Anda di halaman 1dari 20

Prinsip kromatografi penukar ion adalah

penggunaan matriks penukar ion yang mengikat secara


kovalen gugus fungsi bermuatan negatif pada penukar
kation, atau gugus fungsi yang bermuatan positif pada
penukar anion seperti terlihat pada gambar 8. Matriks
berupa polimer elastis dan mengandung senyawa resin
sintetik yang terbuat dari bahan dekstran: selulosa atau
sefadeks. Matriks penukar kation yaitu karboksimetil
selulosa (CMC), dan matriks penukar kation yaitu dietil
aminoetil (DEAE)-selulosa dan DEAE-sefadeks
(Standburry dan Whitaker, 1984; Scopes, 1987).

BAB III
KESIMPULAN
Dari pembahasan senyawa kompleks yang telah diuraikan dapat diperoleh kesimpulan
sebagai berikut:
Senyawa kompleks merupakan senyawa yang tersusun dari suatu ion logam pusat
dengan satu atau lebih ligan yang menyumbangkan pasangan elektron bebasnya kepada ion
logam pusat. Donasi pasangan elektron ligan kepada ion logam pusat menghasilkan ikatan
kovalen koordinasi sehingga senyawa kompleks juga disebut senyawa koordinasi
Banyak sintesis senyawa kompleks yang telah dilakukan menghasilkan senyawa.
Logam-logam transisi seperti Mn(II), Cu(II) merupakan asam yang baik dalam pembentukan
senyawa kompleks dengan ligan basa Schiff.
Katalis senyawa kompleks logam transisi dengan rumus umum [M(L)n]x[A]y dimana
M adalah ion logam pusat, L adalah ligan lemah dan A adalah anion lawan berdaya
koordinasi lemah atau sama sekali non koordinasi, beberapa diantaranya telah diaplikasikan
sebagai katalis dalam reaksi kimia organik

.PENGERTIAN SENYAWA KOMPLEKS DAN ION


KOMPLEKS
Senyawa kompleks adalah suatu suatu senyawa yang mengandung ion kompleks dan ion
lawan (counter ion). Ion kompleks adalah ion yang tersusun dari ion pusat (atom pusat) yang
dikelilingi oleh molekul atau ion yang disebut ligan. Antara ion pusat dengan ligan terjadiikatan
koordinasi. Jumlah ikaan koordinasi yang terjadi antara atompusat dengan ligan
disebut bilangan koordinasi.

Contoh ion kompleks

[Cu(H2O)4]2+ : atom pusatnya adalah Cu2+

Ligannya adalah H2O

Bilangan koordinasinya = 4

Atom pusat merupakan atom atau ion yang mempunyai orbital kosong yang dapat ditempati oleh
pasangan elektron dari suatu ligan. Unsur-unsur transisi dapat menjadi atom pusat suatu ion
kompleks karena mempunyai orbital kosong di subkulit 3d atau 4p.

Ligan dari suatu ion kompleks dapat berupa molekul netral atau anion yang mempunyai
pasangan elektron bebas yang digunakan untuk membentuk ikatan koordinasi dengan atom
pusat.

Unsur-unsur transisi umumnya mempunyai konfigurasi elektron dengan subkulit d yang belum
penuh. Dengan demikian dapat memberikan orbital kosong untuk membentuk ikatan koordinasi
dengan pasangan elektron dari ligan yang diikatnya.

SENYAWA KOMPLEKS
1. Sejarah Senyawa Kompleks
Senyawa kompleks pertama kali ditemukan oleh Tassert (1798), yaitu CoCl3.6NH3.
Senyawa tersebut dianggap aneh karena terbentuk oleh 2 senyawa stabil yang masing-masing
valensinya sudah jenuh. Hal ini baru bisa dipahami setelah waktu berlalu sekitar 100 tahun.
Selama waktu tersebut banyak senyawa kompleks telah dibuat dan dikaji sifat-sifatnya.
Senyawa-senyawa kompleks telah diketahui - walaupun saat itu belum sepenuhnya
dimengerti - sejak awal ilmu kimia, misalnya Prussian blue dan Tembaga (II) sulfat.
Terobosan penting terjadi saat kimiawan Jerman Alfred Werner, mengusulkan bahwa
ion kobalt(III) memiliki enam ligan dalam struktur geometri oktahedral. Dengan teori ini,
para ilmuwan dapat mengerti perbedaan antara klorida koordinasi dan klorida ionik pada
berbagai isomer-isomer kobalt amina klorida, dan menjelaskan kenapa senyawa ini
memiliki banyak isomer, yang sebelumnya tidak dapat dijelaskan. Werner juga
menggolongkan senyawa kompleks ini kepada beberapa isomer optis, mematahkan teori
bahwa hanya senyawa karbonyang memiliki sifat khiralitas.
2. Pengertian
Senyawa kompleks adalah senyawa yang terbentuk melalui ikatan koordinasi, yakni
ikatan kovalen koordinasi antara ion/atom pusat dengan ligan. Disebut sebagai senyawa
kompleks karena sulit dipahami pada awal penemuannya. Senyawa kompleks terdiri dari
Atom Pusat, Ligan, Bilangan Koordinasi, dan Atom atau gugus lain.
a. Atom pusat
Atom pusat merupakan atom bagian dari senyawa koordinasi yang berada di pusat
(bagian tengah) sebagai penerima pasangan electron sehingga dapat di sebut sebagai asam
Lewis, Umumnya berupa logam (terutama logam-logam transisi). Atom pusat merupakan
atom unsur transisi yang dapat menerima pasangan elektron bebas dari ligan karena ion-ion
dari unsur logam transisi memiliki orbital-orbital kosong yang dapat menerima pasangan
elektron pada pembentukan ikatan dengan molekul atau anion tertentu membentuk ion
kompleks. Pasangan elektron bebas dari ligan menempati orbital-orbital kosong dalam
subkulit 3d, 4s, 4p dan 4d atom pusat.
b. Ligan
Ligan adalah molekul netral atau anion yang mempunyai pasangan electron bebas
(dapat dilihat dari struktur Lewisnya). Contoh : NH3, CN-
Ligan atau gugus pelindung merupakan atom/ion bagian dari senyawa koordinasi
yang berada di bagian luar sebagai pemberi pasangan elektron sehingga dapat disebut sebagai
basa Lewis yang memiliki pasangan electron bebas.
Di dalam ligan terdapat atom donor yaitu atom yang memiliki pasangan elektron
bebas atau atom yang terikat melalui ikatan π. Melalui atom donor tersebut suatu ligan
melakukan ikatan kovalen koordinasi dengan atom pusat yang ada.
Ligan dapat dengan baik diklasifikasikan atas dasar banyaknya titik-lekat kepada ion logam,
yaitu :
 Monodentat adalah ligan yang menyumbangkan 1 PEB ke atom pusat. Seperti ion-ion halida
atau molekul-molekul H2O atau NH3
 Bidentat adalah bila molekul atau ion ligan mempunyai dua atom, yang masing-masing
mempunyai satu pasangan elektron menyendiri, maka molekul itu mempunyai dua atom-
penyumbang, dan adalah mungkin untuk membentuk dua ikatan-koordinasi dengan ion
logam yang sama. Contoh : C2O42-
 Multidentat adalah ligan yang menyumbangkan lebih dari dua PEB ke atom pusat.
misalnya asam 1,2-diaminoetanatetraasetat (asam etilenadiaminatetraasetat, EDTA) yang
mempunyai dua atom nitrogen-penyumbang dan empat atom oksigen-penyumbang dalam
molekul, dapat merupakan heksadentat.

c. Bilangan Koordinasi
Bilangan koordinasi (Valensi sekunder) adalah bilangan yang menyatakan banyaknya
ligan yang dilihat oleh atom atau ion pusat. Umumnya, bilangan koordinasi adalah dua kali
bilangan oksidasi atom pusat.

d. Atom atau Gugus lain


Atom atau gugus lain dapat berupa kation dan anion
Contoh senyawa kompleks :

[Cu(H2O)4]SO4
1 2 3 4
Keterangan :
1 = Atom pusat
2 = Ligan
3 = Bilangan Koordinasi
4 = Atom lain/gugus lain
Ikatan antar ion pusat adalah ikatan koordinasi, dimana ligan bertindak sebagai basa lewis
(donor) pasangan electron dan ion pusat bertindak sebagai asam lewis (akseptor) pasangan
electron.
Nama Ligan
a. Ligan netral
Ligan netral diberi nama seperti nama senyawanya kecuali beberapa ligan seperti NH 3,
H2S, H2Te dan CO.

Singkatan atau
Nama Senyawa Nama Ligan
Rumus Kimia

Asetonitril Asetonitril MeCN


Etilendiamina Etilendiamin En
Piridina Piridin Py
2,2’-bipiridina 2,2’-bipiridin Bpy
1,10-fenantrolina 1,10-fenantrolin Phen
Trifenilfosfina Trifenilfosfin PPh3
Trifenilarsina Trifenilarsin AsPh3
Trifenilstibina Trifenilstibin SbPh3
Trisikloheksilfosfina Trisikloheksilfosfin Pcy3
Ammonia Amina NH3
Hidrogen sulfide Sulfan H 2S
Hidrogen telurida Telan H2Te
Karbon monoksida Karbonil CO

b. Ligan bermuatan negatif


Anion yang namanya berakhiran dengan –da, sebagai ligan akhiran –da diganti dengan –
do seperti dibawah :
Rumus Kimia Nama ion Nama Ligan
NH2- Amida Amido
2-
NH Imida Imido
-
N3 Azida Azido
Kecuali untuk ligan-ligan berikut:
Rumus kimia Nama ion Nama ligan
-
F flourida Flouro
Cl- Klorida Kloro
-
Br bromida Bromo
-
I Iodida Iodo
2-
O Oksida Okso
H- Hidrida Hidro (hidrido)
Anion yang namanya berakhiran dengan –it atau –at sebagai ligan pada akhiran
tersebut ditambah dengan akhiran –o, dan atom donor yang berikatan dengan atom atau ion
pusat dituliskan dibagian depan seperti contoh-contoh berikut :
Rumus kimia Nama ion Nama ligan
-
ONO Nitrit Nitrito
-
NO2 Nitrit Nitro
ONO2- Nitrat Nitrato
-
OSO2 Sulfit Sulfito
2-
OSO3 Sulfat Sulfato
-
SCN Tiosianat Tiosianato
NCS- Isotiosianat Isotiosianato

1. Tuliskan nama ion atau atom pusatnya. Jika ion kompleks tersebut merupakan sebuah anion,
nama atom pusat diakhiri dengan -at, dan menggunakan nama Latinnya. Jika tidak, maka
atom pusat dituliskan dengan nama umumnya dalam bahasa Indonesia. Jika diperlukan,
tulis bilangan oksidasinya dalam angka romawi (atau 0), dalam tanda kurung.
2. jika kompleks tersebut merupakan senyawa ion, tuliskan nama kation sebelum nama anion
dipisahkan dengan spasi. Jika kompleks tersebut merupakan ion bermuatan, tuliskan kata
"ion" sebelum nama kompleks tersebut.
Contoh:
[NiCl4]2− → ion tetrakloronikelat(II)
[CuNH3Cl5]3− → ion aminpentaklorokuprat(II)
[Cd(en)2(CN)2] → disianobis(etilendiamin)kadmium(II)
[Co(NH3)5Cl]SO4 → pentaaminklorokobalt(III) sulfat

3. Tata Nama Senyawa Kompleks


• Tata Nama Senyawa Kompleks Netral

1. Nama senyawa kompeks netral ditulis dalam satu kata


2. Menulis atau menyebut nama dan jumlah ligan
3. Menyebut atau menyebut nama atom pusat serta biloks dari atom pusat yang ditulis
dengan angka Romawi.
Contoh :
[Co(NH3)3(NO2)3] : Triaminatrinotrokobalt(III)
[Ni(CO)4] : Tetrakarbonilnikel
[Fe(CO)5] : Pentakarbonilbesi
[Fe(CO)2(NO)2] : Dikarbonildiniltrosilbesi
[Co(CO)3(NO)] : Trikarbonilnitrosilkobalt

 Tata Nama Senyawa Kompleks Ionik

1. Diawali dengan menulis atau menyebut ion ligan


2. Menulis atau menyebut nama dan jumlah ligan yang dimiliki
3. Menulis atau menyebut nama atom pusat diikuti biloks yang ditulis dalam angka
Romawi.Untuk senyawa kompleks ionik anion,nama atom pusat dalam bahasa latin dengan
akhiran –um atau diganti –at kemudian diikuti biloks atom pusat yang ditulis dalam angka
Romawi.

Contoh :
[Cu(NH3)4]2+ : Ion tetraaminatembaga(II)
[Co(NH3)4Cl2]+ : Ion tetraaminadiklorokobalt(II)
[Pt(NH3)4]2+ : Ion tetraaminaplatina(II)
[PtCl4]2- : Ion tetrakloroplatinat(I)
[Co(CN)6]3- : Ion heksasianokobaltat(III)
[MgBr4]2- : Ion tetrabromomagnesat(II)

4. Ionisasi Senyawa Kompleks


Jika senyawa kompleks dilarutkan dalam air, maka air akan terionisasi menjadi ion
kompleks dan ion lain.
Contoh :

[Cu(H2O)4]SO4(aq) [Cu(H2O)4]2+
(aq) + SO42-(aq)

disebut disebut
Kation kompleks ion lain
2+
Pada ion kompleks, [Cu(H2O)4] , angka (2+) adalah jumlah bilangan oksidasi (biloks)
Cu dan 4H2O.
Cu + 4 H2O = +2
Cu + (4 x O) = +2
Cu = +2 berarti biloks Cu = +2
2+
Cu disebut ion pusat

DAFTAR PUSTAKA

Effendy.2007.Kimia Koordinasi Jilid 1.Malang:Bayumedia


Sukardjo.1992.Kimia Koordinasi.jakarta:Rineka Cipta
Oxtoby dkk. 2001. Prinsip-prinsip kimia modern 2.jakarta. Erlangga
Raymond chang. 2004. Kima dasar konsep-konsep inti jilid 2. Jakarta. Erlangga
http : // www. Just%20Chemistry%20ITS%20%20Senyawa%20Kompleks.htm
http : // www.Ligan%20dan%20tata nama%20senyawa%20koordinasi.htm

HIBRIDISASI

Kata 'hibridisasi' berarti 'pencampuran' dan bila digunakan dalam konteks orbital atom, ia
menjelaskan cara menurunkan arah orbital dengan leluasa yang dapat
digunakan dalam VB teori.Seperti
semua teori ikatan, hibridisasi orbital adalah Model, dan tidak boleh
diambil menjadifenomena nyata. Hybrid orbital dapat
dibentuk dengan mencampur karakter orbital atom yang dekatdalam
energi. Karakter dari hibrida orbital tergantung pada orbital atom yang
terlibat dan kontribusipersentase mereka. Label yang diberikan kepada hybrid
orbital mencerminkan orbital atom berkontribusi, misalnya sp hibrida memiliki jumlah yang
sama danp karakter orbital.
Hybrid orbital dihasilkan dengan mencampur karakter orbital atom.Alasan untuk
menciptakan satu set orbital hibrida adalah untuk menghasilkan skema ikatan nyaman
untuk spesies molekul terterntu. Sebuah poin orbital hibrida individu sepanjang diberikan
sumbu internuclear dalam kerangka molekul sedang dipertimbangkan, dan penggunaan satu
set orbital hibrida memberikan gambaran ikatan dalam hal penempatan ikatan σ. dalam
bekerja melalui sisa bagian ini, melihat bahwa setiap skema hibridisasi untuk X atom dalam
molekul XYn adalah hanya cocok untuk bentuk tertentu, bentuk menjadi didefinisikan dengan
jumlah kelompok yang melekat dan setiap pasangan mandiri.
Satu set orbital hibrida memberikan gambaran ikatan untuk
molekul dalam hal penempatan ikatan σ.

Fig 5.1 Perbandingan bentuk molekul H2O (kerangka yang diambil sebagai berbaring
di bidang yz)dengan Sifat spasial 2s, 2py dan orbital atom 2pz oksigen.

sp Hibridisasi: skema untuk spesies linear

Notasi sp berarti bahwa satu arbital atom s dan satu p campuran orbital atom untuk
membentuk satu set dari dua orbital hibrida dengan sifat directional yang berbeda.
Salah satu kemungkinan kombinasi dari orbital atom 2s dan orbital atom 2px ditunjukkan
pada Gambar 5.2a. Dalam gambar, warna lobus orbital sesuai dengan fase tertentu (Lihat
Bagian 1.6) dan penambahan komponen 2s memperkuat satu lobus 2px orbital atom tapi
berkurang yang lain.Persamaan 5.1 merupakan kombinasi matematis. Fungsi gelombang sp
hibrida menggambarkan normalisasi (lihat Bagian 2.2) sp hibrida orbital yang memiliki 50%
dan 50% p karakter. Meskipun persamaan 5.1 dan Gambar 5.2a merujuk dengan kombinasi
2s dan orbital atom 2px, ini bisa hanya juga menjadi 2s dengan 2py atau 2pz, atau 3s dengan
3px, dan sebagainya.

Kini hadir aturan umum yang penting: jika kita mulai dengan n orbital-orbital atom, kita
harus berakhir
dengan orbital n setelah hibridisasi. Gambar 5.2b dan persamaan 5.2 menunjukkan kemungki
nankedua untuk kombinasi 2s dan 2px atom orbital. Tanda perubahan untuk
kombinasi perubahan fase2px yang poin hibrida orbital dan sehingga resultan dalam arah
yang berlawanan dengan yang ditunjukkan pada Gambar 5.2a. (Ingat
bahwa p atom Orbital memiliki sifat vektor.)
Persamaan 5.1 dan 5.2 merupakan dua fungsi gelombang yang setara dalam segala
hal kecuali untukarah-arah mereka terhadap sumbu x. Meskipun energi orbital dari 2s awal
dan orbital atom 2pxberbeda, pencampuran menyebabkan dua orbital hibrida energi yang
sama.
Model sp hibridisasi dapat digunakan untuk menggambarkan σ-ikatan
dalam molekul linear sepertiBeCl2 di mana ikatan Be―Cl adalah panjang yang
2
sama. Keadaan dasar elektronik konfigurasi dari Be adalah [He] 2s dan kulit
valensi berisi 2s orbital atom dan tiga orbital atom 2p (Gambar 5.3).Jika kita
menggunakan dua dari orbital-orbital atom ini, perlakuan
secara terpisah, untuk membentuk dua penempatan Be―Cl, kita tidak
bisa merasionalisasikesetaraan ikatani. Namun, jika kita mengambi orbital atom 2s dan satu
atom orbital 2p, campuran karakter mereka untuk membentuk hibrida sp,
dan menggunakan satu hybrid orbital untuk membentuk satu Be―Cl interaksi dan hibrida
orbital lainnya untuk interaksi kedua, maka kesetaraanBe―Cl interaksi
adalah konsekuensi alami dari ikatan gambar. Efektif, kita mewakili negara valensi Be dalam
sebuah molekul linear sebagai bagian dari dua kemunduran hibrida sp, masing-masing berisi
satu elektron; ini diwakili oleh notasi (sp 2). Gambar 5.3 merupakan perubahan dari
konfigurasi elektron keadaan dasar Be ke valensi dasar sp. Ini adalah keadaan teoritis yang
dapat digunakan untuk menggambarkan σ-ikatan dalam molekul linear.

sp2 Hibridisasi: skema untuk trigonal spesies planar

Notasi sp2 berarti bahwa satu dan dua orbital atom p campuran untuk membentuk satu
set dari tigaorbital hibrida dengan berbeda sifat directional.
Mari
kita mempertimbangkan kombinasi 2s, 2px dan 2py atom orbital. Orbital hibrida akhir haruss
etara dalam segala hal kecuali untuk properti arah mereka; hibrida sp2 harus berisi jumlah
yang sama s karakter sebagai satu sama lain dan jumlah yang sama dari p karakter
sebagai satu sama lain.Kami mulai dengan memberikan sepertiga dari karakter 2s setiap sp2
hibrida orbital. Sisanya dua pertiga dari masing-masing hibrida orbital terdiri
dari 2p karakter, danfungsi gelombang normalisasi diberikan dalam persamaan 5,3-5,5.

Gambar. 5.4 Pembentukan tiga orbital sp2 hibrida dari satu orbital 2s atom dan dua orbital 2p
atom. Pilihan px dan py adalah sewenang-wenang. (Jika kita mulai dengan 2px dan orbital
atom 2pz, hibrida akan terletak pada bidang xz, menggunakan 2py dan 2pz orbital atom
memberikan orbital hibrida pada bidang yz.) The directionalities orbital hibrida mengikuti
dari relatif kontribusi dari orbital atom (lihat persamaan 5,3-5,5).
Gambar 5.4 memberikan representasi bergambar cara yang tiga orbital
hibrida sp2 dibangun. Ingatbahwa perubahan tanda untuk fungsi
gelombang atom berarti perubahan fase. Petunjuk resultan daribawah dua orbital hibrid pada
Gambar 5.4 ditentukan dengan memecahkan vektor yang terkait dengan 2px dan orbital
atom 2py. Model hibridisasi sp2 dapat digunakan untuk menggambarkan σ-ikatan dalam
molekul planar trigonal seperti BH3.valensi atom B adalah (sp3)3 (yaitu tiga sp2 hibridaorbital
, masing-masing dengan satu elektron) dan kesetaraan InteraksiB―H berikut dengan
mempertimbangkan bahwa setiap interaksi
dibentuk oleh tumpang
tindih satu B sp2 hibrida orbital dengan 1s atom orbital atom H (Gambar
5.5).setiap H atom menyumbangkan satu elektron untuk skema ikatan, jadi setiap B―H
ikatan adalahsebuah penempatan interaksi 2c-2e (lihat Bagian 2.2). Sebuah diagram mirip
dengan yangditunjukkan dalam Gambar 5.3 dapat dibangun untuk
menunjukkan pembentukan valensi untuktrigonal planar atom B.

sp3 Hibridisasi: skema untuk tetrahedral dan spesies terkait

Notasi sp3 berarti bahwa satu dan tiga orbital p atom campuran untuk membentuk satu
set dariempat orbital hibrida dengan berbeda sifat directional.
Sebuah skema yang sama dengan yang dijelaskan di atas dapat
diturunkan ke menghasilkan empatorbital hibrida sp3 dari satu 2s dan tiga 2p orbital
atom. Orbital sp3 hibrida dijelaskan oleh fungsi gelombang normal dalam persamaan 5,6-
5,9 dan ditunjukkan pada
Gambar 5.6a pictorially. Setiaphibrida sp3 orbital memiliki 25% s karakter
dan 75% p karakter, dan set empat orbital setaramendefinisikan tetrahedral kerangka.
Pada Gambar 5.6b kita menggambarkan bagaimana struktur tetrahedral CH4 berkaitan
dengan kerangka kubik. Hubungan ini adalah penting karena memungkinkan kita untuk
menggambarkan tetrahedron di hal sumbu set Cartesian. Dalam teori ikatan valensi, ikatan di
CH4 mudah dapat dijelaskan dalam istilah sebuah negara sp3 valensi untuk C, yaitu empat
orbital terdegenerasi, masing-masing berisi satu elektron. Setiap tumpang tindih orbital
hibrida dengan 1s atom orbital dari satu atom H untuk menghasilkan satu
empat setara, penempatan 2c-2e C―H σ-interactions.

skema Hibridisasi untuk atom nitrogen di NH3

Gunakan teori VSEPR untuk


menjelaskan struktur NH3, dan menyarankan skema hibridisasi sesuai untuk atom N

Gambar. 5.6 (a) arah orbital yang membentuk sebuah set dari empat orbital hibrida sp3 sesuai
dengan tetrahedral array. (b) Hubungan antara tetrahedron dan kubus; di CH4, empat atom H
menempati sudut alternatif kubus, dan kubus mudah berhubungan dengan sumbu set
Cartesian.Konfigurasi elektron keadaan dasar dari N adalah [He] 2s22p3. tiga dari lima
elektron valensi yang digunakan untuk membentuk tiga Ikatan tunggal N―H, meninggalkan
satu pasangan elektron bebas. Struktur piramidal trigonal, berasal dari tetrahedral susunan
pasangan elektron:

N atom memiliki empat valensi orbital


atom: 2s, 2px, 2py dan 2pz. Skema sp3 hibridisasimemberikan tetrahedral pengaturan orbital
hibrida, sesuai untuk menampung empat pasang elektron:

Skema hibridisasi Lainnya

Untuk spesies molekul dengan selain linear, planar trigonal atau struktur tetrahedral berbasis,
biasanya melibatkan d orbital dalam teori ikatan valensi. Kita akan lihat nanti yang ini belum
tentuterjadi dalam orbital molekul teori. Kitai juga akan melihat dalam
Bab 15 dan 16 bahwa ikatan dalam apa yang
disebut senyawa hypervalent seperti PF5 dan SF6, dapat digambarkan tanpa
melibatkanpenggunaan d-orbital. Satu Oleh karena itu harus berhati-hati tentang
penggunaan skema hibridisasispndm senyawa p-blok elemen
dengan oktet tampaknya diperluas di sekitar pusat atom. Molekulsejati tidak harus sesuai
dengan teori valensi sederhana, atau mereka harus sesuai dengan spnd mskema yang kita
bahas dalam buku ini. Namun demikian, nyaman
untuk memvisualisasikan ikatandalam molekul dalam hal berbagai skema hibridisasi yang
sederhana.
Pencampuran s, px, py, pz dan orbital atom dz2 memberikan satu
set lima orbital hibrida sp3d,orientasi bersama yang sesuai
dengan pengaturan bipyramidal trigonal (Gambar 5.7a). Kelima orbital
hibrida sp3d tidak setara dan membagi ke dalam dua set aksial dan tiga setara dan dibagi
menjadidua set aksial dan tiga 2pz. Skema sp3 hibridisasi memberikan tetrahedral pengaturan
orbital hibrida,sesuai untuk menampung empat
pasang elektron orbital equatorial ikatan orbital aksial terletak di
3
sepanjang z sumbu. † Model hibridisasi sp d dapat digunakan untuk menggambarkan σ-
bonding di 5-koordinat spesies seperti [Ni(CN)5]3- (lihat Bagian 22.11). σ-
bonding Kerangka spesies persegipiramida juga dapat
3
digambarkan dalam hal suatu hibridisasi sp d skema.
Perubahan disposisi spasial lima hibrida orbital dari bipyramidal trigonal persegi berbasis pir
amida merupakan konsekuensi dari partisipasi d yang
berbeda orbital. Hibridisasi dari s, px, py, pz dan

Orbital atom menghasilkan satu set lima orbital


hibrida sp d (Gambar 5.7b). Hibridisasi dari s, px,py, pz, dz2 dan
3

Orbital atom memberikan enam orbital hibrida sp3d2 sesuai


dengan suatu pengaturan oktahedral.Ikatan di MoF6 dapat dijelaskan dalam
3 2
hal sp d hibridisasi pusat atom. Jika kita menghapus z-
2
komponen dari set ini (yaitu pz dan dz ) dan berhibridisasi hanya s, px, py dan

atom orbital, set resultan dari empat orbital hibrida sp2d sesuai dengan pengaturan bujur
2-
sangkar, [PtCl4] . Setiap set orbital hibrida dikaitkan dengan bentuk tertentu , meskipun
ini mungkin tidakbertepatan dengan molekul bentuknya jika pasangan mandiri juga
harus diakomodasi.
Apa sebenarnya hibridisasi itu? Hibridisasi dapat didefinisikan sebagai peleburan orbital-orbital dari
tingkat energy yang berbeda menjadi orbital yang orbital yang energinya setingkat. Menentukan
hibridisasi dapat diperoleh dari domain electron dengan melihat PEB dan PEI yang dipromosikan atau
perpindahan elektron diatom pusat yang memiliki jumlah elektron penuh dalam orbital tersebut, harus
dipromosi ke orbital selanjutnya agar diperoleh orbital setengah penuh untuk mengikat elektron pada
ikatannya.

Bentuk-Bentuk Molekul dan Hibridisasinya


Domain PEI PEB Hibridisasi Tipe Bentuk Contoh
Elektron Molekul Molekul

2 2 0 sp AX2 linier BeCl2

3 3 0 sp2 AX2 Segi tiga BCl3


sama sisi

2 1 sp2 AX2E sudut SO2

4 4 0 Sp3 AX4 Tetra hedral CH4

3 1 Sp3 AX3E Trigonal NH3 ; PCl3


piramida

2 2 Sp3 AX2E2 Bentuk V H2O

5 5 0 Sp3d AX5 Trigonal PCl5


bipiramida

3 2 Sp3d AX3E2 Bentuk T IF3

2 3 Sp3d AX2E3 linier XeF2

6 6 0 Sp3d2 AX6 oktahedral SF6

4 2 Sp3d2 AX4E2 Segiempat XeF4


planar

5 1 Sp3d2 AX5E Piramida IF5


segiempat

Untuk Lebih Jelasnya Mengenai hibridisasi ini mari sobat kita lihat bersama contoh berikut:

BCl3 (senyawa Boron Triclorida)


Daari senyawa di atas unsur yang menjadi unsur pusat yaitu B (Boron). Maka, B yag memiliki nomor
atom 5, kemudian elektron dikonfigurasikan.

5 B = 1s2 , 2s2, 2p1


Elektron valensi = 3

Dari konfigurasi elektron di atas kita dapat digambarkan diagram orbital awal dari elektron
valensi Boron adalah

2s2, 2p1
Orbital di atas belum mengalami hibridisasi. Kemudia untuk dapat memasankan elektron pada boron
dengan elektro dari atom kloring diperlukan 3 buah elektron yang tidak berpasangan. Nah untuk
mendapatkan 3 elektron tidak berpasangan inilah dilakukan perpindahan elektron dari orbital yang
disebut hibridisasi. Berikut diagram orbital atom boron setelah hibridisasi

Dari diagram di atas terjadi hibridisasi yang terdiri dari orbital s


dan orbital p yang awalnya sp menjadi sp2dan menghasilkan molekul berbentuk segitiga sama sisi.
1

Buat menambah pemahaman sobat kita ulas lagi satu contoh berikut:
Hibridisasi dalam molekul PCl5
molekul PCl5 diketahui berbentuk bipiramida trigonal. Atom phosfor (nomor atom =15)

mempunyai konfigurasi elektron sebagai berikut.


15P : [Ne] 3s2 3p3
Supaya dapat membentuk 5 ikatan kovalen, maka 1 elektron dari orbital 3s harus dipromosikan ke
orbital 3d. Selanjutnya orbital 3s , ketiga orbital 3p, dan 1 orbital 3d mengalami hibridisasi membentuk
orbital hibrida sp3d yang berbentuk bipiramida trigonal.

15P : [Ne] 3s2 3p3 3d0

Promosi menjadi

15P : [Ne] 3s1 3p3 3d1

Hibridisasi dari atom P pada PCl5 adalah


sp3d1. Demikian tadi sobat konsep sederhana hibridisasi dan contoh hibridisasi kimia yang terjadi
pada atom boron dan phosphor pada senyawa BCl3 dan PCl5. Semoga bermanfaat dan selamat
belajar.

Ligan Lemah (outer orbital) & Ligan Kuat (inner orbital)

 Ligan yang medannya kuat (ligan kuat) : CO > CN- > NO2 > NH3 > SCN
 Ligan yang medannya lemah (ligan lemah): H2O > C2O42- > OH- > F- > Cl- > Br- > I-
Disebut medan ligan kuat (strong ligand field / kekuatan medannya besar) karena perbedaan energi
antara orbital t2g(dxy, dxz dan dyz) dengan orbital eg (dx2-y2 dan dz2) besar, akibatnya elektron akan
mengisi penuh energi yang rendah sebelum mengisi orbital yang energinya tinggi (pengisian elektron
berpasangan terlebih dahulu, kemudian naik ke tingkat energi yang lebih tinggi). Kompleks dengan
medan ligan kuat disebut low spin complexes (kompleks spin rendah).

Disebut medan ligan lemah (weak ligand field / kekuatan medannya kecil ) karena perbedaan energi
antara orbital t2g (dxy, dxz dan dyz) dengan orbital eg (dx2-y2 dan dz2) kecil atau sangat kecil, akibatnya
elektron-elektron akan mengisi kelima orbital d tanpa berpasangan terlebih dahulu. Kompleks dengan
medan ligan lemah disebut high spin complexes (kompleks spin rendah).

Berikut contoh kompleks dari medan ligan kuat dan medan ligan lemah:

 Konfigurasi atom Fe dan ion Fe3+

Fe= 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6


26 3d6 4s2 4p0
Fe3+=1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 3d5 4s0 4p0

 Hibridisasi ion Fe3+ dengan ligan kuat (CN-) membentuk senyawa komleks [Fe CN6]3-

Fe3+=1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 3d5 4s0 4p0

Fe3+ tereksitasi= 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 3d5 4s0 4p0

Fe3+ dalam [Fe CN6]3- = 3d 4s 4p

CN CN CN CN CN CN

Hibridisasi d2sp3 (kompleks oktahedral) atau ion kompleks spin rendah / inner orbital komplex karena
orbital d yang dipakai dalam hibridisasi energinya lebih rendah dari orbital s dan p

 Hibridisasi ion Fe3+ dengan ligan lemah F- membentuk senyawa komleks [Fe F6]3-

Fe3+=1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 3d5 4s0 4p0 4d0

Fe3+ dalam [Fe F6]3- = 3d 4s 4p 4d

F F F F F F

Hibridisasi sp3d2 (kompleks oktahedral) atau ion kompleks spin tinggi / outer orbital komplex karena
orbital d yang dipakai dalam hibridisasi energinya lebih tinggi dari orbital s dan p.
Ion Fe3+ memiliki elektron d5, dalam bentuk ion bebas kelima elekton tidak

berpasangan . Ion F- termasuk ligan lemah sehingga perbedaan energi orbital


t2g dengan orbital eg pada splitting tidak terlalu besar, akibatnya elektron tidak berpasangan atau tidak

mengalami eksitasi . Sebaliknya ion CN- termasuk ligan kuat sehingga


perbedaan energi orbital t2g dengan orbital eg pada splitting cukup besar, akibatnya elektron berpasangan

atau mengalami eksitasi Susunan elektron kedua ion kompleks:

a. Fe3+ b. [Fe F6]3- c.[Fe CN6]3-

ion bebas ligan lemah ligan kuat

DAFTAR PUSTAKA

Sukardjo.1992.Ikatan Kimia Koordinasi.Jakarta: PT RINEKA CIPTA.

Anda mungkin juga menyukai