Anda di halaman 1dari 40

makalah strategi

SISTEM PANGAN
BERKELANJUTAN
INDONESIA
This publication was produced with the financial support of the European Union.
Its contents are the sole responsibility of the author and do not necessarily reflect the views of the European Union.
makalah strategi
SISTEM PANGAN
BERKELANJUTAN
INDONESIA

Penyusun:

Ario Tranggono
Chandra Wirman
Any Sulistiowati
Teten Avianto

Penyusunan makalah strategi ini melibatkan partisipasi aktif


dari para pemangku kepentingan pangan, melalui workshop,
focus group discussion, wawancara, dan dialog.

2019

Keterangan Foto Cover: Masakan lokal masyarakat adat Lundayeh di Krayan, Kalimantan Utara • Sumber foto: Cristina Eghenter

Sumber foto: Ario Tranggono


Makalah Strategi Sistem Pangan Berkelanjutan Indonesia

Kata Pengantar Kata Pengantar


Duta Besar Uni Eropa untuk Indonesia dan Brunei Darussalam Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan
Pembangunan Nasional (Bappenas) Republik Indonesia
Sistem pangan berkelanjutan, yang menjamin ketersediaan akses inklusif, produksi dan konsumsi berkelanjutan,
serta meminimalkan kehilangan pangan dan mengurangi limbah makanan adalah prioritas bagi Indonesia dan
Uni Eropa. Pemerintah Indonesia telah berkomitmen untuk mencapai target Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB)
atau yang dikenal dengan Sustainable Development Goals (SDGs). Komitmen tersebut ditunjukkan dengan
Beberapa waktu yang lalu Uni Eropa mengumumkan ‘Kesepakatan Hijau Eropa’, yang menjadi landasan bagi Uni mengarusutamakan dan menyelaraskan indikator pencapaian target TPB/SDGs dengan strategi dan prioritas
Eropa menuju transisi hijau. Hal tersebut akan dicapai dengan mengembangkan potensi ekonomi hijau, sirkular pembangunan nasional yang tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN)
dan rendah karbon secara adil dan inklusif untuk semua lapisan masyarakat. Dunia dihadapkan dengan semakin dan Rencana Kerja Pemerintah (RKP). Namun dalam pelaksanaannya, diperlukan sinergi dan kolaborasi dari
langkanya sumber daya alam, untuk itu ‘melakukan lebih banyak hal dengan lebih sedikit sumber daya’ telah para pemangku kepentingan terkait, baik di tingkat nasional maupun lokal. Pentingnya peran dan kemitraan
menjadi tantangan utama bagi pihak produsen dan konsumen. Untuk mengatasi tantangan tehadap perubahan multipihak ini juga diamanatkan dalam Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 59 Tahun 2017 tentang Pelaksanaan
global yang di akibatkan oleh perubahan iklim dan diiringi oleh meningkatnya laju konsumsi energi dan sumber Pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB/SDGs).
daya, Uni Eropa telah melahirkan serangkaian kebijakan dan tindakan yang diarahkan untuk meningkatkan pola
konsumsi dan produksi yang berkelanjutan. Dalam kerangka Kesepakatan Hijau tersebut, strategi kami yakni ‘Farm Bagi Indonesia, sektor pangan selalu diposisikan sebagai prioritas pembangunan nasional. Undang Undang
to Fork’ betujuan untuk menciptakan sistem penyediaan pangan yang adil, sehat, dan ramah lingkungan. Strategi Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan mengamanatkan bahwa penyelenggaraan pangan dilakukan untuk
ini adalah pembuka jalan untuk merumuskan kebijakan pangan yang berkelanjutan di Eropa secara lebih luas lagi. memenuhi kebutuhan dasar manusia yang memberikan manfaat secara adil, merata, dan berkelanjutan
berdasarkan kedaulatan pangan, kemandirian pangan, dan ketahanan pangan nasional. Untuk itu perlu
Masalah pangan adalah sebuah tantangan global yang nyata dan hanya dapat diatasi bersama. Uni Eropa diwujudkan sebuah sistem pangan berkelanjutan yang mampu terap, sesuai dan memadai dengan kondisi
dan Indonesia berkomitmen untuk membangun kerja sama untuk memenuhi komitmen global sesuai Agenda praktik pangan di Indonesia dengan memastikan bahwa seluruh pemangku kepentingan termasuk kelompok
2030 dan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs). Dalam semangat SDG 12 yakni ‘Menjamin pola produksi rentan memperoleh akses dan terlibat aktif dalam sistem dan praktik pangan di Indonesia, sejalan dengan
dan konsumsi yang berkelanjutan’, Uni Eropa mendukung rantai pasok dan pelaku-pelaku usaha hijau melalui semangat inklusif yang diamanatkan oleh TPB/SDGs.
program SWITCH Asia. Program yang diluncurkan pada tahun 2007 ini, bertujuan untuk mendorong transisi
negara-negara di Asia, termasuk Indonesia, menuju negara yang rendah karbon, menggunakan sumber daya Makalah Strategi Sistem Pangan Berkelanjutan Indonesia merupakan dokumen yang dihasilkan melalui proses
secara efisien, dan ekonomi sirkular dengan melibatkan sektor industri, konsumen, lembaga keuangan dan partisipatif oleh para pemangku kepentingan sistem pangan Indonesia yang meliputi unsur pemerintah, pelaku
pemerintah di tingkat nasional. usaha, akademisi, media dan organisasi kemasyarakatan yang berkolaborasi dalam sebuah platform untuk
Sistem Pangan Berkelanjutan Indonesia. Inisiatif ini bertujuan untuk memperkuat pelaksanaan Undang Undang
Melalui hibah Uni Eropa sebesar 2 juta euro (atau sekitar 33,2 milyar rupiah), proyek ‘Local Harvest: Promosikan Pangan terutama dalam aspek perencanaan pangan untuk mendorong tercapainya indikator Skor Pola Pangan
Konsumsi yang Adil Berkelanjutan dan Sistem Pangan Lokal’, mendukung pola transformasi konsumsi dan Harapan yang berbasis pada keanekaragaman lokal seperti yang tercantum dalam RPJMN 2020–2024.
produksi pangan secara berkelanjutan sebagai sebuah solusi untuk mencapai upaya ketahanan pangan yang
berkedaulatan untuk mencapai kesejahteraan. Secara eksplisit dokumen ini menegaskan pentingnya mengarusutamakan prinsip prinsip keberlanjutan di
dalam praktik pangan di Indonesia dengan berbasis pada keanekaragaman pangan lokal dan kebutuhan gizi,
Salah satu hasil dari proyek ini adalah makalah strategi tentang Sistem Pangan Berkelanjutan Indonesia, serta memastikan akses yang inklusif ke sumber-sumber pangan bagi seluruh masyarakat Indonesia tanpa
yang disusun melalui serangkaian lokakarya dan forum dialog dengan keterlibatan dari perwakilan beberapa terkecuali. Dokumen ini diharapkan dapat menjadi salah satu referensi dalam penyusunan perencanan pangan
kementerian dan lembaga pemerintah Indonesia seperti Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional di Indonesia serta implementasinya melalui kemitraan multipihak baik di tingkat nasional dan lokal.
(BAPPENAS), Kementerian Pertanian (KEMENTAN), Kementerian Perindustrian (KEMENPERIN), Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Kementerian Keuangan Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berpartisipasi aktif dan berkontribusi dalam
(KEMENKEU), Kementerian Pertanian (KEMENTAN) serta Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) penyusunan makalah strategi ini. Semoga inisiatif ini dapat mendorong koordinasi, kolaborasi dan sinergi antara
Nasional. Makalah strategi ini memberikan gambaran tentang siklus hidup pangan di Indonesia, mengidentifikasi para pemangku kepentingan untuk memperkuat sistem pangan Indonesia dan memastikan pencapaian Agenda
tantangan dan hambatan dan memberikan landasan dalam perumusan strategi dan inovasi untuk meningkatkan 2030 untuk Tujuan Pembangunan Berkelanjutan
kinerja manajemen sistem pangan di Indonesia.

Saya harap kita semua dapat belajar dari makalah strategi ini, dan dapat menjadi sebuah masukan bagi Jakarta, Desember 2019
perumusan kebijakan pemerintah dan belajar lebih jauh lagi mengenai pendekatan-pendekatan baru bagi
pelaku usaha pangan dan konsumen. Makalah ini juga akan membantu kita untuk terus bekerja sama dalam Anang Noegroho
meningkatkan produksi dan konsumsi pangan yang berkelanjutan di Indonesia serta membawa Indonesia Direktur Pangan dan Pertanian
menuju pencapaian SDGs di tahun 2030. Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional

Jakarta, Desember 2019

Vincent Piket
Duta Besar Uni Eropa untuk Indonesia dan Brunei Darussalam
Makalah Strategi Sistem Pangan Berkelanjutan Indonesia

Kata Pengantar
Hivos
Daftar Isi
Atas nama Hivos, merupakan kebahagiaan bagi saya dapat memberikan kata pengantar untuk Makalah Strategi
Sistem Pangan Berkelanjutan Indonesia yang mendokumentasikan kompleksitas sistem pangan Indonesia serta
memberikan rekomendasi untuk memperkuatnya. Makalah strategi ini merupakan hasil dari rangkaian lokakarya
dan wawancara mendalam dengan beberapa pemangku kepentingan kunci dalam sistem pangan yang dilakukan Sembilan Rekomendasi Pangan 10
selama tahun 2019 oleh Platform Pemangku Kepentingan Sistem Pangan Berkelanjutan Indonesia. Platform ini Berkelanjutan Indonesia
dibentuk atas kerja sama dengan Direktorat Pangan dan Pertanian Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
(BAPPENAS) dalam kerangka implementasi dua proyek yang dilaksanakan oleh Hivos dan para mitranya yaitu
proyek Switch Asia Local Harvest yang didanai oleh Uni Eropa dan Sustainable Diets for All (SD4All) yang didukung
oleh Pemerintah Belanda. Pendahuluan 12

Sustainable Food (Pangan Berkelanjutan) adalah salah satu area program tematik Hivos yang bertujuan untuk
menyediakan akses pangan yang memadai, terjangkau, dan sehat bagi semua orang, termasuk bagi konsumen
berpenghasilan rendah, serta dapat menciptakan peluang ekonomi yang substansial dan memberikan dampak Pangan Berkelanjutan Sebagai 28
positif bagi lingkungan. Area tematik ini berkontribusi pada pencapaian target Tujuan Pembangunan Berkelanjutan Tujuan Bersama
(TPB), terutama Tujuan 2 (tanpa kelaparan) dan Tujuan 12 (konsumsi dan produksi yang bertanggung jawab).

Dalam mewujudkan tujuan program tematiknya, Hivos menerapkan strategi 3 langkah yang meliputi: bekerja sama
dengan para pelopor (front runners), menciptakan solusi melalui pelibatan berbagai pemangku kepentingan, serta Sistem Pangan Berkelanjutan 38
lobi & advokasi / memengaruhi kebijakan. Seluruh pendekatan ini secara umum, dan pelibatan multi-pihak secara Indonesia - SPBI
khusus telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari implementasi proyek dan platform yang disebutkan di
atas. Pengalaman Hivos secara global melalui kerjanya di lebih dari 25 negara yang tersebar di 5 wilayah dunia
dalam menerapkan strategi ini memberikan nilai tambah yang signifikan bagi pekerjaan Hivos bersama mitra
dan pemangku kepentingan lainnya di Indonesia. Kami sangat menghargai komitmen dan dukungan yang kuat
dari pemerintah Indonesia, khususnya Direktorat Pangan dan Pertanian BAPPENAS, terhadap inisiatif pemangku Roadmap Pangan Berkelanjutan 64
kepentingan multi-pihak untuk mencapai target TPB. Indonesia 2020-2024

Kami berharap makalah strategi ini dapat digunakan sebagai salah satu referensi untuk mengembangkan
rencana dan kebijakan yang terkait dengan sistem pangan di Indonesia, dan platform ini akan dilanjutkan sebagai
media untuk berbagi pengalaman dan praktik terbaik, meningkatkan kerjasama untuk mendapatkan solusi, dan
meningkatkan efektivitas kegiatan untuk mencapai target TPB. Kolaborasi ini sendiri merupakan perwujudan dari Penutup 71
TPB 17 (kemitraan untuk mencapai tujuan).

Saya ingin menggunakan kesempatan ini untuk mengucapkan terima kasih kepada Uni Eropa atas dukungannya,
BAPPENAS dan pemangku kepentingan lainnya yang secara aktif berpartisipasi dalam penyusunan makalah
strategi ini, serta mendukung kegiatan platform. Akhir kata, saya ingin mengundang pemangku kepentingan
lainnya untuk berpartisipasi dalam langkah selanjutnya karena inisiatif awal ini tidak akan maju tanpa implementasi
bersama.

Jakarta, Desember 2019

Biranchi Upadhyaya
Direktur Regional
Hivos Hub Asia Tenggara
Makalah Strategi Sistem Pangan Berkelanjutan Indonesia

Ucapan
Terima Kasih

Penyusunan makalah strategi ini melibatkan berbagai pemangku kepentingan pangan yang relevan. Kami
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada para narasumber dan kontributor yang telah
memungkinkan terselesaikannya makalah ini. Narasumber dan kontributor yang telah sangat membantu dan
berpartisipasi aktif tersebut adalah:

INSTITUSI PEMERINTAH LEMBAGA INTERNASIONAL CSO SEKTOR SWASTA


• Anang Noegroho (Bappenas) • Ria Noviari Butarbutar (Delegasi Uni Eropa) • Cristina Eghenter (WWF Indonesia) • Irwan S. Widjaja (GAPMMI)
• Nono Rusono (Bappenas) • Robert de Groot (Hivos) • Dede Krishnadianty (WWF Indonesia) • Wahyudi (APRINDO)
• Jarot Indarto (Bappenas) • Miranda (Hivos) • Elisabeth Diana Supit (WWF Indonesia) • Al Wiratmo (FAO-IBCSD)
• Zulfriandi (Bappenas) • Silvana Paath (Hivos) • Arum Kinasih (WWF Indonesia) • Akim Dharmawan (SUN Sekretariat- Bappenas)
• Susilawati (Bappenas) • Gita Meidita (Hivos) • Jusupta Tarigan (NTFP-EP Indonesia) • Mila (Borneo Chic)
• Dyah Sudihastuti (Bappenas) • Mia D Mochtar (Hivos) • Merry Tobing (NTFP-EP Indonesia) • Corey Perneida (Karisman)
• M. Rifqi (Bappenas) • Julia Theresya (Hivos) • Marolop SM Manalu (AMAN) • Cisya (Karisman)
• Ira Widya Z (Bappenas) • Arum Pratiwi (Hivos) • Feri Nur O (AMAN)
• Tejaningsih (Bappenas) • Henriette Imelda (Hivos) • Mina Susana Setra (AMAN)
• Prajogo Utomo Hadi (Policy Lab Bappenas) • Laily Himayati (Hivos) • Andre Baharamin (AMAN) INSTITUSI PENDIDIKAN/RISET
• Dian Sukmayani (Policy Lab Bappenas) • M. Rianto Utama (Hivos) • Muhammad Ruslan Keba (ASPPUK) • Drajat Martianto (IPB)
• Jhon Hendra (BKP) • Nanda Sihombing (Hivos) • MH. Firdaus (ASPPUK) • Rina Agustina (HNRC IMERI, UI)
• Agoes Rahadi (BKP) • Rahmat Adinata (Hivos) • Hartaty (ASPPUK) • Hanifa (HNRC IMERI, UI)
• Dhany Hermansyah (OKKP BKP) • Rinto Andriono (Hivos) • Suporahardjo (Tanoker) • Wanda Lasepa (HNRC IMERI, UI)
• Agatha Intan W (Kemenperin) • Aang Sutrisna (GAIN) • Nurhadi (Tanoker) • Erfi Prafiantini (HNRC IMERI, UI)
• Alvita (Kemenperin) • Jony Chandra (GAIN) • Puji Sumedi (Kehati) • Ronnie S. Natawidjaja (Center for Sustainable
• Hendy Yudyanto (Kemenperin) • Said “Ayip” Abdullah (KRKP) Food Studies Unpad)
• Hasnawir (KLHK) • Santi Handayani (PLAN) • Zuzy Anna (SDGs Center Unpad)
• Nurmayanti (KLHK) • Bibong W (Alifa)
• Dwika Darinda (Kemenkeu) • Djoko Prakoso (Alifa)
• Reni Pratiwi (KKP) • Wahyu Widayat (WAIBI) MEDIA
• Dewi Ekasari (KKP) • Kimpul (WAIBI) • Jekson Simanjuntak (AJI Jakarta)
• Emmy (BPOM) • Ayi Ardisastra (WAIBI)
• Faisal Tachir (Bappelitbang kota Bandung)
• Hendra Feryanto (Bappelitbang kota Bandung) JARINGAN
• Dedi Triadi (Agri ProFocus)
• Maula Paramitha (Agri ProFocus)
• Tasnim AS (Agri ProFocus)
• Darminto Taebeno (Agri ProFocus)
• Wim Goris (Agri ProFocus)
• Christine Effendy (GBDI)

6 7
Makalah Strategi Sistem Pangan Berkelanjutan Indonesia

Daftar
Istilah Pangan

Pangan adalah segala sesuatu yang berasal Keamanan Pangan adalah kondisi Nelayan adalah warga negara Indonesia, Lahan Pertanian adalah bidang lahan
dari sumber hayati produk pertanian, perkebunan, dan upaya yang diperlukan untuk mencegah baik perseorangan maupun beserta yang digunakan untuk usaha pertanian. (UU 41/2009)
kehutanan, perikanan, peternakan, perairan, Pangan dari kemungkinan cemaran biologis, keluarganya yang mata pencahariannya
dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah kimia, dan benda lain yang dapat mengganggu, melakukan penangkapan ikan. (UU 18/2012)
yang diperuntukkan sebagai makanan atau merugikan, dan membahayakan kesehatan Lahan Pertanian Pangan
minuman bagi konsumsi manusia, termasuk manusia serta tidak bertentangan dengan Berkelanjutan adalah bidang lahan
bahan tambahan Pangan, bahan baku Pangan, agama, keyakinan, dan budaya masyarakat Pembudi Daya Ikan adalah warga pertanian yang ditetapkan untuk dilindungi dan
dan bahan lainnya yang digunakan dalam proses sehingga aman untuk dikonsumsi. (UU 18/2012) negara Indonesia, baik perseorangan maupun dikembangkan secara konsisten guna menghasilkan
penyiapan, pengolahan, dan/atau pembuatan beserta keluarganya yang mata pencahariannya pangan pokok bagi kemandirian, ketahanan,
makanan atau minuman. (UU 18/2012) membesarkan, membiakkan, dan/atau dan kedaulatan pangan nasional. (UU 41/2009)
Produksi Pangan adalah kegiatan memelihara ikan dan sumber hayati perairan
atau proses menghasilkan, menyiapkan, lainnya serta memanen hasilnya dalam
Kedaulatan Pangan adalah hak negara mengolah, membuat, mengawetkan, lingkungan yang terkontrol. (UU 18/2012) Petani Pangan, yang selanjutnya disebut
dan bangsa yang secara mandiri menentukan mengemas, mengemas kembali, dan/atau Petani, adalah setiap warga negara Indonesia
kebijakan Pangan yang menjamin hak atas Pangan mengubah bentuk Pangan. (UU 18/2012) beserta keluarganya yang mengusahakan Lahan
bagi rakyat dan yang memberikan hak bagi masyarakat Gizi adalah zat atau senyawa yang terdapat untuk komoditas pangan pokok di Lahan Pertanian
untuk menentukan sistem Pangan yang sesuai dalam Pangan yang terdiri atas karbohidrat, Pangan Berkelanjutan. (UU 41/2009)
dengan potensi sumber daya lokal. (UU 18/2012) Ketersediaan Pangan adalah protein, lemak, vitamin, mineral, serat, air, dan
kondisi tersedianya Pangan dari hasil produksi komponen lain yang bermanfaat bagi pertumbuhan
dalam negeri dan Cadangan Pangan Nasional dan kesehatan manusia. (UU 18/2012)
Kemandirian Pangan adalah serta impor apabila kedua sumber utama tidak
kemampuan negara dan bangsa dalam dapat memenuhi kebutuhan. (UU 18/2012)
memproduksi Pangan yang beraneka ragam dari Status Gizi adalah kondisi kesehatan
dalam negeri yang dapat menjamin pemenuhan tubuh seseorang yang merupakan hasil
kebutuhan Pangan yang cukup sampai di tingkat Penganekaragaman Pangan akhir dari asupan makanan ke dalam
perseorangan dengan memanfaatkan potensi adalah upaya peningkatan ketersediaan dan konsumsi tubuh dan pemanfaatannya. (PP 17/2015)
sumber daya alam, manusia, sosial, ekonomi, dan Pangan yang beragam, bergizi seimbang, dan berbasis
kearifan lokal secara bermartabat. (UU 18/2012) pada potensi sumber daya lokal. (UU 18/2012)

Ketahanan Pangan adalah kondisi Pangan Lokal adalah makanan yang


terpenuhinya Pangan bagi negara sampai dengan dikonsumsi oleh masyarakat setempat sesuai
perseorangan, yang tercermin dari tersedianya dengan potensi dan kearifan lokal. (UU 18/2012)
Pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya,
aman, beragam, bergizi, merata, dan terjangkau serta
tidak bertentangan dengan agama, keyakinan, dan Petani adalah warga negara Indonesia, baik
budaya masyarakat, untuk dapat hidup sehat, aktif, perseorangan maupun beserta keluarganya yang
dan produktif secara berkelanjutan. (UU 18/2012) melakukan usaha tani di bidang Pangan. (UU 18/2012)

8 9
Makalah Strategi Sistem Pangan Berkelanjutan Indonesia

Ringkasan
Sembilan Rekomendasi Pangan Berkelanjutan Indonesia

Rekomendasi tentang pangan berkelanjutan yang Memastikan akses yang inklusif atas Memastikan keragaman jenis terhadap gejolak harga pangan. Sebagai pelaku dan
ada di bawah ini adalah ringkasan dari tawaran
makalah strategi ini dalam rangka meningkatkan
kinerja sistem dan praktik pangan di Indonesia.
3
lahan dan perairan pangan, termasuk
hutan dan laut sebagai sumber bahan
pangan.
5 produksi budidaya pangan pokok, dan
menjamin mutu dan kesehatannya saat
dikonsumsi
pihak yang sangat berkepentingan, keduanya kurang
berdaya terhadap perdagangan yang adil.

Hal pertama yang perlu dilakukan adalah melakukan


Pemerintah harus memastikan akses yang inklusif Keanekaragaman pangan berbasis sumber penataan secara sistematis sistem distribusi
ke lahan dan perairan sumber pangan. Akses ke daya lokal merupakan faktor kunci keberhasilan pangan.. Indonesia harus memiliki database dan

1
Mengarusutamakan Sistem Pangan sumber pangan merupakan prioritas utama bagi pencapaian ketahanan pangan nasional. Oleh manajemen pengetahuan distribusi pangan yang
Berkelanjutan Indonesia (SPBI) kedalam masyarakat, laki-laki dan perempuan, terutama karena itu, pemanfaatan sumber daya genetik lokal sistematis dan memadai. Informasi rinci tentang
Kebijakan Formal Pemerintah masyarakat adat. Ketika terjadi konflik lahan dan harus dilakukan. Sumber daya genetik tersebut pelaku rantai pasokan pangan mulai dari petani
perairan, termasuk konflik dengan kawasan lindung, telah beradaptasi dengan lingkungannya sehingga sampai ke konsumen harus tersedia dan bersifat
Indonesia harus memiliki sebuah sistem pangan maka akses terhadap pangan harus tetap menjadi memiliki tingkat kesesuaian dan resiliensi yang transparan untuk semua pemangku kepentingan
berkelanjutan (sustainable food system) yang mampu prioritas. Pangan adalah kebutuhan asasi yang relatif tinggi terhadap berbagai faktor terkait pangan di Indonesia.
terap, sesuai, dan memadai (applicable, suitable and harus dijamin pemenuhannya. pertumbuhannya.

8
adequate) dengan kondisi praktik pangan di negara Menjadikan konsumsi pangan yang
ini. Penerapan SPBI tersebut harus dillandasi delapan Mendayagunakan konsep produksi Untuk setiap kabupaten/kota di Indonesia harus ada bertanggung jawab (responsible
prinsip pangan berkelanjutan (Tujuan Bersama,
Holistik, Inklusif, Lokal, Kesalingtergantungan, Daur
Hidup Pangan, Sistem Lingkungan dan Sumber
4 yang berkelanjutan
production) pada
(sustainable
pengambilan,
budidaya, pemrosesan dan pengolahan,
sebuah sasaran “kebutuhan dasar” pangan sebagai
kebutuhan fisik/tubuh atau kesehatan masyarakat.
Secara sederhana, sasaran jenis keragaman dan
consumption) sebagai top-of-mind dan
gaya hidup Bangsa Indonesia.

Daya Alam, dan Keberlanjutan) secara konsisten dan penyimpanan dan pencadangan, serta kuantitas pangan ini diturunkan dari keragaman Pola konsumsi, termasuk pangan, sangat ditentukan
berkesinambungan. Sistem Pangan Berkelanjutan logistik dan distribusi pangan “Isi Piringku Lokal”. Kebutuhan dasar pangan oleh persepsi (top-of-mind) dan gaya hidup. Oleh
Indonesia beserta prinsip dan berbagai atributnya tersebut harus tersedia dan menjadi prioritas. karena itu, diperlukan promosi secara masif untuk
harus dituangkan kedalam sebuah kebijakan formal Sustainable production atau produksi yang Diluar kebutuhan tersebut kabupaten/kota dapat melakukan transformasi agar konsumsi pangan yang
Pemerintah Republik Indonesia dalam bentuk bertanggung jawab mengandung beberapa elemen menetapkan kebutuhan pangan untuk jenis lain, bertanggung jawab (food responsible consumption)
Peraturan Pemerintah atau Peraturan Presiden. mendasar, yaitu tidak menimbukan pencemaran, misalnya pangan sebagai kebutuhan rekreasional dapat menjadi pemuncak persepsi tentang pangan
menggunakan energi dan sumber daya secara efisien, dan sebagai komoditas. dan menjadi gaya hidup yang menular di masyarakat.

2
Optimalisasi pemanfaatan plasma menguntungkan secara ekonomi, memperhatikan

6
nutfah pangan lokal serta pemastian aspek keselamatan kerja, menghasilkan produk dan Pengembangan jaringan lumbung Penerapan hirarki pengelolaan
ketersediaan lahan dan perairan pangan.

Indonesia memiliki 77 jenis tanaman pangan


atau jasa yang aman bagi konsumen.

Dalam konteks budidaya pangan, sebuah sistem


pangan (nyata dan virtual) berkearifan
lokal. 9 kehilangan dan limbah pangan secara
konsisten pada setiap tahapan daur
hidup pangan untuk mencegah dan
sumber karbohidrat namun hanya memfokuskan produksi yang berkelanjutan haruslah memiliki Untuk memastikan ketersediaan pangan secara meminimalkan jumlah kehilangan dan
pada dua tanaman saja, padi dan jagung. Demikian tingkat produktivitas tinggi sehingga memiliki tingkat langgeng yang dapat diakses setiap saat, diperlukan limbah pangan (food loss and waste).
pula, negara kita memiliki 26 jenis kacang-kacangan kelayakan ekonomi yang baik. Sistem produksi pengembangan jaringan lumbung pangan
namun hanya kedelai saja yang difokuskan. juga harus digeser dari berbasis kimiawi menjadi beragam (nyata dan virtual) berkearifan lokal pada Sebuah sistem pangan yang baik seharusnya
Kondisi ini harus diubah secara drastis. Termasuk berbasis organik untuk mengurangi dampaknya berbagai level kemasyarakatan/administratif (desa, membentuk daur tertutup (from cradle to cradle),
rempah dan bumbu, Indonesia memiliki 945 jenis terhadap lingkungan. Penerapan precision farming kecamatan, kabupaten, kota, provinsi, pulau besar, sehingga tidak akan ada kehilangan atau limbah
tanaman sumber pangan yang dapat dimanfaatkan. yang mampu memberikan input dan informasi dan nasional). Pada jaringan lumbung ini sebuah pangan yang tersia-siakan. Kehilangan dan limbah
Keanekaragaman ini harus dioptimalkan, tidak operasi budidaya yang paling sesuai dan paling pertukaran informasi terintegrasi tentang cadangan pangan seharusnya dapat dicegah, dan kalaupun
boleh dimatikan seperti saat ini. Mematikan efisien akan mampu mengurangi penggunaan pangan secara real time dari setiap lumbung akan terlanjur menjadi limbah, seharusnya dapat
keanekaragaman genetik sumber pangan lokal sumber daya dan energi dalam bentuk sarana dan menjadi tulang punggung sistem jaringan lumbung dimanfaatkan atau dikembalikan lagi kedalam
adalah bunuh diri perlahan atas ketahanan pangan prasarana pertanian. Dari sisi pelaku budidaya, nasional. sistem pangan tersebut.
nasional. sistem dan operasi produksi harus memberikan

7
tingkat pencegahan dan perlindungan yang tinggi Memastikan terwujudnya harga pangan Untuk itu, sebuah informasi kuantitatif tentang
terhadap risiko keselamatan kerja, baik risiko yang adil pada setiap rantai nilainya pangan harus tersedia pada setiap tahapan daur
kimia, mekanis, ergonomis, dan risiko kerja lainnya. (value chain). hidupnya. Neraca bahan (material balance) pangan
Terakhir produk yang dihasilkan haruslah berkualitas perlu dibuat secara seksama untuk mengetahui
dan aman dikonsumsi. Secara faktual, belasan juta petani tanaman pangan secara presisi aliran bahan pangan beserta
di Indonesia cukup rentan dari sisi posisi tawar kuantitas dan perilakunya. Neraca bahan pangan
atas perdagangan komoditas pangan yang mereka ini merupakan informasi dasar yang harus dimiliki
hasilkan. Hal yang hampir serupa juga terjadi pada untuk memperoleh informasi besarnya kehilangan
konsumen pangan, terutama yang berpenghasilan dan limbah pangan.
menengah ke bawah. Kedua kelompok ini rentan

10 11
Makalah Strategi Sistem Pangan Berkelanjutan Indonesia

Bab 1
Pendahuluan

Latar Belakang 14

Forum Pemangku Kepentingan Pangan 15

Metodologi Penyusunan Makalah Strategi 16

Sustainability Accelerator Tools 17

Visi Pangan Bijak Nusantara 18

Kompleksitas Sistem Pangan 19

Diagram Kausal Generik Sistem Pangan 22

Diagram Kausal Sistem Pangan Keseluruhan dan Titik Ungkitnya 24

Daftar Inovasi Hasil Workshop Pemangku Kepentingan Pangan 26

Proses penyadapan nira aren di Kolaka, Sulawesi Tenggara • Sumber Foto: Hartaty

12 13
Makalah Strategi Sistem Pangan Berkelanjutan Indonesia

Latar Forum Pemangku


Belakang Kepentingan Pangan

“ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) dan Konsorsium Project SWITCH Asia Local
Harvest memprakarsai terbentuknya forum pemangku kepentingan untuk sistem pangan berkelanjutan
Salah satu keluaran yang diharapkan dari kegiatan
ini adalah terjadinya lobi dan advokasi yang efektif
Forum pemangku kepentingan ini diharapkan
dapat meningkatkan koordinasi dan kolaborasi


Indonesia. melalui sebuah platform nasional dan lokal yang antar pemangku kepentingan terkait, menjadi
melibatkan seluruh pelaku kunci dan pemangku tempat berbagi pengalaman, pengetahuan dan
Pangan menjadi salah satu elemen dalam Tujuan Forest Product – Exchange Programme (NTFP-EP) kepentingan sistem pangan di Indonesia. Untuk praktik-praktik terbaik dalam sistem pangan serta
Pembangunan Berkelanjutan (TPB), khususnya Indonesia. Proyek ini didukung oleh Uni Eropa. mencapai target yang telah ditetapkan, diperlukan memberikan masukan kepada pemerintah dalam
TPB 2 yaitu menghilangkan kelaparan, mencapai perencanaan terpadu dan kerjasama antar sektor rangka penyusunan kebijakan dan implementasi
ketahanan pangan dan gizi yang baik, serta Tujuan umum proyek adalah berkontribusi untuk terkait dalam sistem pangan. program terkait sistem pangan.
meningkatkan pertanian berkelanjutan. kesejahteraan ekonomi dan mengurangi kemiskinan
di Indonesia dengan mempromosikan peralihan Hal tersebut sejalan dengan strategi dan rencana Dalam rangka merumuskan forum pemangku
Untuk mencapai tujuan tersebut telah ditetapkan 5 kepada konsumsi yang bertanggung jawab dan Hivos untuk membentuk dan/atau memperkuat kepentingan Pangan Bijak Nusantara, beberapa
target yang diukur melalui 20 indikator, yaitu: produksi pangan yang lestari, sehat, adil dan lokal forum pemangku kepentingan yang terkait dengan workshop telah diselenggarakan, dengan melibatkan
• Menghilangkan kelaparan dan kekurangan gizi, oleh konsumen dan UMKM sistem pangan, baik di tingkat lokal maupun nasional para pemangku kepentingan pangan yang relevan.
• Menggandakan produktivitas pertanian, untuk mempromosikan sistem pangan lokal, adil,
• Memastikan pertanian pangan berkelanjutan, Sedangkan tujuan khususnya adalah: sehat dan lestari atau yang kami sebut dengan
• Mengelola keragaman genetik, dan “Pangan Bijak Nusantara”.
• Meningkatkan kapasitas produktif pertanian. • terjadinya peralihan yang signifikan dalam
pola konsumsi ke arah produk pangan yang
Terdapat beberapa TPB yang terkait dengan pangan, berkelanjutan dan didapatkan secara etis di
namun dalam dokumen ini kami menggarisbawahi Indonesia yang didorong oleh meningkatnya

Aktivitas peserta workshop Forum Pemangku Kepentingan Sistem Pangan Berkelanjutan Indonesia • Sumber Foto: Ario Tranggono
dua TPB yang paling relevan, yaitu TPB 2 Tanpa pengetahuan dan kesadaran konsumen tentang
Kelaparan dan TPB 12 Konsumsi dan Produksi yang dampak dari pilihan makanan yang mereka
Bertanggung Jawab. lakukan;
• peningkatan kapasitas UMKM dan produsen
Untuk mendukung TPB tersebut, Hivos - termasuk perempuan dan masyarakat adat
mengimplementasi Proyek SWITCH Asia Local Harvest - untuk memasuki pasar; dan kebijakan yang
bermitra dengan WWF Indonesia, Aliansi Masyarakat menguntungkan untuk menerapkan praktik
Adat Nusantara (AMAN), Asosiasi Pendamping konsumsi dan produksi yang bertanggung jawab
Perempuan Usaha Kecil (ASPPUK) dan Non Timber di sektor pangan.

Kalimantan Utara
Sumatera Utara
Kalimantan Barat
Riau

Sulawesi Tenggara

Jawa Barat Sulawesi Selatan


DKI. Jakarta

Jawa Tengah
DI. Yogyakarta

Wilayah Kegiatan Proyek Local Harvest


• Kabupaten: 14 kabupaten di 8 provinsi di Indonesia, mencakup Provinsi Sumatera Utara, Riau,
Jawa Barat, Jawa Tengah, Kalimantan Barat, Kalimantan Utara, Sulawesi Tenggara, dan
Sulawesi Selatan

• Kota: Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Medan, dan Makassar

14 15
Makalah Strategi Sistem Pangan Berkelanjutan Indonesia

Metodologi Penyusunan Sustainability


Makalah Strategi Accelerator Tools

Penyusunan makalah strategi (strategy paper) Pada makalah ini, konsep daur hidup pangan Indicators > Systems > Innovation > Strategy
dimulai dengan melakukan workshop dengan (food life cycle), disesuaikan dengan kondisi nyata
para pemangku kepentingan pangan yang relevan. yang ada di Indonesia. Pada gilirannya, daur hidup
Pelaksanaannya menggunakan Sustainability pangan ini akan digunakan untuk merumuskan Indicators Strategy
Accelerator Tools, sebuah pendekatan berbasis Sistem Pangan Berkelanjutan Indonesia (Indonesia
keberlanjutan (sustainability) yang telah banyak Sustainable Food System) atau SPBI. Sebuah
dipakai untuk memfasilitasi berbagai workshop sistem pangan yang sesuai dengan kondisi lokal
di kalangan bisnis, akademisi, pemerintah, dan di Indonesia yang berorientasi pada pembangunan
organisasi masyarakat sipil. berkelanjutan, pendekatan holistik, dan keragaman
lokal di Indonesia.
Untuk mendalami isu-isu yang mengemuka pada
saat workshop serta untuk memperkaya pandangan, Secara umum, SPBI memiliki tiga komponen utama,
wawancara mendalam dengan para narasumber dan yaitu prinsip-prinsip pangan berkelanjutan, prasyarat
pakar dibidang pangan telah dilakukan. Selain itu, dan interaksi dalam sistem pangan, serta keluaran
untuk memperkuat informasi dan masukan, analisis dan dampak dari sistem pangan tersebut
juga telah dilakukan terhadap laporan-laporan dan
berbagai bahan pemaparan tentang isu-isu pangan Isu-isu utama pangan yang telah teridentifikasi
terkini, termasuk paparan tentang penyusunan dikelompokkan kedalam masing-masing tahapan
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional daur hidup yang sesuai. Berdasarkan isu-isu tersebut,
(RPJMN) 2020-2024. Keluaran dari ketiga kegiatan dikembangkanlah strategi dan inovasi pangan yang
tersebut adalah sebuah daftar isu utama pangan relevan. Strategi dan inovasi tersebut juga disusun
nasional. berdasarkan masing-masing tahapan (life cycle
stage) daur hidup pangan Indonesia. Systems Innovation
Wawancara mendalam dan konsultasi, diantaranya
dilakukan dengan narasumber dan pakar dari: Badan Berbagai strategi dan inovasi yang telah dirumuskan
Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), dalam Workshop Pemangku Kepentingan Pangan Sustainability Accelerator tools digunakan untuk stream, termasuk mengidentifikasi titik ungkit
Badan Ketahanan Pangan (BKP), Otoritas menjadi salah satu masukan dalam merumuskan memfasilitasi workshop dengan para pemangku (leverage points). Hasilnya adalah diagram
Kompeten Keamanan Pangan (OKKP), Human strategi dan inovasi dalam makalah ini. Inovasi- kepentingan. Tahapan aktivitas menggunakan tools kausal untuk masing-masing stream. Pakar
Nutrition Research Center Universitas Indonesia, inovasi tersebut dapat menjadi program prioritas tersebut adalah: systems thinking kemudian mengintegrasikan
Laboratorium Kebijakan untuk Pembangunan yang dapat diterapkan untuk memperbaiki kinerja keempat diagram tersebut menjadi sebuah
Pangan dan Pertanian Inklusif Bappenas, Aliansi pengelolaan pangan di Indonesia. • Visioning: Perumusan visi bersama (shared diagram kausal generik.
Masyarakat Adat Nusantara (AMAN), Global Alliance vision) yang akan menjadi tujuan ideal yang
for Improved Nutrition (GAIN) Indonesia, Yayasan Bagian terakhir adalah perumusan Peta Jalan disepakati oleh seluruh peserta workshop. Visi • Innovation: Tahapan ini dimulai dengan
Kehati, dan Departemen Gizi Masyarakat Institut (Roadmap) Pangan Berkelanjutan Nasional 2020- Bersama ini akan menjadi tujuan akhir ideal mengidentifikasi titik ungkit (leverage points)
Pertanian Bogor. 2024 yang berisi milestones pangan yang akan dari sistem pangan berkelanjutan di Indonesia. paling efektif yang dapat mengubah perilaku
dicapai, aktivitas strategis yang akan dilakukan, Visi yang dihasilkan adalah “Visi Pangan Bijak sistem. Intervensi-intervensi yang memberikan
dan indikator utama yang akan diukur untuk setiap Nusantara”. manfaat terbaik dan berdampak besar terhadap
tahunnya. sistem kemudian dirumuskan dengan membuat
• Indicators: Penentuan indikator (variabel) utama daftar inovasi yang paling relevan. Pada tahapan
dilakukan berdasarkan Sustainability Compass ini, aktor-aktor yang paling berpengaruh dalam
Workshop Pemangku yang membagi peserta menjadi empat streams, implementasi inovasi dipetakan menggunakan
Isu Utama
Kepentingan menggunakan Daur Hidup Pangan yaitu Nature, Economy, Wellbeing, dan Society. metafora Amoeba.
Pangan Nasional
Sustainability Accelerator Tools Sesuai dengan bidang keahlian/pengalamannya,
• Visioning peserta workshop dibagi kedalam empat stream • Strategy: Proses perumusan strategi pada
• Indicators (Variables) untuk merumuskan sembilan variabel utama dasarnya adalah sebuah upaya sistematis untuk
• Systems Analysis untuk masing-masing stream tersebut. Metafora mewujudkan Visi Pangan Bijak Nusantara, yang
• Innovation Piramida (pyramid) mulai digunakan pada mampu terap (applicable) dan efektif. Strategi
Sistem Pangan tahapan ini. utama kemudian dituangkan kedalam sebuah
• Strategy
Berkelanjutan Indonesia roadmap Pangan Berkelanjutan Indonesia
Wawancara Mendalam dengan • Systems Analysis: Perumusan diagram kausal 2020-2024 beserta milestones dan tahapan
para Narasumber Bidang Pangan Strategi & (causal loop diagram) menggunakan pendekatan pencapaian untuk setiap tahunnya.
Inovasi systems thinking, untuk memvisualisasi
Telaah Laporan dan Bahan Roadmap Pangan hubungan kausal dan kompleksitas sistem
Pemaparan Pangan Terkini 2020 - 2024 pangan untuk masing-masing dan keseluruhan

16 17
Makalah Strategi Sistem Pangan Berkelanjutan Indonesia

Visi Pangan Kompleksitas


Bijak Nusantara Sistem Pangan

“ Terwujudnya kedaulatan pangan yang berkeadilan, berkearifan lokal, dan berkelanjutan Sistem pangan mengandung kompleksitas yang (behaviour) dari interaksi tersebut. Tools yang


untuk seluruh masyarakat Indonesia. tinggi. Interaksi dan interdependensi antar pelaku digunakan dalam pemodelan bersifat kualitatif.
dan pemangku kepentingan pangan dapat terjadi Namun, di masa depan, model kuantitatif
Visi Pangan Bijak Nusantara merupakan tujuan ideal setiap daur hidup pangan. Jadi, dalam konteks ini, dengan sangat intens. Keputusan yang diambil menggunakan pendekatan system dynamics dapat
bersama (common ideal goal) yang harus diwujudkan perencanaan harus dimulai dengan menjadikan salah satu pihak akan berpengaruh terhadap pihak dikembangkan lebih lanjut dari model yang sudah
oleh seluruh pelaku dan pemangku kepentingan tujuan akhir sebagai awalan rencana (begin with the lain, dan sebaliknya. Perilaku sebuah sistem yang dibuat.
pangan di Indonesia. Menggunakan pendekatan end-in-mind). kompleks umumnya bersifat counter-intuitive. Untuk
perencanaan backcasting, visi menjadi sebuah memahami kompleksitas ini, model-model sistem Dalam rangka membentuk model sistem pangan,
penarik bagi perumusan dan penerapan strategi, Agar menjadi operasional, maka visi tersebut yang bersifat linier kurang dapat menggambarkan peserta workshop memilih sekitar sembilan variabel
program, dan aktivitas-aktivitas pangan. Ia menjadi perlu diterjemahkan ke dalam beberapa kriteria kondisi sistem pangan secara memadai. yang paling penting untuk masing-masing stream
arah bagi seluruh aktivitas pangan di Indonesia pada operasional untuk masing-masing kata kunci pada (nature, economy, society, dan well-being). Dari
pernyataan visi di atas. Pada tabel di bawah dapat Untuk memahami interaksi dalam sistem pangan, keempat stream tersebut, berdasarkan fenomena
dilihat penjabaran kriteria operasional visi tersebut. digunakanlah pendekatan systems thinking. yang ada di dunia nyata, dibangunlah diagram kausal
Pendekatan ini menggunakan visualisasi diagram sistem pangan di Indonesia.
kausal (causal loop diagram) untuk menggambarkan
interaksi, umpan balik (feedback), dan perilaku
Kata Kunci Kriteria Operasional Visi
Visi
Variabel Systems Thinking
• Negara memilih dan menetapkan pangan lokal sebagai sumber pangan utama di
Indonesia. Lingkungan
Kedaulatan • Pemerintah Daerah dan masyarakat memilih pangan dari masing-masing daerah untuk
memenuhi kebutuhan pangan di daerah tersebut, sesuai dengan karakteristik sumber Konsumsi dan produksi yang Perlindungan air, Pengelolaan Perlindungan keanekaragaman
daya pangan yang tersedia. bertanggung jawab (Responsible kelangkaan hayati dan ekosistem
consumption and production)
• Pangan tersedia (available) dalam jumlah yang cukup saat dibutuhkan. Daya tahan ekosistem Pengetahuan dan kapasitas Kerangka pemampu kebijakan dan
• Pangan berada dalam jarak yang dekat dengan konsumen (reachable). produsen lokal institusi
• Pangan dapat dibeli oleh konsumen dengan harga terjangkau (affordable). Kesehatan tanah Restorasi tata guna lahan Daya tahan terhadap perubahan
Keadilan • Harga pangan berada dalam kondisi yang wajar sepanjang rantai nilai pangan (fair trade iklim
along food value chain).
• Tersedianya pangan beragam yang bermutu, yaitu aman, sehat, segar, dan sesuai Ekonomi
dengan nilai budaya/religi konsumen (safe, healthy, fresh and value-conformed).
Produk yang terstandarisasi Luas pengusahaan lahan petani Kualitas sumber daya manusia
• Budidaya tanaman pangan menggunakan benih unggul dan plasma nutfah pangan
lokal. Penyerapan teknologi Penelitian dan pengembangan Nilai tambah produk pertanian
• Pengambilan pangan, terutama dari hutan dan lautan menerapkan nilai-nilai kearifan pangan
lokal yang dianut pada daerah tersebut. Kesejahteraan petani Produksi pangan Ketersediaan bahan baku
• Pengelolaan pangan sepanjang daur hidupnya juga memanfaatkan cara dan teknologi
Biaya logistik
Kearifan Lokal lokal yang telah terbukti keunggulannya.
• Pengelolaan pangan mendaya-gunakan modal sosial setempat (kelompok sosial,
institusi, keragaman gender, dan lain-lain).
Masyarakat
• Konsumsi pangan mengutamakan keberagaman pangan yang berbasis pada sumber Kesadaran konsumen terhadap Akses terhadap sumber-sumber Harga jual adil di tingkat petani
daya pangan setempat/lokal. produk pangan lokal kehidupan (SDA)
Kearifan lokal Peran perempuan Kapasitas petani
• Negara memastikan ketersediaan lahan pangan berkelanjutan sesuai dengan
kebutuhan budidaya pangan dan pengambilan pangan dari hutan dan laut. Kesejahteraan petani Diversifikasi produk lokal
• Negara memastikan akses bagi masyarakat adat di sekitar hutan dan laut untuk
mengambil bahan pangan secara bijak. Hutan dan laut sebagai sumber pangan harus Kesejahteraan
Berkelanjutan dipelihara oleh seluruh pemangku kepentingan.
Kualitas konsumsi pangan Kualitas tenaga kesehatan Jumlah petani muda
• Budidaya pangan menggunakan konsep precision farming atau sustainable production.
• Pola konsumsi didasarkan pada konsep konsumsi pangan yang bertanggung jawab Ketersediaan pangan yang aman Pengalaman positif terhadap Tingkat literasi kesehatan anggota
(responsible consumption), yaitu sehat, beragam, lokal, dan bertanggung jawab makanan sehat keluarga
Kesadaran konsumen Akses konsumen Malnutrisi

18 19
Makalah Strategi Sistem Pangan Berkelanjutan Indonesia

Kompleksitas
Sistem Pangan

Keempat diagram kausal di bawah menggambarkan Ilustrasi sederhana ini menggambarkan bahwa Society
salah satu kompleksitas fenomena interaksi di sebuah keputusan yang diambil dapat menghasilkan
dunia nyata, yaitu gelung umpan balik atau feedback perilaku sistem yang tidak terduga atau bahkan
loop. Loop ini ada yang bersifat memperkuat atau berlawanan dengan apa yang diinginkan oleh
searah (ditandari dengan notasi R (reinforcement). pengambil kebijakan.
Perilaku dasar dari loop ini adalah menghasilkan
pertumbuhan (growth). Terdapat juga loop yang Sangatlah penting bagi pelaku dan pemangku
bersifat menyeimbangkan (ditandai dengan notasi kepentingan pangan untuk memahami kompleksitas
B), yang merupakan lawan dari R. Bila dalam ini. Dialog multi pihak secara intensif pada seluruh
sebuah sistem terdapat loop B dan R dalam jumlah daur hidup pangan adalah salah satu faktor
seimbang, resultannya dapat bersifat osilasi, atau kunci yang dapat menghasilkan keputusan yang
dalam jangka panjang dapat bersifat stagnan. berdampak positif pada kinerja pangan di Indonesia.

Nature
Biodiversity
pengetahuan kemakmuran
produser ketahanan
ecosistem

produksi pangan
manajemen air
kemampuan produsen
ketahanan pangan beradaptasi dengan

Well-Being tingkat konsumsi


karbohidrat
kebutuhan konsumen

manajemen kualitas tingkat konsumsi


yang tepat permintaan pangan kesehatan protein
masyarakat keragaman
tingkat pangan yang
waktu makan kesadaran konsumsi buah tersedia jumlah penyedia
kualitas pendidikan bersama keluarga konsumen dan sayur pangan yang aman
kesehatan kesehatan
tanah Emisi GRK populasi
banyaknya pengalaman keragaman kualitas kantin
tingkat profesionalisme positif terkait konsumsi ketersediaan pangan
tenaga kesehatan konsumsi pangan yang aman sekolah
pangan yang sehat
kualitas kualitas
tenaga informasi
kesehatan keamanan pangan
tingkat pendidikan yang diterima praktek

Economy
orang tua (ibu dan masyarakat hidup sehat kualitas
ayah) konsumsi
health literacy
pada anggota waktu yang pangan
keluarga diluangkan untuk
memasak makanan luas lahan
maternal kecukupan pangan
agency bagi anggota keluarga
parenting prevalensi penyakit
tidak menular harga
practice tingkat prevalensi pangan
(parenting stimulasi stunting ketersediaan
style/kualitas tumbuh jumlah (malnutrisi) daya beli pangan
parenting) anak yang R masyarakat produksi pangan
kembang
anak sehat

kesejahteraan
prevalensi masyarakat
alokasi dana untuk jumlah petani
penyakit konsumsi pangan
tingkat menular
kesadaran
masyarakat pola jumlah petani
hidup kualitas gizi
keluarga petani muda
bersih
pembuangan
limbah sanitasi
lingkungan
urbanisasi
angka kematian kesejahteraan
ibu dan anak petani

income skala usaha


petani petani

20 21
Makalah Strategi Sistem Pangan Berkelanjutan Indonesia

Diagram Kausal Generik


Sistem Pangan

Secara umum, kedaulatan pangan itu akan dicapai kebutuhan pangan nasional. Kebutuhan pangan konsumsi pangan juga (Loop B2). Konsumsi pangan peningkatan pendapatan petani, dan kesejahteraan
ketika kondisi ketahanan pangan tercapai dengan nasional ini muncul karena faktor populasi Indonesia. akan menentukan kualitas hidup masyarakan petani. Faktor kesejahteraan petani itu kemudian
pemenuhan pasokan pangannya dari dalam negeri Indonesia. (Loop R4). akan menjadi daya tarik untuk menjadi petani,
dan tidak bergantung kepada negara lain. Pada Ketersediaan pangan ini kemudian menentukan sehingga meningkatkan jumlah petani ( Loop R1).
diagram kausal, ketahanan pangan (food security) konsumsi pangan, dan konsumsi pangan Juga tampak bahwa stok pangan bertambah Kesejahteraan petani ini akan menentukan luas
dikonsepsikan sebagai variabel ketersediaan mengurangi stok pangan (Loop B1). Ketersediaan oleh karena faktor produksi pangan. Produksi lahan yang dimiliki petani yang akan dijadikan faktor
pangan. Konsep ketersediaan pangan ini merupakan pangan juga menentukan harga pangan, kemudian pangan ditentukan oleh jumlah petani, luas lahan produksi pangan (Loop R2). Kesejahteraan petani itu
perbandingan antara stok pangan nasional dengan daya beli masyarakat, dan pada akhirnya menentukan pertanian, dan produktivitas lahan secara umum. juga akan meningkatkan produktivitas lahan, melalui
Produksi pangan secara umum akan sejalan dengan alokasi biaya penelitian dan pengembangan pangan
(Loop R3).

daya dukung Sub


ekosistem model W

R
B
daya beli
produksi masyarakat (W)
pangan
(E,S,N,W) Stok konsumsi
pangan pangan (E) B
nasional
luas penguasaan harga pangan (W)
lahan petani (E)/ produktivitas lahan B
lahan petani (S)/
luas lahan (W) Tingkat pendapatan / Food
Upah(E) / Pendapatan ketersediaan Security (N)
R petani (S) / income pangan (W,E)
Research &
jumlah development petani (W)
petani (W) R
pangan (E)

jumlah permintaan
R produk pangan (E)/
kesejahteraan Food demand (N)
petani (E,S,W) /
Prosperity (N)
populasi (E)/
Population (N)

22 23
24
Beberapa leverage point (titik ungkit) telah
diidentifikasi dari sistem pangan secara keseluruhan.
Titik ungkit adalah lokasi intervensi yang diharapkan
akan memberikan hasil yang paling efektif untuk
memperbaiki kinerja sistem pangan di Indonesia.
Diagram Kausal Sistem Pangan
Keseluruhan Beserta Titik Ungkitnya

Titik Ungkit Well-Being


1. Akses konsumen,
keragaman pangan,
kecukupan pangan, dan
konsumsi pangan yang
aman
2. Skala usaha petani dan
pendapatan petani

Titik Ungkit Society


1. Kearifan lokal dan diversifikasi
produk pangan lokal
2. Kesadaran konsumen pada
produk pangan lokal
3. Produksi pangan dan penjualan
produk pertanian
4. Introduksi benih unggul hibrida
5. Kapasitas petani

Titik Ungkit Nature


1. Penyerapan teknologi dan akses terhadap Sumber Daya
Alam Titik Ungkit Economy
2. Keanekaragaman hayati dan perlindungan lingkungan, 1. Produk yang terstandarisasi
diversifikasi produk lokal, dan kesadaran konsumen 2. Nilai tambah produk pertanian
3. Penggunaan lahan dan restorasi, jumlah petani muda dan 3. Produksi pangan, petani muda dan keanekaragaman produk
pengetahuan dan kapasitas produk lokal lokal
4. Ketersediaan pangan yang aman 4. Perluasan dan optimasi lahan pertanian
5. Kesadaran konsumen 5. Peningkatan pengetahuan dan kapasitas produsen lokal
6. Perlindungan sumber daya air
25
Makalah Strategi Sistem Pangan Berkelanjutan Indonesia
Makalah Strategi Sistem Pangan Berkelanjutan Indonesia

Daftar Inovasi Hasil Workshop


Pemangku Kepentingan Pangan
Untuk setiap leverage point pada diagram kausal sebagai salah satu masukan dalam merumuskan
sistam pangan, beberapa inovasi yang mampu terap strategi implementasi Sistem Pangan Berkelanjutan
telah dihasilkan. Inovasi tersebut akan digunakan Indonesia.
NO INOVASI

15 Mendorong konsumen mau mengolah atau menjadi produsen pangan jadi

Sosialisasi dan kampanye kepada masyarakat urban terkait produk pangan lokal segar dan
NO INOVASI 16 jadi

1 Pengembangan teknologi urban farming 17 Pembentukan SIPANA (sistem informasi pangan nasional)

2 Standarisasi produk pangan lokal agar mampu ekspor Pembentukan knowledge management terhadap bahan-bahan dasar pangan lokal yang
18 potensial dan diseminasinya.
Peningkatan luas penguasaan lahan pangan melalui optimalisasi lahan yang belum
3 digunakan, terutama di perkotaan, untuk diambil dan dikelola menjadi lahan pertanian Peningkatan kapasitas penyedia makanan, dalam hal ini entry point-nya adalah juru masak
pangan 19 baik yang profesional maupun tidak

4 Penerapan smart agriculture atau precision farming Pengadaan pangan sehat di food service sector dan retail, dan juga online retail melalui
20 aplikasi
5 Revitalisasi dan diseminasi masif Sekolah Lapang Iklim
Peningkatan kesadaran yang spesifik untuk keluarga dengan memilih beberapa duta pangan
21 lokal untuk masing-masing daerah dan nasional
Peninjauan ulang Undang-Undang Penggunaan Lahan agar lebih memberdayakan pelaku
6 produksi dan pengambilan pangan
22 Pemilihan duta pangan sehat tingkat daerah dan nasional

7 Perlindungan lingkungan dan keanekaragaman hayati pendukung plasma nutfah pangan


23 Peningkatan kapasitas pedagang kaki lima dan kantin sekolah

Diversifikasi produk pangan lokal disertai dengan upaya intensif peningkatan kesadaran
8 konsumen terhadap produk pangan lokal Menciptakan nilai tambah untuk petani, misalnya petani kopi tidak hanya menjual biji
24 kopinya tetapi juga menjual kopi dengan barista on site di lokasi pertanian
Peningkatan keragaman sumber pangan pokok, tidak hanya padi, jagung, kedelai, tetapi bisa
9 juga dimasukkan talas, sagu, sorghum, dan sebagainya Memfasilitasi akses pasar dan jaringan bisnis untuk pelaku pangan, terutama untuk petani
25 dan pelaku pangan muda

10 Restorasi dan tata guna lahan pangan berkelanjutan


26 Memfasilitasi akses keuangan petani dan petani muda

11 Peningkatan kehadiran petani muda sebagai produsen pangan 27 Memfasilitasi social entrepreneurship bidang pangan

12 Peningkatan start-up pangan pada keseluruhan daur hidup pangan (food life cycle stages) 28 Kampanye kepada konsumen dan juga memasyarakatkan pertanian organik

29 Pemanfaatan varietas lokal dalam bentuk koperasi sehingga berdaulat benih unggul
13 Peningkatan pengetahuan dan kapasitas produsen pangan jadi (processed food) lokal

Membangun bank plasma nutfah dan lumbung pangan lokal secara fisik dan virtual yang
14 Memasukkan buruh tani dan penggarap kedalam undang-undang terkait pangan 30 terafiliasi melalui aplikasi pintar (smart application)

26 27
Makalah Strategi Sistem Pangan Berkelanjutan Indonesia

Bab 2
Pangan Berkelanjutan Sebagai Tujuan Bersama

Meninjau Kembali Praktik Pangan Nasional 30

Paradoks Pangan Nasional 31

Mengarusutamakan Pangan Sehat Beragam 32

Mengarusutamakan Pangan Sehat Beragam Berbasis Keluarga 33

Kedaulatan Pangan Berbasis Keanekaragaman Hayati 34

Proses Perencanaan Pada Sistem Pangan Berkelanjutan 35

Peran Focal Point Dalam Perencanaan Pangan Nasional 36

Keterangan foto: Ragam produk pangan di pasar tradisional • Sumber Foto: Ario Tranggono

28 29
Makalah Strategi Sistem Pangan Berkelanjutan Indonesia

Meninjau Kembali Paradoks


Praktik Pangan Nasional Pangan Nasional

“ Pangan adalah kebutuhan paling mendasar manusia. Pangan adalah sumber energi aktivitas dan
pertumbuhan manusia. Pangan adalah keniscayaan. Kehidupan tanpa pangan adalah kemustahilan.
Ketersediaan pangan di Indonesia cenderung
meningkat beberapa tahun ini. Bahkan akhir-


Pangan adalah kehidupan itu sendiri. akhir ini, Kementerian Pertanian telah semakin
menggalakkan ekspor komoditas pangan ke
Saat ini, praktik pangan di Indonesia relatif kurang Program pemerintah tentang pola makan sehat (“Isi berbagai negara. Jagung, hortikultura, dan buah
bersifat lestari (sustainable). Praktik yang ada lebih Piringku”) yang berorientasi pada keragaman jenis merupakan komoditas ekspor yang cukup menonjol.
berorientasi pada produksi. Segelintir jenis bahan pangan menjadi tidak berdaya karena supply dan
dan komoditas pangan yang ”didorong” produsen ke distribusi pangan tidak mendukungnya. Sayangnya, kondisi kelimpahan ini tidak diikuti
pasar/konsumen. Artinya, sistem lebih berorientasi dengan peningkatan status gizi masyarakat secara
pada supply dibanding demand. Keseragaman pangan Tekanan terhadap pangan diperberat dengan munculnya keseluruhan. Risiko terkait diet pangan meningkat
menjadi sebuah keniscayaan yang terjadi. persaingan penggunaan bahan pangan sebagai sumber 18,7% pada periode 2007-2017. Triple Burden of
energi. Belum adanya implementasi kebijakan yang benar- Malnutrition (Defisiensi kalori dan protein, Defisiensi
Sarana dan prasarana produksi pangan cenderung benar memprioritaskan bahan pangan sebagai sumber zat gizi mikro, dan Kelebihan kalori) juga masih
tidak berkelanjutan dan lebih berorientasi pada praktik pangan alih-alih sumber energi akan memperparah menghantui anak bangsa. Secara internasional,
pertanian kimia alih-alih organik, karena praktik jenis rendahnya kinerja sistem pangan nasional. Global Hunger Index menempatkan Indonesia pada
inilah yang mendapat subsidi dari negara. Akibatnya posisi 73 dari 119 negara yang dikaji.
pertanian organik menjadi kurang berkembang karena Telah terjadi ketidak-sinkronan koordinasi antar
akan lebih mahal biayanya kementerian/lembaga yang berkaitan dengan pangan di Paradoks ini muncul karena tidak sinkronnya sistem

Pertanian RI
Indonesia. Tidak ada keselarasan pengelolaan pangan perencanaan pangan. Tidak ada kesinambungan
Swasembada pangan sangat berfokus pada padi, dari hulu ke hilir. Kelola kurang tepat telah terjadi sejak di hulu-hilir dalam perencanaan dan penerapan praktik
jagung, dan kedelai, sehingga sebagian besar sumber hulu, sehingga dipastikan hilirnya akan bermasalah. pangan di Indonesia. Untuk itu, sistem perencanaan

: Kementerian
daya pertanian dikerahkan ke komoditas ini. Terlebih, pangan nasional harus diubah secara keseluruhan.
sistem logistik dan distribusi pangan nasional juga Dampak yang dirasakan saat ini adalah, ditengah Perencanaan pangan harus dimulai dari akhir, yaitu
sangat mendukungnya. Keragaman pangan menjadi kelimpahan kuantitas pangan yang ditandai dengan sasaran status gizi masyarakat. Dari sasaran tersebut
terpinggirkan sekaligus menafikan potensi pangan banyaknya pasokan pangan, penyakit tidak menular yang barulah diturunkan menjadi rencana pola konsumsi,

Sumber Data
lokal beserta berbagai kearifannya yang telah terbukti terkait dengan pola makan (dietary risk) bahkan menjadi rencana logistik dan distribusi, dan akhirnya rencana
berdaya tahan tinggi (high resilience). pemuncak dari faktor risiko kematian dan kecacatan di budidaya pangan secara berkelanjutan (sustainable).
Indonesia. Diperlukan pergeseran paradigma pangan
yang mendasar agar Indonesia dapat menerapkan
sistem pangan berkelanjutan.

Aspek Praktik Saat Ini Sistem Pangan Berkelanjutan Faktor Risiko Kematian dan Kecacatan di Indonesia
2007-2017
Produksi Berorientasi Produksi Berorientasi Pemenuhan Gizi Masyarakat Indonesia

Produk pangan ”ditarik” ke pasar/konsumen sesuai Metabolic risks


Produk pangan “didorong” ke pasar/konsumen dengan kebutuhan gizi Environmental/occupational risks
Behavioral risks
Pemasaran dan Distribusi
Promosi pangan berorientasi pada produk Promosi pangan berorientasi pada aspek kesehatan
pangan itu sendiri (kebutuhan gizi) dan keberlanjutan (ekonomi, sosial,
dan lingkungan hidup) 2007 ranking 2017 ranking % change 2007-2017
Malnutrition 1 1 Dietary risks 18.7%
Pangan pokok dan bahan pangan berorientasi Dietary risks 2 2 High blood pressure 25.7%
Pangan pokok berorientasi pada padi, jagung,
Keragaman pada keragaman dan pemenfaatan sumber daya High blood pressure 3 3 High fasting plasma 50.6% Triple Burden Gizi
dan kedelai
setempat Tobacco 4 glucose
High fasting plasma 5 4 Tobacco 17.3%
Subsidi sarana dan prasarana pertanian Subsidi sarana dan prasarana pertanian berorientasi 1. Defisiensi Kalori dan Protein
glucose 5 Malnutrition -40.4%
Sarana dan Prasarana berorientasi pada benih unggul seragam dan pada benih unggul setempat dan praktik pertanian
Air pullotion 6 6 High body-mass 65.4%
pupuk kimia organik Gizi Buruk dan Gizi Kurang
High body-mass 7 index Stunting 30.8%
index 7 Air pullotion -4.6%
17,7%
Lahan terbatas; ada pemisahan tegas antara sumber
Sumber daya pangan sebagai pangan dan WaSH 8 8 High LDL 24.3%
Prioritasi pangan dan pangan sebagai bahan pangan dan sebagai sumber
sebagai komoditas tidak dipisahkan secara Occupational risks 9 9 Occupational risks 6.4% 2. Defisiensi Zat Gizi Mikro
komoditas enegi dan komoditas, dengan pangan sebagai
tegas High LDL 10 10 Impaired kidney 17.7%
prioritas
function Anemia pada Ibu hamil 48, 9%
Pangan berkelanjutan sebagai sebagai tujuan Imapaired kidney
11 3. Kelebihan Kalori
bersama; perencanaan pangan nasional dan daerah function 11 WaSH -35.2%
Kebijakan pangan terpisah-pisah antar sektor;
Kebijakan beserta penerapannya dilakukan secara terintegrasi;
koordinasi dilakukan melalui rapat koordinasi Gizi Lebih penduduk usia >
setiap pelaku/pemangku kepentingan melakukan Sumber Data: IHME, http://www.healthdata.org/results/ Gizi Lebih Balita 8%
swakoordinasi country-profiles 18 Tahun 28.9%

30 31
Makalah Strategi Sistem Pangan Berkelanjutan Indonesia

Mengarusutamakan Mengarusutamakan Pangan Sehat


Pangan Sehat Beragam Beragam Berbasis Keluarga

Indonesia pernah memiliki pengalaman dalam kompeten dalam bidang ini. Remaja putri harus
mengelola promosi Program Keluarga Berencana menjadi prioritas karena merekalah yang akan
Isi Piringku dengan tingkat keberhasilan sangat tinggi mengandung calon penerus generasi Bangsa
• 50% dari jumlah makanan setiap kali makan adalah sayur dan membanggakan. Model promosi ini perlu Indonesia. Remaja putri dengan pola makan tidak
Sumber Foto: Kemenkers

dan buah direvitalisasi dan diperkuat untuk mempromosikan sehat akan sangat rentan terhadap berbagai penyakit
• 50% lagi adalah makanan pokok dan lauk pauk pangan sehat dan beragam. degeneratif yang pada gilirannya akan berdampak
• Porsi sayur lebih banyak dari porsi buah pada kesehatan bayi-bayi yang dikandungnya.
• Porsi makanan pokok lebih banyak dari porsi lauk pauk Promosi pangan perlu dilakukan menggunakan
pendekatan berbasis keluarga. Pola makan sehat Salah satu sarana yang cukup handal untuk
dan beragam harus diperkenalkan sejak usia dini mengatasi kondisi di atas adalah melalui sekolah.
dan dipraktikkan sepanjang hidup manusia. Keluarga Konsep pola makan sehat dan beragam Isi
Pemerintah Republik Indonesia telah menerbitkan Mewujudkan tujuan bersama ini bukanlah hal yang Indonesia akan menjadi ujung tombak pembentukan Piringku perlu dipahamkan dan dipraktikkan pada
panduan tentang bahan makanan yang perlu sederhana. Diperlukan upaya yang kompleks, masif, kebiasaan dan karakter pangan sehat beragam. setiap jenjang pendidikan pada tingkat dasar dan
dikonsumsi untuk hidup sehat. Konsep tersebut dan berkesinambungan, disertai dengan pelibatan menengah. Perlu adanya penyediaan makanan sehat
adalah “Isi Piringku”. dan koordinasi seluruh pelaku pangan dari hulu ke Promosi pangan sehat dan beragam perlu menyasar dan beragam secara berkala di sekolah-sekolah.
hilir. keluarga-keluarga Indonesia. Pening-katan
Isi Piringku mendorong masyarakat untuk kepedulian, pemahaman, dan kompetensi keluarga Selain itu kantin-kantin dan penjual makanan
mengonsumsi pangan beragam. Mengapa pangan Secara historis, setiap daerah di Indonesia memiliki tentang Isi Piringku Lokal harus dibangun secara jadi disekolah-sekolah harus dimampukan untuk
beragam? Karena tidak ada satu jenis pangan yang variasi pangan masing-masing. Jenis pangan disatu sistematis dan berkesinambungan. menyediakan menu Isi Piringku dan pangan
memiliki nilai gizi yang sempurna untuk kebutuhan daerah dapat berbeda dengan daerah lainnya. sehat beragam lainnya pada produk yang mereka
kesehatan tubuh manusia. Melalui konsumsi pangan Berbeda sumber karbohidratnya, berbeda sumber Dalam konteks ini, Pemberdayaan Kesejahteraan sediakan/jual. Semua upaya ini bertujuan agar para
dengan proporsi keragaman yang baik, maka proteinnya, berbeda sayurannya, bahkan berbeda Keluarga (PKK) dan Pos Pelayanan Terpadu siswa yang merupakan calon pembentuk keluarga
kebutuhan gizi akan terpenuhi, yang pada gilirannya bumbunya. (Posyandu) perlu direvitalisasi dan diberdayakan Indonesia ini menjadi paham dan mengalami secara
akan memberikan kontribusi langsung terhadap untuk mempromosikan dan membentuk pola langsung (hands-on) praktik pangan sehat dan
kualitas kesehatan bangsa secara keseluruhan. Oleh karena itu, Isi Piringku juga harus dimodifikasi makan sehat dan beragam. Dalam konteks ini peran beragam.
sesuai dengan sumber daya pangan yang ada perempuan menjadi sangat penting dan sentral
Konsep pangan sehat beragam ini harus menjadi di masing-masing daerah, sehingga konsep “Isi sehingga perlu dilibatkan secara aktif dan setara. Program Kebun Sekolah perlu diberdayakan
jiwa dan tujuan bersama (common goal) bagi Piringku Lokal” yang merupakan modifikasi dari kembali, terutama untuk memperkenalkan dan
perencanaan dan praktik pangan pada seluruh Isi Piringku untuk masing-masing daerah perlu Fenomena perubahan pola makan tidak sehat yang mempraktekkan keragaman pangan lokal. “Panen
kementerian, lembaga, dan para pemangku ditetapkan, disebarluaskan, dan diterapkan di terjadi pada kelompok usia remaja saat ini harus Beragam Sekolah”, disertai dengan selebrasi “Pesta
kepentingan pangan. masing-masing daerah. dikelola secara bijak. Sebagai calon pembentuk Pangan Lokal” perlu dijadikan sebagai salah satu
rumah tangga, remaja (putra dan putri) harus agenda berkala dalam kurikulum Pendidikan sekolah
Dalam konteks perencanaan, tujuan bersama Isi Piringku dan Isi Piringku Lokal harus menjadi dasar dan menengah.
tersebut di atas harus menjadi titik awal dalam gerakan besar yang dilakukan secara masif,
tahapan perencanaan pangan pada seluruh konsisten, dan berkesinambungan dengan
kementerian dan lembaga. Mewujudkan Isi Piringku pelibatan aktif seluruh pemangku kepentingan

Sorghum dari Nusa Tenggara Timur yang diolah dan disajikan secara
menjadi pola konsumsi pangan masyarakat pangan di Indonesia.

kreatif menjadi kudapan “berkelas” • Sumber Foto: Ario Tranggono


Indonesia sehari-hari adalah indikator kinerja utama
dalam pengelolaan pangan di Indonesia.

Kekayaan keragaman pangan Indonesia yang


Isi Piringku Lokal
dapat disajikan kedalam Isi Piringku Lokal:
Lauk-
Keragaman pangan melimpah ruah di Pauk • 77 jenis tanaman sumber karbohidrat,
Nusantara, setiap daerah memiliki berbagai Lokal • 75 jenis tanaman sumber minyak/lemak,
jenis sumber pangannya masing-masing. • 26 jenis kacang-kacangan,
Kelimpahan ini harus diberdayakan. Buah- • 89 jenis buah-buahan,
Buahan
Pemanfaatan secara bijak atas • 228 jenis sayuran,
Makanan &
kelimpahan ini akan lebih memastikan Pokok Sayuran • 40 jenis tanaman bahan minuman,
ketahanan pangan di darah masing-masing Lokal Lokal • 110 jenis rempah dan bumbu,
dan secara langsung berkontribusi terhadap • Sumber pangan hewani,
ketahanan pangan nasional. • Sumber pangan dari laut selain ikan.

32 33
Makalah Strategi Sistem Pangan Berkelanjutan Indonesia

Kedaulatan Pangan Berbasis Proses Perencanaan Pada


Keanekaragaman Hayati Sistem Pangan Berkelanjutan

Pada Agustus 2019, Yayasan Keanekaragaman kearifan lokal ini telah terbukti memberikan tingkat Secara ideal, tahap pertama dari proses perencanaan berarti melakukan budidaya dan pengambilan
Hayati Indonesia (KEHATI) telah merumuskan resiliensi pangan (food resiliency) yang tinggi. pangan adalah menetapkan sasaran status gizi pangan dalam batas-batas kemampuan alam,
sepuluh rekomendasi tentang kedaulatan pangan dan kesehatan masyarakat. Proses-proses lainnya sekaligus efisien secara ekonomi dan berkeadilan
berbasis keanekaragaman yang ada di Indonesia. Contohnya, lumbung pangan berkearifan lokal yang ditarik agar mampu mencapai sasaran yang telah sosial.
Keanekaragaman adalah faktor kunci keberhasilan menjadi salah satu tulang punggung ketahanan ditetapkan tersebut. Sehingga setiap proses saling
(key success factor) kemandirian, kedaulatan, dan pangan perlu dihidupkan kembali. Model-model terkait dan saling berkesinambungan. Untuk mewujudkan seluruh proses di atas,
ketahanan pangan di Indonesia. lumbung pangan seperti yang ada pada masyarakat perencanaan pangan tidak boleh lagi dilakukan
adat Baduy, Ciptagelar, atau Minangkabau adalah Saat ini, hubungan kausal dari setiap proses secara terpisah sesuai dengan kewenangan serta
Hasil penelitian telah menunjukkan bahwa secara contoh knowledge and wisdom asset kearifan lokal perencanaan hampir tidak ada. Akibatnya, koordinasi tugas pokok dan fungsinya saja. Perencanaan
historis, penduduk Nusantara memiliki pola berbasis keberagaman yang masih dan semakin antar sektor menjadi relatif sukar. Karenanya, pangan harus dilakukan secara holistik sepanjang
konsumsi pangan yang sangat beragam, sesuai relevan dengan kebutuhan pengelolaan pangan di paradigma perencanaan pangan harus diubah dari daur hidup dengan melibatkan seluruh kementerian
dengan kekayaan sumber daya lokal yang tersedia di Indonesia saat ini. berorientasi pada proses awal (produksi) menjadi dan lembaga yang terkait. Untuk setiap tahapan
daerah masing-masing. Keragaman disertai dengan berorientasi pada tujuan akhir (sasaran status gizi daur hidup seluruh lembaga dan kementerian harus
dan kesehatan masyarakat). harus duduk bersama secara bersamaan, difasilitasi
oleh kementerian dan/atau lembaga focal point.
Selain itu, dua kunci utama terwujudnya sistem Kuncinya adalah perencanaan pangan terintegrasi
Pemerintah dan stakeholder terkait perlu mengembalikan konsep pangan Nusantara yang didasarkan pada pangan berkelanjutan harus dapat diterapkan, dari hulu ke hilir.
keberagaman sumber daya hayati dan budaya lokal. Pemerintah perlu mengubah visi pangan nasional untuk yaitu konsumsi pangan yang bertanggung jawab
mengakomodasi keragaman dan kebutuhan pangan lokal, yang secara alami telah beradaptasi dengan kondisi dan produksi pangan berkelanjutan. Pada intinya, Walaupun focal point pada proses perencanaan
Pertama lingkungan setempat dan secara budaya menjadi sumber pangan masyarakatnya. Oleh karena itu, ketersediaan keduanya adalah pengelolaan supply dan demand pangan adalah kementerian dan lembaga
pangan nasional harus memasukkan data tentang ketersediaan pangan nusantara dan tidak lagi disederhanakan
secara integratif. pemerintah, namun pada pelaksanaannya seluruh
hanya menjadi padi, jagung, dan kedelai yang kemudian dipaksakan diseluruh Indonesia yang memiliki
keberagaman agroklimat dan budaya. pemangku kepentingan yang relevan harus
Konsumsi pangan secara bertanggung jawab berarti sejak awal dilibatkan secara aktif dalam proses
konsumen memilih pangan yang sehat dan berasal perencanaan pangan pada setiap level yang relevan
Pemerintah dan stakeholder terkait perlu mengarusutamakan pangan Nusantara ke dalam program nasional
dari sumber-sumber pangan yang berkelanjutan. (nasional, provinsi, kabupaten/kota).
sebagai pengejawantahan dari visi Presiden terpilih, yaitu pembangunan sumber daya manusia dan APBN yang
Kedua fokus dan tepat sasaran. Selain itu, perlu memperluas ruang lingkup visi Presiden terpilih untuk mempercepat Sementara produksi pangan secara berkelanjutan
dan melanjutkan pembangunan infrastruktur, tidak hanya persawahan dan perkebunan melainkan juga wilayah
cadangan pangan lainnya

Sasaran Status Gizi & Kesehatan Kemenkes, BKKBN, BPJS, Bappenas, Kemendagri,Pemda (Pemprov, Pemkab, Pemkot)
Gagasan tentang mengembalikan keberagaman pangan Nusantara perlu masuk dalam Rencana Pembangunan
Ketiga Masyarakat
Jangka Menengah Nasional (RPJMN), program prioritas nasional, dan sistem penganggaran nasional.

Pemerintah dan stakeholder terkait perlu menyusun target nasional penurunan konsumsi beras sebagai sumber
Keempat Pola Konsumsi Pangan yang Kemenkes, Kominfo, BPJS, Bappenas, BKKBN, Kemendikbud, Kemenag, KPPPA, KLHK,
karbohidrat dan menggantinya dengan ragam pangan nusantara lainnya.
Bertanggung Jawab Kemendagri, Bekraf, Pemda

Kebijakan tentang pangan perlu diintegrasikan dengan kesehatan, keberagaman hayati, perubahan iklim, dan
sejalan dengan Sustainable Development Goals (SDGs), khususnya goal ke-2. Perlu ditekankan bahwa produksi
Kelima pangan ke depan harus mengembangkan model berkelanjutan melalui pendekatan agroekologi yang berbasiskan Kebutuhan Konsumsi Pangan Kemendag, KLHK, Kementan, Bappenas, Kemendagri, Pemda
empat pilar: layak secara ekonomi, teknologi adaptif, tidak merusak lingkungan, serta secara sosial-budaya
diterima warga.

Ketersediaan Pangan Kemendag, Bulog, Kemenhub, Kemendagri, Kemensos, Pemda


Pemerintah dan stakeholder terkait perlu merealisasikan Cadangan Pangan Masyarakat (CPM), sesuai UU Pangan
Keenam Pasal 33, di mana masyarakat punya hak dan kesempatan seluas-luasnya dalam mewujudkannya. Demikian juga
perlu pemerintah memfasilitasi pengembangan CPM sesuai kearifan lokal.

Produksi Pangan Berkelanjutan Kementan, KKP, KLHK, PUPR, Kemenperin, Kemendagri, Bekraf, Pemda
Pemerintah dan stakeholder terkait perlu membangun mekanisme pemberian insentif, termasuk penghargaan,
Ketujuh
bagi pemerintah daerah dan pegiat pelestarian pangan Nusantara.

Menetapkan percepatan konsumsi pangan Nusantara sebagai prioritas pemerintah sesuai Undang-Undang
Kedelapan Pangan melalui Gerakan konsumen (perempuan dan anak ) dengan pendekatan kuliner dan budaya. Sistem Budidaya & Pengambilan
Pangan Berkelanjutan Kementan, KKP, KLHK, BPN/ATR, Kemendagri, Pemda

Kesembilan Membangun ekosistem kondusif untuk melahirkan petani muda dalam mengembangkan pangan Nusantara.

Proses Focal Point Kementerian dan Lembaga


Menguatkan inisiatif pengembangan benih yang bersumber dari keanekaragaman hayati Indonesia menuju
Kesepuluh
Indonesia daulat benih dan pangan dengan melindungi hak-hak pelestari/petani benih.

34 35
Makalah Strategi Sistem Pangan Berkelanjutan Indonesia

Peran Focal Point dalam


Perencanaan Pangan Nasional

No Tahapan Focal Point Kementerian No Tahapan Focal Point Kementerian


Peran Kementerian dan Lembaga Peran Kementerian dan Lembaga
Perencanaan dan Lembaga Perencanaan dan Lembaga

1 Penetapan dan Kemenkes, BKKBN, BPJS, Kemenkes adalah focal point utama 4 Penetapan dan Kemendag, Bulog, Kemenhub, Kementerian dan lembaga menetapkan tingkat
Pencapaian Bappenas, Kemendagri, pada tahapan ini; BKKBN berperan dalam Pencapaian Kemendagri, Kemensos, ketersediaan pangan, cadangan pangan,
Sasaran Pemda (Pemprov, Pemkab, mengarusutamakan pendekatan keluarga untuk Ketersediaan Pemda sistem logistik pangan nasional, termasuk
Status Gizi Pemkot) status gizi dan kesehatan; BPJS berperan penting Pangan sistem distribusi pangan nasional; Kemensos
dan Kesehatan untuk meningkatkan kualitas gizi dan kesehatan (Termasuk merumuskan mekanisme bantuan pangan non-
Masyarakat dalam rangka menurunkan risiko penyakit Logistik dan tunai yang tidak berorientasi pada beras, namun
yang pada gilirannya akan mengurangi beban Distribusi) berorientasi pada potensi pangan pokok sesuai
jaminan kesehatan BPJS; Bappenas berperan dengan kebutuhan daerah setempat.
menyelaraskan perencanaan dengan rencana
nasional secara keseluruhan. Pemerintah
provinsi, kabupaten, dan kota harus dilibatkan 5 Penetapan dan Kementan, KKP, KLHK, Kementan dan KKP merumuskan tingkat
sejak awal pada seluruh tahapan perencanaan Pencapaian PUPR, Kemenperin, produksi pangan nasional berdasarkan
pangan karena merupakan ujung tombak dalam Produksi Pangan Kemendagri,Bekraf, Pemda pola pangan sehat dan berkelanjutan serta
pengelolaan pangan di Indonesia. Berkelanjutan, merumuskan pergeseran (shifting) dari budidaya
termasuk berorientasi kimia ke budidaya organik; KKP,
pengelolaan food KLHK dan BPN/ATR merumuskan mekanisme
2 Penetapan dan Kemenkes, Kominfo, Kominfo, Kemendikbud, Kemenag, dan loss pengambilan pangan dari laut dan hutan
Pencapaian BPJS, Bappenas, BKKBN, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan (terutama hutan masyarakat adat); PUPR
Pola Konsumsi Kemendikbud, Kemenag, Perlindungan Anak berperan mempromosikan merumuskan dan menyiapkan kebutuhan
Pangan Sehat KPPPA, KLHK, Kemendagri, dan mengedukasi secara masif pola konsumsi prasarana dalam rangka pergeseran ke budidaya
dan Bertanggung Bekraf, Pemda pangan sehat, beragam, dan bertanggung jawab pangan organik. Bekraf mendorong aspek kreatif
Jawab melalui berbagai media (termasuk media digital) pangan agar pangan sehat dan beragam selalu
dan institusi pendidikan. sesuai dengan tuntutan selera pada setiap
generasi, terutama generasi muda.

3 Penetapan dan Kemendag, KLHK, Kementan, Kemendag dan Kemenkes merumuskan


Pencapaian Bappenas, Kemendagri, kebutuhan konsumsi pangan berdasarkan pola 6 Penetapan dan Kementan, KKP, KLHK, BPN/ Kementan dan KKP merumuskan sistem dan
Kebutuhan Pemda konsumsi pangan yang disepakati bersama Pencapaian ATR, Kemendagri, Pemda mekanisme budidaya pangan dengan mengarus-
Konsumsi (misalnya berdasarkan konsep “Isi Piringku” dan Sistem utamakan budidaya organik.
Pangan, “Isi Piringku Lokal/Daerah”. Budidaya dan
termasuk Pengambilan KKP dan KLHK merumuskan mekanisme
pengelolaan food Semua kementerian dan lembaga menetapkan Pangan pengambilan pangan dari hutan dan laut.
waste tingkat kebutuhan bahan pangan sebagai Berkelanjutan
prioritas kebutuhan pangan masyarakat, dan
memisahkannya secara tegas dengan tingkat
kebutuhan bahan pangan sebagai komoditas dan
sumber energi.

36 37
Makalah Strategi Sistem Pangan Berkelanjutan Indonesia

Bab 3
Sistem Pangan Berkelanjutan Indonesia

Delapan Prinsip Sistem Pangan Berkelanjutan Indonesia 40

Daur Hidup Pangan Berkelanjutan Indonesia 41

Model Sistem Pangan Berkelanjutan Indonesia 42

Isu-Isu Utama Pangan Nasional 44

Matriks Sistem Pangan Berkelanjutan Indonesia 47

Perempuan di Krayan, Kalimantan Utara sedang memetik pakis merah untuk dijadikan sayur • Sumber Foto: Ery Bukhorie
Isu Bersama Pangan Pada Setiap Tahapan Daur Hidupnya 48

Pelaku, Focal Point, dan Pemangku Kepentingan Pangan 50

Intervensi dan Inovasi Sistem Pangan Berkelanjutan Indonesia 52

Rekomendasi Pangan Berkelanjutan Indonesia 58

38 39
Makalah Strategi Sistem Pangan Berkelanjutan Indonesia

Delapan Prinsip Sistem Pangan Daur Hidup Pangan


Berkelanjutan Indonesia Berkelanjutan Indonesia


Sistem pangan harus bersifat holistik dan berkelanjutan. Pengambilan
Sistem pangan harus didasarkan pada daya dukung lingkungan dan sumber daya alam. & Konservasi Konsumsi
Keduanya adalah aset pangan yang paling berharga.


Plasma Nutfah,
Pemrosesan & Penyimpanan & Logistik &
Lahan Pangan,
Pengemasan Pencadangan Distribusi Pasca
Sistem dan praktik pangan berkelanjutan di Indonesia dengan kebutuhan bangsa Indonesia, serta bersifat dan Laut
Konsumsi &
harus didasarkan pada prinsip-prinsip yang progresif lestari. Setidaknya terdapat delapan prinsip yang Budidaya
Kehilangan
namun mengakar kuat pada kearifan Nusantara. perlu dianut untuk membentuk sebuah sistem Pangan
Prinsip tesebut akan mampu memberikan landasan pangan berkelanjutan di Indonesia.
yang kokoh (robust) sekaligus sesuai (suitable)
Sistem pangan berkelanjutan perlu didasarkan Disisi lain, sebagai negara kelautan, Indonesia sangat
pada pendekatan daur hidup (life cycle approach). bergantung pada laut sebagai salah satu sumber
Konsep dari buaian ke buaian (from cradle to cradle) pangan dan komoditas utama. Analog dengan lahan,
harus diterapkan secara konsisten. Sistem pangan diperlukan akses yang inklusif agar masyarakat dapat
Tujuan Bersama (common Holistik, perencanaan dan harus bersifat tertutup (closed loop), sehingga akan mengambil pangan dari laut secara bijak. Konservasi
goals), pangan merupakan praktik pangan Indonesia dari meningkatkan efisiensi dan mengurangi sumber daya laut sebagai sumber pangan adalah hal yang
pemersatu bagi segenap pelaku hulu ke hilir harus melibatkan yang terbuang pada setiap tahapan daur hidupnya (life mendesak dan krusial untuk dilakukan, saat ini dan di
dan pemangku kepentingan para pelaku dan pemangku cycle stages). masa depan.
dalam proses perencanaan dan kepentingan pangan secara
praktik pangan di Indonesia. partisipatif. Tahapan daur hidup pangan yang pertama adalah Budidaya atau usaha pangan dilakukan oleh puluhan
plasma nutfah, lahan, dan laut. Keduanya merupakan juta masyarakat Indonesia. Tahapan ini berperan
sumber daya alam yang sangat penting dalam daur penting dalam menyediakan pangan segar dan
hidup pangan di Indonesia. Berbagai jenis pangan bahan baku pangan jadi (olahan). Karenanya peran
Lokal, sesuai dengan kondisi pokok yang beragam dapat dioptimalkan untuk masyarakat ini perlu didukung dengan insentif yang
Inklusif, Seluruh pelaku dan dan kebutuhan negara dan memenuhi kemandirian pangan bangsa. Pada memadai. Selain itu, peran sektor swasta sangatlah
pemangku kepentingan pangan bangsa Indonesia, dan dasarnya, di Indonesia terdapat dua jenis lahan besar. Peran ini harus diberdayakan untuk memberikan
berhak berpartisipasi dalam kespesifikan serta keberagaman penting bagi pangan, yaitu lahan budidaya dan nilai tambah pangan yang optimal.
praktik pangan dan memperoleh sumber daya pangan lokal hutan. Untuk lahan budidaya, isu utamanya adalah
pangan sehat beragam yang di masing-masing daerah, ketersediaan lahan pangan berkelanjutan. Lahan Penyimpanan dan pencadangan pangan merupakan
layak dan adil; Kelompok marjinal seperti termasuk mengakomodasi pangan berkelanjutan harus menjadi salah satu upaya “menabung” pangan yang perlu dilakukan oleh
perempuan, anak-anak, buruh tani dan nelayan, sistem tradisional. prioritas pembangunan nasional. berbagai pihak, masyarakat, pemerintah daerah, dan
masyarakat adat harus memperoleh akses yang pemerintah untuk memastikan ketersediaan pangan
adil dan setara, termasuk akses ke lahan pangan Berdasarkan data dari Aliansi Masyarakat Adat secara lestari. Distribusi pangan adalah penyampaian
(tenurial). Sistem lingkungan dan sumber Nusantara (AMAN), saat ini sekitar 20-30 juta aliran komoditas pangan dari produsen ke konsumen
daya alam, sistem dan praktik jiwa masyarakat adat di Indonesia bergantung atau usaha yang mencakup kegiatan arus barang
pangan harus berada dalam pada pengambilan pangan (food gathering) dari dan jasa sampai di tangan konsumen. Dua aspek
tingkat daya dukung dan daya hutan dan laut di sekitar mereka tinggal, selain pentingnya adalah saluran (channel) distribusi dan
Kesalingtergantungan tampung lingkungan dan melakukan pertanian tradisional di ladangnya. aktivitas fisik distribusi.
(interdependency), terjadi sumber daya alam; termasuk AMAN memperkirakan saat ini, secara total, jumlah
interaksi aktif dan saling antisipasi terhadap perubahan masyarakat adat di Indonesia mencapai sekitar 60- Konsumsi terutama melibatkan keluarga dan/atau
membutuhkan antar pelaku dan iklim. 70 juta jiwa. Konservasi hutan dan lahan disekitar komunitas. Pada tahapan ini, pola konsumsi pangan
pemangku kepentingan pangan. masyarakat adat adalah isu yang sangat penting sangat berpengaruh terhadap status gizi individu
yang berpengaruh pada kinerja ketahanan pangan masyarakat. Konsumsi yang bertanggung jawab
Keberlanjutan (sustainability), nasional. Masyarakat adat mengenal “siklus pangan”, (responsible consumption) harus menjadi pilihan.
pengelolaan pangan ber- yaitu jenis-jenis pangan (nabati dan hewani) apa saja Pasca konsumsi melibatkan timbulan makanan
Daur Hidup Pangan (food life orientasi pada pembentukan yang tersedia pada satu masa tertentu, sepanjang sisa (food waste) pada tahap konsumsi. Sebenarnya
cycle), pengelolaan pangan kapasitas bangsa sehingga tahun. Pada hutan yang masih “baik” siklus pangan sumber daya pangan juga dapat hilang pada setiap
berorientasi pada sebuah daur mampu memperoleh manfaat masyarakat adat mencapai ratusan jenis pangan, tahapan daur hidup pangan sebelum konsumsi, dalam
tertutup (from cradle to cradle) optimal pangan tanpa sementara itu, pada kasus terburuk hanya terdapat bentuk kehilangan pangan (food loss). Menurunkan
pangan. mengorbankan kemampuan 6 jenis pangan saja sepanjang tahunnya. Pada kasus kedua jenis kehilangan ini akan mampu menambah
generasi mendatang. seperti ini, terjadilah kurang pangan pada masyarakat ketersediaan pangan secara signifikan.
adat tersebut. Karenanya, konservasi hutan dan akses
ke hutan untuk pengambilan pangan menjadi sangat
penting untuk ketahanan pangan Indonesia.

40 41
Makalah Strategi Sistem Pangan Berkelanjutan Indonesia

Model Sistem Pangan


Berkelanjutan Indonesia

Sistem Pangan Berkelanjutan Indonesia (SPBI) Resultan dari kedua komponen tersebut akan
N A N BE RK E L A N
tersusun atas beberapa komponen utama. membentuk ketahanan pangan dan gizi, yaitu
Kompenen pertama yaitu prinsip-prinsip dasar tersedianya pangan setiap waktu dalam jumlah A NG U JUTA
PEMB

keluaran & dampak


yang harus diterapkan (holistik, inklusif, lokal, daur yang mencukupi serta aman dikonsumsi. Ketahanan N
hidup, kesalingtergantungan, sistem lingkungan pangan dan gizi pada dasarnya adalah output dari
dan sumber daya alam, dan keberlanjutan). Prinsip sistem pangan berkelanjutan.
tersebut menjadi fondasi bagi sebuah sistem P SE HAT, AK TIF DAN
pangan berkelanjutan yang kokoh (robust). Outcome dari sistem adalah individu yang aktif, I DU H I DU PROD
UK
INDIV TIF
sehat, dan produktif. Pada tingkatan ini berbagai
Penerapan SPBI adalah berbasis keluarga. Sebagai faktor diluar pangan itu sendiri harus dilibatkan, salah
HAN AN PANGAN
sebuah sistem terkecil dalam bermasyarakat dan satunya adalah pola hidup bersih dan sehat. Artinya
kETA & GIZ
bernegara, keluarga-keluarga diseluruh Indonesia diperlukan keterlibatan aktif dari seluruh pelaku kunci
I
akan menjadi inti dan ujung tombak untuk dan pemangku kepentingan. SPBI bukanlah sekedar
membentuk pola konsumsi pangan sehat, beragam, memproduksi pangan saja namun mencakup seluruh
dan bertanggung jawab. Konsep pangan sebagai tahapan daur hidup pangan..
kebutuhan fisikal (physical needs) harus ditanamkan, LINGKUNGAN
alih-alih sebagai kebutuhan rekreasional. Negara harus berperan aktif dalam sistem pangan,
terutama dalam memastikan ketersediaan dan
Sepanjang daur hidup pangan (food life cycle) kestabilan harga pangan, sesuai dengan amanat
terjadi interaksi antara pelaku dan pemangku Undang-Undang Pangan. Untuk memastikan SPBI ca
Pas umsi
kepentingan pangan dengan aspek sosial-ekonomi- berjalan efektif, Pemerintah harus menetapkan n s
Ko

prasyarat dan interaksi


budaya. Interaksi ini adalah inti dari sistem pangan sistem insentif dan disinsentif yang memadai.

Kemandirian PANGAN
KEDAULATAN PANGAN
berkelanjutan. Pada tataran ini, praktik produksi dan Selain itu, keterlibatan seluruh pelaku dan pemangku
konsumsi yang bertanggung jawab harus diterapkan kepentingan harus pula diakomodasi dan dijamin. Keluarga
secara konsisten. SPBI haruslah bersifat partisipatif.

Salah satu aspek penting yang harus diperhatikan Pada gilirannya, pencapaian holistik dari sistem
adalah interaksi yang terjadi tersebut berada pangan berkelanjutan akan berkontribusi pada
dalam sistem lingkungan dan sumber daya alam. pembangunan berkelanjutan yang mampu
Artinya sistem harus beroperasi dalam batas-batas memenuhi kebutuhan pangan sehat dan beragam Komunitas
kemampuan lingkungan dan sumber daya alam. pada saat sekarang tanpa mengorbankan
Melampauinya berarti merusak aset pangan yang kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi
paling berharga. kebutuhannya.

Komponen kemandirian pangan terkait dengan


kebebasan pilihan pangan, sedangkan komponen
kedaulatan pangan terkait dengan kemampuan
bangsa untuk menyediakan sendiri seluruh atau SUM
BER DAYA ALAM
sejumlah tertentu pangan. Kedua komponen
tersebut merupakan prasyarat terwujudnya sistem
pangan berkelanjutan. Negara, Pemerintah Daerah,
dan masyarakat harus memilih pangan sehat, Tujuan Saling Keter- Daur Lingkungan prinsip
Bersama Holistik Inklusif Lokal gantungan Hidup & SDA Keberlanjutan
beragam, dan berkelanjutan sebagai pola konsumsi
pangan Bangsa Indonesia..

Sistem Pangan Berkelanjutan Indonesia (SPBI) berpusat pada keluarga. Keluarga


menjadi inti untuk membiasakan, membentuk karakter, dan menanamkan budaya
pola konsumsi pangan sehat, beragam, lokal, dan bertanggung jawab.

42 43
Makalah Strategi Sistem Pangan Berkelanjutan Indonesia

Isu-Isu Utama
Pangan Nasional

Berdasarkan hasil workshop, wawancara, focus 12. Kepastian lahan pertanian berkelanjutan dan
group discussion, telaah bahan paparan tentang aspek tenurial (terutama akses) lahan pertanian
pangan, dan telaah literatur, diperoleh beberapa isu bagi masyarakat belum sepenuhnya terjamin.
pangan yang mengemuka di Indonesia pada saat
ini. Isu-isu ini akan menjadi fokus pada perumusan 13. Belum adanya mekanisme distribusi pangan
strategi dan roadmap pangan Indonesia 2020-2024. dari masyarakat adat ke pasar ‘konvensional’
pangan.
1. Sistem pangan nasional tidak tersedia.
14. Nilai ecosystem services hutan (salah satunya
2. Rencana pangan holistik nasional tidak tersedia, sebagai sumber pangan) tidak tervaluasi secara
setiap sektor melakukan perencanaan sendiri- komprehensif dan belum dikenal luas.
sendiri, tidak terjadi harmonisasi hulu ke hilir.
15. Perlunya kepastian hukum tentang status ‘hutan
3. Munculnya isu kekurangselarasan program, masyarakat adat’ sebagai sumber pangan lokal.
anggaran, dan kinerja keseluruhan pangan pada
kementerian dan lembaga pada setiap elemen 16. Keragaman pangan berorientasi pada padi,
rantai nilai pangan (food value chain). jagung, kedelai (Pajale).

4. Lembaga penyelaras/ pengkoordinasi sistem 17. Fokus pada Pajale baru berhasil mengangkat
pangan nasional tidak tersedia. secara signifikan produksi jagung, sedangkan
beras dan kedele tidak signifikan; impor kedua
5. Kelembagaan koordinasi di tingkat Pusat dan komoditas ini masih tinggi.
Daerah perlu diperkuat karena koordinasi melalui
Dewan Ketahanan Pangan belum berjalan 18. Terjadi kesenjangan antara jumlah produksi
maksimal. pangan dibandingkan dengan tingkat status gizi
masyarakat yang masih bermasalah.
6. Belum tersedianya sistem informasi pangan
nasional yang komprehensif; termasuk belum 19. Pertanian organik kurang populer karena aspek
tersedianya national food system dashboard. sertifikasi menjadi penghalang dan mahalnya
biaya investasi tiga tahun pertama.
7. Undang-Undang Pangan belum bersifat inklusif,
buruh tani, perempuan, dan kelompok rentan/ 20. Beberapa sumber pangan (karbohidrat) lokal
marjinal belum dicantumkan didalamnya. cenderung terabaikan, misalnya Sorghum,
Jewawut, Jelai, umbi-umbian.
8. Makanan (dan minuman) belum menjadi sektor
ekonomi tersendiri sehingga kurang mendapat 21. Terjadinya disparitas harga beras nasional vs
prioritas yang tinggi dalam tata kelola dan negara lain menunjukkan belum efisiennya
investasi. produksi beras di Indonesia; Kondisi ini juga
menjadi pendorong terjadinya impor beras.
9. Tidak tersedianya Standar Pelayanan Minimal
Pangan sebagai salah satu sarana insentif dan 22. Kebutuhan makanan jadi (processed food)
disinsentif bagi Pemerintah Daerah. bertumbuh pesat, ‘merebut’ pangsa makanan
segar.
10. Masih rendahnya peran swasta pada praktik
pangan di Indonesia karena belum adanya 23. Pengembangan industri pangan lokal
mekanisme yang jelas tentang partisipasi oleh Kementan masih bersifat proyek/
mereka; diperlukan mekanisme pembiayaan percontohan/ sporadis; tidak sistematis dan
pangan yang melibatkan swasta secara masif. berkesinambungan.

11. Sumber daya genetik pangan belum menjadi 24. Perlunya antisipasi terhadap pangan 4.0 dan
hak petani (common property) jenis pangan baru (misalnya farmless meat)

44 45
Makalah Strategi Sistem Pangan Berkelanjutan Indonesia

Isu-Isu Utama Matriks Sistem Pangan


Pangan Nasional Berkelanjutan Indonesia

25. Lumbung pangan lokal dengan kearifannya tidak 35. Terjadi peningkatan penyakit degeneratif yang Sesuai dengan Model Sistem Pangan Berkelanjutan life cycle stages). Interaksi pada SPBI tersebut
dioptimalkan dan direplikasi sebagai sistem salah satunya disebabkan oleh pola konsumsi Indonesia (SPBI), terjadi interaksi yang kuat antara dituangkan ke dalam matriks di bawah ini yang pada
lumbung pangan nasional pangan (dietary related). aspek sosial, ekonomi, dan budaya dengan aktivitas dasarnya merupakan elaborasi dari model tersebut.
pada setiap tahapan daur hidup pangan (food
26. Terjadinya kesenjangan akses pangan di 36. Tingkat stunting, gizi buruk, dan gizi kurang pada
beberapa wilayah Indonesia. balita masih cukup tinggi.

Plasma Nutfah serta

Logistik & Distribusi

Kehilangan Pangan
Tahap Daur

Pasca Konsumsi &


27. Keamanan pangan masih belum sepenuhnya 37. Munculnya fenomena kelebihan berat badan

Lahan & Perairan

Pemrosesan dan

Penyimpanan &
Pengambilan &
Hidup

Pencadangan
terpenuhi. dan kegemukan pada orang dewasa yang

Pengolahan
Konservasi

Konsumsi
Budidaya
Pangan
cenderung meningkat.
28. Pengembangan produk untuk meningkatkan
kualitas konsumsi pangan masih sering 38. Pengeluaran konsumsi untuk tembakau dan
terkendala oleh konflik kepentingan dan sirih nilainya relatif setara dengan konsumsi
Aspek
keterbatasan pemahaman mengenai tujuannya, pangan.
sehingga beberapa program fortifikasi Isu Bersama Pangan
pangan misalnya terhambat persoalan di level 39. Pola konsumsi sehat “Isi Piringku” belum (Food’s Common Baris ini menguraikan tentang isu-isu utama pangan yang muncul pada keseluruhan
implementasi; dan biofortifikasi misalnya, diterapkan secara umum oleh konsumen; salah Isues) atau beberapa tahapan daur hidup pangan.
belum menjadi prioritas dalam perencanaan satunya karena promosi yang kurang masif.
pengembangan komoditas unggulan. Baris ini menguraikan tentang isu utama pangan yang muncul setiap tahapan daur
Isu Utama
40. Aspek Pre-DM (diabetes melitus) yang erat hidup pangan
29. Buah lokal belum menjadi ‘tuan rumah’ di retailer hubungannya dengan pola konsumsi belum ada
besar. yang mengelola Baris ini menguraikan tentang siapa saja pelaku utama pangan untuk setiap tahapan
Pelaku Utama
daur hidup pangan
30. Lembaga keamanan pangan yang terpisah 41. BPJS belum terlibat aktif dalam promosi
(OKKP dan BPOM) tidak cukup kuat (powerful) kesehatan terkait pangan untuk mengurangi Focal Point Baris ini menguraikan tentang siapa saja focal point Kementerian dan Lembaga yang
untuk mengelola keamanan pangan secara beban kuratif lembaga tersebut. Kementerian/ memiliki wewenang dan tanggung jawab yang relevan pada setiap tahapan daur
komprehensif; Salah satu penyebabnya adalah Lembaga hidup pangan
level eselon kedua lembaga tersebut tidak 42. Politik anggaran belum berpihak ke kesehatan
setara. promotif dan preventif yang erat berhubungan
Pemangku Baris ini menguraikan tentang siapa saja pemangku kepentingan yang harus
dengan pangan. Kepentingan dilibatkan pada setiap tahapan daur hidup pangan
31. Aspek keamanan pangan beras rastra Bulog
tidak diaudit OKKP; Bulog memiliki mekanisme 43. Dana Desa belum dimanfaatkan untuk aspek Tujuh baris dibawah ini menguraikan tentang intervensi yang diterapkan untuk isu-isu
tersendiri. kesehatan, terutama kesehatan promotif dan Intervensi
utama pangan yang telah diidentifikasi
preventif.
32. Tidak tersedianya sistem logistik pangan Deskripsi tentang intervensi untuk aspek kebijakan pemerintah
Kebijakan
nasional yang komprehensif. 44. Perlunya merevitalisasi kembali Posyandu dan
Puskesmas untuk memperkuat praktik pangan
33. Terjadi perubahan pola pangan masyarakat, sehat dan beragam. Kelembagaan Deskripsi tentang intervensi untuk aspek kelembagaan
terutama generasi muda; adanya tantangan
pangan ‘populer’ vs pangan sehat (aspek 45. Terjadinya pemborosan pangan dalam bentuk Keuangan Deskripsi tentang intervensi untuk aspek keuangan
persepsi). food loss dan food waste belum secara
sistematis dituangkan dalam suatu kebijakan Deskripsi tentang intervensi untuk aspek sumber daya manusia dan kompetensi
34. Perubahan pola konsumsi pangan pada remaja dan rencana aksi yang holistik yang melibatkan SDM dan Kompetensi
tentang pangan
yang cenderung mengkonsumsi pangan ‘kurang’ lintas sektor secara terintegrasi.
sehat. Dengan rasa yang ekstrim (sangat pedas,
Teknologi dan Inovasi Deskripsi tentang intervensi untuk aspek teknologi dan inovasi pangan
sangat manis, sangat gurih); menggeser pangan
segar atau sehat yang memiliki rasa yang relatif Deskripsi tentang intervensi untuk aspek regulasi dan standar (norma, prosedur,
Tata Kelola dan
biasa (mild) (aspek selera). Standar standar, dan kriteria)

Perilaku dan Deskripsi tentang intervensi untuk aspek perilaku dan tatanan budaya
Tatanan Budaya

46 47
Makalah Strategi Sistem Pangan Berkelanjutan Indonesia

Isu Bersama Pangan


pada Setiap Tahapan Daur hidup
Tahap Daur
Hidup Plasma Nutfah serta Pasca Konsumsi
Pengambilan & Pemrosesan & Penyimpanan &
Lahan & Perairan Budidaya Logistik & Distribusi Konsumsi & Kehilangan
Konservasi Pengolahan Pencadangan
Pangan Pangan
Aspek

1. Sistem pangan nasional tidak tersedia. 7. Undang-Undang Pangan belum bersifat inklusif, buruh tani, perempuan, dan kelompok rentan/marjinal
2. Rencana pangan holistik nasional tidak tersedia, setiap sektor melakukan perencanaan belum dicantumkan didalamnya.
sendiri-sendiri, tidak terjadi terharmonisasi hulu ke hilir. 8. Makanan (dan minuman) belum menjadi sektor ekonomi tersendiri sehingga kurang mendapat prioritas
3. Munculnya isu kekurangselarasan program, anggaran, dan kinerja keseluruhan pangan pada yang tinggi dalam tata kelola dan investasi.
kementerian dan lembaga pada setiap elemen rantai nilai pangan (food value chain). 9. Tidak tersedianya Standar Pelayanan Minimal Pangan sebagai salah satu sarana insentif dan disinsentif
Isu Bersama 4. Lembaga penyelaras/ pengkoordinasi sistem pangan nasional tidak tersedia. bagi Pemerintah Daerah.
Pangan 5. Kelembagaan koordinasi di tingkat Pusat dan Daerah perlu diperkuat karena koordinasi 10. Masih rendahnya peran swasta pada praktik pangan di Indonesia karena belum adanya mekanisme yang
jelas tentang partisipasi mereka; diperlukan mekanisme pembiayaan pangan yang melibatkan swasta
melalui Dewan Ketahanan Pangan belum berjalan maksimal.
secara masif.
6. Belum tersedianya sistem informasi pangan nasional yang komprehensif; termasuk belum
tersedianya national food system dashboard

11. Sumber daya 14. Nilai ecosystem 16. Keragaman pangan berorientasi 22. Kebutuhan 25. Lumbung 26. Terjadinya kesenjangan akses 33. Terjadi perubahan pola pangan masyarakat, 45. Terjadinya
genetik pangan services hutan pada padi, jagung, kedelai (Pajale). makanan jadi pangan pangan di beberapa wilayah terutama generasi muda; adanya tantangan pemborosan
(salah satunya 17. Fokus pada Pajale baru berhasil (processed food) lokal dengan Indonesia. pangan ‘populer’ vs pangan sehat (aspek pangan
belum menjadi hak
sebagai sumber mengangkat secara signifikan bertumbuh pesat, kearifannya 27. Keamanan pangan masih belum persepsi). dalam bentuk
petani (common pangan) tidak produksi jagung, sedangkan beras ‘merebut’ pangsa tidak sepenuhnya terpenuhi. 34. Perubahan pola konsumsi pangan pada remaja food loss dan
property) tervaluasi secara dan kedele tidak signifikan; impor makanan segar. dioptimalkan 28. Pengembangan produk yang cenderung mengkonsumsi pangan ‘kurang’ food waste
12. Kepastian komprehensif kedua komoditas ini masih tinggi. 23. Pengembagan dan untuk meningkatkan kualitas sehat. Dengan rasa yang ekstrim (sangat pedas, belum secara
lahan pertanian dan belum 18. Terjadi kesenjangan antara industri pangan direplikasi konsumsi pangan masih sangat manis, sangat gurih); menggeser pangan sistematis
dikenal luas. jumlah produksi pangan lokal oleh sebagai sering terkendala oleh konflik segar atau sehat yang memiliki rasa yang relatif dituangkan
berkelanjutan dan
15. Perlunya dibandingkan dengan tingkat Kementan masih sistem kepentingan dan keterbatasan biasa (mild) (aspek selera). dalam suatu
aspek tenurial kepastian status gizi masyarakat yang masih bersifat proyek/ lumbung pemahaman mengenai 35. Terjadi peningkatan penyakit degeneratif yang kebijakan
(terutama akses) hukum tentang bermasalah. percontohan/ pangan tujuannya, sehingga beberapa salah satunya disebabkan oleh pola konsumsi dan rencana
lahan pertanian status ‘hutan 19. Pertanian organik kurang populer sporadis; tidak nasional program fortifikasi pangan pangan (dietary related). aksi yang
bagi masyarakat masyarakat adat’ karena aspek sertifikasi menjadi sistematis dan misalnya terhambat persoalan 36. Tingkat stunting, gizi buruk, dan gizi kurang pada holistik yang
sebagai sumber penghalang dan mahalnya biaya berkesinambungan. di level implementasi; dan balita masih cukup tinggi. melibatkan
belum sepenuhnya
pangan lokal. investasi tiga tahun pertama. 24. Perlunya antisipasi biofortifikasi misalnya, belum 37. Munculnya fenomena kelebihan berat badan dan lintas sektor
terjamin. 20. Beberapa sumber pangan terhadap pangan menjadi prioritas dalam kegemukan pada orang dewasa yang cenderung secara
Isu Utama 13. Belum adanya (karbohidrat) lokal cenderung 4.0 dan jenis perencanaan pengembangan meningkat. terintegrasi.
pada
mekanisme terabaikan, misalnya Sorghum, pangan baru komoditas unggulan. 38. Pengeluaran konsumsi untuk tembakau dan sirih
Masing-
distribusi pangan Jewawut, Jelai, umbi-umbian. (misalnya farmless 29. Buah lokal belum menjadi ‘tuan nilainya relatif setara dengan konsumsi pangan.
Masing
21. Terjadinya disparitas harga meat) rumah’ di retailer besar. 39. Pola konsumsi sehat “Isi Piringku” belum
Tahapan dari masyarakat
beras nasional vs negara lain 30. Lembaga keamanan pangan diterapkan secara umum oleh konsumen; salah
Daur Hidup adat ke pasar menunjukkan belum efisiennya yang terpisah (OKKP dan BPOM) satunya karena promosi yang kurang masif.
Pangan ‘konvensional’ produksi beras di Indonesia; tidak cukup kuat (powerful) 40. Aspek Pre-DM (diabetes melitus) yang erat
pangan. Kondisi ini juga menjadi pendorong untuk mengelola keamanan hubungannya dengan pola konsumsi belum ada
terjadinya impor beras. pangan secara komprehensif; yang mengelola
Salah satu penyebabnya adalah 41. BPJS belum terlibat aktif dalam promosi
level eselon kedua lembaga kesehatan terkait pangan untuk mengurangi
tersebut tidak setara. beban kuratif lembaga tersebut.
31. Aspek keamanan pangan beras 42. Politik anggaran belum berpihak ke kesehatan
rastra Bulog tidak diaudit OKKP; promotif dan preventif yang erat berhubungan
Bulog memiliki mekanisme dengan pangan.
tersendiri. 43. Dana Desa belum dimanfaatkan untuk aspek
32. Tidak tersedianya sistem kesehatan, terutama kesehatan promotif dan
logistik pangan nasional yang preventif.
komprehensif. 44. Perlunya merevitalisasi kembali Posyandu dan
Puskesmas untuk memperkuat praktik pangan
sehat dan beragam.

48 49
Makalah Strategi Sistem Pangan Berkelanjutan Indonesia

Pelaku, Focal Point, dan


Pemangku Kepentingan Pangan

Pelaku Pangan adalah adalah individu, kelompok, pengelolaan pangan. Dalam konteks pengelolaan karena satu atau beberapa faktor seperti Berbagai isu pangan yang terkait dengan satu
organisasi, atau badan usaha yang secara langsung pangan, focal point adalah salah satu pelaku. ketergantungan (dependency), tanggung jawab pihak dapat mempengaruhi isu pangan lain dari
melakukan aktivitas dan/atau usaha pangan pada (responsibility), perhatian (attention), pengaruh para pihak lain. Karenanya, memahamkan isu-isu
salah satu atau lebih tahapan daur hidup pangan. Pemangku Kepentingan Pangan adalah individu, (influence), perspektif berbeda (diverse perspective), pangan secara keseluruhan dan peran dari masing-
kelompok, organisasi, dan/atau badan usaha yang dan lain-lain. masing pihak sangatlah penting untuk dilakukan.
Focal Point Pangan adalah Kementerian dan/atau terpengaruh atau mempengaruhi keputusan dan Komunikasi intensif dan partisipatif, misalnya melalui
Lembaga yang memiliki kewenangan, tugas pokok aktivitas pangan dari pelaku pangan.Individu atau Pada dasarnya, para Pelaku Utama, Focal Point, dan sebuah forum para pemangku kepentingan (multi
dan fungsi melakukan salah satu atau lebih aspek kelompok dapat menjadi pemangku kepentingan Pemangku Kepentingan pangan memiliki saling stakeholder platform) harus diwujudkan agar setiap
ketergantungan (interdependency) yang tinggi. pihak menjadi peduli, kompeten, dan berpartisipasi
aktif mewujudkan Pangan Berkelanjutan Indonesia.

Tahap Daur
Hidup Plasma Nutfah serta Pengambilan & Pemrosesan & Penyimpanan & Pasca Konsumsi &
Lahan & Perairan Konservasi Budidaya Pengolahan Pencadangan Logistik & Distribusi Konsumsi Kehilangan Pangan
Pangan
Aspek

• Petani • Masyarakat adat • Petani pemilik lahan • Korporasi pangan • Masyarakat adat • Wholesaler • Masyarakat • Masyarakat
• Nelayan • Masyarakat • Petani penggarap • Wirausaha dan • Petani • Peritel besar • PKK • Hotel & hospitality
• Masyarakat adat pengumpul hasil • Nelayan UMKM pangan • Kelompok tani dan • Peritel UMKM • Posyandu • Korporasi restoran
• Lembaga Riset dan hutan • Masyarakat adat • Start-up pangan Gapoktan • Peritel daring • Sekolah • Korporasi katering
Perguruan Tinggi • Nelayan • Buruh tani • Pemerintah Desa • Start-up pangan • UMKM pangan jadi
Pelaku Utama • Korporasi benih • Korporasi pangan • “Buruh nelayan” • Wirausaha pangan jadi
• Wirausaha benih • Korporasi budidaya • Petani
pangan • Nelayan
• Wirausaha budidaya
pangan

• Kementan • KLHK • Kementan • Kemenperin • Kemendag • Kemendag • Kemenkes • KLHK


• KLHK • KKP • KKP • Kemendag • Bulog • Kemenkop UKM • Kemendikbud • Kementan
Focal Point • KKP • Pemda • Kementerian PUPR • BPOM • Pemda • BPOM • Kemenag • Bulog
Kementerian/ • BPN/ATR • Pemda • OKKP • OKKP • KPPPA • Pemda
Lembaga • LIPI • Pemda • Pemda • KLHK
• Kemenristek • Pemda
• Pemda

• Kemendagri • Kemendagri • Kelompok tani dan • Kemendagri • Kominfo (pendukung • Kemendag • BKKBN • Kemendagri
• Kemenkeu • Kemenkeu Gapoktan • Kemenkeu lumbung virtual) • Kemenkop UKM • BPJS • Kemenkeu
• Bank dan Lembaga • Bank dan Lembaga • Koperasi • Bank dan LJK • Kemensos • Kemendagri • Guru/Pendidik, Persatuan • Bank dan LJK
Pemangku Jasa Keuangan (LJK) Jasa Keuangan • Korporasi Saprotan • Kemendagri • Kemenkeu Guru/Pendidik
Kepentingan • Wirausaha Saprotan • Kemenkeu • Bank dan LJK • Kemendagri
• Kemendagri • Bank dan LJK • Kemenkeu
• Kemenkeu • Bank dan LJK
• Bank dan LJK

50 51
Makalah Strategi Sistem Pangan Berkelanjutan Indonesia

Intervensi dan Inovasi


Sistem Pangan Berkelanjutan Indonesia

Tahap Daur
Hidup Plasma Nutfah serta Pengambilan & Pemrosesan & Penyimpanan & Pasca Konsumsi &
Lahan & Perairan Konservasi Budidaya Pengolahan Pencadangan Logistik & Distribusi Konsumsi Kehilangan Pangan
Pangan
Aspek

• Sistem Pangan Berkelanjutan Indonesia (SPBI). Perumusan Sistem Pangan Berkelanjutan Indonesia • Lembaga Pengelola Pangan Hulu-Hilir. Pembentukan Lembaga tunggal pengelolaan pangan nasional untuk
dan menetapkannya sebagai sebuah kebijakan formal dalam bentuk Peraturan Pemerintah atau memastikan adanya lembaga formal yang secara spefisik mengurusi pangan secara komprehensif. Saat ini,
Peraturan Presiden Republik Indonesia. tidak ada satupun lembaga yang secara spesifik mengelola pangan secara komprehensif. Lembaga ini sekaligus
• Perencanaan Pangan Berkelanjutan. Perumusan mekanisme perencanaan pangan berkelanjutan memberdayakan dan memperkuat koordinasi antar pelaku, focal point, dan pemangku kepentingan pangan. Dashboard
yang berorientasi pada tujuan dan bersifat holistik yang melibatkan harmonisasi pelibatan dan Nasional Sistem Pangan Berkelanjutan. Pembentukan sistem informasi pangan nasional yang komprehensif; termasuk
keputusan seluruh pemangku kepentingan dari hulu ke hilir. Mekanisme ini harus dituangkan dalam membentuk national food system dashboard.
bentuk kebijakan formal pemerintah (norma, prosedur, standar, dan/atau kriteria). • Undang-Undang dan Regulasi Pangan yang Inklusif. Merevisi Undang-Undang Pangan dan regulasi yang relevan agar
• Indikator Kinerja Utama (IKU) Pangan Berjenjang. Perumusan mekanismen penyelarasan program, bersifat inklusif; Buruh tani, perempuan, masyarakt adat, dan kelompok rentan/marjinal harus diatur secara eksplisit
Keseluruhan anggaran, dan kinerja keseluruhan pangan pada kementerian dan lembaga pada setiap elemen dalam undang-undang tersebut, bila diperlukan affirmative action dapat dicantumkan.
rantai nilai pangan (food value chain). Perlu adanya indikator kinerja utama (key performance • Makanan dan Minuman sebagai sektor ekonomi spesifik. Menjadikan makanan (dan minuman) sebagai sektor
indicator) berjenjang yang saling terkait dari hulu ke hilir. Analog dengan proses perencanaan pangan ekonomi tersendiri agar mendapat prioritas yang tinggi dan lebih terfokus dalam tata kelola dan investasi.
berkelanjutan, perumusan indikator kinerja utama juga harus dilakukan mulai dari IKU gizi dan • Standar Pelayanan Minimal Pangan. Perumusan dan penerapan kembali Standar Pelayanan Minimal Pangan sebagai
kesehatan masyarakat, kemudian barulah diturunkan ke IKU pada level perencanaan di bawahnya salah satu sarana insentif dan disinsentif bagi Pemerintah Daerah.
(konsumsi, ketersediaan, dan produksi). Mekanisme ini harus dituangkan dalam bentuk kebijakan • Insentif Pelibatan Swasta dan Masyarakat dalam SPBI. Pembentukan mekanisme peran aktif swasta secara masif
formal pemerintah (norma, prosedur, standar, dan/atau kriteria). pada sistem dan praktik pangan di Indonesia. Salah satu hal terpenting adalah perlu adanya insentif untuk pelibatan
aktif swasta dan masyarakat, baik finansial maupun non finansial. Penguatan kelembagaan berbagai asosiasi
industri/bisnis terkait pangan juga perlu dilakukan secara berkesinambungan.

• Memastikan • Kebijakan untuk • Penetapan kebijakan • Merumuskan • Revitalisasi dan • Pembentukan sistem • Kebijakan kampanya • Perumusan sistem
terwujudnya sumber melakukan valuasi pangan pokok yang dan menetapkan diseminasi masif logistik dan distribusi masif nasional tentang pencegahan, pengurangan,
daya genetik pangan komprehensif berorientasi pada kebijakan lumbung pangan lokal pangan nasional. konsumsi pangan dan pemanfaatan food
sebagai hak milik terhadap nilai keragaman pangan lokal, peningkatan beserta kearifan tata • Perumusan mekanisme bertanggung jawab loss dan food waste yang
bersama (common ecosystem services dan secara perlahan kualitas gizi kelolanya, sehingga pelibatan masyarakat (responsible food dituangkan dalam suatu
mengurangi fokus pada
property) hutan di Indonesia, makanan jadi membentuk jaringan adat dan lokal dalam consumption). kebijakan formal dan
padi, jagung, dan kedelai
• Kebijakan formal terutama nilainya (Pajale). (processed food) maya (virtual) dan nyata logistik dan distribusi. • Perumusan dan rencana aksi yang holistik
untuk memastikan sebagai sumber • Merumuskan dan secara masif. (real) di seluruh desa, • Perumusan dan penetapan kebijakan dan yang melibatkan lintas
akses inklusif ke pangan. menetapkan kebijakan • Kebijakan untuk kabupaten, kota, provinsi, penetapan kebijakan rencana aksi menurunkan sektor secara terintegrasi.
lahan sumber pangan • Kebijakan percepatan pangan berorientasi menghentikan pulau besar, dan nasional. keamanan pangan konsumsi beras menjadi
termasuk hutan dan pemetaan hutan demand management seluruh proyek/ tunggal hulu-hilir; kurang dari 95 kilogram
laut sebagai sumber masyarakat adat • Merumuskan percontohan keamanan pangan mulai per kapita, meningkatkan
pangan. secara komprehensif perencanaan dan produksi dan dari sumber pangan konsumsi pangan jagung
• Kebijakan formal di seluruh Indonesia. penerapannya untuk industri pangan sampai konsumsi. menjadi 5 kilogram
untuk memastikan • Kebijakan percepatan menyelaraskan jenis lokal Kementan • Kebijakan lembaga perkapita dan konsumsi
pangan yang dibudidaya
Kebijakan ketersediaan lahan penetapan kepastian dan kementerian otoritas keamanan pangan umbi-umbian
dengan kebutuhan
dan perairan pangan status hutan adat keragaman pangan untuk dan lembaga lain tunggal dari hulu ke hilir. menjadi 10 kilogram
berkelanjutan sebagai sumber mencapai tingkat status dan menggantinya • Perumusan dan perkapita dalam lima
pangan lokal. gizi masyarakat yang dengan program penerapan kebijakan tahun.
telah direncanakan. terintegrasi sistem fortifikasi pangan • Perumusan dan
• Merumuskan dan hulu-hilir tunggal tunggal hulu-hilir yang penetapan kebijakan dan
menetapkan kebijakan oleh seluruh melibatkan seluruh rencana aksi peningkatan
untuk meningkatkan kementerian dan kementerian, lembaga, konsumsi sayur dan buah
konsumsi dan budidaya lembaga terkait pelaku, dan pemangku sebesar 5-10% pertahun.
sumber pangan pangan. kepentingan pangan yang
(karbohidrat) lokal
relevan..
yang terabaikan seperti
Sorghum, Jewawut, Jelai,
umbi-umbian lokal.
• Penetapan sasaran
nasional perluasan lahan
budidaya pangan organik
sebesar 5% pertahun.

52 53
Makalah Strategi Sistem Pangan Berkelanjutan Indonesia

Intervensi dan Inovasi


Sistem Pangan Berkelanjutan Indonesia

Tahap Daur
Hidup Plasma Nutfah serta Pemrosesan & Penyimpanan & Pasca Konsumsi &
Lahan & Perairan Pengambilan & Konservasi Budidaya Pengolahan Pencadangan Logistik & Distribusi Konsumsi Kehilangan Pangan
Pangan
Aspek

• Pembentukan • Penguatan jaringan • Lembaga jasa • Pusat riset dan • Jaringan lumbung • Pembentukan lembaga • Revitalisasi Posyandu • Pembentukan lembaga
jaringan bank nasional masyarakat adat asuransi dan jasa pengembangan pangan (beragam) otoritas keamanan dan Puskesmas untuk pemerintah untuk
plasma nutfah Nusantara. keuangan budidaya terpadu pangan berkearifan lokal desa, pangan tunggal yang memperkuat praktik pencegahan, penurunan,
(sumber daya pangan. berkelanjutan kabupaten, kota, provinsi, mengelola keamanan pangan berkelanjutan. dan pemanfaatan
genetik) pangan nasional. pulau besar, dan nasional pangan dari hulu ke hilir • Pelibatan lembaga- kehilangan dan limbah
lokal, virtual secara maya dan nyata secara terintegrasi. lembaga “non pangan (food loss and
Kelembagaan dan nyata yang (virtual and physical). konvensional” dalam waste) yang terintegrasi
terhubung ke promosi pangan dari hulu-hilir berdasarkan
sistem informasi berkelanjutan, seperti BPJS daur hidup pangan (food life
plasma nutfah untuk mengurangi beban cycle), setingkat Eselon I.
pangan nasional. kuratif lembaga tersebut, • Pembentukan “bank
BKKBN, Bekraf, dan lain- makanan”.
lain.

• Mekanisme insentif • Pemanfaatan dana • Perumusan • Mekanisme insentif • Mekanisme • Mekanisme insentif • Perumusan sistem • Mekanisme insentif
pembentukan bank desa untuk memperkuat dan penetapan produk pangan penganggaran dan peningkatan daya beli penganggaran pangan dan disinsentif terkait
plasma nutfah pranata dan tata mekanisme insentif sehat. insentif pengembangan pangan masyarakat. terpadu hulu-hilir yang pencegahan, penurunan,
(sumber daya kelola pangan lokal dan subsidi untuk • Mekanisme jaringan lumbung pangan • Mekanisme disinsentif melibatkan seluruh dan pemanfaatan
genetik) pangan berkelanjutan masyarakat budidaya pangan disinsentif gula, (beragam) maya dan penjualan tembakau kementerian dan lembaga kehilangan dan limbah
lokal. adat dan desa di seluruh organik dan precision garam, lemak nyata. (rokok) dan sirih untuk terkait pangan. pangan.
• Mekanisme Indonesia. farming. (GGL) pada pangan menurunkan tingkat • Mekanisme pemanfaatan • Mekanisme insentif
insentif riset dan • Penganggaran valuasi • Mekanisme jadi. konsumsinya. Dana Desa untuk aspek pembentukan “bank
Keuangan pengembangan nilai jasa ekosistem pembiayaan • Mekanisme kesehatan promotif dan makanan”.
plasma nutfah hutan, terutama terkait budidaya pangan insentif riset dan preventif terkait pangan.
pangan pangan. organik dan precision pengembangan
• Mekanisme insentif farming. pangan baru/masa
distribusi pangan dari • Penganggaran depan (serangga,
pengambilan pangan ke budidaya tanaman alga, lab-grown
rantai pasokan pangan pangan meat, dan lain-lain).
lokal dan nasional.

• Peningkatan • Simposium nasional • Mekanisme dan • Pelatihan dan • Simposium lumbung • Pelatihan dan sertifikasi • Peningkatan kepedulian • Peningkatan kepedulian
kepedulian dan revitalisasi kearifan lokal sistem regenerasi sertifikasi pangan berkearifan lokal. kompetensi logistik dan pelatihan konsumsi dan kompetensi
kompetensi terkait pangan di Indonesia. petani melalui petani kompetensi • Pelatihan dan sertifikasi dan distribusi pangan pangan yang bertanggung pencegahan, penurunan,
plasma nutfah • Dokumentasi dan muda, petani milenial. sustainable kompetensi pengelolaan berkelanjutan. jawab. dan pemanfaatan
SDM dan pangan lokal diseminasi kearifan lokal • Sistem kompetensi production pada jaringan lumbung pangan • Pemilihan dan penunjukan kehilangan dan limbah
Kompetensi pangan di Indonesia. sustainable pengolahan pangan (beragam) maya dan 5.000 duta dan influencer pangan.
production budidaya jadi (processed nyata. konsumsi pangan yang • Sertifikasi kompetensi
pangan. food). bertanggung jawab per pencegahan, penurunan,
tahun. dan pemanfaatan
kehilangan dan limbah
pangan.

54 55
Makalah Strategi Sistem Pangan Berkelanjutan Indonesia

Intervensi dan Inovasi


Sistem Pangan Berkelanjutan Indonesia

Tahap Daur
Hidup Plasma Nutfah serta Pemrosesan & Penyimpanan & Pasca Konsumsi &
Lahan & Perairan Pengambilan & Konservasi Budidaya Pengolahan Pencadangan Logistik & Distribusi Konsumsi Kehilangan Pangan
Pangan
Aspek

• Sistem manajemen • Pembuatan knowledge • Penerapan sustainable • Penerapan • Pengembangan sistem • Pengembangan sistem • Pengembangan konten virtual • Jaringan nasional knowledge
pengetahuan plasma management dan database production untuk sustainable nasional Lumbung Pangan logistik dan distribusi konsumsi pangan yang management dan database
nutfah pangan lokal kearifan lokal pangan. pangan atau precision production dan food Beragam 4.0, berbasis pangan 4.0 berbasis bertanggung jawab. kehilangan dan limbah
& lahan pangan • Pembuatan knowledge farming (4.0) budidaya industry 4.0 pada teknologi informasi, big data, teknologi informasi, big data, • Pengembangan 100 terbitan/ pangan berbasis teknologi
lokal berbasis daring management dan database pangan, terutama pemrosesan dan blockchain, dan teknologi blockchain, dan teknologi tahun tentang pangan informasi, big data,
(online), termasuk siklus pangan lokal. untuk konservasi pengolahan pangan. virtual terkini. informasi terkini. berkelanjutan (buku, komik, blockchain, dan teknologi
Teknologi dan sistem database lahan, meningkatkan • Penerapan good • Pengembangan dashboard • Pembentukan sistem tata terbitan berkala), lokal dan virtual terkini.
Inovasi plasma nutfah produktivitas dan production practice nasional sistem cadangan kelola buah dan sayur nasional.
pangan lokal. menurunkan biaya pada UMKM pangan pangan berkelanjutan. nasional 4.0 terintegrasi
budidaya pangan. jadi. hulu-hilir; termasuk
• Penerapan urban • Riset dan mekanisme sinergi dengan
farming secara pengembangan korporasi estate buah dan
sistematis dan pangan baru/masa sayur serta peritel besar.
berkesinambungan di depan (serangga,
perkotaan. alga, lab-grown meat,
dan lain-lain).

• Mekanisme distribusi • Percepatan pengesahan • Panduan sustainable • Panduan sustainable • Panduan pengembangan • Pengembangan dan/atau • Panduan menu “Isi Piringku” • Standar nasional pengelolaan
pangan dari Undang-Undang tentang production pangan. production dan dan pengelolaan jaringan upgrading 10.000 UMKM dan “Isi Piringku Lokal” untuk rantai makanan yang baik
masyarakat adat ke Masyarakat Hukum Adat • Mekanisme pelibatan food industry 4.0 lumbung pangan (beragam) pangan sehat dan beragam korporasi dan wirausaha pangan untuk menurunkan kehilangan
pasar ‘konvensional’ • Panduan valuasi dan pengakuan pemrosesan dan berkearifan lokal desa, per tahun . jadi (hotel, restoran, catering, dan limbah pangan.
pangan. komprehensif terhadap nilai perempuan dalam pengolahan pangan. kabupaten, kota, provinsi, • Pengembangan 1.000 warung, pedagang kaki lima, • Penerbitan Laporan Tahunan
• Panduan pengelolaan ecosystem services hutan di sistem budidaya • Panduan good pulau besar, dan nasional start-up pangan sehat dan start-up pangan, dan lain-lain). Kehilangan dan Limbah
Tata Kelola dan plasma nutfah Indonesia, terutama nilainya tanaman berkelanjutan. production practice secara maya dan nyata beragam per tahun berbasis • Panduan dan kampanye masif Pangan Nasional.
Standar pangan lokal. sebagai sumber pangan. pada UMKM pangan (virtual and real). teknologi informasi, big data, “Pangan Sehat dan Beragam • Sistem untuk mewajibkan
• Panduan percepatan jadi. blockchain, dan teknologi Sepanjang Usia”; Panduan pelaporan publik secara
pemetaan hutan masyarakat virtual terkini. pangan sehat dan beragam berkala untuk penimbul
adat secara komprehensif di “from cradle to grave”. kehilangan dan limbah
seluruh Indonesia. • Panduan dan kampanye pangan skala besar
pengelolaan Pre-DM (diabetes (korporasi, hotel bintang,
melitus) terkait pangan. katering besar, dan lain-lain).

• Promosi plasma • Kurikulum muatan lokal • Kurikulum pendidikan • Food sustainable • Lumbung Award tingkat • Sustainable Food Distributor • Kampanye persepsi mengubah • Food loss and waste award
nutfah pangan lokal. pendidikan dasar, menengah, dasar, menengah, dan production award. kabupaten, kota, provinsi, Award. top of mind pangan generasi untuk seluruh pelaku pada
• Kurikulum muatan dan tinggi tentang kearifan tinggi tentang budidaya • Kurikulum pendidikan dan nasional. muda, remaja, dan anak setiap tahapan daur hidup
lokal pendidikan lokal pangan. pangan organik dan dasar, menengah, menjadi persepsi konsumsi pangan; petani, nelayan,
dasar, menengah, dan sustainable production dan tinggi tentang pangan bertanggung jawab. korporasi pangan, wirausaha
tinggi tentang plasma pangan. budidaya pangan • Kampanye masif “Tembakau pangan, UMKM pangan, start-
Perilaku dan nutfah pangan lokal. organik dan dan Sirih for Pangan”. up pangan, hotel, restoran,
Tatanan Budaya food processing, • Promosi masif “Isi Piringku” catering, warung, dan lain-lain
sustainable berbasis keluarga, PKK, dan
production dan food Posyandu.
industry 4.0. • Kampanye melalui panutan dan
influencer konsumsi pangan
bertanggung jawab. “Pangan
Populer adalah Pangan Sehat”.

56 57
Makalah Strategi Sistem Pangan Berkelanjutan Indonesia

Rekomendasi Pangan
Berkelanjutan Indonesia

Mengarusutamakan Sistem Pangan peningkatan kepedulian dan kompetensi perempuan pencatatan dan pelaporannya secara berkala setiap keluarga petani pangan untuk memiliki lahan

1 Berkelanjutan Indonesia (SPBI)


kedalam Kebijakan Formal Pemerintah
tentang pangan lokal, sehat, dan beragam akan
sangat menentukan bentuk sistem pangan di
Indonesia. Bila perempuan tidak diprioritaskan
tahun, sebagai bahan evaluasi dan peningkatan
rencana aksi tersebut. Contohnya adalah: dari 77
jenis tanaman pangan sumber karbohidrat berapa
pertanian minimal yang dapat dibudidayakan agar
keluarga tersebut menjadi sejahtera. Salah satu studi
menyebutkan bahwa luas lahan budidaya minimal
Indonesia harus memiliki sebuah sistem pangan dan diberdayakan dalam konteks pangan, dapat jenis yang dimanfaatkan, di daerah mana saja, agar petani pangan menjadi sejahtera adalah 0,65
berkelanjutan (sustainable food system) yang mampu dipastikan sistem dan praktik pangan di negara berapa kuantitas pemanfaatannya sebagai sumber hektar per kapita untuk padi, sedangkan untuk jagung
terap, sesuai, dan memadai (applicable, suitable and ini akan menghasilkan kinerja yang rendah dalam pangan; hal serupa juga perlu diterapkan pada jenis adalah 1,12 hektar per kapita, dan kedelai 0,74 hektar
adequate) dengan kondisi praktik pangan di negara mendukung ketahanan pangan dan kualitas gizi tanaman pangan lainnya. per kapita. Selain ketiga jenis pangan tersebut,
ini. Penerapan SPBI tersebut harus dillandasi delapan masyarakat. studi yang mendalam juga perlu dilakukan untuk
prinsip pangan berkelanjutan (Tujuan Bersama, Memastikan akses yang inklusif atas jenis pangan pokok lain dalam rangka mendukung
Holistik, Inklusif, Lokal, Kesalingtergantungan, Daur
Hidup Pangan, Sistem Lingkungan dan Sumber
Daya Alam, dan Keberlanjutan) secara konsisten dan 2
Optimalisasi pemanfaatan plasma
nutfah pangan lokal serta pemastian
ketersediaan lahan dan perairan
3 lahan dan perairan pangan, termasuk
hutan dan laut sebagai sumber bahan
pangan.
keanekaragaman pangan di Indonesia.

Mendayagunakan konsep produksi


berkesinambungan. Sistem Pangan Berkelanjutan
Indonesia beserta prinsip dan berbagai atributnya
harus dituangkan kedalam sebuah kebijakan formal
pangan.

Cukup ironis bagi Indonesia yang memiliki 77 jenis


Pemerintah harus memastikan akses yang inklusif
ke lahan dan perairan sumber pangan. Akses ke
4 yang berkelanjutan
production) pada
(sustainable
pengambilan,
budidaya, pemrosesan dan pengolahan,
Pemerintah Republik Indonesia dalam bentuk tanaman pangan sumber karbohidrat namun hanya sumber pangan merupakan prioritas utama bagi penyimpanan dan pencadangan, serta
Peraturan Pemerintah atau Peraturan Presiden. memfokuskan pada dua tanaman saja, padi dan masyarakat, terutama masyarakat adat. Ketika logistik dan distribusi pangan
jagung. Demikian pula, negara kita memiliki 26 terjadi konflik lahan dan perairan, termasuk konflik
Bebeberapa atribut penting yang perlu dimasukkan jenis kacang-kacangan namun hanya kedelai saja dengan kawasan lindung, maka akses terhadap Sustainable production atau produksi yang
adalah pelibatan pemangku kepentingan, akses yang difokuskan. Kondisi ini harus diubah secara pangan harus tetap menjadi prioritas. Pangan adalah bertanggung jawab mengandung beberapa elemen
inklusif, dan peran perempuan. Pelibatan secara drastis. Termasuk rempah dan bumbu, Indonesia kebutuhan asasi yang harus dijamin pemenuhannya. mendasar, yaitu tidak menimbukan pencemaran,
holistik para pemangku kepentingan dari hulu ke hilir memiliki 945 jenis tanaman sumber pangan yang menggunakan energi dan sumber daya secara efisien,
sepanjang daur hidup pangan serta memastikan dapat dimanfaatkan. Keanekaragaman ini harus Konflik yang telah ada dan potensi konflik menguntungkan secara ekonomi, memperhatikan
cakupan yang inklusif (inclusive coverage) atas dioptimalkan, tidak boleh dimatikan seperti saat antara lahan dan perairan sumber pangan aspek keselamatan kerja, menghasilkan produk dan
seluruh pelaku pangan sangatlah penting. Tanpa ini. Mematikan keanekaragaman genetik sumber dengan jenis penggunaan lahan dan perairan atau jasa yang aman bagi konsumen.
melibatkan secara masif masyarakat dan sektor pangan lokal adalah bunuh diri perlahan atas lain, termasuk kawasan lindung, perlu dipetakan
swasta, pemerintah tidak akan mampu membiayai ketahanan pangan nasional. secara komprehensif. Peta konflik ini akan Dalam konteks budidaya pangan, sebuah sistem
dan menerapkan sistem pangan berkelanjutan sangat bermanfaat untuk membentuk kebijakan produksi yang berkelanjutan haruslah memiliki
secara memadai. Pemerintah harus membuat Setiap daerah memiliki jenis pangan lokalnya yang akses dan tata guna lahan dan perairan yang tingkat produktivitas tinggi sehingga memiliki tingkat
mekanisme, termasuk insentif dan disinsentif khas. Sumber daya genetik lokal ini yang telah berorientasi pangan. kelayakan ekonomi yang baik. Sistem produksi
finansial dan non-finansial, untuk memfasilitasi beradaptasi dengan kondisi lingkungan setempat, juga harus digeser dari berbasis kimiawi menjadi
keterlibatan aktif swasta dan masyarakat dalam sehingga dapat tumbuh optimal di daerah tersebut. Selain itu, negara harus merencanakan dan berbasis organik untuk mengurangi dampaknya
pembiayaan dan penerapan praktik pangan Untuk itu, diperlukan sebuah identifikasi dan menetapkan, dalam konteks jangka panjang, terhadap lingkungan. Penerapan precision farming
berkelanjutan di Indonesia. dokumentasi yang komprehensif atas potensi ketersediaan lahan dan perairan budidaya pangan. yang mampu memberikan input dan informasi
pemanfaatan sumber daya genetik pangan lokal Proyeksi masa depan tentang kebutuhan lahan dan operasi budidaya yang paling sesuai dan paling
Hal sangat penting lainnya adalah perlunya pada setiap daerah. Sebuah jaringan nasional perairan pangan harus dipenuhi dengan rencana aksi efisien akan mampu mengurangi penggunaan
affirmative action untuk memastikan seluruh database dan manajemen pengetahuan (knowledge yang memadai untuk menyediakannya, termasuk sumber daya dan energi dalam bentuk sarana dan
pemangku, termasuk kelompok rentan, memperoleh management) tentang sumber pangan lokal tersebut kecukupan luas lahan budidaya pangan agar prasarana pertanian. Dari sisi pelaku budidaya,
akses dan terlibat aktif dalam sistem dan praktik harus diwujudkan sesegera mungkin. memiliki skala ekonomis pagi pembudidaya pangan. sistem dan operasi produksi harus memberikan
pangan di Indonesia. Perempuan, contohnya, tingkat pencegahan dan perlindungan yang tinggi
memiliki peran besar didalamnya. Saat ini, lebih dari Pemerintah harus menetapkan sebuah kebijakan Lebih dari 16 juta atau 58,7% petani di Indonesia terhadap risiko keselamatan kerja, baik risiko
8 juta dari sekitar 33 juta orang petani di Indonesia formal tentang sasaran pangan lokal di Indonesia. menguasai lahan pertanian kurang dari 0,5 hektar. kimia, mekanis, ergonomis, dan risiko kerja lainnya.
adalah petani perempuan. Sayangnya jumlah yang Contohnya adalah perumusan dan penetapan Untuk tanaman pangan padi misalnya, lahan seluas Terakhir produk yang dihasilkan haruslah berkualitas
cukup besar ini kurang didukung oleh pelibatan kebijakan dan rencana aksi menurunkan konsumsi itu tidak memiliki skala ekonomis. Artinya, bila dan aman dikonsumsi.
perempuan dalam perumusan dan penerapan beras menjadi kurang dari 95 kilogram per kapita, semata-mata mengandalkan pertanian padi saja,
kebijakan tentang pangan. meningkatkan konsumsi pangan jagung menjadi maka bagi seorang petani luasan tersebut tidak Pada dasarnya Produksi yang berkelanjutan dapat
lebih dari 5 kilogram perkapita dan konsumsi pangan akan memberikan nilai impas, petani tersebut akan dan perlu diterapkan pada beberapa tahapan daur
Perempuan adalah pelaku paling penting dalam umbi-umbian dan biji-bijian lokal menjadi lebih dari terus “merugi”. hidup pangan, yaitu (1) pengambilan dan konservasi,
pemilihan, pengolahan dan penyajian pangan 10 kilogram perkapita dalam lima tahun. (2) budidaya pangan, (3) pemrosesan dan
didalam sebuah keluarga di Indonesia. Artinya, ada Salah satu upaya yang perlu dilakukan adalah pengolahan, (4) penyimpanan dan pencadangan,
lebih dari 52 juta keluarga yang sangat bergantung Sebuah rencana aksi pemanfaatan sumber daya percepatan reforma agraria yang berorientasi pada dan (5) logistik dan distribusi. Konsep ini mampu
pada perempuan dalam konteks pangan. Karenanya genetik pangan lokal harus disusun dan diterapkan lahan pangan. Luasan kepemilikan lahan pangan terap pada sistem produksi maupun sistem jasa.
secara konsisten. Hal ini juga mencakup sistem harus ditingkatkan. Prioritas perlu diberikan kepada Penerapan konsep ini secara konsisten akan mampu

58 59
Makalah Strategi Sistem Pangan Berkelanjutan Indonesia

Rekomendasi Pangan
Berkelanjutan Indonesia

meningkatkan produktivitas pangan di Indonesia, anggaran pangan. Karena itu, fokus upaya harus Memastikan keragaman jenis Teknologi pangan lokal juga harus dikembangkan
sekaligus menurunkan biaya produksi, serta dapat
mengurangi kehilangan pangan pada kelima tahapan
daur hidup pangan di atas.
segera digeser untuk melibatkan seoptimal mungkin
swasta dan masyarakat melalui berbagai mekanisme
insentif dan fasilitasi yang menarik untuk mereka.
5 produksi budidaya pangan pokok, dan
menjamin mutu dan kesehatannya
saat dikonsumsi
secara sistematis, berkelanjutan, dan berkonsep
hulu-hilir. Seluruh proyek percontohan tentang
pangan lokal yang selama ini ada yang bersifat
parsial dan temporer, yang dilakukan oleh beberapak
Pendekatan produksi ini juga dapat menjadi Untuk budidaya organik, insentif terutama perlu Keanekaragaman pangan berbasis sumber kementerian dan lembaga pemerintah, harus
penarik bagi para pemuda untuk memasuki bidang diberikan pada tahun-tahun awal budidaya. daya lokal merupakan faktor kunci keberhasilan dihentikan dan digantikan dengan program yang
budidaya pangan. Perlu ada regenerasi petani Berdasarkan pengalaman, tiga tahun pertama pencapaian ketahanan pangan nasional. Oleh lebih substantial dan komprehensif.
pangan oleh para petani muda. Karenanya budidaya budidaya organik memerlukan investasi besar dan karena itu, pemanfaatan sumber daya genetik lokal
dan pengelolaan pangan harus dibuat menjadi hasil (yield) dari sistem ini umumnya masih rendah. harus dilakukan. Sumber daya genetik tersebut Seperti telah disinggung sebelumnya, untuk
menarik untuk mereka. Pekerjaan dibidang ini harus Tanpa insentif ini, budidaya organik akan “terlihat” telah beradaptasi dengan lingkungannya sehingga memastikan keamanan pangan dari hulu ke hilir,
diciptakan dan dipersepsi sebagai sebuah pekerjaan berbiaya tinggi sehingga kurang menarik bagi petani. memiliki tingkat kesesuaian dan resiliensi yang sepanjang daur hidup pangan, perlu adanya sebuah
yang layak dan kompetitif (competitive and descent Subsidi sarana produksi pertanian (saprotan) organik relatif tinggi terhadap berbagai faktor terkait lembaga tunggal Otoritas Keamanan Pangan
work). Sistem dan mekanisme kompetensi dan juga perlu diberikan, disertai dengan pengurangan pertumbuhannya. Indonesia. Pangan adalah kebutuhan yang sangat
sertifikasi keahlian sustainable production juga perlu subsidi pada pertanian berbasis saprotan kimia mendasar, sangat penting, dan sangat strategis
dirumuskan sebagai sebuah bentuk pengakuan sebagai sebuah disinsentif. Untuk setiap kabupaten/kota di Indonesia harus ada bagi Bangsa Indonesia. Oleh karena itu, keamanan
terhadap arti penting profesi dan keahlian di bidang sebuah sasaran “kebutuhan dasar” pangan sebagai pangan perlu dikelola oleh sebuah lembaga otoritas
pangan (budidaya, pemrosesan dan pengolahan, Pengakuan (acknowledgement) terhadap budidaya kebutuhan fisik/tubuh atau kesehatan masyarakat. dengan kewenangan yang memadai dan pada level
penyimpanan dan pencadangan, serta logistik dan organik perlu dilakukan secara gradual, tidak Secara sederhana, sasaran jenis keragaman dan yang cukup tinggi. Model kelembagaan seperti
distribusi pangan). menggunakan pendekatan mutlak. Saat ini, secara kuantitas pangan ini diturunkan dari keragaman Otoritas Jasa Keuangan dapat dijadikan sebagai
faktual, sertifikasi organik adalah salah satu entry “Isi Piringku Lokal”. Kebutuhan dasar pangan benchmark dalam konteks keamanan pangan di
Implementasi sustainable production memerlukan barrier bagi petani untuk melakukan budidaya organik. tersebut harus tersedia dan menjadi prioritas. Indonesia.
sumber daya dan tata kelola yang memadai. Kedua Persyaratan sertifikasi yang ketat dan perlunya waktu Diluar kebutuhan tersebut kabupaten/kota dapat
aspek ini perlu dipersiapkan secara seksama yang lama untuk bergeser dari berbasis kimia ke menetapkan kebutuhan pangan untuk jenis lain, Untuk mendorong industri pangan menyediakan
dan sistematis. Untuk itu, pelatihan hands-on sistem organik penuh membuatnya menjadi kurang misalnya pangan sebagai kebutuhan rekreasional produk pangan sehat diperlukan mekanisme
bagi petani harus dilakukan secara masif. Model menarik untuk memperoleh sertifikasi organik. Oleh dan sebagai komoditas. insentif dan disinsentif untuk produk tersebut. Untuk
sekolah lapang yang terbukti cukup berhasil dapat karena itu mekanisme pengkuan harus diberikan mengatasi penyakit degeneratif terkait diet pangan
diterapkan agar petani menjadi kompeten dan secara gradual. Untuk daerah urban yang bukan penghasil pangan, misalnya, perlu adanya disinsentif untuk produk
berdaya dalam bidang ini. pemastian keragaman pangan dapat dilakukan pangan jadi yang mengandung gula, garam, lemak
Dalam konteks ini, mekanisme pengakuan dan dengan menerapkan urban farming, terutama untuk (GGL) yang tinggi. Disisi lain, insentif perlu diberikan
Disisi pemrosesan pangan dan yang lebih hilir, pelabelan organik dilakukan secara bertahap atau sayur dan buah. Sebuah kerjasama pangan dengan untuk melakukan riset dan pengembangan produk
konsep food industry 4.0 harus sesegera mungkin bertingkat. Contohnya adalah ada label untuk praktik kabupaten/kota penghasil pangan di sekitarnya pangan jadi sehat dan beragam.
diadopsi sebagai sebuah kondisi normal yang organik parsial, organik komprehensif (namun harus dibangun untuk memenuhi kebutuhan dasar
baru (the new normal) dalam praktik produksi masih menggunakan lahan yang belum sepenuhnya pangan sehat dan beragam. Harus pula ada upaya mempromosikan dan
pangan. Panduan sustainable production dan food organik), dan sertifikasi organik. mendorong “Isi Piringku” dan/atau “Isi Piringku Lokal”
industry 4.0 pada pemrosesan dan pengolahan Selain untuk pemenuhan kebutuhan fisik/ sebagai bagian dari menu produk pangan jadi yang
pangan perlu segera diwujudkan dan diterapkan Bagaimanapun, pada level organik manapun, hasil tubuh, keanekaragaman budidaya pangan juga dijual kepada konsumen, baik oleh hotel, restoran
secara berkesinambungan. Untuk usaha mikro, budidayanya akan relatif lebih sehat dibandingkan bermanfaat untuk menjaga kualitas tanah katering, atau UMKM pangan jadi. Kepedulian
kecil, menengah (UMKM), panduan, pelatihan, dan dengan budidaya kimia. Budidaya organik juga lebih pertanian dan mencegah hama dan penyakit dan kompetensi pengusaha pangan jadi untuk
peningkatan kompetensi tentang good agriculture berkelanjutan sehingga untuk mempopulerkan dan tanaman. Sehingga dari sisi lingkungan hidup, menjadikan “Isi Piringku” sebagai sebuah menu yang
practice dan good production practice juga perlu menjadikannya sebagai piihan utama budidaya perlu pendekatan ini lebih lestari. menarik dan sesuai dengan selera konsumen perlu
diwujudkan. didukung dari berbagai aspek. diberikan kepada para wirausahawan, juru masak
Kearifan lokal terkait keragaman budidaya perlu pangan, dan pelaku pangan jadi lainnya. Harus ada
Untuk menggeser sistem budidaya pangan dari ditumbuhkembangkan dan direvitalisasi kembali upaya sistematis untuk membuat Indonesia dibanjiri
berbasis kimia menjadi berorientasi organik, secara sistematis. Salah satu contohnya adalah oleh pangan sehat. Konsumen pangan di Indonesia
diperlukan mekanisme insentif dan disinsentif tumpang sari yang pernah populer. Tumpang sari harus “diserbu” pangan sehat dan beragam dari
yang memadai. Upaya ini memerlukan keterlibatan adalah salah satu bentuk optimalisasi penggunaan berbagai aspek.
swasta dan masyarakat. Untuk itu, sebuah lahan pertanian yang perlu didukung. Badan Pangan
mekanisme untuk melibatkan secara aktif peran dan Pertanian Dunia, FAO bahkan menganjurkan Insentif riset dan pengembangan pangan baru/
swasta dan masyarakat harus dibuat dan diterapkan penerapan terintegrasi tanaman beragam dengan masa depan (serangga, alga, lab-grown meat,
secara konsisten. Masyarakat dan swasta adalah ternak hewan dan/atau budidaya ikan. Keragaman nangka sebagai sumber pangan non buah, dan lain-
tulang punggung pemenuhan pangan di Indonesia. budidaya ini lebih berdaya tahan tinggi dan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) cenderung lebih lestari.
hanya mampu memenuhi sekitar 15% dari kebutuhan

60 61
Makalah Strategi Sistem Pangan Berkelanjutan Indonesia

Rekomendasi Pangan
Berkelanjutan Indonesia

lain) perlu diberikan untuk mencari sumber-sumber Hal pertama yang perlu dilakukan adalah melakukan Menjadikan konsumsi pangan yang Beberapa upaya yang perlu dilakukan diantaranya
pangan baru. Indonesia memiliki potensi yang
sangant besar untuk hal ini; sebagai negara kelautan,
negara kita memiliki keragaman alga yang sangat
penataan secara sistematis sistem distribusi
pangan.. Indonesia harus memiliki database dan
manajemen pengetahuan distribusi pangan yang
8 bertanggung jawab (responsible
consumption) sebagai top-of-mind dan
gaya hidup Bangsa Indonesia.
adalah:
• Pelibatan lembaga-lembaga “non konvensional”
dalam promosi pangan berkelanjutan, seperti
besar. Saat ini teridentifikasi lebih dari seribu spesies sistematis dan memadai. Informasi rinci tentang BKKBN yang memiliki pengalaman dan kinerja
alga yang dapat dijadikan sebagai sumber pangan. pelaku rantai pasokan pangan mulai dari petani Pola konsumsi, termasuk pangan, sangat ditentukan yang sangat baik dalam mentransformasi
sampai ke konsumen harus tersedia dan bersifat oleh persepsi (top-of-mind) dan gaya hidup. Oleh keluarga berencana, BPJS perlu dilibatkan

6
Pengembangan jaringan lumbung transparan untuk semua pemangku kepentingan karena itu, diperlukan promosi secara masif untuk dalam kesehatan preventif dan promotive
pangan (nyata dan virtual) berkearifan pangan di Indonesia. Model distribusi pangan di melakukan transformasi agar konsumsi pangan yang terkait pangan untuk mengurangi beban kuratif
lokal. Eropa seperti digambarkan pada diagram di bawah bertanggung jawab (food responsible consumption) lembaga tersebut, Bekraf untuk konten kreatif
ini dapat menjadi salah satu benchmark. Hal lain dapat menjadi pemuncak persepsi tentang pangan tentang pangan dan pengembangan pangan
Untuk memastikan ketersediaan pangan secara yang perlu dilakukan adalah merumuskan dan dan menjadi gaya hidup yang menular di masyarakat. sehat dan beragam yang kreatif dan menarik
langgeng yang dapat diakses setiap saat, diperlukan menerapkan sistem distribusi pangan berkelanjutan bagi seluruh masyarakat, dan lembaga lainnya.
pengembangan jaringan lumbung pangan nasional berbasis teknologi informasi terkini (big
beragam (nyata dan virtual) berkearifan lokal pada data, blockchain, dan sejenisnya).
berbagai level kemasyarakatan/administratif (desa,
kecamatan, kabupaten, kota, provinsi, pulau besar,
dan nasional). Pada jaringan lumbung ini sebuah Farmers Farmers (12,248,000)
pertukaran informasi terintegrasi tentang cadangan
pangan secara real time dari setiap lumbung akan Manufacturing (land and
added value = 286,000)
menjadi tulang punggung sistem jaringan lumbung Wholesalers/distributors (250,000)
nasional. Power Buyer’s desks (>100)
Supermarket formats (463)
Lumbung Pangan tersebut harus berbasis teknologi
informasi, big data, blockchain, dan teknologi Supermarket outlets (240,000)

informasi terkini. Untuk mendukung pengambilan Households (218,912,900)

keputusan, pengembangan dashboard nasional Customers 508,300,000

sistem cadangan pangan berkelanjutan perlu


diwujudkan juga.
Sumber Diagram: Eastham et al, 2017
Pembelajaran dari lumbung pangan masyarakat adat
di Indonesia yang telah berabad-abad menerapkan Sistem perdagangan pangan yang adil (food
lumbung pangan lestari harus diidentifikasi dan fair trade) perlu diterapkan secara konsisten.
didokumentasi dengan baik sebagai sebuah Sistem perdagangan ini mengutamakan dialog,
manajemen pengetahuan yang harus dijaga dan transparansi, dan saling menghormati untuk
dirawat, dan diterapkan secara konsisten pada mencapai kesetaraan (manfaat) perdagangan.
lumbung-lumbung pangan di Indonesia tersebut. Sistem ini telah banyak membantu pihak-pihak yang
terpinggirkan dalam perdagangan. Beberapa prinsip

7
Memastikan terwujudnya harga perdagangan pangan adil yang perlu diterapkan
pangan yang adil pada setiap rantai diantaranya adalah:
nilainya (value chain). • menciptakan peluang bagi pelaku pangan skala
mikro, kecil, dan menengah,
Secara faktual, belasan juta petani tanaman pangan • transparan dan bertanggung jawab,
di Indonesia cukup rentan dari sisi posisi tawar • adil dalam transaksi dan pembayaran,
atas perdagangan komoditas pangan yang mereka • menciptakan peluang untuk meningkatkan
hasilkan. Hal yang hampir serupa juga terjadi pada kapasitas setiap pelaku pangan,
konsumen pangan, terutama yang berpenghasilan • menghindari diskriminasi, eksploitasi, pekerja
menengah ke bawah. Kedua kelompok ini rentan anak, dan kondisi kerja tidak layak, serta
terhadap gejolak harga pangan. Sebagai pelaku dan • memperhatikan kesejahteraan sosial, kelayakan
pihak yang sangat berkepentingan, keduanya kurang ekonomi, dan perlindungan lingkungan hidup.
berdaya terhadap perdagangan yang adil.

Sumber Foto: Dari Berbagai Sumber

62 63
Makalah Strategi Sistem Pangan Berkelanjutan Indonesia

Rekomendasi Pangan
Berkelanjutan Indonesia

• Pendayagunaan dan revitalisasi Posyandu dan Untuk meminimalkan jumlah timbulan kehilangan
Puskesmas untuk memperkuat praktik pangan dan limbah pangan, penerapan hirarki pengelolaan
berkelanjutan, terutama bagi ibu, anak, dan limbah perlu dilakukan secara konsisten dan
remaja. berkesinambungan. Hirarki strategi tersebut mulai
• Mekanisme pemanfaatan Dana Desa untuk dari yang tertinggi sampai terendah mencakup:
aspek kesehatan promotif dan preventif terkait 1. Pencegahan, contohnya kehilangan dan limbah
pangan lokal, sehat, dan beragam. pangan dapat dicegah melalui perubahan
• Kampanye persepsi mengubah top of mind rancangan (redesign) pada budidaya pangan,
pangan generasi muda, remaja, dan anak menjadi pemrosesan, pengolahan, dan distribusi pangan.
persepsi konsumsi pangan bertanggung jawab. 2. Pegurangan, kehilangan dan limbah pangan
• Penyusunan dan penerbitan konten-konten dikurangi pada sumbernya, contohnya melalui
(cetak, audio visual, dan digital) tentang pangan perbaikan proses (process improvement).
sehat dan beragam. Terbitan secara masif 3. Pemanfaatan kembali, contohnya kehilangan
dan berkala pada bidang ini perlu diwujudkan. pangan dapat dimanfaatkan kembali sebagai
Dibanyak negara, berbagai terbitan terkait bahan pangan dengan grade yang lebih rendah
pola makan sehat dan beragam, serta gaya atau diproses sebagai produk pangan jadi.
hidup sehat sangat populer. Terbitan tersebut 4. Redistribusi, kelebihan pangan jadi dapat
beserta dengan konten-konten digital yang diredistribusi, misalnya melalui mekanisme
beredar melalui berbagai media sosial telah bank pangan.
membangkitkan kepedulian yang tinggi terhadap 5. Daur ulang, contohnya limbah pangan yang tidak
pangan dan gaya hidup sehat. Hal seperti itu dapat diredistribusi dapat didaur ulang menjadi
perlu menjadi pembelajaran bagi Indonesia, berbagai jenis pakan ternak, diolah menjadi
untuk mengadaptasi dan/atau mereplikasi cara- pupuk cair, diolah menjadi kompos, dan/atau
cara tersebut. dimanfaatkan untuk menghasilkan biogas.
6. Pengolahan dan pembuangan secara aman,
Penerapan hirarki pengelolaan residu limbah pangan yang tidak dapat

9
kehilangan dan limbah pangan secara dipergunakan lagi dapat diolah dan/atau
konsisten pada setiap tahapan daur dibuang secara aman ke tempat pembuangan
hidup pangan untuk mencegah dan sampah yang baik (misalnya sanitary landfill).
meminimalkan jumlah kehilangan dan
limbah pangan (food loss and waste).

Sebuah sistem pangan yang baik seharusnya


membentuk daur tertutup (from cradle to cradle),
sehingga tidak akan ada kehilangan atau limbah
pangan yang tersia-siakan. Kehilangan dan limbah
pangan seharusnya dapat dicegah, dan kalaupun
terlanjur menjadi limbah, seharusnya dapat
dimanfaatkan atau dikembalikan lagi kedalam
sistem pangan tersebut.

Untuk itu, sebuah informasi kuantitatif tentang Sumber diagram: Heller & Keoleian, 2000
pangan harus tersedia pada setiap tahapan daur
hidupnya. Neraca bahan (material balance) pangan
perlu dibuat secara seksama untuk mengetahui Untuk membentuk sebuah neraca bahan pangan (food material balance), contoh aliran bahan pangan di
secara presisi aliran bahan pangan beserta USA di atas dapat di atas dapat ditambahi informasi tentang pemanfaatan kehilangan, redistribusi, daur
kuantitas dan perilakunya. Neraca bahan pangan ulang, serta pengolahan dan pembuangan limbah pangan.
ini merupakan informasi dasar yang harus dimiliki
untuk memperoleh informasi besarnya kehilangan
dan limbah pangan.

64 65
Makalah Strategi Sistem Pangan Berkelanjutan Indonesia

Bab 4
Roadmap Pangan Berkelanjutan Indonesia 2020-2024
Peta Jalan atau Roadmap Pangan Berkelanjutan Pentahapan milestone pangan berkelanjutan di
Indonesia pada dasarnya memberikan arahan Indonesia selama lima tahun adalah sebagai berikut:
strategis lima tahun untuk mewujudkan sebuah 1. Sistem dan mekanisme pangan berkelanjutan
sistem dan praktik pangan yang berkelanjutan di Indonesia. 2020 2021 2022 2023 2024
negara ini. Komponen utama dari roadmap adalah 2. Sistem metrik kinerja pangan berkelanjutan di
milestones, sasaran strategis, dan inisiatif strategis Indonesia.
Inisiatif Strategis
tahunan. Dalam konteks ini, milestone adalah 3. Konsumsi pangan bertanggung jawab atau food
akhir dari sebuah tahapan pada sistem pangan responsible consumption. • Visi Pangan • Kebijakan nasional • Pendayagunaan • Regenerasi petani • Penganggaran
berkelanjutan, yang menggambarkan kondisi 4. Produksi pangan berkelanjutan atau food Berkelanjutan sistem metrik secara massif pangan melalui food responsible
atau pencapaian yang diperoleh. Untuk mencapai sustainable production. Indonesia sebagai (pengukuran, duta dan influencer pembentukan dan consumption and
milestone tersebut diperlukan satu atau lebih 5. Negara dengan kinerja pangan berkelanjutan visi bersama (shared pemantauan, evaluasi, pangan berkelanjutan pengembangan production
sasaran strategis, yang diwujudkan melalui berbagai terkemuka didunia. vision) nasional dan peningkatan) kinerja kabupaten, kota, wirausaha muda • Evaluasi menyeluruh
upaya-upaya atau inisiatif strategis. • Kebijakan nasional pangan berkelanjutan di provinsi, dan nasional pangan berkelanjutan SPBI dan perumusan
Sistem Pangan Indonesia untuk tingkat membentuk trend (termasuk petani serta diseminasi
Berkelanjutan desa, kabupaten, kota, (trend-setter) muda dan start-up petikan pembelajaran
Indonesia provinsi, dan nasional konsumsi pangan milenial) kinerja SPBI
(berdasarkan delapan • Kebijakan nasional yang bertanggung • Pengembangan • Pengembangan dan
Sasaran Inisiatif
Milestones prinsip sistem pangan realtime dashboard jawab. industri sarana perumusan SPBI 2.0
Strategis Strategis berkelanjutan) pangan nasional • Pembentukan dan produksi pertanian • Food Responsible
yang disepakati • Indikator pangan pengembangan berbasis organik Consumption and
seluruh pemangku dijadikan sebagai besar-besaran start-up • Insentif dan subsidi Production Expo -
kepentingan, secara indikator kinerja utama pangan berkelanjutan produksi pangan Dunia
partisipatif. (key performance • Penghargaan tahunan berkelanjutan
2020 2021 2022 2023 2024 • Perencanaan pangan indicator) pada seluruh pangan berkelanjutan (sustainable food
berkelanjutan yang focal point pangan Indonesia production) disertai
dilakukan secara • Penerbitan laporan • Penerbitan laporan disinsentif sistem
Milestones
holistik partisipatif tahunan kinerja tahunan pengelolaan produksi pangan
Sistem dan Sistem metrik kinerja Konsumsi pangan Produksi pangan Negara dengan hulu-hilir (melibatkan pangan berkelanjutan kehilangan dan limbah berbasis kimia
mekanisme pangan pangan berkelanjutan di bertanggung jawab berkelanjutan atau kinerja pangan seluruh tahapan Indonesia kepada pangan kabupaten, • Food Responsible
berkelanjutan Indonesia. atau food responsible food sustainable berkelanjutan daur hidup pangan publik (kabupaten, kota, kota, provinsi, dan Consumption and
Indonesia. consumption. production terkemuka didunia. yang relevan) provinsi, nasional) nasional Production Expo -
untuk berbagai • Pembentukan dan • Penerbitan laporan Asia
level administratif pengembangan sumber tahunan wajib
Sasaran Strategis (kabupaten, kota, daya manusia bidang pengelolaan
provinsi, dan nasional) pangan berkelanjutan kehilangan dan
Sistem dan mekanisme • Sistem metrik • Pola konsumsi pangan • Sistem produksi • Proporsi terbesar • Perencanaan dan yang beserta sistem limbah pangan untuk
pangan berkelanjutan (pengukuran, bertanggung jawab pangan berkelanjutan anggaran program strategis kompetensi dan usaha pangan skala
Indonesia disusun, pemantauan, evaluasi, atau food responsible atau food sustainable pangan nasional intervensi dan inovasi pengakuanyan besar (hotel, katering,
disepakati, dan dan peningkatan) kinerja consumption menjadi production diterapkan dialokasikan untuk pangan berkelanjutan (sertifikasi) jaringan restoran,
diterapkan secara pangan berkelanjutan di top-of-mind dan gaya oleh sebagian besar food responsible Indonesia • Simposium tahunan distributor, dan peritel)
partisipatif dan Indonesia dibentuk dan hidup pangan di pelaku pangan pada consumption and • Penerbitan secara pangan (kabupaten, • Food Responsible
berkesinambungan diterapkan di Indonesia. Indonesia. setiap tahapan daur production masif konten-konten kota, provinsi, dan Consumption and
oleh seluruh pemangku • Terbentuknya • Sebagian besar hidup pangan. • Model pengelolaan pangan berkelanjutan nasional) seluruh Production Expo -
kepentingan pangan. konsolidasi Pemangku pelaku pangan di • Sebagian besar pangan berkelanjutan (cetak dan digital) kelompok pelaku Indonesia
Kepentingan untuk Indonesia menerapkan pelaku pangan Indonesia menjadi • Promosi besar- kepentingan pangan
Mewujudkan Pangan responsible food di Indonesia benchmark bagi besaran dan di Indonesia sebagai
Berkelanjutan Indonesia. consumption secara menerapkan negara lain berkesinambungan bagian dari pengukuran,
berkesinambungan sustainable food • Indonesia tidak lagi atas pangan pemantauan, dan
production secara termasuk dalam berkelanjutan evaluasi kinerja pangan
berkesinambungan laporan tahunan Indonesia berkelanjutan
Global Hunger Index

66 67
Makalah Strategi Sistem Pangan Berkelanjutan Indonesia

Roadmap Pangan Berkelanjutan


Indonesia 2020-2024

Tahun 2020 Tahun 2021 Tahun 2022 Tahun 2023


Merupakan tahun pembentukan fondasi kokoh Pada tahun ini, sebuah sistem metrik tunggal Ditahun 2022, pola konsumsi pangan bertanggung Pada tahun 2023, sistem produksi pangan
pangan berkelanjutan di Indonesia melalui sebuah pangan berkelanjutan Indonesia untuk mengukur, jawab atau food responsible consumption menjadi berkelanjutan atau food sustainable production telah
kebijakan formal dalam bentuk Peraturan Pemerintah memantau, mengevaluasi, dan meningkatkan top-of-mind dan gaya hidup pangan di Indonesia. diterapkan oleh sebagian besar pelaku pada setiap
atau Peraturan Presiden Republik Indonesia tentang sistem dan kinerja pangan secara keseluruhan telah Kondisi ini merupakan hasil dari kampanye dan tahapan daur hidup pangan.
Sistem Pangan Berkelanjutan Indonesia (SPBI). dibentuk dan diterapkan. Sistem metrik ini akan sosialisasi secara masif dan berkesinambungan
Kebijakan nasional tersebut dibangun berdasarkan menjadi jaringan dashboard pangan daring (online) yang telah dilakukan. Insentif dan subsidi untuk menggeser sistem
delapan prinsip sistem pangan berkelanjutan, yaitu: dan real-time, memanfaatkan teknologi informasi budidaya pangan dari berbasis kimia menjadi sistem
(1) tujuan bersama, (2) holistik, (3) inklusif, (4) lokal, terkini (big data, internet, blockchain, dan sejenisnya). Pada tingkatan ini, sebagian besar pelaku pangan organik diharapkan telah menunjukkan hasil yang
(5) kesalingtergantungan, (6) daur hidup pangan, (7) di Indonesia menerapkan responsible food positif. Petani pangan telah menerapkan sistem
sistem lingkungan dan sumber daya alam, dan (8) Tahun 2021, seluruh pengelolaan pangan di consumption secara konsisten dalam pola pangan tersebut, baik secara parsial, komprehensif, maupun
keberlanjutan. Indonesia telah berbasis informasi kuantitatif dan sehari-hari mereka. Pola konsumsi ini diharapkan telah memperoleh sertifikasi organik dari lembaga
kualitatif tunggal, dari hulu ke hilir daur hidup pangan. akan mendorong terbentuknya pasar pangan lokal, sertifikasi independen.
Selain itu, sistem dan mekanisme komprehensif Disisi lain, indikator pangan harus dijadikan sebagai sehat, dan beragam. Untuk itu, sinergi dari sisi
pangan berkelanjutan Indonesia disusun, indikator kinerja utama (IKU) atau key performance pemasok pangan berkelanjutan perlu dibangun agar Dari sisi distribusi label organik atas produk pangan,
disepakati, dan diterapkan secara partisipatif indicator pada seluruh focal point pangan. Sebuah demand dan supply-nya dapat saling bersesuaian. untuk berbagai level penerapan di atas perlu diberikan
dan berkesinambungan oleh seluruh pemangku sistem insentif dan disinsentif atas pencapaian IKU sebagai pengakuan atas upaya budidaya pangan
kepentingan pangan. Pengelolaan pangan dilakukan tersebut harus disiapkan. Sebagai leverage pola konsumsi pangan yang lebih berkelanjutan dibandingkan dengan
secara terintegrasi dari hulu ke hilir melalui sebuah bertanggung jawab, duta dan influencer pangan sistem budidaya berbasis kimia. Industri sarana
tujuan bersama (common goal) yang disepakati. Konsolidasi para pemangku kepentingan untuk harus dipilih dan diberdayakan pada berbagai level produksi pertanian berbasis organik juga harus telah
Setiap focal point akan melakukan tugas dan mewujudkan pangan berkelanjutan Indonesia (kabupaten, kota, provinsi, dan nasional), secara terbentuk dan mampu mendukung sistem budidaya
fungsinya masing-masing namun harus secara inter- juga harus diwujudkan sebagai salah satu bentuk nyata maupun virtual (maya). Dari sisi pasokan, organik tersebut.
dependent bermuara pada tujuan bersama tersebut. praktik pangan yang integral dan holistik hulu- start-up pangan berkelanjutan harus dibangun dan
Sebuah Visi Pangan berkelanjutan Indonesia hilir. Simposium tahunan untuk mengevaluasi difasilitasi secara masif untuk membentuk ribuan Regenerasi petani pangan juga harus telah berjalan,
sebagai visi bersama (shared vision) nasional perlu dan meningkatkan sistem dan praktik pangan di start-up setiap tahunnya. Sebuah program tahunan salah satunya melalui program pembentukan
ditetapkan sebagai sebuah kondisi ideal yang akan Indonesia perlu dilakukan secara berjenjang dari berkesinambungan seperti: “10.000 Duta dan dan pengembangan wirausaha muda pangan
dicapai bersama. tingkat kabupaten, kota, provinsi, dan nasional. Influencer Konsumsi Pangan Bertanggung jawab berkelanjutan (termasuk petani muda dan start-
Ajang ini merupakan wahana bagi para pemangku per Tahun” dan “5.000 Start-up Pangan berkelanjutan up millenial). Untuk itu kondisi kerja pada budidaya
Kebijakan tersebut harus diterjemahkan kedalam kepentingan untuk, secara inklusif, berpartisipasi per Tahun” bukanlah hal yang terlalu muluk untuk dan pemrosesan pangan harus dibuat agar menarik
sebuah perencanaan pangan berkelanjutan yang aktif memajukan praktik dan sistem pangan di diwujudkan setiap tahunnya. bagi generasi muda. Penerapan teknologi terkini,
juga dilakukan secara holistik partisipatif hulu-hilir Indonesia. pengupahan yang bersaing, sistem kerja yang baik
(melibatkan seluruh tahapan daur hidup pangan Untuk dapat mengelola kehilangan dan limbah (descent work), dan jaminan masa depan harus
yang relevan) untuk berbagai level administratif Sebuah sistem pengembangan sumber daya pangan secara transparan, sebuah laporan tahunan dapat diwujudkan untuk menarik generasi muda
(kabupaten, kota, provinsi, dan nasional). manusia bidang pangan beserta mekanisme Pengelolaan Kehilangan dan Limbah Pangan untuk memasuki bidang ini.
kompetensinya harus dirumuskan pada tahun tingkat kabupaten, kota, provinsi, dan nasional harus
Dari sisi konsumsi pangan, promosi dan sosialisasi ini. Salah satu tujuan utamanya adalah adanya diterbitkan dan disampaikan kepada publik setiap Salah satu isu utama pada produksi pangan yang
secara masif dan berkesinambungan harus pula pengakuan atas kompetensi pangan berkelanjutan tahunnya. Laporan serupa juga wajib dilakukan berkelanjutan, selain produktivitas dan efisiensi,
dilakukan untuk mengubah top-of-mind dan gaya sepanjang daur hidupnya. Sertifikasi kompetensi oleh sektor bisnis yang menimbulkan kehilangan adalah kehilangan pangan. Dalam lima tahun,
hidup pangan masyarakat indonesia. Seluruh jenis bidang pangan berkelanjutan harus sudah dimulai dan limbah pangan yang besar, seperti industri kehilangan pangan harus dapat dipangkas secara
media dan konten komunikasi yang memungkinkan, secara berkesinambungan. pengolahan pangan, hotel besar, jaringan katering, signifikan, setidaknya menjadi 25% dari pada 2024
serta para pemangku kepentingan yang relevan jaringan restoran, distributor pangan, jaringan ritel (dari tahun dasar 2020) dan sebesar minimal 50%
harus dilibatkan secara aktif. Penerbitan konten- Sebagai bentuk transparansi, sebuah Laporan pangan, dan lain-lain. Selain itu, sebuah sasaran pada 2030. Untuk itu sebuah riset mendalam untuk
konten pangan berkelanjutan (cetak dan digital) Tahunan Pangan Indonesia harus diterbitkan secara penurunan limbah pangan sesuai dengan SDG 12.3 menentukan baseline kehilangan pangan dan limbah
harus dilakukan secara masif. berkala. Laporan ini bersifat konsolidatif, memuat harus ditetapkan dan diterapkan. pangan harus dilakukan secara komprehensif.
kinerja pangan dari hulu ke hilir, oleh seluruh focal Perlu diingat bahwa, memangkas kehilangan pada
point pangan (kementerian dan lembaga terkait Sebuah ajang pangan berkala skala besar harus rantai produksi pangan berarti menambah pasokan
pangan). sudah diselenggarakan tahun 2022 ini, contohnya pangan secara langsung, tanpa harus melakukan
adalah “Indonesia Responsible Food Consumption penambahan upaya budidaya pangan itu sendiri.
and Production”. Pada event ini juga diberikan Biaya pengurangan kehilangan ini akan lebih rendah
penghargaan pangan berkelanjutan kepada para dari biaya penambahan produksi.
pelaku pangan oleh Presiden Republik Indonesia.

68 69
Makalah Strategi Sistem Pangan Berkelanjutan Indonesia

Roadmap Pangan Berkelanjutan Bab 5


Indonesia 2020-2024 Penutup

Tahun 2024 Adalah sebuah fakta bahwa swasembada pangan


yang pertama kali dicapai Indonesia pada tahun
dan inklusif yang melibatkan partisipasi dan dialog
aktif dari para pemangku kepentingan, termasuk
1984 ternyata belum menjadi jaminan bahwa negara kelompok rentan. Jenis pangan pokok tidak boleh
Milestone pada tahun ini adalah menjadi negara ini terbebas dari permasalahan pangan. Tiga puluh lagi hanya difokuskan pada segelintir jenis saja.
dengan kinerja pangan berkelanjutan terkemuka lima tahun sejak pengakuan FAO atas ‘keberhasilan’ Keberagaman pangan sesuai dengan sumber daya
didunia. Salah satu indikator dasarnya adalah tersebut, sebagian masyarakat adat masih ada pangan lokal di masing-masing daerah di Indonesia
Indonesia tidak lagi termasuk dalam laporan tahunan yang mengalami kelaparan, jutaan petani pangan harus diberdayakan. Sistem budidaya menggunakan
Global Hunger Index. Bahkan model pengelolaan belum sejahtera, harga pangan masih mengalami sarana produksi berbasis bahan kimia harus digeser
pangan berkelanjutan Indonesia dapat menjadi gejolak, kehilangan dan limbah pangan masih menjadi organik agar selalu berada dalam batas-
benchmark bagi negara lain. besar jumlahnya, pangan pokok semakin tidak batas kemampuan alam dan lingkungan hidup untuk
beragam, dan yang paling utama, risiko kesehatan mendukungnya. Terakhir, ruwetnya permasalahan
Pada tahun ini, proporsi terbesar anggaran terkait pangan (food dietary) masyarakat ternyata pangan di Indonesia juga dipicu oleh tidak adanya
pangan nasional harus dialokasikan untuk food meningkat dan menjadi risiko kesehatan nomor pengelolaan pada sisi kebutuhan pangan (demand
responsible consumption and production. Hal ini wahid. side management). Tanpa pendekatan ini tujuan
merupakan cermin dari political will pemerintah akhir pemenuhan pangan sebagai wahana untuk
untuk mewujudkan pangan berkelanjutan. Ketiadaan sebuah sistem pangan yang holistik dan meingkatkan kualitas gizi dan kesehatan sehingga
Dukungan lainnya adalah dalam bentuk sistem inklusif tampaknya menjadi penyebab utamanya. menghasilkan insan Indonesia yang aktif, sehat, dan
public procurement . Pengadaan yang dilakukan oleh Pengelolaan rangkaian rantai nilai pangan dari hulu produktif tidak akan pernah tercapai.
pemerintah terkait pangan juga harus sepenuhnya ke hilir tidak dilakukan secara terpadu, bahkan tidak
dialokasikan hanya untuk produk dan jasa pangan ada satupun lembaga di negara ini yang mengurusi Sebuah Sistem Pangan Berkelanjutan Indonesia
berkelanjutan saja. keseluruhan aspek pangan secara utuh. Focal (SPBI) yang bersifat holistik dan inklusif harus
points pangan di Indonesia masing-masing hanya dibangun sebagai jawaban integral atas berbagai
Kinerja pada seluruh daur hidup pangan telah mengelola sepotong aspek saja atau bahkan kurang, permasalahan pangan yang terjadi di Indonesia.
meningkat secara signifikan: (1) Jaringan bank dari keseluruhan rangkaian isu pangan. Kementerian Sebuah sistem yang menyeimbangkan pengelolaan
plasma nutfah pangan telah terbentuk dan dan lembaga tersebut hanya mengelola secara sisi pasokan dan sisi kebutuhan (balanced demand
beroperasi dengan baik, (2) Akses inklusif ke lahan parsial atas sebuah aspek yang maha penting bagi & supply side management), mengakomodasi
dan perairan sumber pangan (termasuk hutan bangsa ini. Pangan adalah kehidupan itu sendiri, keragaman genetik pangan dimasing-masing daerah

Masakan lokal masyarakat adat Lundayeh di Krayan, Kalimantan Utara • Sumber foto: Cristina Eghenter
dan laut telah terwujud, (3) Budidaya pangan telah tanpa pangan tiadalah kehidupan di negara ini. di Indonesia beserta kearifan lokalnya, serta harus
menerapkan produksi berkelanjutan, (4) Jaringan mampu menyelaraskan aspek lingkungan hidup,
lumbung (nyata dan virtual) pangan desa sampai Semuanya harus diubah secara fundamental. Wajib ekonomi, dan kesejahteraan sosial.
nasional telah terbentuk dan beroperasi dengan baik, diubah dari sisi paradigma mendasar pangan.
(5) Sistem perdagangan pangan yang adil (food fair Pengelolaan pangan harus bersifat holistik hulu-hilir
trade) telah diterapkan secara konsisten, (6) Pola
konsumsi pangan bertanggung jawab telah menjadi
gaya hidup sehari-hari masyarakat Indonesia, dan
(7) Kehilangan dan limbah pangan dipangkas secara
signifikan dan dalam trayektori pencapaian SDG
12.3 atau lebih baik.

Ladang garam di Rembang, Jawa Tengah • Sumber foto: Hartaty


Pada semester II 2024, sebuah evaluasi menyeluruh
terhadap Sistem Pangan Berkelanjutan Indonesia
harus dilakukan, diselenggarakan secara inklusif
melibatkan partisipasi aktif para pemangku
kepentingan dalam petikan pembelajaran, evaluasi,
dan peningkatkan kinerja SPBI. Berdasarkan
evaluasi tersebut, pengembangan dan perumusan
SPBI 2.0 dirumuskan untuk periode lima tahun
mendatang. SPBI harus terus diterapkan, dipelihara,
dan ditingkatkan untuk menciptakan individu hidup
sehat, aktif, dan produktif.

70 71
Makalah Strategi Sistem Pangan Berkelanjutan Indonesia

Glosarium

AJI Aliansi Jurnalis Independen Kemenristek Kementerian Riset dan Teknologi


AMAN Aliansi Masyarakat Adat Nusantara Kemensos Kementerian Sosial
APBN Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Kementan Kementerian Pertanian
APRINDO Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia KKP Kementerian Kelautan dan Perikanan
ASPPUK Asosiasi Pendamping Perempuan Usaha Kecil KLHK Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
ATR Kementerian Agraria dan Tata Ruang Kominfo Kementerian Komunikasi dan Informatika
Bappelitbang Badan Perencanaan Pembangunan, Penelitian dan Pengembangan KPPPA Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
Bappenas Badan Perencanaan Pembangunan Nasional KRKP Koalisi Rakyat untuk Kedaulatan Pangan
Bekraf Badan Ekonomi Kreatif LIPI Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
BKKBN Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional LJK Lembaga Jasa Keuangan
BKP Badan Ketahanan Pangan NTFP-EP Non Timber Forest Product – Exchange Programme
BPJS Badan Penyelenggara Jaminan Sosial OKKP Otoritas Kompeten Keamanan Pangan
BPN Badan Pertanahan Nasional Pajale Padi, Jagung, Kedelai
BPOM Badan Pengawas Obat dan Makanan Pemda Pemerintah Daerah
BULOG Badan Urusan Logistik Pemkab Pemerintah Kabupaten
CPM Cadangan Pangan Masyarakat Pemkot Pemerintah Kota
CSO Civil Society Organization Pemprov Pemerintah Provinsi
Daring Dalam jaringan (online) PKK Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga
DM Diabetes Melitus Posyandu Pos Pelayanan Terpadu
FAO Food and Agriculture Organization PP Peraturan Pemerintah
GAIN Global Alliance for Improved Nutrition PUPR Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
GAPMMI Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia Puskesmas Pusat Kesehatan Masyarakat
Gapoktan Gabungan kelompok tani Rastra Program Beras Sejahtera
GBDI Generasi Baru Dapur Indonesia RPJMN Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
GGL Gula, Garam dan Lemak Saprotan Sarana Produksi Pertanian
Hivos Humanist Institute for Cooperation with Development Countries SDA Sumber Daya Alam
HNRC-IMERI-UI Human Nutrition Research Center- Indonesian Medical Education and Research SDG Sustainable Development Goals
Institute- Universitas Indonesia SIPANA Sistem Informasi Pangan Nasional
IBCSD Indonesia Business Council for Sustainable Development SPBI Sistem Pangan Berkelanjutan Indonesia
IKU Indikator Kinerja Utama SUN Scaling Up Nutrition
IPB Institut Pertanian Bogor TPB Tujuan Pembangunan Berkelanjutan
KEHATI Keanekaragaman Hayati UMKM Usaha Mikro Kecil Menengah
Kemenag Kementerian Agama Unpad Universitas Padjadjaran
Kemendag Kementerian Perdagangan USA The United States of America
Kemendagri Kementerian Dalam Negeri UU Undang Undang
Kemendikbud Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan WAIBI Yayasan Inisiatif Indonesia Biru Lestari
Kemenhub Kementerian Perhubungan WWF Indonesia World Wildlife Fund Indonesia
Kemenkes Kementerian Kesehatan
Kemenkeu Kementerian Keuangan
Kemenkop UKM Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah
Kemenperin Kementerian Perindustrian
Daftar Pustaka

Badan Ketahanan Pangan, Indeks Ketahanan Hakim, Luthful and Agus Sumantri (editors), Martianto, Drajat, Indonesia: Kegiatan yang Bisa
Pangan Indonesia, Kementerian Pertanian Republik Analisis Kesejahteraan Petani Tahun 2018, Pusat Dilakukan di Tingkat Daerah dan Pilihan Lokasi,
Indonesia, 2018. Data dan Sistem Informasi Pertanian, Kementerian Makalah disampaikan pada Workshop Sistem
Pertanian Republik Indonesia, 2018. Pangan Berkelanjutan Bappenas, 8 April 2019.
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan,
Hasil Utama Riskesdas 2018, Kementerian Hasan, Fadhil dan Achmad Nur Hidayat, Kebijakan Martianto, Drajat, Analisis Situasi Pangan,
Kesehatan Republik Indonesia, 2018. Finansial Industri Pangan Indonesia, Makalah Pemetaan Kebijakan, dan Rekomendasi untuk
disampaikan pada: FGD GAPPMI - IFIC - Nielsen, Perencanaan Pangan Nasional dan Daerah,
BPS - Statistics Indonesia, The Result of Inter- Jakarta, 14-15 Februari 2019. Makalah disampaikan pada: Konsultasi Multi Pihak
Census Agricultural Survey (SUTAS) 2018, BPS - dalam Perencanaan Pangan di Hotel Sari Pacific
Statistics Indonesia, 2018. Heller, M. and G. Keoleian (2000) Life Cycle-Based Jakarta, 15 Juli 2019.
Sustainability Indicators for Assessment of the U.S.
Badan Perencanaan Pembangunan Kota Surabaya, Food System, The University of Michigan Center Noegroho, Anang, Kerangka Perencanaan
Rencana Aksi Daerah Pangan dan Gizi (RADPG) for Sustainable Systems, CSS00-04, in US Food Pembangunan Pangan, Makalah disampaikan pada
Kota Surabaya 2019-2021, Makalah disampaikan System Factsheet, Center for Sustainable Systems, Workshop Sistem Pangan Berkelanjutan Bappenas,
pada Diskusi Pangan Global Alliance for Improved University of Michigan, August 2018. 8 April 2019.
Nutrition, 2019.
Herianto, Ageng S, Strengthening Inter-Institutionl Noegroho, Anang, Arah Kebijakan Pembangunan
Dwiartama, Angga, Rantai Nilai Global (Global Coordination Mechanisms to Enhance Food Pangan dan Pertanian Tahun 2020-2024, Makalah
Value Chain, GVC) di dalam Sistem Pertanian- Systems in Indonesia, Makalah disampaikan pada disampaikan dalam: Pertemuan Konsultasi Multi
Pangan Indoneisa, Makalah disampaikan pada: FGD Workshop Sistem Pangan Berkelanjutan Bappenas, Pihak Perencanaan Pangan, Bandung, 17 Juli 2019.
GAPPMI - IFIC - Nielsen, Jakarta, 14-15 Februari 8 April 2019.
2019. Sekretariat SDG Nasional, Perkembangan
Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Peran Pelaksanaan SDGs Tujuan 2: Tanpa Kelaparan,
Eastham, Jane et al., Contemporary Issues in Food dan Partisipasi Forum Pemangku Kepentingan Makalah disampaikan pada Workshop Sistem
Supply Chain Management, Goodfellow Publisher, dalam Landscape Assessment Sistem Pangan Pangan Berkelanjutan Bappenas, 8 April 2019.
Oxford, 2017. Kota Surabaya 2019-2021, Makalah disampaikan
pada Diskusi Pangan Global Alliance for Improved The High Level Panel of Experts on Food Security
Eghenter, Chistina et al., Perempuan, Pangan, dan Nutrition, 2019. and Nutrition, Food Losses and Waste in the
Keanekaragaman Hayati: Cerita dari Kalimantan, Context of Sustainable Food Systems, HLPE Report
WWF Indonesia, 2018 Izwardy, Doddy, Prinsip Hidup Sehat dengan 8, June 2014.
Makanan Sehat Gizi Seimbang, Makalah, 25 Juli
Direktorat Pangan dan Pertanian Badan 2019.
Perencanaan Pembangunan Nasional, Inclusive
Food and Agriculture Policy Lab, Makalah Krisnamurthi, Bayu, Tantangan Percepatan
disampaikan pada Workshop Sistem Pangan Pertumbuhan Industri Makanan Minuman
Berkelanjutan Bappenas, 8 April 2019. Indonesia, Makalah disampaikan pada: FGD
GAPPMI - IFIC - Nielsen, Jakarta, 14-15 Februari
Global Panel on Agriculture and Food Systems 2019.
for Nutrition, Food Systems and Diets: Facing the
Challenges of the 21st Century, September 2016. Lukman, Adhi, Percepatan Industri Pangan Sebagai
Lokomotif Pertumbuhan Ekonomi, Makalah
Haddad, Lawrence, Why and How to Engage the disampaikan pada: FGD GAPPMI - IFIC - Nielsen,
Private Sector to Advance Nutrition, Makalah Jakarta, 14-15 Februari 2019.
disampaikan pada Diskusi Pangan Global Alliance
for Improved Nutrition, 2019.
Kontak:
Hivos/Konsorsium Local Harvest
Jl. Kemang Selatan XII No. 1, Jakarta Selatan
Email: sea@hivos.org
www.panganbijak.org

Anda mungkin juga menyukai