Bahan Bacaan Peserta Didik Dan Pendidik-1
Bahan Bacaan Peserta Didik Dan Pendidik-1
Eropa menjadi peradaban yang tidak hanya berkisah tentang kebesaran dan kemajuan,
tetapi tentang catatan kelam kolonialisme kepada bangsa-bangsa lain termasuk bangsa kita.
Kisah getir tentang kolonialisme bangsa-bangsa Eropa menjadi pelajaran berharga yang dapat
dipelajari sebagai sebuah pengalaman kita dalam berbangsa. Meskipun 350 tahun dijajah kini
telah dianggap sebagai mitos karena banyaknya fakta baru yang ditemukan oleh para ilmuwan
dan sejarawan yang membantah hal tersebut, tetapi Bangsa Indonesia tidak bisa mengelak,
bahwa penjajahan di Bumi Nusantara memang ada dan nyata. Melalui buku "Bukan 350 Tahun
Dijajah", G.J. Resink telah berhasil menyajikan bukti bahwa sebenarnya Belanda tidak menjajah
Indonesia selama 350 tahun, karena masih banyak kerajaan dan wilayah yang belum pernah
takluk atau baru takluk oleh kolonial Belanda, menjelang atau hingga awal abad ke-20, misalnya
Aceh. Penjajahan itu dalam konteks historis sedikit banyak menyisakan catatan kelam yang
membuat geram, marah, dan perasaan tidak nyaman lain yang mempengaruhi cara pandang kita
terhadap bangsa lain.
A. KONSEP KOLONIALISME DAN IMPERIALISME
a) KOLONIALISME
1) Konsep Kolonialisme
Kolonialisme berasal dari bahasa latin ‘colonia’ yang artinya tanah, tanah
permukiman, atau jajahan. Secara istilah, kolonialisme adalah upaya yang
dilakukan untuk memperluas wilayah oleh negara-negara penguasa dalam
rangka menguasai suatu daerah atau wilayah untuk mendapatkan sumber
daya. Kolonialisme umumnya dilakukan oleh negara-negara yang
memiliki kekuatan lebih dibandingkan dengan negara lain. Kolonialisme
atau Penjajahan adalah suatu sistem di mana suatu negara menguasai rakyat
dan sumber daya negara lain tetapi masih tetap berhubungan dengan negara
asal. Collins English Dictionary mendefinisikan kolonialisme sebagai
"kebijakan dan praktik kekuatan dalam memperluas kontrol atas masyarakat
lemah atau daerah."
2) Jenis-Jenis Kolonialisme
Koloni Eksploitasi : menguras habis sumber daya daerah jajahan
Koloni Penduduk : dilakukan dengan mengusir atau menghilangkan
penduduk lokal di suatu wilayah
b) IMPERIALISME
1) Konsep Imperialisme
D. PENJELAJAHAN SAMUDERA
Setelah terjadinya beberapa peristiwa terhadap bangsa Eropa, ia berusaha keras mencari
sumber daya baru dengan melakukan penjelajahan samudera. Penjelajahan Samudra Bangsa
Eropa terkenal dengan kemahiranya dalam pelayaran, selain itu dalam pencarian rempah-
rempah hingga perburuan mutiara dari timur (rempahrempah) ada juga faktor yang
mendorong penjelajahan samudra, yaitu :
a) Adanya semangat penaklukan (reconquista) terhadap orang – orang yang beragama
islam.
b) Jatuhnya Kontantinopel, ibu kota Imperium ke tangan Dinasti Usmani Turki.
c) Adanya keinginan mengetahui lebih jauh mengenai rahasia alam semesta, keadaan
geografi, dan bangsa – bangsa yang tinggal di belahan bumi lain.
d) Adanya keinginan untuk mendapatkan rempah – rempah.
e) Kisah penjelajahan Marcopolo ( 1254-1324), seorang pedagang dari Venesia, Italia
ke Cina yang dituang dalam buku Book of Various Experience.
f) Ingin memperoleh keuntungan / kekayaan yang sebanyak – banyaknya.
g) Adanya teori Copernicus dan Galileo Galilei bahwa bumi bulat
h) Semangat 3G (Gold: emas, Glory: kejayaan, dan Gospel: penyebaran agama Nasrani)
i) Kemajuan dibidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi terutama pada Teknologi
Pembuatan Kapal dan Navigasi (ditemukannya kompas)
1) Bangsa Portugis
Bangsa barat pertama yang sampai ke Indonesia adalah bangsa Portugis dan bangsa
Spanyol, bangsa Portugis memulai perjalanannya dipimpin oleh pelaut bernama
Bartholomeus Diaz. Pada tahun 1486, ia ingin berlayar ke India namun gagal sehingga
pelayarannya tersebut hanya berhasil sampai di ujung selatan Afrika yang saat ini
dikenal dengan sebutan “Tanjung Harapan Baik (Cape of Good Hope)”. Impian
Bartolomeo kemudian dilanjutkan dan diwujudkan oleh Vasco da Gama yang berhasil
mencapai Kalikut, India pada tahun 1498. Kemudian, Bangsa Portugis melanjutkan
pelayaran ke Malaka pada tahun 1511 dipimpin oleh Alfonso d’Albuquerque. Bangsa
Portugis masuk ke Nusantara di bawah pimpinan Alfonso de Albuquerque yang berhasil
menaklukkan Goa (1510) dan Malaka (1511). Sejak itu, Portugis menguasai
perdagangan rempah-rempah dari Asia ke Eropa. Bangsa Portugis masuk ke Nusantara
di bawah pimpinan Alfonso de Albuquerque yang berhasil menaklukkan Goa (1510) dan
Malaka (1511). Sejak itu, Portugis menguasai perdagangan rempah-rempah dari Asia ke
Eropa.
2) Bangsa Spanyol
Pendorong semangat pelaut Spanyol melakukan pelayaran ke Asia adalah
teori Heliosentris. Dipimpin oleh Juan Sebastian d’Elacano, bangsa Spanyol berhasil
mencapai Maluku pada tahun 1521, namun sayangnya. Saat itu Portugis telah berada
lebih awal di Maluku sehingga terjadi konflik antara Spanyol-Portugis, yang kemudian
dimenangkan oleh bangsa Portugis. Untuk menghindari persaingan berkelanjutan, maka
muncullah perjanjian Tordesillas yang melarang Spanyol melakukan perdagangan di
Maluku. Spanyol mendirikan benteng dan mulai melakukan monopoli perdagangan.
Persaingan antara Spanyol yang membantu Tidore dan Portugis yang membantu Ternate
berakhir setelah dikeluarkannya Perjanjian Saragosa. Berdasarkan perjanjian itu,
Portugis menguasai Maluku dan Spanyol menguasai Filipina.
3) Bangsa Belanda
Perjalanan pertama Belanda di Indonesia terjadi pada tahun 1596, ketika Cornelis de
Houtman bersama armadanya tiba di pelabuhan Banten melalui jalur Selat Malaka.
Kemudian untuk menghindari persaingan antara para pengusaha Belanda maka
dibentuklah Verenigde Oost Indische (Persekutuan Perusahaan Dagang Hindia Timur)
yang disingkat VOC. Ide ini berasal dari seorang parlemen Belanda bernama Johan van
Oldenbarnevelt, VOC sendiri didirikan pada 20 maret 1602 dan diberi hak istimewa
berupa hak monopoli dan hak kedaulatan. Namun, VOC tidak selamanya membawa
kemakmuran dan kekayaan untuk negara asalnya karena di dalam persekutuan dagang
tersebut terjadi korupsi pribadi maupun kelompok. Sehingga VOC pun dibubarkan
pada tahun 1799 dan keberadaannya di Indonesia digantikan oleh pemerintah Belanda di
mulai pada tahun 1800.
Untuk menghindari persaingan yang tidak sehat antara sesama pedagang Belanda.
Untuk memperkuat posisi Belanda dalam menghadapi persaingan, baik dengan
sesama bangsa Eropa, maupun dengan bangsa-bangsa Asia.
Untuk mendapatkan monopoli perdagangan, baik impor maupun ekspor.
4) Bangsa Inggris
Perlu dipahami bahwa setelah Portugis berhasil menemukan kepulauan Maluku,
perdagangan rempah-rempah semakin meluas. Dalam waktu singkat Lisabon
berkembang menjadi pusat perdagangan rempah-rempah di Eropa Barat. Dalam kaitan
ini Inggris dapat mengambil keuntungan besar dalam perdagangan rempah- rempah
karena Inggris mendapatkan rempah-rempah secara bebas dan relatif murah di Lisabon.
Rempah-rempah itu kemudian diperdagangkan di daerah-daerah Eropa Barat bahkan
sampai di Eropa Utara. Tetapi karena Inggris terlibat konflik dengan Portugis sebagai
bagian dari Perang 80 Tahun, maka Inggris mulai mengalami kesulitan untuk
mendapatkan rempah- rempah dari pasar Lisabon. Oleh karena itu, Inggris kemudian
berusaha mencari sendiri negeri penghasil rempah-rempah. Banyak anggota masyarakat,
para pelaut dan pedagang yang tidak melibatkan diri dalam perang justru mengadakan
pelayaran dan penjelajahan samudra untuk menemukan daerah. penghasil rempah-
rempah. Dalam pelayarannya ke dunia Timur untuk mencari daerah penghasil rempah-
rempah, Inggris sampai ke India. Para pelaut dan pedagang Inggris ini masuk ke India
pada tahun 1600. Inggris justru memperkuat kedudukannya di India. Inggris membentuk
kongsi dagang yang diberi nama East India Company (EIC). Dari India inilah para pelaut
dan pedagang Inggris berlayar ke Kepulauan Nusantara untuk meramaikan perdagangan
rempah-rempah. Oleh karena itu, pada abad ke 18, sudah banyak para pedagang-
pedagang Inggris yang berdagang sampai ke Indonesia, bahkan sejak Belanda masih
berkuasa di Indonesia dengan sekutunya Perancis. Inggris bahkan sempat mengancam
monopoli perdagangan yang dilakukan Belanda dengan perusahaan dagangnya, yaitu
VOC. Pada tahun 1602, pemerintah Inggris mengirim utusannya ke Banten guna
mengadakan hubungan bilateral antara pedagang Inggris dengan Banten. Hasil dari
pertemuan ini adalah diberikannya izin oleh Sultan Banten untuk Inggris mendirikan
kantor dagang di Banten. Selain di Banten, Inggris juga membangun kantor dagang di
Jayakarta. Hingga abad ke 16, Inggris telah mendirikan banyak kantor dagang di daerah
Indonesia, seperti Gowa, Makassar, dan Aceh. Tetapi dengan sikapnya yang sombong
dan otoriter, masyarakat Indonesia tidak menyukai pedagang-pedagang Inggris
SUMBER: