Anda di halaman 1dari 27

Dari Kajian Sastra ke Kajian Budaya:

Humaniora dalam Perubahan Zaman

Manneke Budiman

Pidato pada Upacara Pengukuhan Sebagai


Guru Besar Tetap dalam Ilmu Susastra
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya
Universitas Indonesia
Depok, 19 Juni 2021
Dari Kajian Sastra ke Kajian Budaya:
Humaniora dalam Perubahan Zaman

Manneke Budiman

Pidato pada Upacara Pengukuhan Sebagai


Guru Besar Tetap dalam Ilmu Susastra
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya
Universitas Indonesia
Depok, 19 Juni 2021
Dari Kajian Sastra ke Kajian Budaya: Humaniora
dalam Perubahan Zaman

Yang saya hormati,

• Rektor, Wakil Rektor, dan Sekretaris Universitas Indonesia,


• Ketua, Sekretaris, dan Anggota Dewan Guru Besar Universitas
Indonesia,
• Ketua, Sekretaris, dan Anggota Senat Akademik Universitas Indonesia,
• Dekan, Wakil Dekan, dan jajaran Pimpinan Fakultas Ilmu Pengetahuan
Budaya UI,
• Ketua, Sekretaris, dan Anggota Dewan Guru Besar FIB UI,
• Ketua, Sekretaris, dan Anggota Senat Akademik FIB UI,
• Para Dekan, Wakil Dekan, dan Pimpinan Sekolah di lingkungan UI,
• Para Ketua Departemen dan Ketua Program Studi di lingkungan FIB
UI,
• Sejawat Dosen Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya dan fakultas-
fakultas lain di lingkungan UI,
• Keluarga, teman, undangan, serta hadirin yang saya muliakan,

salam damai sejahtera bagi Ibu, Bapak, dan Saudara sekalian yang hadir
secara luring maupun daring dalam Acara Pengukuhan Guru Besar Fakultas
Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia pada hari ini.
Perkenankan saya menyajikan Pidato Pengukuhan saya sebagai
Guru Besar Ilmu Susastra pada Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya UI
dengan judul “Dari Kajian Sastra ke Kajian Budaya: Humaniora dalam
Perubahan Zaman”

Ibu, Bapak, Saudara sekalian yang saya muliakan,

Pada awal tahun 1980an, terjadi suatu peristiwa yang mengguncang pondasi
epistemologis disiplin-disiplin ilmu dalam humaniora. Seorang guru besar
ilmu susastra di Columbia University, Amerika Serikat, yang lahir di
Palestina dari ayah berkebangsaan Amerika dan ibu berdarah Arab, Edward
Said namanya, memublikasikan kritik intelektualnya terhadap Barat dalam
Manneke Budiman

sebuah buku, yang nantinya berdampak monumental dalam studi-studi


humaniora, yaitu buku yang berjudul Orientalism (1978). Secara tajam dan
keras, Said menelanjangi cara dan pola pikir Barat—dalam hal ini Eropa
dan Amerika—yang menyangkut Asia, atau lebih khusus lagi, dunia Islam
di Timur Tengah, yang kerap dirujuk dengan istilah Orient.
Said menyatakan bahwa cara Barat menggambarkan Asia dibentuk
oleh imajinasi, distorsi, generalisasi, dan esensialisasi, yang kesemuanya
mengarah pada satu dampak yang sangat merugikan Asia, yaitu bahwa Asia
adalah wilayah, peradaban, dan sekumpulan masyarakat yang inferior
dibandingkan dengan Barat (1978:40-41). Cara pandang seperti ini,
lanjutnya, tercipta sebagai wujud hasrat Barat untuk mendominasi Asia dan,
oleh karena itu, penting untuk menggambarkannya sebagai ‘lemah’
(1978:204).
Sebagai suatu bangun pemikiran tentang yang Liyan (the Other),
orientalisme telah mentradisi dan berakar jauh di dalam kesadaran orang-
orang Eropa dan Amerika. Bagaimana bisa suatu gambaran tentang orang
lain yang bukan Barat, serta dibangun di atas fantasi Barat sendiri, menyebar
luas dan diterima sebagai suatu ‘kebenaran’ atau realitas? Jawaban Said atas
pertanyaan inilah yang membuat jagad humaniora gempar. Ia mengatakan
bahwa orientalisme dapat terwujud menjadi pengetahuan yang diyakini
kebenarannya bukan karena dicekokkan melalui pemaksaan atau tekanan,
melainkan disusupkan melalui ilmu pengetahuan, estetika, ekonomi,
sosiologi, ilmu sejarah, dan filologi (1978:12).
Mahakarya-mahakarya kesusastraan Barat, yang selama berabad-
abad disanjung-sanjung dan dijadikan bacaan wajib di berbagai studi sastra
Barat dengan tujuan untuk menetapkan standar bagi keindahan dan
keunggulan, menjadi sasaran kritik keras Said. Ia ‘membaca ulang’
pujangga-pujangga besar, seperti Dante Alighieri, Johann Wolfgang von
Goethe, William Shakespeare, Chateaubriand, dan Gustave Flaubert, untuk
menyebut beberapa tokoh saja, serta memperlihatkan bagaimana teks-teks
yang dihasilkan para maestro itu secara konsisten aktif berpartisipasi
membentuk, menyebarluaskan, dan mengukuhkan wacana orientalis.
Karya-karya mereka, tuding Said, turut memberikan stempel legitimasi bagi
Dari Kajian Sastra ke Kajian Budaya: Humaniora
dalam Perubahan Zaman

praktik-praktik rasisme, perbudakan, imperialisme, dan kolonialisme oleh


bangsa-bangsa Barat atas dunia Timur.
Secara tidak langsung, para ilmuwan seolah bergandengan tangan
dengan para politisi dan panglima militer yang melaksanakan agenda-
agenda penaklukan dan penguasaan atas Asia melalui diplomasi dan
ekspedisi militer. Akan tetapi, yang dilakukan para pujangga itu lebih
menakjubkan lagi karena mereka mampu secara efektif memengaruhi
pandangan dan pikiran orang banyak melalui tulisan, bukan senjata.
Napoleon Bonaparte, misalnya, dalam misi penaklukan atas Mesir,
membawa sepasukan linguis, filolog, dan sarjana-sarjana humaniora lainnya
sejumlah 167 orang, untuk mencatat dan mempelajari seluruh hal ihwal
Mesir dari zaman kuno hingga saat itu, yakni peralihan dari abad ke-18
menuju abad ke-19, sebagaimana juga Snouck Hurgronje memenangkan
Aceh menjelang akhir abad ke-19 melalui pengetahuannya yang
komprehensif tentang Islam (Fogg, 2018; Burhanudin, 2014). Invasi
Napoleon ke Mesir melahirkan pengetahuan tentang Mesir, yang disebut
dengan Egyptologi, tetapi juga menjadi babak awal kolonialisme Barat di
Timur Tengah (Cole, 2007:246).

Ibu, Bapak, Saudara sekalian yang saya hormati,

Buku Orientalisme mengakhiri masa panjang studi sastra dan budaya yang
bersifat inosen, lepas dari politik, dengan minat yang murni dan melulu pada
estetika serta keluhuran peradaban. Sastra tidak bisa dilepaskan dari perkara
kekuasaan, seperti yang diperlihatkan Said. Walaupun sastra bisa saja
berangan-angan untuk tetap berjarak dari kekuasaan, di antara kedua kutub
yang sepertinya berseberangan itu terdapat jembatan yang disebut dengan
ideologi (Hall, Segal, Osborne, 1997:29-30, 39). Sejak Orientalisme, pula,
kurikulum sastra di berbagai studi sastra di perguruan tinggi mengalami
perombakan radikal, terutama pada cara membaca teks-teks kanon secara
kritis untuk menguak kerja ideologi yang menggunakan sastra dan budaya
sebagai penjelmaannya.
Manneke Budiman

Revolusi dalam studi sastra dan humaniora secara umum, sebagai


akibat dari perubahan fundamental pada pemahaman tentang sastra dan
peran yang dapat diberikan oleh kekuasaan kepadanya tanpa paksaan ini,
mendorong berkembangnya sebuah tren baru dalam humaniora, yaitu yang
disebut dengan cultural studies (kajian budaya). Meskipun teori-teori kritis
yang lazim digunakan dalam kajian budaya telah bersirkulasi dengan
semarak sejak sekitar tahun 1970an, studi sastra—apalagi yang sudah sangat
mapan seperti studi-studi sastra Barat—tidak menganggap teori-teori kritis
sebagai bagian dari dunia sastra, khususnya karena teori-teori kritis
memandang sastra tidak lebih istimewa daripada jenis-jenis teks lainnya,
dan ini mengusik perasaan banyak sarjana sastra (Hall, Segal, Osborne,
1997:25-26).
Masuknya berbagai teori kritis dari ranah marxis dan posmodernis
memulai sebuah tradisi membaca teks yang tujuan utamanya bukan untuk
melakukan katalogisasi atas segala hal unggul yang terdapat di dalam teks,
melainkan menyelam lebih dalam ke bawah lapis keindahan teks untuk
menemukan pola pikir, cara pandang, atau ideologi yang membonceng pada
teks. Oleh sebab itu, para pelaku teori-teori kritis lebih tertarik untuk
membahas cara kuasa dominan, atau hegemoni, menguasai kesadaran
publik atas dasar kesukarelaan, alih-alih cara-cara represif (Althusser,
1970). Kerja penafsiran atas teks bergeser menjadi upaya “penafsiran atas
tafsir suatu teks” karena pada ranah tafsirlah ideologi bisa mewujudkan
dirinya (Vishnu, 2015:4).
Walaupun teori telah lama mewarnai kritik sastra pada studi-studi
sastra di banyak tempat, barulah sesudah tahun 1980an warna kajian kritis
itu tidak hanya akademis sifatnya tetapi mulai bermuatan politis. Di banyak
fakultas sastra di Barat maupun di luar Barat, kurikulum pelajaran sastra
berubah secara cukup signifikan dan memuat kemampuan untuk membaca
sastra tidak hanya dengan kacamata lama yang disediakan para filsuf dan
pemikir Yunani Klasik, Prancis, dan Amerika, tetapi juga mendayagunakan
respon kritis yang datang dari ilmuwan-ilmuwan non-Barat, yang negerinya
dulu merupakan koloni Eropa.
Dari Kajian Sastra ke Kajian Budaya: Humaniora
dalam Perubahan Zaman

Di Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya UI, bahkan jenis-jenis teks


lain yang dulu tidak lazim digunakan dalam kajian sastra, seperti film, seni
pertunjukan, graffiti, musik, pidato politik, berita media, blog dan vlog, serta
media sosial, kini marak dijadikan korpus riset mahasiswa dengan tujuan
untuk mengungkap baik aspek-aspek tekstual maupun ideologisnya. Riset
dilakukan tidak untuk mereproduksi pengetahuan terdahulu yang telah
menjadi pakem, atau mereplikasi standar dan prosedur membaca dan
menafsir korpus sebagaimana dirumuskan oleh Barat, tetapi
diproblematisasi secara kritis untuk memunculkan sisi-sisi teks yang
erosentris ataupun orientalis.

Ibu, Bapak, Saudara sekalian yang saya muliakan,

Masuknya teori-teori kritis ke dalam kajian sastra dan budaya tidak hanya
menarik minat dari segi bagaimana teori-teori itu membongkar modus
operandi kuasa hegemonik dalam membentuk kesadaran, tetapi juga karena
membukakan kemungkinan-kemungkinan untuk melakukan resistensi atas
hegemoni tersebut. Dengan demikian, selalu ada peluang untuk mengubah
status quo dengan cara menawarkan alternatif-alternatif bagi terjadinya
perubahan sosial (Caroll, 2006:27; Howarth, 2015). Berubahnya nama
Fakultas Sastra menjadi Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya pada awal
tahun 2000an turut memfasilitasi perubahan paradigma dan perluasan ruang
lingkup studi-studi sastra di UI. Kini, isu-isu hegemoni, resistensi, negosiasi
yang melandasi relasi kuasa antara kekuatan wacana dominan seperti
kapitalisme global, transnasionalisme, dan neoliberalisme dengan
kelompok-kelompok yang terpinggirkan atau terdampak olehnya, telah
nyaris mendominasi kancah kajian budaya pada Departemen Ilmu Susastra
di FIB UI.
Kendatipun demikian, realitas sosial terus berubah dan kondisi
kehidupan kita pada saat ini tidak lagi sama seperti dulu ketika wacana
perlawanan terhadap hegemoni dikembangkan. Meskipun di mana-mana
ketimpangan sosial, ketidakadilan, serta peminggiran masih terus
berlangsung, dan humaniora tetap perlu merespon permasalahan-
Manneke Budiman

permasalahan sosial tersebut, kita kini juga berhadapan dengan gejala-gejala


baru yang terbukti memiliki dampak luar biasa bagi kelangsungan tatanan
sosial dan kehidupan sehari-hari kita. Kekuatan-kekuatan baru ini
berkarakter post-human, dalam artian bahwa mereka tidak dapat
dikendalikan dampaknya ataupun diprediksi dinamikanya, dan bahkan
berpotensi menggeser sentralitas manusia atau humanisme, yang selama
ribuan tahun tiada lelah mencoba menaklukkan berbagai kekuatan eksternal
non-manusia bagi kesintasan dirinya.
Kata kunci baru yang perlu diperhitungkan adalah vulnerability
(kerentanan), yang semestinya sama problematisnya dengan “hegemoni”
bagi pengkaji budaya. Kerentanan ini disebabkan oleh ketakpastian dan
ketakterkendalian masa depan, yang diistilahkan dalam beberapa tulisan
dengan precarity (Butler, 2016; Stephens, Sellberg, Donaghy, 2020). Dunia
yang bersifat precarious adalah kehidupan yang tak dapat direncanakan dan
tanpa tujuan pasti sehingga menakutkan, tetapi juga bukannya tanpa
kemungkinan bagi keberlanjutan kehidupan (Tsing, 2015:20-21). Hanya
saja, kebanyakan sarjana yang membahas isu kerentanan ini masih
menempatkan pokok persoalan pada tatanan dunia yang dibangun di atas
pondasi kapitalisme, dan itulah sebabnya mengapa lalu pasangan istilah
yang diajukan bagi vulnerability masih terpaku pada resistance atau
perlawanan terhadap kerentanan tersebut.
Ada juga alternatif pasangan yang dianggap lebih sepadan bagi
vulnerability, yaitu resilience (resiliensi), walaupun konsep ini juga kerap
digunakan dalam wacana neoliberal dalam hubungan dengan kemampuan
rakyat jelata untuk memulihkan diri dari suatu krisis, misalnya krisis
ekonomi atau bencana (Bracke, 2016). Akan tetapi, resiliensi dapat
diperluas cakupannya untuk berbicara tentang jenis tantangan atau bencana
yang tidak berasal dari ulah manusia, seperti perubahan iklim, serangan
virus skala global dalam rupa pandemi, atau pengambilalihan kehidupan
manusia oleh teknologi yang dibuatnya sendiri tetapi tak lagi mampu ia
kendalikan (Stephens, Sellberg, Donaghy, 2020). Pasangan vulnerability
dan resilience ini tampaknya akan lebih mampu berbicara banyak dalam
menyikapi kompleksitas relasi manusia dengan berbagai tantangan yang
Dari Kajian Sastra ke Kajian Budaya: Humaniora
dalam Perubahan Zaman

berasal dari entitas non-manusia, yang tidak bisa dilawan dengan bentuk
resistensi apapun.
Dalam hal ini, ihtiar manusia tidak lagi berpusat pada bagaimana
cara menanggulangi atau menaklukkan tantangan yang mengancam masa
depannya, melainkan lebih pada bagaimana caranya untuk menyerap
guncangan tanpa terluka parah, beradaptasi dengan ketidakpastian masa
depan, dan memulihkan diri dengan cepat ketika mengalami serangan
(Bracke, 2016:54). Kajian kritis atas kebudayaan, ke depan, boleh jadi akan
lebih bersangkutan dengan kesintasan manusia dalam lingkungan alam dan
tatakehidupan yang berubah secara drastis, di mana kuasa global seperti
kapitalisme pun bisa terpukul keras, seperti yang kini sedang terjadi akibat
pandemi Covid-19. Wilayah penjelajahan baru ini juga bisa memberikan
ruang kelegaan bagi kajian-kajian kritis dalam humaniora, yang pada titik
ini mungkin sudah mulai susah untuk bernapas di dalam ruang teoritis
dominan skema hegemoni dan resistensi.
Masih adakah peluang bagi kajian budaya kritis untuk tetap
bernuansa politis seperti sekarang dan terus menawarkan strategi atau siasat
untuk menggoyahkan status quo bilamana ia akhirnya masuk ke habitat riset
baru vulnerability dan resilience dan meninggalkan rumahnya saat ini
hegemony dan resistance? Saya belum bisa memberikan jawabannya, dan
tidak ada kepastian bahwa jawaban yang tuntas akan pernah dapat
ditemukan karena, seperti telah disinggung secara sambil lalu dalam pidato
ini, kita menghadapi masa depan yang tak bisa direncanakan, dipastikan,
ataupun dikendalikan.
Manneke Budiman

Ibu, Bapak, Saudara sekalian yang saya hormati,

Akhir kata, dengan kerendahan hati saya panjatkan puji syukur kepada
Tuhan Yang Maha Esa atas berkat serta kasihNya, dan juga saya haturkan
ucapan terima kasih yang tulus kepada banyak sekali pihak atas dukungan
terus-menerus bagi saya selama perjalanan pembelajaran di Universitas
Indonesia sedari mula hingga hari ini, teristimewa kepada:

• Rektor Universitas Indonesia, Prof. Ari Kuncoro, S.E., M.A., Ph.D.,


yang mengukuhkan saya sebagai Guru Besar Universitas Indonesia,
• Jajaran pimpinan FIB UI yang tak pernah bosan menyemangati dan
memfasilitasi pengusulan kenaikan jabatan fungsional ini,
• Dewan Guru Besar, baik pada tingkat Fakultas maupun Universitas,
yang telah memeriksa dan menyetujui pengusulan kenaikan jabatan
saya untuk diproses lebih lanjut hingga tuntas,
• Para sahabat di forum Universitas Indonesia Bersih, yang integritasnya
sebagai intelektual menjadi suri-tauladan saya dalam setiap langkah
saya di UI,
• Para sejawat Dosen di FIB UI, khususnya di Departemen Ilmu Susastra
dan Program Studi Inggris, serta dari fakultas-fakultas lain di UI yang
telah bertemu dan bersejawat dengan saya dalam banyak kesempatan,
serta menjadi sumber pelajaran berharga yang tiada habisnya bagi saya
untuk menjadi dosen yang lebih baik,
• Pribadi-pribadi istimewa yang menjadi senior, sahabat sejati, dan
sumber inspirasi saya: Prof. Dr. Riris K. Toha-Sarumpaet, Prof. Dr.
Melani Budianta, Prof. Dr. Soenarjati Djajanegara, Prof. Dr. Ida Sundari
Husen, Prof. Dr. rer nat Rosari Saleh, dan alm. Prof. Dr. Sapardi Djoko
Damono,
• Kedua almarhum orangtua saya, Mama Anne-Maria dan Papa
Franciscus Xaverius, beserta kedelapan Saudara saya, baik yang masih
bersama saya maupun yang telah lebih dahulu pergi, karena cinta kasih
Dari Kajian Sastra ke Kajian Budaya: Humaniora
dalam Perubahan Zaman

mereka telah membuat saya menjadi orang seperti sekarang ini, dengan
segala kekurangan dan kelebihan,
• Terakhir tetapi tak kalah penting, istri saya Chrystina Mitayani dan
kedua putri kami, Michaela Firly Pradita dan Gabriella Ismardianti,
yang selalu punya cara untuk mengungkapkan cinta mereka, bahkan di
saat-saat ketika saya sedang sangat menjengkelkan dan mengacaukan
irama normal hidup mereka.

Izinkan pula saya menyampaikan permohonan maaf kepada teman,


sejawat, atau sahabat yang mustahil bisa saya sebutkan satu persatu karena
waktu yang serba terbatas. Semoga Tuhan memberkati dan melindungi Ibu,
Bapak, dan Saudara sekalian setiap hari selama hayat dikandung badan.

Terima kasih. Salam sehat dan sejahtera.


Manneke Budiman

DAFTAR PUSTAKA

Althusser, L. 1971. Lenin and Philosophy and Other Essays (terjemahan


dari bahasa Prancis oleh B. Brewster). New York: Monthly Review
Press.
Bracke, S. 2016. Bouncing Back: Vulnerability and Resistance in Times of
Resilience. J. Butler, Z. Gambetti, L. Sabsay (ed.), Vulnerability in
Resistance. Durham: Duke University Press, 52-75.
Burhanudin, J. 2014. The Dutch Colonial Policy on Islam: Reading the
Intellectual Journey of Snouck Hurgronje. Al Jami ah Journal of
Islamic Studies, Vol. 52, No. 1, 25-58. DOI:
10.14421/ajis.2014.521.25-58.
Butler, J. 2016. Rethinking Vulnerability and Resistance. J. Butler, Z.
Gambetti, L. Sabsay (ed.), Vulnerability in Resistance. Durham:
Duke University Press, 12-27.
Caroll, W.K. 2006. Hegemony, Counter-hegemony, Anti-hegemony.
Keynote Address: The Annual Meeting of the Society for Socialist
Studies, York University, Toronto (June), 9-43.
Chalala, E. 2004. Rethinking Edward Said’s ‘Orientalism’: An Interview
with Charbel Dagher. Al Jadid Magazine, Vol. 10, No. 48 (Summer).
Cole, J. 2007. Napoleon’s Egypt: Invading the Middle East. New York:
Palgrave Macmillan.
Fogg, K.W. 2018. Seeking Arabs but Looking at Indonesians: Snouck
Hurgronje’s Arab Lens on the Dutch East Indies. Journal of Middle
Eastern and Islamic Studies (in Asia), Vol. 8, No. 1, 51-73. DOI:
10.1080/19370679.2014.12023237.
Hall, S., Segal, L., Osborne, P. 1997. Interview Stuart Hall: Culture and
Power. Radical Philosophy, 086 (November/December), 24-41.
Howarth, D. 2015. Gramsci, Hegemony, and Post-Marxism. M. McNally
(ed.), Antonio Gramsci. London: Palgrave Macmillan,195-213.
Said, E. 1978. Orientalism. New York: Pantheon Books.
Stephens, E., Sellberg, K., Donaghy, P. 2020. Precarious Futures: Cultural
Studies in Pandemic Times. Continuum, Journal of Media and
Cultural Studies, Vol. 34, No. 6, 807-815. DOI:
10.1080/10304312.2020.1842120.
Dari Kajian Sastra ke Kajian Budaya: Humaniora
dalam Perubahan Zaman

Tsing, A.L. 2015. The Mushroom at the End of the World: On the
Possibility of Life in Capitalist Ruins. Princeton: Princeton
University Press.
Vishnu, P.W. 2015. Literary Criticism and Theory: Problems of Location
in Research. Conference Proceeding: Interdisciplinary International
Conference on New Trends in Humanities, Gender and Cultural
Studies, Vol. 1. Chembur, Mumbai, India.
Manneke Budiman

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

DATA PRIBADI
Nama : Manneke Budiman
NIP : 1196511171993031002
Pangkat/Golongan : Pembina Muda/IVc
Jabatan terakhir : Guru Besar Ilmu Susastra FIB UI
Tempat/Tgl. Lahir : Bangil, 17 November 1965
Agama : Katolik
Status Pernikahan : Menikah
Alamat Kantor : Kampus Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya
Universitas Indonesia, Depok 16424
Telepon Kantor : (021) 786-3528
Alamat Rumah : Jl. Haji Nawi Buntu no. 4, Kel. Gandaria Utara,
Kec. Kebayoran Baru, Jakarta Selatan 12140
Email : manneke.budiman@gmail.com
manneke.budiman@ui.ac.id
Nama Istri : Krystina Mitayani
Nama anak : Michaela Firly Pradita
Gabriella Ismardianti
RIWAYAT PENDIDIKAN FORMAL
1972-1977 SD Negeri Kidul Dalem I Bangil, Jatim

1978-1981 SMP Vidya Dahana Patra (Vidatra) Bontang, Kaltim

1981-1984 SMA Katolik Sancta Maria, Surabaya, Jatim

1984-1989 Sarjana Sastra, Program Studi Sastra Inggris Fakultas


Sastra Universitas Indonesia, Jakarta

1992-1994 Master’s of Arts, Comparative Literature, University of


Wisconsin-Madison, USA

2006-2011 Doctor of Philosophy, Asian Studies, University of British


Columbia, Kanada

RIWAYAT PENDIDIKAN TAMBAHAN


1997 Postgraduate Certificate, British Cultural Studies,
University of Warwick UK

2006 Professional Development for International Teaching


Assistants Program, UBC Continuing Studies, Kanada

2014 Ubiquitous Learning Training Program, NS-Devil Co. Ltd.,


Kyong-Ju, Korea Selatan

2017 Pelatihan dan Sertifikasi Reviewer Internal, Quantum


Institute dan DRPM Kemeristekdikti

2018 Urban Transition, Summer Academy, Leiden University-


Universitas Indonesia-Universitas Gadjah Mada

RIWAYAT KEPEGAWAIAN
1993-1997 Penata Muda Gol. III/a
1997-1999 Penata Muda Tkt. 1 Gol. III/b
1999-2003 Penata Gol. III/c
2003-2005 Penata Tkt. 1 Gol. III/d
2005-2007 Pembina Gol. IV/a
2007-2021 Pembina Tkt. 1 Gol. IV/b
2021 Pembina Utama Muda Gol. IV/c

RIWAYAT JABATAN FUNGSIONAL


1993-1995 Pengajar, Jurusan Sastra Inggris Fakultas Sastra
Universitas Indonesia

1995-1999 Asisten Ahli, Jurusan Sastra Inggris Fakultas Sastra


Universitas Indonesia

1999-2005 Lektor, Jurusan Sastra Inggris, Fakultas Ilmu


Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia

2005-2020 Lektor Kepala, Departemen Ilmu Susastra Fakultas


Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia

2020 Guru Besar, Departemen Ilmu Susastra Fakultas Ilmu


Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia

KEPENGURUSAN DALAM ORGANISASI PROFESI


1991-1992 Sekretaris II, Pengurus Pusat Himpunan Sarjana-
Kesusastraan Indonesia (HISKI)

2002-2004 Koordinator Bidang Pendidikan dan Pengembangan,


Pengurus Pusat Himpunan Sarjana-Kesusastraan
Indonesia (HISKI)

2004-2006 Wakil Ketua, Pengurus Pusat Himpunan Sarjana-


Kesusastraan Indonesia (HISKI)

2015-sekarang Koordinator Bidang Publikasi Ilmiah, Pengurus Pusat


Himpunan Sarjana-Kesusastraan Indonesia (HISKI)

2015-2018 Ketua, English Studies Association in Indonesia (ESAI)

KEANGGOTAAN DALAM MAJALAH


2010-Sekarang Anggota Dewan Editor, Wacana Journal of the
Humanities in Indonesia

2014-Sekarang Anggota Dewan Editor, Makara Human Behavior


Studies in Asia (Hubsasia)

2015-Sekarang Ketua Dewan Editor, Susastra Jurnal Ilmu Sastra dan


Budaya (Himpunan Sarjana-Kesusastraan Indonesia)
2017-Sekarang Anggota Dewan Editor, Asian Women (Research
Institute of Asian Women)

KEANGGOTAAN DALAM ORGANISASI INTERNASIONAL


2006-2010 Anggota Canadian Asian Studies Association (CASA)

2011-2016 Anggota Inter-Asia Cultural Studies Society (IACSS)

2016-sekarang Anggota (Associate Member) Institute for Transpacific


Cultural Research, Simon Fraser University, Canada

KARYA ILMIAH HASIL PENELITIAN YANG DIPUBLIKASIKAN


1 2021 Ihwanny, R. & Budiman, M. Film-makers’ Aesthetic
Strategy against the Politics of Taste of European Film
Festivals. Kasetsart Journal of Social Sciences, Vol. 42,
No. 1, January-March, 141-146

2 2020 Rivaldy, P.M.R., Budiman, M., Tambunan, S.M.G.


Rethinking Home and Identity of Muslim Diaspora in
Shamsi’s Home Fire and Hamid’s Exit West.
International Journal of Literary Humanities, Vol. 18,
Issue 1, 27-38

3 2020 Budiman, M. Mesin dan Keindahan Tanpa Aura:


Teknologi dalam Kajian Budaya. Dalam H. Ardi, M. Al
Hafizh, A. Arianto (ed.), Kurnia dan Bahasa:
Pengkajian Sastra, Budaya, Bahasa dan
Pengajarannya. Yogyakarta: Erhaka Utama, 104-121

4 2019 Budiman, M. Literature and Literacy in the Changing


Era: Will Disruption Bring an End to Literature? Dalam
S. Madya et al (ed.), English Linguistics, Literature and
Language Teaching in a Changing Era. London: CRC
Press/Belkema, 9-13

5 2019 Rivaldy, P.M.R., Budiman, M., Tambunan, S.M.G.


Muslim Diasporic Identities in Kamila Shamsie’s Home
Fire (2017). International Review of Humanities
Studies, Vol. 4, No. 2 (October), 962-972

6 2019 Ihwanny, R. & Budiman, M. The Directors’ Responses


and the Shaping of Indonesia’s Identity in the European
Film Festival Funding. Dalam Kerr et al (ed.), Urban
Studies: Border and Mobility. London: Taylor &
Francis, 79-83

7 2018 Budianta, M. & Budiman, M. Indonesian Literature: An


Ocean of Becoming. Dalam M. Budianta & M. Budiman
(ed.), An Ocean of Becoming: Literature from the
Indonesian Archipelago. Jakarta: The Lontar
Foundation, xi-xiv

8 2017 Ihwanny, R. & Budiman, M. Funding Politics in


European Film Festivals and Its Impact on Indonesian
Cinema. Dalam M. Budianta, M. Budiman, A. Kusno, &
M. Moriyama (ed.), Cultural Dynamics in a Globalized
World. London & New York: Taylor & Francis, 271-
278

9 2017 Hadi, R.P.S. & Budiman, M. The Lunar New Year and
Guanggunjie Tradition: The Representation of China in the
Lentera Broadcast by China Radio International. Dalam
M. Budianta, M. Budiman, A. Kusno, & M. Moriyama
(ed.), Cultural Dynamics in a Globalized World.
London & New York: Taylor & Francis,279-284

10 2017 Qian Qian, L.L. & Budiman, M. Mandarin Education


and Contemporary Chinese-Indonesian Identity
Repositioning: Between Recinicization
and Cosmopolitanism. Dalam M. Budianta, M.
Budiman, A. Kusno, & M. Moriyama (ed.), Cultural
Dynamics in a Globalized World. London & New York:
Taylor & Francis, 285-290

11 2017 Akun, A. & Budiman, M. Women and Corruption in Okky


Madasari’s 86 and Anggie D. Widowati’s Laras: A
Feminist Study. Dalam M. Budianta, M. Budiman, A.
Kusno, & M. Moriyama (ed.), Cultural Dynamics in a
Globalized World. London & New York: Taylor &
Francis, 337-344

12 2017 Ibrahim, I. & Budiman, M. Posuo, Space, and Women:


Buton Community’s Customary Tradition and Its
Preservation. Dalam M. Budianta, M. Budiman, A.
Kusno, & M. Moriyama (ed.), Cultural Dynamics in a
Globalized World. London & New York: Taylor &
Francis, 389-397
13 2017 Basuki, S. & Budiman, M. Articulation and
Contestation of Cultural Identities in Riau Province:
The Case of Mandar Regency. Dalam M. Budianta, M.
Budiman, A. Kusno, & M. Moriyama (ed.), Cultural
Dynamics in a Globalized World. London & New York:
Taylor & Francis, 503-508

14 2015 Budiman, M. Emerging Women Writers in the


Reformasi Period. Dalam Yvonne Michalik & Melani
Budianta (ed.), Indonesian Women Writers. Berlin:
Regiospectra Verlag

15 2015 Budiman, M. Pulang Bersama Melawan Lupa. Dalam


Andy Yentriyani (ed.), Demi Damai: Menelusuri Jejak
Ingatan Puisi Pulang Melawan Lupa Karya Zubaidah
Djohar. Yogyakarta: Jalasutra, 301-310

16 2013 Budiman, M. Reimagining the Archipelago: The Nation


in Post-Suharto Indonesian Women’s Fiction.
Saarbrücken: Lambert Academic Publishing

17 2013 Budiman, M. Bapak Rumah Tangga: Menciptakan


Kesetaraan atau Membangun Mitos Baru? Jurnal
Perempuan 76, Vol. 18, No. 1, Maret, 65-80

18 2012 Budiman, M. Meninjau Kembali Hubungan antara


Sastra dan Budi Pekerti. Jurnal Pendidikan Karakter,
Tahun II, Nomor 2, Juni, 131-142

19 2012 Budiman, M. Foreign Languages and Cosmopolitanism


in Contemporary Indonesian Fiction: Redefining
Indonesian Identity after the New Order. Dalam Keith
Foulcher, Mikihiro Moriyama, Manneke Budiman (ed.),
Words in Motion: Language and Discourse in Post-New
Order Indonesia, Singapore: National University of
Singapore Press, 44-64

20 2012 Budiman, M. New Enemy of the State: Youth in Post-


New Order Indonesia. Panorama, Insights into Asian
and European Affairs, No. 1, Singapore: Konrad
Adenauer Stiftung, 51-68

21 2011 Budiman, M. Ethnicity and the Performance of Identity.


Wacana Journal of Humanities in Indonesia, Vol. 13.
No. 2, October, 233-255
22 2011 Budiman, M. The Middle Class and Morality Politics in
the Envisioning of the Nation in Post-Suharto Indonesia.
Inter-Asia Cultural Studies, Vol. 12, No. 4, 483-499

23 2011 Budiman, M. Meramu Estetika Kebimbangan: Telaah


atas Visi Beberapa Pengarang Perempuan Indonesia
Pasca-1998. Dalam Afrizal Malna et al (ed.), Risalah
dari Ternate: Bunga Rampai Telaah Sastra Indonesia
Mutakhir, Ternate: Ummu Press, 31-51

24 2008 Budiman, M. Treading the Path of the Sharia:


Indonesian Feminism at the Crossroad of Western
Modernism and Islamism. Journal of Indonesian Social
Sciences and Humanities, Vol. 1 (KITLV-LIPI), 73-93

25 2008 Budiman, M. Memandang Bangsa dari Kota. Jurnal


Ilmu Sastra dan Budaya SUSASTRA, Vol. 4, No. 1, 43-
64

26 2007 Budiman, M. Mencari Ruang Simbolik dalam Laluba,


Kuda Terbang Maria Pinto, dan Sihir Perempuan.
Dalam L. Rahman (ed.), Pola dan Silangan: Jender
dalam Teks Indonesia, Jakarta: Komunitas Utan Kayu,
127-160

27 2006 Budiman, M. Masalah Sudut Pandang dan Dilema


Kritik Postkolonial (Kata Pengantar). Dalam K.
Foulcher & T. Day (ed.), Clearing A Space: Kritik
Pascakolonial tentang Sastra Indonesia Modern.
Jakarta: KITLV-Jakarta & Yayasan Obor Indonesia, ix-
xxiii

28 2005 Budiman, M. Ketika Perempuan Menulis. Media


Perempuan Multikultural Srinthil, Vol. 8, April, 8-37

29 2005 Budiman, M. Tentang Sastra Bandingan. Jurnal


Kebudayaan KALAM, ed. 22, 3-9

30 2005 Budiman, M. Gaya Realis dan Dimensi Waktu dalam


Menggarami Burung Terbang (Sitok Srengenge) dan
Merajut Harkat (Putu Oka Sukanta). Dalam H. Jais &
M.I.F. Husin (ed.), Teori dan Kritikan Sastra Melayu
Serantau. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka
31 2004 Budiman, M. Membaca Cala Ibi, Sebuah Proses
Unlearning. Prosa No. 4, Yang Jelita Yang Ceria.
Jakarta: Metafor Publishing, 151-172

32 2004 Budiman, M. Analisis Semiotik dalam Sastra: Dari


Rifattere ke Barthes. Dalam T. Christomy & U. Yuwono
(ed.), Semiotika Budaya. Depok: PPKB LPUI

33 2003 Budiman, M. Sastra Konflik dan Konflik Sastra. Dalam


Ahmadun Y. Herfanda et al (ed.), Sastra Kota: Bunga
Rampai Esai tentang Sastra, Jakarta: Bentang Budaya
& Dewan Kesenian Jakarta

34 2003 Budiman, M. Iklan sebagai Fetish Kultural: Sebuah


Kajian Psikoanalitis atas Kebudayaan Populer. Dalam
A. Moesono (ed.), Psikoanalisis dan Sastra. Depok:
PPKB LPUI, 125-156

35 2003 Budiman, M. Identitas, Perempuan, dan Globalisasi:


Beberapa Catatan. Jurnal Samudra, No. 1: Medan
Pertarungan Identitas

36 2003 Budiman, M. Masih Adakah Masa Depan bagi


Multikulturalisme? Media Perempuan Multikultural
Srinthil, Vol. 4, Juli

37 2003 Budiman, M. Humaniora dalam Krisis: Intervensi


Kajian Budaya dalam Ilmu-Ilmu Budaya. Prasasti,
Jurnal Ilmu Sastra dan Seni, Vol. 49, XIII, Mei

38 2003 Budiman, M. Multikulturalisme: Antara Harapan dan


Kekhawatiran. Dalam M. Budiman & D. Hapsarani
(ed.), Cakrawala Tak Berbatas: Persembahan untuk
Prof. Maurits Simatupang, Depok: FIB Press

39 2002 Budiman, M. Growing Closures. Seminar 508: The


Aftermath of 911, October

40 2002 Budianta, M., Husen, I.S., Budiman, M., Wahyudi, I.,


Suparta, I.M. (ed.), Membaca Sastra: Memahami Sastra
untuk Mahasiswa Perguruan Tinggi. Magelang:
Indonesia Tera

41 2002 Budiman, M. Marxisme dan Kritik Sastra (Kata


Pengantar). Dalam Marxisme dan Kritik Sastra
(Terjemahan Terry Eagleton, Marxism and Literary
Criticism). Citayam: Desantara

42 2002 Budiman, M. Indonesia: Perang Tanda. Dalam T.


Christomy (ed.), Indonesia: Tanda yang Retak, Jakarta:
Wedatama Widya Sastra

43 2002 Budiman, M. Feminisme Multikultural: Apa Itu? Media


Perempuan Multikultural Srinthil, Vol. 1, No. 1

44 2001 Budianta, M. & Budiman, M. Kebijakan Bidang Sastra.


co-authored with Melani Budianta, Dalam R.
Tirtosudarmo et al (ed.), Kebijakan Kebudayaan di
Indonesia pada Masa Orde Baru. Jakarta: Pusat
Penelitian dan Pengembangan Kemasyarakatan dan
Kebudayaan, LIPI - Ford Foundation

45 2000 Budiman, M. Towards a Postgraduate Curriculum of


British (Cultural) Studies at Universitas Indonesia.
Dalam A. Mountford & N. Wadham-Smith (ed.). British
Studies: Intercultural Perspectives. London: Longman

46 2000 Budiman, M. Budaya Populer Sebagai Perlawanan


Perempuan. Jurnal Perempuan, Ed. XIII,
Maret/April/Mei

47 1999 Budiman, M. Perjalanan dan Interpretasi Lintas


Budaya: Datang, Pandang, dan Menang(is). Jurnal
Kebudayaan KALAM, Ed. 14, 66-80

48 1999 Budiman, M. Jatidiri Budaya dalam Proses Nation-


Building di Indonesia: Mengubah Kendala Menjadi Aset
Jurnal Ilmu Pengetahuan Budaya WACANA, Vol. 1, No.
1, April

49 1998 Budiman, M. Memandang Sakuntala, Melukiskan


Malavikagnimitra. Jurnal Kebudayaan KALAM, Ed. 11,
36-50

50 1995 Budiman, M. Tuhan dalam Mimenis: Representasi


Tuhan dalam Inferno dan Bhagavadgita. Jurnal Ilmu
dan Filsafat Ulumul Qur’an, No. 2, Vol. VI
PEMBIMBING TESIS PROGRAM MAGISTER
No Judul Tesis Nama Mahasiswa

1 Representasi Homoseksual dalam Serial TV Ni Made Widisanti


Remaja Amerika Glee Swetasurya

2 Motif Oedipal dalam Novel Cerita Cinta Samsiarni


Enrico Karya Ayu Utami, Tinjauan
Psikoanalisis

3 Terjemahan Beranotasi Novel Say Goodbye Herlina Astuti Efse


Karya Lisa Gardner dari Bahasa Inggris ke Bancin
Bahasa Indonesia

4 Pengaruh K-Pop bagi Penggemarnya, Analisis Lambok Hermanto


Kajian Blog Sihombing

5 Konstruksi Identitas Islam dalam Sosok Sulhizah Wulan Sari


Perempuan Berjilbab pada Tiga Film Islami
Pasca-Orba (2008-2011)

6 Kajian Wacana atas Jatuh ke Matahari sebagai Aldi Aditya


Bagian Wacana Superioritas Moral Orde Baru

7 Gejala-Gejala Neurosis pada Tokoh Adjeng Sugeng Riyadi


dalam Film Mereka Bilang Saya Monyet,
Sebuah Kajian Psikoanalisis

8 Diskursus Kegilaan dalam Novel Kalatidha Nurcholish


Karya Seno Gumira Ajidarma

9 Representasi Maskulinitas dalam Film Resti Nurfaidah


Malaikat Bayangan dan Malaikat Tanpa Sayap

10 Terjemahan Beranotasi dari Bahasa Inggris ke Afriani


dalam Bahasa Indonesia Novel Anak A Little
Princess Karya Tania Zamorsky

11 Perpaduan dan Unsur Dominan Budaya pada Rizki Musthafa


Produksi Karya Penyanyi Virtual Hatsune Arisun
Miku di Indonesia

12 Muslimah Kosmopolitan dalam Berjalan di Siti Hodijah


Atas Cahaya dan The Jilbab Traveler
13 Diaspora Muslim dalam Novel Home Fire Padel Muhammad
(2017) Karya Kamila Shamsie dan Exit West Rallie Rivaldy
(2017) Karya Mohsin Hamid

14 Dinamika Memori Kultural, Agama, dan Nabilla Nailur


Narasi Pariwisata dalam Konstruksi Ruang Rohmah
Puncak Songolikur

15 Ambiguitas Identitas Kepapuaan dalam Film Heri Purwoko


Aku Ingin Menciummu Sekali Saja (2002)

16 Ideologi Perlawanan dalam Cerpen "Intihar Muhammad Imam


Ra'id Al-Fadha'", "Al-Firar Ila Jahannam", dan Sofwan yahya
"Al-Maut" Karya Muammar Qaddafi

17 Budaya Penggemar di Era Digital: Interaksi Sonny Angjaya


dan Pemaknaan dalam Produksi Konsumsi
Video Let's Play di Media Sosial Youtube

PROMOTOR DISERTASI PROGRAM DOKTOR


No Judul Disertasi Nama Mahasiswa

1 Shopping Mall, Identitas, dan Politik Konsumsi Ratna Tjahjono


Perempuan Kelas Menengah di Jakarta Sinaga

2 Representasi Etnis Belanda New York dalam Magdalena Baga


Karya Washington Irving A History of New
York

3 Senjang: Tradisi Lisan Musi Banyuasin Sumatra Arif Ardiansyah


Selatan

4 Representasi Tiongkok dalam Siaran China Rahadjeng Pulung


Radio Internasional Indonesia, Strategi Sari Hadi
Diplomasi Kebudayaan

5 Dinamika Internal dan Intervensi Eksternal Irianto Ibrahim


dalam Proses Perubahan Tradisi Posuo pada
Masyarakat Buton
6 Perempuan dan Korupsi dalam Novel Laras Andreas Akun
Karya Anggie D. Widowati dan Novel 86 Karya
Okky Madasari

7 Represi dan Resistensi Perempuan dalam Dua Hiqma Nur


Karya Diaspora Afghanistan A Thousand Agustina
Splendid Suns dan My Forbidden Face

8 Pembelajaran Bahasa Mandarin dan (Re)posisi Lu Li Qian Qian


Identitas Indonesia-Tionghoa Kontemporer

9 Kontestasi Representasi Tokoh Arya Penangsang Sukarjo Waluyo

10 Strategi Sineas Indonesia dalam Menghadapi Rista Ihwanny


Hegemoni Dana dan Selera oleh Festival Film
Eropa

11 Artikulasi dan Kontestasi Identitas Kultural Surjadi Basuki


dalam Desentralisasi di Provinsi Riau

TANDA JASA/PENGHARGAAN
2007 Karya Terbaik II, Lomba Penulisan Kritik Sastra Dewan Kesenian
Jakarta (DKJ)

2008 Nicki Magnolo Memorial Teaching Assistant Prize for the 2007-
2008 School-Year, Asian Studies Department, University of British
Columbia, Kanada

2009 Satyalancana Karya Satya X Tahun

2011 Penghargaan Publikasi Hasil Penelitian Bidang Kajian Kebudayaan


Indonesia pada Jurnal Internasional, FIB UI

2016 Satyalancana Karya Satya XX Tahun

Anda mungkin juga menyukai