Anda di halaman 1dari 117

PENGARUH PENERAPAN MEDIA BOOKLET TERHADAP

PENINGKATAN PENGETAHUAN KELUARGA TENTANG


MENGONTROL HALUSINASI DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS KEDONDONG KABUPATEN KETAPANG

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Menempuh Ujian Strata


Satu (S1) Pada Sekolah Tinggi Ilmu Keperawatan Muhammadiyah
Pontianak

Oleh :
DIA SISKA
NIM. SNR 18213059

PROGRAM STUDI NERS TAHAP AKADEMIK


SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN MUHAMMADIYAH
PONTIANAK
2020

i
PERSETUJUAN UJIAN

SKRIPSI

PENGARUH PENERAPAN MEDIA BOOKLET TERHADAP PENINGKATAN


PENGETAHUAN KELUARGA TENTANG MENGONTROL HALUSINASI
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KEDONDONG
KABUPATEN KETAPANG

Yang dipersiapkan dan disusun oleh :

DIA SISKA
NIM. SNR 18213059

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji


Pontianak, ….. Juli 2020

Pembimbing 1 Pembimbing 2

Ns. Tutur Kardiatun, S.Kep.,M.Kep Ns. Sri Ariyanti, S.Kep.,M.Kep


NIDN: 1103088202 NIDN: 9906006020

ii
LEMBAR PERSETUJUAN
PERSETUJUAN UJIAN

SKRIPSI

PENGARUH PENERAPAN MEDIA BOOKLET TERHADAP PENINGKATAN


PENGETAHUAN KELUARGA TENTANG MENGONTROL HALUSINASI
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KEDONDONG
KABUPATEN KETAPANG

Diajukan Untuk Memenuhi salah satu Syarat menempuh Ujian


Skripsi pada Sekolah Tinggi Ilmu Keperawatan Muhammadiyah
Pontianak

Yang dipersiapkan dan disusun oleh :


DIA SISKA
NIM. SNR 18213059

Pembimbing 1 Pembimbing 2

Ns. Tutur Kardiatun, S.Kep.,M.Kep Ns. Sri Ariyanti, S.Kep.,M.Kep


NIDN: 1103088202 NIDN: 9906006020

Mengetahui,
Ketua Program Studi Ners

Ners. Gusti Jhoni,Putra, M.Pd.,M.Kep


NIDN: 1116108503

iii
HALAMAN PENGESAHAN

PENGARUH PENERAPAN MEDIA BOOKLET TERHADAP PENINGKATAN


PENGETAHUAN KELUARGA TENTANG MENGONTROL HALUSINASI
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KEDONDONG
KABUPATEN KETAPANG

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Menempuh Ujian Strata Satu (SI) pada
Sekolah Tinggi Ilmu Keperawatan Muhammadiyah Pontianak

OLEH:

DIA SISKA
NIM. SNR 18213059

PROGRAM STUDI NERS TAHAP AKADEMIK


SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATANMUHAMMADIYAH
PONTIANAK
2020

iv
LEMBAR PENGESAHAN
SKRIPSI

PENGARUH PENERAPAN MEDIA BOOKLET TERHADAP PENINGKATAN


PENGETAHUAN KELUARGA TENTANG MENGONTROL HALUSINASI
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KEDONDONG
KABUPATEN KETAPANG

Yang dipersiapkan dan di susun oleh:


DIA SISKA
NIM. SNR 18213059

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji


Pontianak, … Juli 2020
Susunan Dewan Penguji

No. Nama Penguji Tanda Tangan

1. Ns. Tutur Kardiatun, S.Kep.,M.Kep ………………………….


NIDN: 1103088202

2. Ns. Sri Ariyanti, S.Kep.,M.Kep ………………………….


NIDN: 9906006020

3. Cau Kim Jiu, SKM, M.Kep, Ph.D ………………………….


NIDN : 1121057802

Hasil Penelitian ini telah diterima sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh
gelar sarjana keperawatan

Pontianak, … Juli 2020.


Ketua STIK Muhammadiyah Ketua Program Studi Ners
Pontianak,

Ns. Haryanto, S.Kep.MSN.Ph.D Ners. Gusti Jhoni Putra, M.Pd.,M.Kep


NIDN. 1131017701 NIDN: 1116108503

v
SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini adalah benar-benar hasil

pekerjaan penelitian saya. Adapun kutipan atau saduran hanya sebatas referensi

semata, dan apabila dikemudian hari skripsi yang saya buat ini terbukti meniru atau

menjiplak karya orang lain, saya bersedia mendapat sanksi akademis maupun sanksi

hukum dari lembaga yang berwenang.

Pontianak, ….Juli 2020


Peneliti,

DIA SISKA
NIM. SNR 18213059

vi
PENGARUH PENERAPAN MEDIA BOOKLET TERHADAP PENINGKATAN
PENGETAHUAN KELUARGA TENTANG MENGONTROL HALUSINASI
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KEDONDONG
KABUPATEN KETAPANG

Dia Siska1, Tutur Kardiatun2, Sri Ariyanti 3

1
Sekolah Tinggi Ilmu Keperawatan Muhammadiyah Pontianak
2
Dosen Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Keperawatan Muhammadiyah Pontianak
3
Dosen Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Keperawatan Muhammadiyah Pontianak

Email: dia.siskakdd@gmail.com.

ABSTRAK

Latar Belakang : Satu hal yang bisa dilakukan oleh keluarga dalam membantu
anggota keluarga yang mengalami halusinasi adalah dengan ikut berperan serta
membantu klien untuk bisa mengontrol halusinasi, dan hal ini yang membuat
keluarga juga perlu untuk mengetahui dan memahami dengan benar strategi
Pelaksanaan halusinasi.

Tujuan : Mengetahui pengaruh penerapan booklet terhadap peningkatan pengetahuan


keluarga tentang mengontrol halusinasi.

Metode : Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif dengan design


penelitiannya adalah Quasi-Experimental Design menggunakan One-Group Pretest-
Posttest Design. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 49 responden yang
merupakan keluarga penderita dengan masalah halusinasi pendengaran. Tehnik
pengambilan sample menggunakan tehnik total sampling.

Hasil Penelitian : Ada pengaruh penerapan booklet terhadap peningkatan


pengetahuan keluarga tentang mengontrol halusinasi (p value = 0,000 < 0,05).

Kesimpulan : Keluarga perlu memiliki pengetahuan khusus dalam membantu


mengontrol halusinasi pendengaran klien. Pendidikan kesehatan pada keluarga
dengan media booklet efektif mewingkatkan pengetahuan keluarga.

Kata Kunci : pendidikan kesehatan, pengetahuan, halusinasi pendengaran

vii
THE EFFECT OF BOOKLET MEDIA APPLICATION TO IMPROVING FAMILY
KNOWLEDGE ABOUT CONTROL HALUSINATION IN KEDONDONG
PUBLIC HEALTH CENTER KETAPANG

Dia Siska1, Tutur Kardiatun2, Sri Ariyanti 3

1
Student of Nursing Institute of Muhammadiyah Nursing Pontianak
2
Nursing Lecturer of Institute of Nursing Muhammadiyah Pontianak
3
Nursing Lecturer of Institute of Nursing Muhammadiyah Pontianak

Email : dia.siskakdd@gmail.com.

ABSTRACT

Background: One thing families can do to help family members who are
experiencing hallucinations is to participate in helping clients to be able to control
hallucinations, and this makes the family also need to know and understand correctly
the strategy of implementing hallucinations.

Objective: the objective of this study to determine the effect of the application of
booklets on increasing family knowledge about controlling hallucinations.

Methods: This research is a type of quantitative research with the research design is
Quasi-Experimental Design using One-Group Pretest-Posttest Design. The sample in
this study amounted to 49 respondents who were families of patients with auditory
hallucination problems. The sampling technique uses total sampling techniques.

Result: There is an effect of the application of the booklet on increasing family


knowledge about controlling hallucinations (p value = 0,000 <0.05).

Conclusions: Families need to have special knowledge in helping to control the


auditory hallucinations of clients. Health education for families with media booklets
effectively enhances family knowledge.

Keywords: health education, knowledge, auditory hallucinations

viii
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Puji syukur kita panjatkan kehadirat allah swt yang telah melimpahkan Rahmat

dan Karunia-Nya kepada peneliti sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul “Pengaruh Penerapan Media Booklet Terhadap Peningkatan Pengetahuan

Keluarga Tentang Mengontrol Halusinasi Di Wilayah Kerja Puskesmas Kedondong

Kabupaten Ketapang”. Skripsi ini dibuat untuk memenuhi salah satu syarat untuk

mencapai gelar stara satu (S1) Sarjana Keperawatan di STIK Muhammadiyah

Pontianak. Skripsi ini berisikan VI BAB yang terdiri dari :

1. Bab I menjelaskan tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian dan

manfaat penelitian.

2. Bab II menjelaskan tentang konsep teori, kerangka teori, hipotesis dan keaslian

penelitian.

3. Bab III menjelaskan tentang kerangka konsep, desain penelitian, populasi dan

sampel penelitian, tempat dan waktu penelitian, definisi operasional, intrumen

atau alat pengumpulan data, prosedur pengumpulan data, analisis data dan etika

penelitian.

4. Bab IV menjelaskan tentang deskriptif responden, karakteristik responden dan

hasil analisa data.

5. Bab V menjelaskan tentang interprestasi dan diskusi hasil, serta keterbatasan

penelitian.

ix
6. Bab VI menjelaskan tentang kesimpulan dan saran

Peneliti menyadari bahwa dalam skripsi ini masih banyak kekurangan dan

kelemahan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan

untuk menyempurnakan skripsi ini. Peneliti berharap skripsi ini dapat bermanfaat

bagi para pembaca.

Pontianak, Juli 2020

DIA SISKA
NIM. SNR 18213059

x
UCAPAN TERIMAKASIH

Selama penyusunan skripsi ini, penliti tidak terlepas dari peran dan dukungan

berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan

terimakasih kepada :

1. Haryanto,S.Kep.,Ns.,MSN.,Ph.D, selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu

Keperawatan (STIK) Muhammadiyah Pontianak.

2. Ns. Gusti Jhoni Putra, M.Pd., M.Kep, selaku Ketua Program Studi S1 Sekolah

Tinggi Ilmu Keperawatan Muhammadiyah Pontianak.

3. Ns. Tutur Kardiatun, S.Kep. M.Kep, selaku pembimbing I yang telah

meluangkan waktu, fikiran, dan tenaga, dengan sabar dan tekun untuk

memberikan bimbingan dan pengarahan kepada saya dalam menyelesaikan hasil

penelitian ini.

4. Ns. Sri Ariyanti, S.Kep.M.Kep, selaku pembimbing II yang juga telah

meluangkan waktu, fikiran, dan tenaga, dengan sabar dan tekun untuk

memberikan bimbingan dan pengarahan kepada saya dalam menyelesaikan hasil

penelitian ini.

5. Segenap Dosen, Pegawai, dan seluruh civitas akademika Sekolah Tinggi Ilmu

Keperawatan (STIK) Muhammadiyah Pontianak.

6. Kepala Puskesmas dan Seluruh staf Puskesmas Kedondong Kabupaten Ketapang

yang telah memberikan izin kepada peneliti untuk melakukan penelitian.

xi
7. Suami dan anak-anak tercinta yang senantiasa memberikan doa, motivasi, nasihat

dan semangat baik moral maupun materiil sehingga saya dapat menyelesaikan

penyusunan dan penyelesaian skripsi ini.

8. Orang tua dan keluarga, yang juga telah memberikan doa, motivasi, nasihat, dan

semangat baik moral maupun materiil sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi

ini.

9. Seluruh teman-teman satu angkatan yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu

yang telah memberikan doa, motivasi, nasehat, dan semangat kepada saya dari

pertama masuk kuliah sampai penyelesaian skripsi ini dan semoga akan selalu

kompak sampai semuanya menyelesaikan kuliah Program Studi S1 di Sekolah

Tinggi Ilmu Keperawatan (STIK) Muhammadiyah Pontianak.

Peneliti menyadari dalam penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangan. Oleh

karena itu, peneliti mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna

membangun perbaikan dan kesempurnaan skripsi penelitian ini. Besar harapan

peneliti agar hasil penelitian ini dapat berguna sebagai sumber informasi bagi para

pembaca terutama mahasiswa STIK Muhammadiyah Pontianak sebagai literatur

bacaan.

Pontianak, Juli 2020

Peneliti

xii
BIODATA PENELITI

Nama : Dia Siska

Nama Panggilan : Siska

Tempat Tanggal Lahir : Ketapang , 2 September 1980

Jenis Kelamin : Perempuan

Status Pernikahan : Kawin

Agama : Islam

Alamat : Jl. Ks Tubun No 03 Kelurahan Sampit, Kecamatan

Delta Pawan Kabupaten Ketapang

Nomor Handphone : 082353917676

Riwayat Pendidikan :

1. SD Negeri 07 Ketapang 19992


2. SMP Negeri 01 Ketapang 19995
3. SPK Ketapang 1998
4. AKPER Pemda Ketapang 2012

xiii
Email : dia.siskakdd@gmail.com

Tempat Bekerja : Puskesmas Kedondong Kabupaten Ketapang

xiv
DAFTAR ISI

HALAMAN

COVER………………………………………………………………………………. i
HALAMAN PERSETUJUAN ………………............................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................................... iv
SURAT PERNYATAAN ……………………………………………………………. vi
ABSTRAK……………………………………………………………………………. vii
ABSTRACT…………………………………………………………………………... viii
KATA PENGANTAR .................................................................................................. ix
UCAPAN TERIMA KASIH………………………………………………………….. xi
BIODATA……………………………………………………………………………. xiii
DAFTAR ISI ................................................................................................................ xv
DAFTAR TABEL ……………………………………………………………………. xvii
DAFTAR SKEMA ........................................................................................................ xviii
DAFTAR GRAFIK …………………………………………………………………... xix
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................................. xx

BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................................ 1


A. Latar Belakang .................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................................. 8
C. Tujuan Penulisan …........................................................................................... 8
D. Manfaat Penelitian ............................................................................................. 9

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................. 10
A. Konsep Teori ..................................................................................................... 10
1. Booklet .......................................................................................................... 10
2. Pengetahuan................................................................................................... 16
3. Keluarga......................................................................................................... 21
4. Halusinasi...................................................................................................... 25
B. Keaslian Penelitian ............................................................................................ 37
C. Kerangka Teoritis …………………………………………………………...... 39
D. Hipotesis ………................................................................................................ 41

BAB III. METODE PENELITIAN .............................................................................. 42


A. Kerangka Konsep ............................................................................................. 42
B. Desain Penelitian…..……………………………………………………......... 43
C. Populasi dan Sampel ......................................................................................... 43
D. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................................... 44
E. Definisi Operasional …………......................................................................... 44
F. Instrumen Pengumpulan Data ........................................................................... 45
G. Prosedur Pengumpulan Data ……… ................................................................ 48
H. Pengolahan Data dan Analisis Data................................................................... 51
I. Etika Penelitian ……………………………………………………………..... 53
xv
BAB IV HASIL PENELITIAN ……………………………………………………... 54
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian………………………..………………... 54
B. Karakteristik Responden …………………………………….……………..... 54
C. Hasil Penelitian………………….………………………………………........ 56

BAB V PEMBAHASAN…….………………………………………………………. 61
A. Interpretasi dan Diskusi…………………………………………………......... 61
B. Keterbatasan Penelitian …………………………………………………........ 74

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN …………………………………………….


75
A. Kesimpulan………………………………………………………………....... 75
B. Saran ……………………………………………………………………........ 76

Daftar Pustaka
Lampiran

xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Keaslian Penelitian …………………………………. 37
Tabel 3.1 Definisi Operasional …………………………………. 44
Tabel 3.2 Kisi-Kisi Kuesione …………………………………………. 47
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden ....................... 55
Tabel 4.2 Distribusi Pengetahuan sebelum Pendidikan kesehatan .….... 55
Tabel 4.3 Tingkat Pengetahuan Keluarga Sebelum Penerapan Booklet.. 56
Tabel 4.4 Tingkat Pengetahuan Keluarga Setelah Penerapan Booklet.... 57
Tabel 4.5 Uji Normalitas Data …………………………………………. 58
Tabel 4.6 Perbandingan Pre dan Post Tingkat Pengetahuan Keluarga… 59

xvii
DAFTAR SKEMA

Skema 2.1 Kerangka Teori …………………………………..……....... 39


Skema 3.1 Kerangka Kosep …………………………………..……....... 42
Skema 3.2 Design Penelitian …………………………………………….. 43

xviii
DAFTAR GRAFIK

Grafik 4.1 Grafik Perbandingan Pengetahuan…….………………..……… 59

xix
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Permohonan Menjadi Responden

Lampiran 2 informed Consent

Lampiran 3 Lembar Penjelasan Kepada Responden

Lampiran 4 Lembar Persetujuan Responden

Lampiran 5 Kuesioner Penelitian

Lampiran 6 Kendali Bimbingan

Lampiran 7 SAP ( Satuan Acara Penyuluhan )

Lampiran 8 Booklet

Lampiran 9 Surat Pengambilan Data

Lampiran 10 Surat Keterangan Lolos Kaji Etik

Lampiran 11 Surat Izin Melakukan Penelitian

Lampiran 12 Surat Balasan Izin Melakukan Penelitian

Lampran 13 Surat Keterangan Telah Selesai Melakukan Penelitian

Lampiran 14 Dokumentasi Penelitian

xx
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan merupakan salah satu hal penting bagi kehidupan manusia.

Menurut UU No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan, kesehatan merupakan

keadaan seseorang yang sehat secara fisik, mental, spiritual dan secara social

yang memungkinkan seseorang untuk dapat hidup produktif baik secara

ekonomi maupun sosial. Kesehatan jiwa merupakan berbagai karakteristik

positif yang mewakili tentang kedewasaan dan kepribadian yang digambarkan

secara selaras dan berkesinambungan (Kusumawati & Hartono, 2010).

Gangguan jiwa adalah keadaan yang mengganggu proses hidup di masyarakat

yang diakibatkan dari gangguan mental yang terdiri dari emosi, pikiran,

perilaku, perasaan motivasi, kemauan, keinginan, daya tilik diri dan persepsi

(Nashir & Muhith, 2011).

Sehat menurut World Health Organization (WHO) adalah suatu keadaan

sejahtera yang meliputi fisik, mental dan sosial yang tidak hanya bebas dari

penyakit atau kecacatan. Kesehatan jiwa pun bukan hanya sekedar bebas dari

gangguan tetapi lebih kepada perasan sehat, sejahtera dan bahagia (well being),

ada keserasian antara pikiran, perasaan, perilaku, dapat merasakan kebahagiaan

dalam sebagian besar kehidupannya serta mampu mengatasi tantangan hidup

sehari-hari. Fungsi kejiwaan seseorang terganggu, maka gangguan jiwa atau

masalah psikososial dapat mempengaruhi bermacam-macam fungsi seperti

1
pada ingatan,orientasi, psikomotor, proses berpikir, persepsi, intelegensi pada

kepribadian dan lain-lain (Anonim, 2002).

Indikator kesehatan jiwa dinilai antara lain gangguan jiwa berat, gangguan

mental emosional dan cakupan pengobatannya. Gangguan jiwa berat adalah

gangguan jiwa yang ditandai oleh terganggunya kemampuan menilai realitas

atau tilikan (insight) yang buruk. Gejala yang menyertai gangguan ini antara

lain berupa halusinasi, ilusi, waham, gangguan proses pikir, kemampuan

berpikir, serta tingkah laku aneh, misalnya agresivitas atau katatonik (Nashir &

Muhith, 2011).

Bentuk dari gangguan jiwa satu diantaranya adalah skizofrenia.

Skizofrenia merupakan suatu penyakit persisten dan serius yang

mengakibatkan perilaku psikotik, pemikiran konkrit dan kesulitan dalam

memproses informasi, hubungan interpersonal, serta memecahkan masalah

(Stuart, 2007). Di dunia tidak kurang dari 450 juta (11 %) orang yang

mengalami skizofrenia ringan sampai berat (WHO, 2006).

Jumlah responden dengan gangguan jiwa berat berdasarkan data Riskesdas

(2013) adalah sebanyak 1.728 orang. Prevalensi skizofrenia tertinggi di DI

Yogyakarta dan Aceh (masing-masing 2,7%), sedangkan yang terendah di

Kalimantan Barat (0,7%). Prevalensi gangguan jiwa berat nasional sebesar 1,7

per mil. Berdasarkan data yang didapatkan dari Dinas Kesehatan Kabupaten

Ketapang jumlah penderita skizofrenia tahun 2018 sebanyak 312 orang dan

khusus untuk Kecamatan Delta Pawan sebanyak 110 orang. Data di wiayah

kerja Puskesmas Kedondong sebanyak 81 ODGJ dengan 49 yang mengalami

2
halusinasi. Jumlah kekambuhan 26 kali, artinya prevalensi gangguan jiwa di

wilayah Puskesmas tersebut masih dikatakan tinggi dimana kekambuhan masih

mencapai 3.1 % dari total penderita.

Menurut WHO (2009), terdapat sekitar 450 juta orang di seluruh dunia

mengalami gangguan jiwa, diperkirakan pada usia tertentu penduduk akan

mengalami gangguan jiwa. Hasil Kemenkes tahun 2013, menunjukkan bahwa

prevalensi gangguan mental emosional yang ditunjukkan dengan gejala depresi

dan kecemasan adalah sekitar 6% untuk usia 15 tahun ke atas atau sekitar 14

juta orang. Prevalensi gangguan jiwa berat, seperti skizofrenia adalah 1,7 per

1000 penduduk atau sekitar 400.000 orang.

Mayoritas penderita gangguan jiwa adalah penderita skizofrenia. Penderita

ini mendominasi jumlah penderita gangguan jiwa, yaitu 99% dari seluruh

gangguan jiwa di rumah sakit jiwa. Prevalensi penderita skizofrenia di

Indonesia adalah 0,3-1 % dan dapat timbul pada usia 18-45 tahun, bahkan ada

yang timbul pada penderita usia 11-12 tahun. Apabila penduduk Indonesia

berjumlah 200 juta jiwa, maka diperkirakan sekitar 2 juta jiwa penduduk

menderita skizofrenia (Nufianto, 2011).

Pinikahana, Happell, dan Keks (2003) dalam Stuart & Laraia (2005)

menyebutkan bahwa 9% - 13% klien skizofrenia mengalami suicide (bunuh

diri). Dua puluh hingga sembilan puluh persen klien skizofrenia melakukan

percobaan bunuh diri. Hal tersebut yang menyebabkan halusinasi harus

ditangani sesegera mungkin karena dampaknya akan menimbulkan masalah

yang lebih besar bagi klien maupun orang lain.

3
Skizofrenia ditandai dengan gejala-gejala positif seperti pembicaraan

kacau, delusi, halusinasi, gangguan kognitif dan persepsi. Halusinasi adalah

gejala yang khas dari skizofrenia yang merupakan pengalaman sensori yang

menyimpang atau salah yang dipersepsikan sebagai sesuatu yang nyata (Arif,

2006).

Halusinasi menjadi salah satu fokus perhatian oleh tim kesehatan karena

kondisi ini menyebabkan individu tidak bisa kontak dengan lingkungan dan

hidup dalam dunianya sendiri, bahkan jika halusinasinya masih kuat bisa

berbahaya menimbulkan resiko terhadap keamanan diri klien sendiri, orang

lain dan lingkungannya. (Rogers, et al., 1990 dalam Dunn & Birchwood,

2009). Jenis halusinasi antara lain pendengaran, penglihatan, penciuman,

pengecapan, sentuhan, dan somatic (Adrian, 2018)

Halusinasi dengar tersebut telah terbukti dapat menyebabkan distress pada

individu (Garety & Hemsley, 1987 dalam Dunn & Birchwood, 2009). Distress

disebabkan karena frekuensi halusinasi yang sering muncul pada individu

setiap harinya, kekerasan dari suara-suara yang didengarnya, isi dari halusinasi

dan juga keyakinan klien terhadap isi dari halusinasinya (Dunn & Birchwood,

2009). Halusinasi juga sering menyebabkan ketakutan/ kecemasan bahkan

depresi pada klien gangguan jiwa. Dunn dan Birchwood (2009) juga

menyebutkan 40% klien skizofrenia mengalami depresi akibat halusinasi

dengar yang dialaminya.

Di Indonesia, sekitar 70% halusinasi yang dialami oleh pasien gangguan

jiwa adalah gangguan halusinasi pendengaran, 20% halusinasi penglihatan,

4
dan 10% adalah halusinasi penghidu, pengecapan, dan perabaan. Gangguan

jiwa tidak hanya menimbulkan penderitaan bagi individu atau penderitanya

tetapi juga bagi orang yang terdekatnya. Pasien membutuhkan perhatian dan

dukungan yang lebih dari masyarakat terutama keluarga, sedangkan

pengobatan gangguan jiwa membutuhkan waktu yang relatif lama, bila pasien

tidak melanjutkan pengobatan maka akan mengalami kekambuhan (Arif,

2006). Setelah klien pulang ke rumah, sebaiknya klien melakukan perawatan

lanjutan pada pukesmas di wilayahnya yang mempunyai program kesehatan

jiwa, dan peran keluarga sangat dibutuhkan dalam proses penyembuhan klien

di rumah (Yosep, 2009).

Satu hal yang bisa dilakukan oleh keluarga dalam membantu anggota

keluarga yang mengalami halusinasi adalah dengan ikut berperan serta

membantu klien untuk bisa mengontrol halusinasi, dan hal ini yang membuat

keluarga juga perlu untuk mengetahui dan memahami dengan benar strategi

Pelaksanaan (SP) halusinasi, dan untuk bisa membantu meningkatkan peran

keluarga tersebut, peran perawat juga diperlukan, salah satunya adalah

memberikan Health Education atau pendidikan kesehatan kepada keluarga

tentang strategi pelaksanaan halusinasi yang benar yang bisa dilakukan oleh

keluarga dirumah (Byba Melda Suhita, Intan Fazrin, 2013).

Pendidikan kesehatan dapat diberikan menggunakan beberapa media,

seperti audiovisual dan booklet. Pendidikan kesehatan menggunakan media

audio visual, dapat meningkatkan pengetahuan dan partisipasi pasien dan

keluarga. Metode Booklet juga dapat mempengaruhi peningkatkan pengetahuan

5
dan sikap dibandingkan dengan media visual seperti poster. Pendidikan dapat

diberikan menggunakan beberapa media, seperti audiovisual dan booklet.

Booklet juga dapat mempengaruhi peningkatkan pengetahuan dan sikap

dibandingkan dengan media visual seperti poster (Shojaeizaddeh, 2011).

Media booklet digunakan untuk mendorong keinginan seseorang untuk

mengetahui kemudian mendalami dan akhirnya mendapatkan pengertian yang

baik dan pendorong untuk melakukan sesuatu yang baru, dan media

audiovisual untuk memberikan stimulus pada pendengaran dan peng

lihatan sehingga hasil yang diperoleh bisa maksimal (Maulana, 2009).

Roza (2012) booklet memiliki beberapa fungsi yaitu untuk menimbulkan minat

sasaran pendidikan, membantu di dalam mengatasi banyak hambatan,

membantu sasaran pendidikan untuk belajar lebih banyak dan cepat,

merangsang sasaran pendidikan untuk meneruskan pesan-pesan yang diterima

kepada orang lain, untuk mempermudah penyampaian bahasa pendidikan,

untuk mempermudah penemuan informasi oleh sasaran pendidikan, mendorong

keinginan orang untuk mengetahui lalu mendalami dan akhirnya mendapatkan

pengertian yang lebih baik, membantu memperjelas pengertian yang diperoleh.

Menurut penelitian Ma’munah (2015) dalam Srimiyati (2014) dapat

membuktikan bahwa penyuluhan dengan menggunakan booklet mampu

meningkatkan pengetahuan dan memperbaiki tindakan responden.

Program PIS-PK (Program Indonesia Sehat melalui Pendekatan Keluarga)

di Puskesmas Kedondong terkait Skizofrenia khususnya halusinasi sudah

pernah dilakukan pemberian intervensi berupa penanganan kekambuhan,

6
pemantauan obat, health education dengan menggunakan media leaflet dan

lembar balik sedangkan media booklet belum pernah digunakan, dan program

lainnya. Hasil dari intervensi yang pernah dilakukan oleh pemegang program

kesehatan jiwa di Puskesmas Kedondong terkait health education melalui

kunjungan rumah menunjukkan masih belum optimalnya pencapaian

keberhasilan target program kesehatan jiwa. Penyebab tersebut salah satunya

dikarenakan belum efektifnya penerapan metode health education bagi pasien

dan keluarga dan belum adanya media yang spesifik untuk health education

tentang gangguan mental bagi pasien dan keluarga.

Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan oleh peneliti sebagai

pemegang program kesehatan jiwa Puskesmas Kedondong terhadap keluarga

penderita pada minggu pertama bulan Oktober 2019 didapatkan data bahwa

masih ada beberapa keluarga dan pasien yang belum pernah terpapar dengan

health education tentang masalah kesehatan mental yang dialami anggota

keluarganya, dan ada pula keluarga dan pasien yang sudah diberikan health

education namun capaian keberhasilannya masih rendah.

Hasil dari wawancara dengan keluarga yang memiliki anggota dengan

gangguan jiwa; halusinasi maupun masyarakat sekitarnya diperoleh data bahwa

penderita halusinasi khususnya halusinasi pendengaran disebabkan adanya

pengaruh roh halus yang masuk dalam tubuh penderita dan penyakit yang

diguna-guna. Kurangnya kepedulian pada anggota keluarganya dengan

gangguan jiwa khususnya halusinasi dikarenakan kurang pengetahuan atau

pemahaman keluarga dalam merawat anggota keluarganya yang sakit tersebut

7
serta tentang layanan perawatan dan pengobatan di Puskesmas dan BPJS.

Berdasarkan paparan diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian

dengan judul “Pengaruh Penerapan Media Booklet terhadap Peningkatan

Pengetahuan Keluarga tentang Mengontrol Halusinasi di Wilayah Kerja

Puskesmas Kedondong Kabupaten Ketapang”.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “bagaimanakah pengaruh

penerapan booklet terhadap peningkatan pengetahuan keluarga tentang

mengontrol halusinasi?”.

C. Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan ini dibagi menjadi :

1. Tujuan umum

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penerapan booklet

terhadap peningkatan pengetahuan keluarga tentang mengontrol halusinasi.

2. Tujuan khusus

a. Diketahui karakteristik responden meliputi jenis kelamin, usia, tingkat

pendidikan dan pekerjaan.

b. Diketahui peningkatan pengetahuan keluarga sebelum dan sesudah

pemberian pendidikan kesehatan dengan penerapan media booklet

tentang mengontrol halusinasi.

8
c. Diketahui pengaruh penerapan booklet terhadap peningkatan

pengetahuan keluarga dalam mengontrol halusinasi.

D. Manfaat Penulisan

1. Peneliti dan Penelitian Selanjutnya

Hasil penelitian dapat menjadi referensi untuk meningkatkan pengetahuan

peneliti dan hasil penelitian dapat menjadi data dasar penelitian untuk

pengembangan penelitian selanjutnya.

2. Keluarga

Hasil penelitian dapat menjadi media informasi atau panduan dalam

memberikan pengetahuan guna meningkatkana pemahaman dalam

perawatan anggota keluarga dengan gangguan jiwa khususnya halusinasi

sehingga tingkat kekambuhan atau menstimulus peningkatan kemampuan

penderita dalam mengontrol halusinasi.

3. Puskesmas

Hasil penelitian dapat menjadi media health education pada program

kesehatan jiwa Puskesmas khususnya Puskesmas Kedondong Kabupaten

Ketapang dalam implikasi asuhan keperawatan pada pasien dan keluarga

dengan halusinasi.

9
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Teori

1. Booklet

a. Definisi Booklet

Istilah booklet merupakan perpaduan antara leaflet dan buku atau

sebuah buku dengan format kecil layaknya leaflet, namun cara penyajian

materi lebih singkat daripada sebuah buku (BPTP Balitbang Jambi,

2014). Booklet merupakan sebuah media cetak yang berupa buku

berfungsi memberikan informasi apa saja yang diingin disampaikan oleh

penyusun (Gemilang & Christiana, 2015).

Booklet merupakan media komunikasi yang bersifat promosi, anjuran,

larangan-larangan kepada khalayak massa dan berbentuk cetakan,

memiliki tujuan agar masyarakat yang sebagai objek dapat memahami

pesan melalui media tersebut. Booklet adalah sebuah buku kecil yang

memiliki paling sedikit lima halaman tetapi tidak lebih dari 48 halaman

di luar hitungan sampul (Satmoko, 2006).

Booklet berisikan informasi-informasi penting yang isinya harus jelas,

tegas, mudah dimengerti dan akan lebih menarik jika disertai dengan

gambar. Booklet termasuk salah satu jenis media grafis yaitu media

gambar atau foto. Menurut Simamora (2009), booklet adalah buku

berukuran kecil (setengah kuarto) dan tipis, tidak lebih dari 3 lembar

10
bolak balik yang berisi tentang tulisan dan gambar-gambar. Struktur isi

booklet menyerupai buku (pendahuluan, isi, penutup), hanya saja cara

penyajian isinya jauh lebih singkat daripada buku.

Penjelasan para ahli, booklet adalah media grafis berupa media

gambar atau foto dan tulisan berisi informasi penting yang jelas,

sederhana, mudah dimengerti, singkat, ringkas dan menarik dalam bentuk

buku kecil (setengah kuarto) yang memiliki paling sedikit lima halaman

tetapi tidak lebih dari empat puluh delapan halaman di luar hitungan

sampul.

b. Fungsi Booklet

Menurut Roza (2012) booklet memiliki beberapa fungsi, sebagai berikut:

1) Menimbulkan minat sasaran pendidikan.

2) Membantu mengatasi banyak hambatan.

3) Membantu sasaran pendidikan untuk belajar lebih banyak dan cepat.

4) Merangsang sasaran pendidikan untuk meneruskan pesan-pesan yang

diterima kepada orang lain.

5) Mempermudah penyampaian bahasa pendidikan.

6) Mempermudah penemuan informasi oleh sasaran pendidikan.

7) Mendorong keingian orang untuk mengetahu lalu memahami.

8) Membantu memperjelas pengertian yang diperoleh.

c. Kelebihan dan kekurangan Booklet

Roza (2012) menjelaskan terdapat sembilan kelebihan booklet, antara

lain:

11
1) Dapat digunakan sebagai media belajar mandiri.

2) Dapat dipelajari isinya dengan mudah.

3) Dapat dijadikan informasi bagi keluarga dan teman.

4) Mudah dibuat, diperbanyak, diperbaiki dan disesuaikan.

5) Mengurangi kebutuhan mencatat.

6) Dapat dibuat dengan sederhana dan biaya relatif lebih murah.

7) Tahan lama.

8) Memiliki daya tampung lebih luas.

9) Dapat diarahkan pada segmen tertentu.

Berdasarkan pemaparan diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa

booklet dapat digunakan sebagai media pembelajaran yang praktis hal

tersebut karena booklet dapat dibawa kemana saja dan kapan saja,

memiliki konten materi yang lebih mudah, dapat diperbanyak dan tahan

lama.

Booklet juga memiliki kekurangan, booklet termasuk media cetak.

Roza (2012) menjelaskan bahwa kekurangan dari media cetak yaitu:

1) Mencetak medianya dapat memakan waktu beberapa hari sampai

berbulan-bulan, tergantung kepada kompleksnya pesan yang dicetak

dan keadaan alat percetakan setempat.

2) Mencetak gambar atau foto berwarna biasanya memerlukan biaya

yang mahal.

3) Sukar menampilkan gerak di halaman media cetak.

12
4) Pelajaran yang terlalu banyak disajikan, dengan media cetak

cenderung untuk mematikan minat dan menyebabkan kebosanan.

Demikian juga desain pelajarannya harus benar-benar dipikirkan

masak-masak.

5) Tanpa perawatan yang baik, media cetak akan cepat rusak, hilang,

atau musnah.

Menurut Roza (2012) hal yang perlu dipertimbangkan dalam

membuat booklet yaitu:

1) Menggunakan kata yang sederhana dan sedapat mungkin

menghindari pemakaian kalimat yang membingungkan.

2) Rencanakan tempat yang tepat untuk menempatkan gambar atau foto

supaya terlihat jelas.

3) Menggunakan foto hitam-putih yang mengkilap dan gambar tangan

yang sederhana untuk menghemat biaya mencetak.

4) Menghindari penggunaan warna yang bermacam-macam.

5) Cetakan di kertas bolak-balik untuk menghemat kertas dan biaya.

6) Dipertimbangkan untuk menjilidnya dengan jepitan yang mudah

dibuka jika naskah itu akan diperbaharui secara berkala.

7) Jika perlu, sedapat mungkin berikanlah waktu yang cukup untuk

mencetak atau cetak ulang dan perkirakan biaya pencetakan yang

dibutuhkan.

13
d. Unsur-unsur Booklet

Menurut Simamora (2009) booklet adalah sebuah buku berukuran

kecil 5,38”x8,27”(A5) dan tipis, tidak lebih dari 30 lembar bolak-balik

berisi mengenai tulisan dan gambar-gambar, lebih lanjut lagi menurut

Sitepu (2012) terdapat 4 unsur yang terdapat dalam buku, yakni:

1) Kulit (cover)

Kulit buku terbuat dari kertas yang lebih tebal daripada kertas isi

buku, kulit buku berfungsi untuk melindungi isi. Guna menarik

perhatian pembaca kulit buku didesain dengan menarik, seperti

memberikan ilustrasi yang sesuai dengan isi buku dan menggunakan

nama mata pelajaran.

2) Bagian depan

Bagian depan buku memuat halaman judul, halaman kosong,

halaman judul utama, daftar isi dan kata pengantar, setiap nomor

halaman dalam bagain depan buku teks menggunakan angka romawi

kecil.

3) Bagian teks

Bagain teks memuat bahan ajar yang akan disampaikan kepada

peserta didik, terdiri atas judul bab dan sub bab judul.

4) Bagian belakang

Bagian belakang buku terdiri atas daftar pustaka, glosarium, indeks,

namun penggunaan glosarium dan indeks digunakan jika buku

menggunakan istilah yang memiliki arti khusus dan sering digunakan.

14
e. Langkah-langkah membuat Booklet

Booklet sebenarnya tidak jauh berbeda dengan cara membuat buku.

Mengingat booklet adalah buku berukuran mini. Perbedaannya hanyalah

fungsi dari buku dan booklet, serta struktur dan susunan penyusunnya.

Cara membuat booklet prosesnya terbagi menjadi beberapa tahap yaitu :

penentuan jenis booklet, proses desain, hingga proses cetak. Cara

membuat booklet yaitu (Vincent, 2016):

1) Menentukan tujuan dan jenis booklet;

2) Cara membuat booklet dengan template;

3) Perhatikan ukuran booklet yang akan dibuat;

4) Sebelum membuat booklet tentukan terlebih dahulu desainnya;

5) Proses cetak booklet; dan tahap terakhir adalah penjilidan.

Penulisan booklet bermula dari penentuan topiknya. Topiknya tersebut

diperjelas, subyek yang hendak dikembangkan dan kepada siapa artikel

tersebut ditujukan. Pada bagian awal, latar belakang dan informasi umum

tentang topik tersebut perlu diungkapkan. Struktur atau isi dari booklet

sama seperti buku biasa.

Struktur booklet pada umumnya terdiri dari pendahuluan, isi dan

penutup. Hanya saja cara penyajian isinya lebih singkat dari sebuah

buku. Bentuk booklet yang praktis dan menarik akan mempermudah

peserta didik dalam belajar. Ilustrasi dalam booklet akan menambah

motivasi dan minat peserta didik untuk menggunakan booklet dalam

belajar (Septiwiharti, 2015).

15
2. Pengetahuan

a. Definisi Pengetahuan

Pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah

orang mengadakan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.

Penginderaan terhadap obyek terjadi melalui panca indra manusia yakni

pengelihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba dengan sendiri,

pada waktu penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut

sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian persepsi terhadap obyek.

Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga

(Wawan & Dewi, 2010).

Proses belajar ini dipengaruhi berbagai faktor dari dalam, seperti

motivasi dan faktor luar berupa sarana informasi yang tersedia, serta

keadaan sosial budaya. Pengetahuan adalah informasi atau maklumat

yang diketahui atau disadari oleh seseorang (Budiman & Agus, 2013).

Pengetahuan itu sendiri dipengaruhi oleh faktor pendidikan formal.

Pengetahuan sangat erat hubungannya dengan pendidikan, dimana

diharapkan bahwa dengan pendidikan yang tinggi maka orang tersebut

akan semakin luas pula pengetahuannya. Hal ini mengingat bahwa

peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh dari pendidikan formal

saja, akan tetapi dapat diperoleh melalui pendidikan non formal.

Pengetahuan seseorang tentang suatu obyek mengandung dua aspek yaitu

aspek positif dan aspek negatif. Kedua aspek ini yang akan menetukan

sikap seseorang, semakin banyak aspek positif dan obyek yang diketahui,

16
maka akan menimbulkan sikap makin positif terhadap obyek tertentu.

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah seseorang

melakukan pengindraan manusia, yaitu indra penglihatan, pendengaran,

penghiduan, perasa dan peraba. Namun sebagian besar pengetahuan

manusia di peroleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif

merupakan domainyang sangat penting dalam membentuk tindakan

seseorang (Notoatmodjo, 2010).

Salah satu bentuk objek kesehatan dapat dijabarkan oleh pengetahuan

yang diperoleh dari pengalaman sendiri (Wawan & Dewi, 2010).

Pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan ini

terjadi melalui panca indra manusia. Pengetahuan atau kognitif

merupakan domain yang sangat penting bagi terbentuknya tindakan

seseorang. Perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng

daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Nursalam,

2012).

Beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pengetahuan ialah

suatu yang diperoleh dari pengalaman melaui panca indra manusia

seperti penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.

Pengetahuan tidak hanya diperoleh dari pendidikan tetapi dapat juga

diperoleh melalu informasi dari seseorang, televisi dan media sosial.

Sebelum orang berpindah perilaku baru, didalam diri seseorang tersebut

terjadi proses yang berurutan (Notoatmodjo, 2010), yaitu :

17
a. Kesadaran (kesadaran), dimana orang tersebut sadar dalam arti

mengetahui sebelumnya dahulu terhadap rangsangan objek.

b. Bunga (merasa tertarik) terhadap rangsangan atau objek tersebut.

Disini sikap subjek sudah mulai timbul.

c. Evaluasi (menimbang-nimbang) terhadap baik atau buruknya

stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap reponden sudah

baik lagi.

d. Percobaan (mencoba), dimana subjek mulai mencoba melakukan

sesuatu sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh rangsangan.

e. Adopsi, dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan

pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap rangsangan.

b. Jenis-jenis Pengetahuan

Pemahaman masyarakat mengenai pengetahuan dalam konteks

kesehatan sangat beraneka ragam. Pengetahuan merupakan bagian

perilaku kesehatan. Jenis pengetahuan sebagai berikut (Riyanto &

Budiman, 2013):

1). Pengetahuan implisit

Pengetahuan implisit adalah pengetahuan yang masih tertanam

dalam bentuk pengalaman seseorang dan berisi faktor-faktor yang

tidak bersifat nyata, seperti keyakian pribadi, perspektif, dan prinsip.

Pengetahuan seseorang biasanya sulit untuk ditransfer ke orang lain

baik secara tertulis ataupun lisan. Pengetahuan implisit sering kali

berisi kebiasaan dan budaya bahkan bisa tidak disadari.

18
2). Pengetahuan eksplisit

Pengetahuan eksplisit adalah pengatahuan yang telah

didokumentasikan atau disimpan dalam wujut nyata, bisa dalam

wujud perilaku kesehatan. Pengetahuan nyata didekripsikan dalam

tindakan-tindakan yang berhubungan dengan kesehatan.

c. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan

Beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan (Notoatmodjo, 2012):

1) Tingkat pendidikan, kemampuan belajar yang dimiliki manusia

merupakan bekal yang sangat pokok. Tingkat pendidikan dapat

menghasilkan suatu perubahan dalam pengetahuan;

2) Informasi, dengan kurangnya informasi tentang cara mencapai hidup

sehat, cara pemelihara kesehatan, cara menghindari penyakit akan

menurunkan tingkat pengetahuan seseorang tentang hal tersebut;

3) Budaya, budaya sangat berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan

seseorang, karena informasi baru akan disaring kira-kira sesuai tidak

dengan budaya yang ada dan agama yang dianut;

4) Pengalaman, pengalaman disini berkaitan dengan umur dan tingkat

pendidikan seseorang, maksudnya pendidikan yang tinggi pengalaman

akan lebih luas sedangkan umur semakin bertambah.

d. Tahapan Pengetahuan

Enam tahapan pengetahuan sebagai berikut (Riyanto dan Budiman,

2013):

19
1) Tahu (Know)

Berisikan kemampuan untuk mengenali dan mengingat peristilahan,

definisi, fakta-fakta, gagasan, pola, urutan, metodelogi, prinsip dasar,

dan sebagainya).

2) Memahami (confrehension)

Memahami diartikan sebagai kemampuan untuk menjelaskan secara

benar tentang objek yang diketahui. dan dapat mengintervensi materi

tersebut secara benar.

3) Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi

tersebut secara benar.

4) Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau

suatu objek ke dalam komponen–komponen, tetapi masih didalam

satu struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain.

5) Sintesis (synthesis)

Sintesis merujuk pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan

yang baru.

6) Evaluasi (evaluation).

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.

20
3. Keluarga

a. Pengertian Keluarga

Pengertian keluarga sangat variatif sesuai dengan orientasi yang

menjadi dasar pendefisinya. Keluarga berasal dari bahasa Sanskerta (kulo

dan warga) kulowarga yang berarti anggota kelompok atau kerabat.

Bagian terkecil yang terdiri dari seperangkat komponen yang sangat

tergantung dan dipengaruhi oleh struktur internal dan sistem-sistem lain

(Padila, 2012).

Keluarga adalah dua atau lebih individu yang hidup dalam satu rumah

tangga karena adanya hubungan darah, perkawainan, atau adopsi. Mereka

saling berinteraksi atau dengan yang lain, mempunyai peran masing-

masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu budaya (Friedman,

2010).

Keluarga adalah unit terkecil masyarakat yang terdiri atas kepala

keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan yang tinggal di suatu

tempat di bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan

(Jhonsons & Leny, 2010). Keluarga adalah suatu sistem interaksi

emosional yang diatur secara kompleks dalam posisi, peran dan norma

yang lebih jauh diatur dalam subsistem didalam keluarga, subsistem ini

menjadi dasar struktur atau organisasi keluarga (Harmoko, 2012).

Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat, keluarga

didefinisikan dengan istilah kekerabatan dimana individu bersatu dalam

suatu ikatan perkawinan dengan menjadi orang tua, dalam arti luas

21
anggota keluarga merupakan mereka yang memiliki hubungan personal

dan timbal balik dalam menjalankan kewajiban dan memberi dukungan

yang disebabkan oleh kelahiran, adopsi, maupun perkawinan (Stuart,

2014).

b. Tipe-tipe Keluarga

Macam-macam tipe keluarga menurut Jhonsons & Leny (2010) yakni:

1) Menyatakan bahwa tipe-tipe keluarga dibagi atas keluarga inti,

keluarga orientasi, keluarga besar. Keluarga inti adalah keluarga yang

sudah menikah, sebagai orang tua, atau pemberi nafkah. Keluarga inti

terdiri dari suami istri dan anak mereka baik anak kandung maupun

anak adopsi.

2) Keluarga konjugal, yang terdiri dari pasangan dewasa (ibu dan ayah)

dan anak-anak mereka, dimana terdapat interaksi dengan kerabat dan

salah satu atau dua pihak orang tua atau keluarga orientasi (keluarga

asal) yaitu unit keluarga yang didalamnya seseorang dilahirkan.

3) Keluarga luas atau keluarga besar yang ditarik atas dasar garis

keturunan diatas keluarga aslinya. Keluarga luas ini yaitu keluarga inti

ditambah anggota keluarga lainnya yang masih ada hubungan darah.

c. Fungsi Keluarga

Fungsi keluarag menurut Jhonsons & Leny (2010) yakni :

1) Fungsi pendidkan dilihat dari bagaimana keluarga mendidik dan

menyekolahkan anak untuk mempersiapkan kedewasaan dan masa

depan anak.

22
2) Fungsi sosial dilihat bagaimana keluarga mempersiapkan anak

menjadi anggota masyarakat yang baik.

3) Fungsi perlindungan dilihat dari bagaimana keluarga melindungi anak

sehingga anggota keluarga merasa terlindung dan merasa aman.

4) Fungsi perasaan dilihat dari bagaimana keluarga secara instuitif

merasakan perasaan dan anak dan anggota keluarga yang lain dalam

berkomunikas dan berinteraksi antara sesama anggota keluarga.

Sehingga saling pengertian satu sam lain dalam menumbuhkan

keharmonisan dalam keluarga.

5) Fungsi agama dilihat dari bagaimana keluarga memperkenalkan dan

mengajak anak dan anggota keluarga lain melalui kepala keluarga

menanamkan keyakinan yang mengatur kehidupan kini dan kehidupan

lain setelah dunia.

6) Fungsi ekonomi dilihat dari bagaimana kepala keluarga mencari

penghasilan sedemikian rupa sehingga dapat memenuhikebutuhan-

kebutuhan keluarga.

7) Fungsi rekreatif dilihat dari bagaimana menciptakan suasana yang

menyenangkan dalam keluarga, seperti acara menonton TV bersama,

bercerita tentang pengalaman masing-masing dan lainnya.

8) Fungsi biologis dilihat dari bagaimana keluarga meneruskan

keturunan sebagai generasi selanjutnya. Memberikan kasih sayang,

perhatian, dan rasa aman diantara keluarga, serta membina

pendewasaan kepribadian anggota keluarga.

23
d. Peran Keluarga

Peran keluarga menurut Jhonsons & Lany, 2010 yakni :

1) Ayah sebagai suami dari istri dan ayah bagi anak-anak, berperan

sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman,

sebagai kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya

serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya.

2) Ibu sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai peranan

untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak-

anaknya, pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari perana

sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya,

disamping itu juga ibu dapat berperan sebagai pencari nafkah

tambahan dalam keluarganya.

3) Anak-anak melaksanakan peranan psikososial sesuai dengan tingkat

perkembangannya baik fisik, mental, sosial dan spritual.

e. Tugas Keluarga dalam Kesehatan

Keluarga mempunyai tugas dibidang kesehatan (Friedman, 2010) yakni:

1) Mengetahui kemampuan keluarga untuk mengenal masalah kesehatan

keluarga klien dengan perilaku kekerasan, keluarga perlu mengetahui

penyebab tanda-tanda klien kambuh dan perilaku maladaftifnnya.

2) Mengetahuai kemampuan keluarga dalam mengambil keputusan

mengenai tindakan keperawatan yang tepat dalam mengatasi anggota

keluarga yang sakit, misalnya dengan membawa keluarga yang sakit

ke rumah sakit.

24
3) Mengetahui sejauh mana kemampuan keluarga merawat anggota

keluarga yang sakit. Dengan mengkaji pengetahuan keluarga dan

pemahaman keluarga.

4) Mengetahui kemampuan keluarga dalam memodifikasi lingkungan,

yang perlu dikaji pengetahuan keluarga tentang sumber-sumber yang

dimiliki keluarga dalam memodifikasi lingkungan.

5) Mengetahuai kemampuan keluarga menggunakan fasilitas pelayanan

kesehatan yang berada di masyarakat, yaitu perlu dikaji pengetahuan

keluarga tentang fasilitas keberadaan pelayanan kesehatan.

4. Halusinasi

a. Definisi

Halusinasi adalah gejala gangguan jiwa berupa respon panca indra,

yaitu penglihatan, pendengaran, penciuman, perabaan dan pengecapan

terhadap sumber yang tidak jelas (SAK, 2017). Halusinasi merupakan

gangguan persepsi dimana pasien mempersepsikan sesuatu yang

sebenarnya tidak terjadi. Suatu pencerapan panca indera tanpa ada

rangsangan dari luar. Penghayatan yang dialami seperti suatu persepsi

melalui panca indera tanpa stimulus eksternal; persepsi palsu. Berbeda

dengan ilusi dimana pasien mengalami persepsi yang salah terhadap

stimulus, salah persepsi pada halusinasi terjadi tanpa adanya stimulus

eksternal yang terjadi. Stimulus internal dipersepsikan sebagai sesuatu

yang nyata oleh pasien.

25
Halusinasi merupakan keadaan dimana seseorang mengalami

perubahan atau kelainan dalam respons pada setiap stimulus (Townsend,

2011). Halusinasi adalah hilangnya kemampuan manusia dalam

membedakan rangsangan internal dan rangsangan external, klien

memberikan 5 pendapat tentang lingkungan tanpa adanya objek atau

rangsangan yang nyata, misalnya klien mengatakan mendengar suara

padahal tidak ada orang yang berbicara (Kusumawati, 2010).

Dari beberapa pengertian halusinasi diatas dapat disimpulkan bahwa

halusinasi merupakan gangguan persepsi sensori yang salah, yang

melibatkan panca indra terhadap lingkungan tanpa ada stimulus atau

rangsangan yang nyata.

b. Etiologi

1) Faktor predisposisi (Yosep, 2011):

a) Faktor pengembangan

Dimana perkembangan penderita yang terganggu misalnya

kurangnya mengontrol emosi dan keharmonisan keluarga

menyebabkan klien tidak mampu mandiri sejak kecil, mudah

frustasi hilang percaya diri.

b) Faktor sosiokultural

Seseorang yang merasa tidak terima dilingkungan sejak bayi akan

membekas diingatannya sampai dewasa dan ia akan merasa

disingkirkan, kesepian dan tidak akan percaya pada lingkungannya.

26
c) Faktor biokimia

Adanya stres yang berlebihan yang dialami oleh seseorang maka di

dalam tubuhnya akan dihasilkan suatu zat yang dapat bersifat

halusinogenik Neurokimia dn metytranferase sehingga terjadi

ketidakseimbangan astil kolin dan dompamin.

d) Faktor psikologis

Tipe kpribadian yang lemah tidak bertanggung jawab akan mudah

terjerumus pada penyalahgunaan zat adaptif. Klien lebih memiliki

kesenangan sesaat dan lari dari alam nyata menuju alam tidak nyata.

e) Faktor genetik dan pola asuh

Hasil Studi menunjukan bahwa faktor keluarga menunjukan

hubungan yang sangat berpengaruh pada penyakit ini.

2) Faktor presipitasi

Penyebab halusinasi dapat dilihat dari lima dimensi antara lain

(Yosep, 2011):

a) Dimensi fisik

Halusinasi dapat ditimbulkan oleh beberapa kondisi fisik seperti

kelelahan yang luar buiasa, penggunaan obat-obatan, demam

hingga delirium, intoksikasi alkohol dan kesulitan untuk tidur

dalam waktu yang lama.

b) Dimensi emosional.

Perasaan cemas yang berlebihan atas dasar problem yang tidak

dapat diatasai merupakan penyebab halusinasi itu terjadi. Isi dari

27
halusinasi dapat berupa perintah memaksa dan menakutjan.

Penderita tidak sanggup lagi menentang perintah tersebut sehingga

dengan kondisi tersebut klien berbuat sesuatu terhadap ketakutan

tersebut.

c) Dimensi intelektual

Dalam dimensi intelektual ini merangsang bahwa individu

dengan halusinasi akan memperlihatkan adanya penurunan fungsi

ego. Pada awalnya halusinasi merupakan usaha dari ego sendiri

untuk melawan impuls yang menekan, namun merupakan suatu hal

yang menimbulkan kewaspadaan yang dapat mengambil seluruh

perhatian penderita dan tidak jarang akan mengobrol semua prilaku

klien.

d) Dimensi sosial

Penderita menganggap bahwa hidup bersosialisasi di alam nyata

sangat membahayakan, penderita asik dengan halusinasinya,

seolah-olah ia merupakan tempat untuk memenuhi kebutuhan akan

interaksi sosial, kontrol diri dan harga diri yang tidak didapatkan

dalam dunia nyata. Isi halusinasi dijadikan sistem kintrol oleh

individu tersebut, sehingga jika perintah halusinasi berupa

ancaman, dirinya ataupun orang lain individu cenderung untuk itu.

Oleh karena itu aspek yang penting dalam melaksanakan intervensi

keperawatan pada penderita yaitu dengan mengupayakan suatu

proses interaksi yang menimbulkan pengalaman interpersonal yang

28
memuaskan, serta mengusahakan penderita tidak menyendiri

sehingga penderita selalu berinteraksi dengan lingkungan dan

halusinasi tidak langsung.

e) Dimensi spritual.

Penderita mulai dengan kemampuan hidup, rutinitas tidak

bermaksan, hilangnya aktifitas ibadah, dan jarang berupaya secara

spritual untuk menyucikan diri. Ia seing memaki takdir tetapi

lemah dalam upaya menjemput rezeki, menyalahkan lingkungan

dan orang lain yang menyebabkan takdirnya memburuk.

c. Tanda dan Gejala Halusinasi

Tanda dan gejala halusinasi (SAK, 2017):

1) Mayor

a) Subjektif

(1) Menyatakan mendengarkan suara bisikan/ melihat bayangan

(2) Merasakan sesuatu melalui indera perabaan, penciuman, atau

pengecapan

b) Objektif

(1) Bicara sendiri

(2) Mengarahkan telinga kearah tertentu

(3) Melihat ke satu arah

2) Minor

a) Subjektif

(1) Sulit tidur

29
(2) Khawatir

(3) Takut

b) Objektif

(1) Afek datar

(2) Bosan

(3) Menyendiri

(4) Melamun

(5) Konsentrasi buruk

(6) Distorsi sensori

(7) Disorientasi waktu, tempat, orang, atau situasi.

(8) Respon tidak sesuai

(9) Curiga

(10) Bersikap seolah mendengar sesuatu

(11) Melihat ke satu arah

(12) Mondar-mandir

d. Tahapan Halusinasi

Tahapan halusinasi terdiri dari 4 fase Kusumawati & Hartono (2010)

yaitu :

1) Fase 1 (Comforting)

Comforting disebut juga fase menyenangkan, pada tahapan ini

masuk dalam golongan nonpsikotik. Karakteristik dari fase ini

penderita mengalami stress, cemas, perasaan perpisahan, rasa

bersalah, kesepian yang memuncak, dan tidak dapat diselesaikan.

30
Pada fase ini penderita berperilaku tersenyum atau tertawa yang tidak

sesuai, menggerakan bibir tanpa bersuara, pergerakan mata cepat,

respon verbal yang lambat, jika sedang asik dengan halusinasinya dan

suka menyendiri.

2) Fase II (Conndeming)

Pengalaman sensori yang menjijikkan dan manakutkan termasuk

dalam psikotik ringan. Karakteristik penderita pada fase ini menjadi

pengalaman sensori yang menjijikkan dan menakutkan, kecemasan

meningkat, melamun, dan berfikir sendiri menjadi dominan. Mulai

dirasakan ada bisikan yang tidak jelas. Penderita tidak ingin ada orang

yang tahu dan penderita dapat mengontrolnya. Perilaku penderita pada

fase ini biasanya meningkatkan tanda tanda sistem syaraf otonom

seperti peningkatan denyut jantung dan tekanan darah. Penderita asik

dengan halusinasinya dan tidak dapat membedakan yang realita.

3) Fase III (Controlling)

Controlling disebut juga ansietas berat, yaitu pengalaman sensori

menjadi berkuasa. Karakteristik penderita meliputi bisikan, suara, isi

halusinasi semakin menonjol, menguasai dan mengontrol penderita.

Penderita menjadi terbiasa dan tidak berdaya dengan halusinasinya,

rentang perhatian hanya beberapa menit atau detik. Tanda-tanda fisik

berupa berkeringat, tremor, dan tidak mampu memenuhi perintah.

31
4) Fase IV (Conquering)

Conquering disebut juga fase panik yaitu penderita lebur dengan

halusinasinya, termasuk dalam psikotik berat. Karakteristik yang

muncul pada penderita meliputi halusinasi berubah menjadi

mengancam, memerintah dan memarahi penderita. Penderita menjadi

takut tidak berdaya, hilang kontrol, dan tidak dapat berhubungan

secara nyata dengan orang lain dan lingkungan. Perilaku penderita

menunjukan perilaku teror akibat panik, potensi bunuh diri, perilaku

kekerasan, agitasi, menarik diri atau katatonik, tidak mampu merespon

terhadap perintah kompleks, dan tidak mampu berespon lebih dari satu

orang.

e. Jenis Halusinasi

Beberapa jenis halusinasi sebagai berikut: (Kusumawati & Hartono,

2010)

1) Halusinasi Pendengaran (Audiotory)

Mendengarkan suara atau kebisingan yang kurang jelas ataupun yang

jelas, dimana terkadang suara-suara tersebut seperti mengajak

berbicara penderita dan kadang memerintah penderita melakukan

sesuatu.

2) Halusinasi penglihatan (visual)

Stimulus visual dalam bentuk kilatan atau cahaya, gambaran atau

bayangan yang rumit dan kompleks. Bayangan itu bisa

menyenangkan atau manakutkan.

32
3) Halusinasi penghidu (olfaktory)

Membau bau-bauan tertentu seperti bau darah, urin, feses, farfum atau

bau yang lain. Ini sering terjadi pada seseorang pasca serangan stroke,

kejang atau dimensia

4) Halusinasi pengecapan (gustatory)

Merasa pengecap seperti darah, urin,feses atau yang lainnya.

5) Halusinasi perabaan (taktil)

Merasa mengalami nyeri, ras tersentrum atau ketidaknyamanan tanpa

stimulus yang jelas.

6) Halusinasi eenesthetik

Merasakan fungsi tubuh seperti aliran darah di vena atau arteri,

pencernaan makana atau pembentukan urin

7) Halusinasi kinestetika

Merasakan pergerakan sementara berdiri tanpa bergerak.

f. Tujuan Asuhan Keperawatan

Tujuan asuhan keperawatan menurut SAK (2017) adalah:

1) Kognitif

a) Mampu menyebutkan penyebab halusinasi.

b) Mampu menyebutkan tanda-gejala atau karakteristik halusinasi

yang dirasakan (isi, frekuensi, durasi, dan waktu).

c) Mampu menyebutkan akibat yang ditimbulkan dari halusinasi.

d) Mampu menyebutkan cara yang selama ini digunakan untuk

mengendalikan halusinasi.

33
e) Mampu menyebutkan cara mengendalikan halusinasi yang tepat.

2) Psikomotor

a) Mampu melakukan teknik menghardik

b) Mampu melakukan teknik berbincang-bincang

c) Mampu melakukan aktivitas terjadwal

d) Mampu minum obat dengan prinsip 7 benar, yaitu: Benar nama

(tertera namanya di tempat obat), Benar Obat (tahu nama obatnya),

Benar manfaat (tahu manfaat obatnya), Benar dosis (tahu dosis

obatnya), Benar frekuensi (tahu waktu minum obatnya), Benar cara

(tahu cara menggunakan obatnya), dan Benar dokumentasi (tahu

cara mendokumentasikan-format ceklis obat)

3) Afektif

a) Mampu mengevaluasi manfaat cara-cara mengatasi halusinasi

b) Mampu mematuhi cara-cara baru dalam mengatasi halusinasi

g. Tindakan Keperawatan

Tindakan keperawatan untuk pasien halusinasi antara lain: (SAK, 2017)

1) Tindakan Mandiri

a) Mengevaluasi tanda-gejala dan karakteristik halusinasi yang

dirasakan

b) Memvalidasi kemampuan cara menghardik, cara minim obat

dengan prinsip 7 benar, cara bincang-bincang, dan cara melakukan

aktivitas terjadwal yang sudah dikuasai.

34
c) Menjelaskan tanda-gejala dan karakteristik halusinasi, penyebab

dan akibat perilaku kekerasan.

d) Menjelaskan dan melatih Pasien cara menghardik

e) Menjelaskan dan melatih Pasien minum obat dengan prinsip 7

benar, keuntungan minum obat dan kerugian tidak minum obat.

f) Menjelaskan dan melatih Pasien cara berbincang-bincang.

g) Menjelaskan dan melatih Pasien cara beraktivitas terjadwal.

2) Edukasi Pasien dan Keluarga

a) Menjelaskan masalah halusinasi

b) Mendiskusikan masalah dan akibat yang mungkin terjadi pada

Pasien halusinasi

c) Menjelaskan dan melatih keluarga cara merawat Pasien halusinasi

d) Menjelaskan dan melatih keluarga menciptakan lingkungan yang

terapeutik bagi Pasien halusinasi

e) Menjelaskan cara memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan

untuk follow up, cara rujukan kesehatan Pasien dan mencegah

kekambuhan

h. Tindakan Kolaborasi

1) Melakukan komunikasi dengan pendekatan ISBAR,

2) Memberikan psikofarmaka sesuai advice,

3) Kolaborasi pengawasan efek samping obat (SAK, 2017).

35
i. Discharge Planning

1) Menjelaskan rencana persiapan pasca rawat di rumah untuk

memandirikan pasien,

2) Menjelaskan rencana tindak lanjut pengobatan,

3) Melakukan rujukan ke Fasilitas Kesehatan. (SAK, 2017)

j. Evaluasi

1) Penurunan tanda dan gejala,

2) Peningkatan kemampuan pasien mengendalikan halusinasi,

3) Peningkatan kemampuan keluarga dalam merawat pasien (SAK,

2017).

k. Rencana Tindak Lanjut

1) Rujuk Pasien dan Keluarga ke fasilitas praktik mandiri Perawat

Spesialis Keperawatan Jiwa,

2) Rujuk Pasien dan Keluarga ke case manajer di Fasilitas Pelayanan

kesehatan Primer di Puskesmas, Pelayanan Kesehatan Sekunder dan

Tersier di Rumah Sakit,

3) Rujuk Pasien dan Keluarga ke Kelompok pendukung, Kader

Kesehatan Jiwa, Kelompok Swabantu dan Fasilitas Rehabilitas

Psikososial yang tersedia di Masyarakat (SAK, 2017).

36
B. Keaslian Penelitian

Tabel 2.1
Keaslian Penelitian

N Nama Judul dan Tahun Kesimpulan Penelitian


o Peneliti Penelitian

1 Madania Pengaruh Pemberian booklet tentang penyalahgunaan Napza


. Pemberian dapat meningkatkan pengetahuan dan sikap siswa di
Booklet Terhadap SMA Negeri 01 Kota Gorontalo.
Pengetahuan dan
Sikap Siswa Terdapat perbedaan pengetahuan dan sikap tentang
Mengenai penyalahgunaan Napza antara siswa laki-laki dan
Penyalahgunaan perempuan di SMA Negeri 01 Kota Gorontalo.
Napza di SMA
Negeri 01 Kota
Gorontalo, 2014.
2 Nana Pengaruh Terdapat pengaruh pendidikan kesehatan melalui
. Andriana Pendidikan media Booklet dan Audiovisual terhadap tingkat
Kesehatan dengan pengathuan suami dalam perawatan tali pusat bayi
Media Booklet baru lahir di Ruang Baitun Nisa 2 Rumah Sakit
dan Audiovisual Islam Sultan Agung Semarang.
Terhadap Tingkat
Pengetahuan
Suami Dalam
Perawatan Tali
Pusat Pada Bayi
Baru Lahir di
Ruang Baitun
Nisa 2 Rumah
Sakit Islam Sultan
Agung Semarang,
2016.
3 Rosmiati, Pengaruh Ada pengaruh pendidikan kesehatan terhadap
. Faisal Pendidikan peningkatan pengetahuan keluarga tentang
Asdar, Kesehatan perawatan pasien dengan masalah gangguan persepsi
Rusli Terhadap halusinasi dengar di wilayah kerja Puskesmas bara-
Peningkatan Baraya Makassar.
Pengetahuan
Keluarga Tentang Tingkat pengetahuan keluarga sebelum dilakukan
Perawatan Pasien pendidikan kesehatan tentang perawatan pasien
Dengan Masalah dengan masalah gangguan persepsi halusinasi
Gangguan pendengaran sebagian besar responden masih
Persepsi kurang.
Halusinasi
Pendengaran di Tingkat pengetahuan keluarga setelah dilakukan
Wilayah Kerja pendidikan kesehatan tentang perawatan pasien
Puskesmas Bara- dengan masalah halusinasi pendengaran mengalami
Baraya Maksasar, peningkatan dibandingakan sebelum pendidikan
2013 kesehatan.

4 Rahman Pengaruh Adanya perbedaan tingkat pengetahuan dan sikap

37
. Nasar Penyuluhan Untuk responden setelah dilakukan penyuluhan, sehingga
Meningkatkan adanya pengaruh penyuluhan dalam meningkatkan
Pengetahuan Dan pengetahuan, sikap dan keterampilan keluarga
Sikap Keluarga tentang strategi pelaksanaan dalam mengontrol
Tentangstrategi halusinasi.
Pelaksanaan
Halusinasi Di
Puskesmas
Mangasa, 2019
5 Ismail Pengaruh Tingkat pengetahuan keluarga setelah dilakukan
. Pendidikan pendidikan kesehatan tentang perawatan pasien
Kesehatan dengan masalah halusinasi pendengaran mengalami
Terhadap peningkatan dibanding sebelum pendidikan
Peningkatan kesehatan.
Pengetahuan
Keluarga Tentang Ada pengaruh pendidikan kesehatan terhadap
Perawatan Pasien peningkatan pengetahuan keluarga tentang
Dengan Masalah perawatan pasien dengan masalah gangguan persepsi
Gangguan sensori halusinasi Pendengaran di RSKD
Persepsi Sensori Prov.SulSel Makassar
Halusinasi
Pendengaran Di
RSKD Prov Sul-
Sel Makassar,
2012
6 Mustika Pengaruh Strategi Nilai rata-rata kemampuan mengontrol halusinasi
. Sari Pelaksanaan pretes sebesar 22,33 dengan nilai minimum 18, nilai
Rahayu Keluarga maksimum 28 dan standar deviasai sebesar 3,022.
Terhadap
Kemampuan Nilai rata-rata k hemampuan menhontrol halusinasi
Mengontrol postes sebesar 30,90, dengan nilai minimun 25, nilai
Halusinasi Pada terapi maksimum 34 dan standar devisai sebesar
Pasien Gangguan 2,234.
Jiwa Di
Kecamatan Ada pengaruh terapi individu SP keluarga terhadap
Somagede, 2013 kemampuan mengontrol halusinasi di kecamatan
Somagede, hal ini di tunjukan denganp-value sebesar
0,000<0,05
7 Rismayanti, Pengaruh Ada pengaruh pendidikan kesehatan terhadap
. Sudirman Pendidikan peningkatan pengetahuan keluarga tentang
Kesehatan perawatan pasien dengan masalah gangguan
Terhadap halusinasi pendengaran di RSK Provinsi.
Peningkatan
Pengetahuan Tingkat pengetahuan keluarga sebelum dilakukan
Keluarga Tentang pendidikan kesehatan tentang perawatan pasien
Perawatan Pasien dengan masalah gangguan halusinasi pendengaran
Dengan Masalah sebagian besar responden masih kurang.
Gangguan
Halusinasi Tingkat pengetahuan keluarga sesudah dilakukan
Pendengaran di pendidikan kesehatan mengalami peningkatan di
RSKD Prov Sul- banding sebelum di lakukan pendidikan kesehatan..
Sel, 2014

38
C. Kerangka Teori

Skema 2.1
Kerangka Teori

Pengetahuan: Media Halusianasi :


1. Tahu (Know) Pembelajaran: a) Menjelaskan
2. Memahami 1. Booklet masalah
(confrehension) 2. Leaflet halusinasi
3. Aplikasi 3. Buku b) Mendiskusikan
(application) masalah dan
4. Analisis (BPTP akibat yang
(analysis) Balitbang mungkin terjadi
5. Sintesis Jambi, 2014) pada Pasien
(synthesis) halusinasi
6. Evaluasi c) Menjelaskan
(evaluation) dan melatih
keluarga cara
(Riyanto & merawat Pasien
Budiman, 2013) halusinasi
d) Menjelaskan
dan melatih
Pasien dan keluarga
keluarga dengan menciptakan
Faktor yang Halusinasi lingkungan
mempengaruhi Pendengaran yang terapeutik
pengetahuan: bagi Pasien
(SAK, 2017) halusinasi
1. Tingkat
pendidikan e) Menjelaskan
2. Informasi cara
3. Budaya memanfaatkan
4. Pengalaman fasilitas
pelayanan
(Notoatmodjo, kesehatan untuk
follow up, cara
2012)
rujukan
kesehatan
Pasien dan
mencegah
kekambuhan

(SAK, 2017)
i

39
Pengetahuan sangat diperlukan sekali oleh keluarga dalam merawat

penderita halusinasi, dimana pengetahuan keluarga perlu ditingkatkan dari tidak

tahu menjadi tahu, dari kurang tau menjadi sangat tau. Adapun tahapan

pengetahuan meliputi : tahu, memahami, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi.

Pengetahuan itulah yang digunakan keluarga untuk mengontrol halusinasi,

keluarga sangat perlu memahami dan dapat menjelaskan masalah halusinasi, dari

pengertian, penyebab serta tanda dan gejala, keluarga mendiskusikan masalah dan

akibat yang mungkin terjadi pada penderita halusinasi, menjelaskan dan melatih

keluarga cara merawat penderita halusinasi, menjelaskan dan melatih keluarga

menciptakan lingkungan yang teraupeutik bagi penderita halusinasi, dan yang

terakhir menjelaskan cara memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan untuk

follow up cara rujukan kesehatan penderita dan mencegah kekambuhan.

Untuk meningkatkan pengetahuan keluarga dalam mengontrol halusinasi

dapat dilakukan pendidikan kesehatan dengan menggunakan penerapan media

booklet, leaflet ataupun buku. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan

antara lain: tingkat pendidikan, informasi, budaya, dan pengalaman, semua itu

tidak lepas dari peran keluarga penderita halusinasi pendengaran dalam merawat

penderita halusinasi, agar penderita halusinasi tidak mengalami kekambuhan dan

dapat diterima dilingkungan keluarga maupaun masyarakat.

40
D. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah :

1. Ho: tidak ada pengaruh penerapan media booklet terhadap peningkatan

pengetahuan keluarga dalam mengontrol halusinasi di Wilayah Kerja

Puskesmas Kedondong Kabupaten Ketapang.

2. Ha: ada pengaruh penerapan media booklet terhadap peningkatan

pengetahuan keluarga dalam mengontrol halusinasi di Wilayah Kerja

Puskesmas Kedondong Kabupaten Ketapang.

41
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Kerangka Konsep
Kerangka konsep dalam penelitian ini adalah untuk melakukan uji

pengaruh penerapan media booklet terhadap peningkatan pengetahuan keluarga

dalam mengontrol halusinasi. Skema kerangka konseptual penelitian ini

sebagai berikut :

Skema 3.1 Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

Peningkatan Pengetahuan
Penerapan Media Booklet
Keluarga dalam Mengontrol
Halusinasi

Variabel pada penelitian ini yaitu:

1. Variabel Independen

Variabel independen dalam penelitian ini adalah penerapan media

booklet.

2. Variabel Dependen

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah peningkatan pengetahuan

keluarga dalam mengontrol halusinasi.

42
B. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif dengan design

penelitiannya adalah Quasi-Experimental Design menggunakan One-Group

Pretest-Posttest Design. Design ini terdapat pretest, sebelum diberikan

perlakuan dan diberikan posttest setelah diberikan pelakuan, dengan demikian

hasil perlakuan dapat diketahui lebih akurat, karena dapat membandingkan

dengan keadaan sebelum diberi perlakuan.

Skema 3.2 Design Penelitian

O1 X O2

Keterangan:

O1= Nilai Pretest pada kelompok sebelum perlakuan penerapan booklet

O2= Nilai Posttest pada kelompok sesudah perlakuan penerapan booklet

Pengaruh penerapan booklet terhadap peningkatan pengetahuan keluarga

tentang Mengontrol halusinasi di wilayah kerja puskesmas Kedondong = (O2 –

O1).

C. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah semua keluarga penderita dengan

halusinasi pendengaran di wilayah Kerja Puskesmas Kedondong Kabupaten

Ketapang Tahun 2019 sebanyak 49 orang.

43
2. Sampel Penelitian

Penentuan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik Total

Sampling. Teknik Total Sampling yaitu melakukan pengambilan sampel

dengan jumlah sampel sama dengan jumlah populasi. Jumlah sampel sama

dengan jumlah populasi yaitu sebanyak 49 sampel.

D. Tempat dan waktu penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Kedondong

Kecamatan Delta Pawan Kabupaten Ketapang.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret-April 2020.

E. Definisi Operasional

Definisi operasional dalam penelitian ini sebagi berikut:


Tabel 3.1
Definisi Operasional

Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala


Penelitian Operasional Ukur
Variabel
Independen:

Penerapan Pemberian Memberikan SAP dan - -


media pendidikan Pendidikan booklet
booklet kesehatan tentang Kesehatan
materi halusinasi
dengan
menggunakan
media mini buku
pada keluarga
penderita
halusinasi
pendengaran.

44
Variabel
Dependen:

Peningkatan Peningkatan Skala guttman Kuesioner Hasil ukur Interval


pengetahuan informasi dengan dengan pilihan yakni :
keluarga pemahaman jawaban benar 1. Pengeta
dalam tentang dan salah. huan
mengontrol mengontrol kurang
halusinasi halusinasi dalam Favourable: =1-10
perawatan 1. Pernyataan 2. Pengeta
penderita benar = 1 huan
halusinasi 2. Pernyatan cukup
pendengaran. salah = 0 =11-20
Unfavourable: 3. Pengeta
1. Pernyataan haun
benar = 0 baik
2. Pernyataan =21-30
salah = 1

F. Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh

peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan

hasilnya lebih baik (cermat, lengkap dan sistematis) sehingga lebih mudah

diolah. Instrumen pada penelitian ini adalah kuesioner. Kuesioner yang

digunakan berupa kuesioner tertutup dengan jawaban yang telah ditentukan

yaitu menggunakan skala Guttman dengan pilihan benar dan salah. Kuesioner

penelitian ini diberikan sebelum diterapkan booklet sebagai media, dan

setelah diterapkan booklet sebagai medianya.

Kuesioner dlm penelitian ini modifikasi dari hasil penelitian Ismail

dengan judul “Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Peningkatan

Pengetahuan Keluarga Tentang Perawatan Pasien Dengan Masalah Gangguan

Persepsi Sensori Halusinasi.”

45
Isi booklet meliputi pengertian halusinasi, penyebab/etiologi halusinasi,

tanda dan gejala halusinasi, cara mengontrol halusinasi, serta cara perawatan

dan upaya yang dilakukan dalam mencegah kekambuhan pada penderita

halusinasi. Isi kuesioner yang di gunakan untuk penelitian ini berisi tentang

penertian halusinasi, penyebab/etiologi halusinasi, tanda dan gejala

halusinasi, cara mengontrol halusinasi, serta cara perawatan dan upaya yang

di lakukan dalam mencegah kekambuhan pada penderita halusinasi. Jumlah

pernyataan dalam kuesioner yaitu 30 pernyataan dengan pilihan jawaban

pilihan benar dan salah. Kuesioner diawali dengan pengisian data demografi

meliputi nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, pendidikan, pekerjaan,

dan hubungan dengan penderita. Pernyataan dikuesioner penelitian ini berupa

favourable dan unfavourable. Berikut tabel isi kuesioner dalam penelitian ini.

46
Tabel 3.2
Kisi-kisi Kuesioner
Variabel Kisi-kisi Jumlah Favourable Unfavourable
Butir Soal
Pengetahuan 1. Definisi Halusinasi 1 1
Keluarga
tentang 2. Penyebab 2 2 3
Mengontrol
Halusinasi 3. Gejala 3 4, 5, 6

4. Akibat 1 7

5. Penanganan Keluarga 3 8 9,10

6. Pemberian Obat 3 11,13 12

7. Pengetahuan tentang 4 15, 16 14,17


Obat

8. Melatih 2 18,19
Berbincang/bercakap-
cakap.

9. Melatih penderita 6 20, 21,23 22


beraktivitas 24, 25

10. Mengkondisikan 1 26
lingkungan

11. Memanfaatkan 3 27, 28, 29


fasilitas/ sarana
pendukung

12. Follow up 1 30

1. Uji Validitas

Uji validitas kuesioner dilakukan dengan cara melakukan uji korelasi

Pearson (korelasi product moment) antar skor masing-masing butir

kuesioner dengan skor totalnya. Uji validitas dilakukan pada 30 responden

di wilayah kerja Puskesmas Mulia Baru dan wilayah kerja Puskesmas

Tuan-tuan Kabupaten Ketapang pada bulan Februari sampai awal Maret

tahun 2020 dengan hasil uji validitas pengetahuan terendah 0,589 dan

47
tertinggi 0,877, artinya rhitung > rtabel (0.3610) maka kuesioner dinyatakan

valid.

2. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan teknik

konsistensi internal dengan menggunakan Cronbach Alpha. Hasil

pengujian diperoleh nilai Cornbact Alpha = 0,981 atau > 0,60, artinya

maka instrumen dinyatakan reliabel.

G. Prosedur Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan

cara bertahap. Tahap pertama adalah tahap administratif dimana Surat ijin

pengambilan data dari Sekolah Tinggi Ilmu Keperawatan Muhammadiyah

Pontianak ditujukan ke Dinas Kesehatan Ketapang. Berdasarkan surat ijin

tersebut peneliti menyerahkan surat tersebut ke Dinas Kesehatan Ketapang

guna mendapatkan ijin untuk pengambilan data atau proses penelitian. Ijin

dari Dinas Kesehatan Ketapang sebagai dasar untuk penelitian di wilayah

kerja Puskesmas Kedondong Kabupaten Ketapang.

Peneliti memperkenalkan diri kepada calon responden dan menunjukan

surat ijin penelitian, memberikan penjelasan tujuan penelitian dan meminta

persetujuan untuk menjadi responden peneliti, dengan memberikan lembar

persetujuan menjadi responden (informed consent). Pada tahapan

pelaksanaan, penelitian dilakukan dengan langkah-langkah berikut:

48
1. Memberikan pretest.

Pada tahapan ini dilakukan pretest satu kali pada setiap responden

dengan memberikan kuesioner, pretest dilakukan bulan Februari minggu

ke- 2, 3 dan 4 dengan 49 responden, dilakukan + 30 menit. Satu minggu

setelah di lakukan pretest dilanjutkan dengan kegiatan intervensi berupa

pendidikan kesehatan.

2. Memberikan pendidikan kesehatan dengan menerapkan media booklet

Pada tahapan ini, peneliti memberikan pendidikan kesehatan dengan

materi tentang mengontrol halusinasi pendengaran, dimulai dengan

penjelasan pengertian halusinasi, penyebab dan tanda gejala halusinasi

dengar, cara mengontrol halusinasi dengar dan bagaimana menciptakan

lingkungan teraupeutik serta pemanfaatan fasilitas kesehatan untuk

mencegah kekambuhan, pendidikan kesehatan dengan penerapan media

booklet ini di berikan secara door to door pada keluarga penderita

halusinasi dengar.

Pemberian pendidikan kesehatan dilakukan 2 kali pertemuan, dengan

interval 1 (satu) minggu, sebelumnya peneliti mengadakan kontrak waktu

terlebih dahulu, pertemuan pertama dilakukan pada bulan Maret minggu

ke-1,2 dan 3 + 30 menit. Pertemuan penkes kedua sama dengan pemberian

penkes pertama, pendidikan kesehatan kedua dilakukan pada bulan Maret

minggu ke-4 dan bulan April minggu ke-1 dan 2.

49
3. Memberikan postest

Setelah memberikan pendidikan kesehatan dengan materi

pemahaman tentang mengontrol halusinasi dengar, dengan penerapan

media booklet, peneliti langsung memberikan posttest pada setiap

responden, dilakukan sama dengan waktu pemberian pendidikan kesehatan

kedua yaitu bulan Maret minggu ke-4 dan bulan April minggu ke-1 dan 2,

posttest dilakukan + 30 menit dengan mengisi kuesioner yang telah

disediakan.

Hasil posttest dilakukan pengecekan kelengkapan isi kuesioner,

selanjutnya dilakukan analisa data dengan menggunakan sistem

komputerisasi.

H. Pengolahan Data dan Analisis Data

1. Pengolahan Data

Proses pengolahan data dalam penelitian ini meliputi langkah-

langkah sebagai berikut:

a. Editing

Editing dilaukan peneliti dengan memeriksa kembali kebenaran

data dan kelengkapan isi kuesioner yang diperoleh atau dikumpulkan.

Editing dilakukan pada saat semua data sudah terkumpul setiap waktu

pengumpulan data.

b. Coding

Peneliti melakukan pemberian kode numerik (angka) pada data.

Kategorik jenis kelamin dikelompokkan laki-laki dan perempuan

50
dengan koding 1 untuk perempuan dan 2 untuk laki-laki. Selanjutnya

pengetahuan untuk jawaban benar diberikan skor 1 dan salah diberikan

skor 0 untuk pertanyaan favourable dan pertanyaan yang unfavourable

jika benar skor 0 dan salah skor 1.

c. Memasukkan Data (Data entry)

Setelah menyelesaikan penkodian masing-masing variabel

selanjutnya data tersebut dimasukkan ke dalam program computer

untuk dianalisis. Sebelum di analisis data-data tersebut di masukkan ke

dalam program computer excel untuk di lakukan perekapan data.

d. Pembersihan Data (Cleaning)

Data yang sudah dimasukkan di periksa kembali oleh peneliti

untuk mencegah adanya kesalahan dalam pemasukan data. Apabila

semua data dari setiap sumber data atau responden selesai selanjutnya

dilakukan analisis data

2. Analisa Data

a. Analisis Univariat

Analisis univariat dalam penelitian ini dengan menampilkan

distribusi frekuensi yang terdiri dari usia, jenis kelamin, pendidikan,

dan pekerjaan, tingkat pengetahuan sebelum dan sesudah pemberian

pendidikan kesehatan dengan metode booklet.

b. Analisis Bivariat

Tujuan analisa bivariat dalam penelitian ini adalah untuk

mengetahui apakah terdapat perbedaan signifikan sebelum dan

51
sesudah penerapan media booklet. Uji normalitas dilakukan dengan

menggunakan uji Shapiro-Wilk karena jumlah sampel = 49 orang (<

50) dan diperoleh nilai pretest = 0,329 > 0,05 dan posttest dengan

nilai p = 0,084 > 0,05, semua variabel pada penelitian ini berdistribusi

normal. Uji statistik yang digunakan dalam analisa ini adalah uji

Paired t-test.

I . Etika Penelitian

Penelitian ini telah lulus uji etik oleh Komite Etik STIK Muhammadiyah

Pontianak sehingga peneliti dapat melanjutkan pada tahap penelitian dengan

senantiasa berpedoman pada etika penelitian yaitu the five right of human

subjects in research (Polit & Beck dalam Kurniawan, 2015) lima hak tersebut

adalah :

1. Respect for Autonomy

Peneliti memberikan kesempatan kepada responden untuk

menentukan pilihan terkait kesediaan menjadi responden. Jika responden

setuju peneliti memberikan format persetjuan menjadi responden untuk di

baca dan di tanda tangani.

2. Privacy atau Dignity

Nama responden tidak akan di cantumkan dalam penelitian ini.

Peneliti menjamin seluruh kerahasian dari identitas responden dan

penderita yang mengalami masalah halusinasi pendengaran. Hanya inisial

responden saja yang ditulis dalam lenbar persetujuan responden.

52
3. Anonymity dan Confidentialy

Seluruh berkas hasil penelitian akan disimpan oleh peneliti. Dokumen

tersebut jika sudah selesai akan dimusnakan dengan cara dibakar oleh

peneliti.

4. Justice

Peneliti memberikan kesempatan yang sama bagi responden yang

memiliki kriteria untuk berpartisipasi dalam penelitian ini. Peneliti juga

tidak membeda-medakan antara responden yang satu dengan yang lain.

5. Beneficence dan Nonmaleficence

Tidak ditemukan kejadian yang membahayakan responden atau

partisipan selama proses penelitian berlangsung.

53
BAB IV

HASIL PENELITIAN

Pengumpulan data dilakukan pada bulan Maret-April 2020. Pengumpulan

data dilakukan oleh peneliti dengan judul “Pengaruh Penerapan Media Booklet

terhadap Peningkatan Pengetahuan Keluarga tentang Mengontrol Halusinasi di

Wilayah Kerja Puskesmas Kedondong Kabupaten Ketapang”.

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) Kedondong terletak di

Jalan H. Murni Kecamatan Delta Pawan Kabupaten Ketapang. Luas wilayah

kerja Puskesmas Kedondong sekitar 11,1 km2, yang terdiri dari 3 Kelurahan

dan 1 desa binaan yaitu Kelurahan Tengah, Sampit dan Sukaharja serta Desa

Paya Kumang. Tiga kelurahan dan 1 desa ini terdiri atas 116 RT dan 6.152

kepala keluarga. Puskesmas Kedondong saat ini menempati gedung baru

dengan penambahan fasilitas yang menunjang pelayanan kesehatan kepada

masyarakat, dengan memberikan pelayanan bagi BPJS kesehatan dan pasien

umum.

B. Karakteristik Responden

Responden dalam penelitian ini berjumlah 49 orang yang merupakan

keluarga dari penderita dengan halusinasi pendengaran yang tekah memenuhi

kriteria inklusi di wilayah kerja Puskesmas Kedondong Kabupaten Ketapang.

Karakteristik responden yang dibahas meliputi usia, jenis kelamin,

pendidikan, dan pekerjaan yang diuraikan berikut ini:

54
1. Usia Responden

Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia
di Wilayah Kerja Puskesmas Kedondong (n = 49)

Variabel Mean Median Min-max SD


Umur 45,67 49 18-76 12,666
Sumber : Data Primer Tahun 2020

Berdasarkan tabel 4.1 menunjukkan bahwa rata-rata usia responden

dalam penelitian ini berusia 46 tahun (45,67) dengan usia keluarga yang

termuda yaitu 18 tahun dan yang paling tua adalah 76 tahun, dan usia tengah

responden yaitu berusia 49 tahun dengan rata-rata jarak penyimpangan dari

nilai rata-rata umur 12,666.

2. Jenis Kelamin, Pendidikan dan Pekerjaan

Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin, Pendidikan
& Pekerjaan di Wilayah Kerja Puskesmas Kedondong (n = 49)
Variabel Frekuensi (f) Persentase (%)
Jenis Kelamin
Laki-laki 15 30,6
Perempuan 34 69,4
Pendidikan
SD 8 16,3
SMP 14 28,6
SMA 19 38,8
Diploma 2 4,1
Strata 1 6 12,2
Pekerjaan
Tidak Bekerja 1 2,0
Ibu Rumah Tangga 18 36,8
Swasta 14 28,6
Wiraswasta 3 6,1
PNS 9 18,4
Petani 3 6,1
Pensiunan 1 2,0
Total 49 100
Sumber : Data Primer Tahun 2020

55
Berdasarkan tabel 4.2 menunjukkan bahwa mayoritas yang menjadi

responden dari keluarga penderita halusinasi pendengaran di wilayah kerja

Puskesmas Kedondong Kabupaten Ketapang adalah berjenis kelamin perempuan

sebanyak 69,4%, berpendidikan tamatan SMA sebanyak 38,8% dengan pekerjaan

paling banyak adalah sebagai ibu rumah tangga yaitu sebesar 36,8%.

C. Hasil Penelitian

1. Analisa Univariat

Analisis univariat dilakukan untuk mendeskripsikan setiap variabel

yang diteliti. Analisis univariat dilakukan terhadap variabel tingkat

pengetahuan keluarga sebelum dan sesudah penerapan media booklet

dalam mengontrol Halusinasi Pendengaran. Hasil analisis univariat

penelitian ini sebagai berikut:

a. Tingkat Pengetahuan Keluarga Sebelum Penerapan Media Booklet

Tabel 4.3
Tingkat Pengetahuan Keluarga Sebelum Penerapan Media Booklet
di Wilayah Kerja Puskesmas Kedondong (n = 49)
Tingkat Pengetahuan Frekuensi (f) Persentase (%)
Kurang 5 10,2
Cukup 39 79,6
Baik 5 10,2
Total 49 100
Sumber : Data Primer Tahun 2020

Tabel 4.3 menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan keluarga

sebelum diberikan pendidikan kesehatan tentang mengontrol halusinasi

dengar melalui penerapan media booklet mayoritas keluarga memiliki

tingkat pengetahuan cukup yaitu sebanyak 79,6% (39 responden).

56
b. Tingkat Pengetahuan Keluarga Setelah Penerapan Media Booklet

Tabel 4.4
Tingkat Pengetahuan Keluarga Setelah Penerapan Media Booklet
di Wilayah Kerja Puskesmas Kedondong (n = 49)

Tingkat Pengetahuan Frekuensi (f) Persentase (%)


Cukup 1 2,0
Baik 48 98,0
Total 49 100
Sumber : Data Primer Tahun 2020

Tabel 4.4 menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan keluarga

setelah diberikan pendidikan kesehatan tentang mengontrol halusinasi

dengar melalui penerapan media booklet mayoritas keluarga memiliki

pengetahuan baik yaitu sebanyak 98% (48 responden).

Berikut adalah grafik perbedaan sebelum dan sesudah

pemberian pendidikan kesehatan menggunakan media booklet pada

keluarga.

Diagram 4.1
Perbandingan Rata-rata Nilai Pre dan Post Test Pengetahuan
Keluarga

nilai pre test dan post test

26
30
25 16
20
15
10
5
0
Pre Test Post Test

Pre Test Post Test

57
Berdasarkan diagram 4.1 terjadi peningkatan pengetahuan sebelum dan

sesudah penerapan pendidikan kesehatan dengan menggunakan media booklet

tentang mengontrol halusinasi pendengaran di wilayah kerja Puskesmas

Kedondong Kabupaten Ketapang. Sebelum pendidikan kesehatan rata-rata

jumlah nilai pengetahuan responden 16 dan sesudah pendidikan kesehatan

mengalami peningkatan rata-rata jumlah nilai pengetahuan menjadi 26. Nilai

tersebut adalah nilai rata-rata dari jumlah nilai semua responden yang di

dapatkan jika menjawab benar di berikan skor 1 dan salah diberikan skor 0

untuk pertanyaan favourable dan pertanyaan yang unfavourable jika benar

skor 0 dan salah skor 1.

2. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui data yang akan

dianalisis berdistribusi normal atau tidak. Uji Normalitas dalam penelitian

ini menggunakan Shapiro-Wilk karena jumlah sampel kurang dari 50 yaitu

49 responden. Data dinyatakan berdistribusi normal jika nilai p > 0,05 dan

berdistribusi tidak normal jika p < 0,05. Hasil uji normalitas data pre dan

posttest sebagai berikut:

Tabel 4.5
Uji Normalitas Data

Shapiro-Wilk
Kelompok Statistic df Sig.
Pre Test ,973 49 ,329
Post Test ,959 49 ,084
Sumber : Data Primer Tahun 2020

58
Berdasarkan hasil uji normalitas pada tabel 4.5 menunjukkan

bahwa uji Shapiro-wilk pada kelompok pretest didapatkan signifikan (p) =

0,329 dan posttest dengan nilai p = 0,084 (p > 0,05) maka dapat

disimpulkan bahwa data pre dan pos test berdistribusi normal.

3. Analisa Bivariat

Analisis bivariat dilakukan dengan membandingkan nilai pretest dan

posttest. Analisis bivariat menggunakan uji statistik paired t-test. Hasil uji

statistik pada penelitian ini diuraikan sebagai berikut:

Tabel 4.6
Perbandingan Pre dan Post Tingkat Pengetahuan Keluarga
tentang Mengontrol Halusinasi Pendengaran
dengan Media Booklet di Wilayah Kerja Puskesmas Kedondong
(n = 49)

Kategori rata-rata selisih rata- 95% CI P-value


rata
Pengetahuan sebelum
dilakukan penkes 15,61 10,224 9,528 - 0,000
dengan media booklet 10,921

Pengetahuan setelah
dilakukan penkes 25,84
dengan media booklet
Sumber : Data Primer Tahun 2020

Berdasarkan tabel 4.6 analisis statistik menggunakan uji

paired t-test diperoleh hasil rata-rata pengetahuan responden sebelum

dilakukan pendidikan kesehatan tentang mengontrol halusinasi

pendengaran dengan media booklet yaitu 15,61 dan setelah mendapatkan

pendidikan kesehatan tentang mengontrol halusinasi pendengaran dengan

media booklet yaitu 25,84. Selisih nilai rata-rata pretest dan posttest

adalah 10,224. Nilai p-value = 0,000 < 0.05, artinya terdapat pengaruh

59
penerapan media booklet terhadap peningkatan pengetahuan keluarga

tentang mengontrol Halusinasi di Wilayah Kerja Puskesmas Kedondong

Kabupaten Ketapang atau H0 di tolak dan Ha di terima.

60
BAB V

PEMBAHASAN

Bab ini berisi tentang pembahasan hasil dan keterbatasan penelitian yang

diperoleh selama penelitian ini dilakukan.

A. Interpretasi dan Diskusi

1. Karakteristik Responden

Responden dalam penelitian ini berjumlah 49 orang yang memenuhi

kriteria inklusi penelitian. Karakteristik responden dalam penelitian ini

meliputi usia, jenis kelamin, pendidikan, dan pekerjaan.

a. Usia

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa rata-rata usia

responden berusia 46 tahun (45,67%) dengan usia keluarga yang

termuda yaitu 18 tahun dan yang paling tua adalah 76 tahun dengan

rata-rata jarak penyimpangan dari nilai rata-rata umur 12,666 dan nilai

tengah usia responden yaitu 49 tahun. Menurut Departemen Kesehatan

(2010) menjelaskan bahwa usia 18 tahun merupakan usia remaja akhir,

46 tahun merupakan usia lansia awal dan lebih dari 65 tahun

dikelompokkan usia lanjut.

Karakteristik usia responden ini sejalan dengan karakteristik

usia dari Yusnipah (2012) tentang Tingkat Pengetahuan Keluarga

dalam Merawat Pasien Halusinasi di Poliklinik Psikiatri Rumah Sakit

Mahzoeki Mahdi Bogor yang menyebutkan diketahui rata-rata usia

61
keluarga 47,27 tahun. Hasil penelitian ini dapatkan pada responden

rata-rata usia 45,67 tahun, dimana usia ini masuk pada kategori dewasa

akhir dan menjelang lansia awal. Banyak perubahan fungsi organ yang

semakin menurun dalam masa dewasa akhir ini, seperti menurunnya

beberapa sistem saraf, kemampuan berfikir otak. Penurunan

kemampuan mengingat pada lansia semakin lama akan semakin

menurun, kecepatan dalam mengingat suatu kejadian sangat lambat.

Khasanah (2017) menyebutkan di usia lansia banyak fungsi memori

yang melemah, bisa dilakukan dengan melatih memori dengan

memperbanyak membaca, berdzikir, dan mendengar cerita dari

berbagai macam media, atau seorang pendamping.

Hayani, dkk (2014) menjelaskan bahwa 63,3% mayoritas

responden berada pada kelompok dewasa tengah 41-60 tahun dan 10%

berada pada usia lebih dari 60 tahun. Perkembangan pada usia ini

semakin jelas dan terlihat perubahan fisik, psikis dimana dimasa

dewasa akhir ini merupakan masa penurunan fungsi fisik, psikis dan

melemahnya sistem otak sehingga berkurangnya kemampuan menerima

dan mengalisis informasi yang masuk atau didapat.

Menurut peneliti rata-rata usia 46 tahun merupakan usia yang

produktif, dimana seseorang pada umur tersebut akan memiliki pola

tangkap dan daya pikir yang baik sehingga pengetahuan yang

dimilikinya juga akan semakin membaik. Usia tersebut kemampuan

daya ingat seseorang relatif masih sangat baik dan kemampuan

62
menganalisis suatu permasalah juga cukup bagus. Terbukti dari hasil

penelitian yang dilakukan oleh peneliti, dimana informasi yang

disampaikan dengan media booklet melalui pendidikan kesehatan

mampu meningkatkan pengetahuan responden. Umur bukan menjadi

faktor penghambat bagi keluarga untuk menerima informasi kesehatan

yang disampaikan melalui pendidikan kesehatan. Kemerosotan

intelektual lansia ini pada umumnya merupakan sesuatu yang tidak

dapat dihindarkan, disebabkan berbagai faktor, seperti penyakit,

kecemasan atau depresi, tetapi kemampuan intelektual lansia tersebut

pada dasarnya dapat dipertahankan. Salah satu faktor untuk dapat

mempertahankan kondisi tersebut salah satunya adalah dengan

menyediakan lingkungan yang dapat merangsang ataupun melatih

ketrampilan intelektual mereka (Prasetyo, 2015).

b. Jenis Kelamin

Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mayoritas

responden berjenis kelamin perempuan. Perempuan pada umumnya

merupakan pengasuh utama bagi anggota keluarga jika ada yang sakit.

Perempuan selain sebagai ibu rumah tangga juga sebagai caregivers

bagi anggota keluarnya yang sakit, hal ini dibuktikan pada saat

penelitian berlangsung peneliti banyak menemukan rsponden wanita

atau ibu yang dirumah.

Hasil penelitian ini sejalan Hayani (2014) diketahui bahwa

paling banyak responden berjenis kelamin perempuan sebanyak 53,3%

63
dan laki-laki 46,7%, dimana tanggung jawab merawat anggota keluarga

yang sakit bukan hanya perempuan saja namun baik laki-laki maupun

perempuan harus mampu berbagi peran dalam merawat anggota

keluarga yang sakit. Rusnawati (2012) menyebutkan bahwa merawat

klien tidak hanya layak dikerjakan oleh kaum perempuan saja tetapi

laki-laki juga namun perempuan telah disiapkan oleh lingkungan

sosialnya untuk menjalankan fungsi tersebut sehingga ketika terlibat

dalam keperawatan profesional tidak mengalami kesulitan yang berarti.

Peneliti berpendapat bahwa perempuan memiliki jiwa yang

lebih sabar dibandingkan dengan laki-laki. Perempuan mempunyai

naluri keibuan yang tinggi dalam melakukan perawatan pada anggota

keluarganya yang sakit, jadi walaupun laki-laki secara fisik lebih kuat

dibandingkan dengan perempuan namun kelebihan dari mental inilah

yang bisa membuat seorang perempuan memiliki power dalam

aktivitasnya. Sejalan dengan Rahmawati (2018) menjelaskan bahwa

perempuan memiliki naluri keibuan dan kasih sayang yang besar

kepada anggota keluarganya sedangkan laki-laki memiliki peran yang

besar dalam mencari nafkah. Kaum perempuan diberi kebebasan untuk

memperoleh pendidikan dan kesempatan untuk bekerja tetapi mereka

tetap saja diikat dengan normanorma patriarkhi yang relatif

menghambat dan memberikan kondisi yang dilematis terhadap posisi

mereka. Kaum perempuan dibolehkan bekerja dengan catatan hanya

sebagai penambah pencari nafkah keluarga, sehingga mereka bekerja

64
dianggap hanya sebagai “working for lipstic” belum lagi kewajiban

utama mengasuh anak dibebankan sepenuhnya kepada perempuan

(Rusnawati, 2012).

c. Pendidikan

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa paling banyak

responden berpendidikan SMA. Responden dalam penelitian ini

memiliki variansi pada semua jenjang pendidikan mulai dari SD hingga

Strata satu. Hayani, dkk (2014) menyebutkan bahwa sebanyak 53,3%

anggota keluarga yang merawat pasien dengan halusinasi di rumah

berpendidikan SMA sedangkan Priti (2017) didapatkan bahwa

sebanyak 46,15% tidak sekolah, berpendidikan terakhir SMP sebesar

20,49%, dan SMA 20,51% hanya 1,28% berpendidikan S1. Keluarga

yang berpendidikan lebih tinggi akan mempunyai pengetahuan lebih

luas dibandingkan dengan seseorang yang tingkat pendidikannya lebih

rendah sehingga dalam menerima informasi dan memahami informasi

yang diberikan akan lebih mudah dan mampu untuk menerima

informasi tersebut secara baik dan akan lebih mudah menerapkan

informasi yang diberikan.

Setyawan (2017) menunjukkan bahwa responden yang

memiliki pengetahuan rendah tentang perawatan pasien gangguan jiwa

pasca pasung mayoritas berpendidikan SD dan SMP. Tingkat

pendidikan yang dimiliki responden tersebut menyebabkan kemampuan

mereka untuk memahami informasi tentang faktor predisposisi baik dari

65
pelajaran di sekolah maupun dari media massa lebih rendah. Saragih

(2010) menyatakan bahwa pendidikan dapat mempengaruhi cara

pandang seseorang terhadap informasi baru yang diterimanya, maka

dapat dikatakan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikannya, semakin

mudah seseorang menerima informasi yang didapatnya.

Menurut peneliti, semakin tinggi pendidikan responden akan

semakin mudah bagi responden untuk memahami tentang materi yang

disampaikan oleh petugas kesehatan. Anggota keluarga yang

berpendidikan tinggi diharapkan memiliki pengetahuan dalam

melakukan perawatan, kemampuan afektif dan psikomotor yang baik

dalam merawat anggota keluarga yang sakit dalam hal ini anggota

keluarga yang mengalami halusinasi pendengaran. Notoatmodjo (2012),

pengetahuan adalah hasil dari tahu yang terjadi setelah seseorang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan

terjadi melalui panca indera manusia, yakni indra penglihatan,

pendengaran, penciuman, rasa dan raba, sebagian besar pengetahuan

manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Salah satu faktor yang

mempengaruhi pengetahuan seseorang adalah pendidikan. Pendidikan

erat kaitannya dengan pengetahuan yang dimiliki. Tingkat pengetahuan

akan lebih mudah dipahami apabila individu semakin tinggi tingkat

pendidikannya sehingga akan mempengaruhi pola pikir berusaha untuk

mencari informasi tentang pencegahan jatuh pada lansia dan juga

66
karena tingkat pendidikan yang tinggi maka responden lebih mudah

dalam menerima informasi.

d. Pekerjaan

Hasil penelitian ini diperoleh bahwa pekerjaan responden

mayoritas adalah ibu rumah tangga. Friedman (2010) dalam Niman

(2019) mengatakan dalam peran formal istri-ibu antara lain sebagai

provider atau penyedia, pengatur rumah tangga, perawat anak baik

sehat maupun sakit, sosialisasi anak, memelihara hubungan keluarga

paternal dan maternal, peran terapeutik (memenuhi kebutuhan afektif

dari pasangan), peran sosial. Saat anak atau suami mengalami sakit

gangguan jiwa maka peran Istri-Ibu mendefinisikan gejala,

memutuskan alternatif sumber yang tepat, ia juga memegang kendali

yang kuat apakah anak atau suaminya akan mendapatkan layanan

pencegahan atau pengobatan, serta menjalankan peran informal yaitu

mendorong, merangkul anggota keluarga yang sakit untuk mencapai

keseimbangan dalam keluarga maka istri-ibu harus menjalankan peran

ekstra saat anggota keluarga mengalami gangguan jiwa.

Menurut peneliti, orang yang bekerja sebagai ibu rumah tangga

memiliki waktu yang lebih banyak dalam merawat anggota keluarga

yang sakit khususnya dengan masalah halusinasi pendengaran. Orang

dengan masalah halusinasi pendengaran dalam perawatan dirumah

memerlukan intensitas perhatian atau caring dari anggota keluarga

terdekatnya. Ibu rumah tangga dapat standby dalam memberikan

67
perawatan sehingga peran ibu rumah tangga sangat penting membantu

dalam keberhasilan dalam perawatan anggota keluarga dengan

halusinasi pendengaran. Hayani, dkk (2014) menjelaskan bahwa ibu

rumah tangga merupakan anggota keluarga yang kegiatan

kesehariannya lebih banyak mengurus rumah dan selalu memperhatikan

keadaan keluarganya, sehingga bisa dipastikan ibu rumah tangga lebih

sering merawat anggota keluarganya yang terkena gangguan jiwa

(halusinasi). Ibu rumah tangga juga mempunyai banyak waktu untuk

berperan aktif dalam kegiatan masyarakat dan mencari informasi yang

berguna untuk diri dan keluarga seperti mengikuti kegiatan

Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) atau ikut melihat

penyuluhan kesehatan yang dilakukan oleh Puskesmas sehingga

pengetahuan ibu rumah tangga akan bertambah tentang cara merawat

pasien halusinasi di rumah.

2. Gambaran Pengetahuan Keluarga Sebelum dan Sesudah Diberikan

Pendidikan Kesehatan tentang Mengontrol Halusinasi

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan keluarga

sebelum diberikan pendidikan kesehatan tentang mengontrol halusinasi

dengar melalui penerapan media booklet mayoritas keluarga memiliki

tingkat pengetahuan cukup yaitu sebanyak 79,6% namun setelah diberikan

pendidikan kesehatan tentang mengontrol halusinasi dengar melalui

penerapan media booklet mayoritas keluarga memiliki pengetahuan baik

yaitu sebanyak 98%, berdasarkan hal tersebut terjadi peningkatan

68
pengetahuan responden dari berpengetahuan cukup (79,6%) menjadi

berpengetahuan baik (98%).

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa adanya intervensi berupa

pendidikan kesehatan berpengaruh terhadap peningkatan pengetahuan

responden atau keluarga. Hasil penelitian ini sejalan dengan Vivin (2012)

yang menyimpulkan bahwa ada hubungan pemanfaatan macam-macam

media massa dengan tingkat pengetahuan salah satunya adalah media

booklet. Pendidikan kesehatan tentang mengontrol halusinasi bertujuan

untuk memberikan informasi kepada keluarga pasien tentang bagaimana

mengontrol halusinasi dengan pemberian informasi tersebut diharapkan

pengetahuan responden tentang pencegahan kekambuhan gangguan jiwa

meningkat menjadi baik. Goldman dalam Bordbar & Faridhosseini (2010)

mendefinisikan pendidikan kesehatan sebagai suatu bentuk pendidikan

ataupun pelatihan terhadap seseorang dengan gangguan psikiatri yang

bertujuan untuk proses treatment dan rehabilitasi, sehingga pemberian

pendidikan kesehatan dalam penelitian ini berpengaruh dalam peningkatan

pengetahuan keluarga.

Notoadmodjo (2012) menyebutkan bahwa untuk meningkatkan

pengetahuan dengan efektif diperlukan media pendidikan kesehatan yang

efektif pula. Media pendidkan berfungsi sebagai alat yang berisi bahan

pendidikan dan memberikan daya tarik bagi sasaran pendidikan. Pemilihan

dan penggunaan media sangat berpengaruh dalam ketercapaian tujuan

pendidikan dengan meningkatkan menstimulus penggunaan panca indra

69
sebanyak-banyaknya. Panca indera yang berdasarkan efektifitasnya dalam

membantu peningkatan pengetahuan antara lain penglihatan, pendengaran,

perasa, peraba, dan penciuman (Depkes, 2008). Media pendidikan antara

lain booklet, leaflet, flipchart atau poster, dan lain sebagainya.

Booklet adalah media grafis berupa media gambar atau foto dan

tulisan berisi informasi penting yang jelas, sederhana, mudah dimengerti,

singkat, ringkas dan menarik dalam bentuk buku kecil (setengah kuarto)

yang memiliki paling sedikit lima halaman tetapi tidak lebih dari empat

puluh delapan halaman di luar hitungan sampul. Booklet dapat digunakan

sebagai media pembelajaran yang praktis hal tersebut karena booklet

dapat dibawa kemana saja dan kapan saja, memiliki konten materi yang

lebih mudah, dapat diperbanyak dan tahan lama. Media booklet dalam

penelitian ini dimaknai efektif dalam meningkatkan pengetahuan

keluarga tentang mengontrol halusinasi pendengaran di Wilayah Kerja

Puskesmas Kedondong Kabupaten Ketapang.

3. Analisis Bivariat

a. Pengetahuan Keluarga dengan Media Booklet tentang Mengontrol

Halusinasi

Hasil analisis univariat menunjukkan bahwa mayoritas tingkat

pengetahuan keluarga sebelum diberikan pendidikan kesehatan tentang

mengontrol halusinasi dengar melalui media booklet adalah cukup, dan

setelah pemberian pendidikan kesehatan tentang mengontrol halusinasi

dengar melalui media booklet terjadi peningkatan pengetahuan

70
menjadi berpengetahuan baik. Analisis lebih lanjut dalam penelitian ini

menyimpulkan bahwa terdapat pengaruh penerapan media booklet

terhadap peningkatan pengetahuan keluarga tentang mengontrol

Halusinasi di Wilayah Kerja Puskesmas Kedondong Kabupaten

Ketapang (p-value = 0,000 < 0,05) dengan demikian H0 ditolak dan Ha

diterima.

Yusnipah (2012) menjelaskan sebanyak 57,7% memiliki

pengetahuan tinggi dalam merawat pasien halusinasi, 25% memiliki

tingkat pengetahuan sedang serta 17,3% memiliki pengetahuan yang

rendah. Pengetahuan yang tinggi tersebut akan memudahkan keluarga

dalam mengenal masalah, merawat dan mampu menangani pasien

dengan masalah Halusinasi jika pasien mengalami kekambuhan.

sementara Hayani, dkk (2014) diketahui bahwa 70% keluarga

mempunyai pengetahuan yang baik tentang cara merawat pasien

halusinasi di rumah sehingga keluarga dapat menggunakan

pengetahuan yang dimiliki untuk menangani masalah pasien dengan

Halusinasi sehingga tingkat kekambuhan pasien Halusinasi rendah

bahkan hilang dengan pengetahuan yang dimiliki oleh anggota

keluarga.

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah

orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.

Penginderaan terjadi melalui pancaindera manusia, yakni indera

penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian

71
pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan

memiliki beberapa tingkatan yang meliputi tahu, memahami, aplikasi,

analisis, sintesis, dan evaluasi (Notoatmodjo, 2012). Machfoedz (2015)

pendidikan kesehatan merupakan suatu proses perubahan pada diri

manusia yang ada hubungannya dengan tercapainya tujuan kesehatan

perseorangan dan masyarakat. Pendidikan kesehatan bukanlah sesuatu

yang dapat diberikan oleh seseorang kepada orang lain dan bukan pula

sesuatu rangkaian tata laksana yang akan dilaksanakan ataupun hasil

yang akan dicapai, melainkan suatu proses perkembangan yang selalu

berubah secara dinamis dimana seseorang dapat menerima atau

menolak keterangan baru, sikap baru dan perilaku baru yang ada

hubungannya dengan tujuan hidup sehat (Nyswander, 1947 dalam

Machfoedz, 2015).

Haryono (2013) mengungkapkan bahwa proses pendidikan

kesehatan yang diberikan selama kurang lebih 45 menit dengan

frekuensi 1 kali pemberian pendidikan kesehatan diketahui dapat

meningkatkan pengetahun sebesar 2,6% pengetahuan responden

dimana sebelum pendidikan kesehatan rata-rata pengetahuan 22,4%,

setelah pendidikan kesehatan meningkat menjadi 25,1% dengan nilai

p = 0,00, dan perilaku tidak mengalami perubahan dalam 1 kali

melakukan pendidikan kesehatan. Makna dari hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa pemberian informasi dalam hal ini pendidikan

kesehatan yang dilakukan secara terjadwal berpeluang meningkatkan

72
pengetahuan seseorang. Semakin sering seseorang mendapatkan

pendidikan kesehatan akan semakin meningkatkan pengetahuan yang

dimiliki. Namun berbeda dengan perilaku karena perilaku

membutuhkan proses yang lama dalam mengubah perilaku seseoarang.

Mardhiah, dkk (2015) jarak dari pretest ke posttest berlangsung sekitar

1 minggu setelah pretest dilanjutkan dengan kegiatan intervensi berupa

pendidikan kesehatan selama 60 menit perkelompok. Intervensi

dilakukan sebanyak 4 kali pertemuan dengan waktu interval 1 minggu,

sedangkan posttest dilakukan hanya 1 kali. Semakin sering seseorang

mendapatkan informasi yang dilakukan secara berulang-ulang,

informasi tersebut akan disimpan dalam memori atau otaknya dan

suatu saat jika diberikan stimulus atau rangsangan berupa pertanyaan

(post test) seseorang akan mampu untuk mengingatnya kembali.

Menurut peneliti, pendidikan kesehatan tentang mengontrol

halusinasi yang diberikan kepada anggota keluarga secara terjadwal

dan menggunakan media yang tepat efektif meningkatkan pengetahuan

keluarga karena melalui pendidikan kesehatan seseorang bisa

mendapatkan informasi langsung dari sumbernya secara dua arah.

Pendidikan kesehatan bertujuan untuk menggugah kesadaran anggota

keluarga untuk mengawasi dan mengontrol anggota keluarga yang

mengalami halusinasi pendengaran saat di rumah karena kesembuhan

pasien dengan masalah gangguan jiwa salah satu faktornya

memerlukan peran aktif dan dukungan keluarga. Keberhasilan dalam

73
perawatan pada pasien halusinasi pendengaran salah satunya peran

aktif anggota keluarga dalam mengetahui cara mengontrol halusinasi

sesuai jenisnya dengan memasukkan dalam jadwal kegiatan harian

pasien dirumah. Peran keluarga diharapkan setelah memiliki

pengetahuan yang baik tentang cara mengontrol halusinasi, selanjutnya

diikuti perubahan yang searah pada sikap dan perilakunya.

B. Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan yang peneliti hadapi saat melakukan penelitian diantaranya

adalah pada pelaksanaan penelitian bulan Maret sampai April 2020 bertepatan

dengan kejadian pandemi Covid-19 sehingga peneliti dalam melakukan

pendidikan kesehatan harus melakukan standar atau prosedur sesuai dengan

protokol covid-19 yaitu menggunakan APD dan jaga jarak kurang lebih 1

sampai 2 meter saat melakukan pendidikan kesehatan, kondisi tersebut

memberikan stimulus cemas bagi psikologis responden saat pengambilan data

dan juga penggunaan masker saat intervensi diberikan menjadi hambatan saat

penyampaian.

74
BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini menguraikan kesimpulan dari hasil penelitian ini dan pembahasan serta

menyajikan saran untuk ditindaklanjuti dari hasil penelitian ini.

A. Kesimpulan

Berdasarkan tujuan dan hasil penelitian yang ditemukan oleh peneliti,

berikut merupakan kesimpulan dari penelitian yang sudah dilakukan:

B. Hasil penelitian menunjukkan bahwa usia dewasa akhir merupakan usia yang

paling banyak dalam responden ini, dengan sebagian besar pekerjaan sebagai

ibu rumah tangga, ibu rumah tangga memiliki waktu yang lebih banyak dalam

merawat anggota keluarga yang sakit. Pendidikan responden sebagian besar

SMA sehingga memudahkan penerimaan informasi yang disampaikan oleh

peneliti, adapun jenis kelamis responden yang terbanyak adalah perempuan,

dimana perempuan mempunyai naluri keibuan yang tinggi dalam melakukan

perawatan pada anggota keluarganya yang sakit, khususnya dengan masalah

halusinasi pendengaran.

C. Tingkat pengetahuan keluarga sebelum dilakukan pendidikan kesehatan dengan

menggunakan media booklet sebagian besar responden berpengetahuan cukup,

karna kurangnya informasi yang disampaikan namun setelah adanya pemberian

pendidikan kesehatan dengan menggunakan media booklet terjadi peningkatan

pengetahuan menjadi baik, karena adanya pemahaman responden terhadap

informasi yang disampaikan.

75
D. Nilai rata-rata pengetahuan hasil pretest dan posttest dengan peberian

pendidikan kesehatan dengan menggunakan media booklet, menunjukkan

bahwa media booklet efektif meningkatkan pengetahuan keluarga tentang

mengontrol halusinasi pendengaran. Dimana media booklet dapat di gunakan

dalam pemberian pendidikan kesehatan kepada keluarga, oleh karena itu peran

keluarga sangat diperlukan dalam menangani atau mengontrol penderita

dengan halusinasi pendengaran.

E. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilakukan, beberapa saran

peneliti ditujukan sebagai berikut:

1. Puskesmas

Puskesmas dapat menggunakan hasil penelitian ini untuk membuat

program promotif kesehatan melalui pendidikan kesehatan baik kegiatan

di dalam maupun diluar gedung kepada keluarga yang mempunyai

anggota keluarga dengan masalah gangguan jiwa dengan menggunakan

media booklet dalam mengontrol halusinasi pendengaran.

2. Masyarakat

Masyarakat dapat memanfaatkan Puskesmas sebagai fasilitas kesehatan

tingkat dasar untuk melakukan konsultasi, memperoleh informasi

kesehatan, kontrol kesehatan atau pemeriksaan kesehatan baik masalah

kesehatan fisik maupun psikis.

3. Keluarga

Keluarga perlu mempertahankan dan meningkatkan pengetahuannya

dengan cara memanfaatkan layanan kesehatan tentang perawatan anggota


76
keluarga yang mengalami masalah halusinasi pendengaran agar memiliki

sikap dan perilaku yang tepat tentang cara mengontrol halusinasi

pendengaran dirumah.

4. Peneliti Selanjutnya

Pengembangan topik penelitian ini dapat dilakukan mengenai analisis pada

faktor pendukung dan hambatan keluarga dalam mengimplikasikan cara

asuhan keluarga pada anggota keluarga dengan halusinasi pendengaran,

melakukan penelitian tentang metode yang tepat bagi keluarga melakukan

intervensi dirumah pada anggota keluarga dengan halusinasi pendengaran,

atau evaluasi penerapan standar asuhan keperawatan keluarga dengan

halusinasi pendengaran.

77
DAFTAR PUSTAKA

Agus Riyanto. 2011. Buku Ajar Metodologi Penelitian. Jakarta: EGC


A.S Rosa dan Salahuadin M. 2011. Modul Pembelajaran Rekayasa Perangkat
Lunak (Terstruktur dab Berorientasi Objek). Bandung: Modula
A, Wawan & Dewi. 2010. Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap dan Perilaku
Manusa. Yogyakarta: Nuha Medika
Budiman & Riyanto A. 2013. Kapita Selekta Kuesioner Pengetahuan dan Sikap
Dalam penelitian Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika
Buku Saku Standar Asuhan Keperawatan Jiwa. 2017. Jakarta: FKUI
Dharma, Kusuma Kelana. 2011. Metodologi Penelitian Keperawtan: Panduan
Melaksanakan dan Menerapkan Hasil penelitian. Jakarta: Trans Infomedia
Duun, G., 7 Birchwood M. 2009. Improving psychological adjustment following
a first episode of psychosis: A randomised controlled trial of cognitif therapy to
reduce post psychotic trauma symptom. Behaviour Research and Therapy
Friedman, Marilyn M. 2010. Keperawatan Keluarga Teori dan Praktek, Jakarta:
EGC

Friedman. 2010. Buku Ajar Keperawatan Keluarga: Riset, Teori dan Praktik.
Edisi ke-5. Jakarta: EGC
Harmoko. 2012. Asuhan Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Penerbit Pustaka
Pelajar
Hidayat, A. Aziz Alimul. 2012. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik
Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika

Jhonson, L., & Leny, R. 2010. Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Graha Ilmu

Kemenkes RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar; RISKESDAS. Jakarta: Kemenkes RI.

Kusaeri dan Suprananto. 2012. Pengukuran dan Penilaian Pendidikan.


Yogyakarta.: Graha Ilmu
Kusumawati.2010. Psikologi Untuk Keperawatan. Jakarta: EGC.

Kusumawati F & Hartono Y.2010.Buku Ajar Keperawatan Jiwa.Jakarta:Salemba


Medika.

Maulana, Heri D.J . 2009. Promosi Kesehatan. Jakarta : EGC

78
Nasir, Abdul dan, Abdul, Muhith. 2011. Dasar-dasar Keperawatan Jiwa,
Pengantar dan Teori. Jakarta: Salemba Medika
Notoatmodjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta
Notoatmodjo. 2012. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta:
PT.Rineka Cipta
Nursalam. 2013. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika

Saryono. 2011. Metodologi Penelitian Keperawatan. Purwokerto: UPT.


Percetakan dan penerbitan UNSOED
Satmoko S & Astuti. 2006. Pengaruh Bahasa Booklet Pada Peningkatan
Pengetahuan Peternak Sapi Perah tentang Inseminasi Buatan. Jurnal Penyuluhan.
Vol 2.No 2

Simamora, Henry. 2006. Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta:


Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN

Stuart. 2014. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Bandung: Alfabeta


CV
WHO. 2009. Improving health systems and services for mental health (Mental
health policy and service guidance package). Geneva 27, Switzerland: WHO
Press.

Yosep I. 2009. Keperawatan Jiwa. Bandung : Refika Aditama


Yosep, I. 2011. Keperawatan Jiwa. Bandung: PT. Repika Adit
Yosep I. 2010. Keperawatan Jiwa. Bandung:Refia Aditama

79
Lampiran 1

PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN


(INFORM CONSENT)

Dengan Hormat,

Saya Dia Siska, mahasiswi Program Studi S1 Sekolah Tinggi Ilmu


Keperawatan Muhammadiyah Pontianak bermaksud melakukan penelitian yang
berjudul “Pengaruh Penerapan Media Booklet Terhadap Peningkatan Pengetahuan
Keluarga Tentang Mengontrol Halusinasi Di Wilayah Kerja Puskesmas
Kedondong Kabupaten Ketapang”.
Tujuan dalam penelitian ini yaitu mengetahui Pengaruh Penerapan Media
Booklet Terhadap Peningkatan Pengetahuan Keluarga Tentang Mengontrol
Halusinasi Di Wilayah Kerja Puskesmas Kedondong Kabupaten Ketapang.
Segala informasi yang diberikan melalui kuesioner yang telah disusun oleh
peneliti dijamin kerahasiaannya dan peneliti bersedia bertanggung jawab apabila
informasi yang diberikan akan merugikan. Saudara berhak untuk bersedia ataupun
menolak menjadi responden apabila ada pernyataan yang tidak berkenaan.
Sehubungan dengan itu, saya memohon kesediaan saudara untuk ikut
berpartisipasi dalam penelitian ini sebagai responden penelitian dengan mengisi
kuesioner yang akan peneliti berikan. Saudara tidak perlu khawatir akan benar
atau salah jawaban yang saudara berikan. Oleh karena itu, berikanlah jawaban
yang jujur sesuai dengan apa yang saudara ketahui dan rasakan. Atas perhatian
dan kesediaan, saya mengucapkan terima kasih.

Pontianak, 2020

Peneliti

80
Lampiran 2
INFORMED CONSENT PENELITIAN

“Pengaruh Penerapan Media Booklet Terhadap Peningkatan Pengetahuan


Keluarga Tentang Mengontrol Halusinasi Di Wilayah Kerja Puskesmas
Kedondong Kabupaten Ketapang”

Peneliti :

DIA SISKA
NIM. SNR 18213059

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN NON REGULER

SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN MUHAMMADIYAH


PONTIANAK

2019/2020

81
Lampiran 3
LEMBAR PENJELASAN KEPADA RESPONDEN

Saya, Dia Siska, dari mahasiswa STIK MUHAMMADIYAH PONTIANAK akan


melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Penerapan Media Booklet
Terhadap Peningkatan Pengetahuan Keluarga Tentang Mengontrol Halusinasi Di
Wilayah Kerja Puskesmas Kedondong Kabupaten Ketapang”. Penelitian ini
bertujuan mengetahui Pengaruh Penerapan Media Booklet Terhadap Peningkatan
Pengetahuan Keluarga Tentang Mengontrol Halusinasi Di Wilayah Kerja
Puskesmas Kedondong Kabupaten Ketapang”. Penelitian ini membutuhkan 49
responden, dengan menggunakan kuesioner sebagai alat penelitian. Penelitian ini
akan dilaksanakan pada bulan Pebruari 2020 s.d bulan April 2020.

A. Kesukarelaan untuk ikut penelitian


Bapak/Ibu dapat mengikuti dalam penelitian ini tanpa ada paksaan. Bila Bapak/Ibu
sudah memutuskan memberikan izin untuk ikut serta dalam penelitian ini, maka
Bapak/Ibu diharapkan dapat mengisi dan menandatangani lembar persetujuan.
Bapak/Ibu juga dapat mengundurkan diri dalam penelitian ini jika berubah pikiran
atau tidak berkenan untuk dilakukan penelitian.

B. Prosedur Penelitian.
Apabila Bapak/Ibu telah memberikan izin untuk berpatisipasi dalam penelitian ini,
maka akan diminta untuk menandatangani lembar persetujuan sebanyak rangkap
dua, satu untuk Bapak/Ibu simpan, dan satu untuk peneliti. Prosedur selanjutnya
adalah:
1. Bapak/Ibu akan diminta mengisi kuesioner yang dimulai dengan identitas diri
dan pengisian kuesioner.
2. Bapak/ibu dapat bertanya kepada peneliti pada point yang tidak dipahami atau
memerlukan klarifikasi.

C. Kewajiban subjek penelitian

82
Sebagai subjek penelitian, Bapak/Ibu berkewajiban mengikuti aturan atau petunjuk
penelitian seperti yang tertulis diatas. Bila ada yang belum jelas, Bapak/Ibu dapat
bertanya lebih lanjut kepada peneliti.

D. Risiko dan Efek Samping dan penanganannya.


Penelitian ini tidak mempunyai risiko klinis terhadap responden.

E. Manfaat
Keuntungan yang didapatkan adalah diketahui Pengaruh Penerapan Media
Booklet Terhadap Peningkatan Pengetahuan Keluarga Tentang Mengontrol
Halusinasi Di Wilayah Kerja Puskesmas Kedondong Kabupaten Ketapang” ,
sehingga dapat meningkatkan kompetensi, pengetahuan dan pendidikan dalam
memperbaiki kinerja perawat dalam memberikan edukasi pada masyarakat.

F. Kerahasiaan
Semua informasi yang berkaitan dengan indentitas Bapak/Ibu sebagai responden
akan dirahasiakan dan hanya dipergunakan dalam penelitian ini. Hasil penelitian
akan dipublikasikan tanpa indentitas Bapak/Ibu.

G. Kompensasi
Peneliti tidak memberikan kompensasi.

H. Pembiayaan
Semua biaya yang terkait dengan penelitian akan ditanggung oleh peneliti tampa
meminta sedikitpun biaya pada responden.

I. Informasi Tambahan

Bapak/Ibu diberi kesempatan untuk menanyakan semua hal yang belum jelas
sehubungan dengan penelitian ini. Bila sewaktu-waktu membutuhkan
penjelasan lebih lanjut dapat menghubungi peneliti yaitu Dia Siska, pada no.
Hp. 082353917676 atau email dia.siskakdd@gmail.com.

83
Lampiran 4

LEMBAR PERSETUJUAN RESPONDEN UNTUK


KEIKUTSERTAAN DALAM PENELITIAN

Semua penjelasan tentang penelitian yang akan dilakukan oleh Dia Siska, dari
Mahasiswa STIK Muhammadiyah Pontianak tentang “Pengaruh Penerapan
Media Booklet Terhadap Peningkatan Pengetahuan Keluarga Tentang
Mengontrol Halusinasi Di Wilayah Kerja Puskesmas Kedondong Kabupaten
Ketapang” telah disampaikan kepada saya dan semua pertanyaan telah dijawab
oleh peneliti. Saya mengerti bahwa bila memerlukan penjelasan, saya dapat
menanyakan kepada Dia Siska, pada no. Hp. 082353917676 atau email
dia.siskakdd@gmail.com.

Saya sebagai responden :......................(kode diisi oleh peneliti)


SETUJU
Untuk berpatisipasi dalam penelitian ini.

Tanggal :............................................................

Tanda tangan responden :............................................................

Nama responden :............................................................

Tanda tangan saksi :............................................................

Nama saksi :...........................................................

84
PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Setelah dijelaskan maksud dan tujuan penelitian ini, maka saya bersedia menjadi
responden dalam penelitian yang dilakukan oleh saudara:

Nama : Dia Siska


NIM : SNR. 18213059
Alamat: Jalan KS. Tubun NO 03 Ketapang

Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Keperawatan Muhammadiyah Pontianak


Program Studi SI Keperawatan dengan judul “Pengaruh Penerapan Media Booklet
Terhadap Peningkatan Pengetahuan Keluarga Tentang Mengontrol Halusinasi Di
Wilayah Kerja Puskesmas Kedondong Kabupaten Ketapang”. Dengan persetujuan
ini, saya tanda tangani dengan sukarela menjadi responden tanpa paksaan dari
pihak manapun.

No. Responden ( Di isi oleh peneliti )

Pontianak, 2020

Responden
(...........................................)

85
Lampiran 5

KUESIONER PENELITIAN

“Pengaruh Penerapan Media Booklet Terhadap Peningkatan Pengetahuan


Keluarga Tentang Mengontrol Halusinasi Di Wilayah Kerja Puskesmas
Kedondong Kabupaten Ketapang”

Kuesioner A : Karakteristik Responden


Kuesioner B : Tingkat Pengetahuan Keluarga tentang
Mengontrol Halusinasi Pendengaran

86
KUESIONER A
KARAKTERISTIK RESPONDEN

Nomor / Kode Responden : (diisi peneliti)

Tanggal Pengisian : ……/……/………


Alamat : …………………..

Petunjuk Pengisian :
1. Bapak/Ibu, dan saudara sekalian, bacalah terlebih dahulu dengan teliti sebelum
mengisi kuesioner ini
2. Berilah tanda check list pada kolom yang tersedia
3. Jawaban bapak/ibu dan saudara sekalian akan dijamin kerahasiaanya dan tidak
akan berpengaruh terhadap pekerjaan saudara.

A. Data Demografi Keluarga

Nama : ...............................

Jenis Kelamin : laki-laki/perempuan

Umur : ......................tahun

Alamat : ...............................

Agama : ...............................

Pendidikan : ...............................

Pekerjaan : ...............................

Hubungan dengan penderita : ...............................

87
B. KUESIONER
TINGKAT PENGETAHUAN KELUARGA TENTANG MENGONTROL
HALUSINASI PENDENGARAN

Petunjuk Pengisian :

1. Bacalah setiap pertanyaan dengan cermat.


2. Berilah tanda cheklis (✓) pada kolom jawaban yang sesuai dengan pilihan
anda
3. Benar : Jika anda setuju dengan pernyataan
4. Salah : Jika anda tidak setuju dengan pernyataan

Daftar pernyataan Benar Salah


No

1 Halusinasi adalah gangguan panca indera


dalam mempersepsikan sumber yang tidak
nyata.
2 Seseorang yang mengalami kecemasan
berlebihan, kekhawatiran berkepanjangan,
hambatan berinteraksi dengan orang lain
dapat memicu munculnya halusinasi.
3 Orang yang menggunakan narkoba tidak
dapat menimbulkan gejala halusinasi.
4 Orang terlihat bicara sendiri dengan
melihat ke satu arah tanpa ada sumber yang
nyata merupakan gejala halusinasi
pendengaran.
5 Penderita halusinasi mengalami sulit tidur,
sulit kosentrasi, curiga, gelisah.
6 Halusinasi muncul saat penderita tidak
melakukan kegiatan apa-apa.
7 Isi halusinasi dapat mendorong penderita
mencederai diri sendiri, orang lain dan
lingkungannya.
8 Saat keluarga tahu penderita mengalami
halusinasi dengar maka ajarkan penderita
melawan isi halusinasi dengan kata
menolak untuk mendengarnya.
9 Keluarga segera mengurung dalam
ruangan, bila penderita kambuh
halusinasinya.

88
Daftar pernyataan Benar Salah
No

10 Keluarga tidak perlu melibatkan penderita


halusinasi untuk melakukan kegiatan
sehari-hari karena dapat menggangu orang
lain.
11 Penderita halusinasi dengar harus minum
obat secara teratur dan benar.
12 Obat halusinasi berwarna merah muda
(CPZ)
13 Cara minum obat adalah benar penderita,
benar obat, benar dosis, benar cara, benar
waktu.
14 Keluarga mengajarkan penderita berbicara
dengan orang lain saat halusinasinya tidak
muncul.
15 Efek samping minum obat yaitu
mengantuk, gemetar, otot badan kaku.
16 Keluarga harus membimbing penderita
agar bisa minum obat secara mandiri.
17 Bila penderita sudah tidak memperlihatkan
gejala halusinasi, maka obat boleh
dihentikan tanpa anjuran dokter.
18 Dirumah penderita dapat diberikan jadwal
kegiatan harian dengan tetap dipantau oleh
keluarga.
19 Berbicara dengan orang lain dapat
membuat halusinasi penderita tidak
kambuh.
20 Keluarga harus melatih penderita
melakukan aktivitas hariannya.
21 Mandi, merapikan kamar tidur,
membersihkan rumah salah satu aktivitas
harian penderita.
22 Keluarga memantau aktivitas harian
penderita, jika sempat.
23 Keluarga perlu memberikan pujian atas
aktivitas yang telah dikerjakan penderita,
walau belum baik.
24 Menciptakan lingkungan rumah yang
nyaman bagi penderita adalah cara
mengurangi kekambuhan halusinasi.
25 Penderita boleh bergaul dengan orang lain
disekitar rumah dengan didampingi

89
keluarga.
Daftar pernyataan Benar Salah
No

26 Cara berkomunikasi dengan penderita


halusinasi yaitu kontak mata saat bicara,
dengan nada bicara tenang, berikan
sentuhan menenangkan.
27 Keluarga mengambil obat untuk penderita
jika ketersediaan obat dirumah mulai
sedikit.
28 Penderita yang kambuh dengan merusak
lingkungan, mencederai orang lain atau diri
sendiri, segera keluarga membawa ke RSJ
terdekat.
29 Penderita konsultasi ke dokter ke
Puskesmas atau ke RSJ minimal satu bulan
sekali.
30 Keluarga harus berperan aktif selama
penderita halusinasi di rumah.

90
Lampiran 6

KENDALI BIMBINGAN

NAMA MAHASISWA : DIA SISKA

NIM : SNR 18213059

PEMBIMBING I : Ns. TUTUR KARDIATUN, M.Kep

PEMBIMBING II : Ns. SRI ARIYANTI, M.Kep

TANGGAL MATERI BIMBINGAN MASUKAN PARAF


PEMBIMBING

91
Lampiran 7

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

Topik : Halusinasi Pendengaran

Sasaran : Keluarga penderita halusinasi pendengaran di wilayah


kerja

Puskesmas Kedondong Kabupaten Ketapang.

Waktu : 30 menit.

Hari/Tanggal :

Jam : 09.00 WIB

Tempat : Kediaman penderita/keluarga penderita halusinasi


pendengaran.

A. Tujuan

1. Tujuan Umum

Keluarga mampu dalam mengontrol halusinasi pendengaran yang di alami

anggota keluarganya.

2. Tujuan Khusus

a. Keluarga mampu mengetahui tentang pengertian, penyebab, tanda dan

gejala, akibat dan cara mengontrol halusinasi pendengaran serta cara

memanfaatkan fasilitas kesehatan untuk penderita halusinasi

pendengaran.

b. Keluarga mampu menanyakan kembali tentang halusinasi pendengaran.

c. Keluarga mampu menyebutkan cara mengontrol halusinasi pendengaran.

92
B. Metode

Strategi yang digunakan dalam pendidikan kesehatan ini dengan :

1. Ceramah

2. Tanya Jawab

C. Media

Media yang digunakan adalah booklet.

D. Materi.

Terlampir

E. Rencana Penyuluhan

No Waktu Kegiatan Pendidikan Kesehatan Kegiatan Peserta

1. 5 menit Pembukaan : Menjawab salam dan


Memberi Salam dan perkenalan diri menyimak.
Melakukan kontrak waktu, tempat, dan Menyetujui kontrak
menjelaskan tujuan penkes waktu.
Mendengarkan
penjelasan.
2. 15 menit Pelaksanaan : Menyimak dan
a. Menjelaskan isi materi pendidikan memperhatikan.
kesehatan:
Materi : Mengikuti diskusi
1. Pengertian halusinasi pendengaran dan bertanya
2. Penyebab Halusinasi pendengaran
3. Tanda dan gejala halusinasi pendengaran
4. Akibat terjadinya halusinasi pendengaran
5. Cara mengontrol penderita dengan
halusinasi pendengaran
6. Cara memanfaatkan fasilitas kesehatan

b. Melakukan diskusi atau tanya jawab

3. 10 menit Penutup : Menyimak dan


1. Memberikan kesimpulan tentang topik memperhatikan.
penkes Mengucapkan terima
2. Memberikan reinforcement terkait cara kasih.
mengontrol untuk penderita halusinasi Menentukan waktu
3. Melakukan kontrak lanjutan untuk pertemuan berikutnya
pertemuan kedua Menjawab salam
4. Memberikan salam penutup.

93
F. Evaluasi

1. Keluarga dapat berinteraksi dengan baik

2. Keluarga mampu menyimak pemberian pendidikan kesehatan

3. Keluarga mampu menyebutkan pengertian, penyebab, tanda dan gejala dan

akibat halusinasi pendengaran.

4. Keluarga mampu menyebutkan cara mengontrol halusinasi pendengaran.

5. Keluarga mampu menyebutkan cara memanfaatkan fasilitas kesehatan.

6. Kelurah mampu berdiskusi dan bertanya.

7. Keluarga mampu mengikuti proses pemberian pendidkan kesehatan

MATERI PENDIDIKAN KESEHATAN

TENTANG HALUSINASI PENDENGARAN

1. Pengertian

Halusinasi pendengaran adalah gangguan panca indera dalam

mempersepsikan sumber yang tidak nyata.

2. Penyebab halusinasi

a. Faktor fisik: kelelahan, tidal bisa tidur dalam waktu yang sangat lama

b. Faktor emosional: rasa takut, kekhawatiran yang berkepanjangan,

cemas yang berlebihan yang tidak mampu di atasi.

c. Faktor psikologi: kehilangan kasih sayang, kehilangan anggota

keluarga.

d. Faktor Sosial: hilangnya interaksi dengan lingkungan: penderita asik

dengan halusinasinya

94
e. Faktor Spritual: hilangnya hubungan dengan Sang Pencipta, hilangnya

aktifitas ibadah, dan jarang berupaya secara spritual untuk

menyucikan diri dan sering memaki takdir.

3. Tanda dan gejala

a. Mayor

1) Subjektif

a) Menyatakan mendengarkan suara bisikan/ melihat bayangan

b) Merasakan sesuatu melalui indera perabaan, penciuman, atau

pengecapan

2) Objektif

a) Bicara sendiri

b) Mengarahkan telinga kearah tertentu

c) Melihat ke satu arah

b. Minor

1) Subjektif

a) Sulit tidur

b) Khawatir

c) Takut

2) Objektif

a) Afek datar

b) Bosan

c) Menyendiri

95
d) Melamun

e) Konsentrasi buruk

f) Distorsi sensori

g) Disorientasi waktu, tempat, orang, atau situasi.

h) Respon tidak sesuai

i) Curiga

j) Bersikap seolah mendengar sesuatu

k) Melihat ke satu arah

l) Mondar-mandir

4. Akibat

a. Dapat melakukan kekerasan, menciderai diri sendiri, orang lain maupun

lingkungan

b. Keputusasaan

c. Ketidak berdayaan, sehingga perawatan diri kurangasaan

5. Cara merawat penderita halusinasi pendengaran

a. Mengevaluasi tanda-gejala dan karakteristik halusinasi yang dirasakan

b. Memvalidasi kemampuan cara menghardik, cara minim obat dengan

prinsip 7 benar, cara bincang-bincang, dan cara melakukan aktivitas

terjadwal yang sudah dikuasai.

c. Menjelaskan tanda - gejala dan karakteristik halusinasi, penyebab dan

akibat perilaku kekerasan.

d. Menjelaskan dan melatih Pasien cara menghardik

96
e. Menjelaskan dan melatih Pasien minum obat dengan prinsip 7 benar,

keuntungan minum obat dan kerugian tidak minum obat

f. Menjelaskan dan melatih Pasien cara berbincang-bincang

g. Menjelaskan dan melatih Pasien cara beraktivitas terjadwal

h. Keluarga mampu menciptakan lingkungan yang kondusif

1). Menciptakan lingkungan rumah yang nyaman bagi penderita

2). Bergaul dengan orang lain disekitar rumah dengan didampingi

keluarga

3). Berkomunikasi dengan penderita halusinasi dengan kontak mata

saat bicara,

dengan nada bicara tenang, berikan sentuhan menenangkan.

6. Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan untuk

follow up, cara rujukan kesehatan penderita dan mencegah kekambuahn.

a. Penderita yang kambuh dengan merusak lingkungan, mencederai orang

lain atau diri sendiri, segera keluarga membawa ke RSJ terdekat.

b. Penderita konsultasi ke dokter ke Puskesmas atau ke RSJ minimal satu

bulan satu sekali.

c. Keluarga harus berperan aktif selama penderita halusinasi di rumah.

Daftar Pustaka SAK 2107

97

Anda mungkin juga menyukai