Anda di halaman 1dari 12

RESUME PEMBERIAN TERAPI OKSIGEN

PRAKTIKKUM KEPERAWATAN ANAK

DOSEN PEMBIMBING :

Disusun oleh:

ANJELINUS IAS LODONG (181470)

PROGRAM DIII KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PANTI WALUYA MALANG

2020
TERAPI OKSIGEN PADA BAYI DAN ANAK

Terapi oksigen (O2) merupakan suatu intervensi medis berupa upa- ya pengobatan
dengan pemberian oksigen (O2) untuk mencegah atau me- merbaiki hipoksia jaringan
dan mempertahankan oksigenasi jaringan agar tetap adekuat dengan cara meningkatkan
masukan oksigen (O2) ke dalam sistem respirasi, meningkatkan daya angkut oksigen
(O2) ke dalam sirkula- si dan meningkatkan pelepasan atau ekstraksi oksigen (O2) ke
jaringan.

Pemberian oksigenisasi:

1. Oksigenisasi merupakan gas tidak berwarna dan tidk berabauh yang sangat
dibutuh kan dalam proses metabolism sel. Sebagai hasilnya terbentuk CO2, energi
dan air
2. Komposisi gas gas dalam udara bebas
a. Nitrogen 80%
b. Oksigen 21%
c. Trace gaces 1%
3. Oksigenasi adalah proses penambahan oksigen O2 kedaam system pernapasan

4. Terapi oksigen adalah tidanakan memberikan oksigen ke dalam paru melalui


saluran napas dengan mengguankan alat bantu terapi oksigen

Indikasi pemberian oksigen:

1. Mencegah atau mengatasi hipoksia


2. Pada kasus hipoksemia:
a. Bayi dan anak: PaO2<60 mmHg atau SaO2 <90% (udara ruangan)
b. Neonatus: PaO2 <50 mmHg atau SaO2 <88%
3. Penurunan PaO2 dengan gejala dan tanda tanda hipoksia: dyspnea, takipnea,
gelisah, disorientasi, apatis, kesadaran menurun.
4. Keadaan lain : gagal napas akut, shock, keracunan CO2
a. Sesak atau retraksi
b. Frek. Napas 60x/menit atau lbih
c. Merintih

(grunting) Kontraindikasi :

a. Pasien dengan keterbatasan jalan napas yang berat dengan keluhan uta- ma
dispeneu tetapi dengan PaO2 lebih atau sama dengan 60 mmHg dan tidak
mempunyai hipoksia kronis.
b. Pasien yang tetap merokok karena kemungkinan prognosis yang buruk dan dapat
meningkatkan risiko kebakaran

Bahaya oksigen :

a. Sifat oksigen:
1. Mudah terbakar
2. Kerusakan jaringan retina dan paru
3. Kejang (hyperbaric)
4. Kerusakan mukosa karena kekeringan
b. Keracunan oksigen:
1. Disebabkan penggunaan oksigen (FiO2) tinggi dalam waktu yang lama
2. Pencegahan : monitor BGA dan titrasi pengguanaan FiO2 yang opimal

Gejala awal: rasa tertekan di retrosternal, ekstremitas kesemutan, mual muntah,


lemas, lelah, sesak, batuk-batuk, gelisah, anoreksia
Gejala lanjut: sesak lebih berat, aspiksia, sianosis, pernapasan memburuk secara
progresif, ARDS

Evaluasi distress napas:

(Skor Downe) :

Item 0 1 2
Frekuensi napas <60x/mnit 60-80x/mnit >80x/mnit
Retraksi Tidak ada retraksi Retraksi ringan Retraksi berat
Sianosis Tidak ada sianosis Sianosis hilang Sianosis menetap
dengan O2 walau diberi O2
Air entry Udara masuk Penurunan ringan Tidak ada udara
udara masuk masuk
merintih Tidak merntih Dapat didengar Dapat didengar
dengan stetoskop tanpa alat bantu
Evaluasi :

Skor <4 : gangguan napas ringan (nasal kanu/head box)

Skor 4-5 : gangguan pernapasan sedang (pakai CPAP)

Skor ≥ 6: gangguan pernapasan berat (pemeriksaan gas darah harus dilakukan) pakai
ventilator

Tanda dan gejala hipoksia:


1. Takipnea, dyspnea
2. Takikardia, dysrhythmias, pulse change, hipertensi
3. Anemia
4. Restlessness, disorientasi, lethargy
5. Sianosis, digital clubbing
6. Bayi tidak mau minum ASI atau Dot

Metode pemeberian oksigen:

1. Osigen harus diberikan dengan cara sesederahan mungkin dan fraksi inspirasi
oksigen (FiO2) serendah mungkin, namun tetap dapat mempertahankan niai PaO2
>60 mmHg dan SaO2 > 90%
2. Pilihan metode tergantung:
3. Besar FiO2, kenyamanan pasien, tingkat kelembaban yang dbutuhkan, dan
kebutuhan terapi nebulisasi
4. Terbagi menjadi low flow dan high flow device
5. Pencegahan penumpukan CO2
6. Resistensi minimal, efisien dan ekonomis, nyaman bagi pasien

Macam- macam alat terapi oksigen: 15:49

1. Alat Terapi Oksigen (O2) Arus Rendah


a. Nasal kanul dan nasal kateter.
Nasal kanul dan nasal kateter merupakan alat terapi oksigen (O2) dengan
sistem arus rendah yang digunakan secara luas. Nasal kanul terdiri dari
sepasang tube dengan panjang + dua cm yang di- pasangkan pada lubang
hidung pasien dan tube dihubungkan secara langsung menuju oxygen flow
meter. Nasal kanul arus rendah mengalirkan oksigen ke nasofa- ring dengan
aliran 1-6 liter/ menit dengan fraksi oksigen (O2) (Fi-O2) antara 24-44%.
Aliran yang lebih tinggi tidak meningkatkan fraksi oksigen (O2) (FiO2) secara
bermakna diatas 44% dan dapat mengakibatkan mukosa membran menjadi
kering.

b. Sungkup muka tanpa kantong penampung.


Sungkup muka tanpa kantong penampung merupakan alat terapi oksigen (O2)
yang terbuat dari bahan plastik di mana peng- gunaannya dilakukan dengan
cara diikatkan pada wajah pasien dengan ikat kepala elastis yang berfungsi
untuk menutupi hidung dan mulut. Tubuh sungkup berfungsi sebagai
penampung untuk oksi-gen (O2) dan karbon dioksida (CO2) hasil ekspirasi.
Alat ini mam-pu menyediakan fraksi oksigen (O2) (FiO2) sekitar 40-60%
dengan aliran sekitar 5-10 liter/ menit.

c. Sungkup muka dengan kantong penampung.


Terdapat dua jenis sungkup muka dengan kantong penam- pung yang
seringkali digunakan dalam pemberian terapi oksigen (O2), yaitu sungkup
muka partial rebreathing dan sungkup muka nonrebreathing. Keduanya terbuat
dari bahan plastik namun perbe- daan di antara kedua jenis sungkup muka
tersebut terkait dengan adanya katup pada tubuh sungkup dan di antara
sungkup dan kantong penampung.

d. Oksigen (O2) transtrakeal.


Oksigen (O2) transtrakeal dapat mengalirkan oksigen (O2) secara langsung
melalui kateter di dalam trakea. Oksigen (O2) tran- strakeal dapat
meningkatkan kepatuhan pasien untuk menggunakan terapi oksigen (O2)
secara kontinyu selama 24 jam dan seringkali berhasil untuk mengatasi
hipoksemia refrakter. Oksigen (O2) tran- strakeal dapat menghemat
penggunaan oksigen (O2) sekitar 30- 60-%.

2. Alat Terapi Oksigen (O2) Arus Tinggi


Terdapat dua indikasi klinis untuk penggunaan terapi oksigen (O2) dengan arus
tinggi, di antaranya adalah pasien dengan hipoksia yang memerlukan
pengendalian fraksi oksigen (O2) (FiO2) dan pasien hipoksia dengan ventilasi

yang abnormal. Adapun alat terapi oksigen (O2) arus tinggi yang seringkali
digunakan, salah satunya yaitu sungkup venturi. Sungkup venturi merupakan alat
terapi oksigen (O2) dengan prinsip jet mixing yang dapat memberikan fraksi
oksigen (O2) (FiO2) sesuai dengan yang dikehendaki.
Fraksi Oksigen (O2) (FiO2) pada

Alat Terapi Oksigen (O2) Arus Rendah dan Arus Tinggi

Aliran Oksigen (O2) 100% Fraksi Oksigen (O2) (FiO2)


Sistem Arus Rendah
Nasal Kanul

1 Liter/ menit 24
2 Liter/ menit 28
3 Liter/ menit 32
4 Liter/ menit 36

5 Liter/ menit 40
6 Liter/ menit 44
Transtrakeal
0,5-4 Liter/ menit 24-40

Sungkup Oksigen (O2)


5-6 Liter/ menit
6-7 Liter/ menit 40
50

7-8 Liter/ menit 60

Sungkup dengan Reservoir


6 Liter/ menit
60
7 Liter/ menit 70
8 Liter/ menit 80

9 Liter/ menit 90
10 Liter/ menit > 99
Nonrebreathing
4-10 Liter/ menit 60-100
Sistem Arus Tinggi

Sungkup Venturi

3 Liter/ menit 24
6 Liter/ menit 28

9 Liter/ menit 40
12 Liter/ menit 40
15 Liter/ menit 50

Pedoman Pemberian Terapi Oksigen (O2) :

Adapun pemberian terapi oksigen (O2) hendaknya mengikuti lang- kah-langkah sebagai
berikut sehingga tetap berada dalam batas aman dan efektif, di antaranya:
a. Tentukan status oksigenasi pasien dengan pemeriksaan klinis, ana- lisa gas darah
dan oksimetri.
b. Pilih sistem yang akan digunakan untuk memberikan terapi oksi-gen (O2).
c. Tentukan konsentrasi oksigen (O2) yang dikehendaki: rendah (di bawah 35%),
sedang (35 sampai dengan 60%) atau tinggi (di atas 60%).
d. Pantau keberhasilan terapi oksigen (O2) dengan pemeriksaan fisik pada sistem
respirasi dan kardiovaskuler.
e. Lakukan pemeriksaan analisa gas darah secara periodik dengan se- lang waktu
minimal 30 menit.
f. Apabila dianggap perlu maka dapat dilakukan perubahan terhadap cara
pemberian terapi oksigen (O2).
g. Selalu perhatikan terjadinya efek samping dari terapi oksigen (O2) yang

diberikan Prinsip pemantau pada terapi oksigen :

a. Keadaan umum
b. TTV
c. Gejala klinik dan distress napas
d. Warna kulit
e. Aktivitas/gerakan
f. Atur posisi bayi: terlentang dengan paha diberi bantalan spy kepala agak head up
g. Pantau aliran darah
h. Cegah kebuntuhan
i. Lakukan pnghisapan sputum bila perlu saja, tidak boleh rutin
j. Cegah kebuntuan alat terapi oksigen
k. Hindari kerusakan pada hidung
l. Bila ada perbaikan segera kurangi aliran oksigennya, jika belum terjadi perbaikan
tingkatkan aliran oksigennya

Prinsip pemantauan pada terapi oksigen :

1. Pemberian terpi osigen harus dipandu dengan pulse oxymetry


2. Berika oksigen pada anak dengan kadar SaO2 ,905, dan naikkan pemberian oksigen
untuk mencapai SaO2 > 90%
3. Pulse oxymetry merupakan alat untuk mengukur saturasi oksigen yg diukur pada
pembuluh darah arteri kecil sehingga disebut artery oxygen saturation (SaO2)
4. Normal saturasi O2 pada anak adalah 95-100%, pada anak dengan pneumonia berat,
yang oksigenasinya terhambat, nilai SaO2

prosedur

Cara mempertahankan jalan napas:

1. Tanpa alat (triple airway maneuver):


a. Head tilt
b. Chin lift
c. Jaw trust
2. Dengan alat:
a. Orofaringeal airway
b. Nasofaringeal airway
3. Jalan nafas defintif:
a. Endotracheal tube
b. Trachea cnule

Komplikasi pemberian terapi oksigen:

1. Toksisitas terhadap paru


2. Mikroatelektasis ( kerusakan surfaktan akibat hilangnya gas nitrogen)
3. Retrolental fibroplasia (fibrolisis jaringan belakang lensa mata akibat spasme pembuluh
darah pada bayi)
4. Narcose CO2

Komplikasi, lainnya:

1. Masker atau kanul mungkin mudah lepas atau kantong reserviornya kolap atau terpluntir
2. Resiko terjadi iritasipada telings karena terjadi penekanan karet atau selang
3. Mukosa hidung kering
4. Septum nasi nekrosis
5. Epiaksis
6. Hidung buntuh

7. Sebagian pasien tidak nyaman dengn penggunaan fitting

masker Pencegahan komplikasi akibat terapi oksigen


2. Bila mengguanakan oksigen dengan konsentrasi tinggi, lama pemberian seminimal
mungkin, turunkan konsentrasi sesegera mungkin
3. Tujuan adalah mempertahankan PaO2 60 mmHg, SpO2 90% tanpa ada retensi CO2
4. Pemeriksaan BGA secara periodic
5. Seharusnya saturasi oksigen yang diberikan dapat diukur secara tepat
6. Jangan mengguanakan oksigen konsentrasi tinggi kecuali hipoksia dan pada keadaan
gawat darurat
7. Berikan perawatan pada lubang hidung tiap 4 jam sekali, hindari penekanan yang terlal
lama paa hidung dan telinga

CPAP:

Continous positive airway pressure (CPAP) adalah alat yang dapat memberikan udara dengan
tekanan positif ke dalam saluran napas pada bayi yang masih dpat bernapas spontan

Indikasi penggunaan CPAP

1. Penyakit membrane hialin (HMD)

2. Transient Tachipnea of the newborn (TTN)


3. Sindrom aspirasi meconium
4. Bronkiolitis
5. Bayi pasca operasi abdomen atau dada atau apnea
6. Karena prematuris

Manfaat CPAP:

1. Membuka jalan napas


2. Meningkatkan pengembangan paru
3. Meningkatkn volume residual paru
4. Mencegah alveolus kolaps
5. Menghemat surfaktan endogen
6. Mengurangi ventilation perfusion mismatch
7. Menigkatkan oksigenasi
8. Meningkatkan compliance paru
9. Mengurangi resistensi saluran napas
10. Mengurangi work of breathing
11. Menstabilkan pola

napas Contoh penggunaan

CPAP dini:

Segera setelah lahir : berat badan <1000 g, usia gestasi <32 minggu, distress pernapasan (napas
cepat, merintih, napas cuping hidung, retraksi), diberikan sejak di ruang bersalin

Terapi oksigen Nebilizer:

Tujuannya pemberian nebulizer untuk mengurangi sesak, mengencerkan dahak (meningkatkan


produksi skretp) dan dapat mengurangi atau menghilangkan bronkoplasma.
Obat- obat nebulizer :

1. Pulmicort ; kombinasi anti radang untuk melonggarkan sal. Napas


2. Nacl : mengencerkan dahak
3. Bisolvon cair: mengencerkan dahak
4. Atroven dan berotes: melonggarkan sal. Napas
5. Inflamed : untuk anti radang
6. Combiven : kombinasi untuk melonggarkan jalan napas
7. Meptin : melonggarkan sal.

Napas SOP nebulizer:

1. Alat dan bahan


a. NaCl 0,9 %
b. Set nebulizer
c. Obat bronkodilator
d. Sarung tangan steril
2. Tahap kerja
a. Cuci tangan
b. Jelaskan prosedur
c. Gunkan sarung tangan
d. Atur posisi anak dengan cara menempatkan anak diatas pangkuan, psosisi semi
fowler
e. Lakukan penguapan 10-15 menit dimulai dengan menghidupkan set nebulizer yang
arahkan ke saluran pernapsan, mulai dari mulut atau hidnug
f. Lakukan fisioterapi dada agar lender mudah terlepas
g. Tenangkan anak dan pastikan tindakan ini benar2 diperlukan untuk membuat kondisi
anak semakin membaik
h. Puji anak atas kerjasamanya
i. Buka sarung tangn
j. Dokumentasi hasil tindakan, catat status sauran pernapasan dan skret

Anda mungkin juga menyukai