Anda di halaman 1dari 11

1. Apa yang kamu ketahui tentang tambang?

Dan legalitas apa yang dibutuhkan di


pertambangan?
Dasar Hukum : UNDANG-UNDANG REPUBLIK I NDONESIA NOMOR 3
TAHUN 2O2O TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 4
TAHUN 2OO9 TENTANG PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA
Definisi-definisi:
 Pertambangan adalah sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam rangka,
pengelolaan dan pengusahaan mineral atau batubara yang meliputi
penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi, penambangan,
pengolahan danf atau pemurnian atau pengembangan dan f atau pemanfaatan,
pengangkutan dan penjualan, serta kegiatan pascatambang.
 Izin Usaha Pertambangan, yang selanjutnya disebut IUP, adalah izin untuk
melaksanakan Usaha Pertambangan.
 lzin Pengangkutan dan Penjualan adalah izin usaha yang diberikan kepada
perusahaan untuk membeli, mengangkut, dan menjual komoditas tambang
Mineral atau Batubara.
 Penyelidikan Umum adalah tahapan kegiatan Pertambangan untuk mengetahui
kondisi geologi regional dan indikasi adanya mineralisasi.
 Penyelidikan dan Penelitian adalah kegiatan untuk mengetahui kondisi geologi
umum, data indikasi, potensi sumber daya dan/atau cadangan Mineral dan/atau
Batubara.
 Eksplorasi adalah tahapan kegiatan Usaha Pertambangan untukmemperoleh
informasi secara terperinci dan teliti tentang lokasi, bentuk, dimensi, sebaran,
kualitas dan sumber daya terukur dari bahan galian, serta informasi mengenai
lingkungan sosial dan lingkungan hidup.
 Studi Kelayakan adalah tahapan kegiatan Usaha Pertambangan untuk
memperoleh informasi secara rinci seluruh aspek yang berkaitan untuk
menentukan kelayakan ekonomis dan teknis Usaha Pertambangan, termasuk
analisis mengenai dampak lingkungan serta perencanaan pascatambang.
 Operasi Produksi adaiah tahapan kegiatan Usaha Pertambangan yang meliputi
konstruksi, penambangan, pengolahan danf atau pemurnian atau
pengembangan dan/atau pemanfaatan, termasuk pengangkutan dan penjualan,
serta sarana pengendalian dampak lingkungan sesuai dengan hasil studi
kelayakan. 18. Konstruksi adaiah kegiatan Usaha Pertambangan untuk
melakukan pembangunan seluruh fasilitas operasi produksi, termasuk
pengendalian dampak lingkungan. 19. Penambangan adalah kegiatan untuk
memproduksi Mineral dan/atau Batubara dan Mineral ikutannya.

Pasal 35 (1) Usaha Pertambangan dilaksanakan berdasarkan Perizinan Berusaha dari


Pemerintah Pusat.
Perizinan Berusaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan melalui
pemberian:
a. nomor induk berusaha;
b. sertifikat standar; dan/atau
c. izin.
3) Izin sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c terdiri atas: a. IUP; b. IUPK; c.
IUPK sebagai Kelanjutan Operasi Kontrak Perjanjian; d. IPR; e. SIPB; f. izin
penugasan; g. Izin Pengangkutan dan Penjualan; h. IUJP; dan i. IUP untuk
Penjualan.
4) Pemerintah Pusat dapat mendelegasikan kewenangan pe mberia n P erizinan
Berusaha se bagaiman a d imaksud pada ayat (2) kepada Pemerintah Daerah
provinsi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

IZIN USAHA PERTAMBANGAN


 IUP terdiri atas dua tahap kegiatan:
a. Eksplorasi yang meliputi kegiatan Penyelidikan Umum, Eksplorasi, dan Studi
Kelayakan; dan
b. Operasi Produksi yang meliputi kegiatan Konstruksi, Penambangan, Pengolahan
dan/atau Pemurnian atau Pengembangan dan/atau Pemanfaatan, serta
Pengangkutan dan Penjualan

 Kegiatan eksplorasi adalah tahapan kegiatan usaha pertambangan untuk


memperoleh informasi secara terperinci dan teliti tentang lokasi, bentuk,
dimensi, sebaran, kualitas dan sumber daya terukur dari bahan galian, serta
informasi mengenai lingkungan sosial dan lingkungan hidup (Pasal 1 angka 15
UU Minerba).
 Dalam rangka konservasi Mineral dan Batubara, pemegang IUP atau IUPK
tahap kegiatan Operasi Produksi wajib melakukan kegiatan Eksplorasi
lanjutan setiap tahun dan menyediakan anggaran.

 IUP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 ayat (1) paling sedikit memuat:
a. profil perusahaan;
b. lokasi dan luas wilayah
c. jenis komoditas yang diusahakan
d. kewajiban menempatkan jaminan kesungguhan Eksplorasi
e. modal kerja
f. jangka waktu berlakunya IUP
g. hak dan kewajiban pemegang IUP
h. perpanjangan IUP
i. kewajiban penyelesaian hak atas tanah
j. kewajiban membayar pendapatan negara dan pendapatan daerah, termasuk
kewajiban iuran tetap dan iuran produksi
k. kewajiban melaksanakan Reklamasi dan Pascatambang
l. kewajiban menrusun dokumen lingkungan; dan
m. kewajiban melaksanakan pengembangan dan pemberdayaan masyarakat di sekitar
WIUP
 Jangka waktu kegiatan Eksplorasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 ayat (1)
huruf a diberikan selama:
a. 8 (delapan) tahun untuk Pertambangan Mineral logam
b. 3 (tiga) tahun untuk Pertambangan Mineral bukan logam;
c. 7 (tujuh) tahun untuk Pertambangan Mineral bukan logam jenis tertentu;
d. 3 (tiga) tahun untuk Pertambangan batuan; atau
e. 7 (tujuh) tahun untuk Pertambangan Batubara.

2. Pemegang IUP yang telah menyelesaikan kegiatan Eksplorasi dijamin untuk dapat
melakukan kegiatan Operasi Produksi sebagai kelanjutan kegiatan usaha
pertambangannya.
3. (2) Pemegang IUP sebelum melakukan kegiatan Operasi Produksi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) wajib memenuhi persyaratan administratif, teknis,
lingkungan, dan finansial.

 Jangka waktu kegiatan Operasi Produksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 ayat
(1) huruf b diberikan dengan ketentuan:
a. untuk Pertambangan Mineral logam paling lama 20 (dua puluh) tahun dan
dijamin memperoleh perpanjangan 2 (dua) kali masing-masing 10 (sepuluh)
tahun setelah memenuhi persyaratan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

WIUP Mineral logam diberikan kepada Badan Usaha, koperasi, atau perusahaan
perseorangan dengan cara lelang.
Lelang WIUP Mineral logam sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan
dengan mempertimbangkan: a. luas WIUP Mineral logam yang akan dilelang; b.
kemampuan administratif/manajemen; c. kemampuan teknis dan pengelolaan
lingkungan; dan d. kemampuan finansial
Pemegang IUP pada tahap kegiatan Eksplorasi Mineral iogam diberi WIUP paling
luas 100.000 (seratus ribu) hektare.
Dalam penerapan kaidah teknik Pertambangan yang baik, pemegang IUP atau IUPK
wajib melaksanakan: a. ketentuan keselama.Lan Pertambangan; b. pengelolaan dan
pemantauan lingkungan Pertambangan, termasuk kegiatan Reklamasi dan/atau
Pascatambang; c. upaya konservasi Mineral dan Batubara; dan d. pengelolaan sisa
tambang dari suatu kegiatan Usaha Pertambangan dalam bentuk padat, cair, atau gas
sampai memenuhi standar baku mutu lingkungan sebelum dilepas ke media
lingkungan.
Syarat untuk mendapatkan Izin Usaha Pertambangan :

Melakukan permohonan wilayah izin usaha pertambangan


(WIUP). Permohonan wilayah maksudnya adalah
setiap pihak badan usaha, koperasi atau
Lelang WIUP Mineral logam sebagaimana dimaksud pada perseorangan yang ingin memiliki IUP
ayat (1) dilaksanakan dengan mempertimbangkan: a. luas harus menyampaikan permohonan
WIUP Mineral logam yang akan dilelang; b. kemampuan kepada Menteri, Gubernur atau
administratif/manajemen; c. kemampuan teknis dan Bupati/Walikota sesuai kewenangannya
pengelolaan lingkungan; dan d. kemampuan finansial

(Dilengkapi dg usulan peta wiup, batas koordinat geografis

Pembagian kewenangan Menteri, Gubernur atau Bupati/Walikota adalah:

 Menteri ESDM, untuk permohonan wilayah yang berada lintas wilayah provinsi atau wilayah laut lebih
dari 12 mil dari garis pantai
 Gubernur, untuk permohonan wilayah yang berada lintas wilayah kabupaten/kota dalam 1 provinsi atau
wilayah laut 4 sampai dengan 12 mil
 Bupati/Walikota, untuk permohonan wilayah yang berada di dalam 1 wilayah kabupaten/kota atau
wilayah laut sampai dengan 4 mil
 Dalam hal wilayah laut antardua daerah provinsi kurang dari 24 (dua puluh empat) mil laut, kewenangan
gubernur di wilayah laut sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dibagi sama jarak atau diukur sesuai
dengan prinsip garis tengah dari wilayah antardua daerah provinsi tersebut

IUP mineral batuan diberikan oleh Menteri ESDM (selanjutnya disebut Menteri), Gubernur atau
Bupati/Walikota sesuai dengan kewenangannya berdasarkan permohonan yang diajukan oleh: badan usaha,
koperasi, dan perseorangan. IUP diberikan melalui 2 tahapan, yaitu:

 Pemberian Wilayah Izin Usaha Pertambangan (WIUP) dan Pemberian Izin Usaha Pertambangan (IUP).
 Izin Usaha Pertambangan, yang selanjutnya disebut IUP adalah izin untuk melaksanakan usaha
pertambangan komoditas timah yang diterbitkan oleh Gubernur.

IUP Operasi Produksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 ayat (1) huruf c diberikan oleh:

a. Menteri, apabila lokasi Penambangan, lokasi pengolahan dan/atau pemurnian, serta lokasi
pelabuhan khusus: 1. berada pada lintas daerah provinsi; atau 2. berbatasan langsung dengan
negara lain;
b. b. gubernur, apabila lokasi Penambangan, lokasi pengolahan dan/atau pemurnian, serta lokasi
pelabuhan khusus berada dalam 1 (satu) daerah provinsi.
Ada beberapa persyaratan IUP, baik IUP Eksplorasi maupun IUP Operasi Produksi, yaitu:

 Persyaratan administratif
 Persyaratan teknis
 Persyaratan lingkungan
 Persyaratan finansial

1. Persyaratan Administratif

Persyaratan administratif berbeda-beda tiap bidang usaha dan bentuk usaha.

Untuk IUP badan usaha, koperasi, firma dan CV mineral logam dan batubara, persyaratan
yang dibutuhkan adalah:

 Surat permohonan
 Susunan direksi dan daftar pemegang saham
 Surat keterangan domisili

Untuk IUP badan usaha, koperasi, firma dan CV mineral bukan logam dan batuan,
persyaratan yang dibutuhkan adalah:

 Surat permohonan
 Profil badan usaha
 Akta pendirian badan usaha yang bergerak di bidang usaha pertambangan yang telah
disahkan oleh pejabat yang berwenang
 Nomor pokok wajib pajak
 Susunan direksi dan daftar pemegang saham
 Surat keterangan domisili

Untuk IUP mineral logam dan batubara perseorangan, syarat administrasinya adalah:

 Surat permohonan
 Surat keterangan domisili

Untuk IUP mineral bukan logam dan batubara perseorangan, syarat administrasinya adalah:

 Surat permohonan
 Kartu tanda penduduk
 Nomor pokok wajib pajak
 Surat keterangan domisili

2. Persyaratan Teknis

Untuk IUP Eksplorasi, persyaratannya meliputi:


 Daftar riwayat hidup atau surat pernyataan tenaga ahli pertambangan dan/atau geologi
yang berpengalaman paling sedikit 3 tahun
 Peta wilayah IUP yang dilengkapi dengan batas koordinat geografis lintang dan bujur
sesuai dengan ketentuan sistem informasi geografi yang berlaku secara nasional

Untuk IUP Operasi Produksi, persyaratannya meliputi:

 Peta wilayah dilengkapi dengan batas koordinat geografis lintang dan bujur sesuai
dengan ketentuan sistem informasi geografi yang berlaku secara nasional
 Laporan lengkap eksplorasi
 Laporan studi kelayakan
 Rencana reklamasi dan pascatambang
 Rencana kerja dan anggaran biaya
 Rencana pembangunan sarana dan prasarana penunjang kegiatan operasi produksi
 Tersedianya tenaga ahli pertambangan dan/atau geologi yang berpengalaman paling
sedikit 3 tahun

3. Persyaratan Lingkungan

Untuk IUP Eksplorasi, persyaratan lingkungannya mengikuti peraturan perundang-undangan


yang berlaku. Sedangkan untuk IUP Operasi Produksi, persyaratannya meliputi:

 Pernyataan kesanggupan untuk mematuhi ketentuan peraturan perundang-undangan di


bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup
 Persetujuan dokumen lingkungan hidup sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan

4. Persyaratan Finansial

Persyaratan finansial untuk IUP Eksplorasi meliputi:

Bukti penempatan jaminan kesungguhan pelaksanaan kegiatan eksplorasi (Jaminan


kesungguhan Eksplorasi sebagaiamana dimaksud ditempatkan dalam bentuk deposito
berjangka pada bank pemerintah atau pemerintah daerah atas nama Direktur Jenderal atau
gubernur qq pemohon IUP Eksplorasi dengan ketentuan: a. jaminan kesungguhan yang
ditempatkan ditentukan sebesar Rp5.000.000,00 (lima juta rupiah) apabila luas WIUP atau
WIUPK-nya kurang dari atau sama dengan 40 (empat puluh) hektare; atau jaminan
kesungguhan yang ditempatkan dihitung berdasarkan luas wilayah per hektare dikalikan
sebesar Rp150.000,00 (seratus lima puluh ribu rupiah) apabila luas WIUP atau WIUPK-nya
lebih dari 40 (empat puluh) hectare

 Bukti pembayaran harga nilai kompensasi data informasi hasil lelang wilayah IUP
sesuai dengan nilai penawarannya

Persyaratan finansial untuk IUP Operasi Produksi meliputi:


 Laporan keuangan tahun terakhir yang sudah diaudit oleh akuntan publik
 Bukti pembayaran iuran tetap 3 tahun terakhir
 Bukti pembayaran pengganti investasi sesuai dengan nilai penawaran lelang bagi
pemenang lelang wilayah IUP yang telah berakhir

IUP Eksplorasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 ayat (1) huruf a diberikan oleh: a.
Menteri, apabila WIUP-nya:

a. berada pada lintas daerah provinsi;


b. berada pada wilayah laut lebih dari 12 (dua belas) mil laut diukur dari garis
pantai ke arah laut lepas dan/atau ke arah perairan kepulauan; atau
c. berbatasan langsung dengan negara lain; atau
d. Gubernur, apabila WIUP-nya berada: 1. dalam 1 (satu) daerah provinsi; atau 2.
pada wilayah laut sampai dengan 12 (dua belas) mil laut diukur dari garis
pantai ke arah laut lepas dan/atau ke arah perairan kepulauan. (Pasal 36
permen esdm)

Pasal 38 (1) Permohonan IUP Eksplorasi harus diajukan kepada Menteri atau gubernur sesuai
dengan kewenangannya paling lama 5 (lima) hari kerja:

a. setelah Badan Usaha, koperasi, atau perseorangan ditetapkan sebagai


pemenang Lelang WIUP Mineral Logam atau WIUP Batubara; atau
b. setelah penerbitan peta WIUP Mineral Bukan Logam atau WIUP Batuan

4. Apa yang kamu ketahui tentang kontrak? Bagian2 apa yang penting di dalam kontrak?
Dan bagaimana kamu membuat kontrak 2 bahasa?

5. In my opinion, a good agreement is an agreement that can provide protection and


legal certainty both parties.
6.
7. the parts of the contract are:
8. - [ ] Tittle containing the object of the agreement
9. - [ ] Number of contract
10. - [ ] time and place of the agreement
11. - [ ] comparison containing the parties to the agreement
12. - [ ] premise containing the background of the contract
13. - [ ] the contents of the contract explaining
14. - [ ] rights and obligations of the parties
15. - [ ] term of the contract
16. - [ ] force majeure
17. - [ ] dispute resolution
18. - [ ] choice of law, language of contract
19. - [x] Addendum of contract
20. - [ ] and signatures of the parties
Pasal2 yang terkait ttg perjanjian :
Liat diperikatan KUHPER
1. Pasal 1338 :
a. Asas Kebebasan Berkontrak : 1338
b. Asas pacta sunt servanda : Semua perjanjian menjadi undang-undang bagi mereka
yang membuatnya.
c. Asas konsensualisme merupakan perjanjian yang terbentuk karena adanya sepakat
dan sah.
2. Syarat sahnya perjanjian : 1320
o Kesepakatan yang mengikat kedua belah pihak
o Kecakapan dalam membuat suatu perikatan
o Suatu pokok persoalan tertentu
o Suatu sebab yang tidak terlarang
1,2 btal demi hukum, 3,4 dapat dibatalkan.
3. Wanprestasi sebagaimana diterangkan Pasal 1238 KUH Perdata adalah kondisi di
mana debitur dinyatakan lalai dengan surat perintah
4. Pasal 1238 KUH Perdata adalah kondisi di mana debitur dinyatakan lalai dengan surat
perintah, atau dengan akta sejenis itu, atau berdasarkan kekuatan dari perikatan
sendiri, yaitu bila perikatan ini mengakibatkan debitur harus dianggap lalai dengan
lewatnya waktu yang ditentukan.

RPUS
Penyelenggaraan dan pengambilan keputusan RUPS dilakukan sesuai dengan ketentuan
anggaran dasar (sepanjang tidak bertentangan dengan UUPT atau hukum lain yang berlaku;
lihat ps.4 UUPT). Penyelenggaraan dapat dilakukan oleh Direksi atau atas permintaan
pemegang saham minimal 10%, baik dengan pemanggilan (lihat ps.68 dan 69 (1) hingga (5)
UUPT), atau pemegang saham hadir semua (lihat ps.69 (5) UUPT). Pengambilan keputusan
pada prinsipnya dilaksanakan berdasarkan musyawarah mencapai mufakat (ps.74 (1) UUPT).
Sesuai dengan ps.74 (2) UUPT, bila tidak tercapai, maka berdasarkan suara biasa terbanyak
(cukup lebih banyak dari yang lain; tidak harus melebihi setengah). Kecuali berkaitan dengan
sesuatu yang sangat mendasar bagi keberadaan, kelangsungan atau sifat suatu perseroan,
UUPT atau anggaran dasar dapat menetapkan lebih, baik atas dasar terbanyak mutlak (harus
lebih dari 1/2) atau suara terbanyak khusus (seperti pasti harus mencapai 2/3, atau 3/4 dsb;
lihat pasal 75 UUPT).

Jenis Rapat Umum Pemegang Saham (“RUPS”)


Ditinjau dari segi waktu penyelenggaraan RUPS, Pasal 78 ayat (1) membagai RUPS
menjadi:

a. RUPS Tahunan, dan


b. RUPS lainnya.

Adapun kewenangan RUPS yang tidak diberikan kepada direksi atau dewan komisaris, yaitu:

1. Menyetujui pengajuan permohonan agar perseroannya dinyatakan pailit

2. Mengubah anggaran dasar

3. Mengangkat dan memberhentikan anggota dari direksi maupun dewan komisaris

4. Menyetujui perpanjangan jangka waktu berdirinya perseroan terbatas

5. Menyetujui penggabungan, peleburan, pengambilalihan atau pemisah

6. Membubarkan perseroan

Mengacu pada UU tentang Perseroan Terbatas, RUPS dikelompokkan menjadi dua jenis,
yaitu RUPS Tahunan dan RUPS Luar Biasa. RUPS Tahunan wajib dilaksanakan satu kali
dalam setahun sebelum akhir bulan Juni, sementara RUPS Luar Biasa dapat diadakan
kapanpun oleh direksi melalui permohonan tertulis.

Tujuan diadakannya RUPS adalah mengafirmasi laporan tahunan Perseroan Terbatas, isi dari
laporan tersebut meliputi:
1. Laporan keuangan yang terdiri atas laporan perubahan modal, neraca akhir tahun buku
baru dalam perbandingan dengan tahun buku sebelumnya, laporan laba rugi dari tahun buku
yang bersangkutan, laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan dari data tersebut

2. Laporan mengenai kegiatan perseroan

3. Laporan pelaksanaan tanggung jawab lingkungan dan sosial

4. Rincian masalah yang timbul selama tahun buku yang mempengaruhi kegiatan usaha
perseroan tersebut

5. Laporan mengenai tugas pengawasan yang telah dilakukan oleh dewan komisaris selama
tahun buku yang baru lampau

6. Nama anggota direksi dan dewan komisaris

7. Gaji serta tunjangan bagi anggota direksi dan dewan komisaris perseroan untuk tahun yang
baru lampau

RUPS dilakukan di tempat kedudukan Perseroan melakukan kegiatan usaha berdasarkan


Anggaran Dasar. Sementara Rapat Umum Perseroan Terbuka bisa dilakukan di mana saham
perseroan dicatat serta wajib terletak di wilayah negara Indonesia.

Berikut sejumlah agenda yang dibahas dalam RUPS, di antaranya:

1. Sehubungan dengan alasan permintaan dari pemegang saham, serta peserta acara rapat
lainnya yang dianggap perlu untuk dibahas bagi direksi, sesuai dengan panggilan RUPS.

2. Diskusi atau bahasan masalah yang dibahas pada RUPS yang dilaksanakan oleh dewan
komisaris adalah mengenai suatu masalah yang berhubungan pada alasan dimintanya RUPS.

enurut Yahya Harahap dalam bukunya Perseroan Terbatas (hal. 316), pada Pasal 78 ayat (1)
maupun ayat (4) UUPT menyebut RUPS Lainnya. Akan tetapi Penjelasan Pasal 78 ayat (1)
UUPT mengatakan bahwa yang dimaksud dengan “RUPS lainnya” dalam praktik sering dikenal
sebagai RUPS Luar Biasa.

RUPS Luar Biasa itu:[2]

a. Dapat diadakan setiap waktu, dan


b. Digantungkan berdasarkan kebutuhan untuk kepentingan perseroan.

Jadi dapat dilihat bahwa selain RUPS Tahunan, UUPT membolehkan diadakan RUPS Luar Biasa,
baik hal itu atas inisiatif Direksi maupun atas permintaan pemegang saham atau Dewan Komisaris.[3]

Agenda RUPS Luar Biasa


Menurut praktisi hukum Irma Devita Purnamasari dalam artikel Rapat Umum Pemegang Saham
Perseroan yang kami akses dari laman pribadinya, agenda RUPS Luar Biasa juga bermacam-macam,
tergantung pada urgensi kepentingan Perseroan pada saat itu. Misalnya saja, Perseroan akan
menerima kredit dari bank, dan membutuhkan persetujuan dari para pemegang saham untuk
memenuhi ketentuan dalam Pasal 12 UUPT anggaran dasarnya (sesuai dengan anggaran dasar PT
yang terbaru), atau guna memenuhi ketentuan yang diatur dalam Pasal 102 ayat (1) dan (2) UUPT
untuk menjaminkan asset-asset Perseroan yang nilainya merupakan sebagian besar dari asset
Perseroan dalam 1 (satu) tahun buku. RUPS Luar Biasa ini juga bisa dilaksanakan dalam hal
Perseroan akan mengubah susunan Direksi dan Komisarisnya, mengubah nama, tempat kedudukan,
jangka waktu berdirinya Perseroan, dan lain-lain.

Jadi menjawab pertanyaan Anda, RUPS Luar Biasa itu dapat dilakukan setiap waktu tergantung
kebutuhan perseroan. UUPT tidak memberikan pembatasan agenda RUPS luar biasa secara eksplisit,
tetapi biasanya RUPS Luar Biasa dilaksanakan dalam hal Perseroan membutuhkan persetujuan dari
para pemegang saham untuk suatu hal tertentu atau akan mengubah susunan Direksi dan Komisaris,
mengubah nama, tempat kedudukan, jangka waktu berdirinya Perseroan, dan lain-lain.

Keputusan Sirkuler Pemegang Saham


Anda menyebut Pernyataan Keputusan RUPS. Kami asumsikan yang Anda maksud adalah keputusan
para pemegang saham di luar RUPS, yang dikenal dengan nama Keputusan Sirkuler Pemegang
Saham (Circular Resolution

Anda mungkin juga menyukai