HSI Silsilah Ushulus Sittah
HSI Silsilah Ushulus Sittah
الحمد هلل والصالة والسالم على رسول هللا وعلى آله وصحبه ومن وااله
Halaqah yang pertama dari Silsilah ‘Ilmiyyah Penjelasan Kitab Al-Ushulu As-
Sittah yang dikarang oleh Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab At Tamimi
Rahimahullah.
Dan ini adalah termasuk karangan beliau yang sangat bermanfaat. Dan dia
meskipun ringkas akan tetapi mengandung banyak faedah. Yang
hendaknya seorang muslim mengetahui faedah-faedah ini.
Beliau menyebutkan di dalam kitab ini, enam perkara yang sangat penting.
Beliau adalah seorang ulama yang bernama Syaikh Muhammad bin Abdul
Wahab bin Sulaiman At Tamimi. Beliau lahir pada tahun 1115 Hijriyyah dan
menimba ilmu agama ini semenjak kecil. Dan diantara gurunya adalah
bapak beliau sendiri, demikian pula ulama-ulama besar yang lain di zaman
beliau, seperti Asy Syaikh Muhammad Al Hayah As Sindi, dan juga yang lain.
Dan beliau meninggal pada tahun 1206 Hijriyyah. Dan telah meninggalkan
karangan yang sangat banyak, yang sangat bermanfaat.
Diantaranya adalah:
– Al Ushul Ats-Tsalatsah
– Al Qawa’idul Arba’
– Ushulul Iman
– Kasyfusy Syubuhat
– Kitabut Tauhid
Dan diantaranya adalah kitab yang Insya Allah akan kita pelajari yaitu Al-
Ushulu As-Sittah.
Beliau berkata,
Meniru dan mengikuti apa yang Allah lakukan di dalam Al Qur’anul Karim,
karena Allah Subhānahu wa Ta’āla memulai kitabnya dengan basmalah.
Kalimat yang mufrad, yang tunggal, yaitu ism dan dia disandarkan kepada
kalimat lafdzul jalalah dan ini maknanya adalah mencakup seluruh nama
Allah Subhānahu wa Ta’āla.
Allah (lafdzul jalalah) adalah nama Allah yang paling a’dham (paling besar)
yang disandarkan kepadanya nama-nama Allah yang lain.
Ar-Rahman adalah kasih sayang Allah yang lebih umum mencakup orang
yang beriman dan mencakup orang yang kafir kepada Allah Subhānahu wa
Ta’āla.
Orang kafir juga mendapatkan bagian dari kasih sayang Allah Subhānahu
wa Ta’āla.
Berupa hidayah kepada jalan yang lurus, berupa keimanan, berupa rasa
tenang ketika dzikrullah.
Ini semua adalah termasuk kasih sayang Allah Subhānahu wa Ta’āla akan
tetapi dikhususkan oleh Allah Subhānahu wa Ta’āla kepada orang-orang
yang beriman dengan Allah Subhānahu wa Ta’āla.
Itu yang bisa kita sampaikan, semoga yang sedikit ini bermanfaat.
للا وبركاته
ّ والسالم عليكم ورحمة
السالم عليكم ورحمة هللا وبركاته
الحمد هلل والصالة والسالم على رسول هللا وعلى آله وصحبه ومن وااله
Halaqah yang ke dua dari Silsilah ‘Ilmiyyah Penjelasan Kitab Al-Ushulu As-
Sittah yang dikarang oleh Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab At Tamimi
rahimahullah.
ُ ُ ب ِستَّةُ أ
صول بَيَّنَ َها هللاُ تَعَالَى بَيَانًا ِ علَى قُد َرةِ ال َم ِل ِك الغ ََّال ِ َوأَكبَ ِر اآليَا، ب
َ ت الدَّالَ ِة ِ ِمن أَع َج
ِ ب العُ َجا
َّ ُظنُّه
َالظانُّون ُ اض ًحا ِلل َع َّوام فَوقَ َما ي
ِ َو
Dipahami oleh sebagian orang, bahkan orang yang awam, akan tetapi di
sana ada orang yang cerdas atau bahkan dianggap pintar dan ulama oleh
sebagian manusia, akan tetapi ternyata dia salah di dalam memahami
enam perkara ini.
Dan ini menunjukkan kepada kita bahwasanya hidayah dan taufiq adalah
di tangan Allah Subhānahu wa Ta’āla, tidak berkaitan dengan kecerdasan
seseorang.
شآء
َ َشا ٓ ُء َويَهدِى َمن ي
َ َُض ُّل َمن ي
ِ ي
Dan kita jangan bertawakal dengan ilmu yang kita miliki, kecerdasan yang
kita miliki, meminta kepada Allah Subhānahu wa Ta’ala petunjuk supaya
Allah menunjukkan kepada kita kebenaran dan menjauhkan kita dari
syubhat dan juga kebathilan.
Itu yang bisa kita sampaikan, semoga yang sedikit ini bermanfaat.
للا وبركاته
ّ والسالم عليكم ورحمة
السالم عليكم ورحمة هللا وبركاته
الحمد هلل والصالة والسالم على رسول هللا وعلى آله وصحبه ومن وااله
Halaqah yang ke tiga dari Silsilah ‘Ilmiyyah Penjelasan Kitab Al-Ushulu As-
Sittah yang dikarang oleh Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab At Tamimi
rahimahullah.
Beliau mengatakan,
شتَّى
َ ِمن ُو ُجوه
“Dengan ucapan yang dipahami oleh bahkan orang yang paling bodoh
diantara orang-orang awam.”
Dan diantara buktinya, surat yang pertama, demikian pula surat yang
terakhir isinya adalah tentang masalah tauhid.
ُِين ۞ ِإيَّاكَ نَعۡ بُ ُد َو ِإيَّاكَ ن َۡستَ ِعين َّ ۞ َِل َربّ ِ ۡٱل َع ٰـلَ ِمين
َّ ٱلر ۡح َم ٰـ ِن
ِ ٱلر ِح ِيم ۞ َم ٰـ ِل ِك َي ۡو ِم ٱل ّد ِ َّ ِ ۡٱل َحمۡ ُد
Di dalamnya ada:
• Tauhid rububiyah
• Tauhid al uluhiyyah
Demikian pula kisah nabi Shalih, nabi Hud, nabi Syu’aib dan juga nabi-nabi
yang lain.
Kenapa demikian?
Diantara sebabnya adalah:
Tidak mau mempelajari agama Allah, sibuk dengan yang lain (sibuk dengan
dunianya, sibuk dengan hobinya).
Dan dia berpaling tidak mau menekuni dan tidak mau mempelajari agama
Allah Subhānahu wa Ta’āla.
2. Al Kibr (sombong).
Dia mengetahui kebenaran akan tetapi dia tidak mau mengamalkan dan
menerima kebenaran tersebut.
Semua itu adalah termasuk kebaikan, akan tetapi bukan tujuan utama
diturunkannya Al Qur’an.
ِ ِكتَ ٰـب أَنزَ لنَ ٰـهُ إِلَيكَ ُمبَ ٰـ َرك ِلّيَ َّدب َُّر ٓوا َءايَ ٰـتِ ِهۦ َو ِليَتَ َذ َّك َر أُولُوا ٱْلَلبَ ٰـ
ب
Sebuah Kitab (Al Qur’an) yang Kami turunkan kepadamu yang berbarokah
supaya mereka manusia mentadabburi ayat-ayat Allah Subhānahu wa
Ta’āla, memikirkan, membaca, kemudian memahami maknanya dan
memikirkan makna tersebut. Dan supaya orang-orang yang cerdas dan
berakal mengingat Allah Subhānahu wa Ta’āla dengan membaca ayat-ayat
tersebut.
Itu yang bisa kita sampaikan, semoga yang sedikit ini bermanfaat.
للا وبركاته
ّ والسالم عليكم ورحمة
السالم عليكم ورحمة هللا وبركاته
الحمد هلل والصالة والسالم على رسول هللا وعلى آله وصحبه ومن وااله
mereka jauh dari ilmu agama, jauh dari bimbingan para ulama, jauh dari
petunjuk Al Qur’an dan juga hadits, maka syaithan menampakkan kepada
mereka, bahwasanya tauhid (meng-Esa-kan Allah Subhānahu wa Ta’āla) itu
artinya adalah meremehkan orang-orang yang shalih dan meremehkan
hak-hak meraka. Dan ini adalah salah satu bentuk talbis dari syaithan
dalam usaha menyesatkan manusia.
ُٱِل َما لَ ُكم ِ ّم ۡن إِ ٰلَه غ َۡي ُره ۡ س ۡلنَا نُو ًحا إِلَ ٰى قَ ۡو ِم ِهۦ فَقَا َل ٰيَقَ ۡو ِم
َ َّ ٱعبُدُوا َ َولَقَ ۡد أَ ۡر
Dan sungguh, Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya, maka beliau
berkata, “Wahai kaumku! Sembahlah Allah, tidak ada sesembahan yang
berhak disembah oleh kalian selain Dia.”
Namun ternyata yang mengikuti dakwah beliau dan ajakan beliau adalah
orang yang sangat sedikit dan menganggap bahwasanya apabila kita
hanya menyembah Allah Subhānahu wa Ta’āla, seakan-akan kita ini telah
meremehkan orang-orang yang shalih. Ini adalah termasuk talbis dari iblis
laknatullah).
Oleh karena itu banyak diantara mereka yang menolak dakwahnya nabi
Nuh alayhissallam.
Apabila diminta dan diseru hanya menyembah kepada Allah, hati mereka
resah, hati mereka gelisah.
َوب ٱلَّذِينَ َال ي ُۡؤ ِمنُونَ بِ ۡٱْلٓ ِخ َرةِ َو ِإ َذا ُذ ِك َر ٱ َّلذِينَ ِمن دُونِ ِهۦٓ ِإ َذا ه ُۡم يَ ۡست َۡب ِش ُرون
ُ ُٱش َمأ َ َّز ۡت قُل
ۡ ُٱِلُ َو ۡح َده
َّ َو ِإ َذا ُذ ِك َر
Tapi ketika disebutkan bersama Allah yang lain, maka tiba-tiba hati
mereka menjadi sangat gembira, bahagia.
Dan ini sekali lagi adalah termasuk talbis syaithan yang sudah berjanji dari
awal di hadapan Allah Subhānahu wa Ta’āla untuk menyesatkan manusia
dan menghias-hiasi diantara mereka yang bathil menjadi benar, yang benar
menjadi bathil dengan berbagai cara. Bagaimana supaya mereka
menyimpang dari shirathal mustaqim, dari jalan yang lurus. Entah
menyimpangnya ke kanan, atau ke kiri, atau ke atas, atau ke bawah, yang
jelas mereka menyimpang dari jalan yang lurus. Dari mana bisa digoda,
maka mereka akan menggodanya.
ۡ َ ص ٰ َر
ِ ۞ َْل َ ۡقعُ َد َّن لَ ُه ۡم
َ طكَ ٱل ُم ۡستَ ِق
يم
Itu yang bisa kita sampaikan, semoga yang sedikit ini bermanfaat.
للا وبركاته
ّ والسالم عليكم ورحمة
السالم عليكم ورحمة هللا وبركاته
الحمد هلل والصالة والسالم على رسول هللا وعلى آله وصحبه ومن وااله
Halaqah yang ke lima dari Silsilah ‘Ilmiyyah Penjelasan Kitab Al-Ushulu As-
Sittah yang dikarang oleh Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab At Tamimi
rahimahullah.
Dan ini adalah termasuk makar dan juga tipu daya syaithan.
Ada batasan-batasan yang telah ditentukan oleh Allah dan Rasul-Nya dan
tidak boleh penghormatan kita kepada orang-orang yang shalih melebihi
dari batasan-batasan ini.
Kalau sampai melebihi maka berarti masuk di dalam apa yang dinamakan
dengan Al Ghuluw (berlebih-lebihan) terhadap orang-orang yang shalih.
Oleh karena itu Allah Subhānahu wa Ta’āla mencela ahlul kitab karena
mereka berlebih-lebihan terhadap nabi Isa alayhissallam.
Beliau adalah seorang Rasul, seorang hamba, tetapi mereka saking ghuluw-
nya (berlebih-lebihan), mengatakan bahwasanya Nabi Isa adalah anak
Allah Subhānahu wa Ta’āla.
ِٱِل
َّ سو ُل ُ سى ٱبنُ َمريَ َم َر َ ٱِل إِ َّال ٱل َح َّق إِنَّ َما ٱل َم ِسي ُح ِعي
ِ َّ علَى ِ يَ ٰـٓأَه َل ٱل ِكتَ ٰـ
َ ب َال تَغلُوا فِى دِينِ ُكم َو َال تَقُولُوا
س ِل ِه
ُ ٱِل َو ُر ِ ََٔو َك ِل َمتُهُۥٓ أَلقَ ٰى َها ٓ إِلَ ٰى َمريَ َم َو ُروح ِ ّمن ُهفَـ
ِ َّ ِامنُوا ب
Wahai Ahlul Kitab, janganlah kalian ghuluw di dalam agama kalian dan
janganlah kalian mengatakan atas nama Allah kecuali yang Haq (kecuali
yang memang ada dalilnya). Sementara ucapan mereka, Isa adalah anak
Allah, ini adalah suatu yang tanpa ada dalil dari Allah. Sesungguhnya Isa bin
Maryam adalah seorang Rasulullah, bukan seorang anak Allah dan kalimat
Allah yang Allah tiupkan pada Maryam, yaitu dengan ucapan Allah kun
fayakun.
Dan ke dua kita bersaksi bahwasanya beliau adalah seorang Rasul, artinya
harus dibenarkan dan diikuti syar’iatnya.
Tidak ada yang lebih mulia kedudukannya di sisi Allah daripada beliau
shallallāhu ‘alayhi wa sallam.
Itu yang bisa kita sampaikan, semoga yang sedikit ini bermanfaat.
للا وبركاته
ّ والسالم عليكم ورحمة
السالم عليكم ورحمة هللا وبركاته
الحمد هلل والصالة والسالم على رسول هللا وعلى آله وصحبه ومن وااله
Halaqah yang ke enam dari Silsilah ‘Ilmiyyah Penjelasan Kitab Al-Ushulu As-
Sittah yang dikarang oleh Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab At Tamimi
rahimahullah.
Beliau mengatakan,
Artinya apa yang Allah perintahkan tersebut bukanlah sesuatu yang sulit
untuk dipahami.
َٱِل َح َّق تُقَاتِ ِهۦ َو َال تَ ُموت ُ َّن إِ َّال َوأَنتُم ُّم ۡس ِل ُمون ٓ
َ َّ ٰيَأَيُّ َها ٱلَّذِينَ َءا َمنُوا ٱتَّقُوا
Jelas ayat ini menunjukkan kepada kita tentang perintah dari Allah
Subhānahu wa Ta’āla supaya kita semuanya bersatu di dalam berpegang
teguh dengan Al Qur’an, berpegang teguh dengan As Sunnah, berpegang
teguh dengan agama ini.
َ َو َال تَ ُكونُوا كَٱلَّذِينَ تَف ََّرقُوا َوٱختَلَفُوا ِمن بَع ِد َما َجا ٓ َء ُه ُم ٱلبَيِّنَ ٰـتُ ۚ َوأُولَ ٰـٓئِكَ لَ ُهم
َ ع َذاب
ع ِظيم
س ٰ ٓى أَ ۡن
َ س ٰى َو ِعي َّ ِي أَ ۡو َح ۡينَا ٓ إِلَ ۡيكَ َو َما َو
َ ص ۡينَا بِ ِهۦٓ إِ ۡب ٰ َره
َ ِيم َو ُمو ٓ ص ٰى بِ ِهۦ نُوحٗ ا َوٱلَّذ ِ ع لَ ُكم ِ ّمنَ ٱل ّد
َّ ِين َما َو َ ش ََر
أَقِي ُموا ٱل ّدِينَ َو َال تَتَف ََّرقُوا فِي ِه
Perintah dari Allah Subhānahu wa Ta’āla dan ini yang diwahyukan oleh
Allah kepada Nuh, kepada Ibrahim, Musa, dan Isa, kepada Rasulullah
shallallāhu ‘alayhi wa sallam supaya kita menjalankan agama ini dan
supaya kita tidak saling berselisih dan berpecah belah diantara kita.
َّ إِ َّن ٱلَّذِينَ فَ َّرقُوا دِينَ ُه ۡم َوكَانُوا ِشيَ ٗعا لَّ ۡستَ ِم ۡن ُه ۡم فِي ش َۡيء إِنَّ َما ٓ أَمۡ ُره ُۡم إِلَى
ِٱِل
َونَ َهانَا أَن نَ ُكونَ كَالذِينَ تَف ََّرقُوا َواختَلَفُوا قَبلَنَا فَ َهلَ ُكوا
Itulah yang bisa kita sampaikan pada kesempatan kali ini, semoga apa
yang kita sampaikan bermanfaat dan sampai bertemu kembali pada
pertemuan yang akan datang.
للا وبركاته
ّ والسالم عليكم ورحمة
السالم عليكم ورحمة هللا وبركاته
الحمد هلل والصالة والسالم على رسول هللا وعلى آله وصحبه ومن وااله
Halaqah yang ke tujuh dari Silsilah ‘Ilmiyyah Penjelasan Kitab Al-Ushulu As-
Sittah yang dikarang oleh Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab At Tamimi
rahimahullah.
Beliau mengatakan
َ َو َذك ََر أَنَّهُ أَ َم َر ال ُمس ِل ِمينَ بِاالجتِ َماعِ فِي ال ّدِي ِن َونَ َهاهُم
ِ ع ِن التَّف َُّر
ق فِي ِه
Dan kejelasan ini menjadi lebih jelas dengan apa yang ada dan datang di
dalam sunnah Rasulullah Shallallāhu ‘alayhi wa sallam, yang semakin
menambah keheranan kita kepada orang-orang yang berpecah belah di
dalam agamanya.
للا َج ِميعًا َو َال ِ َوأَن تَعت،ضى لَ ُكم أَن تَعبُدُوهُ َو َال تُش ِر ُكوا بِ ِه شَيئًا
ِ َّ َص ُموا بِ َحب ِل َ ضى لَ ُكم ثَ َالثًا يَر
َ إِ َّن هللا يَر
للاُ أَم َر ُكم ِ تَف ََّرقُوا َوأَن تَن
َّ َاص ُحوا َمن َوالَّ ُه ُم
Allah Subhānahu wa Ta’āla ridha apabila kita saling bersatu di atas hak (di
atas Al Qur’an).
ُ َوال َيخ ُذلُه،ُ َوال َيح ِق ُره،ال َيظ ِل ُمه: ال ُمس ِل ُم أَ ُخو ال ُمس ِلم
Ini adalah dalil-dalil dari As Sunnah yang semakin memperjelas bagi kita
tentang pentingnya bersatu di dalam agama dan juga larangan di dalam
berpecah belah.
Dan yang dimaksud dengan bersatu di sini adalah bersatu di atas hak
(bersatu di atas kebenaran) dan larangan berpecah belah, apabila seseorang
sudah jelas datang baginya dalil yang benar dari Al Qur’an dan juga Sunnah
Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wa sallam.
Dan ini bukan berarti seseorang dilarang untuk beramar ma’ruf nahi
mungkar (memerintahkan kepada yang ma’ruf dan melarang dari
kemungkaran).
Jadi bersatu bukan berarti tidak boleh saling menasehati antara satu dengan
yang lain, bukan berarti tidak boleh kita saling beramar ma’ruf nahi
munkar.
Bahkan persatuan umat Islam diantara wasilahnya adalah dengan ber’amar
ma’ruf nahi munkar.
Allah mengatakan,
َع ِن ٱل ُمنك َِر ۚ َوأُولَ ٰـٓئِكَ ُه ُم ٱل ُمف ِل ُحون ِ َولتَ ُكن ِ ّمن ُكم أ ُ َّمة يَدعُونَ إِلَى ٱلخَي ِر َويَأ ُم ُرونَ بِٱل َمع ُر
َ َوف َويَن َهون
“Dan hendaklah ada diantara kalian golongan yang dia mengajak kepada
kebaikan dan beramar ma’ruf nahi munkar, dan merekalah orang-orang
yang beruntung.”
Itulah yang bisa kita sampaikan pada kesempatan kali ini, semoga apa
yang kita sampaikan bermanfaat dan sampai bertemu kembali pada
pertemuan yang akan datang.
للا وبركاته
ّ والسالم عليكم ورحمة
السالم عليكم ورحمة هللا وبركاته
الحمد هلل والصالة والسالم على رسول هللا وعلى آله وصحبه ومن وااله
“Dan orang-orang yang beriman, yang laki-laki dan juga yang wanita,
sebagian mereka adalah wali bagi sebagian yang lain. Mereka saling ber-
amar ma’ruf nahi munkar.”
Dan bahwasanya amar ma’ruf nahi munkar bukan berarti kita berpecah
belah di dalam agama
Tentunya yang dimaksud dengan amar ma’ruf nahi munkar di sini adalah
amar ma’ruf nahi munkar yang mengikuti batasan-batasan syar’iat, adab-
adab yang telah ditentukan oleh syar’iat.
Bukan hanya sekedar amar ma’ruf nahi munkar yang didasari oleh
semangat, akan tetapi tidak beraturan.
Jadi amar ma’ruf nahi munkar adalah perintah Allah Subhānahu wa Ta’āla
dan Rasul-Nya. Dan caranya, adab-adabnya, dan hukum-hukumnya telah
ditentukan oleh Allah dan Rasul-Nya.
Diantaranya adalah tidak ada pengingkaran di dalam masalah ijtihadiyah
(yaitu) masalah yang masih menerima ijtihad di dalamnya karena tidak ada
naskh di dalam perkara tersebut.
Atau dalam masalah yang lain, makan daging unta membatalkan wudhu,
sebagian yang lain mengatakan tidak membatalkan wudhu.
Namun di dalam perkara yang jelas di sana ada naskh yang sharih, dan
perkara ini tidak ada diantara sahabat yang berselisih di dalamnya, maka
tidak sepantasnya seorang muslim dan juga muslimah berselisih di dalam
perkara tersebut.
Seperti misalnya, ada sebagian yang meyakini adanya nabi setelah nabi
Muhammad. Dan ada sebagian yang mengatakan tidak ada nabi setelah
nabi Muhammad shallallāhu ‘alayhi wa sallam.
Di dalam perkara seperti ini, tidak boleh diantara kita saling berselisih
karena jelas di dalam Al Qur’an, Allah mengabarkan bahwasanya nabi
Muhammad Shallallāhu ‘alayhi wa sallam adalah penutup para nabi (خاتم
)النبين
Demikian pula di dalam hadits,
“Dan aku adalah penutup para nabi, tidak ada nabi setelahku.”
Dan tidak ada diantara sahabat Radhiyallahu ‘anhum, para tabi’in, para
tabiut tabi’in yang mereka meyakini ada nabi setelah nabi Muhammad
Shallallāhu ‘alayhi wa sallam.
Bahkan setiap orang yang mengaku menjadi nabi setelah itu, maka dia
adalah seorang pendusta yang harus diperangi. Tidak boleh ada diantara
orang Islam yang meyakini bahwasanya ada nabi setelah nabi Muhammad
shallallāhu ‘alayhi wa sallam.
Perkara yang seperti ini harus diingkari dan ini bukan termasuk perkara
ijtihadiyah.
Seandainya ada seseorang di atas gunung dan dia di dalam gua berusaha
untuk menambah satu huruf pun di dalam Al Qur’an, niscaya Allah
Subhānahu wa Ta’āla akan menampakkan itu di tengah-tengah manusia.
Tidak boleh ada seorang yang mengaku dirinya muslim mencela para
sahabat Radhiyallahu ‘anhum, mencela mereka, atau bahkan mengkafirkan
mereka, karena di dalam Al Qur’an Allah Subhānahu wa Ta’āla jelas-jelas
memuji para sahabat Radhiyallahu ‘anhum dalam ayat yang banyak.
Dan ini yang dilakukan oleh para Imam yang empat (Imam Abu Hanifah,
Imam Malik, Imam Syafi’i, dan Imam Ahmad bin Hambal) mereka adalah
imam-imam Ahlus Sunnah wal Jamaah.
Karena mereka memiliki manhaj yang satu, jalan yang satu, yaitu berusaha
di dalam ibadahnya sesuai dengan Al Qur’an, sesuai dengan Sunnah
Rasulullah Shallallāhu ‘alayhi wa sallam dengan pemahaman para sahabat
Radhiyallahu ‘anhu.
وإذا اجتهد فاخطأ فله أجر واحد،إذا اجتهد الحاكم فأصاب فله أجران
Akan tetapi apabila dia berijtihad kemudian dia salah di dalam ijtihadnya,
maka dia mendapatkan satu pahala, yaitu pahala berijtihad, pahala
bersungguh-sungguh di dalam mencari kebenaran. Ini di dalam masailu al
ijtihadiyah.
Itulah yang bisa kita sampaikan pada kesempatan kali ini, semoga apa
yang kita sampaikan bermanfaat dan sampai bertemu kembali pada
pertemuan yang akan datang.
للا وبركاته
ّ والسالم عليكم ورحمة
السالم عليكم ورحمة هللا وبركاته
الحمد هلل والصالة والسالم على رسول هللا وعلى آله وصحبه ومن وااله
Artinya orang yang mengatakan, “Boleh kita berpecah belah, kita memiliki
kebebasan untuk berakidah, kebebasan untuk beribadah, kebebasan untuk
menganut kepercayaannya masing-masing.” Dianggap ucapan ini sebagai
bentuk pemahaman terhadap agama.
ار اْلَم ُر بِاالجتِ َماعِ في دين َال يَقُولُهُ إِ َّال ِزندِيق أَو َمجنُون
َ صَ َو
Tidak mungkin kita semua bersatu, tidak boleh kita mengajak orang lain
untuk mengikuti kebenaran.
Dan ini yang terjadi di zaman beliau, demikian pula di zaman kita.
Orang yang ber-amar ma’ruf nahi munkar, mengajak orang lain untuk
memiliki akidah yang benar, memiliki tauhid yang benar, melarang mereka
untuk memiliki akidah yang salah, kepercayaan yang salah, dianggapnya ini
adalah orang yang majnun (orang gila) atau orang yang zindiq.
Dan ini tentunya kebalikan dari apa yang sudah Allah jelaskan di dalam Al
Qur’an dan telah dijelaskan oleh Rasulullah shallallāhu ‘alayhi wa sallam di
dalam hadits-hadits yang shahih.
Ini adalah pokok yang ke dua yang ingin dijelaskan oleh pengarang di
dalam kitab ini, yaitu kesimpulannya:
• Perintah dari Allah Subhānahu wa Ta’āla pada kita semua kaum muslimin
untuk saling bersatu di dalam al haq (kebenaran)
• Larangan bagi kita untuk saling berpecah belah di dalam agama kita.
Dan apabila terjadi perselisihan diantara kita, diantara kaum muslimin baik
dalam masalah akidah, baik dalam masalah ibadah, baik masalah halal
dan juga haram, maka Allah dan Rasul-Nya telah memberikan jalan keluar.
َّ سو َل َوأُو ِلي ۡٱْلَمۡ ِر ِمن ُك ۡم فَإِن تَ ٰنَزَ ۡعت ُ ۡم فِي ش َۡيء فَ ُردُّوهُ ِإلَى َّ ٱِل َوأَ ِطيعُوا ٓ
ِٱِل ُ ٱلر َ َّ ٰ َيأَيُّ َها ٱلَّذِينَ َءا َمنُ ٓوا أَ ِطيعُوا
ٱِل َو ۡٱل َي ۡو ِم ۡٱْلٓ ِخ ِر
ِ َّ سو ِل ِإن ُكنت ُ ۡم ت ُ ۡؤ ِمنُونَ ِب
ُ ٱلر
َّ َو
Kalau sesuai, maka kita amalkan dan kalau tidak sesuai maka harus kita
tinggalkan.
Itulah yang bisa kita sampaikan pada kesempatan kali ini, semoga apa
yang kita sampaikan bermanfaat dan sampai bertemu kembali pada
pertemuan yang akan datang.
السالم عليكم ورحمة هللا وبركاته
الحمد هلل والصالة والسالم على رسول هللا وعلى آله وصحبه ومن وااله
Beliau mengatakan,
Beliau mengatakan,
Tidak mungkin kaum muslimin bisa bersatu, kecuali apabila di sana ada
penguasa, ada pemerintah yang dia akan memberikan hak kepada yang
berhak, melindungi orang yang terdholimi, ber-amar ma’ruf nahi munkar,
menegakkan syar’iat dan melakukan perkara-perkara yang lain, baik yang
berhubungan dengan dunia maupun yang berhubungan dengan ibadah
yang tidak mungkin dilakukan kecuali apabila di sana ada penguasa.
Oleh karena itu, ini pentingnya kita mendengar dan taat kepada
pemerintah, tidak akan bersatu umat Islam kecuali dengan adanya
penguasa, baik penguasa tersebut adalah penguasa yang shalih maupun
penguasa yang tidak shalih.
Oleh karena itu Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu (diriwayatkan dari
beliau).
“Tidak ada Islam kecuali dengan berjam’ah, kecuali dengan bersatu. Dan
tidak ada persatuan kecuali apabila di sana ada penguasa. Dan tidak ada
kekuasaan kecuali dengan ketaatan.”
Islam tidak akan tegak kecuali dengan adanya persatuan diantara kaum
muslimin. Karena banyak ibadah atau syar’iat di dalam agama Islam yang
tidak mungkin ditegakkan kecuali dengan persatuan diantara kaum
muslimin (persatuan antara rakyat dengan pemerintah dan diantara kaum
muslimin).
Tidak mungkin kaum muslimin bersatu kecuali apabila di sana ada
pemimpinnya.
Tidak ada yang berhak untuk memerintah dia, tidak ada yang berhak
untuk melarang dia, membuat peraturan sendiri, tidak mungkin sebuah
kelompok sekecil apapun bisa bersatu kecuali apabila di sana ada
pemimpinnya.
Oleh karena itu di dalam Islam, ketika seseorang safar bersama yang lain,
ketika dalam bepergian, maka diperintahkan untuk mengangkat seorang
pemimpin. Apalagi di dalam keadaan seseorang dalam keadaan muqim.
“Tidak ada persatuan kecuali apabila di sana ada imarah, ada kekuasaan.
Dan tidak ada kekuasaan kecuali dengan ketaatan.”
Di sini kita memahami hubungan yang erat antara Islam dan ketaatan
kepada pemerintah.
َ ََولَو َكان
عبدًا َحبَ ِشيا
Habasyian (budak dari Habasyah) dan budak dari Habasyah, ini dikenal
oleh orang-orang Arab sebagai budak yang di mata manusia adalah
seorang yang rendah (kedudukannya hina), akan tetapi apabila dia
menjadi seorang penguasa maka kewajiban kita, meskipun kita adalah
seorang yang merdeka, bukan seorang budak, maka kita harus mendengar
dan taat penguasa tersebut.
Dan ucapan beliau ini diambil dari hadits Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam,
ketika Beliau shallallāhu ‘alayhi wa sallam memberikan nasehat kepada
para sahabat di akhir hayat Beliau.
Suatu hari setelah shubuh Beliau (shallallāhu ‘alayhi wa sallam) memberikan
nasehat kepada para sahabat dengan nasehat yang sangat dalam.
“Ya Rasulullah, seakan-akan ini adalah nasehat orang yang akan berpisah.
(Nasehat yang sangat dalam yang penuh dengan makna yang membuat
gemetar hati para sahabat dan membuat mata mereka menangis).
Nasehat orang yang berpisah, tentunya orang yang berpisah tersebut akan
memilih nasehat yang luas maknanya, yang sangat penting bagi orang yang
akan ditinggalkan.
ِ ُأ
َّ وصي ُكم بِتَق َوى
ِللا
للا وبركاته
ّ والسالم عليكم ورحمة
السالم عليكم ورحمة هللا وبركاته
الحمد هلل والصالة والسالم على رسول هللا وعلى آله وصحبه ومن وااله
Beliau mengatakan,
عا َوقَ َد ًرا ِ َفَبَيَّنَ هللا له هَذا بَيانًا شائِعًا كافِيًا بِ ُو ُجوه ِمن أَنواعِ البَي
ً ان شَر
Dan yang dimaksud dengan ulil amri di sini adalah para ulama dan para
pemerintah (para penguasa).
Ulil amri sebagaimana disebutkan oleh para mufassirin adalah para ulama
dan juga para umara. Kita diperintah untuk mentaati mereka dan ini
menunjukkan tentang wajibnya mentaati pemerintah dan juga penguasa,
karena Allah mengatakan, ( أَ ِطيعُواhendaklah kalian mentaati).
Oleh karena itu ketika menyebutkan Allah dan juga Rasul-Nya, didahului
dengan kalimat أَ ِطيعُوا.
Adapun ketika menyebutkan ulil amri, maka Allah mengatakan َوأُو ِلى ٱْلَم ِر
( ِمن ُكمdan pemerintah diantara kalian) karena ketaatan kepada pemerintah
dan penguasa bukanlah ketaatan yang mutlak, akan tetapi ketaatan yang
berada di dalam ketaatan. Ketaatan di dalam ketaatan kepada Allah dan
Rasul-Nya.
Dan diantara dalilnya dari sunnah Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam adalah
ucapan Ubadah Ibnu Shamit ketika beliau mengatakan,
َويُس ِرنَا،سرنَا
ِ عَ و، فِي َمنش َِطنَا َو َمك َر ِهنَا،ع ِة َّ علَى السَّمع َو
َ الطا َ بَايَ َعنَا رسول هللا صلى هللا عليه وسلم،
ِ
َ َوعلى أَثَ َرة
علَينَا
Mendengar dan taat meskipun harus diambil sebagian dari hak kami, baik
hak harta maupun yang lain.
Meskipun diambil sebagian hak kita, baik harta maupun yang lain, maka
tidak boleh ini menjadikan kita keluar dari ketaatan kepada pemerintah.
ِ َّ َ ِعن َد ُكم ِمن،وقال إِالَّ أَن ت ََروا ُكف ًرا بَ َوا ًحا
للا فِي ِه بُرهَان
Yaitu apabila melihat kekufuran, dan di sini Beliau mengatakan ُكف ًرا بَ َوا ًحا
(kekufuran yang jelas) artinya, bukan hanya sekedar keragu-raguan atau
kekufuran yang samar, kekufuran yang jelas maksudnya adalah kekufuran
yang semua umat Islam bersepakat atas kekufuran tersebut.
Dan di sana ada dalil yang jelas di dalam Al Qur’an maupun hadits yang
mengatakan bahwasanya ini adalah sebuah kekufuran dan bukan hanya
sekedar keraguan, bukan hanya sekedar kemaksiatan. Engkau memiliki
dalil dari Allah Subhānahu wa Ta’āla atas masalah tersebut.
Yang dinamakan dengan korupsi, maka ini adalah sebuah kemaksiatan dan
bukan kekufuran. Tidak boleh menjadikan seseorang memberontak dan
keluar kepada pemerintah.
Ucapan Beliau,
للا وبركاته
ّ والسالم عليكم ورحمة
السالم عليكم ورحمة هللا وبركاته
الحمد هلل والصالة والسالم على رسول هللا وعلى آله وصحبه ومن وااله
Halaqah yang ke dua belas dari Silsilah ‘Ilmiyyah Penjelasan Kitab Al-Ushulu
As-Sittah yang dikarang oleh Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab At
Tamimi rahimahullah.
Apabila di sana justru terjadi kerusakan yang lebih besar, apabila seseorang
memberontak karena pemerintahnya melakukan kekufuran, melakukan
kekafiran yang jelas, apabila di sana justru terjadi kerusakan yang lebih
besar, maka diharamkan seseorang untuk memberontak. Ini disebutkan oleh
para ulama di dalam kitab-kitabnya.
Kalau misalnya bisa memberontak tetapi tidak memiliki ganti yang lebih
baik, maka tidak diperbolehkan untuk melakukan pemberontakan.
Para ulama telah ketat di dalam masalah ini. Dan perkara seperti ini
dikembalikan kepada para pembesar ulama, bukan hanya kepada seorang
da’i, seorang ustadz, tetapi dikembalikan kepada ulama-ulama besar yang
mereka mengetahui maslahat dan juga mudharat, mana yang baik dan
mana yang buruk bagi kaum muslimin.
Dalil yang lain yang menunjukkan tentang wajibnya mendengar dan taat
kepada pemerintah, Rasulullah shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda,
”Bahwanya kita diperintahkan untuk mendengar dan taat kecuali apabila
dia diperintahkan untuk kemaksiatan.
َعة َ َسم َع َوال
َ طا ِ فَإِن أ ُ ِم َر بِ َمع
َ َصيَة فَال
Yang sesuai dengan syari’at Allah dan Rasul-Nya maka kita diwajibkan
untuk mendengar dan juga taat.
Pada asalnya ini adalah kewajiban kita sebagai rakyat untuk mendengar
dan taat kepada penguasa tersebut di dalam peraturan-peraturan ini,
karena peraturan-peraturan ini tidak bertentangan dengan syari’at Allah
dan juga Rasul-Nya.
Kemudian Beliau mengatakan وقَ َد ًرا,َ demikian pula dari segi takdir, Allah
Subhānahu wa Ta’āla telah menjelaskan baik dengan syari’at maupun
dengan takdir.
Maksudnya dengan takdir adalah dengan apa yang kita lihat di sekitar kita.
Kita bisa bedakan antara sebuah negara yang rakyatnya di situ mendengar
dan taat kepada penguasanya, dengan sebuah negara yang rakyatnya
tidak mendengar dan juga tidak taat kepada pemerintahnya.
Beda antara dua negara ini, negara yang rakyatnya melakukan ketaatan
dan mendengar apa yang diperintahkan oleh pemerintah, maka kita
dapatkan keamanan di dalam negara tersebut, ketenangan, nyaman
rakyatnya di dalam melakukan berbagai kegiatan, baik kegiatan agama
maupun kegiatan dunia, dengan leluasa mereka beribadah, melakukan haji
setiap tahun, melakukan shalat lima waktu secara berjama’ah, mendirikan
shalat hari raya, juga syari’at syari’at yang lain.
Lain dengan sebuah negara yang di situ rakyatnya tidak mendengar dan
tidak taat kepada pemerintah. Keamanan tidak stabil, rakyatnya di dalam
berbagai kegiatan mereka merasa tidak aman, baik ketika beribadah
maupun dalam melakukan kegiatan-kegiatan dunia, banyak di antara
mereka yang tidak bisa melaksanakan haji, takut untuk shalat berjama’ah,
wanita yang muslimah takut untuk menggunakan jilbab dan juga perkara-
perkara yang lain.
Beda antara sebuah negara yang rakyatnya taat kepada penguasa dengan
sebuah negara yang rakyatnya tidak taat kepada penguasa.
Oleh karena itu beliau mengatakan: عا َوقَ َد ًرا
ً شَرBaik secara syari’at maupun
takdir, taat kepada pemerintah adalah sesuatu yang sangat penting bagi
seorang muslim.
اللهم أعلم
للا وبركاته
ّ والسالم عليكم ورحمة
السالم عليكم ورحمة هللا وبركاته
الحمد هلل والصالة والسالم على رسول هللا وعلى آله وصحبه ومن وااله
Halaqah yang ke tiga belas dari Silsilah ‘Ilmiyyah Penjelasan Kitab Al-Ushulu
As-Sittah yang dikarang oleh Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab At
Tamimi rahimahullah.
Dan ini yang terjadi di zaman beliau rahimahullah, demikian pula di zaman
kita, banyak orang yang mengaku berilmu, memiliki kecerdasan akan
tetapi di dalam masalah ketaatan kepada waliyul amr (ketaatan kepada
pemerintah, kepada penguasa) ternyata mereka jauh dari tuntunan agama,
bahkan menganggap bahwasanya memberontak kepada pemerintah,
membicarakan kejelekan pemerintah disebut sebagai sebuah keberanian
atau dipolesi dengan amar ma’ruf nahi munkar.
Dan bukan berarti mendengar dan taat kepada pemerintah kemudian kita
tidak memberikan nasihat. Di dalam Islam, nasihat diperuntukan bagi
rakyat biasa, demikian pula kepada pemerintah kaum muslimin.
عا َّمتِ ِهم ُ ِل َمن؟ قَا َل هللِ َو ِل ِكتَابِ ِه َو ِل َر: صي َحةُ قُلنَا
َ سو ِل ِه َو ِْلَئِ َّم ِة ال ُمس ِل ِمينَ َو ِ َّال ِدّينُ الن
Dan kalau mereka tidak mau mendengar, tidak mau mentaati, maka yang
terjadi adalah kerusakan di sebuah daerah.
“Apabila diterima nasihatnya, maka itulah yang kita inginkan. Kalau tidak
diterima maka dia telah melakukan kewajibannya.”
Artinya apabila diterima nasihat kita maka itulah yang kita inginkan,
kebaikan bagi penguasa adalah kebaikan bagi rakyatnya.
Tapi kalau tidak diterima oleh pemerintah tersebut (oleh penguasa tersebut)
maka kita sudah melaksanakan kewajiban kita sebagai seorang muslim,
sebagai seorang rakyat, yaitu memberikan nasihat kepada pemerintah dan
penguasa kita. Adapun dia tidak menerima nasihat kita, maka ini urusan
dia dengan Allah Subhānahu wa Ta’āla.
Itulah yang bisa kita sampaikan, semoga yang sedikit ini bermanfaat.
للا وبركاته
والسالم عليكم ورحمة ّ
السالم عليكم ورحمة هللا وبركاته
الحمد هلل والصالة والسالم على رسول هللا وعلى آله وصحبه ومن واال
Halaqah yang ke empat belas dari Silsilah ‘Ilmiyyah Penjelasan Kitab Al-
Ushulu As-Sittah yang dikarang oleh Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab
At Tamimi rahimahullah
Beliau mengatakan,
Penjelasan makna dari ilmu dan para ulama dan makna dari fiqih dan juga
para fuqaha’ dan menjelaskan tentang orang-orang yang menyerupai
mereka, padahal dia bukan termasuk ulama dan bukan termasuk fuqaha’.
Hal ini juga termasuk perkara yang penting seperti yang dikatakan oleh
pengarang, karena banyak di zaman kita orang yang tidak mengetahui
apa itu sebenarnya ilmu.
Dan para ulama menjelaskan yang dimaksud dengan ilmu yang ada di
dalam Al Qur’an dan juga hadits-hadits Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam,
yang kita didorong dan dianjurkan untuk menuntutnya, yang barangsiapa
menuntutnya maka akan dimudahkan jalan menuju surga, dan
bahwasanya orang yang menuntutnya berarti Allah Subhānahu wa Ta’āla
telah menginginkan kebaikan darinya.
“Apa yang dikatakan oleh Allah dan apa yang dikatakan oleh Rasul-Nya.”
Apabila di situ disebutkan ilmu, maka yang dimaksud dengan ilmu tersebut
adalah ilmu syar’i, ilmu yang bersumber (berdasar) dari Al Qur’an dan juga
hadits-hadits Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam yang shahih.
ٱِلُ ٱلَّذِينَ َءا َمنُوا ِمن ُكم َوٱلَّذِينَ أُوتُوا ٱل ِعل َم َد َر َج ٰـت
َّ ۚ يَرفَ ِع
Yang dimaksud dengan ilmu di dalam ayat ini adalah ilmu agama, apa
yang dikatakan oleh Allah dan apa yang dikatakan oleh Rasul-Nya.
Dan jalan di sini, bisa jalan haqiqi seseorang bepergian jauh dengan berjalan
kaki atau menggunakan kendaraan atau yang dimaksud dengan jalan di
sini adalah jalan maknawi yaitu cara untuk mendapatkan ilmu. Seperti
seseorang membaca atau mendengarkan, maka ini juga termasuk jalan
menuntut ilmu agama. Pahalanya maka Allah Subhānahu wa Ta’āla akan
memudahkan dia jalan menuju Surga.
Karena orang yang menuntut ilmu maka dia akan mengetahui yang benar,
sehingga dia bisa mengamalkan kebenaran tersebut. Dan orang yang
menuntut ilmu maka dia akan mengenal yang bathil, sehingga dia dengan
mudah meninggalkan kebathilan tersebut.
للا وبركاته
ّ والسالم عليكم ورحمة
السالم عليكم ورحمة هللا وبركاته
الحمد هلل والصالة والسالم على رسول هللا وعلى آله وصحبه ومن وااله
Halaqah yang ke lima belas dari Silsilah ‘Ilmiyyah Penjelasan Kitab Al-Ushulu
As-Sittah yang dikarang oleh Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab At
Tamimi rahimahullah.
Yang dimaksud dengan fiqih di sini adalah ilmu agama dan ini
menunjukkan tentang keutamaan menuntut ilmu agama.
Dan dalil-dalil yang lain apabila kita menemukan lafadz ilmu di dalam Al
Qur’an maupun hadits-hadits Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam, maka
ketahuilah bahwasanya ilmu tersebut maksudnya adalah ilmu agama,
bukan ilmu yang lain.
Ilmu dunia ini, apabila digunakan untuk kebaikan, manfaat bagi manusia,
maka seseorang diharapkan mendapatkan pahala. Namun apabila ilmu
dunia digunakan untuk mudharat (merusak), maka tentunya orang yang
menyebarkannya (mengajarkannya) bukan mendapatkan pahala akan
tetapi justru mendapatkan dosa.
Ini perbedaan antara ilmu agama yang dimaksud di dalam Al Qur’an dan
juga hadits dengan ilmu-ilmu dunia.
Dan yang dimaksud dengan ulama adalah orang yang berpegang teguh
dengan Al Qur’an dan juga sunnah Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam dan
mengilmui keduanya.
Setelah kita mengetahui apa itu ilmu, berarti kita mengetahui siapa itu
ulama, yaitu orang yang membawa Al Qur’an dan juga hadits-hadits Nabi
shallallāhu ‘alayhi wa sallam.
Merekalah para ulama dan merakalah yang telah dipuji oleh Allah
Subhānahu wa Ta’āla di dalam Al Qur’an, bahwasanya mereka adalah
orang-orang yang takut kepada Allah Subhānahu wa Ta’āla karena ilmu
yang dia miliki, ilmu yang ada di dalam Al Qur’an dan juga hadits-hadits
Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam.
Kenapa demikian?
Karena mereka paling mengenal apa yang ada di dalam Al Qur’an dan juga
hadits-hadits Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam.
Mengenal pondasi agama ini dan apa cabangnya, sehingga merekalah yang
disifati oleh Allah Subhānahu wa Ta’āla sebagai hamba-hamba-Nya yang
sangat takut dengan Allah Subhānahu wa Ta’āla.
Dan para ulama, tugas mereka adalah mewarisi apa yang datang dari para
nabi, artinya mewarisi (mengambil dari mereka) apa adanya dan
menyampaikan kepada yang setelahnya.
Jadi tugas ulama bukan menambah apa yang datang dari para nabi dan
bukan mengurangi apa yang datang dari nabi atau merubah-rubah
maknanya. Tapi tugas mereka adalah mewarisi para nabi.
Inilah yang dinamakan dengan ulama yang datang di dalam Al Qur’an dan
juga hadits-hadits Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam.
Dan ini terkadang samar bagi sebagian orang, sehingga mereka tidak bisa
membedakan siapa ulama dan siapa yang bukan ulama.
للا وبركاته
ّ والسالم عليكم ورحمة
السالم عليكم ورحمة هللا وبركاته
الحمد هلل والصالة والسالم على رسول هللا وعلى آله وصحبه ومن وااله
Halaqah yang ke enam belas dari Silsilah ‘Ilmiyyah Penjelasan Kitab Al-
Ushulu As-Sittah yang dikarang oleh Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab
At Tamimi rahimahullah.
Kata beliau ini perlu dijelaskan dan ini adalah termasuk perkara yang
penting, menjelaskan kepada umat tentang siapa ulama dan siapa yang
bukan ulama.
Dan ini adalah termasuk usaha iblis untuk menyesatkan manusia, dan orang
yang seperti ini, apa yang dia rusak, ini lebih banyak daripada apa yang dia
perbaiki.
“Siapa yang lebih zhalim daripada orang yang membuat kedustaan atas
nama Allah Subhānahu wa Ta’āla.”
ِ ِلّي
َ َُّض َّل ٱلن
اس بِغَي ِر ِعلم
Oleh karena itu hendaklah seorang muslim dan juga muslimah waspada di
dalam masalah ini.
Ilmu yang akan kita ambil adalah agama kita. Oleh karena itu kita melihat
dari siapa kita mengambil agama ini, sebagaimana ucapan sebagian salaf.
ع َّمن تَأ ُخ ُذونَ دِينَ ُكم ُ فَان، ِإ َّن َه َذا ال ِعل َم دِين
َ ظ ُروا
Seseorang ingin mahir dalam komputer, maka dia akan mencari orang yang
mahir (yang benar-benar paham) yang dikenal tentang ilmunya di dalam
masalah komputer.
ُي أَ ۡنعَمۡ ت ۡ ٓ
ٓ ِي ٱلَّت ُ َوقَد بَيَّنَ هللاُ تَعَالَى َه َذا اْلَص َل فِي أَ َّو ِل
ٓ ِ ٰيَبَن: سو َرةِ البَقَ َرةِ ِمن قَو ِله
َ ِي إِ ۡس ٰ َر ِءي َل ٱذ ُك ُروا نِعۡ َمت
…اآلية. يَا بَنِي إِس َرائِي َل: { علَي ِه الس ََّال ُم
َ علَ ۡي ُك ۡم إِلَى قَو ِل ِه قَب َل ذِك ِر إِب َراهِي َم
َ
َ ُي أَ ۡنعَمۡ ت ۡ ٓ
علَ ۡي ُك ۡم ٓ ِي ٱلَّت ٓ ِٰيَبَن
َ ِي إِ ۡس ٰ َر ِءي َل ٱذ ُك ُروا نِعۡ َمت
Jadi mereka adalah orang-orang yang berilmu, oleh karena itu dinamakan
dengan ahlul kitab, diturunkan kepada mereka Al Kitab, Al Munazzal. Akan
tetapi ternyata Bani Israil, mereka tidak mengamalkan apa yang mereka
ilmui.
Kami akan beriman dengan nabi tersebut dan kami akan memerangi kalian
bersama nabi tersebut.
Padahal mereka sangat tahu bahwasanya itu adalah seorang nabi dan itu
adalah nabi yang dimaksud di dalam kitab mereka.
1. Ashabul kahfi
2. Dzulqarnain
Mereka tahu bahwasanya itu adalah seorang nabi atau nabi yang diutus
dan yang dimaksud olah Allah Subhānahu wa Ta’āla di dalam kitab
mereka.
َ ُي أَ ۡن َعمۡ ت ۡ ٓ
علَ ۡي ُك ۡم ٓ ي ٱلَّ ِت ٓ ٰ َي َب ِن
َ ي ِإ ۡس ٰ َر ِءي َل ٱذ ُك ُروا ِنعۡ َم ِت
Cara bersyukurnya adalah dengan cara beriman dengan Rasul yang terakhir
yang Allah utus kepada mereka.
“Wahai Bani Israil, ingatlah kenikmatan yang telah aku berikan kepada
kalian dan sesungguhnya aku telah memuliakan kalian di atas alam ini (di
atas manusia yang lain).” (QS. Al Baqarah: 47)
للا وبركاته
والسالم عليكم ورحمة ّ
السالم عليكم ورحمة هللا وبركاته
الحمد هلل والصالة والسالم على رسول هللا وعلى آله وصحبه ومن وااله
Halaqah yang ke tujuh belas dari Silsilah ‘Ilmiyyah Penjelasan Kitab Al-
Ushulu As-Sittah yang dikarang oleh Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab
At Tamimi rahimahullah.
Dan perkara ini menjadi jelas (yaitu tentang masalah makna ilmu dan siapa
ulama).
“Kemudian jadilah yang dinamakan dengan ilmu adalah bid’ah dan juga
kesesatan.”
Dianggapnya orang yang ketika menyampaikan hanya قال هللا قال الرسول,
dianggapnya ini adalah seorang yang zindiq atau seorang yang majnun
(orang yang tidak waras).
“Dan jadilah orang yang mengingkari cara seperti ini, dan memusuhi cara
seperti ini, bahkan mengarang karangan-karangan yang isinya adalah
mengingatkan manusia dari menuntut ilmu dengan cara seperti ini dan
melarang darinya disebut sebagai seorang yang faqih, sebagai seorang yang
‘alim.”
Dan ini semua termasuk talbis iblis, yaitu supaya manusia jauh dari para
ulama, jauh dari Al Qur’an, jauh dari hadits, jauh dari pemahaman para
sahabat radhiyallāhu ‘anhum. Dan supaya mereka dekat dengan imam-
imam kesesatan, dekat dengan ulama su’, ulama-ulama yang tidak benar,
yang tidak baik. Itulah yang ingin disampaikan oleh pengarang pada
perkara yang ke empat ini.
Semoga apa yang kita sampaikan bisa dipahami dan juga bermanfaat
dalam kehidupan kita sehari-hari.
للا وبركاته
ّ والسالم عليكم ورحمة
السالم عليكم ورحمة هللا وبركاته
الحمد هلل والصالة والسالم على رسول هللا وعلى آله وصحبه ومن وااله
Halaqah yang ke delapan belas dari Silsilah ‘Ilmiyyah Penjelasan Kitab Al-
Ushulu As-Sittah yang dikarang oleh Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab
At Tamimi rahimahullah.
Ini adalah perkara yang ke lima yang sangat penting yang hendaknya
diketahui oleh seorang muslim.
Yang barangsiapa bersifat atau memiliki sifat tersebut maka dia termasuk
wali Allah Subhānahu wa Ta’āla. Adapun yang tidak memiliki sifat tersebut
dan bertentangan dengan sifat tersebut maka dia bukan termasuk wali
Allah Subhānahu wa Ta’āla.
Terkadang wali Allah mereka anggap sebagai wali syaithan dan sebaliknya
wali syaithan dianggap sebagai wali Allah.
Dan sebagian meyakini bahwasanya wali Allah, mereka harus berasal dari
keturunan tertentu.
Dan sebagian meyakini bahwasanya seorang wali berarti dia boleh untuk
melakukan segala perkara yang dilarang. Boleh berzina, boleh minum
khamr, boleh berdusta.
Ini adalah keyakinan sebagian saudara kita, yang dinamakan dengan wali
adalah demikian. Atau berkeyakinan bahwasanya seorang wali adalah
seseorang yang kuburannya dibangun di atasnya bangunan, dibuat kubah
yang besar, dibuat rumah, dikunjungi oleh orang banyak, maka ini
dinamakan dengan wali diantara wali-wali Allah.
Beliau mengatakan
Dan cukup di dalam masalah ini, sebuah ayat di dalam surat Ali Imran yaitu
firman Allah Subhānahu wa Ta’āla yang artinya,
Dari mana kita tahu bahwasanya ucapan dicintai oleh Allah dan
bahwasanya perbuatan dicintai oleh Allah Subhānahu wa Ta’āla?
Kalau kita ingin mencari ucapan yang dicintai oleh Allah, akhlak yang
dicintai Allah, ibadah yang dicintai oleh Allah, maka kita melihat
bagaimana Rasulullah shallallāhu ‘alayhi wa sallam berucap, beramal,
beribadah.
Maka kita akan dapatkan di sana berbagai ucapan yang dicintai oleh Allah
Subhānahu wa Ta’āla, berbagai ibadah, dan amalan yang dicintai oleh Allah
Subhānahu wa Ta’āla.
Ini adalah balasan, ganjaran, dan juga pahala bagi orang yang mengikuti
Rasulullah shallallāhu ‘alayhi wa sallam.
Ini adalah salah satu diantara ciri-ciri wali-wali Allah Subhānahu wa Ta’āla,
bahwasanya dia mengikuti Rasulullah shallallāhu ‘alayhi wa sallam.
للا وبركاته
ّ والسالم عليكم ورحمة
السالم عليكم ورحمة هللا وبركاته
الحمد هلل والصالة والسالم على رسول هللا وعلى آله وصحبه ومن وااله
Halaqah yang ke sembilan belas dari Silsilah ‘Ilmiyyah Penjelasan Kitab Al-
Ushulu As-Sittah yang dikarang oleh Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab
At Tamimi rahimahullah.
للاُ بِقَوم
ّ ف يَأتِي
َ سو َ يَا أَيُّ َها الَّذِينَ آ َمنُوا َمن يَرتَ َّد ِمن ُكم،ِي قَولُهُ تَعالَى
َ َعن دِينِ ِه ف َ َوآيَة فِي سورة المائدة َوه
ُي ُِحبُّ ُهم َوي ُِحبُّونَه
Dan satu ayat di dalam surat Al Maidah, yaitu firman Allah Subhānahu wa
Ta’āla yang artinya:
Dan disebutkan di dalam ayat yang mulia ini beberapa sifat yang dimiliki
oleh wali-wali Allah:
1. Mereka dicintai oleh Allah dan mereka pun mencintai Allah Subhānahu wa
Ta’āla.
Kenapa dicintai oleh Allah?
{ َالذِينَ آ َمنُوا َوكَانُوا يَتَّقُون. َعلَي ِهم َو َال هُم يَحزَ نُون ِ ّ }أَ َال ِإ َّن أَو ِليَا َء
َ للا الَ خَوف
Dan satu ayat di dalam surat Yunus (ayat 62-63), yaitu firman Allah
Subhānahu wa Ta’āla yang artinya:
Jelas di dalam ayat ini, Allah menyebutkan kepada kita tentang sifat wali-
wali Allah Subhānahu wa Ta’āla.
Sesungguhnya wali-wali Allah, mereka tidak takut, yaitu tentang apa yang
akan mereka hadapi di masa yang akan datang ketika hari kiamat.
َظلم أُولَ ٰـٓئِكَ لَ ُه ُم ٱْلَمنُ َوهُم ُّمهتَدُون ُ ٱلَّذِينَ َءا َمنُوا َولَم َيل ِب
ُ س ٓوا ِإي َم ٰـنَ ُهم ِب
Dan mereka yakin bahwasanya apa yang akan mereka dapatkan di sisi
Allah adalah lebih baik daripada dunia dan seisinya.
Siapa mereka?
Allah mengatakan,
Mereka wali-wali Allah. Mereka adalah orang yang beriman dan mereka
adalah orang-orang yang bertakwa.
“Dan tidaklah aku ciptakan jin dan juga manusia kecuali untuk beribadah
kepadaku.” (QS. Adz-Dzariyat: 56)
Dan perintah pertama yang ada di dalam Al Qur’an yang Allah sebutkan
adalah perintah untuk bertauhid (meng-Esa-kan Allah Subhānahu wa
Ta’āla) di dalam ibadah.
َاس ٱعبُدُوا َربَّ ُك ُم ٱلَّذِى َخلَقَ ُكم َوٱلَّذِينَ ِمن قَب ِل ُكم لَعَلَّ ُكم تَتَّقُون
ُ َّيَ ٰـٓأَيُّ َها ٱلن
َٱلَّذِى َخلَقَ ُكم َوٱلَّذِينَ ِمن قَب ِل ُكم لَ َعلَّ ُكم تَتَّقُون
Ini adalah perintah pertama yang Allah sebutkan, adalah perintah untuk
bertauhid.
ع ِظيم ُ َشركَ ل
َ ظلم ّ ِ ِإ َّن ٱل
َ ب أَع
ظ ُم ِعن َد هللا؟ ُّ َأ
ِ ي ال َّذن
“Ya Rasulullah, dosa apa yang paling besar di sisi Allah Subhānahu wa
Ta’āla?”
للا وبركاته
ّ والسالم عليكم ورحمة
السالم عليكم ورحمة هللا وبركاته
الحمد هلل والصالة والسالم على رسول هللا وعلى آله وصحبه ومن وااله
Halaqah yang ke dua puluh dari Silsilah ‘Ilmiyyah Penjelasan Kitab Al-
Ushulu As-Sittah yang dikarang oleh Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab
At Tamimi rahimahullah.
ِإلَى أَ َّن اْلَو ِليَا َء َال بُ َّد، ِشرع ِ ار اْلَم ُر ِعن َد أَكثَ ِر َمن يَ َّد ِعي ال ِعل َم َوأَنَّهُ ِمن ُه َداةِ الخَل
ِ َّق َو ُحف
َّ اظ ال َ صَ ث ُ َّم
َ سل َو َمن تَبِ َع ُهم فَلَي
س ِمن ُهم ُّ ِفِي ِهم ِمن تَر ِك ا ِت ّبَاع
ُ الر
“Menurut sebagian besar orang yang mengaku berilmu dan bahwasanya dia
adalah termasuk da’i, seorang juru dakwah, dan penjaga syari’at, menurut
mereka bahwasanya wali-wali, dia harus meninggalkan mengikuti para
Rasul alayhimussallām.
Inilah yang dinamakan wali karena dia sudah sampai hakikat, derajat yang
paling tinggi, sehingga dia tidak perlu mengikuti syari’at ini.
َ فَ َمن جا َه َد فَلَي،ِالجهاد
س ِمن ُهم ِ َوال بُ َّد ِمن تَر ِك
Dan menurut sebagian orang, yang namanya wali adalah orang yang
meninggalkan jihad.
Adapun orang yang berjihad fii sabilillah maka dia bukan termasuk wali.
ِ َّ سبِي ِل
Padahal diantara sifat wali-wali Allah, ٱِل َ يُ َج ٰـ ِهدُونَ فِىmereka berjihad fii
sabilillah.
Kemudian kata mereka, orang yang dinamakan wali adalah orang yang
meninggalkan iman dan taqwa. Maka barangsiapa yang beriman dan
bertaqwa maka dia bukan termasuk wali.
Ini adalah keyakinan sebagian manusia, yang dinamakan wali adalah orang
yang tidak beriman dan tidak bertaqwa.
“Mereka adalah orang yang beriman dan mereka adalah orang yang
bertakwa kepada Allah Subhānahu wa Ta’āla.” (QS. Yunus: 63)
Ini adalah penjelasan dari muallif, menceritakan kepada kita tentang apa
yang beliau lihat, apa yang beliau dengar, yang beliau rasakan, di mana
manusia dan khususnya kaum muslimin banyak diantara mereka yang
tidak bisa membedakan antara wali Allah dengan wali syaithan.
Di sana ada wali-wali Allah dan di sana ada wali-wali syaithan, dan kita
diperintahkan untuk memerangi wali-wali syaithan.
َ َشيَ ٰـ ِطينَ لَيُو ُحونَ إِلَ ٰ ٓى أَو ِليَآئِ ِهم ِليُ َج ٰـ ِدلُو ُكم ۚ َوإِن أ
َطعت ُ ُموهُم إِنَّ ُكم لَ ُمش ِر ُكون َّ َوإِ َّن ٱل
Dan tidak harus seseorang yang dinamakan dengan wali Allah harus
memiliki kemampuan yang luar biasa, yang tidak dimiliki oleh manusia
biasa, misalnya bisa terbang, atau berjalan di atas air atau kemampuan-
kemampuan yang lain yang tidak dimiliki oleh manusia biasa.
Karena sebagian orang tidak bisa membedakan antara karamah dengan
sihir, atau antara karamah dengan ahwal syaithaniyyah, sebagaimana
disebutkan oleh para ulama, yaitu keadaan-keadaan syaithan.
Yang dinamakan dengan karamah adalah sesuatu yang luar biasa yang
Allah berikan kepada wali-wali-Nya dengan tujuan untuk menguatkan
keimanan dia.
Dan karamah tidak bisa dipelajari. Bahkan seorang wali pun belum tentu
apabila dia menghendaki, kemudian terjadi. Sebagaimana mukjizat yang
Allah berikan kepada para Nabi, ini adalah dengan kehendak Allah
Subhānahu wa Ta’āla
Karamah tidak bisa dipelajari. Lain dengan sihir yang bisa dipelajari. Di sana
ada gurunya, di sana ada sekolahnya, di sana ada kitab yang dijual yang
dipelajari, yang isinya adalah tentang sihir.Oleh karena itu kita dapatkan
kitab-kitab seperti ini banyak dijual di pasar-pasar, di toko-toko,
bagaimana seseorang bisa kebal, bagaimana seseorang bisa begini dan
begitu, seperti kitab yang dinamakan dengan Al Mujarrabat yang dijual
dengan murah, siapa saja bisa membeli, siapa saja bisa mempelajari. Ini
bukan karamah tetapi dinamakan dengan sihir, yang mungkin samar bagi
sebagian orang.
Berbeda dengan sihir. Orang yang melakukannya, maka dia akan semakin
jauh dari Allah Subhānahu wa Ta’āla dan semakin dia sombong diantara
manusia.
Saya bisa melakukan ini, saya bisa melakukan itu, melakukan pertunjukan,
diceritakan kepada manusia, inilah yang dinamakan dengan sihir.
Dan karamah tidak bisa dilawan dengan sesuatu apapun, karena dia
berasal dari Allah Subhānahu wa Ta’āla.
Adapun sihir, maka bisa dilawan dengan yang semisalnya, atau dilawan
dengan ayat-ayat Allah Subhānahu wa Ta’āla.
Karena sihir berasal dari bantuan syaithan dan syaithan lari dari dzikrullah
Azza wa Jalla.
Dan wali Allah, mereka tidak memiliki pakaian tertentu yang membedakan
dirinya dari manusia yang lain. Pakaian mereka sama dengan pakaian
manusia biasa. Pakaian yang dipakai oleh kaum muslimin di daerahnya
itulah yang dipakai oleh dia.
Pakaian dia tidak berbeda dengan yang lain, bahkan terkadang seseorang
yang tidak dikenal diantara manusia, bukan seorang yang memiliki
kedudukan yang tinggi di mata masyarakat, namun ternyata dia adalah
orang yang dekat dengan Allah Subhānahu wa Ta’āla dan dia adalah wali
Allah Subhānahu wa Ta’āla.
الحمد هلل والصالة والسالم على رسول هللا وعلى آله وصحبه ومن وااله
Halaqah yang ke dua puluh satu dari Silsilah ‘Ilmiyyah Penjelasan Kitab Al-
Ushulu As-Sittah yang dikarang oleh Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab
At Tamimi rahimahullah.
Dan kewajiban ini adalah sesuatu yang sangat dan paling dicintai oleh Allah
Subhānahu wa Ta’āla.
Adapun seorang yang dianggap wali kemudian dia tidak melakukan shalat
lima waktu, ketika Ramadhan dia tidak berpuasa, maka ini bukan seorang
wali.
• Aku akan menjadi kakinya yang dia berjalan dengan kaki tersebut.
• Tidak berjalan ke sebuah tempat kecuali tempat yang diridhoi oleh Allah
Subhānahu wa Ta’āla.
Apabila Allah mencintai seseorang, maka dia akan diberikan taufiq untuk
meninggalkan kemaksiatan.
Dan ini adalah sifat diantara sifat-sifat wali Allah Subhānahu wa Ta’āla,
orang yang dicintai oleh Allah meninggalkan kemaksiatan.
ُسأَلَنِي َْلُع ِط َينَّهُ َولَئِن استَ َعا َذنِي َْل ُ ِعي َذنَّه
َ َو ِإن
للا وبركاته
ّ والسالم عليكم ورحمة
السالم عليكم ورحمة هللا وبركاته
الحمد هلل والصالة والسالم على رسول هللا وعلى آله وصحبه ومن وااله
Halaqah yang ke dua puluh dua dari Silsilah ‘Ilmiyyah Penjelasan Kitab Al-
Ushulu As-Sittah yang dikarang oleh Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab
At Tamimi rahimahullah.
Beliau mengatakan,
ِ اآلراء َواْلَه
واء ِ ِ َوا ِت ّباع،سنَّ ِة ِ شيطانُ في تَر ِك القُر
ُّ آن َوال َ شب َه ِة الَّتِي َو
َّ ضعَها ال ُ اْلَص ُل السَّاد
ُّ َر ُّد ال: ِس
ُّ أَ َّن القُرآنَ َوال: ِي
والمجتهد هو،سنَّةَ ال يَع ِرفُ ُهما ِإال الـ ُمجتَ ِه ُد الـ ُمطلَ ُق َ ال ُمتَف ِ َّرقَ ِة ال ُمختَ ِلفَ ِة؛ َوه
ُ أَوصافًا لَ َعلَّها ال تُو َج ُد تَا َّمةً في أَبي بَكر َو- وف بِكَذا َوكَذا
ع َم َر ُ صُ الـ َمو
Dan mujtahid menurut mereka adalah seseorang yang memiliki sifat ini dan
ini, sifat-sifat yang mungkin tidak dimiliki oleh seseorang seperti Abu Bakar
dan Umar.”
Ini adalah pokok perkara yang ke enam yang ingin beliau sampaikan, yaitu
ingin membantah kerancuan (syubhat) yang telah diletakkan oleh syaithan
di dalam mengajak manusia meninggalkan Al Qur’an, meninggal As
Sunnah, dan mengajak manusia untuk mengikuti pendapat-pendapat dan
mengikuti hawa nafsu. Dan ini adalah syubhat yang terkadang masih ada
diantara kita yang mengamalkannya, mengikutinya.
Syaithan berusaha untuk menjauhkan manusia dari petunjuk Allah
Subhānahu wa Ta’āla.
Dengan maksud supaya kita orang yang awam, orang yang tidak sampai
derajatnya sebagai seorang mujtahid mutlaq, supaya kita tidak mau
memahami Al Qur’an, supaya kita malas untuk memikirkan, mentaddaburi,
memahami petunjuk yang datang di dalam Al Qur’an maupun sunnah-
sunnah Rasulullah shallallāhu ‘alayhi wa sallam.
Apabila seseorang sudah jauh dari Al Qur’an, jauh dari As Sunnah, tidak
mau memahami Al Qur’an dan juga Sunnah, maka dia akan jauh dari
petunjuk Allah Subhānahu wa Ta’āla.
الحمد هلل والصالة والسالم على رسول هللا وعلى آله وصحبه ومن وااله
Halaqah yang ke dua puluh tiga dari Silsilah ‘Ilmiyyah Penjelasan Kitab Al-
Ushulu As-Sittah yang dikarang oleh Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab
At Tamimi rahimahullah.
Dan ini belum tentu dimiliki oleh seseorang yang paling afdhal diantara
kaum muslimin seperti Abu Bakar dan Umar, kata beliau.
Karena seperti Abu Bakar radhiyallāhu ‘anhu, tidak semua hadits Nabi
shallallāhu ‘alayhi wa sallam sampai kepada beliau radhiyallāhu ‘anhu. Di
sana ada beberapa hadits yang tidak sampai kepada Abu Bakar
radhiyallāhu ‘anhu, seperti ketika beliau didatangi oleh seorang nenek yang
bertanya tentang bagiannya dari harta warisan.
Dan ketika ditanya, maka Abu Bakar radhiyallāhu ‘anhu tidak mengetahui
tentang bagian seorang nenek dari harta warisan.
Hadits yang isinya adalah diantara adab meminta izin ketika bertamu,
apabila seseorang mengetuk pintu 3 kali maka hendaklah dia
meninggalkan rumah tersebut.
Dan ini tidak diketahui oleh Umar bin Khatab radhiyallāhu ‘anhu.
Menunjukkan bahwasanya ada beberapa hadits yang tidak sampai kepada
Umar.
“Apakah kita akan pulang kembali ke kota Madinah atau kita terus akan
memasuki kota Syam yang di situ sedang tersebar wabah penyakit (sedang
tersebar tha’un)”.
Dan ini sesuai dengan ijtihad Umar saat itu yang memang setelah
bermusyawarah beliau mengambil pendapat dan menguatkan pendapat
untuk kembali ke kota Madinah.
ضا َحت ًما َال شَكَّ َو َال إِشكَا َل فِي ِه َ سانُ َك َذلِكَ فَليُع ِرض
ً عن ُه َما فَر ِ فَإِن لَم يَ ُكن
َ اإلن
للا وبركاته
ّ والسالم عليكم ورحمة
السالم عليكم ورحمة هللا وبركاته
الحمد هلل والصالة والسالم على رسول هللا وعلى آله وصحبه ومن وااله
Halaqah yang ke dua puluh empat dari Silsilah ‘Ilmiyyah Penjelasan Kitab
Al-Ushulu As-Sittah yang dikarang oleh Syaikh Muhammad bin Abdul
Wahab At Tamimi rahimahullah.
ُ ْلَج ِل- َو ِإ َّما َمجنون، ِإ َّما ِزندِيق: ب الـ ُه َدى ِمن ُهما؛ فَ ُه َو
صعوبَ ِة فَه ِم ِهما َ َو َمن
َ َطل
Kenapa demikian?
“Maka Maha Suci Allah dan segala puji bagi-Nya. Betapa banyak dan
betapa sering Allah Subhānahu wa Ta’āla menjelaskan baik secara syari’at di
dalam Al Qur’an maupun hadits-hadits Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam,
atau secara takdir, khalqan dan amran (maknanya hampir sama), betapa
banyak Allah menjelaskan dan membantah kerancuan yang mal’unah,
yang terlaknat ini, dengan berbagai cara dengan berbagai ushlub dengan
berbagai metode sehingga metode-metode tersebut sampai pada batas
yang dhoruri, akan tetapi sebagian besar manusia tidak mengetahui.”
Jadi muallif (pengarang) di sini ingin menjelaskan kepada kita bahwasanya
Allah telah menjelaskan di dalam Al Qur’an hal yang membantah
kerancuan tadi.
َولَقَد يَسَّرنَا ٱلقُر َءانَ ِلل ّذِك ِر فَ َهل ِمن ُّم َّد ِكر
ِ ِكتَ ٰـب أَنزَ لنَ ٰـهُ ِإلَيكَ ُم َب ٰـ َرك ِلّ َي َّدب َُّر ٓوا َءا َي ٰـ ِت ِهۦ َو ِل َيتَ َذ َّك َر أُولُوا ٱْلَل َب ٰـ
ب
Namun tidak cukup dengan hanya membaca dengan baik, dengan tahsin
dengan tajwid, kemudian seseorang meninggalkan memahami Al Qur’an.
Karena justru tujuan utama diturunkannya Al Qur’an adalah supaya kita
memahami Al Qur’an tersebut kemudian setelah itu kita amalkan Al Qur’an
tersebut.
Tentunya dalam hal ini pemahaman antara seorang ulama dengan seorang
penuntut ilmu, dengan seorang yang awam, ini berbeda-beda.
Satu ayat dibaca oleh seorang ulama dan dibaca oleh seorang penuntut
ilmu, dibaca oleh seorang yang awam, tentunya pemahaman masing-
masing berbeda-beda sesuai dengan apa yang Allah berikan kepada
mereka.
(QS. Yusuf: 2)
ُعث َمانُ بن ِ ِسو ِل هللاِ صلى هللا عليه وسلم َكعَب ِد هللا
ُ ابن َمسعُود َو ِ َح َّدثَنَا الَّذِينَ يُق ِرئُونَنَا ِمن أَص َحا
ُ ب َر
َ سلَّ َم
عش َر آيَات لَم يُ َجا ِو ُزوهَا َحتَّى َ علَي ِه َو َّ صلَّى
َ ُللا َ يِّ ِأَنَّ ُهم إ َذا تَعَلَّ ُموا ِمن النَّب: عفان َوغَي ُر ُه َما
يَتَعَلَّ ُموا َما فِي َها ِمن ال ِعل ِم َوالعَ َم ِل
Tidak berpindah kepada ayat yang lain kecuali setelah mereka memahami
dan kecuali setelah mereka mengamalkan 10 ayat tersebut.
Oleh karena itu apabila ada diantara sahabat Nabi shallallāhu ‘alayhi wa
sallam yang menghapal sebuah surat, maka ketahuilah bahwasanya dia
memahami ayat tersebut, memahami surat tersebut dan juga
mengamalkan apa yang ada di dalamnya.
Apabila ada seorang sahabat Nabi yang menghapal surat Al Baqarah atau
menghapal surat Ali Imran, maka berarti dia telah memahami isinya dan
mengamalkan apa yang ada di dalamnya.
Oleh karena itu orang yang menghapal surat Al Baqarah dan Ali Imran
diantara kalangan sahabat Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam, itu menjadi
orang yang memiliki kedudukan yang tinggi di sisi para sahabat
radhiyallāhu ‘anhum.
للا وبركاته
ّ والسالم عليكم ورحمة
السالم عليكم ورحمة هللا وبركاته
الحمد هلل والصالة والسالم على رسول هللا وعلى آله وصحبه ومن وااله
Halaqah yang ke dua puluh lima dari Silsilah ‘Ilmiyyah Penjelasan Kitab Al-
Ushulu As-Sittah yang dikarang oleh Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab
At Tamimi rahimahullah.
ٰ ٰ ٓ ِعلَ ٰ ٓى أَ ۡكثَ ِره ِۡم فَ ُه ۡم َال ي ُۡؤ ِمنُونَ ۞ إِنَّا َجعَ ۡلنَا ف َ لَقَ ۡد َح َّق ۡٱلقَ ۡو ُل
ان فَ ُهم ِ َي إِلَى ۡٱْل َ ۡذق
َ ي أَ ۡعنَ ِق ِه ۡم أَ ۡغلَ ٗال فَ ِه
علَ ۡي ِه ۡم
َ س َوآء َ ۞و
َ َص ُرون َ س ٗ ّدا َو ِم ۡن خ َۡل ِف ِه ۡم
ِ س ٗ ّدا فَأ َ ۡغش َۡي ٰنَ ُه ۡم فَ ُه ۡم َال ي ُۡب َ ُّم ۡق َم ُحونَ ۞ َو َجعَ ۡلنَا ِمن بَ ۡي ِن أَ ۡيدِي ِه ۡم
ش ۡرهُ بِ َم ۡغ ِف َرة ِ ٱلر ۡح ٰ َمنَ بِ ۡٱلغ َۡي
ّ ِ َب فَب َّ يَ َءأَن َذ ۡرتَ ُه ۡم أَ ۡم لَ ۡم تُنذ ِۡره ُۡم َال ي ُۡؤ ِمنُونَ ۞ ِإنَّ َما تُنذ ُِر َم ِن ٱتَّبَ َع ٱل ّذ ِۡك َر َو َخ ِش
َوأَ ۡجر ك َِريم
Dan kami telah menjadikan dari depan mereka penutup dan dari belakang
mereka penutup, maka kami menutupi mereka sehingga mereka tidak bisa
melihat.
Ayat-ayat yang disebutkan oleh pengarang di sini adalah surat Yasin ayat
ke-7 sampai 11.
Menunjukkan tentang bagaimana orang yang berpaling dari Adz Dzikr (Al
Qur’an) yang Allah turunkan. Dan bahwasanya mereka ditutupi dari arah
depannya, dari arah belakangnya, sehingga mereka tidak bisa melihat,
tidak bisa mendengar.
“(Maka orang yang mau mengikuti Al Qur’an, (mengikuti Adz Dzikr) dan
takut kepada Allah padahal Allah adalah ghaib), maka kabarkanlah dia
dengan ampunan dan pahala yang besar (dari Allah Subhānahu wa
Ta’āla).”
Itulah perkara yang ke enam yang ingin disampaikan oleh pengarang di sini.
Semoga bisa bermanfaat.
Alhamdulillah.
للا وبركاته
ّ والسالم عليكم ورحمة