Anda di halaman 1dari 26

KARAKTERISTIK KIMIA DAN FISIKA TANAH DI AREA

PERTANAMAN NANAS (Ananas comocus L.) PADA PERBEDAAN


PRODUKSI DI KECAMATAN DOLOK SILOU, KABUPATEN
SIMALUNGUN

USULAN PENELITIAN

OLEH
MHD. AHSAN HABIB
180301133
AGROTEKNOLOGI – ILMU TANAH

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2022
KARAKTERISTIK KIMIA DAN FISIKA TANAH DI AREA
PERTANAMAN NANAS (Ananas comocus L.) PADA PERBEDAAN
PRODUKSI DI KECAMATAN DOLOK SILOU, KABUPATEN
SIMALUNGUN

USULAN PENELITIAN

OLEH
MHD. AHSAN HABIB
180301133
AGROTEKNOLOGI – ILMU TANAH

Usulan Penelitian Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat


Melaksanakan Penelitian di Program Studi Agroteknologi Fakultas
Pertanian Universitas Sumatera Utara

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2022
Judul :Karakteristik Kimia Dan Fisika Tanah Di Area Pertanaman Nanas
(Ananas comocus L.) Pada Perbedaan Produksi di Kecamatan
Dolok Silou, Kabupaten Simalungun
Nama :Mhd. Ahsan Habib
NIM :18030133
Program Studi:Agroteknologi
Minat :Ilmu Tanah

Disetujui Oleh
Komisi Pembimbing

(Ir. Supriadi MS.)


NIP. 196012211987011002

Mengetahui,

(Dr. Nini Rahmawati, S.P.,


M.Si) NIP.197202152001122004
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,

atas berkat dan rahmat Nya penulis dapat menyelesaikan proposal penelitian ini.

Adapun judul dari proposal penelitian ini adalah “Karakteristik Kimia

Dan Fisika Tanah Di Area Pertanaman Nanas (Ananas comocus L.) Pada

Perbedaan Produksi di Kecamatan Dolok Silou, Kabupaten Simalungun”

yang merupakan salah satu syarat untuk mendapat gelar sarjana di Program Studi

Agroteknologi Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada Bapak Ir. Supriadi, M. S.,

selaku komisi pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan arahan selama

proses penulisan usulan penelitian ini. Penulis juga berterima kasih kepada kedua

orang tua atas do’a dan dukungannya.

Penulis menyadari bahwa proposal usulan penelitian ini masih tidak

sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang

membangun demi kesempurnaan penulisan ini. Akhir kata penulis mengucapkan

terimakasih.

Medan, Maret 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................. i

DAFTAR ISI............................................................................................................. ii

PENDAHULUAN
Latar Belakang...................................................................................................1
Tujuan Penelitian...............................................................................................3
Hipotesis Penelitian........................................................................................... 3
Kegunaan Penulisan.......................................................................................... 3

TINJAUAN PUSTAKA
Tanaman Nanas.................................................................................................4
Sifat Kimia Tanah..............................................................................................5
pH......................................................................................................5
C Organik..........................................................................................6
Kapasitas Tukar Kation.....................................................................7
P Tersedia..........................................................................................8
Sifat Fisika Tanah..............................................................................................9
Kerapatan Isi Tanah.......................................................................... 9
Tekstur Tanah................................................................................. 10

BAHAN DAN METODE


Tempat dan Waktu Penelitian..........................................................................15
Bahan dan Alat...............................................................................................`15
Metode Penelitian............................................................................................15
Pelaksanaan Penelitian.................................................................................... 16
Tahapan Persiapan..........................................................................16
Tahapan Penelitian..........................................................................16
Parameter Pengamatan....................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

ii
1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Nanas merupakan salah satu komoditi hortikultura yang berpotensial di

Indonesia. Produksinya mencapai 8,75% dari total produksi buah-buahan

Indonesia. Penyebaran tanaman nanas di Indonesia hampir merata diseluruh

daerah, dikarenakan wilayah Indonesia memiliki keragaman agroklimat yang

memungkinkan untuk melakukan pengembangan berbagai jenis tanaman,

termasuk salah satunya komoditi nanas (Budianingsih et al., 2017).

Produksi buah nanas di Indonesia selama empat tahun terakhir terus

mengalami peningkatan, yaitu pada tahun 2016 sebesar 1.396.153 ton, tahun 2017

sebesar 1.795.985 ton, tahun 2018 sebesar 1.805.506 ton dan pada tahun 2019

sebesar 2.196.458 ton. Sebaliknya di Sumatera Utara empat tahun terakhir

mengalami penurunan, yaitu pada tahun 2016 sebesar 163.504 ton, tahun 2017

sebesar 160.552 ton, tahun 2018 sebesar 145.618 ton dan pada tahun 2019 sebesar

138.286 ton (Badan Pusat Statistik, 2020)

Kabupaten Simalungun merupakan salah satu sentra produksi nanas

terbesar di Sumatera Utara. Menurut data Badan Pusat Statsitik Kabupaten

Simalunggun Tahun 2020 mencatat bahwa produksi nanas cenderung mengalami

penurunan, dari 1806 kwintal (2018) turun menjadi 1453 kwintal (2019) dan

kembali turun menjadi 1372 kwintal (2020).

Kecamatan Dolok Silou merupakan salah satu kecamatan penghasil nanas

terbesar di Kabupaten Simalungun, berdasarkan data Dinas Pertanian Kabupaten

Simalungun (2020) dalam 3 tahun terakhir sejak 2018 mengalami penurunan.

Produksi nanas tahun 2018 di daerah tersebut mencapai 60 ton. Tahun 2019
2

sebesar 53 ton dan pada tahun 2020 sebesar 47 ton. Hal ini yang menjadi salah

satu pemikiran bagi peneliti dan masyarakat Kecamatan Dolok Silou mengapa

produksi nanas dapat menurun, adakah hubungan tanah terhadap produksi nanas

di daerah tersebut.

Banyak faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman, salah

satu yang dianggap sangat penting adalah sifat fisik dan kimia tanah. Meskipun

merupakan tanah dengan sifat kimia yang baik, tanpa disertai dengan sifat fisik

yang baik pertumbuhan tanaman tidak akan maksimal. Hal ini dikarenakan

tanaman tidak dapat menyerap unsur hara dari dalam tanah secara optimal. Selain

itu, jika sifat fisik tanah tidak baik, perkembangan akar tanaman akan terganggu

karena akar sulit menembus jauh ke dalam tanah atau tumbuh di dalam tanah dan

akan sulit menyerap unsur hara di sekitar tanaman. Peningkatan produktivitas

perlu dilakukan untuk meningkatkan ketersediaan nanas dan mencapai kualitas

dan hasil yang optimal.

Areal pertanaman nanas di Kecamatan Dolok Silou, Kabupaten

Simalungun belum pernah dilakukan survei status hara atau karakterisasi sifat

kimia dan fisika tanah dan ada keragaman produksi nanas. Atas dasar

permasalahan tersebut penulis tertarik ingin melakukan penelitian yang berjudul

Karakteristik Kimia Dan Fisika Tanah Di Area Pertanaman Nanas (Ananas

comocus L.) Dengan Tingkat Perbedaan Produksi di Kecamatan Dolok Silou,

Kabupaten Simalungun.

Tujuan Penelitian

1. Melihat perbedaan sifat kimia dan fisika tanah pada area pertanaman nanas

dengan tingkat produksi yang berbeda di Kecamatan Dolok Silou Kabupaten

Simalungun.
3

2. Menganalisis hubungan sifat kimia dan fisika tanah terhadap produksi nanas di

Kecamatan Dolok Silou Kabupaten Simalungun

Hipotesis Penelitian

Adanya perbedaan sifat kimia dan fisika tanah pada area pertanaman nanas

dengan tingkat produksi yang berbeda di Kecamatan Dolok Silou Kabupaten

Simalungun.

Kegunaan Penulisan

Penulisan ini berguna sebagai salah satu syarat untuk dapat melakukan

penelitian di program studi Agroteknologi Fakultas pertanian Universitas

Sumatera Utara, Medan.


4

TINJAUAN PUSTAKA

Tanaman Nanas

Menurut Soedarya (2009), sistematika tanaman nanas adalah sebagai

berikut : kingdom : Plantae, divisi : Spermatophyta, sub divisi : Angiospermae,

kelas : Monocotyledonae, ordo : Farinosae/Bromealisis, genus : Bromeliaceae,

genus : Ananas, spesies : Ananas comosus (L.) Merr.

Tanaman nanas memiliki akar serabut dengan sisterm perakaran dangkal

karena kedalaman akar nanas tidak lebih dari 50 cm. Berdasarkan

pertumbuhannya akar nanas dibagi menjadi akar primer dan akar sekunder. Akar

primer hanya dapat ditemukan pada kecambah biji dan setelah itu digantikan oleh

akar adventif yang muncul dari pangkal batang dan berjumlah banyak setelah itu

akar-akar tersebut akan bercabang membentuk akar sekunder untuk memperluas

bidang penyerapan dan membentuk sistem perakaran yang kuat (Irfandi, 2005).

Batang berbentuk panjang berkisar antara 20-30 cm. Batang bagian bawah

berkisar antara 2 sampai 3,5 cm, di bagian atas antar 5,5 sampai 6,5 cm, dan di

bagian pucak mengecil. Ruas nya melekat pada daun dan tunas. Bagian bawah

batang tanaman nanas dapat ditumbuhi tanaman baru karena dapat menghasilkan

tunas baru (Anggita, 2017).

Bentuk daun nanas seperti pedang dengan panjang sekitar ± 100 cm dan

lebar 2-8 cm, ujung daun berbentuk lancip dan tepi daun memiliki duri dan

berwarna hijau atau hijau kemerahan. Daun nanas berkumpul dalam roset akar,

dimana bagian pangkalnya melebar menjadi pelepah. Awalnya daun nanas akan

tumbuh melambat dan menjadi cepat seiring dengan pertambahan umur tanaman

(Dalimartha, 2001).

Nanas dapat tumbuh pada daerah dengan curah hujan 1000-3000


5

mm/tahun dan lebih baik lagi, jika tanaman nanas tumbuh didaerah dengan curah

hujan sekitar 1000-1500 mm/tahun. Bahkan di daerah kering nanas masih dapat

tumbuh. Karena struktur dan bentuk daun dapat menampung dan menyalurkan

embun serta air hujan ke pangkal daun. Sebaiknya nanas tidak boleh di

budidayakan di daerah yang kering dengan air tanahnya lebih dari 150 cm di

bawah permukaan tanah (Wati, 2019).

Tanaman nanas akan tumbuh dan berkembang dengan baik di tanah yang

mengandung pasir, subur, gembur dan banyak mengandung bahan organik,

memiliki pH 5.5, tidak mudah becek atau tergenang air, memiliki aerasi dan

drainase tanah yang baik serta memiliki kandungan kapur yang

rendah (Putri et al., 2017).

Pengelolaan lahan yang kurang baik yang berakibat terhadap menurunnya

tingkat kesuburan fisik dan kimia tanah. Penggunaan lahan pertanian secara

intensif yang mengakibatkan rendahnya kandungan bahan organik dan unsur hara

pada lapisan tanah. Petani yang secara umum menggunakan sistem pola tanam

monokultur, menyebabkan penurunan kesuburan tanah akibat hilangnya bahan

organik dan unsur hara di dalam tanah terutama unsur hara N dan

K (Prasetyo et al., 2014).

Sifat Kimia Tanah

pH Tanah

Reaksi Tanah (pH Tanah) merupakan petunjuk indikator banyaknya

konsentrasi ion hidrogen (H+) didalam tanah. Jika konsentrasi ion H+ tinggi

didalam tanah, maka tanah tersebut bersifat asam dan kondisi jumlah ion OH

didalam tanah akan berbanding terbalik dengan jumlah ion H+ . Pada tanah-tanah
6

yang masam maka jumlah ion H+ didalam tanah lebih banyak dibandingkan

dengan jumlah ion OH-, sedangkan pada tanah alkalis atau basa sebaliknya.

Apabila jumlah ion H+ dan ion OH- seimbang didalam tanah, maka tanah tersebut

bersifat netral yang memiliki pH 7 (Hardjowigeno, 2003).

Definisi pH tanah sebagai kemasaman atau kebebasan relatif suatu bahan.

Kemasaman di dalam tanah dapat dihitung berdasarkan kedudukan ion H+. Di

alam aktivitas ion H+ dalam tanah atau kemasaman (pH) tanah dapat dipengaruhi

oleh beberapa faktor, yaitu meliputi bahan induk tanah, pengendapan, vegetasi

alami, pertumbuhan, kedalam tanah, dan pupuk nitrogen (N) (Winarso, 2005).

Reaksi tanah (pH) dapat dijadikan indikator kesuburan tanah. Kondisi pH

tanah optimum untuk ketersediaan unsur hara adalah sekitar 6,0−7,0. Pada pH

kisaran 7 semua unsur hara makro dapat tersedia secara maksimum dan unsur hara

mikro tersedia tidak maksimum. Unsur hara mikro dibutuhkan dalam jumlah yang

relatif sedikit sehingga pada pH kisaran 7,0 akan menghindari toksisitas. Pada

reaksi tanah (pH) di bawah 6,5 akan terjadi defisiensi P, Ca, Mg dan toksisitas B,

Mn, Cu dan Fe. Sementara itu pada pH 7,5 akan terjadi defisiensi P, B, Fe, Mn,

Cu, Zn, Ca, Mg dan toksisitas B juga Mo (Hanafiah, 2004).

C- Organik

Kandungan C-organik rendah secara tidak langsung menunjukkan rendah

nya produksi bahan organik pada tanah, karena bahan organik tanah merupakan

salah satu parameter yang menentukan kesuburan tanah. Nilai C-organik pada

tanah tergolong rendah karena sangat kurangnya vegetasi pada tanah akibat sering

diolah untuk dilakukan penanaman dan diangkutnya sisa–sisa panen keluar areal

penanaman (Prabowo dan Subantoro, 2017).


7

Bahan organik tanah adalah komponen tanah yang berasal dari makhluk

hidup (tumbuhan atau hewan) yang telah mati. Organisme tanah yang masih hidup

di sebut biomassa. Walaupun demikian beberapa ahli menggabungkan organisme

yang masih hidup (biomassa) dan yang mati sebagai bahan organik tanah juga,

karena dalam analisis bahan organik tanah sukar dipisahkan antara organisme

yang hidup dan yang telah mati. Umumnya bahan organik di tanah mineral

berkisar 0,5 – 5,0 persen (Mukhlis, et al. 2011).

Tingkat karbon organik tanah dikendalikan oleh berbagai faktor, yaitu

iklim, tanah, vegetasi dan waktu dan dapat mencapai tingkat ekuilibrium dalam

kondisi lingkungan tertentu (keseimbangan lingkungan). Perubahan dalam

penyimpanan karbon organik tanah dikendalikan oleh keseimbangan antara input

dan kehilangan karbon (kehilangan melalui mineralisasi karbon dioksida, dan

erosi). Perbedaan antara karbon organik tanah pada tingkat keseimbangan

lingkungan dan tingkat kehilangan saat ini adalah penyerapan karbon organik

tanah potensial, yaitu, C potensial, karena secara teoritis jumlah ini dapat

dikembalikan ke tanah (Izzuddin, 2012).

Kapasitas Tukar Kation

Kapasitas Tukar Kation merupakan sifat kimia tanah yang sangat erat

hubungannya dengan kusuburan tanah. Tanah dengan KTK tinggi mampu

menyerap dan menyediakan unsur hara lebih baik dari pada tanah dengan KTK

rendah. Karena unsur-unsur tersebut berada dalam kompleks jerapan tanah, maka

unsur-unsur hara tersebut tidak mudah hilang atau tercuci oleh air. Tanah-tanah

dengan kandungan bahan organik atau dengan kadar liat tinggi mempunyai KTK

lebih tinggi dari pada tanah dengan kadar bahan organik rendah atau tanahberpasir

(Sudaryono, 2009)
8

KTK berpengaruh terhadap pertukaran kation-kation, seperti kation asam

dan kation basa. Dalam pertukaran kation dalam tanah akan berpengaruh terhadap

ketersediaan unsur untuk tanaman. Pemberian kombinasi bahan organik dan

pupuk anorganik pada tanah akan meningkatkan kadar air tanah, kandungan P

tersedia, Ca dapat ditukar, dan KTK tanah. Manajemen pemupukan menggunakan

kombinasi pupuk anorganik dengan pupuk organik dapat menghasilkan sifat

kimia tanah yang menguntungkan baik untuk tanaman maupun untuk mikroba

tanah (Agustin dan Sianturi, 2018).

Penambahan bahan organik akan meningkatkan muatan negatif sehingga

akan meningkatkan KTK. KTK menunjukkan kemampuan tanah untuk menahan

kation-kation dan proses dekomposisi bahan organik merupakan sumber muatan

negatif tanah. Kandungan liat mempunyai pengaruh yang sama. Semakin halus

fraksi tanah, semakin luas permukaan partikel, sehingga memiliki KTK yang

semakin tinggi. Pola sebaran KTK pada lahan sawah seiring dengan

bertambahnya kedalaman mengalami penurunan. Hal ini disebabkan semakin

berkurangnya kandungan bahan organik dan kandungan persentase (%) liat di

dalam tanah (Atmojo, 2003).

P-Tersedia

Fosfor (P) merupakan unsur hara makro esensial yang berperan penting

dalam proses fotosintesis, respirasi, transfer dan penyediaan energi kimia yang

dibutuhkan pada hampir semua kegiatan metabolisme tanaman. Perannya di

dalam sistem biologi tidak dapat digantikan oleh unsur hara lain, sehingga

tanaman harus mendapatkan unsur P secara cukup untuk pertumbuhannya secara

normal (Winarso, 2005).


9

Tanaman menyerap fosfor dalam bentuk ion ortofosfat primer (H 2PO4- )

dan ion ortofosfat sekunder (HPO4-2). Menurut Rosmarkam dan Yuwono (2002).

Jumlah P di dalam tanaman lebih kecil dibandingkan dengan N dan K. Tetapi, P

dianggap sebagai kunci kehidupan. Tanaman menyerap P dalam bentuk ion

ortofosfat primer (H2PO4-) dan ion ortofosfat sekunder (HPO42-). Kemungkinan P

masih dapat diserap dalam bentuk lain, yaitu pirofosfat dan metafosfat, selain itu

dapat pula diserap dalam bentuk senyawa P organik yang larut dalam air misalnya

asam nukleat dan phitin (Rosmarkam dan Yuwono, 2002).

Kelarutan senyawa P anorganik secara langsung mempengaruhi

ketersediaan P untuk pertumbuhan tanaman. Kelarutan P dipengaruhi oleh pH

tanah, yaitu pada pH 6-7 untuk tanaman. Jika pH dibawah 6, maka P akan terikat

oleh Fe dan Al. Ketersediaan P umumnya rendah pada tanah asam dan basa. Pada

tanah dengan pH diatas 7, maka P akan diikat oleh Mg dan Ca (Mallarino, 2000).

Sifat Fisika Tanah

Kerapatan Isi Tanah

Kerapatan isi tanah (bulk density) adalah bobot tanah yang menunjukkan

perbandingan antara berat tanah kering dengan volume tanah, yang merupakan

petunjuk kerapatan tanah. Tanah yang semakin padat menunjukkan bahwa tanah

tersebut memiliki kerapatan isi yang tinggi. Nilai kerapatan isi tanah yang tinggi

dapat menyebabkan terjadinya penurunan laju infiltrasi tanah, sedangkan nilai

kerapatan isi tanah yang semakin kecil dapat mempercepat laju infiltrasi

(Sarminah dan Indirwan, 2017).


10

Salah satu faktor yang mempengaruhi bulk density (BD) tanah adalah

jumlah bahan organik dalam tanah, dimana kandungan bahan organik yang tinggi

tanah akan memiliki kerapatan isi tanah yang rendah. Agus, F. dan S Marwanto.

(2006) menuturkan bahwa tanah dengan bahan organik yang tinggi memiliki

kerapatan isi tanah yang relatif rendah. Tanah dengan ruang pori total yang tinggi,

seperti tanah liat, cenderung memiliki berat volume tanah yang lebih rendah.

Nilai kerapatan isi tanah mengalami peningkatan seiring dengan

peningkatan kedalaman tanah, yaitu dari kedalaman 0-30 cm hingga 30-60 cm.

Hal ini disebabkan dengan semakin dalam kedalaman tanah maka kandungan

bahan organik tanah semakin rendah sehingga proses pemadatan tanah lebih

mudah dan menyebabkan sifat fisik kerapatan isi tanah semakin meningkat. Oleh

karena itu, apabila kerapatan isi tanah semakin meningkat maka semakin sulit

untuk meneruskan air ke dalam tanah sehingga akan mempengaruhi proses

penyerapan air pada akar tanaman (Meli et al., 2018).

Tekstur Tanah

Tekstur tanah, biasa juga disebut besar butir tanah, termasuk salah satu

sifat tanah yang paling sering ditetapkan. Hal ini disebabkan karena tekstur tanah

berhubungan erat dengan pergerakan air dan zat terlarut, udara, pergerakan panas,

berat volume tanah, luas permukaan spesifik (specific surface), kemudahan tanah

memadat (compressibility), dan lain-lain. Tekstur adalah perbandingan relatif

antara fraksi pasir, debu dan liat, yaitu partikel tanah yang diameter efektifnya ≤ 2

mm. Di dalam analisis tekstur, fraksi bahan organik tidak diperhitungkan. Bahan

organik terlebih dahulu didestruksi dengan hidrogen peroksida (H 2O2). Tekstur

tanah dapat dinilai secara kualitatif dan kuantitatif. Cara kualitatif biasa digunakan
11

surveyor tanah dalam menetapkan kelas tekstur tanah di

lapangan (Winarso, 2005).

Hubungan tekstur tanah dengan daya menahan air dan ketersediaan hara

tanah yaitu tanah dengan tekstur liat mempunyai luas permukaan yang lebih besar

sehingga kemampuan menahan air dan menyediakan unsur hara tinggi, sebaliknya

tanah yang bertekstur pasir mempunyai luas permukaan yang kecil sehingga sulit

menyerap (menahan) air dan unsur hara. Tanah bertesktur halus lebih aktif dalam

reaksi kimia daripada tanah bertekstur kasar (Hardjowigeno, 2007).

Tekstur tanah adalah perbandingan relatif antara fraksi pasir, debu dan liat

yaitu partikel tanah diameter ≤ 2 mm. Tekstur tanah sangat berpengaruh terhadap

kemampuan daya serap air, ketersediaan air di dalama tanah, besar aerasi,

infiltrasi dan laju pergerakan air (perkolasi). Dengan demikian maka secara tidak

langsung tekstur tanah juga dapat mempengaruhi perkembangan perakaran dan

pertumbuhan tanaman serta efisien dalam pemupukan.Tekstur dapat ditentukan

dengan metode, yaitu dengan metode pipet dan metode hydrometer, kedua metode

tersebut ditentukan berdasarkan perbedaan kecepatan air partikel di dalam air

tanah (Kabul, 2015).

Struktur tanah merupakan gumpalan-gumpalan kecil alami dari tanah,

akibat melekatnya butir-butir primer tanah satu sama lain. Satu unit struktur

disebut ped (terbentuk karena proses alami). Struktur tanah memiliki bentuk yang

berbedabeda yaitu Lempeng (plety), Prismatik (prismatic), Tiang (columnar),

Gumpal bersudut (angular blocky), Gumpal membulat (subangular blocky),

Granular (granular), Remah (crumb) (Hardjowigeno, 2003).


1

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di areal pertanaman Nanas, Kecamatan Dolok

Silou, Kabupaten Simalungun, Laboratorium Riset dan Teknologi Fakultas

Pertanian Universitas Sumatera Utara pada bulan Maret sampai dengan selesai.

Bahan dan Alat

Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel tanah

yang telah di ambil dari lapangan, Kuesioner, dan peta jenis tanah Kecamatan

Dolok Silou skala 1 : 200.000, sampel tanah yang diambil dari lokasi penelitian,

serta bahan - bahan kimia lainnya yang digunakan untuk analisis di Laboratorium.

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah GPS (Global Positioning

System) sebagai alat untuk menentukan koordinat wilayah, ring sample untuk

pengambilan tanah tidak terganggu, meteran untuk mengukur kedalaman tanah,

bor tanah sebagai alat untuk mengambil sampel tanah, cangkul sebagai alat untuk

membantu pengambilan contoh tanah, kamera sebagai alat untuk

mendokumentasikan kegiatan di lapangan, kantong plastik klip untuk wadah

untuk menyimpan sampel tanah, label untuk menandai sampel tanah dan alat tulis

untuk keperluan tulis menulis di lapangan, dan alat laboratorium lainnya untuk

analisis tanah.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode grid bebas dengan teknik purposive

sampling berdasarkan perbedaan produksi nanas di Kecamatan Dolok Silou

Kabupaten Simalungun untuk mengkaji beberapa sifat fisika dan kimia tanahnya.

Penelitian dimulai dengan melakukan survei pendahuluan (pra survei) untuk


13

menentukan titik lokasi pengambilan sampel. Selanjutnya dilakukan survei utama

untuk pengambilan sampel tanah yang akan dianalisis sifat fisika dan sifat

kimia tanahnya. Sifat fisika yang akan di amati yaitu tekstur, dan kerapatan isi

tanah. Sifat kimia yang akan diamati yaitu pH, C Organik Tanah, Kapasitas Tukar

Kation, dan P- Tersedia.

Pelaksanaan Penelitian

Dalam pelaksanaan penelitian ini dilakukan beberapa tahapan. Adapun

tahapan kegiatan yang dilaksanakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Tahap Persiapan

Sebelum dilakukan penelitian, terlebih dahulu dilakukan konsultasi dengan

dosen pembimbing, mengumpulkan pustaka, penyusunan usulan penelitian,

pengadaan peta-peta yang diperlukan, penyediaan bahan serta peralatan yang

digunakan di lapangan, mengadakan survei ke lapangan. Survei lapangan

dilakukan dengan mengunjungi lokasi area penanaman nanas di Kecamatan Dolok

Silou. Survei lapangan bertujuan untuk mengetahui lokasi-lokasi yang menanam

nanas sebelum dilakukannya pengambilan data dan sampel tanah. Form kuesioner

dirancang untuk mendapatkan data budidaya Nanas.

Tahap Pelaksanaan

Pengambilan contoh tanah dilakukan menggunakan ring sampel, di area

pertanaman nanas berdasarkan kriteria bobot buah varietas smooth cayenne

(Balitbu Litbang Pertanian, 2008) yang sudah ditentukan. Adapaun kriteria bobot

buah yang telah ditentukan yaitu :

1. N1 : Produksi tinggi (≥ 2 kg per buah)

2. N2 : Produksi rendah (≤ 1 kg per buah)


14

Pengambilan sampel tanah dilakukan dengan mengambil 30 sampel tanah

pada lapisan top soil. Penentuan jumlah sampel ini berdasarkan pernyataan

Kerlinger, Fred dan Lee (2000) yang menyatakan jumlah minimal sampel adalah

30 sam dalam penelitian kuantitatif. Sampel tanah diambil dari masing-masing 15

titik pada lahan nanas dengan produksi tinggi dan 15 titik pada lahan nanas

dengan produksi rendah. Pada setiap titik pengamatan diambil sampel tanah pada

kedalaman 0 - 20 cm dengan menggunakan ring sampel untuk tanah utuh,

sedangkan tanah yang terganggu dilakukan dengan cara komposit, diambil

dengan menggunakan bor atau cangkul. Sampel tanah dimasukkan ke dalam

kantong plastik besar 2 kg, diberi label lokasi, dan waktu. Tanah yang telah

diambil kemudian dianalisis di laboratorium untuk diketahui keadaan sifat kimia

dan fisika tanahnya.

Parameter yang Diamati

Sifat Kimia Tanah

pH Tanah

Penetapan pH tanah dilakukan dengan menimbang 10 gram tanah dan

ditambah dengan ekstraktan H2O 25 mL dalam tabung, lalu diguncang selama 30

menit dan diukur pH tanah dengan menggunakan metode elektrometri (pH meter)

(Mukhlis, 2007).

C-Organik

Penetapan c-organik tanah menggunakan metode walkley and black

dengan prinsip c-organik dihancurkan oleh oksidasi kalium bikromat (K 2Cr2O7)

yang berlebih akibat penambahan asalam sulfat (H2SO4). Kelebihan kromat yang

tidak tereduksi oleh c-organik tanah kemudian ditetapkan dengan jalan titrasi

dengan larutan ferro (Fe(NH4)2(SO4)2) (Mukhlis, 2007).


15

Kapasitas Tukar Kation

Metode yang digunakan adalah metode ekstraksi dengan Amonium Asetat

NH4OAc.

P – Tersedia

Penetapan P- tersedia dilakukan dengan metode Olsen, Timbang 1,000 g

contoh tanah <2 mm, dimasukkan ke dalam botol kocok, ditambah 20 ml

pengekstrak Olsen, kemudian dikocok selama 30 menit. Saring dan bila larutan

keruh dikembalikan lagi ke atas saringan semula. Ekstrak dipipet 2 ml ke dalam

tabung reaksi dan selanjutnya bersama deret standar ditambahkan 10 ml pereaksi

pewarna fosfat, kocok hingga homogen dan biarkan 30 menit. Absorbansi larutan

diukur dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 693 nm.

Sifat Fisika Tanah

Kerapatan Isi Tanah

Kerapatan isi tanah di ukur dengan menggunakan sampel tanah tidak

terganggu menggunakan ring sample. Kemudian tanah dimasukkan ke dalam oven

dengan suhu 1050°C selama 24 jam. Kemudian di ukur volume ring sampel dan

timbang tanah kering oven. Hitung dengan menggunakan rumus:

Keterangan:

BKO = Berat Tanah Kering Oven,

B = Berat Tanah + Ring Sample

B1 = Berat Ring Sample,

Volume Tanah = πr²t


16

Tekstur Tanah

Pengamatan tekstur tanah adalah dengan metode Hydrometer. Metode

Hydrometer adalah metode yang memberikan persentase partikel pasir, debu dan

liat, dan dari hasil persentase tersebut dapat ditetapkan nama kelas tekstur dengan

bantuan segitiga USDA. Tanah ditimbang 25 gram tanah kering udara yang telah

diayak 10 mesh, kemudian masukkan kedalam Erlenmeyer 250 ml ditambahkan

50 ml larutan natrium phyrophospat, kocok sampai rata dan biarkan selama 24

jam. Kemudian goncang (shaker) selama 15 menit selanjutnya pindahkan ke

dalam silinder volume 500 ml dan tambahkan aquades sampai tanda garis.

Masukkan hydrometer I ke dalam silinder untuk pembacaan pertama setelah 40

detik dari saat pengocokan. Setelah 3 jam dimasukkan lagi hydrometer untuk

pembacaan kedua, untuk mendapatkan jumlah liat selanjutnya dapat di lakukan

perhitungan sebagai berikut:

%Liat + Debu = pembacaan hydrometer 1 : berat contoh tanah x 100%

%Liat = pembacaan hydrometer 2 : berat contoh tanah x 100%

%Debu = % (Liat + Debu) - %Liat

%Pasir = 100% - %(Liat + Debu)

Penetapan Tekstur tanah dilakukan dengan menggunakan metode

hydrometer dan diukur dengan menggunakan segitiga USDA.

Analisis Tanah

Sampel tanah yang telah diambil dan dikompositkan kemudian akan dianalisis

di Laboratorium Riset dan Teknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera

Utara.
17

Analisis Dan Pengolahan Data

Data penelitian dianalisis dengan Uji Korelasi untuk melihat hubungan

korelasi antara sifat kimia tanah dan sifat fisika tanah terhadap produksi, dan uji T

untuk mengetahui perbedaan variabel antara sifat kimia tanah dan sifat fisika

tanah. Uji T dan korelasi dianalisis menggunakan aplikasi SPSS.


18

DAFTAR PUSTAKA

Agus, F. dan S Marwanto. 2006. Penetapan Berat Jenis Partikel Tanah dalam
Undang Kurnia et al. (Eds.). Sifat Fisik Tanah dan Metode
Analisisnya.Hlm: 25 – 34. Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan
Pertanian. Badan Litbang Pertanian. Departemen Pertanian

Agustin, S. E., dan Suntari, R. 2018. Pengaruh Aplikasi Urea Dan Kompos
Terhadap Sifat Kimia Tanah Serta Pertumbuhan Jagung (Zea mays L.) Pada
Tanah Terdampak Erupsi Gunung Kelud. Jurnal Tanah Dan Sumberdaya
Lahan, Vol.5, 775-783.

Atmojo, S. W. 2003. Peranan Bahan Organik Terhadap Kesuburan Tanah dan


Upaya Pengelolaannya. Pidato Pengukuhan Guru Besar Ilmu Kesuburan
Tanah Fakuktas Pertanian Universitas Sebelas Maret. Diucapkan di muka
Sidang Senat Terbuka Universitas Sebelas Maret Surakarta Pada Tanggal 4
Januari 2003.

Anggita, R.D., Zulkifli, dan Lande, M.L. 2017. Potensi Kulit Nanas Madu
(Ananas comosus (L.) Merr.) sebagai Bahan Anti Browning Buah Apel
Manalagi (Malus sylvestris Mill.). Jurnal Penelitian Pertanian Terapan 17(1)
: 50-57.

Badan Pusat Statistik Republik Indonesia (BPSRI). 2020. Statistik Tanaman


Buah-buahan dan Sayuran Tahunan. Badan Pusat Statistik Indonesia.
Jakarta.

Badan Pusat Statistik Kabupaten Simalungun. 2020. Kabupaten Simalungun


Dalam Angka 2020. Pematang Siantar.

Budianingsih L., Syaiful H dan Susy E. 2017. Agribisnis Nanas di Kecamatan


Tambang Kabupaten Kampar. Jurnal Online Mahasiswa Faperta UR Vol 4
No.1.

Dalimartha, S. 2001. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid 2 Nanas. Trubus


Agriwidya. Jakarta. 214 hal.

Hanafiah. 2004. Dasar-Dasar Ilmu Tanah . Jakarta: Raja Grafindo Persada

Hardjowigeno. S. 2007. Evaluasi Kesesuaian Lahan dan Perencanaan Tata Guna


Lahan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta

Hardjowigeno, S. 2003. Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis. Jakarta : Akademika


Pressindo. 250 hal.

Irfandi. 2005. Karakterisasi morfologi lima populasi nanas (Ananas comosus (L.)
Merr). Program Studi Hortikultura Fakultas Pertanian Institut Pertanian
Bogor. Bogor
19

Izzuddin. 2012. Perubahan Sifat Kimia Dan Biologi Tanah Pasca Kegiatan
Perambahan Di Areal Hutan Pinus Reboisasi Kabupaten Humbang
Hasundutan Provinsi Sumatera Utara. [Skripsi]. Fakultas Kehutanan Institut
Pertanian Bogor.

Kabul, A. 2015. Survei Tanah; Evaluasi dan Perencanaan Penggunaan Lahan.


Edisi 2. GRAHA ILMU. Bandar Lampung.

Mallarino, A. 2000. Soil testing and available phosphor. Integrade Crop


Management News. Iowo Stak University.

Meli, V., S. Sagiman dan S. Gafur. 2018. Identifikasi Sifat Fisika Tanah Ultisols
pada Dua Tipe Penggunaan Lahan di Desa Betenung Kecamatan Nanga
Tayap Kabupaten Ketapang.Perkebunan dan Lahan Tropika.Vol. 8 No. 2.

Mukhlis. 2007. Analisis Tanah dan Tanaman. USU Press. Medan.

Mukhlis, 2011. Tanah Andisol Genesis, Klasifikasi, Karakteristik, Penyebaran


dan Analisis. USU Press. Medan.

Prasetyo, A, E. Listyorini, W. H. Utomo. 2014. Hubungan Sifat fisik Tanah,


Perakaran dan Hasil Nanas Tahun Kedua Pada Alfisol Jatikerto Akibat 22
Pemberian Pupuk Organik dan Anorganik. Jurnal Tanah dan Sumberdaya
Lahan Vol 1 No 1: 27-37, 2014. [9 Mei 2021].

Putri N D., Agus S dan Rusuane N. 2017. Perbandingan Hasil Pertumb


Nanas Queen dan Nanas Madu (Cayenne) Sebagai Sumber Belajar Bi
Berupa Panduan Praktikum Materi Pertumbuhan dan Perkembangan.
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan. Universitas Muhammadyah Metro.

Prabowo R & Subantoro R. 2017. Analisis Tanah Sebagai Indikator Tingkat


Kesuburan Lahan Budidaya Pertanian Di Kota Semarang. Jurnal Ilmiah
Cendekia Eksakta 2 (2): 59-64.

Rosmarkam & Yuwono. 2002. Ilmu Kesuburan Tanah. Yogyakarta: Penerbit


Kanisius.

Sarminah, S. dan Indirwan.2017. Kajian Laju Infiltrasi pada Beberapa Tutupan


Lahan di Kawasan Karst Sangkulirang-Mangkalihat Kabupaten Kutai
Timur. Jurnal AGRIFOR. Vol. XVI No. 2.

Soedarya, A. P. 2009. Budidaya Usaha Pengolahan Agribisnis Nanas. Pustaka


Grafika. Bandung.

Sudaryono. 2009. Tingkat Kesuburan Tanah Ultisol Pada Lahan Pertambangan


Batubara Sangatta,Kalimantan Timur.Peneliti Pusat Teknologi
LingkunganBadan Pengkajian dan Penerapan Teknologi. Jakarta.

Wati, P . R. 2019. Analisis Faktor – Faktor Geografi dan Pola Persebaran


Budidaya Nanas Madu di Kabupaten Pemalang Sebagai Indikasi Geografis.
Skripsi. Fakultas Ilmu Sosial. Universitas Negeri Semarang. Semarang.
20

Winarso, S. 2005. Kesuburan Tanah (Dasar Kesehatan dan Kualitas tanah). Gava
Media. Yogyakarta.
20
LAMPIRAN

Lampiran 1. Peta Jenis Tanah Kecamatan Dolok Silou

Anda mungkin juga menyukai