Bu Ramlah Kelompok Kelainan Kongenital (1) 2
Bu Ramlah Kelompok Kelainan Kongenital (1) 2
Oleh Kelompok 1:
Siskawati B2215401001
Dian rani B2215401008
Natasya Meylia Ededoi B2210401011
Intan laura anastasya B2215401013
KATA PENGANTAR
Assalamua’laikum Wr.Wb
Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih dan Maha
Penyayang. Kami panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-NYA kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah kami tentang “Kelainan kongenital Pada Bayi Baru
Lahir”.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan
makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu berkontribusi dalam pembuatan makalah
ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah
ini masih sangat jauh dari kata sempurna. Akhir kata semoga makalah ini
dapat memberikan informasi bagi teman-teman dan dapat bermanfaat untuk
pengembangan pengetahuan bagi pembaca.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Penulis
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..........................................................................................i
KATA PENGANTAR.......................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................1
A. Latar Belakang.....................................................................................1
B. Rumusan Masalah................................................................................2
C. Tujuan...................................................................................................2
BAB II. PEMBAHASAN..................................................................................3
A. Labioskizis Dan Labiopalastokizis........................................................3
B. Atresia Ani Dan Recti...........................................................................8
C. Hisprung ..............................................................................................9
D. Obstruksi Biliaris ................................................................................10
BAB III PENUTUP........................................................................................ 12
A. Kesimpulan.........................................................................................12
B. Saran..................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................13
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Secara spesifik prevalensi kejadian sumbing bibir dan langit-langit di
berbagai negara beragam. Hasil studi menunjukkan bahwa prevalesi global
dari sumbing bibir dan langit-langit adalah 0,992/ 1.000 kelahiran hidup. Di
negara-negara Asia angka kejadian kelainan ini juga berbeda-beda. Di
Filipina angka kejadian sumbing bibir antara 1/ 500 dan 1/ 625 kelahiran, di
Jepang angka Insidennya adalah 1,1 hingga 2,13 per 1.000 kelahiran dan
1,81 per 1.000 atau 1 dari 55 kelahiran di Korea Selatan. Sedangkan Di
Indonesia angka kejadian sumbing bibir dan langit-langit juga masih cukup
tinggi dengan jumlah kejadian mencapai 1.596 penderita.
Pada tahun 1886, Harold Hirschsprung menemukan penyakit ini untuk
pertama kalinya. Ia menyimpulkan bahwa penyakit Hirschsprung dapat
mengakibatkan nyeri abdomen dan konstipasi pada bayi atau anak-anak,
namun hal ini belum diketahui patofisiologinya secara pasti.
Hingga tahun1993, dimana Robertson dan Kermohan menyatakan
bahwa megakolon yang dijumpai pada kelainan ini disebabkan oleh
gangguan peristaltik di bagian distal akibat defisiensi sel ganglion pada organ
usus (colon) (Hidayat M, 2009).
Terdapat kecenderungan bahwa penyakit Hirschsprung dipengaruhi
oleh riwayat atau latar belakang keluarga dari ibu. Angka kejadian penyakit
Hirschsprung, sekitar 1 di antara 4400 sampai 7000 kelahiran hidup, dengan
rata-rata 1:5000 kelahiran hidup (Lakshmi,2008).
2
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah pada
makalah ini, yaitu:
1. Jelaskan apa itu labioskizis dan labiopalastokizis
2. Jelaskan apa itu atresia ani dan recti
3. Jelaskan apa itu hisprung
4. Jelaskan apa itu obstruksi biliaris
C. Tujuan
Adapun tujuan penulisan makalah ini, yaitu:
1. Untuk menjelaskan apa itu labioskizis dan labiopalastokizis
2. Untuk menjelaskan apa itu atresia ani dan recti
3. Untuk menjelaskan hisprung
4. Untuk menjelaskan obstruksi biliaris
3
BAB II
PEMBAHASAN
2. Etiologi
a. Faktor genetik atau keturunan
Dimana material genetic dalam kromosom yang mempengaruhi/
dimana dapat terjadi karena adanya mutasi gen ataupun kelainan
kromosom. Pada setiap sel yang normal mempunyai 46 kromosom
yang terdiri dari 22 pasang kromosom non-sex ( kromosom 1 s/d 22 )
dan 1 pasang kromosom sex ( kromosom X dan Y ) yang
menentukan jenis kelamin. Pada penderita bibir sumbing terjadi
Trisomi 13 atau Sindroma Patau dimana ada 3 untai kromosom 13
pada setiap sel penderita, sehingga jumlah total kromosom pada tiap
selnya adalah 47. Jika terjadi hal seperti ini selain menyebabkan bibir
sumbing akan menyebabkan gangguan berat pada perkembangan
otak, jantung, dan ginjal. Namun kelainan ini sangat jarang terjadi
dengan frekuensi 1 dari 8000-10000 bayi yang lahir.
b. Kegagalan fase embrio yang penyebabnya belum diketahui.
c. Kekurangan nutrisi contohnya defisiensi Zn dan B6, vitamin C
pada waktu hamil, kekurangan asam folat.
d. Akibat gagalnya prosessus maksilaris dan prosessus medialis
menyatu.
e. Beberapa obat (korison, anti konsulfan, klorsiklizin).
f. Mutasi genetic atau teratogen (Agen /faktor yang menimbulkan
cacat pada embrio).
5
h. Masalah gigi. Pada celah bibir gigi tumbuh tidak normal atau
bahkan tidak tumbuh, sehingga perlu perawatan dan penanganan
khusus.
i. Perubahan harga diri dan citra tubuh yang dipengaruhi derajat
kecacatan dan jaringan paruh.
5. Penatalaksanaan
Menurut Wong (2003) penanganan untuk bibir sumbing adalah
dengan cara operasi. Operasi ini dilakukan setelah bayi berusia 2 bulan,
dengan berat badan yang meningkat, dan bebas dari infeksi oral pada
saluran napas dan sistemik.
a. Perawatan
1) Menyusui oleh ibu
Menyusu adalah metode pemberian makan terbaik untuk
seorang bayi dengan bibir sumbing tidak menghambat
penghisapan susu ibu. Ibu dapat mencoba sedikit menekan
payudara untuk mengeluarkan susu. Dapat juga mnggunakan
pompa payudara untuk mengeluarkan susu dan memberikannya
kepada bayi dengan menggunakan botol setelah dioperasi,
karena bayi tidak menyusu sampai 6 minggu.
2) Posisi mendekati duduk dengan aliran yang langsung menuju
bagian sisi atau belakang lidah bayi.
3) Tepuk-tepuk punggung bayi berkali-kali karena cenderung
untuk menelan banyak udara.
b. Pengobatan
1) Dilakukan bedah elektif yang melibatkan beberapa disiplin ilmu
untuk penanganan selanjutnya. Bayi akan memperoleh
operasi untuk memperbaiki kelainan, tetapi waktu yang tepat
untuk operasi tersebut bervariasi.
7
C. Hisprung
1. Definisi
Penyakit Hirschsprung merupakan penyakit yang terjadi pada usus,
dan paling sering pada usus besar (colon). Normalnya, otot pada usus
secara ritmis akan menekan feses hingga ke rectum. Pada penyakit
Hirschsprung, saraf (sel ganglion) yang berfungsi untuk mengontrol otot
pada organ usus tidak ditemukan. Hal ini mengakibatkan feses tidak
dapat terdorong, seperti fungsi fisiologis seharusnya (Henna N, 2011).
10
D. Obstruksi Biliaris
Obstruksi biliaris adalah kondisi tidak adanya saluran empedu dari luar
hati (ekstrahepatik). Saluran empedu ini berfungsi untuk mengeluarkan
empedu yang di produksi di hati menuju ke usus. Penyebab pasti
obstruksi billaris belum di ketahui, di perkirakan factor mutasi genetic
berperan. Penyebab di duga infeksi firus antara lain retrovirus tipe 3,
rotavirus, dan cytomegalovirus (CMV). Pada anak dengan atresia tipe
perinatal umunya lahir normal dan baru kemudian menjadi kuning 9
sekitar 2-8 minggu setelah lahir ).
Pada pemeriksaan fisik : hati teraba membesar dan mengeras, limpa
juga sering teraba membesar. Kadang dapat di temukan juga kelainan
11
bawaaan lainya; minsalnya bunyi dan letak jantung yang abnormal serta
jumlah limpa yang lebih dari satu. Pemeriksaan labolatorium di temukan
bilirubin yang tinggi pada urin dan rendah pada feces. USG abdomen
hanya dapat di deteksi pembesaran hati atau saluran empedu bagian
pangkal tanpa mendeteksi penyebab, sehingga hanya untuk
menyingkirkan penyebab icterus lain. Scanning ( hepatobiliary
stiscanning) berguna untuk melihat fungsi saluran empedu, sehingga
dapat mendeteksi adanya hambatan pada aliran enpedu.
Obstruksi billaris mutlak memerlukan pembedahan. Secara garis besar
Ada dua prosedur bedah yaitu:
1) Operasi kasai (hepatoportoenterostomy procedure) untuk
mengalirkan empedu keluar dari hati, dengan menyambungkan
usus halus langsung dari hati, untuk menggantikan saluran
empedu,
2) Transaplatasi hati, hendak di lakukan sebelum anak berumur 2
tahun ( handayani, setiyani and sa’adab, 2018).
12
BAB lll
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Labioskizis, yang umum dikenal dalam masyarakat sebagai bibir
sumbing/celah bibir, dengan atau tanpa celah langit-langit/ palatum
(palatoskizis) adalah malformasi wajah yang umum di masyarakat, terjadi
hampir pada 1 dari 700 kelahiran di dunia.Pada populasi prenatal, banyak
janin dengan labiopalatoskizis dan palatoskizis memiliki kelainan kromosom
atau kelainan lain yang membuatnya tidak mampu bertahan hidup.
B. SARAN
Meskipun penulis menginginkan kesemprnaan dalam penyusunan
makalah ini, akan tetapi pada kenyataanya masih banyak kekurangan yang
perlu kami perbaiki. Hal ini di karenakan masih minimnya pengetahuan kami.
Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari para pembaca sangat
diharapkan sebagai bahan evaluasi untuk kedepannya.
13
DAFTAR PUSTAKA