Politik Peranakan Tionghoa Di Kabupaten Belu Provinsi Nusa Tenggara Timur
Politik Peranakan Tionghoa Di Kabupaten Belu Provinsi Nusa Tenggara Timur
Dian Festianto
Email: d_festianto@yahoo.com
ABSTRAK
Halaman|275
Jurnal MODERAT,Volume 6, Nomor 2 ISSN: 2442-3777 (cetak)
Website: https://jurnal.unigal.ac.id/index.php/moderat ISSN: 2622-691X (online)
Submitted 1 Mei 2020, Reviewed 17 Mei 2020, Publish 31 Mei 2020
peluang dan daya dorong bagi peranakan menunjukkan adanya upaya negara
Tionghoa terjun dalam politik elektoral dalam mengubah identitas dan mengebiri
setelah sebelumnya termarginalkan hak-hak peranakan Tionghoa yang
secara politik. Fenomena empiris cenderung represif (Suryadinata, 2003:
menunjukkan sebagian peranakan 2). Konsekuensinya, ranah politik yang
Tionghoa di Kabupaten Belu telah seharusnya menjadi hak bagi setiap
bertransformasi dari ranah ekonomi warga negara menjadi arena yang sulit
menjadi elit politik lokal baik sebagai ditembus bagi peranakan Tionghoa
ketua partai politik, anggota Dewan untuk menduduki jabatan-jabatan publik.
Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Memasuki era reformasi, melalui
maupun kepala daerah. Keberhasilan Instruksi Presiden Nomor 26 Tahun
mereka dalam dunia politik praktis 1998 tentang Menghentikan Penggunaan
tersebut menarik untuk dikaji, untuk itu Istilah Pribumi dan Non Pribumi maka
pendekatan modalitas cukup relevan negara menghapus penggunaan istilah
sebagai instrumen analisis terhadap pribumi dan non-pribumi. Selanjutnya
fenomena tersebut. lahir Keputusan Presiden Nomor 6
Diskriminasi politik terhadap Tahun 2000 tentang Pencabutan
peranakan Tionghoa di Indonesia Instruksi Presiden Nomor 14 Tahun
memiliki cerita sejarah yang cukup 1967 dan melalui Keputusan Presiden
panjang. Sejak rezim Orde Lama sampai Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hari
tumbangnya rezim Orde Baru, peran Tahun Baru Imlek menunjukkan negara
peranakan Tionghoa sebagai warga mengakui budaya Tionghoa sebagai
negara sangat terbatas. Ruang gerak bagian dari budaya bangsa Indonesia,
mereka pada sektor perdagangan dan yaitu menjadikan Imlek sebagai hari
ekonomi yang diatur secara terbatas libur nasional. Di bidang sosial politik
melalui Peraturan Presiden Nomor 10 pemerintah mengeluarkan Undang-
Tahun 1959 tentang Larangan Bagi Undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang
Usaha Perdagangan Kecil dan Eceran Kewarganegaraan dan Undang-Undang
yang Bersifat Asing Diluar Ibu Kota Nomor 40 Tahun 2008 tentang
Daerah Swatantra Tingkat I dan II serta Penghapusan Diskriminasi Ras dan Etnis
Karesidenan, karena berdasarkan (Satya dan Maftuh, 2016: 12). Hal ini
regulasi yang ada saat itu mereka sulit mempertegas komitmen pemerintah
dalam mengakses sektor politik dan dalam memberikan perlindungan,
cenderung diskriminatif. Lahirnya kepastian, dan kesamaan kedudukan di
Instruksi Presiden Nomor 14 Tahun dalam hukum pada semua warga negara
1967 tentang Agama Kepercayaan dan untuk hidup bebas dari diskriminasi ras
Adat Istiadat Cina semakin dan etnis. Produk regulasi tersebut
Halaman|276
Jurnal MODERAT,Volume 6, Nomor 2 ISSN: 2442-3777 (cetak)
Website: https://jurnal.unigal.ac.id/index.php/moderat ISSN: 2622-691X (online)
Submitted 1 Mei 2020, Reviewed 17 Mei 2020, Publish 31 Mei 2020
Halaman|277
Jurnal MODERAT,Volume 6, Nomor 2 ISSN: 2442-3777 (cetak)
Website: https://jurnal.unigal.ac.id/index.php/moderat ISSN: 2622-691X (online)
Submitted 1 Mei 2020, Reviewed 17 Mei 2020, Publish 31 Mei 2020
Halaman|278
Jurnal MODERAT,Volume 6, Nomor 2 ISSN: 2442-3777 (cetak)
Website: https://jurnal.unigal.ac.id/index.php/moderat ISSN: 2622-691X (online)
Submitted 1 Mei 2020, Reviewed 17 Mei 2020, Publish 31 Mei 2020
dalam ranah politik elektoral, namun dinamika politik calon anggota legislatif
hanya mengulas berdasarkan pada peranakan Tionghoa dalam
periodesasi pemilu. merekonstruksi modalitas sebagai
Berdasarkan pemetaan pada instrumen dalam pemilihan umum tahun
penelitian terdahulu terdapat dua limitasi 2019 di Kabupaten Belu Provinsi Nusa
yang ditemukan, yaitu; 1) belum Tenggara Timur (NTT) yang berada di
menempatkan etnis Tionghoa sebagai wilayah perbatasan antara Indonesia
aktor politik yang berkontestasi dengan Timor Leste. Dengan demikian,
langsung dalam pemilihan umum, dan 2) penelitian ini bertujuan membangun
hanya mengkaji motif dan teori atau pola pengetahuan tertentu
kecenderungan dalam menentukan dengan mengeksplorasi dan memahami
pilihan politik etnis Tionghoa. makna dari aktor (Creswell, 2010: 4)
Melengkapi kajian terhadap politik dengan menyajikan pandangan informan
peranakan Tionghoa, penelitian ini tentang fenomena yang terjadi sehari-
menempatkan mereka sebagai aktor hari sebagai sumber data (Yin, 2002:
politik yang berkontestasi dalam 18).
pemilihan umum di wilayah perbatasan Penulis melakukan wawancara
antara Indonesia dengan Timor Leste. secara mendalam dengan politisi
Untuk itu, konsep modalitas dari peranakan Tionghoa sebagai informan
Bourdieu (1986) dalam Casey (2005) kunci dengan menggunakan teknik
penulis gunakan sebagai kerangka purposive sampling dan tim sukses
analisis. Penulis hanya meminjam aspek sebagai informan tambahan. Proses
modal ekonomi, modal sosial dan modal analisis data dengan cara memaknai dan
politik, karena modal budaya identik memperdalam pemahaman mengenai
dengan modal sosial dalam kehidupan data yang terkumpul, sehingga
keseharian di lokasi penelitian. pembahasan penelitian ini tidak terlepas
dari aspek lokasi penelitian, aktor,
METODE PENELITIAN peristiwa dan proses (Creswell, 2010:
Penelitian ini menggunakan 267). Pengolahan data penelitian
pendekatan kualitatif dengan strategi menggunakan metode triangulasi dengan
studi kasus bersifat deskriptif analitis mendeskripsikan, mengklasifikasikan,
yang mana peneliti melakukan dan menghubungkan keterkaitan antar
penyelidikan secara cermat suatu fenomena, setelah data-data dipelajari
peristiwa, aktivitas atau proses dan ditelaah selanjutnya dilakukan
sekelompok individu (Creswell, 2010: reduksi data untuk menarik kesimpulan
20). Pilihan pendekatan ini dinilai paling (Moleong, 2001: 288), hal untuk
tepat dalam menjelaskan bagaimana menjamin reliabilitas, validitas, dan
Halaman|279
Jurnal MODERAT,Volume 6, Nomor 2 ISSN: 2442-3777 (cetak)
Website: https://jurnal.unigal.ac.id/index.php/moderat ISSN: 2622-691X (online)
Submitted 1 Mei 2020, Reviewed 17 Mei 2020, Publish 31 Mei 2020
Halaman|280
Jurnal MODERAT,Volume 6, Nomor 2 ISSN: 2442-3777 (cetak)
Website: https://jurnal.unigal.ac.id/index.php/moderat ISSN: 2622-691X (online)
Submitted 1 Mei 2020, Reviewed 17 Mei 2020, Publish 31 Mei 2020
Halaman|281
Jurnal MODERAT,Volume 6, Nomor 2 ISSN: 2442-3777 (cetak)
Website: https://jurnal.unigal.ac.id/index.php/moderat ISSN: 2622-691X (online)
Submitted 1 Mei 2020, Reviewed 17 Mei 2020, Publish 31 Mei 2020
Halaman|282
Jurnal MODERAT,Volume 6, Nomor 2 ISSN: 2442-3777 (cetak)
Website: https://jurnal.unigal.ac.id/index.php/moderat ISSN: 2622-691X (online)
Submitted 1 Mei 2020, Reviewed 17 Mei 2020, Publish 31 Mei 2020
Halaman|283
Jurnal MODERAT,Volume 6, Nomor 2 ISSN: 2442-3777 (cetak)
Website: https://jurnal.unigal.ac.id/index.php/moderat ISSN: 2622-691X (online)
Submitted 1 Mei 2020, Reviewed 17 Mei 2020, Publish 31 Mei 2020
Halaman|284
Jurnal MODERAT,Volume 6, Nomor 2 ISSN: 2442-3777 (cetak)
Website: https://jurnal.unigal.ac.id/index.php/moderat ISSN: 2622-691X (online)
Submitted 1 Mei 2020, Reviewed 17 Mei 2020, Publish 31 Mei 2020
Halaman|285
Jurnal MODERAT,Volume 6, Nomor 2 ISSN: 2442-3777 (cetak)
Website: https://jurnal.unigal.ac.id/index.php/moderat ISSN: 2622-691X (online)
Submitted 1 Mei 2020, Reviewed 17 Mei 2020, Publish 31 Mei 2020
Halaman|286
Jurnal MODERAT,Volume 6, Nomor 2 ISSN: 2442-3777 (cetak)
Website: https://jurnal.unigal.ac.id/index.php/moderat ISSN: 2622-691X (online)
Submitted 1 Mei 2020, Reviewed 17 Mei 2020, Publish 31 Mei 2020
Tionghoa yang akan terpilih pada pemilu Terlepas dari kuasa modal yang
ke depan akan mengalami kenaikan. melekat pada politisi peranakan
Tionghoa, kebangkitan mereka dalam
Grafik 1 politik lokal pasca reformasi memiliki
Anggota DPRD Kabupaten Belu dua makna strategis. Pertama,
Peranakan Tionghoa per Periode merupakan upaya peranakan Tionghoa
6 dalam memperoleh pengakuan secara
Jml politis setelah sekian lama
4 kursi
2 termarginalkan secara politik. Kedua,
0
keberhasilan politisi peranakan Tionghoa
04-09 09-14 14-19 19-24 menduduki jabatan publik sebagaimana
konsep Pitkin (1967) dalam Ardi (2014:
Sumber: KPUD Belu diolah, 2019 308) mengarah pada perwujudan
keterwakilan politik secara deskriptif,
Politisi peranakan Tionghoa di karena terakomodirnya keterwakilan
Kabupaten Belu tidak saja berhasil politik dari berbagai kelompok warga
menjadi anggota DPRD, namun juga negara dalam hal ini kelompok
mampu menjadi kepala daerah selama peranakan Tionghoa.
tiga periode berturut-turut. Pada periode Dalam masyarakat modern yang
2004-2009, Joachim Lopez menjadi sangat plural dan dinamis liberal
bupati untuk periode pertama dan pada demokrasi menjadi satu-satunya pilihan
pemilihan kepala daerah tahun 2009 yang paling realistis dalam proses
berhasil mempertahankan jabatannya rekrutmen politik. Untuk itu, kebijakan
untuk periode kedua. Joachim Lopez politik lokal ini layak tetap
merupakan peranakan Tionghoa dipertahankan karena pemilihan umum
keturunan Cina-Hakka dari garis ibu dalam masyarakat modern menjadi
kandung. Selanjutnya pada pemilihan sarana pendidikan politik sekaligus
kepala daerah tahun 2015 salah satu sebagai upaya dalam mewujudkan
peranakan Tionghoa Wilibrodus Lay pemerintahan daerah yang bertanggung
yang berlatar belakang pengusaha jawab untuk kemajuan daerah
kembali terpilih menjadi Bupati Belu (Winengan, 2018: 61-73). Walaupun
untuk periode 2015-2020. Wilibrodus secara empirik dalam demokratisasi
Lay berasal dari marga Lay yang lokal ditemukan praktik-praktik yang
merupakan salah satu subetnis dari etnis cenderung tidak sesuai dengan nilai-nilai
Hakka atau Han yang berasal dari Cina substansi demokrasi seperti pembelian
Utara. suara, namun hal itu bukan menjadi
Halaman|287
Jurnal MODERAT,Volume 6, Nomor 2 ISSN: 2442-3777 (cetak)
Website: https://jurnal.unigal.ac.id/index.php/moderat ISSN: 2622-691X (online)
Submitted 1 Mei 2020, Reviewed 17 Mei 2020, Publish 31 Mei 2020
alasan untuk kembali kepada sistem tidak terlepas dari strategi politik yang
sentralistik. mereka terapkan. Penguasaan modal
Keberhasilan politisi peranakan sosial yang memberikan identitas ganda
Tionghoa menjadi anggota DPRD dan yaitu sebagai orang Tionghoa sekaligus
kepala daerah, juga ditopang oleh sebagai orang Timor menjadi basis isu
jabatan mereka di dalam struktur partai yang selalu diangkat ketika berkontestasi
politik dimana mereka berafiliasi. dalam pemilihan umum. Hal ini tidak
Masuknya peranakan Tionghoa menjadi mengejutkan, mengingat struktur etnis
pengurus partai politik untuk menjamin merupakan variabel penting bagi
terakomodirnya berbagai jenis aspirasi preferensi politik lokal (Rohi, 2015:
yang datang dari masyarakat yang 459), yang masih berciri tradisional
diwakilinya, karena dalam demokrasi pendidikan rendah dan relatif miskin,
kontemporer partai politik menjadi sehingga sentimen etnisitas memiliki
instrumen utama untuk mendapatkan pengaruh dalam pembentukan preferensi
kendali atas institusi-institusi politik politik masyarakat. Ikatan etnis dan
(Pamungkas, 2011: 3). Beberapa politisi hubungan adat-istiadat (Rohi, 2015: 457)
peranakan Tionghoa di Kabupaten Belu tetap menjadi pilihan utama dalam
yang menjadi elit politik partai politik menentukan strategi kampanye politisi
disajikan pada tabel 1 berikut ini. lokal. Meminjam konsep Hall (1996)
Tabel 1 dalam Lefaan (2012) batas-batas
Posisi Politisi Peranakan Tionghoa identitas yang melekat pada diri politikus
pada Jabatan Struktur Partai Politik peranakan Tionghoa di Timor bersifat
No Name Jabatan konstruktivistik, dan bagi Reuter dalam
1 Wilibrodus Lay Ketua Umum DPC Ishiyama dan Breuning (2013: 233)
Partai Demokrat
sebagai pandangan instrumentalis,
Kabupaten Belu
2 Yohanes Juang Pernah menjadi
karena bagi mereka identitas dimaknai
Ketua DPC PDIP sebagai instrumen mobilisasi massa
Kabupaten Belu untuk mencapai tujuan politik yaitu
3 Fabianus Juang Pengurus DPC PDIP kekuasaan.
Kabupaten Belu
Selain memobilisasi modal sosial,
4 Benediktus Ketua Garda Pemuda
Manek Partai Nasional
politisi peranakan Tionghoa juga
Demokrat Kabupaten mengeluarkan modal ekonomi yang
Belu tidak sedikit. Meluasnya praktik
Sumber: data primer diolah, 2019 pembelian suara baik dalam pemilihan
kepala daerah maupun anggota legislatif
Kebangkitan peranakan Tionghoa tidak terlepas dari kondisi masyarakat
dalam dinamika politik lokal saat ini yang tergolong miskin dan pragmatis.
Halaman|288
Jurnal MODERAT,Volume 6, Nomor 2 ISSN: 2442-3777 (cetak)
Website: https://jurnal.unigal.ac.id/index.php/moderat ISSN: 2622-691X (online)
Submitted 1 Mei 2020, Reviewed 17 Mei 2020, Publish 31 Mei 2020
Halaman|289
Jurnal MODERAT,Volume 6, Nomor 2 ISSN: 2442-3777 (cetak)
Website: https://jurnal.unigal.ac.id/index.php/moderat ISSN: 2622-691X (online)
Submitted 1 Mei 2020, Reviewed 17 Mei 2020, Publish 31 Mei 2020
Halaman|290
Jurnal MODERAT,Volume 6, Nomor 2 ISSN: 2442-3777 (cetak)
Website: https://jurnal.unigal.ac.id/index.php/moderat ISSN: 2622-691X (online)
Submitted 1 Mei 2020, Reviewed 17 Mei 2020, Publish 31 Mei 2020
Halaman|291
Jurnal MODERAT,Volume 6, Nomor 2 ISSN: 2442-3777 (cetak)
Website: https://jurnal.unigal.ac.id/index.php/moderat ISSN: 2622-691X (online)
Submitted 1 Mei 2020, Reviewed 17 Mei 2020, Publish 31 Mei 2020
Halaman|292
Jurnal MODERAT,Volume 6, Nomor 2 ISSN: 2442-3777 (cetak)
Website: https://jurnal.unigal.ac.id/index.php/moderat ISSN: 2622-691X (online)
Submitted 1 Mei 2020, Reviewed 17 Mei 2020, Publish 31 Mei 2020
Halaman|293