Makalah As-Syari'ah MK Filsafat Islam
Makalah As-Syari'ah MK Filsafat Islam
PENDAHULUAN
bertemakan “Sejarah dan Tokoh Filsafat Zaman Romawi Kuno (0-500 Masehi)”
Mata kuliah Filsafat Ilmu Universitas Islam negeri Surabaya fakultas Psikologi dan
siapapun yang membaca isi dari makalah ini agar dapat memahami dinamika yang
terjadi tentang Sejarah dan Tokoh Filsafat Zaman Romawi Kuno (0-500 Masehi)
Data yang terterapun juga dibatasi oleh ketersediaan ruang dalam makalah ini
yang terikat waktu pengumpulan dan ruang untuk menuliskan secara singkat
Bagaimana ,apa dan kenapa proses-proses yang menjadi judul diatas itu akan dibahas
Kuno?
1
1.3 Tujuan
Kuno
1.4 Manfaat
2
BAB 2
PEMBAHASAN
memiliki kemiripan dalam masalah kepercayaan dengan bangsa Yunani Kuno. Orang
antropomorfis terhadap dewa-dewi. Sifat dan tugas dewa-dewi bangsa Yunani Kuno
diambil alih oleh bangsa Romawi dengan mengganti nama dewa-dewi ke dalam
Romawi dengan Yunani Kuno digambarkan dalam syair Aeneas karya Virgilius yang
merupakan gubahan syair Odyssea karya penyair terkemuka Yunani Kuno, Homeros.
menyelamatkan diri dalam Perang Troya yang telah menghancurkan Kota Troya.
Pahlawan Troya itu bernama Aeneas. Ia adalah manusia setengah dewa dari pasangan
3
Aeneas menyelamatkan diri bersama putranya, Askianos dan ayahnya
yang sudah tua, Anchiseske Hesperia(negara menjelang malam), yakni Italia. Ayah
mengubur jenazah ayahnya di Eryx, dekat pemujaan Dewi Venus, setelah itu Aeneas
pergi mengembara hingga ke Afrika dan menikah dengan Dido, Ratu Karthago.
Penyair Virgilius mengisahkan asal mula Dido dari Siprus yang mengembara ke
Afrika. Di sana Dido membelitanah dari raja setempat yang bernama Yarbas. Ia
Aeneas tidak bisa hidup selamanya dengan Dido, karena ia diperintahkan oleh Dewa
Zeus untuk kembali ke Italia. Aeneas meminta petunjuk dari roh-roh sebagaimana
yang telah dilakukan Odysseus dalam perjalanan pulang dari Troya ke Attica.
Akhirnya Aeneas tiba di daerah Laurentium, dekat muara sungai Tiber. Ia menikah
dengan Latvinia, putri Raja Latinus, setelah mengalahkan Raja Turnus. Aeneas
putra Aeneas yakni Askanios mendirikan kota Alba Longa yang menjadi cikal bakal
Gubahan syair Homeros oleh Virgilius diatas menjelaskan hubungan saudara antara
Yunani Kuno dengan Romawi,dan hak bangsa Romawi untuk mengambil kembali
wilayah Kerajaan Karthago yang pernah diberikan Ratu Dido kepada Aeneasse belum
4
kembali ke Italia.Selama 118tahun (264–146sm) terjadi perang berkepanjangan
gubahan syair Homeros adalah untuk memberi citra posistif tentang bangsa Romawi
bahwa kekuasaan mereka di wilayah Yunani Kuno merupakan kelanjutan dari raja
raja bangsa Yunani Kuno yang terpecah akibat Perang Troya. Jadi,persaudaraan
Yunani Kuno dengan bangsa Macedonia, tetapi lantaran mereka berasal dari nenek
Seneca adalah salah satu tokoh intelektual utama di Roma pada abad
lahir di Cordoba, Spanyol, pada abad 4 M. Ia adalah salah satu tokoh filsafat Stoa
yang paling terkemuka. Baginya, inti terdasar aliran Stoa adalah bahwa manusia yang
kodrat. Cita-cita tertinggi Stoa adalah mencapai kebebasan. Manusia memang tidak
dapat melepaskan diri dari hukum alam. Akan tetapi, ia dapat menyesuaikan diri
1
Abdul Syukur, “PERKEMBANGAN HISTORIOGRAFI BARAT PASCA HERODOTUS” 4 (2008).
5
dengan hukum alam. Dan dengan begitu, manusia dapat menjalankan hal-hal yang
sesuai dengan kehendaknya. Manusia pun mencapai autarkia, yakni suatu keadaan di
mana ia tidak tergantung lagi pada apapun yang ada di luarnya. Hanya orang yang
bijak dan berkeutamaanlah yang mampu sampai pada tahap ini. Orang yang
berkeutamaan tidak akan mengijinkan dirinya untuk dikuasai oleh nafsu dan emosi.
Siapa yang menguasai dirinya sendiri memiliki watak yang kuat. Siapa yang memiliki
watak yang kuat tidak dapat dibingungkan. Siapa yang tidak dibingungkan tidak bisa
sedih. Siapa yang tidak bisa sedih adalah bahagia. Maka orang bijaksana adalah
situasi apapun. Segala sesuatu yang terjadi dihadapinya dengan tenang hati. Nasib
apapun tidak akan membuatnya resah. Dalam penyiksaan dan penderitaan apapun, ia
tetap bebas. Itulah cita-cita tertinggi Stoa, yakni ataraxia ; kebebasan dari keresahan
dan penderitaan.
argumen. Pertama, orang bijak tidak akan pernah dapat dibingungkan. Kedua, orang
bijak tidaklah mengenal rasa takut. Tiga, penderitaan dan penyiksaan juga bukan
merupakan ancaman bagi orang bijak semacam ini. Setelah memaparkan dan
menjelaskan tiga argumen ini, Seneca berupaya menjawab berbagai kritik yang
6
sebenarnya dapat dilihat pada argumen pertama, bahwa manusia dapat membangun
watak yang kuat. Jika ia dapat membangun watak tersebut, maka ia tidak dapat
dibingungkan lagi. Nah, untuk mendapatkan karakter yang kokoh dan watak yang
kuat itu, orang harus menolak semua bentuk kompromi. Semua bentuk sikap yang
tidak dapat dibenarkan tidaklah boleh dilakukan, bahkan yang paling kecil sekalipun.
Jika sikap salah dibiarkan sedikit saja, maka akal budi tidak lagi dapat
mengontrolnya. Dengan demikian, sikap-sikap salah sama sekali tidak boleh diberi
ruang.
Di balik argumen itu, ada satu pengandaian yang nantinya akan sangat
“hidup tanpa ketakutan. Yang hidup tanpa ketakutan hidup tanpa perasaan sedih, dan
siapa hidup tanpa perasaan sedih 8 dialah bahagia.” Orang yang berani bukanlah
orang yang mampu mengatasi rasa takut, tetapi orang yang tidak mengenal rasa takut.
penderitaan. Segala sesuatu dihadapinya dengan tenang. Ancaman dari luar tidak
menggetarkan orang itu. Bagi Seneca, dan ini yang menjadi ciri dari filsafat Stoanya,
hal terburuk yang mungkin terjadi pada manusia adalah ketika ia membiarkan
kehendaknya tunduk pada tekanan ataupun paksaan dari luar. Akan tetapi, orang yang
7
berkeutamaan dapat menjaga jarak dari perasaan sakit, kemiskinan hati, dan segenap
keburukan lainnya. Lebih dari itu, siksaan yang berat pun tidak akan dapat
kebebasannya. Orang yang memiliki keutamaan (virtue) akan tetap bersikap tenang
2.2.2 Cicero
Cicero menyebut dirinya seorang filsuf dari Akademi (Platonis). Namun hal
tersebut diragukan oleh banyak pihak terkait karya-karyanya yang kontradiktif dan
tidak murni. Dalam hal etika, Cicero cenderung memakai prinsip dogmatis Stoa yang
agnostik, walaupun dia memiliki pengalaman religius mendalam, yaitu ketika dia
berkunjung ke Eleusis, pada saat kematian saudarinya, Tullia pada tahun 45 SM.
Sebagai penulis, dia memosisikan diri sebagai seorang ateis, kecuali dalam karyanya
yang berjudul Somnium Scipionis (mimpi-mimpi Scipio) ada intinya luapan perasaan
pada tahun 54 SM. Karya awal mulanya berjudul de Republica dan disertai de
Legibus pada tahun 52 SM. Tulisan tersebut ada intinya artian tentang sejarah
Romawi yang diteropong dengan sudut pandang teori politik Yunani. Dalam kondisi
2
Reza A.A. Wattimena, “ANTARA KEUTAMAAN DAN KEPANTASAN ADAM SMITH DAN FILSAFAT STOA”
2 (2007).
8
politik yang carut-marut dan yang membuat setiap orang menderita, yaitu ketika
perang sipil terjadi, perang yang juga merenggut nyawa saudari tercintanya, Cicero
mencurahkan seluruh energinya demi menghibur diri atas duka dengan aktivitas
menulis secara radikal. Banyak karya yang dia selesaikan selama dua tahun masa
bahwa tulisan-tulisannya yaitu tulisan otentik dari dirinya, dalam suratnya kepada
Atticus, dia mengatakan, "Karya-karyaku yaitu transkrip, aku secara sederhana hanya
menyumbang kata-kata, dan aku mencukupkan diri dengan hal itu". Tujuan Cicero
yaitu menyediakan ensiklopedi filsafat bagi Romawi, negara yang dia cintai. Wujud
yang dia pakai yaitu dialog dengan gaya yang semakin tidak jauh kepada Aristoteles
daripada Plato.
Secara personal, Cicero yaitu orang yang sangat tajam pikiran dalam bernalar,
karya filsafatnya. Bukan hanya gagasan personal yang membuat dia merampungkan
9
Jika ada yang terheran-heran mengapa aku mempercayakan setiap refleksi
menjadi tulisan pada tahap hidup saya ini, aku dapat menjawabnya secara sederhana.
Tanpa aktivitas publik yang aku tanggung (jabatan atau tugas resmi kemasyarakatan),
dan dalam situasi politik diktatorial yang tak terelakkan, aku berpikir bahwa tindakan
patriotisme dengan menjelaskan secara rinci filsafat kepada para sesama warga
dan suci, yaitu demi sebuah ekspresi subjek (warga negara) yang luhur melewati
literatur Latin.
doktrin Epikuros, Stoa, dan Peripatetik (pengikut Aristoteles) dalam karya On Ends,
yang cakap tentang pandangan mereka terhadap kematian, penderitaan, dan emosi
yang tidak masuk akal. Kemudian dalam pandangan tentang kebahagiaan, Cicero
dalam karya On Duties, Cicero berpijak pada prinsip Stoa. Pada akhirnya, Cicero
3
James E. Goulka and Jacob E. Safra, “The New Encyclopǽdia Brittanica” 3 (n.d.).
10
BAB 3
PENUTUP
sesuai dengan rumusan yang ada pada maakalah ini berkaitan dengan Kondisi, tokoh
dan pemikiran Filsuf zaman romawi kuno. Harapanya setelah paham akan materi
diatas dapat memnuhi target pemahaman pada Mata kuliah Filsafat Ilmu berkaitan
11
DAFTAR PUSTAKA
E. Goulka, James, and Jacob E. Safra. “The New Encyclopǽdia Brittanica” 3 (n.d.).
HERODOTUS” 4 (2008).
12