Anda di halaman 1dari 10

RESUME

TEORI STRATEGI : EVOLUSI & EVALUASI

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Manajemen Strategi

Dosen Pengampu: Laily Maknin Zubaedah, ST., MBA, CMA.

Disusun oleh:

Nama : Ahmad Hanafi Rhafi Dzar Arman

Nim :21010026

Kelas : Manajemen SDM.P1

UNIVERSITAS YPPI REMBANG

FAKULTAS EKONOMI BISNIS PROGRAM STUDI MANAJEMEN

2023

i
Judul : TEORI STRATEGI: EVOLUSI & EVALUASI

Penerbit: Airlangga University Press

Pengarang: Badri Munir Sukoco, PhD

Tahun Terbit: 2015

Buku yang ditulis oleh Badri Munir Sukoco, PhD. ini mencoba
mendokumentasikan perkembangan bidang strategi dengan membedah delapan
(8) teori di bidang manajemen strategis, khususnya yang berkembang di masa
kini. Menulis buku tentang bagaimana strategi digunakan dalam bisnis pada
pergantian abad ke-19 dan ke-20 menjadi seruan untuk pentingnya disiplin
strategi. Keaslian ini memberdayakan disiplin metodologi untuk dimanfaatkan
sebagai metodologi konvensional bagi unsur-unsur bisnis dalam memenangkan
persaingan. Selain memahami perkembangan ilmu teknik (spekulasi) dari abad
ke-19 hingga abad ke-21 saat ini, pencipta juga menyajikan ulasan, reaksi, dan
tanggapan pencipta terhadap kekurangan dan kualitas dari setiap hipotesis. Buku
yang ditulis dalam 8 bagian ini tentunya sangat berharga bagi para Atasan dan
mahasiswa S3, namun juga bagi para pendidik di bidang Administrasi Vital, dan
manajer keuangan. Buku ini dapat membantu pembaca memahami pergeseran
periodik dalam arti, fungsi, dan peran kompetisi. Selain itu, buku ini sangat
bermanfaat untuk memahami pergeseran zaman, kompleksitas persaingan, dan
argumentasi logis yang mendukung delapan teori manajemen strategis yang
sedang berkembang. Buku ini dengan sangat baik membahas teori-teori klasikal
dan kontemporer dalam Manajemen Strategi. Asumsi-asumsi utama, kekuatan dan
kelemahan 8 delapan teori utama Manajemen Strategi, yaitu Behavioral Theory of
the Firm, Competitive Dynamics Theory, Transaction Cost Economic Theory,
Resource Dependence Theory, Resource-Based View dan Dynamic Capability
Theory dibahas dengan sangat baik dalam buku ini. Teori-teori ini dapat

1
digunakan dalam menganalisis berbagai sumberdaya, kompetensi dan kapabilitas
organisasi khas yang dimiliki perusahaan dan lingkungan eksternal yang dihadapi
oleh perusahaan dalam rangka memformulasikan, mengimplementasikan dan
mengevaluasi strategi manajemen perusahaan untuk meningkatkan daya saing dan
nilai tambah perusahaan.

Kenapa Pembelajaran Manajemen Strategi Sebaiknya berdasarkan Teori


Sejak diperkenalkan awal abad ke-20, Manajemen Strategi ketika itu masih
dikenal sebagai Business Policy sangat unik. Jika mata kuliah lain berbasis pada
bidang ilmu misalnya Ekonomi dan Statistik atau berbasis fungsi misalnya
Akuntansi, Keuangan, dan Pemasaran, mata kuliah Manajemen Strategi
merupakan kombinasi beberapa mata kuliah yang ada. Menurut Bower 1982,
Harvard mendesain mata kuliah Business Policy untuk membantu pemecahan
masalah-masalah dalam mengoperasikan organisasi secara keseluruhan. Hal inilah
yang menjadikan manajer yang bertanggung jawab dalam penyusunan strategi
harus memahami dengan baik lingkungan internal keuangan, sumberdaya
manusia, pemasaran, produksi, dan fungsi lainnya maupun eksternal organisasi
pengaruh ekonomi, teknologi, hukum, sosial, politik maupun budaya.

Dalam buku ini mendapat informasi mengenenai istilah strategi bisa


dilacak pada era Yunani kuno dan menyiratkan jenderal militer yang bertanggung
jawab secara penuh dalam peperangan. Penggunaan istilah strategi dalam dunia
bisnis baru ada sejak awal abad ke20 dan digunakan secara sengaja dalam konteks
persaingan bisnis Ghemawat, 2002. Menurut Schendel dan Hofer 1979, dekade
1970-an ditandai dengan meningkatnya kompleksitas bisnis di USA, misalnya
embargo minyak atau saling ketergantungan antar negara. Pada saat yang sama,
diversifikasi yang dilakukan oleh organisasi menjadi ciri akan kesuksesan.
Tantangan dari eksternal dan internal organisasi tentunya membutuhkan
pemahaman yang komprehensif akan hal tersebut dan semakin menahbiskan
perlunya Manajemen Strategi Hambrick dan Chen, 2007. Dalam buku ini penulis
setuju dengan Hunt 2002 bahwa pandangan MSM yang menyatakan setiap
pengetahuan memerlukan beragam metode dalam menemukan hukum dan teori
2
adalah salah, karena pandangan tersebut menunjukkan kebingungan dalam
membedakan antara isu dan prosedur dalam konteks discovery dan justification.
Penulis setuju bahwa tidak ada sekumpulan prosedur yang akan membawa pada
penemuan hukum dan teori, begitu juga tidak ada prosedur yang terbaik dalam
melakukannya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak ada logika
tunggal dalam discovery, namun yang ada adalah logika tunggal dalam
justification yang sama pada semua ilmu. Dalam mempelajari perubahan
organisasi, Behavioral Theory of the Firm merupakan yang pertama menggunakan
kejadian yang berurutan terkait proses pembelajaran. Misalnya simulasi tentang
harga dan jumlah keputusan yang dibuat dan dilakukan oleh Cyert dan March
1963 merepresentasikan kejadian aktual tentang pengambilan keputusan dan
menjadi fondasi dasar dalam memprediksi perubahan organisasi. Sejak itu,
banyak penelitian tentang organisasi yang menggunakan simulasi, sebgaaimana
yang dilakukan oleh Cohen dkk. Sebagaimana yang disampaikan oleh Gavetti
dkk. 2012, beberapa bagian yang dapat mengintegrasikan teori-teori pengambilan
keputusan 60 dengan adaptasi yang dilakukan terhadap perubahan lingkungan
belum dikembangkan. Misalnya, ekspektasi, aturan dalam mengambil keputusan,
sasaran yang beragam maupun hubungan antara organisasi dengan kekuatan
pasar. Behavioral Theory of the Firm dikembangkan untuk menjadikan peristiwa
pengambilan di organisasi nyata dan deskriptif terhadap adaptasi yang dilakukan
atas perubahan lingkungan. Sebagai pembatas antara proses di pasar dan internal
organisasi, banyak hal yang belum dikerjakan, mengingat level yang beragam
mikro-, proses internal organisasi dan makro- yang fokus pada sosiologi terkait
dengan networks, industri, dan logika institusional lainnya. Terdapat dua akar
intelektual dari konsep competitive dynamics, yakni Schumpeter 1950 dan
sekolah ekonomi Austria Jacobson, 1992 Mises, 1949 Yong, Smith, dan Grimm,
1996. Konsep pertama mendiskusikan tentang creative destruction yang
menjelaskan proses dinamis tentang bagaimana organisasi beraksi dan bereaksi
satu sama lain dalam mengejar peluang pasar. Dengan kata lain, keunggulan
kompetitif organisasi tergantung bagaimana aksi dan reaksi yang mereka lakukan

3
terhadap pesaingnya di industri tersebut. Konsep kedua yang didominasi oleh
ekonom Austria juga mengutarakan proses yang dinamis di pasar, bergerak
mendekati atau menjauhi ekuilibrium di pasar. Ekuilibrium yang bersifat
sementara tersebut menjadikan keunggulan kompetitif organisasi juga bersifat
sementara mis Chen, 2009 DAveni, Dagnino, dan Smith, 2010. Dalam bidang
manajemen strategi, pelopor competitive dynamics adalah studi yang dilakukan
oleh MacMillan, McCaffrey, dan Van Wijk 1985 yang menggunakan sampel kecil
bagaimana bank saling merespon inovasi yang dilakukan pesaingnya dan Bettis
dan Weeks 1987 yang mempelajari interaksi persaingan antara 65 Polaroid dan
Kodak yang mana keduanya juga menekankan pada keunggulan bersaing yang
temporer. Chen dan Miller 2012 dalam review-nya mengajukan tiga premis utama
yang menjadi karakter dari competitive dynamics. Pertama, persaingan adalah
dinamis dan interaktif, dan saling aksireaksi beserta tindakan lainnya membangun
persaingan yang ada. Interaksi atau keterlibatan dua organisasi merupakan inti
dari strategi dan persaingan dan merupakan inti dari competitive dynamics theory
Chen dan Miller, 2014. Kedua, fokusnya adalah tindakan aktual yang dilakukan
oleh perusahaan, baik peluncuran produk baru atau program promosi, memasuki
pasar baru dan lainnya. Keterlibatan organisasi dalam berinteraksi merupakan inti
dari strategi, sehingga analisis aksireaksi yang dilakukan lebih konkret
dibandingkan hanya menganalisis statistik keuangan dan operasional perusahaan.
Forum spesial yang diterbitkan oleh Journal of Management tahun 1991 tentang
Resource-Based View RBV merupakan penanda masuknya RBV dalam tahap
pertumbuhan dan menjadikan banyak elemen-elemen kunci dibicarakan. Misalnya
karya yang ditulis oleh Mahoney dan Pandian 1992 tentang kompetensi yang
harus dimiliki organisasi dan mengaitkan RBV dengan teori-teori organizational
economics dan industrial organization. Adapun Kogut dan Zander 1992
memperkenalkan konsep kapabilitas yang kombinatif dan menyatakan bahwa
pengetahuan merupakan sumberdaya terpenting dari perusahaan. Amit dan
Schoemaker 1993 memperjelas perbedaan yang terdapat antara sumberdaya yang
dimiliki organisasi dengan kapabilitas yang dimilikinya. Peteraf 1993

4
menjelaskan kondisi-kondisi yang bagaimana yang menyebabkan sumberdaya
akan menunjang keunggulan kompetitif organisasi. Hart 1995 memperkenalkan
dan mengembangkan natural resource-based view of the firm, dengan
mengedepankan bagaimana organisasi akan mencapai keunggulan dalam bersaing
ketika mereka mampu mengelola lingkungannya sebagai sumberdaya melalui
pengawasan akan polusi yang ditimbulkan, kualitas produk yang dihasilkan, dan
pembangunan yang berkelanjutan. Kemudian Grant 1996 mengajukan pemisahan
knowledge-based view dari RBV, dengan menekankan pada peran pentingnya
organisasi dalam mengintegrasikan pengetahuan-pengetahuan yang dimiliki oleh
anggota organisasi melalui mekanisme koordinasi yang tepat. Meskipun memiliki
status sebagai salah satu teori utama yang dipakai untuk menerangkan fenomena
organisasi dan manajemen strategi, namun RDT tidaklah dieksplorasi dan diuji
empiris secara layak Pfeffer dan Salancik, 2003 hal. xxxiii. Lebih khusus, RDT
ditantang baik secara empiris dan konseptual misal Casciaro dan Piskorski, 2005
Davis dan Cobb, 2010. Secara empiris, peneliti yang menggunakan RDT tidak
selalu mendapatkan hasil konsisten Drees dan Heugens, 2013. Banyak penelitian
sebelumnya yang menunjukkan bahwa ketergantungan sumberdaya cenderung
menghasilkan adanya pembentukan dari bagaimana baiknya hubungan kedua
organisasi atau lebih diatur misal Dussauge, Garrette, dan Mitchell, 2000 Peng,
2004. Kedelapan, definisi dari sumberdaya tidak dapat dilaksanakan. Berikut
adalah definisi yang ditawarkan oleh beberapa penulis tentang sumberdaya 1 By a
resource is meant anything which could be thought of as strength or weakness of a
given firm. More formally, a firms resources at a given time could be defined as
those tangible and intangible assets which are tied semi-permanently to the firm
Wernerfelt, 1984, hal. 172, 2 Firm resources include all assets, capabilities,
organizational processes, firm attributes, information, knowledge, etc. controlled
by a firm that enable the firm to conceive of and implement strategies that
improve its efficiency and effectiveness Barney, 1991a, hal. 101 Barney, 2002,
hal. 155, dan 3 The firms resources will be defined as stocks of available factors
that are owned or controlled by the firm Amit dan Schoemaker, 1993, hal. 35.

5
Definisi diatas tentang sumberdaya sangat inklusif sebagai salah satu kekuatan
dari RBT Barney, 2001, meskipun hal tersebut meningkatkan tautology dari RBV.
Solusinya adalah membedakan sumberdaya dengan kapabilitas yang menjadikan
prusahaan mampu memilih, menempatkan, dan mengorganisasi sumberdaya yang
dimiliki organisasidynamic capability Eisenhardt dan Martin, 2000. Kritikan
kedua adalah tidak ada pembedaan yang jelas sumberdaya mana yang akan
berkontribusi terhadap SCA, meskipun Barney 1991a telah membedakannya
antara tangible dan intangible resources.

Keenam teori yang didiskusikan sebelumnya hanyalah mendiskusikan


sebagian dari teori yang selama ini ada di bidang Manajemen Strategi. Dari
evaluasi yang penulis lakukan, ada dua teori yang masih memerlukan
penyempurnaan dan kontribusi dari ilmuwan Manajemen Strategi, yakni
Behavioral Theory of the Firm dan Resource Dependence Theory. Penulis
memberikan evaluasi tertinggi kepada Resource-Based Theory karena sejak
dipopulerkannya oleh Barney 1991, kontribusi ilmuwan cukup tinggi dengan pro
dan kontra yang menjadikannya lebih mature. Guna merangkum perkembangan
manajemen strategi, penulis mengadopsi klasifikasi yang dilakukan oleh
Mintzberg dkk. Mazhab Desain, menitikberatkan bagaimana mendesain startegi
sebagai mekanisme mencocokkan kondisi internal dengan kondisi eksternal
sebuah organisasi. Analisa SWOT strengths dan weaknesses untuk kondisi
internal dan opportunity dan threats untuk kondisi eksternal dipopulerkan oleh
mazhab ini. Mazhab Perencanaan, berkembang pada saat yang bersamaan dengan
mazhab desain dan dipengaruhi oleh buku H. Igor Ansoff yang terbit pada tahun
1965 dengan judul Corporate Strategy. Mazhab ini mendominasi manajemen
strategi pada decade 1970-an. Pembuatan Rencana Pembangunan Lima Tahun
Repelita pada masa Presiden Soeharto merupakan bukti dominasi mazhab ini
dalam penentuan strategi Indonesia. Mazhab Posisi, mencapai dominasinya pada
dekade 1980-an seiring dnegan diterbitkannya buku yang ditulis oleh Michael E.
Porter 1980 yang berjudul Competitive Strategy. Mazhab ini berpandangan bahwa
sebuah organisasi akan memiliki keunggulan bersaing bila mereka melakukan
6
analisa yang hati-hati mengenai industri apa yang akan mereka masuki, siapa
pesaing yang akan mereka hadapi, kekuatan tawar-menawar dari pembeli maupun
supplier, serta produk substitusi yang mungkin akan mengganti fungsi produk
yang mereka tawarkan. Mazhab Kewirausahaan, fokus pada kontribusi pimpinan
organisasi dalam membentuk strategi yang mengandalkan pada intuisi dan
tentunya berbeda jauh dengan ketiga mazhab sebelumnya yang lebih mendasarkan
pada proses formulasi strategi secara formal. Sebagian besar penganut mazhab ini
adalah organisasi yang baru berdiri, berukuran kecil ataupun sedang yang belum
terkungkung dengan birokrasi dan proses formal yang harus dilalui. Mazhab
Kognitif, dikenal dengan proses mental. Sejak tahun 1980- an hingga sekarang
mulai dibahas bagaimana formulasi strategi dapat menjadi bias, terutama dalam
memproses informasi yang didapat, pemetaan struktur pengetahuan, maupun
pemilihan konsep yang akan digunakan. Mazhab Pembelajaran, akhir-akhir ini
semakin diterima sebagai aliran dalam menentukan strategi berdasarkan proses
refleksi atas kondisi yang ada, baik secara internal maupun eksternal. Mazhab ini
berpendapat startegi yang baik adalah strategi yang emergent muncul 167 secara
tiba-tiba sebagai reaksi atas pembelajaran yang dialami Weick, 1979. Mazhab
Kekuasaan, menitikberatkan bagaimana penggunaan kekuasaan dalam formulasi
startegi. Terdapat dua jenis kekuasaan yang dimaksud, yakni micro- dan macro-
power. Micro-power melihat bahwa pengembangan strategi didalam organisasi
pada intinya tergantung pada proses politik yang melibatkan tawar-menawar,
persuasi, dan konfrontasi diantara aktor yang berbagi kekuasaan. Bilamana kita
memandang Kabinet Indonesia Bersatu KIB II sebagai organisasi yang
menjalankan roda pemerintahan, maka tarik ulur dalam berbagai kebijakan yang
akan dijalankan, misalnya kenaikan BBM atau pemberantasan korupsi,
merupakan bentuk micro-power. Mazhab Budaya. Berkebalikan dengan
pemahaman mazhab kekuasaan yang menitikberatkan pada kepentingan diri
sendiri atau kelompok dan organisasi yang terfragmentasi, mazhab ini lebih
menekankan pada kepentingan bersama dan integrasi dengan menggunakan
proses sosial sebagai proses terpenting sebagai bagian dari budaya perusahaan.

7
Mazhab Lingkungan, dikenal dengan nama contingency theory yang lebih
mengedepankan bagaimana lingkungan akan menentukan respon reaksi paling
tepat yang harus diambil perusahaan. Teori population ecology juga menawarkan
konsep bahwa startegi yang akan diambil sebuah organisasi tergantung pada
densitas maupun tahapan industri yang ada, apakah tergolong industri baru atau
sudah mapan mature. Mazhab Konfigurasi, diklaim oleh Mintzberg dkk. 2003
sebagai mazhab yang paling ekstensif dan integratif, baik dalam literatur maupun
praktek. Dari sisi akademis, mazhab ini melihat organisasi sebagai konfigurasi
pertalian antara karakteristik dan perilaku dari berbagai mazhab yang telah
dibahas sebelumnya. Misalnya, birokrasi akan membutuhkan mazhab perencanaan
bilamana kondisi bisnis relative stabil, namun bilamana kondisi tidak menentu
dan sukar diprediksi, mengadopsi mazhab kewirausahaan adalah yang paling
tepat.

Dari apa yang diuraikan sebelumnya, Mintzberg dan Lampel 1999


menyatakan bahwa setiap mazhab berkontribusi dalam pembentukan strategi,
meskipun mereka mempunyai peran yang berbeda-beda. Mazhab Kognitif terletak
pada pikiran ahli atau penyusun setrategi, sehingga diletakkan pada pusat, adapun
Mazhab Posisi berada pada posisi paling belakang karena selalu menggunakan
data yang ada untuk menganalisa dan menyuplai informasi pada pembuatan
strategi. Mazhab Perencanaan terletak didepan Mazhab Kognisi, untuk
memprogramkan strategi-strategi yang telah ditentukan. Mazhab Desain terletak
lebih kedepan karena mempunyai pandangan yang lebih maju, dan yang terdepan
adalah Mazhab Kewirausahaan yang mengutamakan visi. Mazhab Pembelajaran
dan Mazhab Kekuasaan melihat ke bawah dan menitikberatkan pada detail yang
ada. Pertanyaan terbesar adalah mazhab manakah yang paling tepata tau benar
untuk digunakan Mintzberg dan Lampel 1999 menyatakan bahwa bukanlah
pertanyaan tersebut yang paling penting untuk dijawab, mengingat masing-masing
mazhab memiliki keunggulan dan kelemahan. Untuk mazhab yang tergabung
pada prescriptive school, kegunaan utamanya adalah membantu organisasi dalam

8
memformulasikan startegi. Adapun mazhab yang tergabung dalam descriptive
school menjelaskan kenapa strategi tertentu perlu dipilih dan digunakan.

Anda mungkin juga menyukai