Mahabah Sunan Bonang Bab 1
Mahabah Sunan Bonang Bab 1
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Agama ( S.Ag )
Oleh :
Asrofil Anam
11190380000020
FAKULTAS USHULUDDIN
JAKARTA
2023
OUTLINE PROPOSAL SKRIPSI
PERSETUJUAN PEMBIMBING
BAB 1 : PENDAHULUAN
A. Sejarah Tasawuf
B. Pengertian Tasawuf
C. Ajaran Pokok Tasawuf
D. Tahapan-tahapan dalam Maqomat
E. Perkembangan Tasawuf di Indonesia
2
A. Konsep Mahabbah Secara Umum
B. Cinta Ilahi dalam Tasawuf
C. Mahabbah yang Hakiki Menurut Sunan Bonang
D. Penerapan Konsep Mahabbah Sunan Bonang Di dalam Kehidupannya
BAB 5 : Penutup
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
RIWAYAT HIDUP
LAMPIRAN-LAMPIRAN
3
BAB I
diberikan akal, pikiran dan nafsu. Manusia juga diberikan fitrah oleh Allah
SWT salah satunya dicintai dan mencintai. “ Cinta adalah fitrah alamiah
manusia. Atas dasar ini kita bisa melihat bahwa setiap manusia tertarik
oleh setiap makluk sebab bisa dirasakan dan tumbuh berkembang seiring
berjalannya dengan waktu. Karena cinta adalah landasan dari kasih dan
sayang.
ada kesepakatan karna belum diketahui tentang pengertian cinta itu yang
tidak akan pernah bisa lepas dari perasaan cinta. Baik itu rasa cinta
1
Musavi Lari, Youtb and Moral, alih Bahasa,(London : Islamic Culture Development
Office 1990) hlm. 16.
2
M. Habib Musthofa, Ilmu Budaya Dasar, (Surabaya : Usaha Nasional 1984), hlm. 96.
3
M. Sayuthi Ali, Metodelogi Penelitian Agama, (Jakarta : Raja Grafindo Persada 2002)
hlm. 100.
4
Pada hakikatnnya tuhan yang telah menciptakan manusia, oleh
karena itu setiap manusia pasti ingin lebih dekat dengan-Nya. Atau yang
kita ketahui dengan konsep mahabbah dalam ajaran tasawuf. Tetapi, tidak
mahabbah bukanlah hal yang mudah dan tidak semua orang sanggup
dan hal yang paling mendalam bagi Tuhannya, agar bisa mencintai dan
dicintai oleh Allah SWT, dan yang telah mendapat mahabbah akan
mencapainya.4
“ Hai orang-orang yang beriman, barang siapa di antara kamu yang murtad dari
agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah
mencintai mereka dan merekapun mencintai-Nya, yang bersikap lemah lembut
terhadap mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad
dijalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela.
Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan
Allah Maha Luas (pemberian-Nya), lagi Maha Mengetahui.”5
Islam adalah ajaran yang dibawakan oleh Nabi Muhammad SAW yang
bersifat kasih dan sayang bagi alam semesta, maka dari itu Allah memberikan
gelar Rahmatan lil alamin kepada Nabi Muhammad SAW. Selanjutnya, kajian
4
Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2002), hlm. 208
5
Q.S. Al-Maidah : 54.
5
tasawuf dalam islam sebagai bentuk pemahaman yang diperkenalkan kepada
antara maqam-maqam lainnya. Dilihat dari para ulama sufi, seperti Al-Ghazali,
mendudukkan mahabbah sebagai salah satu yang wajib dilewati bagi para sufi.
Wajah tasawuf yang adem dan sejuk telah memancarkan cinta. Mulai zaman
yang pertama, cinta yang lahir dari kesaksian kepada kemurahan Tuhan dalam
serta kehormatan harga diri (ma’nawiyah), sehingga tiada disangkal jika hati
cendrung dan tergiring untuk mencintai Dzat pemberi kemurahan itu. Cinta
seperti inilah yang disebut hubbulhawa, cinta karena kecendrungan hati. Yang
kedua, cinta yang lahir dari kesaksian hati karena adanya kesempurnaan. Jika
hijab yang menyelimuti hati seorang hamba dibuka oleh Allah, maka nampaklah
keindahan dan kesempurnaan Tuhan dalam segala hal. Pada saat demikian,
hamba tidak lagi melihat seberapa besar Allah SWT memberikan kecukupan
dalam hidupnya, kecuali cinta yang melintas ruang an waktu serta mengatasi
6
Sururin, Rabi’ah al-Adawiyah Hubb Al-Illahi Evolusi Jiwa Manusia Menuju Mahabbah
dan Makrifat, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2000), hlm. 12.
7
Amin, Kisah Sejuta, Samsul Munir Amin, Kisah Sejuta Hikmah Kaum Sufi, (Jakarta :
Sinar Grafika Offset, 2008), hlm. 229.
6
segala keadaan, baik suka maupun duka.8 Rabiah al-Adawiyah membuat Syair
“Ya Allah, jika aku menyembah-Mu, karena takut pada nerakamu, maka
bakarlah aku di dalam nerakamu. Dan jika aku menyembah-Mu karena harapan
surgamu, campakkanlah aku dari dalam surgamu. Tetapi jika aku menyembah-
Mu, demi Engkau janganlah Engkau enggan memperlihatkan keindahan wajah-
Mu, yang Abadi Kepadaku”.
Rabi’ah semakin hari semakin meningkat dan luluh dalam cinta abadi.
Karena dia selalu memperbanyak taubat, dzikir, dan puasa serta sholat siang dan
malam, sebagai perwujudan dari cintanya kepada Allah. Dan semua para sufi
terdapat kata al-Wujud artinya Yang Maha Mencintai atau Maha Mengasihi dan
(Yang Maha Dicintai). Allah yang penuh cinta kasih. Seorang ulama Bernama
Ibnu Faris, seorang ahli Bahasa Arab menjelaskan bahwa secara Bahasa kata
wudud itu memiliki arti cinta dan keinginan. Menurut ulama tafsir Al-Qur’an
Bernama al-Biqa’I, hubungan huruf yang ada pada kata wudud yang berarti
8
Samsul Munir Amin, Kisah Sejuta Hikmah Kaum Sufi, hlm. 228.
9
Samsul Munir Amin, Kisah Sejuta Hikmah Kaum Sufi, hlm. 231.
10
Muhammad Rusdi Amin dan M. Guntur Alting, Cinta Segitiga Allah Rasul-Manusia,
(Jakarta Selatan; AMS Press, 2015), hlm. 20.
7
terhadap kekasih atau kesal kepada yang dicintainya ? Kata wudud mengandung
arti cinta, tapi bukan cinta biasa, ia adalah cinta plus. Yaitu cinta yang tampak
buahnya dalam sikap dan perlakuan, sama seperti kepatuhan sebagai hasil dari
ُقْل ِإن ُك نُت ْم ُت ِحُّبوَن ٱَهَّلل َفٱَّت ِبُعوِنى ُيْح ِبْب ُك ُم ٱُهَّلل َو َي ْغ ِفْر َلُك ْم ُذ ُن وَب ُك ْم ۗ َو ٱُهَّلل َغ ُفوٌر َّر ِحيٌم
ُقْل َأِط يُعو۟ا ٱَهَّلل َو ٱلَّر ُسوَل ۖ َفِإن َت َو َّلْو ۟ا َفِإَّن ٱَهَّلل اَل ُيِحُّب ٱْلَٰك ِفِر يَن
kepada Allah SWT, tetapi tindakannya tidak mengikuti ajaran Nabi Muhammad
"من أحدث في أمرنا هذا ما ليس: قال رسول هللا صلى هللا عليه وسلم:عن عائشة رضي هللا عنها قالت
منه فهو رد
“Siapa saja yang melakukan suatu amalan yang bukan ajaran kami, maka amalan
tersebut tertolak”.14
11
Muhammad Rusdi Amin dan M. Guntur Alting, Cinta Segitiga Allah Rasul-Manusia,
hlm. 21.
12
Q.S. Ali Imron, : 31.
13
Q.S. Ali Imron, : 32.
14
Anas Burhanuddin, Kitab Hadis Arbain Nawawi, (Radio Rodja : 2019).
8
Walisongo atau Walisanga dikenal sebagai penyebar agama Islam di tanah
Jawa pada abad ke 14 M. Mereka tinggal di tiga wilayah penting pantai Utara
banyak tokoh lain yang terlibat. Namun peranan mereka yang sangat besar dalam
masyarakat dan budaya secara luas serta dakwah secara langsung, membuat para
pesat terutama di wilayah bagian pantai Utara. Seiring berjalannya waktu Islam
Jawa muncul sebuah dialektika budaya Jawa yang bercorak agama Hindu-Budha.
Demikian pula pada waktu agama Islam, terjadilah interaksi antara budaya Jawa
Ada dua pola yang muncul sejak awal, yaitu Islam dipengaruhi nilai
budaya Jawa dan Islam yang mempengaruhi nilai budaya Jawa. Sebagai contoh
adalah alat musik Gamelan, kesenian ini sudah muncul sejak zaman Hindu-
15
Ahmad Mundzir dan Nurcholis, Sunan Bonang Wali Sufi Guru Sejati, (Tuban: Yayasan
Mubarrot Sunan Bonang Tuban,2016) hlm. 143.
16
Ahmad Mundzir dan Nurcholis, Sunan Bonang Wali Sufi Guru Sejati, hlm. 29.
9
Budha yang mendominasi Indonesia. Dalam mitologi Jawa, Gamelan diciptakan
oleh Sang Gyang Guru Era Saka, dewa yang menguasai seluruh tanah Jawa yang
Islam di Jawa. Sunan Bonang mengubah Gamelan yang pada waktu itu sangat
yang memeluk agama Hindu, bahwa mereka berkeyakinan yang mengatur dan
melindungi seluruh yang ada di alam ini adalah dewa berjumlah sembilan.
pada tahun 1465 M dengan nama Raden Maulana Makdum Ibrahim yang
merupakan putra keempat dari perkawinan Sunan Ampel dan Nyai Ageng
Manila (Candrawati). Sunan Bonang dikenal sebagai penyebar agama Islam yang
17
Hamid Nasuhi, Orang Suci Tanah Jawa: Sosok Sunan Kalijaga dalam Tradisi
Mataram Islam, (Jakarta : LP2M UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015) hlm. 29.
18
Luthfia Febriana, Skripsi: “Jalan Kesucian: Ajaran Tasawuf Dalam Suluk Wujil Sunan
Bonang”, (Jakarta, UIN Syarif Hidayatullah : 2021).hlm. 5.
10
Tasawuf, Sastra, Arsitektur, dan Ilmu Silat dengan kesaktian dan kedigdaan yang
menakjubkan.
Bahkan beliau terang-terangan berkata bahwa kitab Ihyā ‘Ulūm al-Dīn sebagai
salah satu kitab yang cukup banyak menginspirasi pemikiran tasawuf dan
ajarannya. Istilah sulūk adalah ajaran Tasawuf Sunan Bonang yang terkenal.
Usul sulūk yang diajarkan olehnya bisa dikatakan sama dengan ajaran-ajaran
tasawuf al-Ghazālī. Sehingga jika dicermati isi uraian Sunan Bonang tentang
hanyalah merupakan ikhtisar atau terjemahan bebas dari kitab Ihyā ‘Ulūm al-Dīn
Tasawuf dapat diartikan sebagai jalan atau cara mendekatkan diri kepada
Allah untuk mencapai ridha Allah. Para pengikut ilmu tasawuf biasanya orang-
orang yang rindu kepada Allah dan rela meninggalkan segala keduniawian untuk
menghadapkan jiwa serta raga hanya kepada Allah. Ajaran tasawuf cinta atau
'isyq Sunan Bonang mirip dengan ajaran Jalaluddin Rumi. Apabila Allah
mencipta segala sesuatu dengan cinta, maka jalan kembali kepada-Nya adalah
intuitif atau makrifat dan kepatuhan kepada Allah. Untuk mencapai hal itu,
19
Kholis dan Mundhir, Menapak Jejak Sulthanul Auliya’ Sunan Bonang, (Tuban:
Yayasan Mubarrot Sunan Bonang Tuban, 1988) hlm: 109.
11
seseorang harus mengesampingkan ego rendahnya hawa nafsu dan masuk dalam
kebakaan. Hal itu ia ungkapkan dalam Suluk Wujil pada bait ke-23 :
Wujil kawruh ing sariraneki / iya iku nyataning pangeran / tan angling
yen tan ana wadine / dene wasitanipun / ana malih kang angyakteni /
samya luruh sarira / sabdane tanpa sung / amojok saking susanta / tanpa
Artinya :
O Wujil! Barang siapa yang mengenal diri sendiri, adalah dia yang
mengenal tuhan. Dan orang yang mengenal Tuhan tidak sembarang bicara,
kecuali jika kata-katanya mempunyai maksud penting. Ada pula orang lain
ke luar dari kehalusan, dan merka pun mengetahui bahwa ia tidak boleh
(lampah).
al-yaqin. Haqq al-yaqin inilah sumber paling murni dari kemauan sejati
20
R. Ng. Purbatjaraka, Ajaran Rahasia Sunan Bonang Suluk Wujil, terj. R. Suyadi
Pratomo, (Jakarta : Dapartemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1985), 19.
12
dan perbuatan yang indah. Hal ini beliau nyatakan dalam Kitab Primbon
Bonang21 :
noegrahanira dadi nir ananingkang sinihan tan sah anoet inggek ing
sihing dhatu’llah.”22
Artinya :
kekasih itu lenyap dan selalu mengikuti gerak-gerik cinta zat Ilahi.”
Dan pada bait ke 11 dalam Kitab Suluk Wujil Sunan Bonang beliau
menyatakan :
kang jati dudu sira // sing sapa puniku // weruh rekeh ing sarira //
mangka sasat wruh sira maring Hyang Widhi // iku marga utama.23
21
Kitab Bonang atau Buku Bonang atau Primbon Bonang adalah salah satu karya tulis
Sunan Bonang yang masih terpelihara hingga saat ini. Buku tersebut pernah menjadi bahan
penelitian salah satu ilmuan Belanda bernama B.J.O Schrieke yang kemudian ia beri nama Het
Boek Van Bonang.
22
Schrieke, Het Boek Van Bonang. ((Leiden: The University of Chicago Press, 1916)
Pupuh : 3, 97.
23
R. Ng. Purbatjaraka, Ajaran Rahasia Sunan Bonang Suluk Wujil, terj. R. Suyadi
Pratomo, 57-58.
13
Artinya:
gegabah, Dan Sadarlah serta yakin, Bahwa dirimu bukanlah Hyang Jati Tunggal,
Dan Hyang Jati Tunggal bukanlah dirimu, Barang siapa yang mengenal dirinya
Berangkat dari uraian di atas, ada ketertarikan sendiri yang dirasakan oleh
penulis untuk mengakaji konsep Mahabbah dalam sudut pandang tokoh Sunan
Bonang. Seorang wali tanah Jawa menjelaskan beberapa tahapan untuk mencapai
manusia mengerti bahwa perasaan rindu dan senang yang istimewa terhadap
Sehingga mengetahui konsep Mahabbah atau rasa cinta seperti apa yang
diajarkan oleh Sunan Bonang untuk bisa lebih dekat dengan sang Khaliq. Juga
sebagai bahan renungan bagi beberapa kelompok atau oknum yang menganggap
bahwa tasawuf memiliki nilai dan ajaran yang menyimpang dari ajaran agama
agama mayoritas, bahkan membekali jiwa manusia agar selalu berada di jalan
14
Oleh karena itu, penulis berusaha untuk menggali konsep Mahabbah
seperti apa yang diajarkan oleh sang tokoh Sunan Bonang dalam kehidupannya.
Sehingga penulis tuangkan dalam penulisan skripsi dengan judul “Jalan Cinta:
B. Identifikasi Masalah
visi ke-Ilahian.
Sunan Bonang.
C. Pembatasan Masalah
Bonang yang diteliti dari kitab Suluk Wujil dan kitab Primbon Bonang yang
memperlihatkan gaya bahasa yang tidak biasa dan terkesan aneh karena
lazim digunakan dalam penulisan tembang dan terdiri dari 104 bait dan 51
halaman pada kitab Primbon Bonang. Masalah yang diambil dalam penelitian
15
ini hanya beberapa bait yang membahas tentang ajaran tasawuf dan perjalanan
D. Rumusan Masalah
16
3. Memperkenalkan sosok Sunan Bonang dalam segi kehidupan,
ajaran Islam yang benar dan masih relavan untuk di terapkan dalam
kelompok.
F. Penelitian Terdahulu
Sebagai bahan pertimbangan untuk melengkapi penelitian
Ajaran Tasawuf Dalam Suluk Wujil Sunan Bonang”. Dalam penelitian ini
adalah ajaran tentang konsep Tuhan, konsep manusia, dan konsep manusia
17
“Memahami Konsep Mahabbah dalam buku Mahabbah cinta Al-Ghazali
menjelaskan Cinta kepada Allah adalah puncak dari cinta yang paling
dirinya lahir dan batin melalui jalan takhalli, tahalli, dan tajalli dengan
25
Alfi Dewitasari, Skripsi. “Memahami Konsep Mahabbah dalam buku Mahabbah cinta
Al-Ghazali karya Luqman El Hakim”, (Pekanbaru, UIN Suska Riau : 2021).
26
Muhammad Syamsuri, Skripsi: “Makna Syair Tombo Ati dalam perspektif Tasawuf”,
(Semarang, UIN Walisongo : 2020).
18
Kitab Bonang dan Suluk Wujil)”. Dalam penelitiannya ini Jauharotona
Tuban.28
Bonang.
G. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
27
Jauharotina Alfadhilah, Tesis: “Konsep Tuhan dalam Prespektif Maulana Makdum
Ibrahim (Studi Kitab Bonang dan Suluk Wujil)”, (Surabaya, UIN Sunan Ampel, 2017).
28
Siti Umi Lu’luul Jannah, Skripsi: “Implementasi Suluk Sunan Bonang sebagai Metode
Konseling Islam pada Masyarakat Tuban”, (Surabaya, UIN Sunan Ampel, 2014).
19
karyakarya, dan sumber data yang diambil dan dikumpulkan dari buku-
ini.
2. Sifat Penelitian
yang terjadi dan dilakukan dengan jalan melibatkan berbagai metode yang
3. Sumber Data
Sumber data yang dijadikan bahan-bahan dalam kajian ini
29
Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya,
2017. h.5
20
penulisan ini, Adapun sumber data primer yang penulis temukan
K.B.G 54, dengan tulisan Aksara Jawa dan Naskah Kitab Primbon
Jawa.
1985.
21
Adapun sumber buku lainnya yang selaras dengan penelitian ini
dari penelitian. Data yang akan penulis kumpulkan pada penelitian ini
5. Analisis Data
Analisis data adalah proses pengurutan dan mengelompokkan data
22
ditemukan tema serta bisa dirumuskan hipotesis kerja sebagaimana
kesimpulan yang benar dari data atas dasar konteksnya. Setelah semua
Untuk memperoleh hasil yang benar dan tepat dalam menganalisa data,
aspek yang dapat berubah dan yang tidak dapat berubah dalam
H. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan adalah cara yang diterapkan untuk
penulisan ini, sehingga memperoleh gambaran yang jelas tentang isi dari
30
Sandu Siyoto, Ali Sodik, Dasar Metodologi Penelitian, (Yogyakarta: Literasi Media
Publishing, 2015), hlm. 120.
23
penulisan penelitian ini, agar memudahkan penulisan pada penelitian ini,
BAB II. Pada bab kedua ini akan dibahas pandangan tasawuf,
BAB III. Pada bab ketiga ini akan diuraikan terdiri dari biografi
pembahasan yang penulis rasa penting untuk dibahas seperti latar belakang
BAB IV. Pada bab keempat ini akan fokus pada inti pembahasan
24
BAB V. Pada bab kelima ini adalah penutup yang terdiri dari
DAFTAR PUSTAKA
Amin, Muhammad Rusdi dan Guntur Alting. Cinta Segitiga Allah Rasul-Manusia.
Jakarta Selatan : AMS Press, 2015.
25
Amin, Samsul Munir. Kisah Sejuta Hikmah Kaum Sufi. Jakarta : Sinar Grafika
Offset, 2008.
Burhanuddin, Anas. Kitab Hadis Arbain Nawawi. Jakarta: Radio Rodja, 2019. Di
akses dari https://www.radiorodja.com
Dewitasari, Alfi. “Memahami Konsep Mahabbah dalam buku Mahabbah cinta Al-
Ghazali karya Luqman El Hakim”. Skripsi S1. Universitas Islam Negeri
Sultan Syarif Kasim Riau, 2021. Di akses http://repository.uin-
suska.ac.id
Febriana, Luthfia. “Jalan Kesucian: Ajaran Tasawuf Dalam Suluk Wujil Sunan
Bonang”. Skripsi S1. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta, 2021. Di akses dari https://repository.uinjkt.ac.id
Jannah, Siti Umi Lu’luul. “Implementasi Suluk Sunan Bonang sebagai Metode
Konseling Islam pada Masyarakat Tuban”. Skripsi S1. Universitas Islam
Negeri Sunan Ampel Surabaya, 2014. Di akses dari
https://digilib.uinsa.ac.id
Mundzir, Ahmad dan Nurcholis. Sunan Bonang Wali Sufi, Guru Sejati. Tuban :
Yayasan Mubarrot Sunan Bonang, 2016.
Musawi Lari, Sayyid Mujtaba, Youtb and Moral, alih Bahasa, Psikologi Muslim.
Bandung: Pustaka Budaya, 1995.
26
Musthofa, Muhammad Habib. Ilmu Budaya Dasar. Surabaya: Usaha Nasional,
1984.
Nata, Abudin. Ilmu Kalam, Filsafat, dan Tasawuf. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 1998.
Nasuhi, Hamid. Orang Suci Tanah Jawa : Sosok Sunan Kalijaga dalam Tradisi
Mataram Islam. Jakarta: LP-UIN Syarif Hidayatullah, 2015.
Purbatjaraka, R. Ng. Ajaran Rahasia Sunan Bonang Suluk Wujil. Terj. R. Suyadi
Pratomo. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1985.
Schrike, B.J.O. Het Van Boek Bonang: Exchange Dissertations. Laiden: The
University Of Chicago, 1916.
Siyoto, Sandu dan Ali Sodik. Dasar Metodelogi Penelitian. Yogyakarta: Literasi
Media Publishing, 2015.
27