Anda di halaman 1dari 7

KERANGKA ACUAN KERJA

(TERM OF REFERENCE)

2362.PEC.001
KERJASAMA KONSERVASI
KEANEKAGARAMAN HAYATI LAUT

BALAI PENGELOLAAN SUMBER DAYA PESISIR DAN LAUT PONTIANAK


DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN KELAUTAN DAN RUANG LAUT
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
TAHUN ANGGARAN
2024
KERANGKA ACUAN KERJA

Kementerian negara/lembaga : Kementerian Kelautan dan Perikanan


Unit Eselon I : Direktorat Jenderal Pengelolaan Ruang Laut
Program : Kualitas Lingkungan Hidup

Klasifikasi Rincian Output : Kerjasama

Rincian Output : Kerjasama Konservasi Keanekaragaman Hayati Laut

Volume Keluaran (Output) :1

Satuan Ukur Keluaran (Output) : Kesepakatan

A. Latar Belakang
a. Dasar Hukum
 Undang-Undang No.31 Tahun 2004 tentang Perikanan jo Undang-Undang
No.45 tahun 2007 tentang Prubahan atas Undang-Undang No.31 Tahun
2004.
 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang perubahan atas Undang –
Undang Nomor 27 tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-
Pulau Kecil
 Peraturan Pemerintah Nomor 60 tahun 2007 tentang Konservasi Sumber Daya
Ikan
 Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER. 06/MEN/2010 tentang
Rencana Strategis Kementerian Kelautan dan Perikanan 2010-2014
 Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.23/MEN/2008 dan
perubahannya PER.24/MEN/2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit
Pelaksana Teknis Kawasan Konservasi Perairan Nasional
 Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 2 tahun 2009 tentang Tata
Cara Penetapan Kawasan Konservasi Perairan
 Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER. 30/MEN/2010 tentang
Rencana Pengelolaan dan Zonasi Kawasan Konservasi Perairan

b. Gambaran Umum

Berdasarkan PP N0. 60 Tahun 2007, konservasi jenis ikan merupakan upaya


perlindungan, pelestarian dan pemanfaatan sumberdaya ikan, termasuk ekosistem,
jenis, dan genetik untuk menjamin keberadaan, ketersediaan dan kesinambungannya
2
dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas nilai dan keanekaragaman
sumberdaya ikan. Konservasi bukan hanya upaya perlindungan semata, namun juga
secara seimbang melestarikan dan memanfaatkan keberlanjutan sumberdaya ikan
yang pada akhirnya ditujukan untuk kesejahteraan masyarakat. Tingginya tekanan
terhadap sumberdaya ikan yang disebabkan karena pemanfaatan yang berlebihan,
penggunaan alat penangkapan yang tidak ramah lingkungan seperti penggunaan
potasium dan bom ikan menyebabkan kondisi ekosistem sumberdaya ikan menjadi
rusak.
Selama ini upaya konservasi tidak hanya dilakukan oleh pemerintah saja tetapi
juga dilakukan oleh kelompok – kelompok masyarakat. Upaya konservasi yang
dilakukan oleh kelompok masyarakat masih mengalami kendala yaitu minimnya
sarana dan prasarana dari biaya operasional dalam pengelolaan konservasi, oleh
karena itu sebagai upaya untuk mengoptimalkan pelaksanaan konservasi yang
dilakukan oleh kelompok masyarakat maka Pemerintah memberikan bantuan
KOMPAK kepada kelompok masyarakat yang sesuai dengan ketentuan agar lebih
giat dalam mendukung program konservasi.
Konservasi jenis ikan juga berkaitan erat dengan Kawasan Konservasi
Perairan (KKP). Untuk mewujudkan pengelolaan KKP yang berkelanjutan diperlukan
suatu pengelolaan yang terpadu dengan mengintegrasikan seluruh potensi
sumberdaya yang ada. Salah satu bentuk pengelolaan yang berpeluang
meningkatkan untuk kerja KKP adalah pengelolaan berbasis kemitraan (co-
management) sebagaimana yang dimandatkan dalam pasal 18 Peraturan
Pemerintah (PP) No. 60 Tahun 2007 tentang Konservasi Sumber Daya Ikan.
Dengan pengelolaan berbasis kemitraan tersebut, kebijakan yang muncul
akan lebih terbuka, lebih aspiratif dan dimulai dari bottom up. Dengan demikian,
Pemerintah atau Pemerintah Daerah sesuai kewenangannya dalam mengelola KKP
dapat melibatkan masyarakat melalui kemitraan antara unit organisasi pengelola
dengan kelompok masyarakat, masyarakat adat, lembaga swadaya masyarakat,
korporasi, lembaga penelitian, perguruan tinggi maupun antar instansi pemerintah
lainnya. Pola kemitraan (partnership) dalam pengelolaan KKP ini dimaksudkan agar
pelaksanaan konservasi ekosistem dan sumberdaya ikan dilakukan berdasarkan
kesepakatan kerjasama antar para pemangku kepentingan (stakeholders).

B. Penerima Manfaat
Penerima manfaat dari kegiatan ini adalah para pengambil keputusan dan
para pemangku kepentingan di tingkat lokal maupun nasional, serta kelompok
3
masyarakat mitra konservasi untuk pengelolaan KKP

C. Strategi Pencapaian Keluaran


a. Metode Pelaksanaan
Kegiatan ini dilaksanakan secara swakelola.
b. Tahapan pelaksanaan
1. Persiapan
- Menyiapkan administrasi dalam rangka pertemuan/ FGD
- Menyiapkan kebutuhan perjalanan menuju lokasi pelaksanaan
pertemuan/FGD. Perjalanan menuju lokasi kawasan konservasi dapat
ditempuh dengan menggunakan jalur darat dan sungai.
2. Pelaksanaan
- Dalam pelaksanaan kegiatan ini, narasumber yang dihadirkan berasal dari
Instansi/Organisasi/Lembaga yang ikut dalam mengelola Kawasan Sekitar
Mahakam Hulu. Hal ini juga bertujuan untuk melihat peran, regulasi dan
pola kerjasama yang mungkin dilakukan dalam kegiatan kerjasama ini.
- Kegiatan berupa FGD dengan pemerintah daerah setempat, yayasan dan
lembaga yang bergerak didalam kegiatan konservasi di Mahakam Hulu
hingga kelompok masyarakat penggerak konservasi, dan perguruan tinggi.
FGD ini membahas penyusunan perjanjian kerjasama yang dapat dilakukan
dalam rangka pengelolaan dan pemanfaatan kawasan konservasi Mahakam
Hulu
- Hasil pertemuan berupa kerjasama dalam pengelolaan jenis dan ekosistem
penting lainnya yang berada di Kawasan Konservasi Perairan Mahakam
Wilayah Hulu.
3. Pelaporan
- Laporan kegiatan berupa notulensi dan perjanjian kerja sama antara Ditjen
Pengelolaan Ruang Laut dengan salah satu yayasan/lembaga atau
peguruan tinggi yang memiliki peran dan keikutsertaan dalam pengelolaan
Kawasan Konservasi Perairan Mahakam Wilayah Hulu

4
D. Kurun Waktu Pencapaian Keluaran
Adapun rencana jadwal pelaksanaan kegiatan dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Bulan Ke
No Kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1. Persiapan
2. Pelaksanaan
3. Pelaporan

E. Biaya Yang Diperlukan

Kebutuhan anggaran untuk membiayai kegiatan ini berasal dari APBN Tahun
Anggaran 2024. Adapun pagu anggaran yang dialokasikan adalah sebesar
Rp.70.000.000 (Tujuh Puluh Juta Rupiah) dengan rincian anggaran biaya (RAB)
sebagaimana terlampir.

Jakarta, 13 Oktober 2023


Kepala BPSPL Pontianak

Syarif Iwan Taruna Alkadrie, S.T., M.Si


NIP. 19740513 200901 1 004

5
RINCIAN ANGGARAN BELANJA (RAB)
Kementerian/Lembaga : : Kementerian Kelautan dan Perikanan
Unit Eselon II/Satker : Balai Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut (BPSPL) Pontianak
Program : Kualitas Lingkungan Hidup
Klasifikasi Rincian Output : Kerjasama
Rincian Output : Kerjasama Konservasi Keanekaragaman Hayati Laut
Volume :1
Satuan Ukur : Kesepakatan
Alokasi Dana :Rp.70.000.000

Kodefikas PROGRAM / KEGIATAN / OUTPUT / SUB OUTPUT / KOMPONEN / SUB KOMPONEN / Harga Jumlah
Volume Unit
i AKUN / DETIL Satuan Biaya
2362 Perlindungan dan Pemanfaatan Kawasan Konservasi dan Keanekaragaman Hayati Laut 70,000,000
PEC Kerjasama 1 Kerjasama 70,000,000
001 Kerjasama Konservasi Keanekaragaman Hayati Laut 70,000,000
051 Penyusunan Kesepakatan Bersama 70,000,000
A Penyusunan Kesepakatan Bersama 70,000,000
521211 Belanja Bahan 1,600,000
- Penggandaan 1 PAKET 500,000 500,000
- Spanduk 1 BUAH 150,000 150,000
- Perlengkapan Kegiatan 1 Paket 950,000 950,000
Harddisk 700,000

Tinta Printer 250,000

524111 Belanja Perjalanan Dinas Biasa 48,000,000


- Perjalanan dalam rangka koordinasi/ pelaksanaan kegiatan/ narasumber 4 OK 12,000,000 48,000,000
Pesawat PP 6,000,000

Taksi Bandara Kantor [PP] 800,000

UH 2,150,000
Syarif Iwan Taruna Alkadrie, S.T., M.Si
NIP. 19740513 200901 1 004

Penginapan 3,050,000

524114 Belanja Perjalanan Dinas Paket Meeting Dalam Kota 20,400,000


Transport Peserta [20 ORANG x 2 KALI] 40 OK 150,000 6,000,000
Paket Fullday di Kalimantan Timur [20 ORANG X 2 KALI] 40 OK 360,000 14,400,000

Anda mungkin juga menyukai