Anda di halaman 1dari 6

FORM LAPORAN

KAJIAN KLINIK KEISLAMAN

Nama mahasiswa : Susi Hendriyati


Tempat pelaksanaan : Ruang Bersalin, RS Dr. Soedirman Kebumen
Hari/ Tanggal : Jumat, 27 Oktober 2023
Tema : Pandangan Islam terhadap Pemberian ASI
KOMPONEN URAIAN
1. KASUS Pada hari Jumat tanggal 27 Oktober 2023 pukul 10.00 Wib Ny W, umur 25
tahun G1P0A0 melahirkan bayi laki-laki, dengan spontan di Ruang
Bersalin Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Soedirman Kebumen. Saat lahir,
bayi menangis kuat, warna kulit kemerahan dan gerak aktif. Setelah itu
bayi dilakukan IMD, bayi ditaruh di dada ibunya agar bisa menyusu.
Setelah selesai persalinan, pasien mengatakan kepada bidan, bayinya belum
bisa menyusu dan ASI belum keluar, jadi ibu berencana untuk memberikan
susu formula saja. Mendapat pernyataan tersebut, kemudian bidan
memberikan penjelasan kepada pasien tentang pandangan Islam terhadap
pemberian ASI terhadap bayi baru lahir.
2. RUMUSAN Bagaimana pandangan Islam terhadap pemberian ASI terhadap bayi baru
MASALAH lahir?
3. PEMBAHASAN Menyusui adalah perilaku fitrah dari seorang ibu kepada bayinya.
Dalam keadaan sakit atau kurang gizi, menyusui dapat menyelamatkan
hidup bayi. Dalam kemiskinan menyusui menjadi satu-satunya pekerjaan
yang sangat alamiah. Menyusui telah terbukti mampu melindungi bayi dari
serangan penyakit dan dapat meningkatkan kondisi kesehatan ibu.
Menyusui juga mampu sebagai perekat jalinan kasih sayang antara ibu dan
anak. ASI juga menjadi hak setiap insan yang terlahir ke dunia. Kandungan
ASI yang lengkap akan menjadi percuma bilamana tidak diaplikasikannya
dalam proses menyusui.
Hikmah dan anjurannya bukan hanya tercantum dalam aturan
pemerintah melainkan jelas terurai dalam kalam Alquran. Lembaga
Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan pemberian Air Susu Ibu
(ASI) secara Eksklusif kepada bayi selama enam bulan pertama kehidupan
bayi dan melanjutkan menyusui bersama dengan makanan pendamping
sampai usia dua tahun, karena ASI merupakan makanan terbaik bagi bayi
dan mampu mendukung pertumbuhan serta perkembangan bayi. Pemberian
ASI pada bayi mempunyai manfaat. ASI sebagai anti bodi, dalam
menciptakan sumber daya manusia yang sehat dan berkualitas sesuai
penerapan ASI pada masa pembentukan fisik, psikis, sosial, spiritual. Bayi
yang mengonsumsi ASI Eksklusif dapat terhindar dari risiko kematian yang
diakibatkan diare sebesar 3,9 kali dan Infeksi Saluran Nafas Atas (ISPA)
sebesar 2,4 kali. Bayi yang diberikan ASI secara Ekslusif pada bulan
pertama kelahirannya tidak rentan terhadap penyakit dibandingkan bayi
yang diberi selain ASI atu susu formula (Yuliani, 2021). Kandungan dalam
ASI yang lengkap mampu mencegah penyakit fisik akut termasuk penyakit
gastrointestinal, otitis media, infeksi saluran atas (ISPA), dan entero
nekrotikans neonatal kolitis juga bisa mencegah dari penyakit kronis seperti
asma, alergi, dan obesitas dan bagi ibu dapat bermanfaat sebagai
kontrasepsi alamiah. Hisapan bayi pada puting susu ibu akan merangsang
ujung saraf sensoris di sekitar payudara, rangsangan ini kemudian akan
disampaikan ke otak dan merangsang hipofisis anterior untuk memproduksi
hormon prolaktin agar dapat merangsang sel-sel alveoli.
Dalam syariat Islam Allah swt. memerintahkan para ibu untuk
menyusui anak-anaknya sebagai isyarat cinta kepada para hamba-Nya,
dimana mengenai tugas istri untuk menyusui anaknya sebagai bentuk
kemuliaan baginya. Sebagaimana Firman Allah swt. dalam”QS. Al-
Baqarah [2]: 233, QS. Luqmân [31]: 14, dan QS. Al-Ahqâf [46]: 15”bahwa
anak adalah anugerah sehingga tahapan membentuknya, dimulai dari
seorang insan mencari pasangan hidup sejalan syariat Islam, memahami
kajian dalam bulan madu, menjaganya, dalam kandungan dengan bekal
taqwa dan setelah masa itu Allah membimbing untuk mulai menyapihnya.
Isyarat lain yang ditunjukkan Allah meliputi pendidikan anak pada rentang
usia nol sampai dua tahun berada di pangkuan ibunya sehingga seorang ibu
disebut sebagai madrasah Al-ula bagi seorang anak. Hal itu disebabkan air
susu berasal dari darah ibu yang kemudian dihisap oleh anak dan menjadi
darah dan daging serta tulang si anak sehingga akan berpengaruh bagi,
perkembangan akhlak anak. Bahkan jika pun ada kemudharatan dalam
menyusui, mencari ibu susupun perlu diperhatikan kesehatan, akhlak, dan
wataknya karena pengaruh ASI tidak hanya pada perkembangan fisiknya,
tapi akhlak dan watak anak juga akan terpengaruh. Hal ini membuktikan
bahwa proses menyusui merupakan salah satu tahapan berkesinambungan
bagi orang tua dalam membentuk keturunan yang berkualitas shalih,
thayyibah, qurrata a’yun dan imam al-muttaqin. ”Al-Qur’an sebagai hudan
and way of life, memerintahkan para ibu untuk menyusukan anaknya
hingga dua tahun. Jika Al-Qur’an memerintahkan suatu pekerjaan, tentu di
dalamnya ada maslahat dan manfaat. Serta sebaliknya jika, perintah
tersebut diabaikan maka akan memunculkan ketidaksempurnaan, pada
kehidupan manusia. Sesuai dengan Firman Allah SWT dalam”QS. Al-
Baqarah [2]: 233
‫َو اْلٰو ِلٰد ُت ُيْر ِض ْع َن َاْو اَل َد ُهَّن َح ْو َلْيِن َك اِم َلْيِن ِلَم ْن َاَر اَد َاْن ُّيِتَّم الَّر َض اَع َۗة َو َع َلى اْلَم ْو ُلْو ِد َلٗه ِر ْز ُقُهَّن‬
‫َوِكْس َو ُتُهَّن ِباْلَم ْع ُرْو ِۗف اَل ُتَك َّلُف َنْفٌس ِااَّل ُو ْس َعَهۚا اَل ُتَض ۤا َّر َو اِلَد ٌةۢ ِبَو َلِد َها َو اَل َم ْو ُلْو ٌد َّلٗه ِبَو َلِدٖه َو َع َلى‬
‫اْلَو اِر ِث ِم ْثُل ٰذ ِلَۚك َفِاْن َاَر اَدا ِفَص ااًل َع ْن َتَر اٍض ِّم ْنُهَم ا َو َتَش اُو ٍر َفاَل ُجَناَح َع َلْيِهَم ۗا َو ِاْن َاَر ْد ُّتْم َاْن‬
‫َتْسَتْر ِض ُع ْٓو ا َاْو اَل َد ُك ْم َفاَل ُجَناَح َع َلْيُك ْم ِاَذ ا َس َّلْم ُتْم َّم ٓا ٰا َتْيُتْم ِباْلَم ْع ُرْو ِۗف َو اَّتُقوا َهّٰللا َو اْعَلُم ْٓو ا َاَّن َهّٰللا ِبَم ا‬
‫۝‬٢ ‫َتْع َم ُلْو َن َبِص ْيٌر‬
“Para ibu hendaklah menyusui anak-anaknya selama dua tahun penuh,
yaitu bagi yang ingin menyempurnakan, penyusuan dan kewajiban ayah,
memberikan makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara yang ma’ruf.
Seseorang tidak dibebani, kecuali sesuai dengan kemampuannya. Janganlah
seorang ibu dibuat menderita karena anaknya dan jangan pula ayahnya
dibuat menderita karena anaknya. Ahli waris pun seperti itu pula. Apabila
keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun) berdasarkan persetujuan dan
musyawarah antara keduanya, tidak ada dosa atas keduanya. Apabila kamu
ingin menyusukan anakmu (kepada orang lain), tidak ada dosa bagimu jika
kamu memberikan pembayaran dengan cara yang patut. Bertakwalah
kepada Allah dan ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah Maha Melihat apa
yang kamu kerjakan.
Dasar Hukum menyapih adalah wajib bagi seorang yang mampu
dalam artian memiliki kesehatan yang cukup untuk memberikan ASI
kepada bayinya. Sebaliknya, jika seorang wanita tidak mau menyusui
anaknya sementara ia dalam kondisi sehat dan tidak memiliki alasan yang
masuk akal, maka ia akan mendapat ancaman dari Allah. Hukumnya
sunnah bagi Seorang wanita yang tidak dapat memberikan, ASI kepada
anaknya dengan alasan sesuai syara’, namun tetap dianjurkan mencarikan
ibu susuan berdasarkan firman Allah dalam”
QS. Al-Thalaq [65]: 6
‫َأْس ِكُنوُهَّن ِم ْن َح ْيُث َس َك نُتم ِّم ن ُو ْج ِد ُك ْم َو اَل ُتَض ٓاُّر وُهَّن ِلُتَض ِّيُقو۟ا َع َلْيِهَّن ۚ َو ِإن ُك َّن ُأ۟و َٰل ِت َحْمٍل‬
‫َفَأنِفُقو۟ا َع َلْيِهَّن َح َّتٰى َيَض ْع َن َحْم َلُهَّن ۚ َفِإْن َأْر َض ْع َن َلُك ْم َفَٔـاُتوُهَّن ُأُجوَر ُهَّن ۖ َو ْأَتِم ُرو۟ا َبْيَنُك م ِبَم ْعُروٍف ۖ َو ِإن‬
‫َتَع اَس ْر ُتْم َفَس ُتْر ِض ُع َل ٓۥُه ُأْخ َر ٰى‬
” Artinya: Tempatkanlah mereka (para isteri) di mana kamu bertempat
tinggal menurut kemampuanmu dan janganlah kamu menyusahkan mereka
untuk menyempitkan (hati) mereka. Dan jika mereka (isteri-isteri yang
sudah ditalaq) itu sedang hamil, maka berikanlah kepada mereka nafkahnya
hingga mereka bersalin, kemudian jika mereka menyusukan (anak-anak)mu
untukmu maka berikanlah kepada mereka upahnya, dan musyawarahkanlah
di antara kamu (segala sesuatu) dengan baik; dan jika kamu menemui
kesulitan maka perempuan lain boleh menyusukan (anak itu) untuknya.
Selain al-Qur’an, Rasulullah pun memberikan apresiasi kepada ibu
yang mau menyusui bayinya sebagaimana tercantum dalam hadis berikut
ini:
"Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pernah memperoleh beberapa
orang tawanan perang. Tiba-tiba ada seorang perempuan dan ia mencari
bayinya dalam kelompok tawanan itu, maka ia mengambil dan
membuainya serta menyusuinya. Melihat hal itu Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam bertanya kepada kami: 'Menurut kalian,
apakah perempuan itu tega melemparkan bayinya ke dalam api?' Kami
menjawab: 'Demi Allah, sesungguhnya ia tidak akan tega melemparkan
anaknya ke dalam api selama ia masih sanggup menghindarkannya dari
api tersebut.' Lalu Rasulullah bersabda: 'Sungguh, kasih sayang
Allah terhadap hamba-Nya melebihi kasih sayang perempuan itu terhadap
anaknya."(Hadis Riwayat Muslim)
Hadis di atas dapat memberikan gambaran bahwa Allah Swt
memberikan kasih sayang yang berlimpah kepada para ibu karena kasih
sayangnya kepada anak yang diwujudkan antara lain dengan menyusui.
Ajaran yang menunjukkan bahwa Islam memuliakan para ibu yang sedang
dalam masa menyusui adalah dengan memberikan keringanan (rukhshah)
untuk dapat tidak menjalankan puasa Ramadan dan tidak perlu mengganti
dengan puasa (qadla) di luar bulan Ramadan, akan tetapi cukup
menggantinya dengan membayar fidyah. Keringanan ini diberikan oleh
Islam karena ibu menyusui dan ibu hamil digolongkan pada orang dalam
kondisi berat untuk berpuasa. Sebagaimana perkataan Ibnu Hibban kepada
seorang ibu yang hamil:
“Engkau termasuk orang yang berat berpuasa, maka engkau wajib
membayar fidyah dan tidak usah mengganti puasa (qadla).” [HR. Al-Bazar
dan dishahihkan Ad-Daruquthni]
“Diriwayatkan dari Anas bin Malik, bahwa ia berkata: Rasulullah
saw telah bersabda: Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla telah
membebaskan puasa dan separuh shalat bagi orang yang bepergian serta
membebaskan puasa dari perempuan yang hamil dan menyusui.” [HR. An-
Nasa’i]
Penerapan yang menyeluruh dalam pemberian ASI secara eksklusif
menjadi harapan pemerintah untuk meningkatkan prevalensi kesehatan
Negara. Kematian banyak terjadi pada masa neonatal selain perihal infeksi
ataupun kurangnya penerapan pelayanan yang baik dan benar pada bayi
baru lahir terdapat hal penting yang menjadi pemicu meningkatnya
kematian, yaitu kurangnya penerapan ASI secara eksklusif. Sehubungan
dengan Sustainable, Development Goals (SDGs), atau tujuan pembangunan
berkelanjutan 2030, menyusui merupakan salah satu langkah pertama bagi
seorang manusia untuk mendapatkan kehidupan yang sehat dan sejahtera.
Hal ini diterangkan dalam konteks Indonesia dengan tema “Bekerja
Bersama untuk Keberlangsungan Pemberian ASI” bahwa Pekan ASI
Sedunia (PAS) dalam pengamatan menyusui menjadi kunci keberhasilan
SDGs tahun 2030.
Hikmah Menyusui
Masih mengutip sumber yang sama, Al-Qur'an juga menunjukkan, betapa
pentingnya menyusui dan hikmahnya, serta bagaimana penyusuan telah
membuahkan ikatan kejiwaan dan perasaan yang luar biasa antara ibu dan
anak.
Ada salah satu ayat menyatakan bahwa tidak ada seorang ibu yang
melepaskan bayinya ketika sedang menyusu, kecuali bila ia dalam keadaan
bahaya. Seperti dalam firman Allah dalam QS Al-Hajj ayat 2:

‫َيْو َم َتَر ْو َنَها َتْذ َهُل ُك ُّل ُم ْر ِض َعٍة َع َّم ٓا َاْر َض َع ْت َو َتَض ُع ُك ُّل َذ اِت َحْمٍل َحْم َلَها َو َتَر ى الَّناَس‬
‫ُس ٰك ٰر ى َو َم ا ُهْم ِبُس ٰك ٰر ى َو ٰل ِكَّن َع َذ اَب ِهّٰللا َش ِد ْيٌد‬
Artinya: "(Ingatlah) pada hari ketika kamu melihatnya (goncangan itu),
semua perempuan yang menyusui anaknya akan lalai terhadap anak yang
disusuinya, dan setiap perempuan yang hamil akan keguguran
kandungannya, dan kamu melihat manusia dalam keadaan mabuk, padahal
sebenarnya mereka tidak mabuk, tetapi azab Allah itu sangat keras."
Di samping itu, mengutip buku Pendidikan Karakter Anak Pra Baligh
Berbasis Quran oleh Aas Siti Sholichah, ASI memang dapat meningkatkan
kekebalan tubuh bayi dan membuat bayi menjadi tumbuh sehat. Hasil
analisis medis dan ahli gizi juga menunjukkan bahwa ASI menjadi saripati
murni makanan bayi.

4. KESIMPULAN 1. Menyusui adalah perilaku fitrah dari seorang ibu kepada bayinya
2. Dalam syariat Islam Allah swt. memerintahkan para ibu untuk
menyusui anak-anaknya sebagai isyarat cinta kepada para hamba-Nya,
dimana mengenai tugas istri untuk menyusui anaknya sebagai bentuk
kemuliaan baginya.
3. Allah Swt memberikan kasih sayang yang berlimpah kepada para
ibu karena kasih sayangnya kepada anak yang diwujudkan antara lain
dengan menyusui
4. Islam memuliakan para ibu yang sedang dalam masa menyusui adalah
dengan memberikan keringanan (rukhshah) untuk dapat tidak
menjalankan puasa Ramadan dan tidak perlu mengganti dengan puasa
(qadla) di luar bulan Ramadan, akan tetapi cukup menggantinya
dengan membayar fidyah
5. Hikmah menyusui adalah membuahkan ikatan kejiwaan dan perasaan
yang luar biasa antara ibu dan anak

Anda mungkin juga menyukai