Tugas Makalah Perkembangan Pidana Internasional
Tugas Makalah Perkembangan Pidana Internasional
Makalah
Dibuat Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah
Perkembangan Penegakan Hukum Pidana Internasional
PASCA SARJANA
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS ABULYATAMA
BANDA ACEH
2023
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................
A. Latar Belakang Masalah............................................................................1
B. Perumusan Masalah...................................................................................2
C. Tujuan Penelitian.......................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................
A. Pengertian Perkawinan Campuran dan Dasar Hukum Perkawinan
Campuran di Indonesia..............................................................................3
B. Dampak dari Perkawinan Campuran.........................................................5
C. Status Kewarganegaraan Anak Yang Lahir dar Perkawinan Campuran...6
BAB III PENUTUP..................................................................................................
A. Kesimpulan..............................................................................................14
B. Saran........................................................................................................14
i
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
B. Perumusan Masalah
1. Apakah Pengertian perkawinan campuran itu dan apa dasar hukum
perkawinan campuran Di Indonesia?
2. Bagaimana dampak dari perkawinan campuran?
3. Bagaimana status kewarganegaraan anak yang lahir dari perkawinan
campuran?
C. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui materi pokok Perkembangan Penegakan Hukum Pidana
Internasional khususnya terkait Hukum Perkawinan Beda
Kewarganegaraan.
2. Menganalisis kasus-kasus hukum dalam perkawinan beda
kewarganegaraan dan cara penyelesaiannya sesuai dengan Undang-undang
yang berlaku.
BAB II
PEMBAHASAN
Jika pejabat yang bersangkutan menolak untuk memberikan surat keterangan, maka
atas permintaan yang berkepentingan, Pengadilan memberikan keputusan dengan tidak
beracara serta tidak boleh dimintakan banding lagi tentang soal apakah penolakan
pemberian surat keterangan itu beralasan atau tidak. Jika Pengadilan memutuskan
bahwa penolakan tidak beralasan, maka keputusan itu menjadi pengganti keterangan
3
4
Apabila lewat dari waktu yang ditetapkan maka harus melalui Pengadilan Negeri
sesuai dengan domisili yang bersangkutan dan akan dikenai sanksi denda sesuai
dengan Peraturan Daerah setempat juncto pasal 107 Peraturan Presiden No. 25 Tahun
5
2008 tentang Persyaratan dan Tata Cara Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil
yang berbunyi:
1. Denda administratif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 104 ayat (2), Pasal 105
ayat (2) dan Pasal 106 diatur dalam Peraturan Daerah.
1. Asas ius sanguinis (law of the blood) adalah asas yang menentukan
kewarganegaraan seseorang berdasarkan keturunan, bukan berdasarkan negara
tempat kelahiran.
2. Asas ius soli (law of the soil) secara terbatas adalah asas yang menentukan
kewarganegaraan seseorang berdasarkan negara tempat kelahiran, yang
diberlakukan terbatas bagi anak-anak sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam
Undang-Undang ini.
Berdasarkan UU ini anak yang lahir dari perkawinan seorang wanita WNI dengan
pria WNA, maupun anak yang lahir dari perkawinan seorang wanita WNA dengan
pria WNI, sama-sama diakui sebagai warga negara Indonesia. Anak tersebut akan
berkewarganegaraan ganda, dan setelah anak berusia 18 tahun atau sudah kawin maka
ia harus menentukan pilihannya. Pernyataan untuk memilih tersebut harus
disampaikan paling lambat 3 (tiga) tahun setelah anak berusia 18 tahun atau setelah
kawin.
Hal ini berati warga negara Indonesia yang berada di luar negeri, sepanjang
mengenai hal-hal yang terkait dengan status personalnya, tetap berada di bawah
lingkungan kekuasaan hukum nasional Indonesia, sebaliknya, menurut jurisprudensi,
maka orang-orang asing yang berada dalam wilayah Republik Indonesia dipergunakan
juga hukum nasional mereka sepanjang hal tersebut masuk dalam bidang status
personal mereka. Dalam jurisprudensi Indonesia yang termasuk status personal antara
8
Bila dikaji dari segi hukum perdata internasional, kewarganegaraan ganda juga
memiliki potensi masalah, misalnya dalam hal penentuan status personal yang
didasarkan pada asas nasionalitas, maka seorang anak berarti akan tunduk pada
ketentuan negara nasionalnya. Bila ketentuan antara hukum negara yang satu dengan
yang lain tidak bertentangan maka tidak ada masalah, namun bagaimana bila ada
pertentangan antara hukum negara yang satu dengan yang lain, lalu pengaturan status
personal anak itu akan mengikuti kaidah negara yang mana. Lalu bagaimana bila
ketentuan yang satu melanggar asas ketertiban umum pada ketentuan negara yang lain.
Sebagai contoh adalah dalam hal perkawinan, menurut hukum Indonesia, terdapat
syarat materil dan formil yang perlu dipenuhi. Ketika seorang anak yang belum
berusia 18 tahun hendak menikah maka harus memuhi kedua syarat tersebut. Syarat
materil harus mengikuti hukum Indonesia sedangkan syarat formil mengikuti hukum
tempat perkawinan dilangsungkan. Misalkan anak tersebut hendak menikahi
pamannya sendiri (hubungan darah garis lurus ke atas), berdasarkan syarat materiil
hukum Indonesia hal tersebut dilarang (pasal 8 UU No.1 tahun 1974), namun
berdasarkan hukum dari negara pemberi kewarganegaraan yang lain, hal tersebut
diizinkan, lalu ketentuan mana yang harus diikutinya.
Hal tersebut yang tampaknya perlu dipikirkan dan dikaji oleh para ahli hukum
perdata internasional sehubungan dengan kewarganegaraan ganda ini. Penulis
berpendapat karena undang-undang kewarganegaraan ini masih baru maka potensi
masalah yang bisa timbul dari masalah kewarganegaraan ganda ini belum menjadi
kajian para ahli hukum perdata internasional.
Walaupun banyak menuai pujian, lahirnya UU baru ini juga masih menuai kritik
dari berbagai pihak. Salah satu pujian sekaligus kritik yang terkait dengan status
9
kewarganegaraan anak perkawinan campuran datang dari KPC Melati (organisasi para
istri warga negara asing).
Penulis kurang setuju dengan kritik yang disampaikan oleh KPC Melati tersebut.
Menurut hemat penulis, kewarganegaraan ganda sepanjang hayat akan menimbulkan
kerancuan dalam menentukan hukum yang mengatur status personal seseorang.
Karena begitu seseorang mencapat taraf dewasa, ia akan banyak melakukan perbuatan
hukum, dimana dalam setiap perbuatan hukum tersebut, untuk hal-hal yang terkait
dengan status personalnya akan diatur dengan hukum nasionalnya, maka akan
membingungkan bila hukum nasional nya ada dua, apalagi bila hukum yang satu
bertentangan dengan hukum yang lain.
menurut ketentuan negara yang satu ternyata bertentangan dengan ketentuan negara
yang lain. Seharusnya bila memang pernikahan itu membutuhkan suatu penentuan
status personal yang jelas, maka anak diperbolehkan untuk memilih
kewarganegaraannya sebelum pernikahan itu dilangsungkan. Hal ini penting untuk
mengindari penyelundupan hukum, dan menghindari terjadinya pelanggaran ketertiban
umum yang berlaku di suatu negara.
Mau pilih WNI atau menjadi warga negara asing, negara asal ayah atau ibunya.
Lewat Peraturan Menhukham No. M.HH-19.A.H.10.01 Tahun 2011, Menteri Hukum
dan HAM Patrialis Akbar menegaskan pernyataan memilih kewarganegaraan dapat
dilakukan bukan hanya di Kementerian Hukum dan HAM, tetapi juga di kantor-kantor
wilayah keimigrasian yang tersebar di wilayah Indonesia. Bahkan, pernyataan memilih
dapat disampaikan di luar negeri, lewat kantor perwakilan Indonesia atau di tempat
lain yang ditentukan oleh Menteri.
Kantor perwakilan Indonesia yang punya kewenangan adalah kantor yang wilayah
kerjanya meliputi tempat tinggal anak. Jika memilih menjadi WNI, si anak harus
mengajukan pernyataan memilih yang formulirnya tersedia di kantor-kantor imigrasi.
Jika si anak memilih WNI atau affidavitnya dicabut maka ia berhak menyandang
status WNI, yang ditetapkan lewat Surat Keputusan Menteri.
Ada dua kategori anak yang harus memilih status kewarganegaraan. Batasannya
adalah pengesahan UU No 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan.
11
Anak yang lahir sebelum 1 Agustus 2006, adalah mereka yang sudah
mengantongi Surat Keputusan Menhukham tentang kewarganegaraan.
Dalam konteks ini, affidavit adalah surat keimigrasian yang dilekatkan atau
disatukan pada paspor asing yang memuat keterangan sebagai anak
berkewarganegaraan ganda. Pemegang affidavit mendapatkan fasilitas keimigrasian
saat keluar masuk Indonesia.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Anak adalah subjek hukum yang belum cakap melakukan perbuatan
hukum sendiri sehingga harus dibantu oleh orang tua atau walinya yang
memiliki kecakapan. Pengaturan status hukum anak hasil perkawinan
campuran dalam UU Kewarganegaraan yang baru, memberi pencerahan yang
positif, terutama dalam hubungan anak dengan ibunya, karena UU baru ini
mengizinkan kewarganegaraan ganda terbatas untuk anak hasil perkawinan
campuran.
UU Kewarganegaraan yang baru ini menuai pujian dan juga kritik,
termasuk terkait dengan status anak. Penulis juga menganalogikan sejumlah
potensi masalah yang bisa timbul dari kewarganegaraan ganda pada anak.
Seiring berkembangnya zaman dan sistem hukum, UU Kewarganegaraan yang
baru ini penerapannya semoga dapat terus dikritisi oleh para ahli hukum
perdata internasional, terutama untuk mengantisipasi potensi masalah.
B. Saran
Saran yang dapat diberikan pada pasangan perkawinan campuran yaitu
memahami dengan baik ketentuan ketentuan hukum kewarganegaraan,
sehingga dapat mengetahui hak-hak dan kewajiban yang menjadi
konsekkuensi atas perkawinan yang dilakukan.
12