Tasya Azzahra - 2006101010048 - UAS PDD
Tasya Azzahra - 2006101010048 - UAS PDD
Disusun Oleh :
Tasya Azzahra (2006101010048)
Dosen Pengampu:
Maimun, S.Pd., MA
SYIAH KUALA
2023/2024
BAB I
LATAR BELAKANG
Jenis pelayanan dasar adalah jenis pelayanan dalam rangka penyediaan barang dan/atau
jasa kebutuhan dasar yang berhak diperoleh oleh setiap warga negara secara minimal. Sebagian
substansi pelayanan dasar pada urusan pemerintahan ditetapkan sebagai Standar Pelayanan
Minimal (SPM).
Indeks Pelayanan Publik merupakan indeks yang digunakan untuk mengukur kinerja
pelayanan publik di lingkungan kementerian, lembaga, dan pemerintah daerah di Indonesia
berdasarkan Aspek Kebijakan Pelayanan, Aspek Profesionalisme SDM, Aspek Sarana
Prasarana, Aspek Sistem Informasi Pelayanan Publik, Aspek Konsultasi dan Pengaduan serta
Aspek Inovasi.
Kinerja Unit Pelayanan Publik memiliki nilai indeks dengan range nilai 1-5,00.
Kategori nilai indeks digambarkan sebagaimana tabel berikut:
Dari tabel diatas, apabila dikaitkan dengan rata-rata capaian indeks pelayanan publik di
lingkungan Pemerintah Aceh dikategorikan baik walaupun masih terdapat beberapa catatan
dalam upaya perbaikan kualitas pelayanan kedepan. Namun Pemerintah Aceh sudah
menerapkan kebijakan pelayanan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Disamping itu Pemerintah Aceh juga telah mengupayakan penyediaan sarana dan prasarana
yang cukup dan memadai guna optimalisasi pelayanan kepada masyarakat.
Metode yang digunakan dalam penulisan essay ini adalah sumber rujukan yang dipakai
sebagai landasan yang dipergunakan dalam penulisan suatu karya tulis ilmiah yang dapat
diperoleh dari literatur bahan pustaka yang tercetak seperti buku teks, jurnal/majalah, makalah
seminar, koran dan lain-lain. Sedangkan yang diperoleh secara elektronik seperti tulisan
didalam website melalui internet, e-books, dan e-journal baik hasil penelitian maupun artikel
dan lain-lainya.
BAB III
PEMBAHASAN
Pada dasarnya, kewenangan pemerintah Aceh dalam pelaksanaan urusan wajib terkait
dengan pelayanan dasar diatur oleh UU Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh.
Undang-undang ini memberikan otonomi khusus kepada Provinsi Aceh untuk mengelola
sebagian besar urusan pemerintahan di daerahnya.
Berikut adalah beberapa poin terkait kewenangan pemerintah Aceh dalam pelaksanaan
urusan wajib terkait pelayanan dasar:
Perlu diingat bahwa kewenangan ini tidak bersifat mutlak, dan ada beberapa batasan
yang diatur oleh UU Pemerintahan Aceh dan UU Umum tentang Pemerintahan Daerah.
Selain itu, beberapa urusan wajib bersifat bersama antara pemerintah pusat dan pemerintah
daerah, dan kerjasama antarinstansi bisa diperlukan untuk mengoptimalkan pelayanan
dasar kepada masyarakat.
Pemerintah Provinsi Aceh sebagai penyelenggaraan pemerintahan ditingkat provinsi
menyusun laporan kinerja instansi pemerintah (LKjIP) tahun 2019 sebagai bentuk
pertanggungjawaban atas keberhasilan atau kegagalan dalam menjalankan fungsi dan urusan
pemerintahan yang menjadi kewenangannya.
Laporan Kinerja Pemerintah Aceh Tahun 2020 merupakan bentuk pertangung jawaban
atas penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan dan pembinaan sosial
kemasyarakatan yang menyajikan informasi kinerja dalam mencapai visi, misi, tujuan dan
sasaran pembangunan yang telah ditetapkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Aceh (RPJMA) Tahun 2017-2022.
Laporan kinerja instansi pemerintah ini disusun sesuai Peraturan Menteri Pendayagunaan
Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor 53 Tahun 2014 tentang
Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas Laporan
Kinerja. Tahun 2019 merupakan pelaksanaan Tahun ke-3 (tiga) dari Rencana Pembangunan
Jangka Menegah Aceh Tahun 2017-2022 yang menjabarkan visi dan misi Gubernur dan Wakil
Gubernur Aceh terpilih kedalam bentuk tujuan dan sasaran pembangunan, serta program dan
kegiatan. Pencapaian dan keberhasilan yang telah dicapai tahun 2020, dievaluasi secara
komprehensif dan berkelanjutan sebagai bentuk refleksi yang menjadi dasar pengambilan
keputusan dan perumusan kebijakan untuk perbaikan pada tahun-tahun berikutnya.
Penjabaran Visi Pemerintah Aceh Tahun 2017-2022 adalah sebagai berikut: Terwujudnya
Aceh Yang Damai dan Sejahtera melalui Pemerintahan Yang Bersih, Adil dan Melayani. Dalam
mewujudkan visi Aceh tersebut ditempuh melalui 10 (sepuluh) misi pembangunan Aceh
sebagai berikut:
Kesepuluh Misi tersebut merupakan Landasan Pembangunan Aceh Tahun 2017-2022, juga
secara lebih tegas menyatakan keberpihakan (affirmative) kepada rakyat miskin melalui
pertumbuhan ekonomi kawasan pertanian bisa mensejahterakan masyarakat miskin, yang
dilandasi pemikiran bahwa pertumbuhan dan pemerataan harus berjalan serempak, dan bukan
pilihan prioritas (trede off). Dalam pelaksanaan pembangunan harus dapat diukur realisasinya,
oleh karenanya pemerintah Aceh pada tahun 2017 telah menetapkan indikator kinerja dalam
setiap sasaran sebagai alat ukur atas keberhasilan atau kegagalan untuk merepresentasikan dari
intergritas pembangunan di Aceh selama 5 (lima) tahun kedepan (2017-2022) Pengukuran
keberhasilan atau kegagalan dalam capaian setiap sasaran pembangunan diprovinsi Aceh tahun
2020 dengan Alat ukur indikator kinerja dari 18 sasaran strategis dan 43 indikator kinerja
adapun hasil pengukurannya sebagai berikut:
%tingkat
No Indikator Kinerja Target Realisasi Katagori
capaian
1 Indeks Reformasi Birokrasi 63,04 61,47 97,50 Baik
2 Opini audit BPK atas Laporan
WTP WTP 100 Baik
Keuangan
3 Nilai Laporan
Sangat
Penyelenggaraan Pemerintah 2,70 2,7786 102,91
Baik
Daerah (LPPD)
4 Sangat
Nilai Sakip 63,00 63,78 101,23
Baik
5 Indeks Profesionalitas ASN Sangat
73,30% 85,66 116,86
Baik
6 Indeks Pelayanan Publik 3,51/B 3,29/B- 93,63 Baik
Rata-Rata Tingkat Capaian Sangat
102,02
Baik
% tingkat
No Indikator kinerja Target Realisasi Katagori
capaian
Indeks Demokrasi Indonesia
1 73,16 78,00 106,61 Sangat Baik
Provinsi Aceh
Rata-Rata Tingkat Capaian 106,61 Sangat Baik
Persentase Lulusan
4 55% 1,3% 2,36% Kurang
Vokasional yang bersertifikasi
Angka Partisipasi kasar
- SD/Sederajat 101% 108,7% 85,83% Baik
5
- SMP/Sederaja 100% 97,79% 102,21% Sangat Baik
- SMA/Sederajat 90% 90,9% 99% Baik
Rata-rata persentase tingkat capaian 74,84 Baik
%tingkat
No Indukator Kinerja Target Realisasi Katagori
capaian
Indeks Pembangunan Gender (IPG)
1 93,46 91,84% 98,26 Baik
Rata-Rata Tingkat Capaian 98,26% Baik
%tingkat
No Indikator Kinerja Target Realisasi Katagori
capaian
1 Persentase Angka Kemiskinan 14,43% 15,43% 93,07% Baik
2 Pola Pangan Harapan (Konsumsi) 77,6 71,5 92,14 Baik
3 Nilai Tukar Petani (NTP) 103.00 98.74 95.86 Baik
4 Nilai Tukar Nelayan (NTN) 101,25% 97,48% 96,28 Baik
Rata-Rata Tingkat Capaian 94,34% Baik
%tingkat
No Indikator Kinerja Target Realisasi Katagori
capaian
1 - Rasio Elektrifikasi 99,00% 99,80% 100,80 Sangat Baik
Rata-Rata Tingkat Capaian 100,80% Sangat Baik
Sasaran Strategis Kesebelas
%tingkat
No Indikator Kinerja Target Realisasi Katagori
capaian
1 Persentase Pertumbuhan
5,5% 3,77% 68,54% Cukup
PDRB
2 Pertumbuhan Ekspor Non
13,59% 9,22% 67,84 Cukup
Migas
3 Jumlah Nilai Investasi Rp.
Rp. 9.111
Berskala Nasional 6.050 150,59 Sangat Baik
Miliar
(PMDN/PMA) Miliar
4 Kontribusi Sektor parawisata
5,25% 1,21% 23,04% Kurang
terhadap PDRB Aceh
Rata-Rata Tingkat Capaian 77,48 Baik
%tingkat
No Indikator Kinerja Target Realisasi Katagori
capaian
1 Indeks Wiliamson (WI) 0,336% 0,349 96,13 Baik
Rata-Rata Tingkat Capaian 96,13% Baik
%tingkat
No Indikator Kinerja Target Realisasi Katagori
capaian
1 Persentase Kelancaran Arus lalu
3,43 3,22 93,88 Baik
lintas (indeks Konektivitas)
2 Indeks Kepuasan Pelayanan
Angkutan (persentase Angkutan 0,85 0,2% 23,53 Kurang
Darat)
Rata-Rata Tingkat Capaian 58,70% Cukup
%tingkat
No Indikator Kineja Target Realisasi Katagori
capaian
1- Indeks Kualitas Lingkungan
74,50 78,99 106,02 Sangat Baik
Hidup (IKLH)
Rata-Rata Tingkat Capaian 106,02% Sangat Baik
%tingkat
No Indikator Kineja Target Realisasi Katagori
capaian
1 Indeks Resiko bencana 135 139,1/
96,9% Baik
/sedang sedang
Rata-Rata Tingkat Capaian 96,9% Baik
BAB IV
KESIMPULAN
Pemerintah Aceh memiliki kewenangan yang luas dalam pelaksanaan urusan wajib
terkait dengan pelayanan dasar sebagai bagian dari otonomi khusus yang diberikan oleh
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Berikut adalah beberapa
kesimpulan terkait dengan kewenangan pemerintah Aceh dalam pelaksanaan urusan wajib
terkait dengan pelayanan dasar:
1. Otonomi Khusus Aceh: Aceh diberikan otonomi khusus sebagai bagian dari upaya untuk
memenuhi hak-hak politik, ekonomi, sosial, dan budaya masyarakat Aceh. Otonomi
khusus ini memberikan kewenangan lebih besar kepada Pemerintah Aceh dalam
mengelola urusan dalam wilayahnya.
2. Pemberian Wewenang di Bidang Kesehatan, Pendidikan, dan Keagamaan: Pemerintah
Aceh memiliki kewenangan dalam mengelola urusan wajib terkait dengan pelayanan
dasar, termasuk kesehatan, pendidikan, dan keagamaan. Hal ini mencakup penyusunan
kebijakan, pengelolaan anggaran, dan pelaksanaan program-program yang mendukung
pelayanan dasar tersebut.
3. Penentuan Kebijakan Lokal: Pemerintah Aceh dapat menentukan kebijakan-kebijakan
lokal yang sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan masyarakat Aceh. Ini termasuk
penyusunan kebijakan terkait dengan pelayanan dasar untuk memastikan bahwa pelayanan
tersebut dapat diakses dan bermanfaat bagi penduduk setempat.
4. Keterlibatan Masyarakat Lokal: Dalam pelaksanaan urusan wajib terkait dengan
pelayanan dasar, Pemerintah Aceh dapat melibatkan aktif masyarakat setempat untuk
memastikan partisipasi mereka dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi program-
program pelayanan dasar.
5. Pengelolaan Sumber Daya: Pemerintah Aceh memiliki kewenangan untuk mengelola
sumber daya yang ada di wilayahnya guna mendukung penyelenggaraan pelayanan dasar.
Ini termasuk pengelolaan anggaran, sumber daya manusia, dan infrastruktur yang
dibutuhkan untuk mendukung sektor-sektor pelayanan dasar.
BAB V
DAFTAR PUSTAKA
Pemerintah Aceh. 2021. Laporan Kinerja Pemerintah Aceh Tahun 2020. Pemerintah Aceh:
Aceh.