, termasuk
profesi kesehatan, dikenal istilah bioetika yang dapat diartikan sebagai pedoman
moral dalam bertindak melayani kehidupan (manusia). Bioetika mencakup berbagai
disiplin untuk memberi pedoman dalam menjawab berbagai masalah yang
ditimbulkan dalam bidang biologi dan ilmu kedokteran. Sedangkan etika kedokteran
sendiri adalah bagian dari bioetika. Sesuai dengan prinsip etika, tujuan bioetika dalam
layanan kesehatan adalah untuk memaksimalkan manfaat medis dan meminimalkan
risiko klinis dari penyakit.
Bioetika berasal dari bahasa Yunani yakni bios (hidup) dan ethike (apa yang
seharusnya dilakukan manusia). Bioetika mempelajari tentang kontroversi dalam etik
yang menyangkut masalah biologi dan pengobatan serta fokus terhadap pertanyaan
etik yang muncul tentang hubungan antara ilmu kehidupan, bioteknologi, pengobatan,
politik, hukum dan theologi. Pengertian yang lebih sempit mengenai bioetika adalah
evaluasi etik pada moralitas treatment atau inovasi teknologi dan waktu pelaksanaan
pengobatan pada manusia. Isu dalam bioetika antara lain peningkatan mutu genetik,
etika lingkungan, dan pemberian pelayanan kesehatan. Bioetika lebih berfokus pada
dilema yang menyangkut perawatan kesehatan modern, serta aplikasi teori etik dan
prinsip etik terhadap masalah masalah pelayanan kesehatan.

1
Bioetika adalah pedoman moral dari profesi kesehatan untuk memberikan yang
terbaik bagi pasien, sekaligus menjamin hormat pada martabat manusia serta
melindungi HAM dan kebebasan-kebebasan dari pasien. Pelanggaran etika oleh
profesional kesehatan juga akan melanggar atau mengabaikan HAM penderita.
Pelayanan kesehatan merupakan bagian penting dari sistem perawatan kesehatan
yang melibatkan berbagai tenaga medis, seperti dokter, perawat, dan tenaga medis
lainnya. Dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan, etika antar tenaga medis
memiliki peran yang krusial dalam memastikan pelayanan yang berkualitas dan aman
bagi pasien (Nawasida dan Fitri, 2020).

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah pada makalah ini yaitu:
1. Jelaskan aspek bioetika
2. Jelaskan aspek medikolegal
3. Jelaskan prinsip-prinsip bioetika
4. Jelaskan etika klinis

C. Tujuan
Adapun tujuan penulisan makalah ini, yaitu:
1. Untuk menjelaskan aspek bioetika
2. Untuk menjelaskan aspek medikolegal
3. Untuk menjelaskan prinsip-prinsip bioetika
4. Untuk menjelaskan etika klinis

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Aspek Bioetika
Situasi penentuan akhir kehidupan saat ini merupakan bahasan menonjol yang
penuh kontroversi dalam bidang bioetika kontemporer. Saat ini pada beberapa negara
secara kontroversi mengambil langkah radikal dengan melakukan terminasi
kehidupan langsung dengan tindakan kedokteran, namun banyak negara lainnya
secara tegas melarang euthanasia aktif volunteer. Kontroversi lainnya adalah seputar
penundaan dan penghentian bantuan hidup (withholding and withdrawing life
support) pada pasien kritis.
Istilah withholding life support dan withdrawing life support tidak sama
maknanya. Secara sederhana istilah withholding life support berarti tidak lagi
melakukan resusitasi. Sebaliknya pada withdrawing life support, sekali diputuskan
withdrawal terapi maka ventilator dan inotropik harus dihentikan, sedasi berat
biasanya muncul dan kematian akan segera terjadi.
Kedokteran berpegang teguh kepada 4 kaidah dasar moral (moral principles),
yaitu:
1. Otonomi
Otonomi berarti setiap tindakan medis haruslah memperoleh persetujuan dari
pasien (atau keluarga terdekat, dalam hal ia tidak dapat memberikan
persetujuannya).
2. Beneficence
Beneficence berarti setiap tindakan medis harus ditujukan untuk kebaikan
pasien.
3. Nonmaleficence
Nonmaleficence berarti setiap tindakan medis harus tidak boleh
memperburuk keadaan pasien.

3
4. Justice
Justice berarti bahwa sikap atau tindakan medis harus bersifat adil terutama
dilihat dari segi distributive-justice.
Moral dilemma masih mungkin terjadi apabila prinsip moral otonomi dihadapkan
dengan prinsip moral lainnya atau apabila prinsip beneficence dihadapkan dengan
nonmaleficence, misalnya apabila keinginan pasien (otonomi) ternyata bertentangan
dengan prinsip beneficence atau nonmaleficence, dan apabila sesuatu tindakan
mengandung beneficence dan nonmaleficence secara bersamaan seperti pada rule of
double effect.
Pertimbangan bioetika yang harus diperhatikan dalam menentukan tindakan
withholding life support dan withdrawing life support adalah kapan, dimana dan
kondisi bagaimana dokter menyampaikan hal tersebut kepada keluarga pasien.
Pertama sekali dokter harus menghormati harkat martabat pasien (otonomi pasien),
pada kondisi ini pasien maupun keluarganya harus mempunyai otonomi untuk
menerima informasi yang relevan tentang penyakitnya.

B. Aspek Medikolegal
Peraturan perundang-undangan di Indonesia tentang penentuan tindakan
withdrawal atau withholding terhadap support terapi tercantum dalam Peraturan
Menteri Kesehatan (Permenkes) Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 2014 Bab 3
Pasal 14 dan 15 tentang penghentian atau penundaan terapi bantuan hidup yaitu pada
pasien yang berada dalam keadaan yang tidak dapat disembuhkan akibat penyakit
yang dideritanya (terminal state) dan tindakan kedokteran sudah sia-sia (futile) dapat
dilakukan penghentian atau penundaan terapi bantuan hidup.
Kebijakan mengenai kriteria keadaan pasien ditetapkan oleh Direktur atau
Kepala Rumah Sakit. Keputusan untuk menghentikan atau menunda terapi bantuan
hidup tindakan kedokteran terhadap pasien dilakukan oleh tim dokter yang
menangani pasien setelah berkonsultasi dengan tim dokter yang ditunjuk oleh Komite
Medik atau Komite Etik. Rencana tindakan penghentian atau penundaan terapi

4
bantuan hidup harus diinformasikan dan memperoleh persetujuan dari keluarga
pasien atau yang mewakili pasien.Terapi bantuan hidup yang dapat dihentikan atau
ditunda hanya tindakan yang bersifat terapeutik dan atau perawatan yang bersifat luar
biasa (extra-ordinary) yaitu Rawat di Intensive Care Unit, Resusitasi Jantung Paru,
Pengendalian disritmia, Intubasi trakeal, Ventilasi mekanis, Obat vasoaktif, Nutrisi
parenteral, Organ artifisial, Transplantasi, Transfusi darah, Monitoring invasive, dan
pemberian Antibiotik serta Tindakan lain yang ditetapkan dalam standar pelayanan
kedokteran. Terapi bantuan hidup yang tidak dapat dihentikan atau ditunda meliputi
oksigen, nutrisi enteral dan cairan kristaloid.
Berdasarkan Permenkes RI nomor 290 tahun 2008 bab 4 pasal 16 tentang
persetujuan tindakan kedokteran pada situasi khusus yaitu tindakan withdrawing/
withholding life support pada seorang pasien harus mendapat persetujuan keluarga
terdekat pasien. Berdasarkan Permenkes RI nomor 290 tahun 2008 bab 5 pasal 18
tentang penolakan tindakan kedokteran yaitu dapat dilakukan oleh pasien dan atau
keluarga terdekatnya setelah menerima penjelasan tentang tindakan kedokteran yang
akan dilakukan.

C. Prinsip-Prinsip Bioetika
Prinsip-prinsip bioetika pada dasarnya merupakan penerapan prinsip-prinsip
etika dalam bidang kedokteran dan kesehatan. Etika kedokteran terapan, terbagi atas
2 kategori besar:
1. Principlism: mementingkan prinsip etik dalam bertindak. Termasuk dalam
konteks ini adalah etika normatif, empat basic moral principle, konsep
libertarianism (mengutamakan otonomi) serta beneficence in trust (berbuat
baik dalam suasana kepercayaan). Dasar utama dalam principlism adalah
bahwa memilih salah satu prinsip etik ketika akan mengambil keputusan.
2. Alternative principlism, termasuk dalam etika ini adalah etika komunitarian,
etika naratif dan etika kasih sayang.

5
Beauchamp dan Childress (2001) menguraikan mengenai empat kaidah dasar
(basic moral principle) dan beberapa rules di bawahnya. Keempat kaidah dasar
tersebut adalah:
1. Respect for Autonomy (menghormati autonomi pasien)
Otonomi secara literatur adalah aturan yang mengatur diri sendiri secara
tenang dan tidak tergesa-gesa. Dasar-dasar respect for autonomy terkait erat
dengan dasar mengenai rasa hormat terhadap martabat manusia dengan segala
karakteristik yang dimilikinya karena ia adalah seorang manusia yang memiliki
nilai dan berhak untuk meminta. Otonomi adalah aturan personal yang bebas dari
campur tangan pihak lain. Beuchamp dan Childress merumuskan hal ini sebagai
kata “tindakan otonomi tidak hanya ditujukan untuk mengontrol pembatasan oleh
orang lain”.
Respect for autonomy merupakan sesuatu yang hanya diwajibkan bila ia
tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip kaidah bioetika yang utama lainnya,
contohnya: jika sebuah tindakan otonomi akan membahayakan manusia lain,
maka prinsip respect for autonomy akan bertentangan dengan prinsip non-
maleficence, maka harus diputuskan prinsip yang ditetapkan.
2. Beneficence (berbuat baik)
Menurut teori Beuchamp dan Childress, prinsip atau kaidah ini tidak hanya
menuntut manusia memperlakukan sesamanya sebagai makhluk yang otonom
dan tidak menyakiti mereka, tetapi juga dituntut agar manusia tersebut dapat
menilai kebaikan orang lain selanjutnya. Tindakan tersebut diatur dalam dasar-
dasar beneficence. Bagaimanapun seperti yang telah disebutkan, dasar-dasar dari
beneficence menuntut lebih banyak agent dibanding dengan dasar-dasar non-
maleficence. Beuchamp dan Childress menulis: “dalam bentuk yang umum,
dasar-dasar beneficence mempunyai tujuan untuk membantu orang lain melebihi
kepentingan dan minat mereka”.

6
Dasar dari beneficence mengandung dua elemen, yaitu keharusan secara
aktif untuk kebaikan berikutnya, dan tuntutan untuk melihat berapa banyak aksi
kebaikan berikutnya dan berapa banyak kekerasan yang terlibat.
3. Non-maleficence (tidak merugikan orang lain)
Tujuan prinsip ini adalah untuk melindungi seseorang yang tidak mampu
(cacat) atau orang yang non-otonomi. Seperti yang telah dijelaskan, orang ini
juga dilindungi oleh prinsip berbuat baik (beneficence). Jawaban etik yang benar
adalah dengan melihat kebaikan lebih lanjut dari diri seseorang, tidak
diperbolehkan untuk menyakiti orang lain.
Prinsip ini mengemukakan bahwa keharusan untuk tidak melukai orang lain
lebih kuat dibandingkan keharusan untuk berbuat baik.
4. Justice (keadilan)
Kesamaan merupakan inti dari justice, tetapi Aristoteles mengemukakan
bahwa justice lebih daripada kesamaan, karena seseorang dapat merasa tidak
diperlakukan secara semestinya walaupun telah diperlakukan sama satu dengan
yang lain.
Teori filosofi mengenai keadilan biasanya menyangkut keutuhan hidup
seseorang atau berlaku sepanjang umur, tidak berlaku sementara saja. Beuchamp
dan Childress menyatakan bahwa teori ini sangat erat kaitannya dengan sikap
adil seseorang pada orang lain, seperti memutuskan siapa yang membutuhkan
pertolongan kesehatan terlebih dahulu dilihat dari derajat keparahan penyakitnya.
Rawls merumuskan konsepsi khusus teori keadilan dalam bentuk dua prinsip
keadilan yaitu:
a. Setiap orang memiliki hak sama sejauh yang dapat dicakup keseluruhan
Sistem kesamaan kemerdekaan fundamental yang setara bagi
kemerdekaan semua warga yang lain.
b. Ketidaksamaan-ketidaksamaan sosial dan ekonomi ditata sedemikian
sehingga keduanya:
1) Paling menguntungkan bagi yang paling tertinggal.

7
2) Melekat pada posisi-posisi dan jabatan-jabatan terbuka bagi semua
di bawah syarat kesamaan kesempatan yang fair.

D. Etika Klinis
Dalam dunia kedokteran, fondasi moral hubungan dokter pasien adalah inti etika
kedokteran. Pembahasan dalam etika kedokteran lebih dititik beratkan pada fondasi
moral yang mengatur hubungan dokter pasien. Konsep hubungan ini akan lebih
mempertajam keputusan-keputusan klinis yang akan dibuat oleh dokter dalam
berbagai situasi, sehingga akan tersusun standar perilaku profesional.

8
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Bioetika berasal dari bahasa Yunani yakni bios (hidup) dan ethike (apa yang
seharusnya dilakukan manusia). Bioetika mempelajari tentang kontroversi dalam etik
yang menyangkut masalah biologi dan pengobatan serta fokus terhadap pertanyaan
etik yang muncul tentang hubungan antara ilmu kehidupan, bioteknologi, pengobatan,
politik, hukum dan theologi. Pengertian yang lebih sempit mengenai bioetika adalah
evaluasi etik pada moralitas treatment atau inovasi teknologi dan waktu pelaksanaan
pengobatan pada manusia. Isu dalam bioetika antara lain peningkatan mutu genetik,
etika lingkungan, dan pemberian pelayanan kesehatan. Bioetika lebih berfokus pada
dilema yang menyangkut perawatan kesehatan modern, serta aplikasi teori etik dan
prinsip etik terhadap masalah masalah pelayanan kesehatan.
Situasi penentuan akhir kehidupan saat ini merupakan bahasan menonjol yang
penuh kontroversi dalam bidang bioetika kontemporer. Saat ini pada beberapa negara
secara kontroversi mengambil langkah radikal dengan melakukan terminasi
kehidupan langsung dengan tindakan kedokteran, namun banyak negara lainnya
secara tegas melarang euthanasia aktif volunteer. Kontroversi lainnya adalah seputar
penundaan dan penghentian bantuan hidup (withholding and withdrawing life
support) pada pasien kritis.

B. Saran
Saran saya sebagai mahasiswa kesehatan yang nantinya berhubungan langsung
dalam pelayanan seseorang sekiranya wajib bagi kita untuk memahami masalah
bioetika dan mematuhi aturan etik dalam dunia medis.

9
DAFTAR PUSTAKA

Afandi Dedi. 2017. Kaidah dasar bioetika dalam pengambilan keputusan klinis yang
etis.

Holijah, dkk. 2023. Etika Antar Tenaga Medis Dalam Penyelenggaraan Pelayanan
Kesehatan.

Suryadi Taufik. 2017. Aspek Bioetika-Medikolegal Penundaan Dan Penghentian


Terapi Bantuan Hidup Pada Perawatan Kritis.

10

Anda mungkin juga menyukai