Anda di halaman 1dari 22

BUPATI KOTABARU

PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU


NOMOR 26 TAHUN 2014
TENTANG
PERLINDUNGAN, PENGEMBANGAN DAN PEMANFAATAN KESENIAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI KOTABARU,

Menimbang : a. bahwa dengan berkesenian orang dapat memperhalus


budi pekerti dan menumbuhkan pemikiran untuk
berperilaku arif dan bijaksana serta menghasilkan
karya seni yang berguna bagi pengembangan
kesenian pada generasi selanjutnya;
b. bahwa kesenian yang hidup ditengah masyarakat dan
kesenian hasil buah karya masyarakat perlu menjadi
perhatian bersama antara pemerintah daerah, dan
seluruh warga masyarakat;
c. bahwa sesuai dengan lampiran pada huruf q bidang
kebudayaan dan pariwisata Peraturan Pemerintah
Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintah Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah
Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota,
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota berwenang
mengatur tentang perlindungan, pengembangan dan
pemanfaatan kesenian;
d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a, huruf b dan huruf c perlu
menetapkan Peraturan Daerah tentang Perlindungan,
Pengembangan dan Pemanfaatan Kesenian;

Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara


Republik Indonesia Tahun 1945;
2. Undang–Undang Nomor 27 Tahun 1959 tentang
Penetapan Undang-undang Darurat Nomor 3
Tahun 1953 tentang Pembentukan Daerah
Tingkat II di Kalimantan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1953 Nomor 9) sebagai
Undang-Undang (Lembaran Negara Tahun 1959
Nomor 72 Tambahan Lembaran Nomor 1820);
3. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2008 tentang
Pornografi (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2008 Nomor 181, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4928);
-2-

4. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang


Kepariwisataan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 11, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4966);
5. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5234);
6. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005
tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan
Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor
165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4593);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007
tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara
Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan
Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor
82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4737);
9. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang
Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 89,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4741);
10. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2014
tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 32);
11. Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Selatan Nomor
6 Tahun 2009 tentang Pemeliharaan Kesenian Daerah
(Lembaran Daerah Provinsi Kalimantan Selatan
Tahun 2009 Nomor 6, Tambahan Lembaran Daerah
Provinsi Kalimantan Selatan Nomor 5);
12. Peraturan Daerah Kabupaten Kotabaru Nomor 05
Tahun 1991 tentang Penyidik Pegawai Negeri Sipil di
Lingkungan Pemerintah Daerah Kabupaten Kotabaru
(Lembaran Daerah Kabupaten Kotabaru Tahun 1991
Nomor 05 Seri C);
-3-

13. Peraturan Daerah Kabupaten Kotabaru Nomor 19


Tahun 2007 tentang Urusan Pemerintahan Yang
Menjadi Kewenangan Pemerintah Daerah Kabupaten
Kotabaru (Lembaran Daerah Kabupaten Kotabaru
Tahun 2007 Nomor 19);

Dengan Persetujuan Bersama


DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN KOTABARU
dan
BUPATI KOTABARU

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG PERLINDUNGAN,


PENGEMBANGAN DAN PEMANFAATAN KESENIAN.

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :
1. Daerah adalah Kabupaten Kotabaru.
2. Pemerintah Daerah adalah Bupati sebagai unsur
penyelenggara Pemerintahan Daerah yang memimpin
pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi
kewenangan daerah otonom.
3. Bupati adalah Bupati Kotabaru.
4. Dinas adalah Dinas yang lingkup tugas dan
tanggungjawabnya meliputi urusan kepariwisataan.
5. Kesenian adalah hasil cipta rasa manusia yang
memiliki nilai estetika dan keserasian antara
pencipta, karya cipta, dan lingkungan penciptaan.
6. Seni adalah ekspresi individu atau masyarakat yang
mengandung nilai estetika, etika, dan logika yang
diwujudkan melalui gerak ritmis, bunyi, peran, rupa,
atau perpaduan di antaranya.
7. Seni tradisional adalah unsur kesenian yang menjadi
bagian hidup dalam suatu masyarakat tertentu.
8. Pelestarian adalah upaya perlindungan,
pengembangan, dan pemanfaatan kesenian secara
dinamis.
-4-

9. Pelestarian kesenian adalah upaya perlindungan,


pengembangan, dan pemanfaatan kesenian untuk
kesejahteraan masyarakat, kebanggaan nasional,
dan menguatkan jati diri bangsa.
10. Perlindungan kesenian adalah upaya pencegahan
dan penanggulangan yang dapat menimbulkan
kerusakan, kerugian, atau kepunahan karya seni
yang diakibatkan oleh perbuatan manusia ataupun
proses alam.
11. Pengembangan kesenian adalah upaya
meningkatkan kualitas dan kuantitas karya seni
yang hidup di tengahtengah masyarakat tanpa
menghilangkan nilai-nilai yang terkandung di
dalamnya.
12. Pemanfaatan kesenian adalah upaya penggunaan
karya seni untuk kepentingan pendidikan, agama,
sosial, ekonomi, ilmu pengetahuan, teknologi,
budaya, dan kesenian itu sendiri.
13. Kesenian tradisional adalah ekspresi individu atau
masyarakat melalui gerak yang ritmis, bunyi, peran,
rupa, atau perpaduan di antaranya yang
mengandung nilai, norma, dan tradisi yang berlaku
pada masyarakat secara turun temurun.
14. Seniman adalah seorang atau beberapa orang yang
menciptakan, melakukan, menggarap karya seni dan
kegiatan kesenian.
15. Pendidik kesenian adalah tenaga pendidik yang
berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong
belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator,
dan sebutan lain yang sesuai dengan
kekhususannya serta berpartisipasi dalam
menyelenggarakan pendidikan di bidang kesenian.
16. Peneliti kesenian adalah tenaga peneliti perorangan,
kelompok, perguruan tinggi, lembaga swadaya
masyarakat, lembaga swasta, instansi pemerintah,
dan peminat lain yang memiliki kompetensi dan
kewenangan untuk melakukan kajian terhadap
aspek-aspek kesenian secara ilmiah dengan
menggunakan metode yang dapat
dipertanggungjawabkan.
17. Festival kesenian adalah suatu kegiatan yang
menyajikan dan mempertujukkan berbagai bentuk
karya seni yang memiliki kekhasan masing-masing.
18. Pergelaran kesenian adalah kegiatan yang
mempertunjukkan hasil karya seni di tengah
masyarakat.
-5-

19. Pameran seni adalah kegiatan seniman yang


memamerkan karya seni untuk masyarakat.
20. Penyelenggara usaha kesenian adalah pelaku usaha
untuk memajukan kesenian dengan melakukan
kegiatan pengemasan yang bermuara pada
pemasaran karya seni, baik dalam bentuk penataan,
penyantunan, perekaman, maupun penyajian
langsung serta jasa yang bersifat komersial.

BAB II
RUANG LINGKUP

Bagian Kesatu
Umum

Pasal 2
(1) Perlindungan, pengembangan dan pemanfaatan
kesenian diwujudkan dalam bentuk pelestarian
kesenian.
(2) Pelestarian kesenian ditujukan kepada :
a. berbagai bentuk dan jenis kesenian tradisional
maupun nontradisional yang ada, hidup dan
berkembang di daerah;
b. bentuk dan jenis kesenian yang memiliki nilai
bermartabat, menjunjung tinggi norma dan nilai
kehidupan sebagai pengejawantahan dari konsep
keseimbangan hidup dan hubungan dengan Yang
Maha Esa, hubungan sesama manusia dan
hubungan manusia yang selaras dengan
alam/lingkungan atau kearifan lokal; dan
c. bentuk dan jenis kesenian yang menghargai dan
menjunjung hak asasi manusia.

Bagian Kedua
Pemangku Kepentingan Kesenian

Pasal 3
(1) Pemerintah Daerah bertindak selaku pemangku
utama kepentingan kesenian.
(2) Selain Pemerintah Daerah pemangku kesenian
didaerah meliputi :
a. seniman pencipta;
b. penyaji kesenian;
c. pendidik bidang kesenian;
d. peneliti kesenian;
-6-

e. pengamat kesenian selaku kritikus/kurator;


f. dramatur;
g. organisasi/lembaga kesenian daerah; dan
h. masyarakat sebagai pelaku seni atau penikmat
seni.

Bagian Ketiga
Karakteristik Kesenian Tradisional

Pasal 4
Untuk ditetepkan sebagai kesenian daerah harus
memiliki karakteristik:
a. berasal dari masyarakat yang diterima secara turun
temurun berbasis adat istiadat;
b. merupakan ekspresi komunal;
c. digagas dan ditumbuhkan serta dikembangkan oleh
warga daerah dalam bentuk:
1. gerak/tari dan permainan;
2. bunyi-bunyian yang memiliki ciri dan nada
bercorak khusus dari peralatan yang dibuat oleh
masyarakat dengan cara dan metode memainkan
yang khas;
3. tulisan atau lukisan pada media dengan ciri
tersendiri untuk dibaca atau dibacakan; dan
4. Pahatan etnik atau pembuatan benda yang
memiliki nilai seni dan mencerminkan gambaran
masa lalu maupun tradisi budaya daerah dari
masa kemasa;
d. bersifat etnik dengan nilai eksotisme kedaerahan;
dan
e. dapat ditampilkan/dipertontonkan untuk dinikmati
dan oleh orang lain.

Bagian Keempat
Karakteristik Kesenian Nontradisional

Pasal 5
Karakteristik kesenian nontradisional adalah :
a. berasal dari luar daerah atau negara lain dengan
sarana dan prasarana modern yang dapat diterima
oleh masyarakat dan memiliki nilai martabat dan
budaya yang baik;
b. digagas dan dilakukan oleh masyarakat daerah
dalam rangka kegiatan hiburan.
-7-

BAB III
PERLINDUNGAN, PENGEMBANGAN DAN PEMANFAATAN

Bagian Kesatu
Perlindungan

Pasal 6
Setiap kesenian sesuai dengan karakateristik
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 dan Pasal 5
dilindungi keberadaannya oleh Pemerintah Daerah.

Pasal 7
Perlindungan kesenian daerah diarahkan kepada bentuk:
a. Kesenian tradisional :
1. perlindungan dari kerusakan, kerugian atau
kepunahan;
2. perlindungan hak cipta/hak kekayaan intelektual;
b. Kesenian nontradisional :
1. perlindungan dalam bentuk penyelenggaraan
kesenian dalam kegiatan hiburan yang telah
memiliki izin sebagaimana diatur dalam Peraturan
Daerah tentang Kepariwisataan dan Izin
Penyelenggaraan Kepariwisataan;
2. perlindungan terhadap kreativitas positif
penyelenggara atau pelaku seni untuk kesenian
nontradisional.

Bagian Kedua
Pengembangan

Pasal 8
Pemerintah Daerah mengembangkan kesenian tradisional
bersama pemangku kepentingan kesenian sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2).

Pasal 9
(1) Pengembangan kesenian dilakukan dengan maksud
menyempurnakan kesenian tradisional daerah dan
memperkokoh keutuhan bangsa dan negara Kesatuan
Republik Indonesia.
(2) Penyempurnaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan dengan cara perubahan, penambahan atau
penggantian sesuai nilai estetis dan etis yang berlaku
dimasyarakat untuk menghasilkan karya seni yang
berorientasi pada kualitas dan kuantitas.
-8-

Bagian Ketiga
Pemanfaatan

Pasal 10
(1) Kesenian di daerah dimanfaatkan dalam
kapasistasnya untuk :
a. kepentingan pariwisata, sosial, pendidikan,
ekonomi dan ilmu pengetahuan serta teknologi;
b. mempererat tali silaturrahmi dan toleransi antar
komunitas masyarakat;
c. memberdayakan dan meningkatkan apresiasi seni
para pelaku seni didaerah melalui festival,
pagelaran, pameran dan usaha seni; dan
d. memelihara keserasian hubungan antar sektor
didaerah, hubungan dengan pemerintahan antar
daerah atau perwakilan pemerintah dengan negara
lain.
(2) Pemanfaatan kesenian dalam suatu kepentingan
agama wajib dipisahkan dan tidak dicampuradukkan
antar seni dan budaya dengan agama.

BAB IV
DEWAN KESENIAN DAERAH

Pasal 11
(1) Diwilayah daerah dapat dibentuk Dewan kesenian
daerah.
(2) Dewan Kesenian Daerah ditetapkan oleh Bupati
dengan pembinaan dilakukan oleh Kepala Dinas
terkait.

Pasal 12
(1) Kepengurusan Dewan Kesenian Daerah dibentuk
secara demokrasi berdasarkan hasil pemilihan dari
pemangku kepentingan kesenian daerah sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2).
(2) Struktur kepengurusan terdiri dari :
a. Dewan Pembina secara langsung adalah Kepala
Dinas dan Majelis Pertimbangan Seniman;
b. Ketua;
c. Wakil Ketua;
-9-

d. Sekretaris;
e. Anggota.
(3) Dewan Kesenian Daerah ditetapkan oleh Bupati.

Pasal 13
Tugas Dewan Kesenian Daerah meliputi :
a. Kesenian secara umum :
1. melakukan penelitian/pengkajian, diskusi,
seminar dan lokakarya kesenian daerah dengan
mengundang ahli seni (maestro) yang dapat
memberikan ilmu kesenian.
2. membina pelaku seni didaerah untuk lebih kreatif
dan apresiatif dalam memajukan seni.
3. menyelenggarakan pendidikan seni untuk
masyarakat yang berminat; dan
4. membina para pengajar kesenian disekolah dan
merekrut generasi muda yang berpotensi untuk
diberikan pendidikan kesenian sesuai dengan
objek seni yang melekat bakat padanya.
b. Kesenian Tradisional :
1. menginventarisasi kesenian tradisional daerah;
2. memberikan nama atau kriteria dan jenis
kesenian tradisional daerah yang belum dikenal
secara luas;
3. membangun dan mengemas naskah tentang objek
kesenian tradisional daerah; dan
4. menyebarluaskan informasi kesenian tradisional
daerah melalui pagelaran/festival seni dan bentuk
lainnya yang sesuai dengan ruang seni.

Pasal 14
Hasil inventarisasi dan penamaan atau telah ada
namanya, kriteria dan jenis kesenian tradisional
ditetapkan dengan Peraturan Bupati.

BAB V
PENGANGGARAN UNTUK PELESTARIAN
KESENIAN DAERAH

Pasal 15
(1) Pemerintah Daerah berkewajiban menganggarkan dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah untuk
Pelestarian Kesenian Tradisional Daerah dan
berdasarkan rencana kegiatan yang sesuai dengan
kebutuhan dan kemampuan daerah.
-10-

(2) Dinas berkewajiban untuk membuat perencanaan


kegiatan dan usulan anggaran langsung personal dan
nonpersonal dengan jumlah yang ditentukan untuk
penyelenggaraan kegiatan.

Pasal 16
(1) Dalam setiap kegiatan pelaksana kegiatan baik dari
Dinas terkait dan Dewan Kesenian Daerah berhak
mendapatkan honorarium kepanitiaan dan bentuk
lainnya sesuai dengan standar biaya umum daerah.
(2) Kuasa Pengguna Anggaran pada Dinas dilarang
menunda pembayaran atas kegiatan yang telah
terlaksana kepada setiap orang yang berhak.

Pasal 17
Pertanggungjawaban keuangan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 15 dan Pasal 16 sesuai dengan ketentuan
Peraturan Perundang-undangan.

BAB VI
FASILITAS PENGEMBANGAN KESENIAN DAERAH

Pasal 18
(1) Pemerintah Daerah berkewajiban mengadakan gedung
kesenian daerah dengan sarana dan prasarana yang
memenuhi standar untuk kegiatan kesenian.
(2) Pengadaan melalui Dinas.
(3) Rancangan dan desain bangunan gedung memenuhi
kriteria ruang kantor dan ruang pertunjukkan seni,
ruang penyimpanan/pameran benda hasil kesenian
daerah, area parkir yang luas dan sekaligus dapat
diperuntukkan bagi acara seremonial.
(4) Lokasi pendirian bangunan harus strategis, berada
dikawasan kota.

Pasal 19
Gedung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 :
a. dikelola dan dipelihara oleh Dewan Kesenian Daerah
dengan Perjanjian;
b. sebagai pusat kesenian daerah; dan
c. dapat dipergunakan untuk kepentingan urusan
pemerintahan didaerah berdasarkan perintah Bupati
secara langsung atau izin dari Kepala Dinas.
-11-

Pasal 20
(1) Dalam rangka menambah pendapatan daerah yang
diperuntukkan kembali untuk pelestarian kesenian
daerah dan biaya operasional pemeliharaan bangunan
sarana dan prasarananya, Gedung Kesenian Daerah
dapat diperuntukkan bagi penyelenggaraan kegiatan
hiburan, resepsi perkawinan, dan lainnya yang tidak
bertentangan dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku dengan kompensasi pembayaran biaya
sewa oleh orang atau badan yang menyelenggarakan
kegiatan.
(2) Hasil penerimaan sewa dikelola berdasarkan
perjanjian wajib disetorkan ke kas daerah.
(3) Setiap orang yang menyewa gedung wajib diberikan
bukti penerimaan keuangan.

BAB VII
PENDIDIKAN KESENIAN TRADISIONAL DAERAH
PADA SETIAP SEKOLAH

Pasal 21
(1) Dalam rangka pelestarian kesenian daerah dan telah
tersedianya tata naskah pembelajaran kesenian
daerah serta telah diberikan materinya kepada guru
kesenian didaerah, Bupati dapat membuat keputusan
untuk mewajibkan kepada setiap sekolah memuat
materi pembelajaran kesenian daerah.
(2) Jangkauan, arah pembelajaran dan ruang lingkup
materi pemberlajaran mengacu pada naskah
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 huruf b angka
3.

Pasal 22
Pemerintah Daerah dapat melaksanakan rekruitmen
Pegawai Negeri Sipil Daerah untuk ditempatkan sebagai
guru pendidikan kesenian dengan jumlah yang sesuai
guna memenuhi kebutuhan sekolah.

Pasal 23
(1) Dalam hal didaerah tidak terdapat pencapaian atau
pemenuhan syarat yang ditentukan untuk mengisi
formasi sebagai Pegawai Negeri Sipil Guru Pendidikan
Kesenian, Bupati dapat meminta kepada Dewan
Kesenian Daerah untuk menempatkan anggotanya
yang memiliki kemampuan mengajar dan membina
kesenian tradisional daerah.
-12-

(2) Guru perbantuan sebagaimana dimaksud pada ayat


(1) berhak mendapatkan insentif daerah mengajar dan
pergantian biaya lainnya yang dananya dianggarkan
melalui Dinas.

BAB VIII
MISI KESENIAN

Pasal 24
(1) Setiap pengiriman delegasi dibidang kesenian daerah
wajib mendapatkan izin.
(2) Bupati menerbitkan izin pengiriman delegasi kesenian
daerah untuk misi kesenian tradisional keluar daerah
lewat batas Provinsi.
(3) Dalam hal pengiriman delegasi kesenian daerah
ditujukan kedaerah lain dalam batas provinsi izin
cukup diterbitkan oleh Kepala Dinas.

Pasal 25
(1) Penerimaan delegasi asing dibidang kesenian wajib
mendapatkan izin terlebih dahulu dari Bupati.
(2) Perwakilan atau penyelenggara yang mengirim
delegasi untuk mendapatkan izin Bupati wajib
memenuhi persyaratan, sebagai berikut:
a. memberikan keterangan maksud dan tujuan
kedatangan;
b. identitas peserta delegasi yang datang;
c. waktu dan lamanya kedatangan delegasi; dan
d. perizinan masuk negara Indonesia.
(3) Dalam hal delegasi yang datang telah mendapatkan
izin atau kerjasama antar Pemerintah Indonesia
dengan Negara Asing persyaratan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) tidak diperlukan perwakilan
cukup menyerahkan keterangan dari Kementerian
Luar Negeri Indonesia perihal maksud dan tujuan
delegasi.

Pasal 26
(1) Pengiriman misi kesenian dalam rangka kerjasama
luar negeri skala daerah harus terlebih dahulu
mendapatkan rekomendasi dari Dewan Kesenian
Daerah.
-13-

(2) Rekomendasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


merupakan penilaian atas rencana, persiapan, bentuk
seni yang dibawa atau dipertontonkan, personil yang
dipilih memiliki keahlian sesuai dengan misi.
(3) Dewan Kesenian Daerah bertanggungjawab kepada
Bupati atas pemberian rekomendasi guna menjaga
kredibilitas daerah.

BAB IX
SENIMAN

Pasal 27
(1) Seniman berhak untuk berekspresi dan berkreasi seni
dengan tetap mentaati peraturan perundang-
undangan.
(2) Pemerintah daerah berkewajiban memfasilitasi,
memberikan kemudahan dan perlindungan untuk
para seniman dalam mempresentasikan,
mempertunjukkan dan atau memamerkan hasil
karyanya melalui Dewan Kesenian Daerah pada
Gedung Kesenian Daerah atau tempat terbuka yang
dapat menjadi hiburan dan atau menambah wawasan
masyarakat daerah.

BAB X
PENGHARGAAN/ANUGERAH SENI

Pasal 28
(1) Pemerintah Daerah berkewajiban memberikan
penghargaan/anugerah seni kepada orang-orang yang
berjasa dalam pelestarian kesenian didaerah.
(2) Bentuk penghargaan disesuaikan dengan jasa atau
memperhatikan pada sisi ekonomi orang
bersangkutan untuk dibantu dari segi ekonomi dalam
rangka memenuhi kebutuhan hidupnya berwujud
bantuan biaya, sarana dan prasarana yang
mendukung kreativitasnya atau hibah rumah tempat
tinggal.
-14-

BAB XI
SANGGAR SENI

Pasal 29
(1) Setiap orang diwilayah daerah berhak membentuk
sanggar seni dengan hasil berupa karya seni dan
kegiatan kesenian yang bernilai positif.
(2) Sanggar seni wajib didaftarkan kepada Dinas.
(3) Pembentukan dan pendaftaran sanggar seni diberikan
kemudahan dan dukungan oleh Pemerintah Daerah
dengan berada dibawah pengawasan Dewan Kesenian
Daerah.
(4) Syarat pendaftaran cukup dengan identitas
penanggungjawab dan deskripsi kegiatan seni yang
akan dikembangkan.
(5) Dinas dan Dewan Kesenian Daerah wajib memberikan
ruang dan fasilitas serta mendorong gelar seni dari
sanggar-sanggar didaerah.

BAB XI
PERANSERTA MASYARAKAT DAN PELAKU USAHA
DALAM MEMAJUKAN KESENIAN TRADISIONAL DAERAH

Pasal 30
(1) Setiap orang atau badan yang menyelenggarakan
kegiatan acara resmi atau hiburan harus memberikan
kontribusi untuk menampilkan kesenian tradisional
daerah.
(2) Setiap usaha yang berhubungan dengan
kepariwisataan, tempat hiburan, jasa perhotelan
diharuskan untuk berkontribusi memajukan kesenian
tradisional daerah.

Pasal 31
Masyarakat wajib melindungi kesenian tradisional daerah
dan turut serta dalam memajukannya.

BAB XII
PENGAWASAN

Pasal 32
Untuk melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan
Peraturan Daerah ini ditugaskan kepada Kepala Dinas
atau Pejabat yang ditunjuk oleh Bupati.
-15-

Pasal 33
(1) Disamping pemerintah daerah, pengawasan juga
dilakukan oleh masyarakat dalam bentuk peran
serta masyarakat dalam pelestarian kesenian, yang
berupa:
a. memantau dan menjaga ketertiban
penyelenggaraan;
b. menyampaikan pendapat dan pertimbangan
kepada instansi yang berwenang terhadap
pelestarian kesenian daerah; dan
c. melaksanakan gugatan perwakilan terhadap hak
cipta/milik intelektual kesenian daerah yang
diambil oleh pihak lain.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai peran masyarakat
dalam pelestarian kesenian daerah mengikuti
ketentuan dan peraturan yang berlaku.

BAB XIII
SANKSI ADIMINISTRATIF

Pasal 34
Setiap sekolah yang tidak melaksanakan ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 setelah adanya
Keputusan Bupati dapat diberikan sanksi administratif.

Pasal 35
Pengiriman delegasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal
24 yang tidak atas izin/sepengetahuan Bupati atau
Pejabat yang ditunjuk dapat dikenakan sanksi
administratif.

Pasal 36
Setiap pembentukan sanggar seni dalam jangka 1 (satu)
tahun setelah didirikan tidak melakukan pendaftaran
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 dapat dikenakan
sanksi administratif.

Pasal 37
Setiap orang atau badan yang tidak memenuhi ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 dengan
ketentuan lebih dari 3 (tiga) kali kegiatan tidak
memberikan kontribusi bagi pengembangan kesenian
tradisional daerah dapat diberikan sanksi administratif
termasuk jenis usaha sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 31.
-16-

Pasal 38
(1) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 34 dapat berupa :
a. Institusional :
1. peringatan tertulis;
2. penghentian/peniadaan bantuan dari
Pemerintah Daerah.
b. Personal penanggungjawab sekolah;
1. peringatan tertulis;
2. penundaan dalam kenaikan pangkat/jabatan.
(2) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 35, Pasal 36 dan Pasal 37 dapat berupa :
a. peringatan tertulis;
b. pembatasan kegiatan;
c. penghentian sementara kegiatan;
d. pembekuan izin; dan
e. pencabutan izin.
(3) Jenis pengenaan sanksi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dan ayat (2) ditentukan oleh berat dan
ringannya pelanggaran yang dilakukan.

BAB XIV
KETENTUAN KHUSUS

Pasal 39
(1) Dalam rangka melindungi, mengembangkan dan
pemanfaatan kesenian tradisional daerah, untuk
penyelenggaraannya kesenian tradisional daerah yang
dilakukan oleh orang atau badan dalam bentuk
pameran, festival, pagelaran tidak dikenakan pajak
atau retribusi termasuk pungutan administrasi
perizinan.
(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya
diberlakukan dalam hal kegiatan murni secara
keseluruhan adalah kesenian tradisional daerah atau
bukan selingan/pengisi kegiatan.
(3) Dalam hal kegiatan kesenian tradisional menjadi
bagian dari kegiatan hiburan, terhadap
penyelenggaraannya dapat diberikan keringanan pajak
atau retribusi atau peniadaan pungutan pajak atau
retrbusi.
-17-

BAB XV
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 40
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan
pengundangan Peraturan Daerah ini dengan
penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten
Kotabaru.

Ditetapkan di Kotabaru
pada tanggal 31 Desember 2014
BUPATI KOTABARU,

ttd

H. IRHAMI RIDJANI

Diundangkan di Kotabaru
pada tanggal 31 Desember 2014
SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN KOTABARU,

ttd

H. SURIANSYAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU TAHUN 2014


NOMOR 26

NOREG PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU, PROVINSI


KALIMANTAN SELATAN : ( 207 / 2014 )
-1-

PENJELASAN
ATAS
PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU
NOMOR 26 TAHUN 2013
TENTANG
PERLINDUNGAN, PENGEMBANGAN DAN PEMANFAATAN KESENIAN

I. UMUM
Seni dan budaya adalah unsur bermasyarakat. Potensinya dapat
mendukung perkembangan ilmu pengetahuan dan pariwisata di daerah.
Kesenian tradisional merupakan kekayaan yang ada dalam komunitas
masyarakat lokal, keberadaannya sangat bergantung dengan intensitas
pertunjukkan, dikhawatirkan lambat laun kesenian tradisional semakin
pupus ditelan jaman dan masuknya kesenian modern yang digemari oleh
generasi muda. Pemerintah daerah perlu memberi perhatian yang serius
bagi upaya pelestarian seni tradisional karena dengan seni dapat
mendatangkan nilai lebih bagi daerah termasuk peningkatan
perekonomian masyarakat. Utamanya seni akan memperhalus budi
pekerti orang sehingga orang mencapai suatu kearifan dan kebijaksanaan
dalam bertindak dan berperilaku ditengah masyarakat.
Kabupaten Kotabaru dengan kemajemukannya dimana terdapat
berbagai macam etnis/suku yang menempati ruang wilayah tentunya
kaya dengan kesenian tradisional yang dapat memberikan nuansa
menarik bagi kehidupan masyarakat apabila dilestarikan, sejauh ini
belum ada peraturan di daerah yang merupakan dasar pijakan untuk
kegiatan pelestarian kesenian tradisional daerah. Untuk itu perlu
membentuk Peraturan Daerah tentang Perlindungan, Pengembangan dan
Pemanfaatan Kesenian didaerah dengan tetap memperhatikan pada aspek
kesenian modern yang mengisi ruang kesenian didaerah dengan
menimbangnya sebagai kesenian yang bermartabat untuk ada disamping
kesenian tradisional.

II. PASAL DEMI PASAL

Pasal 1
Cukup jelas.

Pasal 2
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Pasal 3
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Pasal 4
Cukup jelas.
-2-

Pasal 5
Cukup jelas.

Pasal 6
Cukup jelas.

Pasal 7
Perlindungan hak cipta/hak kekayaan intelektual, Pemerintah
Daerah berdasarkan kesenian tradisional yang tidak diketahui siapa
penggagas atau penemunya (anonim) dapat mengajukan
pendaftaran langsung untuk melindungi keberadaan kesenian
daerah atau memfasilitasi warga daerah yang memilikinya.
Untuk kesenian nontradisional perlindungan diarahkan pada
kegiatan pertunjukkan sebagaimana keberadaannya dalam konteks
hiburan dan terkait dengan izin (legalitas pelaksanaannya) di
daerah.

Pasal 8
Cukup jelas.

Pasal 9
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas

Pasal 10
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas

Pasal 11
Ayat (1)
Pembentukan Dewan Kesenian Daerah diperlukan sebagai
wadah bagi masyarakat seni didaerah mengorganisir
keberadaan mereka dan memiliki hak dalam pemerintahan.
Ayat (2)
Cukup jelas

Pasal 12
Ayat (1)
Pemerintah daerah memfasilitasi dengan mengundang
seluruh stakehoulder kesenian didaerah dan melakukan rapat
musyawarah untuk membentuk Dewan Kesenian Daerah
dengan mencari calon-calon yang memiliki integritas dan
loyalitas serta kredibilitas untuk jujur dan komitmen dalam
melaksanakan tugas membantu Pemerintah Daerah dalam
pelestarian kesenian di daerah.
Ayat (2)
Dewan Kesenian Daerah tidak memiliki Pengelola Keuangan
karena berada dalam pembinaan Dinas Pemuda, Olahraga,
Pariwisata dan Kebudayaan Daerah dengan pendanaan diatur
dalam Anggaran Dinas.
-3-

Ayat (3)
Cukup jelas
Ayat (4)
Cukup jelas

Pasal 13
Mendatangkan ahli seni (maestro) dalam kapasistasnya menilai
terhadap kesenian daerah untuk memberikan suatu pencerahan
dan pengembangan teknis tata cara dan hal lainnya yang bersifat
positif agar kesenian menjadi lebih dinamik dan disukai orang.

Pasal 14
Cukup jelas.

Pasal 15
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas

Pasal 16
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas

Pasal 17
Cukup jelas.

Pasal 18
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Ayat (4)
Cukup jelas

Pasal 19
Cukup jelas.

Pasal 20
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas

Pasal 21
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
-4-
Pasal 22
Cukup jelas

Pasal 23
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas

Pasal 24
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas

Pasal 25
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas

Pasal 26
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas

Pasal 27
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas

Pasal 28
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Penghargaan sampai kepada hibah rumah tempat tinggal
merupakan penghargaan bernilai besar yang hanya diberikan
kepada para seniman yang memang dalam hidupnya tidak
mementingkan kebutuhan primer dan benar-benar
mengabdikan diri sebagai seniman didaerah serta
menghasilkan karya-karya monumental bagi daerah.

Pasal 29
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
-5-
Ayat (4)
Cukup jelas
Ayat (5)
Cukup jelas

Pasal 30
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas

Pasal 31
Cukup jelas

Pasal 32
Cukup jelas

Pasal 33
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas

Pasal 34
Cukup jelas

Pasal 35
Cukup jelas

Pasal 36
Cukup jelas

Pasal 37
Cukup jelas

Pasal 38
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas

Pasal 39
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas

Pasal 40
Cukup jelas

TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU


NOMOR 17

Anda mungkin juga menyukai