Anda di halaman 1dari 59

Halaqah 1 | Pengertian Al Qadha dan Al Qadar

PENGERTIAN AL QADHA DAN AL QADHAR


‫السالم عليكم ورحمة هللا وبركاته‬
‫الحمد هلل والصالة والسالم على رسول هللا وعلى آله وصحبه أجمعين‬
Halaqah yang ke-1 dari Silsilah ‘ilmiyyah Beriman Kepada Takdir Allah
adalah tentang “Pengertian Al Qadha dan Al Qadar”.
Al Qadha dan Al Qadar adalah dua kata yang apabila berdampingan
maka masing-masing memiliki makna tersendiri.
Al Qadha

➡ Secara bahasa diantara maknanya adalah memutuskan,


menyelesaikan, menyempurnakan, dan mewajibkan.
Allah berfirman :
ُ‫ضى َربُّكَ أَ َّل تَ ْعبُدُوا ِإ َّل ِإيَاه‬
َ َ‫… َوق‬
“Dan Rabb-mu mewajibkan supaya kalian tidak menyembah kecuali
kepada-Nya.” [QS Al-Isra’ 23]
Dan Allah berfirman :
ِ ‫ضي ِب ْال َح‬
‫ق‬ ِ ‫ّللاُ َي ْق‬
َ ‫… َو‬
“Dan Allah memutuskan dengan benar.” [QS Ghafir 20]
Dan Allah berfirman :
َ َ‫ّللا َك ِذ ْك ِر ُك ْم آبَا َء ُك ْم أَ ْو أ‬
‫ش َد ِذ ْك ًرا‬ َ َ ‫ض ْيت ُ ْم َمنَا ِس َك ُك ْم فَا ْذ ُك ُروا‬
َ َ‫… فَإِ َذا ق‬
“Maka apabila kalian menyelesaikan manasik haji kalian hendaklah kalian
mengingat Allah, seperti kalian mengingat bapak-bapak kalian atau lebih
banyak.” [QS Al-Baqarah 200]
➡ Adapun secara syariat yang dimaksud dengan Al Qadha adalah apa
yang Allah putuskan pada makhluk-Nya baik berupa pengadaan,
peniadaan, atau perubahan sesuai dengan Qadar atau ketentuan Allah
sebelumnya.
Al Qadar
➡ Secara bahasa adalah menentukan.
➡ Adapun secara syariat maka Al Qadar adalah apa yang sejak dahulu
atau azali sudah Allah tentukan akan terjadi.
Dengan demikian Al Qadar lebih dahulu daripada Al Qadha, karena Al
Qadar adalah ketentuan Allah sejak azali sedangkan Al Qadha adalah
keputusan Allah setelah itu, berupa pengadaan atau peniadaan atau
pengubahan. Dan keduanya saling melazimi tidak bisa dipisah satu dengan
yang lain.
Apa yang Allah tentukan akan Dia putuskan dan apa yang menjadi
keputusan Allah maka itulah yang dia tentukan sebelumnya.
Namun apabila kata Al Qadha atau Al Qadar datang sendiri dalam
sebuah kalimat maka maknanya mencakup makna kata yang lain.
Al Qadha adalah ketentuan Allah sejak dahulu dan keputusan-Nya.
Demikian pula Al Qadar adalah ketentuan Allah sejak dahulu dan
keputusan-Nya.
Itulah yang bisa kita sampaikan pada halaqah kali ini, dan sampai bertemu
kembali pada halaqah selanjutnya.
ُ‫علَ ْي ُك ْم َو َرحْ َمةُ هللاِ َوبَ َركَاتُه‬
َ ‫سالَ ُم‬
َ ‫َو ال‬
Saudaramu,
Abdullāh Roy
Di kota Al-Madīnah
Halaqah 2 | Dalil Wajibnya Beriman dengan Takdir Allah

DALIL WAJIBNYA BERIMAN


DENGAN TAKDIR ALLAH
‫السالم عليكم ورحمة هللا وبركاته‬
‫الحمد هلل والصالة والسالم على رسول هللا وعلى آله وصحبه أجمعين‬
Halaqah yang ke-2 dari Silsilah ‘ilmiyyah Beriman Kepada Takdir Allah
adalah tentang “Dalil Wajibnya Beriman dengan Takdir Allah”.
Beriman dengan takdir Allah yang baik dan yang buruk adalah
termasuk salah satu diantara enam rukun iman yang harus diimani dan
telah tetap kewajibannya di dalam Al-Qur’an, As-Sunnah, dan Ijma.
Dari Al-Qur’an
Allah Subhānahu wa Ta’āla berfirman,
‫ش ْيء َخلَ ْقنَاهُ ِبقَ َدر‬
َ ‫ِإنَا ُك َل‬
“Sesungguhnya Kami telah menciptakan segala sesuatu dengan ketentuan.”
[QS Al-Qamar 49]
Dan Allah berfirman,

ً ‫ش ْيء فَقَد ََرهُ تَ ْقد‬


… ‫ِيرا‬ َ ‫َو َخلَقَ ُك َل‬
“Dan Dia menciptakan segala sesuatu maka Dia pun menentukan dengan
sebenar-benar penentuan.” [QS Al-Furqan 2]
Dan Allah Subhānahu wa Ta’āla berfirman,
… ‫ُورا‬ َ ‫َو َكانَ أَ ْم ُر‬
ً ‫ّللاِ قَ َد ًرا َم ْقد‬
“Dan perkara Allah adalah ketentuan yang sudah ditakdirkan.” [QS Al-
Ahzab 38]
Adapun dari As-Sunnah
Maka Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda ketika ditanya oleh Malaikat Jibril alaihissalam
tentang iman,
‫أن تؤ من با هلل ومال ئكته وكتبه ورسله واليوم اّل خر وتؤ من بالقدرخيره وشره‬
“Engkau beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya,
Rasul-Rasul-Nya, Hari Akhir, dan engkau beriman dengan takdir yang baik
maupun yang buruk.” [HR Muslim]
Dan beliau ‫ ﷺ‬bersabda,
ُ ‫ش ْيء ِبقَ َدر َحتَى ال َعجْ ُز وال َكي‬
‫ْس‬ َ ‫ُك ُّل‬
“Segala sesuatu dengan takdir sampai ketidak mampuan dan
kecerdasan.” [HR Muslim]
Adapun dari Ijma
Maka kaum muslimin telah bersepakat atas wajibnya beriman dengan
takdir Allah dan bahwasanya orang yang mengingkari takdir Allah maka
dia telah keluar dari agama Islam.

Berkata Abdullah Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma ketika mendengar


tentang munculnya orang-orang yang mengingkari takdir dan bahwasanya
kejadian terjadi dengan sendirinya tanpa takdir.
‫ لَ ْو أَ َن‬،‫ع َم َر‬ ُ ُ‫ع ْب ُد هللاِ بْن‬
َ ‫ف بِ ِه‬ُ ‫ َوالَذِي يَحْ ِل‬،‫فَإِ َذا لَقِيتَ أُولَئِكَ فَأ َ ْخبِ ْر ُه ْم أَنِي بَ ِريء ِم ْن ُه ْم َوأَنَ ُه ْم ب َُرآ ُء ِمنِي‬
‫ِِل َ َح ِد ِه ْم ِمثْ َل أ ُ ُحد َذ َهبًا فَأ َ ْنفَقَهُ َما قَبِ َل هللاُ ِم ْنهُ َحتَى يُؤْ ِمنَ بِ ْالقَ َد ِر‬
“Apabila kamu bertemu dengan mereka maka kabarkanlah kepada
mereka bahwa aku (Abdullah Ibnu Umar) berlepas diri dari mereka dan
mereka pun berlepas diri dariku. Demi Dzat yang Abdullah Ibnu Umar
bersumpah dengan-Nya seandainya salah seorang dari mereka memiliki
emas sebesar gunung Uhud kemudian menginfakkannya maka Allah tidak
akan menerima darinya sampai dia beriman dengan takdir.” [Atsar ini
diriwayatkan oleh Imam Muslim di dalam shahihnya]
Yang demikian karena Allah tidak menerima amalan orang yang kafir
dan termasuk kekufuran apabila seseorang mengingkari takdir Allah azza
wajalla.
Berkata Al Imam An Nawawi rahimahullah,
َ ‫ص َحابَ ِة َوأَ ْه ِل ْال َح ِل َو ْالعَ ْق ِد ِمنَ ال‬
ِ َ‫سل‬
‫ف‬ َ ‫سنَ ِة َوإِجْ َماعِ ال‬
ُّ ‫ب ِوال‬ ْ َ‫ت ْاِل َ ِدلَةُ ْالق‬
ِ ‫ط ِعيَاتُ ِمنَ ْال ِكتَا‬ َ َ‫َوقَ ْد ت‬
ِ ‫ظاه ََر‬
‫س ْب َحانَهُ َوتَ َعالَى‬ ِ َ ‫ت قَ َد ِر‬
ُ ‫ّللا‬ ِ ‫علَى ِإثْبَا‬ َ ‫ف‬ ِ َ‫َو ْال َخل‬
“Telah banyak dalil-dalil yang jelas tetapnya yang saling menguatkan dari
Al-Qur’an, As-Sunnah, dan Ijma Shahabat dan para Ahlul Halli wal Aqdi,
(yaitu orang-orang yang punya wewenang dari tokoh-tokoh kaum
muslimin) dari kalangan salaf dan kholaf yang menunjukkan atas
penetapan takdir Allah Subhānahu wa Ta’āla.” [Al Minhaj Syarah Shahih
Muslim Ibnu Al Hajjaj jilid I hal 155]
Dan berkata Ibnu Hajar rahimahullah,
‫اِلمور كلها بتقدير هللا تعالى‬
َ ‫و مذهب السلف قاطبة أن‬
“Dan Manhaj seluruh salaf bahwa perkara-perkara semuanya dengan
takdir Allah Ta’āla.” [Fathul Baari jilid 11 hal 478]
Itulah yang bisa kita sampaikan pada halaqah kali ini, dan sampai bertemu
kembali pada halaqah selanjutnya.
ُ‫علَ ْي ُك ْم َو َرحْ َمةُ هللاِ َوبَ َركَاتُه‬
َ ‫سالَ ُم‬
َ ‫َو ال‬
Saudaramu,
Abdullāh Roy
Di kota Al-Madīnah
Halaqah 3 | Kedudukan Iman dengan Takdir di dalam Agama Islam

DALIL WAJIBNYA BERIMAN


DENGAN TAKDIR ALLAH
‫السالم عليكم ورحمة هللا وبركاته‬
‫الحمد هلل والصالة والسالم على رسول هللا وعلى آله وصحبه أجمعين‬
Halaqah yang ke-3 dari Silsilah ‘ilmiyyah Beriman Kepada Takdir Allah
adalah tentang “Kedudukan Iman dengan Takdir di dalam Agama Islam”.
Iman dengan takdir Allah memiliki kedudukan yang tinggi di dalam
agama Islam.
Diantara yg menunjukkan ketinggian kedudukannya:
1⃣. Beriman dengan takdir termasuk diantara enam Rukun Iman yang harus
diimani dan pokok aqidah yang harus diyakini yang tidak sah iman seorang
hamba tanpanya.
2⃣. Beriman yang benar dengan takdir Allah yang mencakup: beriman
dengan Ilmu Allah, penulisan-Nya, kehendak-Nya, dan Penciptaan-Nya
termasuk bagian dari Mentauhidkan Allah di dalam Rububiyah dan sifat-
sifat-Nya, karena Al Qadha (memutuskan) dan Al Qadar (menentukan)
adalah termasuk pekerjaan Allah dan pekerjaan Allah adalah termasuk
sifat-sifat-Nya. Barangsiapa yang tidak beriman dengan takdir maka dia
bukan seseorang yang meng-Esa-kan Allah di dalam Rububiyah-Nya dan ini
membawa pengaruh buruk pada Tauhid Uluhiyahnya.
Adapun orang yang beriman dengan Al Qadha dan Al Qadar maka
akan terjaga Tauhid Rububiyah-Nya dan Uluhiyahnya.
Berkata Abdullah Ibnu Abbas Radhiyallahu anhuma,
” ‫ َو َم ْن‬، ‫ام لَ َها‬َ ‫ص‬ َ ‫ي ْالعُ ْر َوة ُ ْال ُوثْقَى الَ ِتي ّل ا ْن ِف‬
َ ‫ع َز َو َج َل َوآ َمنَ ِب ْالقَ َد ِر فَ ِه‬ َ ‫ْالقَ َد ُر ِن‬
َ َ ‫ فَ َم ْن َو َح َد‬، ‫ظا ُم الت َ ْو ِحي ِد‬
َ ‫ّللا‬
َ ‫ب بِ ْالقَ َد ِر نَ ْق‬
‫ض الت َ ْو ِحي َد‬ َ ‫ّللا تَعَالَى َو َك َذ‬
َ َ ‫ ” َو َح َد‬.
“Takdir adalah aturan Tauhid, barangsiapa mengesakan Allah dan beriman
dengan takdir maka inilah tali yang kuat yang tidak akan terlepas. Dan
barangsiapa mentauhidkan Allah dan mendustakan takdir maka dia telah
melepaskan tauhidnya.” [Atsar ini dikeluarkan oleh Al Firyabi di dalam
Kitab Beliau Al Qadar hal 143]
Yang dimaksud dengan takdir adalah aturan Tauhid yaitu beriman
dengan takdir menjadikan teratur dan lurus tauhid seseorang.
3⃣. Beriman dengan takdir Allah adalah beriman dengan Qudratullah
(kemampuan Allah). Barangsiapa yang tidak beriman dengan takdir berarti
dia tidak beriman dengan Qudratullah.
Berkata Zaid Ibnu Aslam,
‫ فمن كذب بالقدر؛ فقد جحد قدرة هللا عز وجل‬، ‫القدر قدرة هللا عز وجل‬
“Takdir adalah kemampuan Allah azza wajalla, barangsiapa yang
mendustakan takdir maka dia telah mengingkari kemampuan Allah azza
wajalla.” [Atsar ini diriwayatkan oleh Al Firyabi di dalam Kitab Beliau Al
Qadar hal 144].

4⃣. Beriman dengan takdir berkaitan dengan hikmah Allah, Ilmu-Nya,


Kehendak-Nya, dan Penciptaan-Nya. Maka barangsiapa yang mengingkari
takdir berarti dia telah mengingkari Ilmu Allah, Kehendak-Nya, dan
Penciptaan-Nya.
5⃣. Beriman yang benar dengan takdir Allah akan membuahkan kebaikan
yang banyak dan kebahagiaan di dunia dan akhirat.
Sebagaimana akan datang penyebutannya di halaqah-halaqah yang
terakhir dari silsilah ini. Dan kebodohan tentang beriman dengan takdir
ataupun kesalahpahaman menyebabkan berbagai penyimpangan dan
kesengsaraan di dunia dan akhirat.
6⃣. Beriman dengan takdir adalah aqidah seluruh para Nabi dan para
pengikut mereka.
Allah berfirman tentang Nabi Nuh alaihissalam,
َ ‫…قَا َل ِإنَ َما َيأ ْ ِتي ُك ْم ِب ِه‬
‫ّللاُ ِإ ْن شَا َء‬
“Nuh berkata sesungguhnya Allah-lah yang akan mendatangkan tanda
kekuasaan-Nya apabila Dia menghendaki.” [QS Hud 33]
Dan Allah Subhānahu wa Ta’āla berfirman tentang Nabi Ismail alaihissalam,
… َ‫صابِ ِرين‬ َ ‫ست َِج ُدنِي إِ ْن شَا َء‬
َ ‫ّللاُ ِمنَ ال‬ َ ِ َ‫قَا َل يَا أَب‬
‫ت ا ْفعَ ْل َما تُؤْ َم ُر‬
“Ismail berkata, wahai bapakku kerjakanlah apa yang telah diperintahkan
kepadamu, niscaya engkau akan mendapatkan diriku termasuk orang-
orang yang sabar apabila Allah menghendaki.” [QS Ash-Shaffat 102]
Dan Allah berfirman tentang Nabi Musa alaihissalam,

َ ‫ب لَ ْو ِش ْئتَ أَ ْهلَ ْكتَ ُه ْم ِم ْن قَ ْب ُل َو ِإي‬


… ‫َاي‬ ِ ‫… قَا َل َر‬
“Musa berkata, wahai Rabb-ku seandainya Engkau menghendaki niscaya
Engkau telah menghancurkan mereka dan diriku sebelum ini.” [QS Al-A’raf
155]
Tiga ayat di atas menunjukkan keimanan para Nabi alaihimussallam
terhadap takdir Allah azza wajalla.
7⃣. Diantara yg menunjukkan ketinggian kedudukan beriman dengan takdir
di dalam agama Islam bahwa takdir berkaitan langsung dengan kehidupan
manusia setiap harinya, seperti: sehat, sakit, kaya, miskin, kuat, lemah,
bahagia, sengsara, nikmat, adzab, hidayah, kesesatan dll.
Itulah yang bisa kita sampaikan pada halaqah kali ini, dan sampai bertemu
kembali pada halaqah selanjutnya.
ُ‫علَ ْي ُك ْم َو َرحْ َمةُ هللاِ َوبَ َركَاتُه‬
َ ‫سالَ ُم‬
َ ‫َو ال‬
Saudaramu,
Abdullāh Roy
Di kota Al-Madīnah
Halaqah 4 | Cara Beriman dengan Takdir Allah Bagian 1

CARA BERIMAN DENGAN TAKDIR ALLAH


BAGIAN 1
‫السالم عليكم ورحمة هللا وبركاته‬
‫الحمد هلل والصالة والسالم على رسول هللا وعلى آله وصحبه أجمعين‬
Halaqah yang ke-4 dari Silsilah ‘ilmiyyah Beriman Kepada Takdir Allah
adalah tentang “ Cara Beriman dengan Takdir Allah Bagian 1”.
Cara Beriman dengan Takdir Allah
adalah dengan mengimani Marotibul Qadar
(tingkatkan-tingkatan takdir) yang jumlahnya ada empat:
1⃣. Ilmu Allah yang meliputi segala sesuatu, yang ada dan yang tidak ada,
yang mungkin terjadi dan yang tidak mungkin terjadi.
Allah Subhānahu wa Ta’āla mengetahui yang ada di langit maupun
yang ada di bumi, yang kelihatan maupun yg tidak kelihatan.
Allah Subhānahu wa Ta’āla berfirman,
… ‫ع ِليم‬ َ ‫ّللاُ ِب ُك ِل‬
َ ‫ش ْيء‬ َ ‫َو‬
“Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” [QS Al-Baqarah 282]

Dan Allah berfirman :


ُ ُ‫ب َّل يَ ْعلَ ُم َها ِإ َّل ه َُو َويَ ْع َل ُم َما فِي ْالبَ ِر َو ْالبَحْ ِر َو َما تَ ْسق‬
‫ط ِم ْن َو َرقَة ِإ َّل يَ ْعلَ ُم َها‬ ِ ‫َو ِع ْن َدهُ َمفَاتِ ُح ْالغَ ْي‬
‫طب َو َّل َيا ِبس ِإ َّل ِفي ِكتَاب ُم ِبين‬ ْ ‫ض َو َّل َر‬ ِ ‫ت ْاِل َ ْر‬
ِ ‫ظلُ َما‬
ُ ‫َو َّل َحبَة ِفي‬
“Dan di sisi-Nya kunci-kunci ilmu ghaib, tidak mengetahuinya kecuali Dia,
dan Dia mengetahui apa yang ada di daratan dan lautan dan tidaklah
jatuh sebuah daun kecuali Allah mengetahuinya dan tidak ada satu biji di
kegelapan-kegelapan bumi dan tidak ada sesuatu yang basah maupun
kering kecuali semuanya tertulis di dalam kitab yang nyata (Al Lauhul
Mahfudz).” [QS Al-An’am 59]
Allah mengetahui yang sudah terjadi, yang sedang terjadi dan yang
akan terjadi, bahkan Allah mengetahui apa yang tidak terjadi, seandainya
terjadi bagaimana kejadiannya.
Allah berfirman,
… َ‫ع ْنهُ َو ِإنَ ُه ْم لَكَا ِذبُون‬
َ ‫َولَ ْو ُردُّوا لَ َعادُوا ِل َما نُ ُهوا‬
“Dan seandainya mereka (yaitu orang-orang kafir) dikembalikan ke dunia
niscaya mereka akan kembali melakukan apa yang mereka sudah dilarang
darinya dan sesungguhnya mereka adalah berdusta.” [QS Al-An’am 28]
Yaitu seandainya orang-orang kafir yang diadzab di dalam neraka
yang meminta supaya dikembalikan ke dunia untuk beriman dan beramal
dikabulkan permintaan mereka untuk kembali ke dunia, niscaya mereka
akan kafir kembali.
Dan Allah mengetahui apa yang dilakukan oleh makhluk sebelum Allah
menciptakan mereka, mengetahui rezeki, ajal, dan amalan mereka,
bergerak dan diamnya mereka, kesengsaraan dan kebahagiaan mereka,
bahkan Allah mengetahui siapa diantara mereka yang kelak akan masuk
ke dalam surga dan siapa yang akan masuk ke dalam neraka sebelum Allah
menciptakan mereka. Bahkan sebelum mereka diciptakan, Allah
mengetahui siapa diantara mereka yang kelak akan masuk surga dan siapa
diantara mereka yang kelak akan masuk neraka.
Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda di dalam hadits Ibnu Abbas radhiyallahu anhuma,
ketika Nabi ‫ ﷺ‬ditanya tentang anak-anak orang-orang musyrikin beliau
mengatakan,
‫هللا أعلم بـما كـانوا عامليـن‬
“Allah lebih tau tentang apa yang akan mereka amalkan.” [HR Bukhari
dan Muslim]
Dan beliau ‫ ﷺ‬bersabda,
‫ما منـكم من نفس إّل وقد علم منزلها من الجنة والنـار‬
“Tidak ada sebuah jiwa kecuali telah diketahui tempatnya di dalam surga
dan neraka.” [HR Bukhari dan Muslim]
Kewajiban seorang muslim adalah berbaik sangka kepada Allah yang
telah memberikan hidayah kepada agama Islam ini dan Sunnah Rasulullah
‫ ﷺ‬kemudian istiqamah dalam beriman dan beramal shaleh sampai dia
meninggal dunia.
Itulah yang bisa kita sampaikan pada halaqah kali ini, dan sampai bertemu
kembali pada halaqah selanjutnya.
ُ‫علَ ْي ُك ْم َو َرحْ َمةُ هللاِ َوبَ َركَاتُه‬
َ ‫سالَ ُم‬
َ ‫َو ال‬
Saudaramu,
Abdullāh Roy
Di kota Al-Madīnah
Halaqah 5 | Cara Beriman dengan Takdir Allah Bagian 2

CARA BERIMAN DENGAN TAKDIR ALLAH


BAGIAN 2
‫السالم عليكم ورحمة هللا وبركاته‬
‫الحمد هلل والصالة والسالم على رسول هللا وعلى آله وصحبه أجمعين‬
Halaqah yang ke-5 dari Silsilah ‘ilmiyyah Beriman Kepada Takdir Allah
adalah tentang “ Cara Beriman dengan Takdir Allah Bagian 2”.
Cara Beriman dengan Takdir Allah
adalah dengan mengimani Marotibul Qadar
(tingkatkan-tingkatan takdir) yang jumlahnya ada empat:
Diantara cara beriman dengan takdir Allah adalah dengan mengimani
tingkatan takdir yang ke dua, yaitu:
2⃣. Penulisan Allah terhadap seluruh takdir makhluk-Nya di dalam Al Lauhul
Mahfudz. Maka tidaklah terjadi sesuatu di alam ini kecuali Allah telah
menulisnya di dalam kitab tersebut. Tidak mungkin apa yang terjadi di
alam ini keluar dari apa yang sudah Allah tuliskan.
Dalil-dalil tentang beriman dengan penulisan Allah terhadap takdir di
dalam Al Lauhul Mahfudz dari Al-Qur’an diantaranya :
Firman Allah azza wajalla :

َ‫صا ِل ُحون‬
َ ‫ِي ال‬ َ ‫الذ ْك ِر أَ َن ْاِل َ ْر‬
َ ‫ض َي ِرث ُ َها ِع َباد‬ ِ ‫ُور ِم ْن َب ْع ِد‬ َ ‫َولَقَ ْد َكتَ ْبنَا ِفي‬
ِ ‫الزب‬
“Dan Kami telah menulis di dalam kitab-kitab yang Kami turunkan setelah
sebelumnya ditulis di dalam Adz-Dzikr, bahwa bumi ini diwarisi oleh hamba-
hamba-Ku yang shalih.” [QS Al-Anbiya’ 105]
Adz-Dzikr adalah nama lain dari Al Lauhul Mahfudz.
Allah Subhānahu wa Ta’āla berfirman :
َ ْ‫ش ْيء أَح‬
‫ص ْينَاهُ فِي إِ َمام ُمبِين‬ َ ‫َو ُك َل‬ ‫ار ُه ْم‬ ُ ُ ‫إِنَا نَحْ نُ نُحْ يِي ْال َم ْوتَى َونَ ْكت‬
َ َ‫ب َما قَ َد ُموا َوآث‬
“Sesungguhnya Kami-lah yang menghidupkan orang-orang yang mati dan
Kami-lah yang menulis apa yang mereka kerjakan dan bekas-bekas mereka
dan segala sesuatu Kami ihso’ di dalam kitab yang jelas.” [QS Ya-Sin 12]
Makna “ihso’” diantaranya : Allah mengetahuinya, menjaganya,
menetapkannya di dalam kitab tersebut.
Dan yang dimaksud dengan Kitab yang jelas adalah Al Lauhul Mahfudz.
Dan Allah Subhānahu wa Ta’āla berfirman :
ِ َ ‫علَى‬
‫ّللا َي ِسير‬ َ َ‫ِإ َن َذلِك‬ ‫ِإ َن َذلِكَ ِفي ِكتَاب‬ ِ ‫اء َو ْاِل َ ْر‬
‫ض‬ ِ ‫س َم‬ َ َ ‫أَلَ ْم تَ ْعلَ ْم أَ َن‬
َ ‫ّللا َي ْعلَ ُم َما ِفي ال‬
“Bukankah kamu mengetahui bahwa Allah mengetahui apa yang ada di
langit dan di bumi. Sesungguhnya yang demikian ada di dalam Kitab,
sesungguhnya yang demikian sangat mudah bagi Allah.” [QS Al-Hajj 70]
Dan Allah Subhānahu wa Ta’āla berfirman :
… َ ‫ب ِم ْن‬
‫ش ْيء‬ ْ ‫ َما فَ َر‬..
ِ ‫طنَا فِي ْال ِكتَا‬
“Kami tidak lupakan sesuatu pun di dalam Al Lauhul Mahfudz.” [QS Al-
An’am 38]
Dan Allah Subhānahu wa Ta’āla berfirman,
… ‫صغ ََر ِم ْن َذلِكَ َو َّل أَ ْكبَ َر ِإ َّل‬
ْ َ‫اء َو َّل أ‬ ِ ‫ع ْن َربِكَ ِم ْن ِمثْقَا ِل َذ َرة فِي ْاِل َ ْر‬
َ ‫ض َو َّل فِي ال‬
ِ ‫س َم‬ ُ ‫َو َما يَ ْع ُز‬
َ ‫ب‬
‫ِفي ِكتَاب ُم ِبين‬
“Dan tidak terlepas dari pengetahuan Allah. Sesuatu sebesar semut kecil pun
baik di bumi maupun di langit baik yang lebih kecil daripada itu atau lebih
besar kecuali di dalam Kitab yang jelas.” [QS Yunus 61]
Adapun dari Sunnah maka Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda :
‫سنَة‬ َ ‫ض بِخ َْمسِينَ أَ ْل‬
َ ‫ف‬ َ ‫ت َو ْاِل َ ْر‬
ِ ‫اوا‬
َ ‫س َم‬ ِ ِ‫ِير ْالخ ََالئ‬
َ ‫ق قَ ْب َل أَ ْن يَ ْخلُقَ ال‬ َ ‫َب هللاُ َمقَاد‬
َ ‫َكت‬
“Allah menulis takdir-takdir bagi para makhluk-Nya lima puluh ribu tahun
sebelum Allah menciptakan langit dan bumi.” [HR Muslim]
Dan Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda :
َ ‫الذ ْك ِر ُك َل‬
‫ش ْيء‬ َ ‫َو َكت‬
ِ ‫َب فِي‬
“Dan Allah menulis di dalam Adz-Dzikr (Al Lauhul Mahfudz) segala
sesuatu.” [HR Bukhari dan Muslim]
Dan Beliau ‫ ﷺ‬bersabda :
‫ب َم ْقعَ ُدهُ ِم ْن النَا ِر َو َم ْقعَ ُدهُ ِم ْن ْال َجنَ ِة‬
َ ِ‫َما ِم ْن ُك ْم ِم ْن أَ َحد إِ َّل َوقَ ْد ُكت‬
“Tidak ada diantara kalian kecuali sudah ditulis tempatnya di dalam
neraka dan tempatnya di dalam surga.” [HR Al Bukhari dan Muslim]

Itulah yang bisa kita sampaikan pada halaqah kali ini, dan sampai bertemu
kembali pada halaqah selanjutnya.
ُ‫علَ ْي ُك ْم َو َرحْ َمةُ هللاِ َوبَ َركَاتُه‬
َ ‫سالَ ُم‬
َ ‫َو ال‬
Saudaramu,
Abdullāh Roy
Di kota Al-Madīnah
Halaqah 6 | Cara Beriman dengan Takdir Allah Bagian 3

CARA BERIMAN DENGAN TAKDIR ALLAH


BAGIAN 3
‫السالم عليكم ورحمة هللا وبركاته‬
‫الحمد هلل والصالة والسالم على رسول هللا وعلى آله وصحبه أجمعين‬
Halaqah yang ke-6 dari Silsilah ‘ilmiyyah Beriman Kepada Takdir Allah
adalah tentang “ Cara Beriman dengan Takdir Allah Bagian 3”.
Cara Beriman dengan Takdir Allah
adalah dengan mengimani Marotibul Qadar
(tingkatkan-tingkatan takdir) yang jumlahnya ada empat:
Selain beriman dengan penulisan takdir azali yang mencakup seluruh
perkara, maka para ulama menyebutkan bahwa termasuk beriman dengan
penulisan takdir adalah beriman dengan beberapa jenis penulisan takdir
yang lain, yang merupakan bagian dari penulisan takdir azali.
➡ ⑴ Takdir Umri
Yaitu penulisan takdir seseorang di awal umurnya ketika di dalam rahim
ibunya. Ditulis rezeki, ajal, amalan, kesengsaraan dia, dan kebahagiaannya.
Dalilnya adalah hadits Abdullah Ibnu Mas’ud radiallahu ‘anhu.
Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda :

‫ ث ُ َم َي ُك ْونُ في ذلك‬، َ‫ع َل َقةً ِم ْث َل َذلِك‬ َ ‫ ث ُ َم َي ُك ْونُ في ذلك‬،‫ط ِن أ ُ ِم ِه أَ ْر َب ِعيْنَ َي ْو ًما‬ ْ ‫إن أَ َح َد ُكم يُجْ َم ُع خلقُهُ ِف ْي َب‬
َ
‫ َوأَ َج ِل ِه‬،‫ب ِر ْزقِ ِه‬ ُّ ‫س ُل ْال َملَكُ فيَ ْنفُ ُخ فِ ْي ِه‬
ِ ْ‫بِ َكت‬: ‫ َويُؤْ َم ُر بِأ َ ْربَ ِع َك ِل َمات‬،‫الر ْو َح‬ َ ‫ ث ُ َم ي ُْر‬، َ‫ضغَةً ِمث َل َذلِك‬
ْ ‫ ُم‬،
‫س ِعيْد‬ َ
َ ‫ش ِقي أ ْو‬ َ ‫ َو‬،‫ع َم ِل ِه‬
َ ‫ َو‬،
(‫ي َو ُم ْس ِلم‬ ِ ‫) َر َواهُ ْالبُخ‬
ُّ ‫َار‬
“Sesungguhnya salah seorang diantara kalian dikumpulkan penciptaanya
di perut ibunya selama 40 hari, kemudian di dalamnya sebagai segumpal
darah selama 40 hari, kemudian di dalamnya sebagai segumpal daging
selama 40 hari, kemudian diutus seorang Malaikat kemudian meniup nyawa
di dalamnya dan diperintahkan dengan 4 kalimat yaitu menulis rezekinya,
ajalnya, amalannya, dan apakah dia sengsara atau orang yang bahagia.”
[HR Al Bukhari dan Muslim]
➡ ⑵ Takdir Hauli
Yaitu takdir khusus kejadian selama satu tahun ditentukan di malam
Lailatul Qadar.
Allah Subhānahu wa Ta’āla berfirman,
َ‫ِإنَا ُكنَا ُم ْنذ ِِرين‬ َ ‫ِإنَا أَ ْنزَ ْلنَاهُ ِفي لَ ْيلَة ُم َب‬
‫اركَة‬
‫فِي َها يُ ْف َر ُق ُك ُّل أَ ْمر َح ِكيم‬
“Sesungguhnya Kami telah turunkan Al Qur’an pada malam yang
berbarakah. Sesungguhnya Kami memberikan peringatan, di dalamnya
dipisahkan seluruh perkara yang kokoh.” [QS Ad-Dukhan 3- 4]
➡ ⑶ Takdir Yaumi
Yaitu pelaksanaan apa yang sudah ditulis pada waktu yang sudah
ditentukan.
Dalilnya adalah firman Allah,
.. ‫ُك َل يَ ْوم ه َُو فِي شَأْن‬
“Setiap hari Dia (Allah) dalam sebuah urusan.” [QS Ar-Rahman 29]
Diantara urusan Allah adalah mengampuni dosa, menciptakan,
melenyapkan, menghidupkan, mematikan, memuliakan dan menghinakan,
memberi dan menahan, dll.
Dan perlu diketahui bahwa Takdir Yaumi, Hauli, dan Umri tidak keluar dari
apa yang sudah tertulis di dalam takdir azali.
Itulah yang bisa kita sampaikan pada halaqah kali ini, dan sampai bertemu
kembali pada halaqah selanjutnya.
ُ‫علَ ْي ُك ْم َو َرحْ َمةُ هللاِ َو َب َركَاتُه‬
َ ‫سالَ ُم‬
َ ‫َو ال‬
Saudaramu,
Abdullāh Roy
Di kota Al-Madīnah
Halaqah 7 | Cara Beriman dengan Takdir Allah Bagian 4

CARA BERIMAN DENGAN TAKDIR ALLAH


BAGIAN 4
‫السالم عليكم ورحمة هللا وبركاته‬
‫الحمد هلل والصالة والسالم على رسول هللا وعلى آله وصحبه أجمعين‬
Halaqah yang ke-7 dari Silsilah ‘ilmiyyah Beriman Kepada Takdir Allah
adalah tentang “ Cara Beriman dengan Takdir Allah Bagian 4”.
Cara Beriman dengan Takdir Allah
adalah dengan mengimani Marotibul Qadar
(tingkatkan-tingkatan takdir) yang jumlahnya ada empat:
Diantara Cara Beriman dengan Takdir Allah adalah dengan mengimani
tingkatan takdir yang ke-3 yaitu:
3⃣. Masyiiatullah atau Kehendak Allah.
Dan yang dimaksud adalah beriman bahwa apa yang Allah kehendaki pasti
terjadi dan apa yang tidak Allah kehendaki maka tidak akan terjadi. Dan
apa yang ada di langit dan di bumi berupa bergeraknya sesuatu atau
diamnya sesuatu maka dengan kehendak Allah dan tidak mungkin terjadi
di kerajaan Allah Subhānahu wa Ta’āla apa yang tidak dikehendaki-Nya.
Diantara dalilnya dari Al Qur’an adalah firman Allah :

ُ‫ش ْيئًا أَ ْن يَقُو َل لَهُ ُك ْن فَيَ ُكون‬


َ ‫ِإنَ َما أَ ْم ُرهُ ِإ َذا أَ َرا َد‬
“Sesungguhnya perkara Allah apabila menginginkan sesuatu adalah
mengatakan ‘Jadilah.’, maka jadilah dia.” [QS Ya-Sin 82]
Dan Allah berfirman :
‫ض ُكلُّ ُه ْم َج ِميعًا‬
ِ ‫… َولَ ْو شَا َء َربُّكَ ََل َمنَ َم ْن فِي ْاِل َ ْر‬
“Dan seandainya Rabb-mu menghendaki niscaya akan beriman seluruh
yang ada di bumi.” [QS Yunus 99]
Dan Allah Subhānahu wa Ta’āla berfirman :
‫قُ ِل اللَ ُه َم َمالِكَ ْال ُم ْل ِك تُؤْ ِتي ْال ُم ْلكَ َم ْن تَشَا ُء َوتَ ْن ِزعُ ْال ُم ْلكَ ِم َم ْن تَشَا ُء َوت ُ ِع ُّز َم ْن تَشَا ُء َوت ُ ِذ ُّل َم ْن تَشَا ُء‬

“Katakanlah, ‘Ya Allah yang memiliki kerajaan, Engkau memberi
kekuasaan kepada siapa yang Engkau kehendaki dan mencabut
kekuasaan dari siapa yang Engkau kehendaki dan Engkau memuliakan
siapa yang Engkau kehendaki dan menghinakan siapa yang Engkau
kehendaki.” [QS Ali ‘Imran 26]
Dan Allah berfirman :
َ‫ّللاُ َربُّ ْال َعالَ ِمين‬
َ ‫َو َما تَشَا ُءونَ ِإ َّل أَ ْن يَشَا َء‬
“Dan tidaklah kalian menginginkan kecuali dengan kehendak Allah Rabb
semesta alam.” [QS At-Takwir 29]
Adapun dari As-Sunnah, maka Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda,
ُ‫ إنَه‬، ‫عز ْم مسألتَه‬ ِ َ‫ ولي‬، َ‫ ارزقني إن شئت‬، َ‫ ارحمني إن شئت‬، َ‫الله َم اغفر لي إن شئت‬: ‫ّل يقل أحدُكم‬
ُ‫ ّل ُم ْك ِر َه له‬، ‫يفع ُل ما يشا ُء‬
“Janganlah salah seorang dari kalian mengatakan ‘Ya Allah ampunilah
aku jika Engkau menghendaki, sayangilah aku jika engkau menghendaki,
berilah aku rezeki apabila engkau menghendaki.’ Maka hendaklah dia
menguatkan permintaannya karena Allah melakukan apa yang Dia
kehendaki, tidak ada yang memaksanya”. [HR Bukhori]
Berkata Al Imam Asy Syafi’i rahimahullah :
ْ ‫وإن لم أشَأ ْ – َو َما ِشئْتُ إن لَ ْم تَشأ ْ لَ ْم‬
‫يكن‬ ْ ، َ‫َما ِشئْتَ َكان‬
“Apa yang Engkau kehendaki ya Allah, terjadi, meskipun aku tidak
menghendakinya dan apa yang aku kehendaki kalau Engkau tidak
menghendakinya maka tidak akan terjadi.” [Atsar ini dikeluarkan oleh Al
Lalika-i di dalam kitab beliau Syarhu Ushuli Itiqadi Ahli Sunnati wal Jamaah
Minal Kitabi wa Sunnah Wa Ijmai Shahabah Jilid IV halaman 702]
Itulah yang bisa kita sampaikan pada halaqah kali ini, dan sampai bertemu
kembali pada halaqah selanjutnya.
ُ‫علَ ْي ُك ْم َو َرحْ َمةُ هللاِ َوبَ َر َكاتُه‬
َ ‫سالَ ُم‬
َ ‫َو ال‬
Saudaramu,
Abdullāh Roy
Di kota Al-Madīnah
Halaqah 8 | Cara Beriman dengan Takdir Allah Bagian 5

CARA BERIMAN DENGAN TAKDIR ALLAH


BAGIAN 5
‫السالم عليكم ورحمة هللا وبركاته‬
‫الحمد هلل والصالة والسالم على رسول هللا وعلى آله وصحبه أجمعين‬
Halaqah yang ke-8 dari Silsilah ‘ilmiyyah Beriman Kepada Takdir Allah
adalah tentang “ Cara Beriman dengan Takdir Allah Bagian 5”.
Cara Beriman dengan Takdir Allah
adalah dengan mengimani Marotibul Qadar
(tingkatkan-tingkatan takdir) yang jumlahnya ada empat:
Diantara Cara Beriman dengan Takdir Allah adalah dengan mengimani
tingkatan takdir yang ke-4 yaitu:
4⃣. Penciptaan Allah terhadap segala sesuatu.
Maksudnya Allah Subhānahu wa Ta’āla adalah pencipta segala sesuatu yang
ada di langit maupun yang ada di bumi (sifat-sifatnya dan amalannya).
✅ Menciptakan pelaku dan amalan yang dilakukan.
✅ Menciptakan orang yang beriman dan keimanannya.
✅ Menciptakan orang yang kafir dan kekafirannya.

✅ Menciptakan orang yang taat dan ketaatannya.

✅ Menciptakan pelaku maksiat dan kemaksiatannya.


✅ Menciptakan setiap yang bergerak dan gerakannya.

✅ Dan setiap yang diam dan diamnya.


Tidak ada yang mencipta selain Allah azza wajalla. Dia-lah Al Kholiq dan
selainnya adalah makhluk.
Allah Subhānahu wa Ta’āla berfirman :
َ‫ّللاُ َخلَقَ ُك ْم َو َما تَ ْع َملُون‬
َ ‫َو‬
“Dan Allah yang menciptakan kalian dan apa yang kalian kerjakan.” [QS
Ash-Shaffat 96]
Dan Allah berfirman :
َ ‫ّللاُ خَا ِل ُق ُك ِل‬
‫ش ْيء‬ َ …
“Allah yang menciptakan segala sesuatu.” [QS Az-Zumar 62]
Dan Rasulullãh ‫ ﷺ‬bersabda :
‫إن هللا خالق كل صانع وصنعته‬
“Sesungguhnya Allah, Dia-lah yang menciptakan setiap pelaku dan apa
yang dia lakukan.” [HR Al Hakim di dalam Al Mustadrak dan dishahihkan
oleh Syaikh Al Albani rahimahullah]
Inilah 4 tingkatan takdir yang barangsiapa tidak beriman dengan salah
satunya maka dia tidak beriman dengan Al Qadha dan Al Qadar.

Itulah yang bisa kita sampaikan pada halaqah kali ini, dan sampai bertemu
kembali pada halaqah selanjutnya.
ُ‫علَ ْي ُك ْم َو َرحْ َمةُ هللاِ َو َب َركَاتُه‬
َ ‫سالَ ُم‬
َ ‫َو ال‬
Saudaramu,
Abdullāh Roy
Di kota Al-Madīnah
Halaqah 9 | Beriman dengan Takdir dan Mengambil Sebab Bagian 1

BERIMAN DENGAN TAKDIR DAN MENGAMBIL SEBAB


BAGIAN 1
‫السالم عليكم ورحمة هللا وبركاته‬
‫الحمد هلل والصالة والسالم على رسول هللا وعلى آله وصحبه أجمعين‬
Halaqah yang ke-9 dari Silsilah ‘ilmiyyah Beriman Kepada Takdir Allah
adalah tentang “ Beriman dengan Takdir dan Mengambil Sebab Bagian 1 ”.
Seorang yang beriman selain diperintah untuk beriman dengan takdir
Allah juga diperintah untuk mengambil sebab dan bertawakal kepada Allah
Subhānahu wa Ta’āla dan tidak bertawakal kepada sebab tersebut.

Rezeki sudah ditakdirkan oleh Allah azza wa jalla dan kita


diperintahkan untuk mencari rezeki yang halal.
Allah Subhānahu wa Ta’āla berfirman :
َ‫يرا لَعَلَ ُك ْم ت ُ ْف ِل ُحون‬ َ َ ‫ّللا َوا ْذ ُك ُروا‬
ً ِ‫ّللا َكث‬ ِ ‫ص َالة ُ فَا ْنتَ ِش ُروا فِي ْاِل َ ْر‬
ْ َ‫ض َوا ْبتَغُوا ِم ْن ف‬
ِ َ ‫ض ِل‬ َ ‫ت ال‬ ِ ُ‫فَإِ َذا ق‬
ِ َ‫ضي‬
“Kemudian apabila sudah selesai shalat Jum’at maka hendaklah kalian
menyebar di permukaan bumi dan carilah dari karunia Allah dan
perbanyaklah di dalam mengingat Allah, semoga kalian beruntung.” [QS Al-
Jumu’ah 10]

Dan Allah berfirman :


… ‫ّللاُ ْالبَ ْي َع‬
َ ‫… َوأَ َح َل‬
“Dan Allah telah menghalalkan jual beli.” [QS Al-Baqarah 275]
Dan di dalam sebuah hadits Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda :
‫ظ ْه ِر ِه فَيَبِيعَ َها َخيْر لَهُ ِم ْن أَ ْن يَ ْسأ َ َل َر ُج ًال يُ ْع ِطي ِه أَ ْو‬
َ ‫علَى‬ َ ‫َِل َ ْن يَحْ ت َِز َم أَ َح ُد ُك ْم ُح ْز َمةَ ِم ْن َح‬
َ ‫طب فَيَحْ ِملَ َها‬
ُ‫َي ْمنَعُه‬
“Sungguh salah seorang di antara kalian mencari satu ikat kayu bakar
kemudian mengangkatnya di atas punggungnya lebih baik daripada dia
meminta orang lain, baik diberi atau tidak diberi.” [HR Al Bukhari dan
Muslim dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu]
Dan beliau ‫ ﷺ‬bersabda :
َ ‫صا َوت َُرو ُح ِب‬
‫طانًا‬ َ ‫ّللا َح َق ت ََو ُّك ِل ِه لَ ُر ِز ْقت ُ ْم َك َما ت ُ ْرزَ ُق‬
ً ‫الطي ُْر تَ ْغدُو ِخ َما‬ َ َ‫لَ ْو أَنَ ُك ْم ُك ْنت ُ ْم ت ََو َكلُون‬
ِ َ ‫علَى‬
“Seandainya kalian benar-benar bertawakal kepada Allah niscaya kalian
akan diberi rezeki, sebagaimana burung diberi rezeki. Pagi-pagi mereka
pergi dalam keadaan lapar dan datang di sore hari dalam keadaan
kenyang.” [HR At Tirmidzi dan Ibnu Majah, dishahihkan oleh Syaikh Al
Albani rahimahullah]
Dan burung di dalam mencari rezeki tidak hanya berdiam diri dan
berpangku tangan di sarangnya tetapi dia pergi mencari sebab di dalam
mendapatkan rezeki tersebut.
Dan dahulu para Nabi alaihimussalam bekerja dan mereka adalah
orang-orang yang beriman dengan takdir Allah.
Allah Subhānahu wa Ta’āla berfirman,

ِ ‫شونَ ِفي ْاِلَس َْوا‬


‫ق‬ ُ ‫ام َو َي ْم‬ َ َ‫سلِينَ ِإ َّل ِإنَ ُه ْم لَ َيأ ْ ُكلُون‬
َ ‫الط َع‬ َ ‫س ْلنَا قَ ْبلَكَ ِمنَ ْال ُم ْر‬
َ ‫… َو َما أَ ْر‬
“Dan Kami tidaklah mengutus sebelummu seorang Rasul pun kecuali
mereka memakan makanan dan pergi ke pasar” [QS Al-Furqan 20]
Dan di dalam sebuah hadits Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda,
ً ‫ َكانَ زَ ك َِريَا نَجَارا‬.

“Dahulu Nabi Zakaria adalah seorang tukang kayu.” [HR Muslim]

Dan Nabi Musa alaihissalam pernah bekerja sebagai seorang


penggembala untuk orang yang shaleh dari Madyan selama beberapa
tahun, sebagaimana Allah Subhānahu wa Ta’āla sebutkan di dalam surat Al
Qashash ayat 27.
Itulah yang bisa kita sampaikan pada halaqah kali ini, dan sampai bertemu
kembali pada halaqah selanjutnya.
ُ‫علَ ْي ُك ْم َو َرحْ َمةُ هللاِ َوبَ َركَاتُه‬
َ ‫سالَ ُم‬
َ ‫َو ال‬
Halaqah 10 | Beriman dengan Takdir dan Mengambil Sebab Bagian 2

BERIMAN DENGAN TAKDIR DAN MENGAMBIL SEBAB


BAGIAN 2
‫السالم عليكم ورحمة هللا وبركاته‬
‫الحمد هلل والصالة والسالم على رسول هللا وعلى آله وصحبه أجمعين‬
Halaqah yang ke-10 dari Silsilah ‘ilmiyyah Beriman Kepada Takdir Allah
adalah tentang “ Beriman dengan Takdir dan Mengambil Sebab Bagian 2 ”.
Banyak dan sedikitnya keturunan sudah ditakdirkan oleh Allah azza
wajalla tetapi bukan berarti seorang muslim menunggu tanpa usaha untuk
mendapatkan keturunan. Bahkan dia diperintahkan untuk menikah
sebagai sebab dan upaya mendapatkan keturunan.
Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda,
‫اِلمم‬
َ ‫تَزَ َو ُج ْوا ْال َود ُْو َد ْال َولُ ْو َد فَإِنِي ُمكَاثِ ُر بكم‬..
“Nikahilah wanita yang penyayang lagi subur karena sesungguhnya aku
membanggakan banyaknya kalian di depan umat yang lain.” [HR Abu
Daud dan An Nasai dan hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al Albani
rahimahullah]

Sakit dan kesembuhan dari penyakit sudah ditakdirkan oleh Allah azza
wajalla namun kita diperintahkan untuk menjauhi sebab terkena penyakit
dan diperintahkan pula untuk berobat apabila seseorang ditimpa sakit.
Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda,
ُ
‫حيث خلق الدا َء خلق الدوا َء فتداووا‬ َ َ‫إن هللا‬
‫عز وج َل‬ َ
“Sesungguhnya Allah azza wajalla ketika menciptakan penyakit Dia juga
menciptakan obatnya, maka berobatlah kalian.” [HR Ahmad dari Annas bin
Malik radhiyallahu anhu dan dihasankan oleh Syaikh Al Albani
rahimahullah]
Dan Beliau ‫ ﷺ‬bersabda tentang sikap seorang muslim terhadap tho’un yaitu
wabah penyakit yang merata yang terjadi di sebuah daerah,
ُ‫فرارا منه‬
ً ُ ‫َ إذا سمعتُم ِبه بأرض فال تقدُموا علَي ِه وإذا وق َع بأرض وأنتُم ِبها فال‬
‫تخرجوا‬
“Apabila kalian mendengar tho’un di sebuah daerah, maka janganlah
kalian datang ke sana dan apabila terjadi di sebuah daerah sedangkan
kalian berada di sana maka jangan kalian keluar dari daerah tersebut
karena lari darinya.” [HR Al Bukhari dan Muslim]
Kematian dan juga musibah, sudah ditakdirkan oleh Allah azza wajalla
dan kita diperintahkan untuk mengambil sebab keselamatan.
Dahulu Rasulullah ‫ ﷺ‬bersama keimanan beliau yang dalam tentang
masalah takdir.
Beliau berperang memakai baju perang, menggunakan senjata, mengatur
siasat perang, mengatur pasukan, dll.
Dan ini semua menunjukkan bahwa selain kita diperintah beriman
dengan takdir Allah, kita juga diperintah untuk mengambil sebab yang
diperbolehkan.
Itulah yang bisa kita sampaikan pada halaqah kali ini, dan sampai bertemu
kembali pada halaqah selanjutnya.
ُ‫علَ ْي ُك ْم َو َرحْ َمةُ هللاِ َو َب َركَاتُه‬
َ ‫سالَ ُم‬
َ ‫َو ال‬
Saudaramu,
Abdullāh Roy
Di kota Al-Madīnah
Halaqah 11 | Beriman dengan Takdir dan Mengambil Sebab Bagian 3

BERIMAN DENGAN TAKDIR DAN MENGAMBIL SEBAB


BAGIAN 3
‫السالم عليكم ورحمة هللا وبركاته‬
‫الحمد هلل والصالة والسالم على رسول هللا وعلى آله وصحبه أجمعين‬
Halaqah yang ke-11 dari Silsilah ‘ilmiyyah Beriman Kepada Takdir Allah
adalah tentang “ Beriman dengan Takdir dan Mengambil Sebab Bagian 3 ”.
Telah berlalu bahwa kebahagiaan dan kesengsaraan telah ditakdirkan.

Tempat seseorang di surga atau di neraka telah ditakdirkan.


Dan seorang yang beriman sebagaimana dia diperintahkan mengambil
sebab dalam perkara-perkara dunia, maka dia juga diperintahkan
mengambil sebab di dalam perkara-perkara akhirat.
Seorang yang beriman diperintahkan mengambil sebab mendapatkan
kebahagiaan di akhirat dan mengambil sebab keselamatan dari adzab.
Dan sebab mendapatkan kebahagiaan di akhirat dan keselamatan dari
adzab di akhirat adalah:
– Beriman dengan syari’at Allah dengan cara menjalankan perintah,
menjauhi larangan, membenarkan kabar-kabar Allah azza wajalla,
mengimani janji-janji pahala, dan juga mengimani ancaman-ancaman
terhadap dosa.
Allah Subhānahu wa Ta’āla berfirman :
‫ُه ْم فِي َها خَا ِلدُون‬ ‫اب ْال َجنَ ِة‬ ْ َ‫ت أُولَئِكَ أ‬
ُ ‫ص َح‬ َ ‫َوالَذِينَ آ َمنُوا َو‬
َ ‫ع ِملُوا ال‬
ِ ‫صا ِل َحا‬
“Dan orang-orang yang beriman dan beramal shalih, merekalah penduduk
surga, mereka kekal di dalamnya.” [QS Al-Baqarah 82]
Dan Allah Subhānahu wa Ta’āla berfirman :
َ‫ار خَا ِلدِينَ فِي َها َو َذلِك‬ ُ ‫َجْري ِم ْن تَحْ تِ َها ْاِل َ ْن َه‬ِ ‫سولَهُ يُد ِْخ ْلهُ َجنَات ت‬ َ َ ‫َو َم ْن ي ُِط ِع‬
ُ ‫ّللا َو َر‬ َ ‫ِت ْلكَ ُحدُو ُد‬
ِ‫ّللا‬
ْ ْ
‫الف َْو ُز ال َع ِظي ُم‬
‫ع َذاب ُم ِهين‬ َ ُ‫َارا خَا ِلدًا ِفي َها َولَه‬ ً ‫سولَهُ َو َيتَ َع َد ُحدُو َدهُ يُد ِْخ ْلهُ ن‬
ُ ‫ّللا َو َر‬
ََ ‫ص‬ ِ ‫َو َم ْن َي ْع‬
“Itulah batasan-batasan Allah dan barangsiapa yang mentaati Allah dan
Rasul-Nya, Allah akan memasukkan dia ke dalam surga yang mengalir di
bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya dan yang demikian
adalah keberuntungan yang sangat besar. Dan barangsiapa yang
bermaksiat kepada Allah dan Rasul-Nya dan melanggar batasan-batasan
Allah, maka Allah memasukkan dia ke dalam neraka, kekal di dalamnya,
dan dia akan mendapatkan adzab yang menghinakan.” [QS An-Nisa’ 14]
Para shahabat Nabi ‫ ﷺ‬ketika dikabarkan oleh Nabi ‫ ﷺ‬bahwa tidak ada
sebuah jiwa kecuali telah diketahui tempatnya di dalam surga dan neraka,
mereka bertanya,
‫فلم نعم ُل ؟ أفال نت َ ِك ُل ؟‬
َ ! ِ‫يا رسو َل هللا‬
“Wahai Rasulullah, untuk apa kita beramal? Mengapa kita tidak pasrah
saja?”
Beliau ‫ ﷺ‬menjawab dengan jawaban yang ringkas,
«ُ‫ ّل ا ْع َملُوا فَ ُكل ُميَسَر ِل َما ُخلِقَ لَه‬، ِ » .
“Tidak demikian, akan tetapi beramallah kalian, karena masing-masing
akan dimudahkan melakukan apa yang dia diciptakan untuknya.” [HR Al
Bukhari dan Muslim]
Beliau ‫ ﷺ‬juga bersabda,
ِ َ ِ‫علَى َما يَ ْنفَعُكَ َوا ْستَ ِع ْن ب‬
‫اّلل َوّلَ تَ ْع ِج ْز‬ َ ‫ص‬
ْ ‫احْ ِر‬
“Hendaklah engkau semangat melakukan apa yang bermanfaat untukmu
dan memohonlah pertolongan kepada Allah dan jangan engkau merasa
lemah.” [HR Muslim]
Dari dalil-dalil di atas kita mengetahui bahwa seorang yang beriman
diperintahkan untuk beriman dengan takdir Allah dan diperintahkan untuk
beriman dengan syari’at Allah.
Itulah yang bisa kita sampaikan pada halaqah kali ini, dan sampai bertemu
kembali pada halaqah selanjutnya.
ُ‫علَ ْي ُك ْم َو َرحْ َمةُ هللاِ َوبَ َركَاتُه‬
َ ‫سالَ ُم‬
َ ‫َو ال‬
Saudaramu,
Halaqah 12 | Aliran Sesat yang Menyimpang di Dalam Masalah Takdir

ALIRAN SESAT YANG MENYIMPANG


DI DALAM MASALAH TAKDIR
‫السالم عليكم ورحمة هللا وبركاته‬
‫الحمد هلل والصالة والسالم على رسول هللا وعلى آله وصحبه أجمعين‬
Halaqah yang ke-12 dari Silsilah ‘ilmiyyah Beriman Kepada Takdir Allah
adalah tentang “ Aliran Sesat yang Menyimpang di Dalam Masalah Takdir ”.
Diantara aliran sesat yang menyimpang di dalam masalah takdir adalah
aliran Al Majusiyah, yaitu aliran yang mengikuti jalan orang-orang Majusi.
➡ Mereka adalah orang-orang yang beriman dengan syari’at, akan tetapi
mendustakan takdir Allah.
➡ Ada diantara mereka yang mengingkari ilmu Allah dan mengatakan
bahwa Allah tidak mengetahui sesuatu kecuali setelah terjadinya.
➡ Dan ada diantara mereka yang mengingkari keumuman Masyiah Allah
dan penciptaan-Nya. Mereka berkata : “Allah yang mencipta manusia dan
manusialah yang menciptakan amalannya sendiri.” Dan mereka berkata :
“Bahwa amalan manusia adalah dengan kehendak manusia semata dan
tidak ada hubungan sama sekali dengan kehendak Allah.”
➡Sehingga mereka dinamakan dengan Al-Majusiyah karena orang-orang
Majusi meyakini bahwa pencipta ada dua:

1⃣❌ Pencipta kebaikan

2⃣❌Pencipta keburukan

Dan diantara aliran yang sesat di dalam masalah takdir adalah aliran Al
Musyrikiyah yaitu aliran yang mengikuti jalan orang-orang Musyrikin.
➡ Mereka mengakui takdir Allah tetapi mengingkari syari’at Allah dan
tidak mengikutinya.
➡ Dinamakan Al Musyrikiyah karena orang-orang Musyrikin mengakui
takdir Allah dan tidak mau mengikuti syari’at Allah yang intinya adalah
Tauhid
Allah berfirman tentang mereka :
َ ‫ّللاُ َما أَ ْش َر ْكنَا َو َّل آ َبا ُؤنَا َو َّل َح َر ْمنَا ِم ْن‬
‫ش ْيء‬ َ ‫س َيقُو ُل الَذِينَ أَ ْش َر ُكوا لَ ْو شَا َء‬
َ …
“Akan berkata (orang-orang Musyrikin) seandainya Allah menghendaki
niscaya kita tidak akan berbuat syirik, demikian pula bapak-bapak kami,
dan tentunya kami tidak akan mengharamkan sesuatu.” [Surat Al-An’am
148]
Demikianlah ucapan orang-orang Musyrikin ketika mereka diajak oleh
Rasulullah ‫ ﷺ‬untuk bertauhid, mereka menolak tauhid dan beralasan
bahwa kesyirikan mereka adalah dengan takdir Allah.
Maka setiap orang yang berdalil dengan takdir dalam membolehkan
kemaksiatan, pada hakikatnya dia telah mengikuti jalan orang-orang
Musyrikin.
Adapun Ahlus Sunnah maka seperti yang sudah berlalu, mereka beriman
dengan takdir dan beriman dengan syari’at.
Itulah yang bisa kita sampaikan pada halaqah kali ini, dan sampai bertemu
kembali pada halaqah selanjutnya.
ُ‫علَ ْي ُك ْم َو َرحْ َمةُ هللاِ َوبَ َركَاتُه‬
َ ‫سالَ ُم‬
َ ‫َو ال‬
Saudaramu,
Abdullāh Roy
Di kota Al-Madīnah
Halaqah 13 | Dua Macam Iradah atau Keinginan Allah

DUA MACAM IRADAH ATAU KEINGINAN ALLAH


‫السالم عليكم ورحمة هللا وبركاته‬
‫الحمد هلل والصالة والسالم على رسول هللا وعلى آله وصحبه أجمعين‬
Halaqah yang ke-13 dari Silsilah ‘ilmiyyah Beriman Kepada Takdir Allah
adalah tentang “ Dua Macam Iradah atau Keinginan Allah ”.
Diantara perkara yang penting dipahami oleh setiap muslim di dalam
masalah beriman dengan takdir Allah bahwa Iradah atau keinginan Allah
ada dua macam:
1⃣. Iradah Kauniyah Qodariyyah
Yaitu keinginan Allah yang berkaitan dengan penciptaan dan kejadian-
kejadian yang ditakdirkan oleh Allah azza wa jalla, seperti:
– Keinginan Allah menciptakan manusia dan hewan
– Menciptakan orang yang taat dan orang yang berbuat maksiat
– Menciptakan ketaatan dan kemaksiatan, dan lain-lain.
Dalil Iradah Kauniyah Qadariyyah diantaranya adalah firman Allah azza
wajalla :

ُ‫ش ْيئًا أَ ْن َيقُو َل لَهُ ُك ْن فَ َي ُكون‬


َ ‫ِإنَ َما أَ ْم ُرهُ ِإ َذا أَ َرا َد‬
“Sesungguhnya perkara Allah apabila menginginkan sesuatu adalah
mengatakan ‘Jadilah’, maka jadilah dia.” [QS Ya-Sin 82]
Dan Allah berfirman :
… ‫ّللا يَ ْف َع ُل َما ي ُِري ُد‬
َ َ ‫ِإ َن‬
“Sesungguhnya Allah melakukan apa yang Dia inginkan.” [QS Al-Hajj 14]
Dan Allah Subhānahu wa Ta’āla berfirman :
‫ضيِقًا َح َر ًجا َكأَنَ َما‬ َ ‫ُضلَهُ يَجْ عَ ْل‬
َ ُ‫صد َْره‬ ِ ‫َو َم ْن ي ُِر ْد أَ ْن ي‬ َ ْ‫ّللاُ أَ ْن يَ ْه ِديَهُ يَ ْش َرح‬
ِ ْ ‫صد َْرهُ ِل‬
‫ْلس َْال ِم‬ َ ‫فَ َم ْن ي ُِر ِد‬
‫اء‬
ِ ‫س َم‬ َ ‫صعَ ُد فِي ال‬َ َ‫… ي‬
“Barangsiapa yang Allah inginkan untuk diberi hidayah maka Allah
lapangkan dadanya untuk menerima Islam dan barangsiapa yang Allah
inginkan untuk disesatkan maka Allah akan menjadikan dadanya sempit
lagi sesak seperti ketika dia berusaha naik ke atas.” [QS Al-An’am 125]
Dan Masyiah Allah atau Kehendak Allah yang disebutkan di dalam halaqah
yang ke-7 adalah nama lain dari Iradah Kauniah Qadariyyah.
2⃣. Iradah Syar’iyyah Diniyyah
Yaitu keinginan Allah yang berkaitan dengan syari’at agama yang Allah
turunkan.
Allah Subhānahu wa Ta’āla menginginkan manusia mengikuti syari’at-Nya
dan agama-Nya, menginginkan mereka menjalankan perintah Allah, dan
menginginkan mereka meninggalkan larangan Allah.
Dalil Iradah Syar’iyyah Diniyyah diantaranya adalah firman Allah azza wa
jalla,

‫يرا‬ ْ ‫ط ِه َر ُك ْم ت‬
ً ‫َط ِه‬ ِ ‫س أَ ْه َل ْالبَ ْي‬
َ ُ‫ت َوي‬ ِ ‫ع ْن ُك ُم‬
َ ْ‫الرج‬ َ ‫ّللاُ ِليُ ْذه‬
َ ‫ِب‬ َ ‫إِنَ َما ي ُِري ُد‬
“Sesungguhnya Allah hanya menginginkan untuk menghilangkan kotoran
dari kalian wahai Ahlul Bait dan membersihkan kalian dari dosa dengan
sebenar-benarnya.” [QS Al-Ahzab 33]
Dan Allah Subhānahu wa Ta’āla berfirman,
‫علَ ْي ُك ْم‬ َ ُ ‫ّللاُ ي ُِري ُد أَ ْن يَت‬
َ ‫وب‬ َ ‫… َو‬
“Dan Allah menginginkan untuk menerima taubat kalian.” [Surat An-Nisa’
27]
Dan dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu dari Nabi ‫ ﷺ‬Beliau bersabda :
‫ش ْيء أَ ُك ْنتَ تَ ْفتَدِي بِ ِه‬
َ ‫ض ِم ْن‬ ِ ‫لَ ْو أَ َن لَكَ َما فِي ْاِل َ ْر‬: ‫ع َذابًا يَ ْو َم ْال ِقيَا َم ِة‬ ِ َ‫ ِِل َ ْه َو ِن أَ ْه ِل الن‬: ‫ ” يقول هللا تعالى‬،
َ ‫ار‬
َ‫ فَأ َ َبيْت‬، ‫ش ْيئًا‬ ِ ‫ص ْل‬
َ ‫ أَ ْن َّل ت ُ ْش ِركَ ِبي‬، ‫ب آ َد َم‬ ُ ‫ َوأَ ْنتَ ِفي‬، ‫أَ َردْتُ ِم ْنكَ أَ ْه َونَ ِم ْن َه َذا‬: ” ‫ فَ َيقُو ُل‬، ‫نَ َع ْم‬: ‫فَ َيقُو ُل‬
‫” إِ َّل أَ ْن ت ُ ْش ِركَ بِي‬
“Allah Subhānahu wa Ta’āla berkata kepada penduduk neraka yang
paling ringan adzabnya di hari kiamat, ‘Seandainya engkau memiliki seluruh
apa yang ada di bumi apakah engkau akan menebus dengannya?’ Maka
dia berkata, ‘Iya’. Maka Allah berkata, ‘Aku menginginkan darimu yang
lebih ringan daripada ini, sedangkan engkau saat itu berada di dalam sulbi
Adam, yaitu supaya engkau tidak menyekutukan Aku sedikitpun, maka
engkau pun enggan, kecuali menyekutukan diri-Ku’ ” [HR Al Bukhari dan
Muslim]
Itulah yang bisa kita sampaikan pada halaqah kali ini, dan sampai bertemu
kembali pada halaqah selanjutnya.
ُ‫علَ ْي ُك ْم َو َرحْ َمةُ هللاِ َوبَ َركَاتُه‬
َ ‫سالَ ُم‬
َ ‫َو ال‬
Saudaramu,
Abdullāh Roy
Di kota Al-Madīnah
Halaqah 14 | Perbedaan Antara Iradah Kauniyah Qadariyyah dan Iradah
Syar’iyyah Diniyyah

PERBEDAAN ANTARA
IRADAH KAUNIYAH QADARIYYAH DAN IRADAH SYAR’IYYAH DINIYYAH
‫السالم عليكم ورحمة هللا وبركاته‬
‫الحمد هلل والصالة والسالم على رسول هللا وعلى آله وصحبه أجمعين‬
Halaqah yang ke-14 dari Silsilah ‘ilmiyyah Beriman Kepada Takdir Allah
adalah tentang “ Perbedaan Antara Iradah Kauniyah Qadariyyah dan
Iradah Syar’iyyah Diniyyah ”.
Perbedaan antara Iradah Kauniyah Qadariyyah dan Iradah Syar’iyyah
Diniyyah diantaranya:
1⃣. Iradah Kauniyah melazimkan terjadinya apa yang diinginkan oleh Allah.
🇸🇩 Misalnya Allah menginginkan menciptakan matahari maka terciptalah
matahari.
🇸🇩 Sedangkan Iradah Syar’iyyah maka tidak melazimkan terjadinya apa
yang Allah inginkan, seperti secara syari’at Allah menginginkan ke-Islam-an
Abu Lahab tetapi hal tersebut tidak terjadi.
2⃣. Bahwa Iradah Kauniyah tidak melazimkan apa yang Allah inginkan
tersebut dicintai oleh Allah, akan tetapi terkadang kejadiannya ada yg
dicintai oleh Allah,
🇸🇩 misal keimanan orang yang beriman. Dan terkadang ada yang
kejadiannya tidak dicintai oleh Allah, seperti kemaksiatan.
🇸🇩 Adapun Iradah Syar’iyyah maka kejadiannya pasti sesuatu yang dicintai
oleh Allah, seperti keimanan orang yang beriman, ketaatan orang yang
taat, dll.
3⃣. 🇸🇩 Iradah Kauniyah tidak melazimkan bahwa itu diperintah oleh Allah.
🇸🇩 Sedangkan Iradah Syar’iyyah melazimkan bahwa hal tersebut
diperintahkan oleh Allah, artinya setiap yang diinginkan oleh Allah secara
syari’at berarti dia diperintahkan.
Itulah yang bisa kita sampaikan pada halaqah kali ini, dan sampai bertemu
kembali pada halaqah selanjutnya.
ُ‫علَ ْي ُك ْم َو َرحْ َمةُ هللاِ َو َب َركَاتُه‬
َ ‫سالَ ُم‬
َ ‫َو ال‬
Saudaramu,
Abdullāh Roy
Di kota Al-Madīnah
Halaqah 15 | Beberapa Contoh Keadaan yang Berkaitan dengan Iradah
Syar’iyyah dan Iradah Kauniyah

BEBERAPA CONTOH KEADAAN YANG BERKAITAN DENGAN


IRADAH SYAR’IYYAH DAN IRADAH KAUNIYAH
‫السالم عليكم ورحمة هللا وبركاته‬
‫الحمد هلل والصالة والسالم على رسول هللا وعلى آله وصحبه أجمعين‬
Halaqah yang ke-15 dari Silsilah ‘ilmiyyah Beriman Kepada Takdir Allah
adalah tentang “ Beberapa Contoh Keadaan yang Berkaitan dengan Iradah
Syar’iyyah dan Iradah Kauniyah ”.
1⃣. Keimanan Abu Bakar
Keimanan Abu Bakar berkaitan dengannya dua Iradah sekaligus (Iradah
Syar’iyyah dan Iradah Kauniyah).
Berkaitan dengannya Iradah Syar’iyyah karena Allah mencintai dan
menginginkan keimanan Abu Bakar.
Dan berkaitan dengannya Iradah Kauniyah karena Allah mentakdirkan,
mewujudkan, dan menciptakan keimanan Abu Bakar.
2⃣. Keimanan Abu Jahal
Keimanan Abu Jahal berkaitan dengannya Iradah Syar’iyyah saja dan tidak
berkaitan dengannya Iradah Kauniyah.
Berkaitan dengannya Iradah Syar’iyyah karena Allah mencintai dan
menginginkan keimanan Abu Jahal.
Dan tidak berkaitan dengannya Iradah Kauniyah karena Allah tidak
mentakdirkan, mewujudkan, dan menciptakan keimanan Abu Jahal.
3⃣. Kemaksiatan orang yang berbuat maksiat
Kemaksiatan orang yang berbuat maksiat berkaitan dengannya Iradah
Kauniyah saja dan tidak berkaitan dengannya Iradah Syar’iyyah.
Berkaitan dengannya Iradah Kauniyah karena Allah mentakdirkan,
mewujudkan, & menciptakan kemaksiatan tersebut.
Dan tidak berkaitan dengannya Iradah Syar’iyyah karena secara syari’at,
Allah tidak mencintai dan menginginkan kemaksiatan tersebut.
4⃣. Kekufuran Orang yang Beriman yang Tidak Terjadi
Hal ini tidak berkaitan dengannya dua Iradah.
Tidak berkaitan dengannya Iradah Syar’iyyah karena secara syari’at, Allah
tidak mencintai dan tidak menginginkan kekufuran orang yang beriman.
Dan tidak berkaitan dengannya Iradah Kauniyah karena Allah tidak
mentakdirkan kekufuran orang yang beriman dan tidak mewujudkannya
serta tidak menciptakannya.
Itulah yang bisa kita sampaikan pada halaqah kali ini, dan sampai bertemu
kembali pada halaqah selanjutnya.
ُ‫علَ ْي ُك ْم َو َرحْ َمةُ هللاِ َوبَ َركَاتُه‬
َ ‫سالَ ُم‬
َ ‫َو ال‬
Saudaramu,
Abdullāh Roy
Di kota Al-Madīnah
Halaqah 16 | Aliran yang Menyimpang di Dalam Masalah Iradah Syar’iyyah
dan Iradah Iradah Kauniyyah

ALIRAN YANG MENYIMPANG DI DALAM MASALAH


iRADAH SYAR’IYYAH DAN IRADAH KAUNIYYAH
‫السالم عليكم ورحمة هللا وبركاته‬
‫الحمد هلل والصالة والسالم على رسول هللا وعلى آله وصحبه أجمعين‬
Halaqah yang ke-16 dari Silsilah ‘ilmiyyah Beriman Kepada Takdir Allah
adalah tentang “ Aliran yang Menyimpang di Dalam Masalah Iradah
Syar’iyyah dan Iradah Kauniyyah ”.
Aliran yang menyimpang di dalam masalah Iradah Syar’iyyah dan Iradah
Kauniyyah adalah:
❌ Al Qadariyyah dan

❌ Al Jabriyyah
Mereka tidak membedakan antara Iradah Syar’iyyah dan Iradah
Kauniyyah.
Mereka menganggap bahwa semua yang terjadi adalah dicintai oleh Allah.

Adapun Al Qadariyyah maka mereka mengatakan bahwa setiap yang


diinginkan oleh Allah pasti dicintai oleh Allah dan yg tidak Allah cintai dan
ridhoi berarti terjadi tidak dengan keinginan Allah dan tidak diciptakan oleh
Allah.
Dan diantara yang tidak dicintai oleh Allah adalah kekafiran dan
kemaksiatan. Dengan demikian kekafiran dan kemaksiatan tidak
diciptakan oleh Allah karena Allah tidak mencintainya. Kemudian akhirnya
mereka menyimpulkan bahwa seluruh amalan makhluk semuanya bukan
dengan Iradah dan penciptaan Allah tetapi dengan Iradah makhluk
tersebut tanpa campur tangan Iradah Allah dan penciptaan Allah.
Dan adapun Al Jabriyyah maka mereka mengatakan bahwa semua
yang terjadi adalah dengan Iradah dan penciptaan Allah. Dan setiap yang
diinginkan oleh Allah dan diciptakan pasti dicintai oleh Allah. Dan kekufuran
serta kemaksiatan diciptakan oleh Allah, berarti kekufuran dan
kemaksiatan dicintai oleh Allah azza wajalla.
Dengan demikian kita mengetahui bahwa orang-orang Al
Qadariyyah tersesat karena meyakini terjadinya sesuatu yang tidak
diinginkan oleh Allah di dalam kerajaan Allah dan mereka benar ketika
mengatakan bahwa Allah tidak mencintai kekafiran dan kemaksiatan.
Dan kita mengetahui bahwa orang-orang Al Jabriyyah tersesat
karena meyakini bahwa kekufuran dan kemaksiatan dicintai oleh Allah dan
mereka benar ketika meyakini bahwa Allah yang mentakdirkan itu semua.
✅ Adapun Ahlus Sunnah, maka Allah memberikan petunjuk kepada
mereka.
Mereka meyakini bahwa Allah mentakdirkan segala sesuatu termasuk
kekafiran dan kemaksiatan. Dan Allah tidak mencintai kekafiran dan
kemaksiatan.

Dari keterangan di atas diketahui bahwa syubhat Al Qadariyyah dan Al


Jabriyyah satu, yaitu: mereka tidak membedakan antara dua Iradah Allah
dan meyakini bahwa setiap yang diciptakan oleh Allah berarti dicintai oleh
Allah, padahal tidak semua yang diciptakan Allah dicintai oleh Allah azza
wajalla.
Itulah yang bisa kita sampaikan pada halaqah kali ini, dan sampai bertemu
kembali pada halaqah selanjutnya.
ُ‫علَ ْي ُك ْم َو َرحْ َمةُ هللاِ َوبَ َركَاتُه‬
َ ‫سالَ ُم‬
َ ‫َو ال‬
Saudaramu,
Abdullāh Roy
Di kota Al-Madīnah
Halaqah 17 | Peran Do’a di Dalam Beriman dengan Takdir Allah

PERAN DOA DI DALAM BERIMAN


DENGAN TAKDIR ALLAH
‫السالم عليكم ورحمة هللا وبركاته‬
‫الحمد هلل والصالة والسالم على رسول هللا وعلى آله وصحبه أجمعين‬
Halaqah yang ke-17 dari Silsilah ‘ilmiyyah Beriman Kepada Takdir Allah
adalah tentang “ Peran Do’a di Dalam Beriman dengan Takdir Allah ”.
✅ Takdir telah tertulis, akan tetapi bukan berarti seseorang meninggalkan
berdo’a kepada Allah.
✅ Berdo’a adalah bagian dari mengambil sebab yang diperintahkan untuk
mendapatkan kebaikan dunia maupun kebaikan akhirat.
Allah Subhānahu wa Ta’āla berfirman,
‫عونِي أَ ْست َِجبْ لَ ُك ْم‬
ُ ‫َوقَا َل َربُّ ُك ُم ا ْد‬
“Dan berkata Rabb kalian, hendaklah kalian berdo’a kepada-Ku niscaya
Aku akan mengabulkan untuk kalian.” [QS Ghafir 60]

Dan Allah Subhānahu wa Ta’āla berfirman,


‫ان‬
ِ ‫ع‬ ُ ‫أ ُ ِج‬
َ ‫يب َدع َْوةَ الدَاعِ إِ َذا َد‬ َ ‫سأَلَكَ ِعبَادِي‬
‫عنِي فَإِنِي قَ ِريب‬ َ ‫… َوإِ َذا‬
“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang diri-Ku,
maka sesungguhnya Aku adalah dekat mengabulkan do’anya orang yang
berdo’a kepada-Ku.” [QS Al-Baqarah 186]
Dan do’a adalah ibadah, sebagaimana sabda Nabi ‫ﷺ‬,
‫الدعاء هو العبادة‬
”Do’a itu adalah ibadah.” [Hadits Shahih diriwayatkan oleh Abu Dawud,
At Tirmidzi, An Nasai, dan Ibnu Majah]
Dan Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda,
‫وّل يﺮد القﺪر إّل الﺪعاﺀ‬
“Dan tidak menolak Al Qadar kecuali do’a.” [Hadits Hasan diriwayatkan
oleh Ibnu Majah]
✅ Dan bukanlah yang dimaksud dengan do’a bisa menolak takdir, bahwa
do’a bisa melawan takdir Allah yang sudah Allah tulis,
✅ akan tetapi makna Al Qadar disini adalah Al Muqoddar, yaitu sesuatu
yang ditakdirkan, artinya do’a bisa menjadi sebab berubahnya keadaan
yang ditakdirkan oleh Allah menjadi keadaan lain yang juga ditakdirkan
oleh Allah.
✅ Contoh seseorang ditakdirkan sakit kemudian dia berdo’a kepada Allah
meminta kesembuhan kemudian Allah mengabulkan do’anya dan
menakdirkan kesembuhan bagi orang tersebut.
✅ Dan do’a yang dipanjatkan oleh seseorang kepada Allah adalah bagian
dari takdir Allah.
✅ Lalu bagaimana dikatakan bahwa doa bisa melawan takdir Allah azza
wajalla.

Itulah yang bisa kita sampaikan pada halaqah kali ini, dan sampai bertemu
kembali pada halaqah selanjutnya.
ُ‫علَ ْي ُك ْم َو َرحْ َمةُ هللاِ َوبَ َركَاتُه‬
َ ‫سالَ ُم‬
َ ‫َو ال‬
Saudaramu,
Abdullāh Roy
Di kota Al-Madīnah
Halaqah 18 | Kapan Seseorang Boleh Beralasan dengan Takdir

KAPAN SESEORANG BOLEH BERALASAN


DENGAN TAKDIR
‫السالم عليكم ورحمة هللا وبركاته‬
‫الحمد هلل والصالة والسالم على رسول هللا وعلى آله وصحبه أجمعين‬
Halaqah yang ke-18 dari Silsilah ‘ilmiyyah Beriman Kepada Takdir Allah
adalah tentang “ Kapan Seseorang Boleh Beralasan dengan Takdir ”.
✅ Takdir dijadikan hujjah dan alasan di dalam musibah dan bencana

✅ Dan tidak boleh dijadikan hujjah dan alasan di dalam dosa dan
kemaksiatan.
Ketika musibah seseorang mengatakan :
“Ini adalah takdir Allah.”
“Ini adalah dengan izin Allah.”
Atau mengatakan, “Apa yang Allah kehendaki pasti terjadi.”
Maka hal ini akan membawa ketenangan dan kebaikan pada dirinya.

Allah Subhānahu wa Ta’āla berfirman :


(‫ع ِليم‬ َ ‫ّللاُ بِ ُك ِل‬
َ ‫ش ْيء‬ َ ‫َو‬ ُ‫اّلل يَ ْه ِد قَ ْلبَه‬
ِ َ ِ‫َو َم ْن يُؤْ ِم ْن ب‬ َ ‫صيبَة إِ َّل بِإِ ْذ ِن‬
ِ‫ّللا‬ ِ ‫اب ِم ْن ُم‬
َ ‫ص‬َ َ‫) َما أ‬
“Tidaklah menimpa sebuah musibah kecuali dengan izin Allah. Dan
barangsiapa yang beriman kepada Allah maka Allah akan memberikan
petunjuk kepada dirinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” [QS
At-Taghabun 11]
Dan Nabi ‫ ﷺ‬bersabda,
‫فَإِ َن لَ ْو‬, ‫قَ َد ُر هللاِ َو َما شَا َء َف َع َل‬: ‫ َولَ ِك ْن قُ ْل‬, ‫لَ ْو أَنِي فَ َع ْلتُ َكانَ َك َذا َو َك َذا‬: ‫ش ْيء فَال تَقُ ْل‬ َ َ‫َو ِإ ْن أ‬
َ َ‫صا َبك‬
‫ان‬
ِ ‫ط‬ َ ‫ش ْي‬َ ‫ع َم َل ال‬َ ‫تَ ْفتَ ُح‬
”Dan apabila engkau tertimpa musibah maka janganlah engkau
mengatakan, seandainya aku melakukan demikian niscaya akan demikian
dan demikian, akan tetapi ucapkanlah, ini adalah takdir Allah dan apa
yang Allah kehendaki akan Dia lakukan. Karena sesungguhnya ucapan
‘seandainya’ ini membuka amalan syaithan.” [HR Muslim]
Namun ketika berbuat maksiat dan dinasihati maka tidak boleh
seseorang berhujjah dengan takdir atas maksiat yang dia lakukan kemudian
dia mengatakan, “Saya berbuat maksiat karena takdir Allah.” atau
mengatakan “Kalau Allah menghendaki niscaya saya tidak berbuat
maksiat.” dll.
Orang-orang Musyrikin ketika dahulu didakwahi oleh para Nabi untuk
bertauhid mereka menolak dan mereka berhujjah dengan takdir atas
kesyirikan dan kemaksiatan yang mereka lakukan.
Allah Subhānahu wa Ta’āla berfirman,
‫ش ْيء‬َ ‫ش ْيء نَحْ نُ َو َّل آبَا ُؤنَا َو َّل َح َر ْمنَا ِم ْن دُونِ ِه ِم ْن‬ َ ‫عبَ ْدنَا ِم ْن دُونِ ِه ِم ْن‬ َ ‫َوقَا َل الَذِينَ أَ ْش َر ُكوا لَ ْو شَا َء‬
َ ‫ّللاُ َما‬
ُ‫س ِل ِإ َّل ْالبَ َالغُ ْال ُم ِبين‬ َ ‫َك َذلِكَ فَ َع َل الَذِينَ ِم ْن قَ ْب ِل ِه ْم فَ َه ْل‬
ُّ ‫علَى‬
ُ ‫الر‬
“Dan berkata orang-orang Musyrikin, ‘Seandainya Allah menghendaki
niscaya kami tidak menyembah selain Allah sedikit pun, kami dan bapak-
bapak kami, dan niscaya kami tidak mengharamkan sedikit pun.’
Demikianlah orang-orang sebelum mereka melakukan. Maka tidak ada
kewajiban atas rasul kecuali menyampaikan dengan jelas.” [QS An-Nahl 35]
Adapun ucapan Nabi Adam ‘alaihissalam yang disebutkan di dalam hadits,
َ‫أنت‬: ‫أنتَ آد ُم الَذي أخرجتكَ خطيئتُكَ منَ الجنَ ِة ؟ فقا َل لَهُ آد ُم‬: ‫سى‬ َ ‫ فقا َل لَهُ مو‬، ‫احت َج آد ُم وموسى‬
ِ‫ي قب َل أن أُخلَقَ ؟ فقال رسو ُل هللا‬ َ ‫ تَلو ُمني على أمر قُد َِر عل‬، ‫ ث َم‬، ‫وبكالمه‬
ِ َ َ‫موسى الَذي اصطفاك‬
‫ّللاُ برسالتِه‬
‫سى‬ َ ‫فح َج آد ُم مو‬: ‫صلَى هللاُ عليه وسلَم‬
“Adam dan Musa saling berhujjah, maka berkata Musa ‘Engkau adalah
Adam yang dosamu telah mengeluarkanmu dari surga.’ Berkata Adam,
‘Engkau adalah Musa yang Allah telah memilihmu sebagai seorang Rasul
dan memilihmu sebagai manusia yang pernah diajak bicara oleh Allah
kemudian engkau mencelaku atas sebuah perkara yang telah ditakdirkan
untukku sebelum aku diciptakan.’ Maka Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda, ‘Adam
telah mengalahkan Musa dalam berhujjah.’ Beliau ‫ ﷺ‬mengucapkannya dua
kali.” [HR Al Bukhari dan Muslim]
Maka perlu diketahui bahwa Nabi Adam ‘alaihissalam di dalam hadits
ini tidak berhujjah dengan takdir atas dosa yang beliau lakukan akan tetapi
beliau berhujjah dengan takdir atas musibah yang menimpa beliau dan
keturunan beliau, yaitu musibah keluarnya beliau dari surga yang efeknya
juga dirasakan oleh keturunan beliau ‘alaihissalam.
Itulah yang bisa kita sampaikan pada halaqah kali ini, dan sampai bertemu
kembali pada halaqah selanjutnya.
ُ‫علَ ْي ُك ْم َو َرحْ َمةُ هللاِ َوبَ َركَاتُه‬
َ ‫سالَ ُم‬
َ ‫َو ال‬
Saudaramu,
Abdullāh Roy
Di kota Al-Madīnah
Halaqah 19 | Makna Ucapan Rasulullah ‫“ ﷺ‬Kejelekan Tidak Kepada-Mu”

MAKNA UCAPAN RASULULLAH ‫ﷺ‬


“KEJELEKAN TIDAK KEPADA-MU”
‫السالم عليكم ورحمة هللا وبركاته‬
‫الحمد هلل والصالة والسالم على رسول هللا وعلى آله وصحبه أجمعين‬
Halaqah yang ke-19 dari Silsilah ‘ilmiyyah Beriman Kepada Takdir Allah
adalah tentang “ Makna Ucapan Rasulullah ‫“ ﷺ‬Kejelekan Tidak Kepada-
Mu” ”.
✅ Allah Subhānahu wa Ta’āla yang menciptakan segala sesuatu yang
bermanfaat maupun yang memudhoroti, yang baik maupun yang buruk.
Adapun sabda Nabi ‫ ﷺ‬di dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh
Imam Muslim,
‫والشر ليس إليك‬
”Dan kejelekan tidak disandarkan kepada-Mu.”

➡ Maka hadits ini tidak menunjukkan bahwa kejelekan tidak dicipta oleh
Allah.
Para ulama telah menjelaskan bahwa makna hadits ini:
1⃣. Ini adalah bentuk adab kita kepada Allah azza wajalla. Tidak boleh kita
berkata “Wahai Yang Menciptakan kejelekan” atau mengatakan “Wahai
Pencipta Babi” meskipun Allah Subhānahu wa Ta’āla Dia-lah Yang
Menciptakan itu semua.
2⃣. Allah Subhānahu wa Ta’āla tidak menciptakan kejelekan, secara murni
kejelekan. Kejelekan yang Allah ciptakan pasti ada hikmahnya. Dilihat dari
sisi hikmah inilah kejelekan yang menimpa manusia tersebut adalah baik di
pandangan Allah azza wajalla, maka tidak boleh disandarkan kejelekan
kepada Allah azza wajalla.
Misalnya Allah mentakdirkan rezeki.
Ada diantara manusia yang diluaskan rezekinya dan ada yang disempitkan.
Disempitkan dengan hikmah dan diluaskan dengan hikmah.
Dan diantara hikmah disempitkan rezeki seseorang adalah supaya dia tidak
berlebihan di dunia, supaya dia banyak berdoa, dan mendekatkan diri
kepada Allah.
Dan diantara hikmahnya adalah supaya terjadi saling membutuhkan
antara orang yang kaya dan orang yang miskin.
3⃣. Ada di antara ulama yang mengatakan bahwa makna ucapan Nabi ‫ﷺ‬
“Kejelekan tidak disandarkan kepada-Mu” maksudnya tidak boleh
bertaqarrub kepada Allah dengan kejelekan.
4⃣. Ada di antara ulama yang mengatakan bahwa maknanya kejelekan
tidak akan sampai kepada Allah, tetapi kebaikan itulah yang akan sampai
kepada Allah.

Penyandaran kejelekan di dalam dalil tidak dilakukan secara khusus


kepada Allah, tetapi terkadang dengan penyandaran umum, seperti firman
Allah azza wajalla,
َ ‫ّللاُ خَا ِل ُق ُك ِل‬
‫ش ْيء‬ َ …
“Allah Yang Menciptakan Segala Sesuatu.” [QS Az-Zumar 62]
Dan terkadang disandarkan kejelekan tersebut kepada penyebabnya,
sebagaimana firman Allah,
َ‫ِم ْن ش َِر َما َخلَق‬
“Dari kejelekan apa yang dia ciptakan.” [QS Al-Falaq 2]
Dan terkadang Allah Subhānahu wa Ta’āla menggunakan kalimat yang
pasif, Sebagaimana firman Allah,
ِ ‫َوأَنَا َّل نَد ِْري أَشَر أ ُ ِري َد بِ َم ْن فِي ْاِل َ ْر‬
َ ‫ض أَ ْم أَ َرا َد بِ ِه ْم َربُّ ُه ْم َر‬
‫شدًا‬
“Dan sesungguhnya kami (bangsa jin) tidak mengetahui apakah kejelekan
yang diinginkan terhadap penduduk bumi ataukah Rabb mereka
menginginkan bagi penduduk bumi kebaikan.” [QS Al-Jinn 10]
Itulah yang bisa kita sampaikan pada halaqah kali ini, dan sampai bertemu
kembali pada halaqah selanjutnya.
ُ‫علَ ْي ُك ْم َو َرحْ َمةُ هللاِ َوبَ َركَاتُه‬
َ ‫سالَ ُم‬
َ ‫َو ال‬
Halaqah 20 | Amalan Hamba Ikhtiariyyah Menurut Ahlus Sunnah

AMALAN HAMBA IKHTIARIYYAH


MENURUT AHLUS SUNNAH
‫السالم عليكم ورحمة هللا وبركاته‬
‫الحمد هلل والصالة والسالم على رسول هللا وعلى آله وصحبه أجمعين‬
Halaqah yang ke-20 dari Silsilah ‘ilmiyyah Beriman Kepada Takdir Allah
adalah tentang “ Amalan Hamba Ikhtiariyyah Menurut Ahlus Sunnah” ”.
Amalan Hamba terbagi menjadi dua :
1⃣. Amalan Hamba Idlthiroriyyah (‫ )اضطرارية‬yaitu amalan hamba yang
seorang hamba tidak bisa memilih, seperti gerakan orang yang menggigil.
2⃣. Amalan hamba Ikhtiariyyah (‫ )اختيارية‬yaitu amalan hamba yang seseorang
bisa memilih. Seperti amalan-amalan ketaatan dan amalan-amalan
kemaksiatan.
Ahlus Sunnah Wal Jamaah meyakini bahwa Allah yang menciptakan
amalan mereka, bukan mereka sendiri yang menciptakan amalan tersebut
sebagaimana keyakinan orang-orang Qodariyyah.

Allah Subhānahu wa Ta’āla berfirman,


َ‫ّللاُ َخلَقَ ُك ْم َو َما تَ ْع َملُون‬
َ ‫َو‬
“Dan Allah, Dia-lah yang menciptakan kalian dan apa yang kalian
kerjakan.” [QS Ash-Shaffat 96]
Dan Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda,
‫إن هللا خالق كل صانع وصنعته‬
“Sesungguhnya Allah Yang Menciptakan setiap pelaku dan apa yang dia
lakukan.” [Hadits Shahih diiriwayatkan oleh Al Hakim, di dalam Al
Mustadrok]
✅ Dan Ahlus Sunnah meyakini bahwa para hamba, merekalah pelaku dari
apa yang mereka amalkan.
✅ Allah yang menciptakan keimanan dan kekafiran, dan seorang hamba
dialah yang beriman dan dialah yang kafir.
✅ Allah menciptakan ketaatan dan kemaksiatan, dan hamba dialah yang
taat dan dialah yang bermaksiat.
✅ Allah menciptakan shalat dan puasa, dan hamba-lah yang melakukan
shalat dan dialah yang melakukan puasa, bukan Allah Subhānahu wa
Ta’āla yang menjadi pelaku itu semua, sebagaimana diyakini oleh orang-
orang Al Jabriyyah.
Allah berfirman,
َ‫ي لَ ُه ْم ِم ْن قُ َرةِ أَ ْعيُن َجزَ ا ًء بِ َما كَانُوا يَ ْع َملُون‬ ُ
َ ‫فَ َال تَ ْعلَ ُم نَ ْفس َما أ ْخ ِف‬
“Maka sebuah jiwa tidak mengetahui apa yang disembunyikan untuk
mereka berupa hal-hal yang menyejukan mata mereka sebagai balasan
atas apa yang mereka amalkan.” [QS As-Sajdah 17]

✅ Di dalam ayat ini Allah mengabarkan bahwa amal yang dilakukan para
hamba adalah sebab mereka mendapatkan kenikmatan di surga,
menunjukkan bahwa pelaku amalan tersebut adalah hamba dan bukan
Allah.
Allah Subhānahu wa Ta’āla memberikan para hamba qudrah atau
kemampuan sebagaimana firman Allah,
‫سا إِ َّل ُو ْسعَ َها‬
ً ‫ّللاُ نَ ْف‬
َ ‫ف‬ ُ ‫ َّل يُك َِل‬..
“Allah tidak membebani sebuah jiwa kecuali sesuai dengan
kemampuannya.” [QS Al-Baqarah 286]
Dan Allah juga memberikan mereka iradah atau keinginan. Allah-lah yang
menciptakan iradah pada diri mereka dan iradah mereka di bawah iradah
Allah Subhānahu wa Ta’āla.
Allah berfirman,
َ ‫ِل َم ْن شَا َء ِم ْن ُك ْم أَ ْن َي ْستَ ِق‬
‫يم‬
َ‫ّللاُ َربُّ ْالعَالَ ِمين‬ َ ‫َو َما تَشَا ُءونَ إِ َّل أَ ْن يَشَا َء‬
“Bagi siapa diantara kalian yang ingin istiqomah dan tidaklah kalian
menghendaki istiqomah kecuali dengan kehendak Allah Rabb semesta
alam.” [QS At-Takwir 28-29]
Ini semua menunjukkan tentang batilnya ucapan Al Jabriyyah bahwa
hamba dipaksa melakukan ketaatan atau kemaksiatan, tidak ada pilihan
bagi mereka, mereka tidak memiliki qudrah dan iradah, keadaan mereka
seperti gerakan pohon yang tertiup angin mengikuti ke mana arah angin
tersebut.
Itulah yang bisa kita sampaikan pada halaqah kali ini, dan sampai bertemu
kembali pada halaqah selanjutnya.

ُ‫علَ ْي ُك ْم َو َرحْ َمةُ هللاِ َو َب َركَاتُه‬


َ ‫سالَ ُم‬
َ ‫َو ال‬
Saudaramu,
Abdullāh Roy
Di kota Al-Madīnah
Halaqah 21 | Hidayah Taufiq dan Kesesatan menurut Ahlus Sunnah

HIDAYAH TAUFIQ DAN KESESATAN


MENURUT AHLUS SUNNAH
‫السالم عليكم ورحمة هللا وبركاته‬
‫الحمد هلل والصالة والسالم على رسول هللا وعلى آله وصحبه أجمعين‬
Halaqah yang ke-21 dari Silsilah ‘ilmiyyah Beriman Kepada Takdir Allah
adalah tentang “ Hidayah Taufiq dan Kesesatan menurut Ahlus Sunnah ”.
Hidayah terbagi menjadi dua:
1⃣. Hidayatul Irsyad
yaitu bimbingan dan arahan menuju jalan yang benar.
Hidayah jenis ini dimiliki oleh para Nabi dan orang-orang yang mengikuti
para Nabi dari kalangan para da’i, karena mereka membimbing dan
mengarahkan manusia kepada jalan Allah.
Allah berfirman,

… ِ ‫َوإِنَكَ لَتَ ْهدِي إِلَى‬


‫ص َراط ُم ْستَ ِقيم‬
“Dan sesungguhnya engkau sungguh-sungguh memberikan hidayah kepada
jalan yang lurus.” [QS Asy-Syura 52]
Maksudnya adalah membimbing dan mengarahkan menuju jalan yang
lurus.
2⃣. Hidayatut Taufiq
yaitu pembukaan hati dan pelapangan dada untuk menerima
kebenaran dan mengamalkannya.
Hidayah Taufiq ini hanya dimiliki oleh Allah, tidak dimiliki oleh Nabi dan
da’i.
Allah berfirman,
َ‫َوه َُو أَ ْعلَ ُم بِ ْال ُم ْهتَدِين‬ َ َ ‫إِنَكَ َّل تَ ْهدِي َم ْن أَحْ بَبْتَ َولَ ِك َن‬
‫ّللا يَ ْهدِي َم ْن يَشَا ُء‬
“Sesungguhnya engkau tidak memberikan hidayah kepada orang yang
engkau cintai akan tetapi Allah-lah yang memberikan hidayah kepada
siapa yang Dia kehendaki dan Dia lebih mengetahui siapa orang yang
mendapatkan petunjuk.” [QS Al-Qashash 56]
Hidayah Taufiq Allah berikan kepada siapa yang dikehendaki dan
kesesatan juga Allah berikan kepada siapa yang dikehendaki.
Allah berfirman,
… ‫ّللاُ َم ْن يَشَا ُء َويَ ْهدِي َم ْن يَشَا ُء‬ ِ ‫… َك َذلِكَ ي‬
َ ‫ُض ُّل‬
“Demikianlah Allah menyesatkan siapa yang dikehendaki dan memberikan
petunjuk kepada siapa yang dikehendaki.” [QS Al-Muddatstsir 31]

Barangsiapa yang Allah berikan hidayah taufiq, maka tidak ada yang
bisa menyesatkannya dan barangsiapa yang Allah sesatkan maka tidak ada
yang bisa memberikan hidayah.
Allah Subhānahu wa Ta’āla berfirman,
ُ‫ِي لَه‬
َ ‫ّللاُ فَ َال هَاد‬ ْ ُ‫… َم ْن ي‬
َ ‫ض ِل ِل‬
“Barangsiapa yang Allah sesatkan maka tidak akan ada yang memberikan
hidayah.”
[QS Al-A’raf 186]
Dan Allah berfirman,
ِ ‫ّللاُ فَ َما لَهُ ِم ْن ُم‬
‫ضل‬ َ ‫… َو َم ْن يَ ْه ِد‬
“Dan barangsiapa yang Allah berikan hidayah maka tidak ada yang bisa
menyesatkan dirinya.” [QS Az-Zumar 37]
Dan Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda,
ُ‫ِي لَه‬ ْ ُ‫ َو َم ْن ي‬, ُ‫ض َل لَه‬
َ ‫ض ِل ْل فَالَ َهاد‬ ِ ‫ّللاُ فَالَ ُم‬
َ ‫َم ْن يَ ْه ِد ِه‬
“Barangsiapa yang Allah berikan hidayah maka tidak ada yang
menyesatkan dan barangsiapa yang Allah sesatkan maka tidak ada yang
memberikan hidayah.” [HR Muslim]
Allah memberikan petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki dengan
karunia-Nya dan anugerah-Nya dan Allah lebih mengetahui siapa diantara
hamba-Nya yang berhak untuk mendapatkan petunjuk.
Dan Allah menyesatkan siapa yang Allah kehendaki dengan keadilan-
Nya dan Allah lebih tahu siapa yang berhak untuk disesatkan.
Kesesatan tersebut adalah keadilan Allah, bukan kedzoliman-Nya,
karena Allah Subhānahu wa Ta’āla telah menegakkan hujjah atas hamba-
Nya, memberikan kesempatan baginya untuk mengikuti petunjuk Allah,
diberikan akal untuk berfikir dan memilih, diutus kepadanya seorang Rasul
yang menjelaskan, diturunkan kepadanya kitab, dan diperlihatkan
kepadanya jalan yang lurus.
Apabila dia adalah orang yang hilang akalnya, atau anak yang belum
baligh, atau orang yang tidur, maka tidak ditulis amalannya.
Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda,
‫المجنون حتَى يعقل أو‬
ِ ‫وعن‬
ِ َ ‫عن الصغير حتَى يَ ْك‬
، َ ‫بر‬ ِ ‫و‬، ‫ائم حتَى يستَي ِقظ‬
ِ َ‫ع ِن الن‬
َ ،‫ُرفِ َع القل ُم عن ثالث‬
‫يفيق‬
“Diangkat pena dari tiga golongan: dari orang yang tidur sampai dia
bangun, dan dari anak kecil sampai dia baligh, dan dari orang yang gila
sampai dia berakal atau sadar.” [Hadits Shahih riwayat An Nasai dan Ibnu
Majah dari Aisyah radhiyallahu ‘anha]
Orang yang belum sampai kepadanya risalah seorang Rasul, maka tidak
akan diadzab.
Allah Subhānahu wa Ta’āla berfirman,
… ً ‫س‬
‫وّل‬ َ َ‫َو َما ُكنَا ُمعَ ِذبِينَ َحت َى نَ ْبع‬
ُ ‫ث َر‬
“Dan Kami tidak akan mengadzab sampai Kami mengutus seorang Rasul.”
[QS Al-Isra’ 15]

Apabila sudah sampai kepada mereka petunjuk dan mereka tidak


menerima serta tidak mengamalkan dan lebih memilih durhaka dan
maksiat kepada Allah, maka Allah akan menyesatkan mereka dan ini
adalah keadilan bukan kedzoliman.
Allah Subhānahu wa Ta’āla berfirman,
‫ع ِليم‬ َ ‫ّللا بِ ُك ِل‬
َ ‫ش ْيء‬ َ َ ‫إِ َن‬ َ‫ُض َل قَ ْو ًما بَ ْع َد إِ ْذ َه َدا ُه ْم َحتَى يُبَيِنَ لَ ُه ْم َما يَتَقُون‬ َ َ‫َو َما َكان‬
ِ ‫ّللاُ ِلي‬
“Dan tidaklah Allah menyesatkan sebuah kaum setelah memberikan
petunjuk kepada mereka sampai Allah menjelaskan kepada mereka apa
yang mereka taqwai. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala
sesuatu.” [QS At-Taubah 115]
Di dalam ayat ini Allah menjelaskan bahwasanya Allah menyesatkan
mereka setelah mereka tidak menerima petunjuk Allah yang sampai
kepada mereka.
Itulah yang bisa kita sampaikan pada halaqah kali ini, dan sampai bertemu
kembali pada halaqah selanjutnya.
ُ‫علَ ْي ُك ْم َو َرحْ َمةُ هللاِ َوبَ َركَاتُه‬
َ ‫سالَ ُم‬
َ ‫َو ال‬
Saudaramu,
Abdullāh Roy
Di kota Al-Madīnah
Halaqah 22 | Aliran yang Menyimpang di Dalam Masalah Hidayatut Taufiq
dan Penyesatan

ALIRAN YANG MENYIMPANG DI DALAM MASALAH


HIDAYATUT TAUFIQ DAN PENYESATAN
‫السالم عليكم ورحمة هللا وبركاته‬
‫الحمد هلل والصالة والسالم على رسول هللا وعلى آله وصحبه أجمعين‬
Halaqah yang ke-22 dari Silsilah ‘ilmiyyah Beriman Kepada Takdir Allah
adalah tentang “ Aliran yang Menyimpang di Dalam Masalah Hidayatut
Taufiq dan Penyesatan ”.
Telah menyimpang di dalam masalah ini dua aliran:
Al Qodariyyah dan Al Jabriyyah.
1⃣ Adapun Al Qodariyyah
Maka mereka meyakini bahwa Allah bukanlah yang memberikan hidayah
taufiq dan Allah bukanlah yang menyesatkan.
Dan mereka mengatakan bahwa makna Allah memberikan hidayah yang
datang di dalam dalil seperti dalam firman Allah,
َ َ ‫… َولَ ِك َن‬
… ‫ّللا يَ ْهدِي َم ْن يَشَا ُء‬
“Akan tetapi Allah memberikan hidayah kepada siapa yang dikehendaki.”
[QS Al-Qashash 56]
Adalah penamaan orang tersebut dengan orang yang mendapatkan
hidayah.
Dan mereka mengatakan bahwa maksud Allah menyesatkan seperti yang
datang di dalam firman Allah azza wajalla,
… ‫ّللاُ َم ْن َيشَا ُء‬ ِ ‫… َك َذلِكَ ي‬
َ ‫ُض ُّل‬
“Demikianlah Allah menyesatkan siapa yang Dia kehendaki.” [QS Al-
Muddatstsir 31]
Adalah penamaan orang tersebut dengan orang yang sesat.
Dan ini tentunya bertentangan dengan dalil-dalil yang telah berlalu yang
menunjukkan bahwa Allah, Dia-lah yang memberikan hidayah taufiq dan
Dialah yang menyesatkan.
Demikian pula Allah Subhānahu wa Ta’āla telah menjadikan hidayah yang
Allah berikan kepada seorang hamba sebagai sebuah karunia dan
anugerah, sebagaimana firman Allah,
… ‫ان‬ ِ ْ ‫علَ ْي ُك ْم أَ ْن َه َدا ُك ْم ِل‬
ِ ‫ْلي َم‬ َ ‫ّللاُ يَ ُم ُّن‬
َ ‫بَ ِل‬..
“Akan tetapi Allah memberikan anugerah kepada kalian dengan
memberikan hidayah kepada keimanan.” [QS Al-Hujurat 17]
Seandainya maksud Allah memberikan hidayah adalah hanya penamaan
pelakunya dengan orang yang mendapatkan hidayah maka ini tidak
dinamakan dengan karunia dan anugerah karena seandainya ini adalah
karunia atau anugerah, maka kita sebagai makhluk juga memberikan
karunia dan anugerah sebab kita pun sebagai makhluk juga menamakan
orang tersebut sebagai orang yang mendapatkan hidayah
2⃣ Adapun Al Jabriyyah
Maka mereka meyakini bahwa Allah memaksa mereka, tidak memberikan
mereka kehendak, tidak memberikan mereka kemampuan, menghalangi
mereka dari sebab-sebab mendapatkan petunjuk.
Dan ini juga bertentangan dengan dalil-dalil yang telah berlalu yang
menunjukkan bahwa seorang hamba diberi kehendak dan kemampuan,
diberi kesempatan memilih dan ditunjukkan kepadanya jalan yang lurus.
Itulah yang bisa kita sampaikan pada halaqah kali ini, dan sampai bertemu
kembali pada halaqah selanjutnya.
ُ‫علَ ْي ُك ْم َو َرحْ َمةُ هللاِ َو َب َركَاتُه‬
َ ‫سالَ ُم‬
َ ‫َو ال‬
Saudaramu,
Abdullāh Roy
Di kota Al-Madīnah
Halaqah 23 | Buah Beriman dengan Takdir Allah Bagian 1

BUAH BERIMAN DENGAN TAKDIR ALLAH


BAGIAN 1
‫السالم عليكم ورحمة هللا وبركاته‬
‫الحمد هلل والصالة والسالم على رسول هللا وعلى آله وصحبه أجمعين‬
Halaqah yang ke-23 dari Silsilah ‘ilmiyyah Beriman Kepada Takdir Allah
adalah tentang “ Buah Beriman dengan Takdir Allah Bagian 1 ”.
Diantara buah beriman dengan Takdir Allah azza wajalla:
1⃣. Beriman dengan Takdir adalah sebab seseorang merasakan lezatnya iman
Berkata Ubadah Ibnu Shomit kepada putranya,
‫حتى تعلم ان ما اصابك لم يكن ليخطئك وما اخطئك لم يكن‬, ‫يابني انك لن تجد طعم حقيقة اإليمان‬
‫ليصيبك‬
“Wahai anakku, sesungguhnya engkau tidak akan merasakan lezatnya
hakikat keimanan sampai engkau meyakini bahwa apa yang menimpamu
tidak akan luput darimu dan apa yang luput darimu tidak akan
menimpamu.” [diriwayatkan oleh Abu Dawud dan Ibnu Majah]
2⃣. Membuahkan keberanian, keyakinan, tawakal, dan bergantung hanya
kepada Allah, karena dia meyakini bahwa tidak akan menimpa dia kecuali
apa yang sudah Allah tulis.
Allah berfirman,
َ‫ّللا فَ ْل َيت ََو َك ِل ْال ُمؤْ ِمنُون‬
ِ َ ‫علَى‬
َ ‫َو‬ ‫ّللاُ لَنَا ه َُو َم ْو َّلنَا‬
َ ‫َب‬َ ‫ُصي َبنَا ِإ َّل َما َكت‬
ِ ‫قُ ْل لَ ْن ي‬
“Katakanlah tidak akan menimpa kami kecuali apa yang sudah Allah
tentukan untuk kami, Dia-lah penolong kami dan hanya kepada Allah-lah
orang-orang yang beriman bertawakal.” [QS At-Taubah 51]
3⃣. Membuahkan akhlak yang mulia, seperti kedermawan karena apabila
seseorang mengetahui bahwa kekayaan dan kemiskinan dengan Takdir
Allah, dia tidak akan takut berinfak fii sabilillah.
4⃣. Membuahkan rasa syukur ketika mendapatkan nikmat, menyandarkan
kenikmatan tersebut kepada Allah, karena Dia-lah yang mentakdirkan.
Allah Subhānahu wa Ta’āla berfirman,
َ َ‫… َو َما ِب ُك ْم ِم ْن نِ ْع َمة فَ ِمن‬
ِ‫ّللا‬
“Dan nikmat apa saja yang ada pada kalian maka itu adalah dari Allah.”
[QS An-Nahl 53]
5⃣. Membuahkan petunjuk dan kesabaran ketika mendapatkan musibah
Allah berfirman,
ِ َ ‫علَى‬
‫ّللا َي ِسير‬ َ َ‫ِإ َن َذلِك‬ ‫ض َو َّل ِفي أَ ْنفُ ِس ُك ْم ِإ َّل ِفي ِكتَاب ِم ْن قَ ْب ِل أَ ْن نَب َْرأَهَا‬
ِ ‫صي َبة ِفي ْاِل َ ْر‬
ِ ‫اب ِم ْن ُم‬
َ ‫ص‬َ َ‫َما أ‬
“Musibah apa saja yang menimpa baik di bumi maupun pada diri-diri
kalian kecuali sudah ditulis di dalam sebuah kitab sebelum Kami
menjadikannya. Sesungguhnya yang demikian adalah sangat mudah bagi
Allah.” [QS Al-Hadid 22]
6⃣. Semakin kuat keimanan seseorang dengan Takdir Allah, maka akan
semakin kuat tauhid-nya, karena iman dengan Takdir adalah bagian dari
iman dengan Rububiyah Allah, yang konsekuensinya adalah tauhid
Uluhiyyah.
7⃣. Membuahkan keikhlasan dan terjauh dari riya, karena orang yang
beriman dengan Takdir mengetahui bahwa Allah telah menentukan
segalanya dan menyadari bahwa mencari pahala dari manusia tidak akan
memberikan manfaat.
8⃣. Menghilangkan rasa dengki antar sesama muslim karena dia menyadari
bahwa rezeki sudah diatur dan dibagi oleh Allah dengan hikmah yang
dalam. Lalu untuk apa seseorang dengki dan iri.
Itulah yang bisa kita sampaikan pada halaqah kali ini, dan sampai bertemu
kembali pada halaqah selanjutnya.
ُ‫علَ ْي ُك ْم َو َرحْ َمةُ هللاِ َوبَ َركَاتُه‬
َ ‫سالَ ُم‬
َ ‫َو ال‬
Saudaramu,
Abdullāh Roy
Di kota Al-Madīnah
Halaqah 24 | Buah Beriman dengan Takdir Allah Bagian 2

BUAH BERIMAN DENGAN TAKDIR ALLAH


BAGIAN 2
‫السالم عليكم ورحمة هللا وبركاته‬
‫الحمد هلل والصالة والسالم على رسول هللا وعلى آله وصحبه أجمعين‬
Halaqah yang ke-24 dari Silsilah ‘ilmiyyah Beriman Kepada Takdir Allah
adalah tentang “ Buah Beriman dengan Takdir Allah Bagian 2 ”.
Diantara buah beriman dengan Takdir Allah azza wajalla:
9⃣. Membuahkan semangat yang tinggi di dalam melakukan kebaikan yang
berkaitan dengan agama seperti ibadah, menuntut ilmu, berdakwah, dll.
Orang yang beriman dengan Takdir Allah tidak takut celaan orang yang
mencela ketika berdakwah, tidak terlalu hancur hatinya ketika melihat
orang yang tidak menerima dakwahnya, dan dia tidak pamer atau bangga
diri ketika melihat orang yang mendapatkan hidayah dengan sebab dirinya
karena semua itu sudah ditakdirkan oleh Allah azza wajalla.
1⃣0⃣. Membuahkan semangat yang tinggi di dalam berbuat kebaikan yang
berkaitan dengan dunia seperti bekerja yang halal, melakukan aktivitas
yang diperbolehkan dan bermanfaat, dll. Dan dia tidak mudah menyesal
dan berputus asa ketika menghadapi musibah yang berkaitan dengan
pekerjaan tersebut.

1⃣1⃣. Membuahkan ridha terhadap hukum-hukum Allah baik yang berupa


hukum-hukum syariat, maupun hukum-hukum Kauniyah.
1⃣2⃣. Membuahkan kebahagiaan dan menghilangkan kesedihan karena dia
mengetahui dan yakin bahwa Allah memilih yang terbaik baginya di dalam
urusan dunia, agama, dan akhir dari perkaranya.
Allah Subhānahu wa Ta’āla berfirman,
… ‫ّللاُ يَ ْعلَ ُم َوأَ ْنت ُ ْم َّل‬
َ ‫َو‬ َ ‫سى أَ ْن ت ُ ِحبُّوا‬
‫ش ْيئًا َوه َُو شَر لَ ُك ْم‬ َ ‫ع‬
َ ‫َو‬ َ ‫سى أَ ْن تَ ْك َرهُوا‬
‫ش ْيئًا َوه َُو َخيْر لَ ُك ْم‬ َ ‫ع‬
َ ‫َو‬
َ‫تَ ْعلَ ُمون‬
“Dan mungkin saja kalian membenci sesuatu dan dia adalah baik bagi
kalian. Dan mungkin saja kalian mencintai sesuatu dan dia adalah jelek bagi
kalian. Dan Allah, Dia-lah yang mengetahui sedangkan kalian tidak
mengetahui.” [QS Al-Baqarah 216]
1⃣3⃣. Membuahkan keistiqomahan di atas jalan yang lurus baik dalam
keadaan mendapatkan nikmat atau tertimpa musibah, karena dia akan
bersyukur ketika mendapatkan nikmat dan akan bersabar ketika dia
terkena musibah.
1⃣4⃣. Tidak putus asa dari pertolongan Allah bagaimanapun besarnya fitnah
dan banyaknya ujian, karena dia yakin bahwa akhir yang baik adalah bagi
orang-orang yang bertakwa. Dan ini adalah ketentuan Allah yang sudah
Allah tentukan.
Allah berfirman,
‫ش ِهيدًا‬ ِ َ ‫َو َكفَى ِب‬
َ ‫اّلل‬ ِ ‫علَى الد‬
‫ِين ُك ِل ِه‬ ْ ‫ق ِلي‬
َ ُ‫ُظ ِه َره‬ ِ ‫ِين ْال َح‬
ِ ‫سولَهُ ِب ْال ُه َدى َود‬ َ ‫ه َُو الَذِي أَ ْر‬
ُ ‫س َل َر‬
“Dia-lah yang telah mengutus Rasul-Nya dengan petunjuk dan agama yang
benar untuk menampakkan agama tersebut di atas seluruh agama dan
cukuplah Allah sebagai saksi.” [QS Al-Fath 28]

Dan Allah mengatakan,


‫سلَنَا َوا َلذِينَ آ َمنُوا فِي ْال َح َيا ِة ال ُّد ْن َيا َو َي ْو َم َيقُو ُم ْاِل َ ْش َها ُد‬ ُ ‫ِإنَا لَنَ ْن‬
ُ ‫ص ُر ُر‬
“Sesungguhnya Kami akan menolong Rasul-Rasul Kami dan orang-orang
yang beriman di kehidupan dunia dan ketika bangkit para saksi.” [QS
Ghafir 51]
1⃣5⃣. Menjadikan di dalam diri seorang hamba Qonaah atau merasa cukup
dengan pemberian Allah azza wajalla, tidak rakus terhadap dunia dan
tidak meminta-minta kepada orang lain. Karena dia meyakini bahwa rezeki
sudah tertulis dan tidak mungkin orang lain bisa menyampaikan kepadanya
sebuah rezeki kecuali apa yang sudah Allah tulis sebelumnya.
Itulah yang bisa kita sampaikan pada halaqah kali ini, dan sampai bertemu
kembali pada halaqah selanjutnya.
ُ‫علَ ْي ُك ْم َو َرحْ َمةُ هللاِ َوبَ َركَاتُه‬
َ ‫سالَ ُم‬
َ ‫َو ال‬
Halaqah 25 | Buah Beriman dengan Takdir Allah Bagian 3

BUAH BERIMAN DENGAN TAKDIR ALLAH


BAGIAN 3
‫السالم عليكم ورحمة هللا وبركاته‬
‫الحمد هلل والصالة والسالم على رسول هللا وعلى آله وصحبه أجمعين‬
Halaqah yang ke-25 dari Silsilah ‘ilmiyyah Beriman Kepada Takdir Allah
adalah tentang “ Buah Beriman dengan Takdir Allah Bagian 3 ”.
Diantara buah beriman dengan Takdir Allah azza wajalla:
1⃣6⃣. Berbaik sangka kepada Allah. Ketika melihat dirinya diberi hidayah
kepada Tauhid, Sunnah, dan ketaatan, maka dia berbaik sangka kepada
Allah, bahwa Allah menghendaki pada dirinya kebaikan dan ingin
memudahkan dia masuk ke dalam Surga-Nya.
1⃣7⃣. Menimbulkan rasa takut di dalam diri seorang hamba dari suul khotimah,
sehingga dia tidak tertipu dengan amal sholehnya, karena dia tidak tau
dengan apa Allah akan menakdirkan akhir amalannya.
1⃣8⃣. Menimbulkan sifat tidak suka merendahkan orang lain dan menghinakan
orang lain yang terjerumus ke dalam kemaksiatan, karena dia tidak tau
dengan apa Allah akan menakdirkan akhir dari amalan orang tersebut.
1⃣9⃣. Memerdekakan akal dan diri dari khurafat dan tathoyyur dan dia
meyakini bahwa segala sesuatu tidak terlepas dari takdir Allah. Tidak ada
yang mendatangkan kebaikan kecuali Allah dan tidak ada yg menolak
kejelekan kecuali Allah.
2⃣0⃣. Menjadikan seseorang rendah hati dan tidak sombong ketika diberikan
rezeki oleh Allah baik berupa harta, kedudukan, maupun ilmu, dll. Karena
ini semua datang dari Allah dan dengan takdir Allah. Dan kalau Allah
menghendaki, Allah akan mengambilnya dari kita sewaktu-waktu.
2⃣1⃣. Membawa ketenangan di dalam hati dan ketentraman jiwa karena
ketika tertimpa musibah dia merasa itu yg terbaik dan pasti ada hikmahnya
dan dia mengetahui bahwa orang yang ridha maka Allah akan ridha
kepadanya, sehingga dia tidak cemas dan gelisah, dan tidak berangan-
angan dan berandai-andai.
Akhirnya semoga Allah Subhānahu wa Ta’āla menjadikan kita termasuk
orang yang beriman dengan takdir Allah yang baik maupun yang buruk.
Dan semoga Allah Subhānahu wa Ta’āla memberikan karunia kepada kita
semua sehingga kita bisa merasakan buah-buah yang baik dari beriman
dengan takdir. Dan sesungguhnya Allah mengabulkan do’a.
ِ َ ِ ‫ْال َح ْم ُد‬
َ ‫ّلل الَذِي بِنِ ْع َمتِ ِه تَتِ ُّم ال‬
ُ‫صا ِل َحات‬
Demikianlah yang bisa saya sampaikan di dalam Silsilah Beriman dengan
Takdir Allah dan sampai bertemu kembali pada Silsilah Ilmiah selanjutnya
yaitu Silsilah Siroh Nabawiyyah.
ُ‫علَ ْي ُك ْم َو َرحْ َمةُ هللاِ َوبَ َركَاتُه‬
َ ‫سالَ ُم‬
َ ‫َو ال‬
Saudaramu,
Abdullāh Roy
Di kota Al-Madīnah

Anda mungkin juga menyukai