Muhammadiyah Dan Isu-Isu (Fix Cetak)
Muhammadiyah Dan Isu-Isu (Fix Cetak)
DISAMPAIKAN PADA
MUSYAWARAH WILAYAH MUHAMMADIYAH BENGKULU
KE-10 TAHUN 2023
DI BENGKULU
A. KEUMMATAN
PENGANTAR SEKAPUR SIRIH
Sejak digulirkannya Reformasi 21 Mei 1998, maka sispol dan pemerintahan di Republik Indonesiua
berubah paradigmanya dari monolitik sentralistik ke “demokrasi” terutama demokrasi
lokal/desentralisasi/otonomi. Selama kurang lebih 53 tahun di dalam kungkungan sentralistik
otoritarian, kebebasan dirasakan kurang (masyarakat dan daerah), merasa tantangan birokrasi pasti
(Jakarta) juga masyarakat dan Daerah terbelenggu dan tidak mempunyai inisiatif dan kreativitas
sendiri.
Pasca Reformasi
• Demokrasi/kebebasan milik daerah dan masyarakat, “Euphoria” yg terlalu berlebihan. Ekses
terjadi keluar tatanan, kesepakatan, hukum, peraturan, pranata, dan kebiasaan dalam masyarakat.
• Dalam gejolak dampak reformasi, maka yang dimaksud masyarakat, bukan lagi grass root,
masyarakat biasa tetapi lebih-lebih mereka yang disebut elit politik/ penguasa.
Euphoria
• Di alam kebebasan, kemandirian ini masyarakat pada umumnya (elit politik/ kekuasaan) sering
lepas kendali. Hal ini disebabkan belum ditemukannya wujud dan makna sesungguhnya
reformasi-demokrasi.
• Kebebasan, kemerdekaan, kemandirian, yg diinginkan dan dirasakan belum memaknai
kehidupan seluruh lapisan masyarakat Indonesia. Maka tidaklah mengherankan jika saat ini
timbul centang-perentang di dalam kehidupan sosial politik, ideologi, dan ekonomi.
• Sikap Muhammadiyah
a. Negara harus moderat/adil/obyektif tdk diskriminatif, beri ruang bagi seluruh anak
bangsa.
b. Mendorong ormas islam paradigma Wasathiyah yang tidak memaksa/ mendikte Negara.
c. Negara harus sebagai fasilitator semua ormas islam, sebagai mitra Negara.
d. Negara harus netral, tidak dipolitisir ormas tertentu.
e. Negara tidak ciptakan segregasi politik terhadap ormas islam, jangan jadikan isu
keagamaan menjadi mainstream.
Sikap Muhammadiyah
a. Perlunya cara beragama yg moderat dalam spirit wasathiyah yg otentik. Toleransi dengan
non-Muhammadiyah, dengan sesama orang Islam sangat tidak toleran. Gereja dijaga, ulama
disiksa?.
b. Mengusung moderasi beragama
c. Mainstreaming moderasi agama harus dilihat dengan cara moderat.
d. Negara juga harus adil dan moderat.
B. KEBANGSAAN
1. Memperkuat ketahanan keluarga
• Masih tingginya angka perceraian di Provinsi Bengkulu. Maka diperlukan kebijakan startegis
dari pemerintah daerah untuk menekan angka perceraian. Sebagian besar peceraian ini
terjadi karena perkawinan usia dini. Oleh sebab itu diperlukan peran peemrintah untuk
memperketat syarat pernikahan. Demikian juga diperlukan pemahaman dan pengetahuan
untuk orang tua akan pentingnya memperhatikan usia pernikahan. Disinilah peran ormas
melalui kegiatannya memberikan pendidikan yang memadai kepada orang tua tentang usia
pernikahan.
• Kekerasan dalam rumah tangga juga menjadi fenomena yang masih memprihatinkan, karena
angka di Provinsi Bengkulu masih tinggi. Sehingga diperlukan ketahanan keluarga yang
kuat, dengan menjalin hubungan internal keluarga, hubungan yang harmonis dan saling
menyayangi, pemenuhan kebutuhan meterial, spiritual, serta pendidikan yang memadai.
Pemerintah dengan dibantu ormas harus memberikan perhatian dalam upaya memberikan
kontribusi memperkuat ketahanan keluarga
2. Reformasi sistem pemilu
• Sudah beberapa kali kita melaksanakan pemilu pasca reformasi, baik pileg, pilkada maupun
pilpres. Karena pemilu merupakan implementasi dari kehdiupan demokrasi, maka
pelaksanaannya harus mencerminkan akuntabilitas, jujur dan adil. Sehingga makna dari
rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat tergambar dalam proses pemilu tersebut. Tetapi dalam
pelaksanaan pemilu, banyak catatan yang masih harus diperbaiki, baik terkait dengan
managemen pemilu, sistem pemilu, partisipasi pemilih, mata pilih, pelaksanaan kampanye
dan lainya. Bahkan kalau kita reduksi dalam pelaksanaan pilkada, maka ada fenomena
mencengangkan bahkan mengerikan akan tersaji, yaitu politik transaksional.
• NPWP bukan menjadi barang tabu. Nomor Piro Wani Piro adalah bahasa sehari-hari dari
masyarakat sebagai pemilih. Fenomena “NPWP” ini merupakan bentuk dari politik
transaksional, dan ini sangat mengerikan. Bagaimana seorang pemimpin daerah dipilih
dengan menggunakan cara-cara transaksi seperti ini, maka kualitas diri dan kualitas
kepemimpinannya dapat diukur dari seberapa banyak uang yang disebarkan untuk dibagi-
bagi kepada pemilik suara. Belum lagi praktek kecurangan penyelenggara pemilu dari
tingkat KPPS, PPS, PPK, KPU Kabupaten/Kota, KPU Provinsi. Semua berjalan sistematis
dan masif. Praktek seperti ini menciderai rasa keadilan dalam praktek demokrasi. Oleh sebab
itu, pemerintah dan pemangku kepentingan yang terkait langsung maupun tidak langsung
dengan pemilu, pilleg, pilkada dan pilpres harus mereformasi diri secara kelembagaan.
Sehingga praktek-praktek curang dan transaksional tidak terjadi lagi.
• Warga Muhammadiyah harus menjadi garda terdepan memposisikan diri sebagai teladan
untuk sebuah proses demokrasi yang bermartabat, bersih, jujur dan adil. Terpilihnya wakil
rakyat, presiden, gubernur, bupati, walikota kalau jalan yang dilalui tidak terpuji dan
melanggar norma, nilai, tata aturan yang ada, maka tinggal tunggu kehancuran. Tidak heran
kalau sudah berderet anggota DPR, DPD, DPRD, Gubernur, Bupati, Walikota yang harus
terjerat kasus hukum, karena memang jalan yang dilalui untuk mencapainya dilalui dengan
cara-cara curang dan tidak bermartabat.
C. KEMANUSIAAN UNIVERSAL
1. Membangun Tata Dunia yang Damai Berkeadilan
a. Muhammadiyah mendorong pemerintah Indonesia untuk lebih aktif memainkan peran-peran
politik diplomasi internasional untuk membantu mengurangi eskalasi dan dampak konflik.
b. Muhammadiyah dapat berkolaborasi dengan organisasi-organisasi keagamaan internasional
maupun regional untuk ikut terlibat aktif dalam usaha-usaha mencari solusi terhadap
penyelesaian konflik yang di sejumlah kawasan, baik melalui usaha-usaha simbolik diskursif
dengan menyediakan argumen-argumen keagamaan untuk mendorong semua pihak yang
terlibat dapat mencari solusi damai dalam penyelesaian masalah, maupun usaha-usaha
empirik advokasi sosial-politik, termasuk usaha menolong korban sipil akibat konflik.
c. Muhammadiyah sebagai organisasi Islam, ikut serta secara aktif membantu usaha
pemerintah untuk memainkan peran juru damai global melalui politik bebas-aktif, dengan
ikut menyediakan sumber daya dan jaringan yang dimiliki.
4. Menguatnya Xenofobia
• Perlu kerja sama lintas organisasi masyarakat sipil global (global civil society network) untuk
terlibat aktif dalam upaya menanggulangi dampak dan mencegah meluasnya sikap-sikap
xenofobia dalam arti luas, bukan hanya sikap anti dan diskriminatif terhadap orang asing,
melainkan juga sikap antipati dan diskriminatif terhadap kelompok dan identitas yang
dianggap berbeda dan asing
A. KEUMATAN — 1
1. Fenomena Rezimintasi Paham Agama — 1
2. Membangun Kesalehan Digital — 3
3. Memperkuat Persatuan Umat — 4
4. Reformasi Tata Kelola Filantropi Islam — 5
5. Beragama yang Mencerahkan — 6
6. Autentisitas Wasathiyah Islam — 7
B. KEBANGSAAN — 9
1. Memperkuat Ketahanan Keluarga — 9
2. Reformasi Sistem Pemilu — 10
3. Suksesi Kepemimpinan 2024 — 12
4. Evaluasi Deradikalisasi — 13
5. Memperkuat Keadilan Hukum — 16
6. Penataan Ruang Publik yang Inklusif dan Adil — 17
7. Memperkuat Regulasi Sistem Resiliensi Bencana — 18
8. Antisipasi Aging Population — 19
9. Memperkuat Integrasi Nasional — 20
| Muhammadiyah dan Isu-Isu Strategis Keumatan, Kebangsaan, dan Kemanusiaan Universal | iii
C. KEMANUSIAAN UNIVERSAL — 22
1. Membangun Tata Dunia yang Damai Berkeadilan — 22
2. Regulasi Dampak Perubahan Iklim — 24
3. Mengatasi Kesenjangan Antar-Negara — 26
4. Menguatnya Xenofobia — 28
A. KEUMATAN
1. Fenomena Rezimintasi Paham Agama
Indonesia adalah negara yang berdasarkan Pancasila,
bukan negara agama maupun negara sekuler. Karena bukan
negara agama maka tidak boleh ada agama yang mendo-
minasi, apalagi kelompok keagamaan tertentu. Akan tetapi,
saat ini selain terdapat kenyataan adanya kekuatan forma-
lisasi agama di ruang publik, pada saat yang sama adanya
gejala rezimintasi agama oleh suatu kelompok keagamaan.
Rezimintasi agama menjelma semakin kuat dengan kecen-
derungan penguasaan makna dan kepentingan agama oleh
suatu pandangan dan kelompok dominan dalam beragama di
ruang publik dan negara.
Menguatnya rezimintasi agama dapat dilihat dari feno-
mena sebagai berikut. Pertama, tengah terjadi pemaksaan
atau dominasi pemahaman keagamaan atau paham ke-
B. KEBANGSAAN
1. Memperkuat Ketahanan Keluarga
Keluarga merupakan pranata sosial, pendidikan, dan
agama yang sangat penting. Keluarga adalah lembaga di
C. KEMANUSIAAN UNIVERSAL
1. Membangun Tata Dunia yang Damai Berkeadilan
Konflik Rusia-Ukraina telah memicu krisis berskala
global yang mengancam perdamaian dan ketenteram-an
dunia, ketika negara-negara di seluruh dunia sedang mulai
bangkit dari keterpurukan ekonomi, sosial, dan po-litik
akibat pandemi Covid-19. Keterlibatan Amerika Serikat
dalam konflik tersebut mengakibatkan ancaman meluas-
nya skala konflik akibat memobilisasi negara-negara di luar
Eropa untuk mendukung posisi Amerika. Embargo ekonomi
kepada Rusia membuat negara tersebut memainkan kartu
ekonomi pasar gelap, yang memicu perilaku ekonomi
opor-tunis negara di sejumlah kawasan yang dapat
menciptakan instabilitas ekonomi politik. Selain itu,
maraknya fenome-na aksi unilateralisme, yakni tindakan
sepihak suatu negara terhadap negara berdaulat lain,
dengan mengabaikan prin-sip-prinsip hukum internasional.
Aksi unilateralisme dapat berupa agresi, aneksasi,
maupun pendudukan. Hal ini memperlihatkan makin pu-
darnya komitmen internasional pada prinsip
nonintervensi. Kondisi ini juga membuktikan semakin
meluruhnya peran dan fungsi lembaga multilateral, seperti
PBB, dalam meng-atasi perang.
Muhammadiyah mendorong pemerintah Indonesia
untuk lebih aktif memainkan peran-peran politik diploma-si
internasional untuk membantu mengurangi eskalasi dan
dampak konflik. Indonesia memiliki reputasi sebagai negara
yang mempelopori gagasan politik bebas-aktif (non-align-