Anda di halaman 1dari 26

LOGO SEKOLAH

VIA

TULIS ILMIAH

PENTINGNYA PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER DI ERA PASCA PANDEMI

Disusun oleh,

………………………………………………

Nama Sekolah via


2023
LEMBAR PENGESAHAN

1. Judul Karya Tulis :


2. Sekolah :
3. Penulis
a. Nama Lengkap :
b. NISN :
c. Jurusan : Pendidikan Bahasa Inggris
d. Alamat Email :
e. Alamat Rumah :

g. Nomor HP :
4. Guru Pembimbing
a. Nama Lengkap dan Gelar :
b. NIP :
c. Alamat Rumah :

d. Nomor HP :

Bandung, ………………… 2023

Guru Pembimbing, Penulis,

(………………………………….) (……………….)

NIP. ……………………. NISN…………

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penyusunan karya tulis ilmiah
berjudul Pentingnya Penguatan Pendidikan Karakter di Era Pasca Pandemi,
dapat terselesaikan tepat waktu. Adapun pengajuan karya tulis ilmiah ini adalah
untuk memenuhi tugas akhir Siswa SMA……………….. serta diharapkan untuk
dapat dijadikan sebagai solusi alternatif dalam mengembangkan pendidikan
karakter.
Penulis mengucapkan terima kasih, baik kepada penyelenggara kegiatan
maupun pihak yang telah membantu dan terlibat dalam penyusunan karya tulis
ilmiah. Penulis menyadari bahwa penyusunan karya tulis ilmiah ini masih terdapat
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun sangat diharapkan agar penulis dapat memperbaiki karya tulis ilmiah
ini serta dapat dijadikan sebagai refleksi untuk berprogres lebih baik. Penulis
berharap karya tulis ilmiah ini dapat menambah wawasan dan pengalaman bagi
pembaca. Dengan demikian, pembaca dapat memahami dan mengambil manfaat.
Terima kasih.

Bandung, ………………..2023

Penulis

iii
DAFTAR ISI

Halaman Judul...............................................................................................i
Lembar Pengesahan.....................................................................................ii
Kata Pengantar............................................................................................iv
Daftar Isi........................................................................................................v
Abstrak..........................................................................................................1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..............................................................................2
1.2 Rumusan masalah.........................................................................3
1.3 Tujuan Penulisan..........................................................................3
1.4 Manfaat Penulisan........................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Komunitas dan Jenisnya...............................................................4
2.2 Pendidikan Karakter.....................................................................5
2.3 Pentingnya Penguatan Pendidikan Karakter.................................6
2.4 Penerapan Sistem Hybrid dalam Pendidikan................................7
BAB III METODE PENULISAN
3.1 Jenis Penulisan..............................................................................9
3.2 Fokus Penulisan............................................................................9
3.3 Sumber Data.................................................................................9
3.4 Teknik Pengumpulan Data...........................................................9
3.5 Analisis Data...............................................................................10
3.6 Tahapan Penulisan......................................................................10
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Komunitas Hychara Educare.....................................................11
4.2 Cara Mengembangkan Komunitas Berbasis Pengembangan
Pendidikan Karakter dengan Sistem Hybrid.....................................11
4.3 Pengaruh Komunitas Terhadap Pengembangan Pendidikan
Karakter............................................................................................13
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan.................................................................................15

iv
5.2 Saran...........................................................................................15
Daftar Pustaka............................................................................................16
Lampiran.....................................................................................................17

v
PENTINGNYA PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER DI ERA
PASCA PANDEMI

Nama Sekolah Via

Abstrak
Era globalisasi masa kini dan situasi pasca pandemi yang berpengaruh
terhadap keterbatasan pendidikan karakter di lingkungan pendidikan formal,
mampu memberikan efek terhadap munculnya fenomena degradasi moral.
Karenanya, digagaslah untuk memberikan penguatan pendidikan karakter di luar
pendidikan formal. Tujuan penulisan karya ilmiah ini adalah untuk memaparkan
rancangan komunitas serta mengetahui pengaruhnya terhadap pendidikan
karakter. Jenis penulisan menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif dengan
teknik pengumpulan studi kepustakaan berdasarkan sumber data sekunder sebagai
pendukung. Hasil penulisan berupa penjelasan mengenai cara mengembangkan
pendidikan karakter.

Kata kunci: pendidikan karakter,

1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Salah satu komponen yang perlu dipenuhi untuk mewujudkan bangsa yang
unggul adalah memiliki sumber daya manusia yang berkualitas. Tolok ukur
sumber daya manusia yang berkualitas bukan hanya ditinjau dari seberapa baik
tingkat ekonomi, kesehatan, dan pendidikan, tetapi juga dapat ditinjau dari segi
moralitas. Salah satu upaya untuk menanamkan nilai moral yang baik adalah
melalui pendidikan karakter. Pendidikan karakter merupakan hal yang penting
untuk diajarkan dan diimplementasikan agar tercipta generasi bangsa yang
memiliki karakter atau perilaku sesuai nilai dan norma di masyarakat.
Di era modern ini, teknologi informasi dan komunikasi berkembang pesat.
Hal tersebut memicu terjadinya globalisasi, dimana batas antarnegara di dunia
tidak lagi menjadi penghalang. Di samping dampak positif yang ditawarkan,
globalisasi menyimpan dampak negatif yang kemudian menjadi tantangan bangsa,
salah satunya yakni degradasi moral. Untuk mengatasi hal itu, pendidikan karakter
pun dilibatkan di pendidikan formal. Namun, dengan adanya fenomena pandemi
covid-
19 yang melanda Indonesia membuat segala aspek kehidupan berubah, salah
satunya di bidang pendidikan. Sistem pembelajaran pun dilaksanakan melalui
tatap maya (dalam jaringan). Meski kasus positif covid-19 berangsur menurun dan
beberapa institusi pendidikan menjalankan sistem tatap muka bersyarat di era
pasca pandemi ini, penerapan pendidikan karakter di lingkup pendidikan formal
tidak serta merta efektif karena minimnya sistem tatap muka. Hal ini bisa memicu
fenomena degradasi moral khususnya di lingkungan remaja yang rata-rata
berperan sebagai pelajar.
Dari permasalahan tersebut, maka Karya Tulis Ilmiah ini memberikan
alternatif solusi untuk memberikan pengembangan pendidikan karakter.

1.2 Rumusan Masalah

2
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dapat perumusan masalahnya sebagai
berikut:
a. Apa yang dimaksud dengan Pendidikan Karakter?
b. Bagaimana cara mengembangkan komunitas berbasis pengembangan
pendidikan karakter dengan sistem hybrid?
c. Apa pengaruh komunitas terhadap pengembangan pendidikan karakter?

1.3 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam karya tulis ilmiah ini, yaitu:
a. Untuk mengetahui makna dari komunitas Hychara Educare.
b. Untuk mengetahui cara mengembangkan komunitas berbasis
pengembangan pendidikan karakter dengan sistem hybrid.
c. Untuk mengetahui pengaruh komunitas terhadap pengembangan
pendidikan karakter.

1.4 Manfaat Penulisan


Penulisan karya tulis ilmiah ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai berikut:
a. Bagi remaja, komunitas ini dapat dijadikan sebagai wadah untuk
mengembangkan diri, sarana sosialisasi, internalisasi nilai pendidikan
karakter, serta dapat dapat dijadikan sebagai alternatif untuk membantu
menambah wawasan mengenai pendidikan karakter di luar pendidikan
formal.
b. Bagi peneliti, komunitas ini dapat dijadikan sebagai referensi penelitian
selanjutnya, sehingga dapat digunakan sebagai evaluasi dan
pengembangan penelitian selanjutnya.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Komunitas dan Jenisnya


Pada masa modern dimana populasi manusia berkembang pesat,
masyarakat multikural pun muncul dan hidup di tengah keheterogenitasan. Meski
demikian, banyak diantara mereka yang juga hidup mengelompok yang akhirnya
membentuk suatu komunitas tertentu. Komunitas berasal dari bahasa latin yaitu
communitas yang memiliki arti kesamaan. Seorang sosiolog bernama Soerjono
Soekanto, berpendapat bahwa istilah komunitas merupakan sebuah kelompok
sosial dari beberapa organisme yang berbagi lingkungan, umumnya memiliki
ketertarikan yang sama. Jadi pada intinya, komunitas adalah kumpulan individu
pada suatu wilayah dan waktu tertentu yang memiliki kesamaan tujuan sehingga
membentuk suatu kelompok. Setiap individu dalam komunitas memiliki hubungan
sosial dan merasa memiliki komunitas tersebut. Terdapat beberapa unsur yang
saling terkait satu sama lain dan menjadi dasar terwujudnya suatu komunitas,
diantaranya:
1) Manusia (individu yang membentuk komunitas, penghasil kebudayaan);
2) Kelompok sosial (kumpulan individu yang memiliki interaksi dan saling
mempengaruhi);
3) Kebudayaan (hasil dari hubungan manusia dalam kelompok sosial);
4) Teritorial (wilayah suatu komunitas terbentuk); dan
5) Status dan peran (berperan untuk membentuk suatu kelompok dalam
bidang tertentu yang memiliki tujuan sama).
Komunitas memiliki jenis yang beragam, yang pada dasarnya terbentuk
pada kesamaan tertentu. Secara umum, komunitas terdiri dari 3 jenis, yaitu:
1) Komunitas berdasarkan minat, artinya kumpulan individu yang
mengelompok karena memiliki kesamaan minat, seperti minat terhadap
pelajaran, kegemaran, atau olahraga tertentu.
2) Komunitas berdasarkan lokasi, artinya kumpulan individu yang
mengelompok karena kesamaan lokasi.
3) Komunitas berdasarkan komuni, berarti sekelompok individu yang

4
memiliki kepentingan dan keinginan yang sama.

5
Selain ketiga jenis tersebut, ditambah dengan adanya era revolusi industi
yang membuat teknologi semakin maju, akhirnya mendorong munculnya
komunitas online dari berbagai platform di dunia maya. Munculnya komunitas di
dunia maya ini berujung dengan menambah daftar ragam komunitas yang
tentunya menjadi inovasi dan alternatif tersendiri bagi kelompok tertentu serta
menandakan adanya transisi kelompok tertentu dalam hal interaksi sosial di
masyarakat.

2.2 Pendidikan Karakter


Pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan oleh seseorang dalam
rangka mengembangkan potensi diri. Pendidikan bisa berasal dari mana saja,
tetapi pada umumnya, pendidikan dibedakan menjadi tiga, yakni pendidikan
formal, pendidikan nonformal, dan pendidikan informal. Pembimbing dan tenaga
pelajar merupakan subjek dan objek dalam pendidikan. Hasil keluaran (output)
dari pendidikan bukan hanya dari 'angka' dan kemampuan semata, melainkan juga
dipertimbangkan dari karakter seseorang.
Karakter merupakan sifat atau watak seseorang untuk berperilaku tertentu.
Satu orang dengan orang lainnya memiliki karakter yang berbeda. Karakter ini
juga dipengaruhi oleh konsep moral. Moral merupakan nilai atau standar yang
mendasari perilaku manusia berdasarkan norma, adat istiadat, agama dan hukum.
Jika karakter atau moral seseorang kurang baik, maka perlu penguatan melalui
pendidikan karakter.
Pendidikan karakter adalah usaha untuk menanamkan nilai perilaku
(karakter) kepada peserta didik. Undang - Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang
sistem pendidikan Indonesia menjadi dasar adanya pendidikan karakter, yang
mana tercermin dalam fungsi dan tujuan pendidikan nasional. Fungsi dari
pendidikan nasional adalah untuk membentuk watak serta peradaban bangsa pada
peserta didik dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, sedangkan
tujuannya adalah untuk mengembangkan potensi peserta didik supaya menjadi
manusia yang bertakwa dan memiliki iman kepada Tuhan, memiliki akhlak mulia,
kreatif, dan mandiri.
Menurut Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Nadilla, 2015:437),
terdapat 18 nilai dasar yang perlu dikembangkan dalam pendidikan karakter, yang
6
meliputi:

7
1) Religius (taat untuk melaksanakan ajaran agama yang dianut);
2) Jujur (mengatakan apa adanya sesuai tindakan yang dilakukan);
3) Toleransi (menghargai perbedaan);
4) Disiplin (tindakan yang dilakukan sesuai peraturan yang berlaku);
5) Kerja keras (bersungguh - sungguh dalam melakukan pekerjaan);
6) Kreatif
7) Mandiri (melakukan sesuatu tanpa bergantung pada orang lain);
8) Demokratis (sikap menggambarkan persamaan hak dan kewajiban secara
adil);
9) Rasa ingin tahu
10) Nasionalisme (sikap yang menunjukkan cinta terhadap bangsa dan negara);
11) Cinta tanah air (sikap yang menunjukkan kepedulian terhadap apa yang
ada di tanah air);
12) Menghargai prestasi (sikap mau menerima prestasi orang lain dan
mengakui kekurangan diri sendiri dengan tetap semangat meraih prestasi
lebih tinggi);
13) Komunikatif (melakukan komunikasi dengan sopan dan baik);
14) Cinta damai (sikap dan perilaku yang mencerminkan suasana damai,
aman, tenang, dan nyaman);
15) Gemar membaca (kebiasaan untuk membaca tanpa paksaan);
16) Peduli lingkungan (sikap dan tindakan dalam menjaga lingkungan);
17) Peduli sosial (sikap perhatian dan kepedulian terhadap orang lain); dan
18) Tanggung jawab (sikap dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya).

2.3 Pentingnya Penguatan Pendidikan Karakter di Era Pasca Pandemi


Dengan adanya fenomena degradasi moral di era globalisasi dan pasca
pandemi ini, maka internalisasi nilai karakter dalam diri seseorang sangat
diperlukan guna mewujudkan generasi bangsa yang berkualitas. Penguatan
pendidikan karakter itu penting, seperti yang digagas oleh kemendikbud dalam
programnya bertajuk Gerakan Penguat Pendidikan Karakter, yang mana
berfokus pada beberapa dimensi pengolahan karakter, meliputi:

8
1. Olah hati, artinya individu yang memiliki kerohanian yang mendalam,
beriman, dan bertakwa.
2. Olah rasa, artinya individu memiliki integritas moral, rasa berkesenian,
dan berkebudayaan.
3. Olah pikir, berarti individu memiliki keunggulan akademis sebagai hasil
pembelajaran dan pembelajar sepanjang hayat.
4. Olah raga, artinya individu yang sehat dan berpartisipasi aktif sebagai
warga negara.
Adapun tujuan akhir dari penguatan pendidikan karakter yaitu untuk
mempersiapkan daya saing siswa dengan kompetensi abad 21, seperti mampu
berpikir kritis, kreatif, mampu berkomunikasi, dan berkolaborasi. Untuk itu,
memang sebaiknya lingkup pengajaran pendidikan karakter diperluas lagi, bukan
hanya dalam lingkup pendidikan formal, tetapi juga di lingkungan pendidikan
nonformal dan informal. Selain agar tercipta generasi yang sesuai untuk
membangun Indonesia emas, hal ini juga perlu diterapkan agar masyarakat sadar
akan pentingnya pendidikan karakter di lingkungan serta situasi pasca pandemi ini
bukan menjadi penghalang untuk mengembangkan pendidikan karakter.

2.4 Penerapan Sistem Hybrid dalam Pendidikan


Pandemi covid-19 memiliki dampak yang berpengaruh terhadap segala
bidang kehidupan, salah satunya yakni di bidang pendidikan. Sistem pembelajaran
tatap maya yang menjadi alternatif solusi pun tidak serta merta berjalan maksimal.
Berbagai kekurangan karena adanya keterbatasan dan hambatan, seperti tidak
efektifnya penyampaian materi karena keterbatasan pengetahuan tentang
teknologi, rentannya kecurangan, terbatasnya kesediaan fasilitas pembelajaran dan
sebagainya, yang akhirnya menjadi penghalang tercapainya tujuan pendidikan.
Oleh karena itu, beberapa alternatif solusi pun ditawarkan oleh pemerintah
dan salah satunya yaitu pembelajaran sistem hybrid. Sistem hybrid learning
merupakan sistem pembelajaran dengan menggabungkan mekanisme
Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) dan Pembelajaran Tatap Muka (PTM). Dalam
pelaksanaannya, sistem pembelajaran yang dilaksanakan tatap muka akan
membagi peserta didik dalam beberapa shift dan bisa dikoordinasikan sebelum
pelaksanaan pembelajaran
9
sehingga tenaga pengajar dapat mengetahui apakah peserta didik akan
melaksanakan tatap muka atau tidak. Selain itu, protokol kesehatan juga tetap
diterapkan. Untuk sistem Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ), biasanya akan
dilaksanakan secara online menggunakan platform tertentu. Untuk itu, fasilitas
seperti perangkat elektronik hp, komputer atau laptop, serta jaringan internet
sangat diperlukan.

10
BAB III
METODE PENULISAN

3.1 Jenis Penulisan


Jenis penulisan karya tulis ilmiah ini menggunakan pendekatan deskripsi
kualitatif. Penulisan dengan pendekatan deskriptif kualitatif berarti cara
memecahkan suatu masalah dengan mendeskripsikan dan menganalisis situasi
suatu permasalahan dengan menghasilkan data berupa tulisan (bukan angka)
berdasarkan sumber data yang menunjang.

3.2 Fokus Penulisan


Objek permasalahan karya tulis ilmiah ini adalah adanya globalisasi serta
situasi pasca pandemi yang berpengaruh terhadap fenomena degradasi moral di
Indonesia. Selain itu, pendidikan karakter yang diajarkan di pendidikan formal
belum tentu tertanam secara maksimal karena adanya keterbatasan jam pendidikan
di sekolah. Karenanya, penulis mencoba memberikan alternatif solusi dari
permasalahan tersebut dengan merancang pengembangan pendidikan karakter di
luar pendidikan formal melalui komunitas dengan mengusung sistem hybrid.
Sistem hybrid dipilih karena sesuai untuk diterapkan di situasi pasca pandemi ini.

3.3 Sumber Data


Sumber data yang digunakan dalam penulisan karya tulis ilmiah ini adalah
data sekunder. Data sekunder adalah data yang didapat secara tidak langsung,
biasanya berupa hasil penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh peneliti
lain. Data yang digunakan penulis didapatkan dengan membaca literatur, artikel,
dan jurnal.

3.4 Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data dalam penyusunan karya ilmiah ini adalah
melalui studi kepustakaan. Studi kepustakaan merupakan metode pengumpulan
data sekunder. Pertama, penulis melakukan identifikasi masalah, dilanjutkan
dengan mengumpulkan data sesuai topik atau masalah yang relevan. Setelahnya,

11
kegiatan membaca pun dilakukan guna mendapat informasi sebagai dasar
penyusunan data.

3.5 Analisis Data


Analisis data dilakukan setelah data sekunder terkumpul. Analisis data
dilakukan dengan cara membaca dan menelaah sumber pustaka serta
menginterpretasikan hasil analisis guna menjawab permasalahan. Tahap terakhir
yaitu menarik kesimpulan dari permasalahan yang telah terjawab.

3.6 Tahap Penulisan


a) Merumuskan ide yang berkaitan dengan tema dan sub tema karya ilmiah;
b) Merumuskan masalah terkait ide perancangan komunitas Hychara Educare
sekaligus mengumpulkan sumber pustaka;
c) Menganalisis data sekunder sekaligus merancang pengembangan
komunitas untuk menjawab rumusan masalah; dan
d) Menarik kesimpulan.

12
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Komunitas Hychara Educare


Hychara Educare berasal dari gabungan kata bahasa Inggris, yaitu,
hybrid; character; education; dan care. Hychara Educare bisa diartikan sebagai
komunitas peduli pendidikan karakter dengan menerapkan sistem hybrid.
Komunitas ini dapat dijadikan sebagai alternatif solusi untuk mengembangkan
pendidikan karakter di luar pendidikan formal. Pendidikan karakter dipilih sebagai
fokus utama karena fenomena degradasi moral masa sekarang sebagai akibat dari
pengaruh negatif globalisasi serta kaitannya dengan perubahan sistem pendidikan
pada pasca pandemi. Sistem yang diterapkan adalah hybrid, dimana peserta dalam
komunitas dapat mengikuti program secara tatap muka maupun online dan sesuai
dengan situasi pasca pandemi. Dengan adanya sistem online, maka komunitas ini
diharapkan juga dapat menjangkau peserta yang jaraknya jauh.

4.2 Cara Mengembangkan Komunitas Berbasis Pengembangan Pendidikan


Karakter dengan Sistem Hybrid
Hychara Educare merupakan komunitas berbasis pengembangan
pendidikan karakter. Fokus utama kegiatan ini adalah mengajar pendidikan
karakter kepada anggota, dengan mengadakan pertemuan secara online maupun
tatap muka dalam kurun waktu seminggu sekali. Secara garis besar, komunitas ini
terdiri dari bagian pengajar, divisi, dan peserta, yang mana perekrutannya dapat
dilakukan melalui media sosial maupun sosialisasi ke lingkungan sekitar. Pada
tahap perekrutan, khususnya bagi pengajar dan divisi, akan melakukan tahap
pengisian berkas tertentu yang menyangkut latar belakang pengalaman dan data
diri, melakukan screening, serta pembekalan mengenai sistem kerja komunitas
dan pengajarannya.
Adapun rencana aturan bagi pengajar diantaranya:
a) Pengajar merupakan mahasiswa dan bersedia untuk mengajar secara
sukarela hingga kurun waktu tertentu (misalnya 4 bulan). Pelibatan
mahasiswa sebagai pengajar di sini adalah untuk berpartisipasi dalam

13
pengembangan pendidikan karakter sekitar, juga berguna untuk
meningkatkan kualitas perannya sebagai iron stock.
b) Pengajar mampu meluangkan waktunya (setidaknya seminggu sekali)
untuk mengajar, di mana waktunya disesuaikan antara dengan kesepakatan
pengajar dan peserta.
c) Pengajar diberi pilihan untuk mengajar tatap muka atau secara online.
Untuk pembelajaran tatap muka, tempatnya sesuai kesepakatan antara
pengajar dan anggota. Sedangkan untuk pembelajaran secara online, dapat
dilakukan melalui pertemuan virtual di platform yang telah disepakati
(Zoom, Google Meet, dan sebagainya).
Rencananya, komunitas ini juga akan dibentuk divisi agar siklus jalannya
komunitas dapat terarah dan tertata. Sumber daya nya diambil dari perekrutan,
tetapi bagi pengajar juga diperbolehkan untuk masuk ke divisi. Adapun rencana
divisi yang ada di komunutas ini adalah: divisi keanggotaan, humas, perencanaan
dan pengembangan, dan sebagainya. (*akan bertambah seiring berjalannya
waktu).
Adapun rencana aturan untuk anggota diantaranya:
a) Peserta merupakan remaja dari berbagai daerah dan juga bisa diambil dari
lingkungan sekitar yang berkomitmen untuk mengikuti dan menjalankan
tugas yang diberikan selama mengikuti komunitas ini.
b) Mengerjakan penugasan secara jujur dan bertanggung jawab.
c) Peserta boleh memutuskan untuk mengikuti kegiatan baik secara tatap
muka atau online dan hendaknya memenuhi syarat kuota yang ditetapkan
oleh pengajar dan pengurus komunitas.
Terdapat sistem penugasan sebagai bentuk tanggung jawab dan evaluasi
terhadap peserta. Setelah pengajar mengajarkan tema tertentu (dalam lingkup
pendidikan karakter), maka peserta akan diberi penugasan dengan pengumpulan
sesuai dengan batas waktu yang telah ditetapkan. Sistem penugasannya berupa
implementasi nilai pendidikan karakter dalam kehidupan sehari - hari. Penugasan
bisa dalam bentuk pengerjaan secara mandiri ataupun kelompok, tergantung
pengajar. Untuk pengerjaan individu, peserta bisa dilakukan secara mandiri dan
disiplin. Sedangkan untuk pengerjaan secara kelompok, peserta dibagi ke dalam
beberapa kelompok oleh pengajar dan diberi penugasan dalam batas waktu
14
tertentu.

15
Pemberian tugas individu dan kelompok dilakukan secara bergantian (misal
minggu pertama diberi tugas individu, minggu ke dua diberi tugas kelompok, dan
sebagainya). Di akhir penugasan, peserta diharapkan saling menilai bagaimana
kontribusi anggota kelompok dalam mengerjakan penugasan.
Adapun tolok ukur keberhasilan dan progress nya dilihat dari bagaimana
peserta menyelesaikan penugasan yang diberikan (apakah mengisi penugasan
secara rutin atau tidak), melalui pengamatan dari bagaimana ia berinteraksi
dengan peserta lain dan pengajar, refleksi, serta evaluasi. Dari segi penerapan
pemantauan, rencananya komunitas akan memberikan soft reminder di grup
kepada peserta agar tidak lupa untuk mengerjakan tanggung jawab. Wali atau
orang tua dari peserta juga berkenan untuk memberikan tanggapan. Adapun untuk
evaluasi, direncanakan untuk diadakan satu bulan sekali.
Dalam pengerjaan penugasan, peserta dituntut untuk jujur dan bertanggung
jawab, artinya peserta harus mengisi penugasan sesuai dengan kenyataan. Peserta
juga diberi reinforcement atas usaha serta apapun hasilnya, dan akan diberi
reward tertentu bagi mereka yang bisa melakukannya dengan baik sebagai
apresiasi dan pendorong motivasi peserta.

4.3 Pengaruh Komunitas Terhadap Pengembangan Pendidikan Karakter


Komunitas memiliki pengaruh terhadap pengembangan pendidikan
karakter karena di dalamnya terdapat kerja sama dan tanggung jawab untuk
memajukan komunitas. Peserta juga dituntut untuk bertanggung jawab terhadap
penugasan yang diberikan, menjaga komitmen, kejujuran, kedisiplinan, kerja tim,
toleransi dan yang lainnya. Pengurus dan pengajar juga secara tidak langsung
akan sadar mengenai pentingnya pendidikan karakter serta
pengimplementasiannya.
Pengerjaan secara kelompok juga berpengaruh terhadap pengembangan
pendidikan karakter karena di dalamnya mengandung nilai kerja sama, berpikir
kritis, toleransi, kedisiplinan, dan sebagainya. Pengerjaan penugasan pasti terdapat
beberapa yang memiliki unsur keterpaksaan karena belum terbiasa. Maka dari itu,
diharapkan adanya komitmen dan konsistensi dalam mengikuti komunitas.
Dengan adanya penugasan, bimbingan, dan pengajaran mengenai pendidikan
karakter ini dapat memunculkan rasa terbiasa terhadapa peserta.
16
Dengan adanya komunitas yang bergerak dibidang pengembangan
pendidikan karakter ini, maka diharapkan dapat sedikit membantu untuk
memberikan wawasan dan pembiasaan mengenai betapa pentingnya untuk
memiliki moral atau karakter yang baik serta dapat meminimalisasi degradasi
moral. Selain itu, diharapkan juga dapat menghasilkan sumber daya manusia yang
memiliki karakter unggul demi tercapainya Indonesia emas.

17
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Di era globalisasi ditambah dengan adanya situasi pasca pandemi dimana
sistem pembelajaran di lingkungan pendidikan berubah, berujung menjadi
tantangan selanjutnya untuk mencari solusi bagaimana moral yang dibentuk
melalui pendidikan karakter peserta didik dapat tercapai meski di luar pendidikan
formal. Oleh sebab itu, penulis memberikan alternatif solusi untuk
mengembangkan pendidikan karakter di luar pendidikan formal dengan merintis
sebuah komunitas Hychara Educare dengan sistem pembelajaran hybrid. Dengan
pertemuan seminggu sekali, pemberian penugasan, dan pengimplementasian
dalam kehidupan diharapkan dapat mempengaruhi peserta dalam pengembangan
pendidikan karakter.

5.2 Saran
Diharapkan dengan adanya program hychara educare dapat mendukung
penguatan pendidikan karakter di masa pasca pandemi ini. Selain melalui
pendidikan formal, penguatan pendidikan karakter ini juga bisa melalui
pendidikan informal. Jika keduanya saling berkolaborasi dan membersamai dalam
penguatan pendidikan karakter maka tujuan akhirnya untuk menciptakan generasi
unggul untuk mewujudkan Indonesia emas perlahan akan tercapai.

18
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah Y.M, Hastuti W, Karmila A, n.d. Lego (Puzzle Bingo) Games : Media
Edukatif Berbasis Pendidikan Karakter Pada Anak Usia Sekolah Dasar
dalam Mewujudkan Generasi Indonesia Emas. Jurnal PENA, Volume 2.
Basuki Y, Akbar R, Pradono, Miharja M, 2013. Komunitas Online : Pergeseran
Terminologi Komunitas Dari Geddesian Menuju Era Informasi Dalam
Konteks Perencanaan Transportasi Perkotaan. Jurnal Tata Loka, Volume
5, pp. 63 - 75.
Darmalaksana, W., 2020. Metode Penelitian Kualitatif Studi Pustaka dan Studi
Lapangan.
Firdausi, F. J., n.d. Wacana Penerapan Hybrid Learning oleh Kemendikbud.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, n.d. Gerakan
Penguatan Pendidikan Karakter, s.l.: s.n.
Kusnoto, Y., 2017. Internalisasi Nilai - Nilai Pendidikan Karakter Pada Satuan
Pendidikan. Jurnal Pendidikan Sosial, Volume 4, pp. 247 - 256.
Nurnina, I., 2021. Afirmasi Modal Sosial untuk Meningkatkan Peran Pendidikan
Masa Depan (Proyeksi Implementasi Pasca Pandemi Covid-19). Sosiologi
Nusantara, Volume 7, pp. 149 - 172.
Prawiro, M., 2018. www.maxmanroe.com. [Online] didapatkan dari:
https://www.maxmanroe.com/vid/sosial/pengertian-komunitas.html
[diakses pada 18 November 2021].
Sunardi, Syarifuddin, 2015. Peran Ganda Istri Komunitas Petani.

Jurnal Equilibrium, Volume 3, pp. 10 - 18.


Wardoyo, S. M., 2015. Pendidikan Karakter : Membangun Jatidiri Bangsa Menuju
Generasi Emas 2045 yang Religius. Tadris, Volume 10, pp. 90 - 103.
Yusuf, M., n.d. Pendidikan Karakter Menuju Generasi Emas 2045. pp. 9 - 16.

19
LAMPIRAN

Lampiran 1. Contoh form sederhana penugasan individu


Nilai 1 2 3 4 5 6 Keterangan
Religius
Jujur
Tanggung
jawab
Disiplin
Mandiri
Refleksi :

Tanggapan orang tua :


Kota, tanggal bulan
Orang tua, tahun Peserta,

(..) (...)

*Silakan diisi dengan jujur yaa :)

Keterangan:
 Angka 1-6 merupakan hari. Diisi ceklis (V) jika mengerjakan, dan diisi (-)
jika tidak mengerjakan.
 Kolom keterangan diberi penjelasan bentuk pendidikan karakter
yang dikerjakan.
 Kolom refleksi diisi kesimpulan dari keseluruhan pengerjaan,
penjelasan mengenai kemudahan dan atau hambatan yang dihadapi
ketika mengerjakan penugasan.
 Orang tua diharapkan memberi tanggapan mengenai perilaku anak.
*catatan: form dapat berubah sesuai situasi tertentu.

20
Lampiran 2. Contoh form sederhana penugasan kelompok

FORM PENILAIAN AKTIVITAS KELOMPOK


Kelompok :
No Nama Nilai Kontribusi Ket
Anggota Keaktifan Sikap Kehadiran
1.
2.
Kriteria penilaian: 45 - 59 (D); 60 - 69 (C); 70 - 79 (B); 80 - 89 (A).

Hari, tanggal bulan tahun


Peserta,

(...)

Keterangan:
 Anggota kelompok saling memberikan penilaian berdasarkan kriteria yang
tersedia dan kenyataan di lapangan.
 Pada kolom kontribusi diisi bagian tugas apa saja yang telah dilakukan
anggota tersebut.
 Kolom keterangan diisi dengan deskripsi dari acuan kolom kontribusi (misalnya, kontribusi yang
dilakukan peserta A sudah baik, mengerjakan tepat waktu, disiplin, dan sebagainya).

21

Anda mungkin juga menyukai