Anda di halaman 1dari 23

TEORI SEDIAAN APT ITB JANUARI 2018 LARUTAN

LARUTAN
(Revised and Checked by David Christianto Yohanes; Rechecked by Esty Kusumawardhany)
April 2018

Keterangan:
Tulisan Biru Tambahan
Tulisan Hijau Terverifikasi
Highlight Ungu Belum terjemahkan
Highlight Kuning Tidak ditemukan/ tidak ada referensinya

I. DEFINISI SEDIAAN
Definisi Larutan
● FI III, hal 32
Larutan adalah sediaan cair yang mengandung bahan kimia terlarut, kecuali dinyatakan lain,
sebagai pelarut digunakan air suling.
● FI V, hal 51
Larutan adalah sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia terlarut, misal:
terdispersi secara molekuler dalam pelarut yang sesuai atau campuran pelarut yang saling
bercampur.
 Goeswin Agoes, 2012, Sediaan Farmasi Likuida-Semisolida (SFI-7), hal 57
Larutan adalah sediaan cair (liquida) yang mengandung satu atau lebih bahan kimia yang
melarut dalam suatu pelarut yang sesuai atau campuran dari sistem pelarut yang tercampur
(mutually miscible).

Definisi Sirup
● FI Ed III, hal 31
Sirup adalah sediaan cair berupa larutan yang mengandung sakarosa, kecuali dinyatakan lain,
kadar sakarosa, C12H22O11, tidak kurang dari 64,0% dan tidak lebih dari 66,0%.
 FI V, hal 51
Sirup adalah larutan oral yang mengandung sukrosa atau gula lain dengan kadar tinggi.
Larutan sukrosa hampir jenuh dalam air dikenal sebagai Sirup atau Sirup Simpleks. Istilah
sirup juga digunakan untuk bentuk sediaan cair lain yang mengandung pengental dan
pemanis, termasuk suspensi oral.
● (Aulton, Pharmaceutics, The Science of Dosage Form Design 4th ed (2013), hal 398)
Larutan berair oral yang mengandung sukrosa dengan konsentrasi tinggi atau gula lainnya.
'Sirup BP 'adalah larutan sukrosa (66,7%) di air murni; membuat kerusakan gigi dan Tidak
cocok untuk pasien diabetes Sirup 'bebas gula' diperoleh dengan mengganti sukrosa dengan
glukosa terhidrogenasi, manitol, sorbitol, xilitol, dll.
 BP ebook 2009 vol III, general monograph “Oral Liquids of the BP”, hal 6528.
Sirup tidak mengandung zat aktif, bukan merupakan suatu bentuk sediaan, tetapi
merupakan campuran yang seringkali digunakan sebagai pelarut atau zat pembawa
karena rasa dan sifat manisnya. Sebaiknya dibuat segar kecuali apabila ditambahkan
zat pengawet.
| APT ITB 2018-2019
TEORI SEDIAAN LARUTAN
TEORI SEDIAAN APT ITB JANUARI 2018 LARUTAN

II. TEORI UMUM


a. Aturan umum/persyaratan/karakteristik larutan
Larutan merupakan sistem satu fase sehingga perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1. Kelarutan zat aktif
Istilah Kelarutan Jumlah bagian pelarut yang
diperlukan untk melarutkan 1
bagian zat
Sangat mudah larut Kurang dari 1
Mudah larut 1 sampai 10
Larut 10 sampai 30
Agak sukar larut 30 sampai 100
Sukar larut 100 sampai 1000
Sangat sukar larut 1000 sampai 10.000
Praktis tidak larut Lebih dari 10.000

2. Kestabilan zat aktif dalam larutan


 Bahan aktif biasanya lebih mudah mengalami ketidakstabilan jika dibandingkan dengan
sediaan padat. Komposisi sediaan oral lebih kompleks dibandingkan sediaan parenteral dan
dapat menimbulkan lebih banyak antaraksi dari sediaan parenteral. Stabilitas tidak
menyangkut API saja, tetapi juga Stabilitas eksipien, seperti pewarna, flavor, pengawet,
pensolubilisasi, agen pengental, dan agen pemanis (Goeswin Agoes, 2012, Sediaan
Farmasi Likuida-Semisolida (SFI-7), hal 59)

3. Dosis takaran
4. Penyimpanan
Larutan pada umumnya memberikan jaminan keseragaman dosis dan memiliki ketelitian yang
baik jika larutan diencerkan atau dicampur. Untuk semua larutan, terutama yang mengandung
pelarut mudah menguap, harus digunakan wadah tertutup rapat dan terhindar dari panas
berlebih. Jika senyawa tidak stabil dan mudah mengalami degradasi secara fotokimia,
penggunaan wadah tahan cahaya perlu dipertimbangkan (FI V hal 46)

b. Penggolongan Larutan
Larutan dapat digolongkan menjadi beberapa bagian dapat berdasarkan cara pemberian, cara
pembuatan. berikut penggolongan larutan dari beberapa pustaka:

Bentuk sediaan larutan digolongkan menurut cara pemberiannya. Misalnya larutan oral, larutan
topikal, larutan otik, larutan optalmik. Penggolongan dapat juga didasarkan pada sistem pelarut
dan zat terlarut seperti Spirit, Tingtur, dan Larutan air.
Penggolongan Definisi/Keterangan Referensi
Larutan Oral adalah sediaan cair yang dibuat untuk pemberian FI V, Hal 51
oral, mengandung satu atau lebih zat dengan atau
tanpa bahan pengaroma, pemanis, atau
pewarna yang larut dalam air atau campuran
kosolven-air. Sediaan zat padat atau campuran zat
| APT ITB 2018-2019
TEORI SEDIAAN LARUTAN
TEORI SEDIAAN APT ITB JANUARI 2018 LARUTAN

padat yang harus dilarutkan dalam pelarut


sebelum diberikan secara oral disebut “…. Untuk
Larutan Oral”, misalnya Kalium Klorida untuk
Larutan Oral.
cairan oral yang mengandung satu atau lebih zat BP ebook 2009 vol III, general
terlarut dalam pembawa yang cocok) monograph “Oral Liquids of the
BP, hal 6528 pdf
Larutan yang dimaksudkan untuk pemberian Ansel
oral, mengandung flavouring agent dan
pewarna , stabilisator dan bahan pengawet.
Cairan Oral sediaan cair untuk penggunaan oral yang BP ebook 2009 vol III, general
biasanya merupakan larutan, suspensi atau monograph “Oral Liquids”, hal
emulsi dengan satu atau lebih zat aktif di dalam 6530
pembawa yang cocok. Namun demikian, dapat
pula dipergunakan zat pembawa dimana zat
aktifnya adalah pembawanya tersebut.
Larutan larutan yang biasanya mengandung air tetapi FI V, hal 51
Topikal seringkali mengandung pelarut lain, seperti
etanol dan poliol, untuk penggunaan topikal
pada kulit (atau dalam hal larutan lidokain oral
topical untuk penggunaan pada permukaan
mukosa mulut).Istilah Lotio adalah larutan atau
suspensi yang digunakan secara topical
Larutan Otik larutan yang mengandung air atau gliserin FI V, hal 51
atau pelarut lain dan bahan pendispersi, untuk
pengunaan dalam telinga luar
Beberapa kelas obat yang digunakan untuk Remington Essential of
administrasi topical kedalam telinga termasuk Pharmaceutics 22nd Ed, Hal 442
analgesic, seperti benzocaine; antibiotic seperti
neomycin; dan agen antiinflamasi seperti
kortison.
Larutan larutan obat mata adalah larutan steril, bebas FI V, hal 5
Optalmik partikel asing, merupakan sediaan yang dibuat dan
dikemas sedemikian rupa sehingga sesuai
digunakan pada mata.
Spirit larutan yang mengandung etanol atau FI V, hal 51
hidroalkohol dari zat mudah menguap,
umumnya merupakan larutan tunggal atau
campuran bahan
Tingtur larutan yang mengandung etanol atau FI V, hal 52
hidroalkohol dibuat dari bahan tumbuhan atau
senyawa kimia
Air Aromatik larutan jernih dan jenuh dalam air, dari minyak FI V, hal 52
mudah menguap/senyawa aromatik/ bahan
mudah menguap lain; yang dibuat secara
destilasi atau dari larutan senyawa aromatik
dengan/tanpa menggunakan bahan pendispersi
c/ Air Peppermint USP, Stronger Rose Water
USP
Douches Merupakan larutan aqueous yang secara langsung Remington Essential of
pada bagian atau pada rongga pada tubuh. Pharmaceutics, L.A. Felton, 22nd
Berfungsi sebagai pembersih atau antiseptic. Ed. Hal 440

Enema Sejumlah larutan yang diberikan secara rektal Remington Essential of


untuk efek local (c/ Hidrokortison) atau untuk Pharmaceutics, L.A. Felton, 22nd
efek sistemik (c/ aminophylline) Ed. Hal 440

| APT ITB 2018-2019


TEORI SEDIAAN LARUTAN
TEORI SEDIAAN APT ITB JANUARI 2018 LARUTAN

Gargarisma Larutan aqueous yang sering mengandung Remington Essential of


antiseptic, antibody, dan/atau anestetik yang Pharmaceutics, L.A. Felton, 22nd
digunakan untuk merawat faring dan nasofaring Ed. Hal 441
dengan memaksakan udara dari paru melalui
gargarisma yang ditahan pada tenggorokan.
Mouthwashes Larutan aqueous, sering dalam bentuk Remington Essential of
terkonsentrasi, mengandung satu atau lebih bahan Pharmaceutics, L.A. Felton,
aktif dan eksipien. Digunakan dengan cara 22nd Ed. Hal 441
swishing cairan pada rongga mulut. (c/ listerin)
Larutan Larutan aqueous yang di desain untuk diberikan Remington Essential of
Hidung pada bagian hidung baik dalam tetes atau spray. Pharmaceutics, L.A. Felton,
(Nasal Beberapa preparat nasal lainnya dapat dalam 22nd Ed. Hal 441
Solution) bentuk emulsi atau suspensi
Larutan Larutan ini kadang-kadang mengacu pada Remington Essential of
Telinga (Otic preparat telinga atau yang berhubungan dengan Pharmaceutics, L.A. Felton,
Solution) telinga 22nd Ed. Hal 442

Larutan Irigasi Larutan Steril, non-pyrogenic digunakan untuk Remington Essential of


mencuci atau memandikan potongan alat bedah, Pharmaceutics, L.A. Felton, 22nd
luka, atau jaringan tubuh. Wadah single-dose Ed. Hal 443
diutamakan tipe-I atau tipe-II, atau wadah plastik,
lalu disterilkan.
Larutan non
aqueous
Collodions Preparat cairan yang mengandung pyroxylin dan Remington Essential of
sebagiannya selulasa yang ternitrasi, dalam Pharmaceutics, L.A. Felton,
sebuah campuran etil eter dan etanol. 22nd Ed. Hal 446
Diaplikasikan pada kulit menggunakan sikat
lembut atau aplikator yang cocok.
Elixir Jernih, beraroma, dan cairan hidroalkohol yang Remington Essential of
diberi manis untuk penggunaan oral. Tujuan Pharmaceutics, L.A. Felton,
penggunaan elixir 22nd Ed. Hal 446

 Ansel
 Serbuk campuran untuk larutan
Berupa campuran serbuk kering yang mengandung formula zat aktif, flavouring agent,
pewarna, dapar kecuali pelarut. Sebelum diberikan pada pasien, campuran serbuk di
larutkan dengan sejumlah air. Contoh campuran serbuk untuk larutan oral yang perlu di
rekonstitusi:
o Cloxacillin Sodium for Oral Solution, USP (Teva), an anti-infective antibiotic
o Penicillin V Potassium for Oral Solution, USP (Veetids, Geneva), an anti-infective
antibiotic
o Potassium Chloride for Oral Solution, USP (K-LOR, Abbott), a potassium
supplement

Persyaratan Larutan oral


Larutan oral cair adalah formulasi yang berair. larutan oral ini diformulasikan agar enak
sehingga bisa diterima oleh pasien maka harus ditambahkan Bahan beraroma, pewangi dan
| APT ITB 2018-2019
TEORI SEDIAAN LARUTAN
TEORI SEDIAAN APT ITB JANUARI 2018 LARUTAN

pemanis untuk meningkatkan penampilan dan rasanya. pH larutan biasanya 7,0, meskipun
kisaran pH 2-9 dapat ditoleransi. Untuk kenyamanan, dosisnya biasanya dalam kelipatan
5 mL. Viskositas harus sesuai untuk kenyamanan dan mudah untuk dituang. Memiliki
viskositas yang lebih tinggi daripada air. (Aulton, Pharmaceutics, The Science of Dosage
Form Design 4th ed (2013), hal 398)

c. Keuntungan dan Kerugian


((1)Aulton, Pharmaceutics, The Science of Dosage Form Design 4th ed (2013), hal 401-402
(2)
Goeswin Agoes, 2012, Sediaan Farmasi Likuida-Semisolida (SFI-7), hal 58)
Pemberisaan sediaan cair secara oral merupakan pilihan sesudah pilihan lain berupa tablet dan
kapsul karena:
a. Sediaan berbentuk cairan/larutan kurang stabil jika dibandingkan dengan sediaan padat
karena perubahan (reaksi kimia) berlangsung lebih cepat dalam bentuk larutan.
b. Rasa dan bau tidak enak yang mungkin sulit ditutupi.
c. Volume kemasan lebih besar jika dibawa dalam perjalanan.
d. Diperlukan alat bantu untuk penakar dosis (sendok) ketika akan menggunakan obat
e. Kerusakan pada kemasan secara tidak disengaja akan menyebabkan kehilangan obat
secara menyeluruh
Keuntungan bentuk sediaan larutan:
1. Obat tersebut sudah larut dalam pelarut, maka aksi obat lebih cepat, sehingga
Memungkinkan penggunaannya dalam keadaan darurat, mis. Penggunaan larutan
adrenalin, sebagai suntikan, atau Pengobatan anafilaksis(1)
2. Bila penyerapan obat diperlukan sebelum obat Tindakan, atau contoh, pemberian oral obat
dalam larutan sudah ada Dalam bentuk molekul sehingga langsung tersedia untuk di
absorpsi(1) (absorbsi tidak tertunda dalam saluran cerna) (2)
3. larutan memberikan keseragaman dosis, dan volume spesifik larutan cairan sehingga Dapat
diukur secara akurat; Ini memungkinkan mudah dalam pemberian untuk obat dengan
Berbagai dosis yang berbeda(1). (berbeda dengan suspensi dan emulsi dimana
ketidakserbasamaan sediaan bisa saja terjadi jika misalnya sediaan tidak dikocok terlebih
dahulu) (2)
4. Larutan oral mudah ditelan dibandingkan sediaan padat lainnya dan Bermanfaat bagi
pasien yang sulit Menelan seperti. Anak dan orang yang lebih tua(1)
5. larutan lebih mudah diproduksi dibandingkan dengan Bentuk sediaan lainnya(1)
6. Lebih aman untuk pemberian bahan obat, seperti kalium iodide dan kalium bromide yang
menimbulkan nyeri lambung jika dikonsumsi secara kering (misal serbuk atau tablet) (2)
7. Secara psikologis lebih menjanjikan tampilan yang menarik jika larutan dikemas dalam
botol yang bagus(2)

Kerugian bentuk sediaan larutan:


1. Cairan sangat besar dan kurang mudah untuk dibawa oleh pasien. Cairan juga lebih banyak
dan mahal untuk biaya transportasi, selain itu biaya Kemasan juga membutuhkan bahan yang
berkualitas lebih tinggi.
2. Stabilitas dalam bentuk larutan biasanya kurang baik dibandingkan bentuk sediaan
tablet atau kapsul, terutama jika bahan mudah terhidrolisis (umumnya shelf life larutan lebih
pendek dari bentuk sediaan padat)

| APT ITB 2018-2019


TEORI SEDIAAN LARUTAN
TEORI SEDIAAN APT ITB JANUARI 2018 LARUTAN

3. Banyak obat kurang larut dalam air. Sehingga diperlukan formulasi yang dapat membuat
bahan dapat melarut
4. Larutan merupakan media ideal untuk pertumbuhan mikroorganisme, oleh karena itu
memerlukan penambahan pengawet.
5. Ketepatan dosis tergantung kepada kemampuan pasien untuk menakar.

III. FORMULA
a. Formula Baku
Zat aktif Flavouring agent (perasa)
Pelarut/pembawa Pewarna (dye)
Pemanis Dapar (jika perlu)
Pengental (peningkat viskositas) Pembasah (jika perlu)
Anti cap-locking agent Solubilizer (jika perlu)
Pengawet Antioksidan (jika perlu)

b. Contoh Formula Sediaan Larutan di Buku (Ansel, 10th ed, hal. 416)

Cara membuat air aromatik


Bahan Kandungan Prosedur
Volatile Oil 20 mL 1. Larutkan Volatile oil dalam 600
Ethanol 90% 600 mL mL etanol 90%.
Purified Water Ad 1000 mL 2. Tambahkan PW secukupnya
hingga menghasilkan 1000 mL.
Sterilized Purified Tale 50 g
3. Kocok dengan kuat.
4. Tambahkan 50 g Sterilized
purified tale.
5. Kocok sesekali untuk beberapa
jam, lalu saring.
6. Air aromatic disiapkan dengan
melarutkan konsentrat dengan
39 kali volume air.
| APT ITB 2018-2019
TEORI SEDIAAN LARUTAN
TEORI SEDIAAN APT ITB JANUARI 2018 LARUTAN

IV. BAHAN PEMBANTU


Eksipien farmasetik sediaan larutan (Goeswin Agoes, 2012, Sediaan Farmasi Likuida-
Semisolida (SFI-7), hal 60)

TUJUAN AGEN
MELINDUNGI BAHAN AKTIF SEDIAAN Dapar
Antioksidan
pengawet
MEMPERTAHANKAN PENAMPILAN Pewarna
Penstabil
Kosolven
Pengawet antimikroba
Elektrolit
PENUTUPAN RASA/BAU TIDAK ENAK Pemanis
Penambah cita rasa

1. Pelarut / pembawa
Pelarut terdiri dari pelarut air dan pelarut bukan air. Sebagian besar pelarut yang digunakan
adalah air
Karena memiliki kelebihan seperti kurang toksisitas dan biaya rendah. Selain itu dapat juga
digunakan: (Ansel’s Pharmaceutical dosage forms and drug delivery system 10th ed (2014), hal
401-403)
 Alkohol USP,
Untuk produk oral OTC Ditujukan untuk anak di bawah usia 6 tahun Batas kandungan
alkohol yang disarankan adalah (0,5%); untuk anak 6-12 tahun (5%); untuk anak-anak <
12 tahun dan untuk orang dewasa (10%)
 Alkohol yang diencerkan (diluted alcohol NF)
volume akhir yang didapat bukan jumlah dari pencampuran dari dua komponen; volume
akhirnya kurang lebih 3% lebih sedikit dari yang diperkirakan. Missal masing-masing 50
mL dicampurkan, pengukuran diperkirakan 97 mL. alkohol ini berguna sebagai pelarut
hidroalkoholik pada proses dan preparasi yang bervariasi
 Rubbing alcohol (70% etil alkohol)
Rubbing alcohol mengandung volume sekitar 70% etanol. Setiap 100 mL, harus
mengandung sukrosa oktaasetat tidak kurang dari 355 mg atau 1,4 mg denatonium
benzoate, senyawa pahit prior to injectionyang discourage accidental atau abusive ingesti
oral. Produk ini mudah menguap dan mudah terbakar dan harus disimpan pada wadah
yang tertutup rapat dijauhkan dari api. Digunakan sebagai rubefacient secara eksternal,
sebagai soothing rub, instrument germisida, pembersih kulit prior to injection, juga
digunakan sebagai pembawa untuk preparat topical.
 Glycerin, USP (glycerol)
(CH2OH.CHOH.CH2OH)
Merupakan cairan sirup yang jernih dengan rasa manis. Dapat bercampur dengan air dan
alkohol. Sebagai pelarut, dapat dibandingkan dengan alkohol, namun karena
| APT ITB 2018-2019
TEORI SEDIAAN LARUTAN
TEORI SEDIAAN APT ITB JANUARI 2018 LARUTAN

viskositasnya, solute lebih lambat larutnya kecuali viskositasnya dikurangi dengan cara
pemanasan. Gliserin memiliki sifat preservative dan sering digunakan sebagai stabilizer
dan sebagai pelarut tambahan dari air atau alkohol. Digunakan pada banyak preparat
internal.
 Isopropyl rubbing alcohol
Mengandung 70% isopropil alkohol, sisanya mengandung air baik dengan atau tidak
tambahan perwarna, stabilizer, dan minyak parfum. Digunakan secara eksternal sebagai
Rubefacient dan soothing rub dan sebagai pembawa untuk produk topical. Preparat
yang tersedia adalah larutan 91% isopropyl alkohol yang secara umum digunakan pada
penderita diabetes dalam menyiapkan jarum dan syringes untuk injeksi hipodermik
insulin dan untuk desinfeksi kulit.
 Propylene glycol, USP
CH3CH(OH)CH2OH
Likuid kental, dapat bercampur dengan air dan alkohol. Merupakan pelarut yang berguna
dengan jangkauan aplikasi yang luas dan seringkali ditambahkan untuk gliserin pada
formulasi farmasetik yang modern.
 Purified Water, USP
Didapatkan dengan cara distilasi, ion exchange, Reverse Osmosis, atau proses lainnya
yang cocok. Digunakan untuk bentuk sediaan cairan kecuali parenteral.

2. Anticaplocking agent
Untuk mencegah kristalisasi gula pada daerah leher botol (cap locking), maka umumnya
digunakan alkohol polyhydric alkohol seperti sorbitol, gliserol, atau propilenglikol, atau
dapat pula ditambahkan sirup invert yang terdiri atas campuran glukosa dan fruktosa
(Aulton, Pharmaceutics, The Science of Dosage Form Design 2nd ed (2001), hal 321 ). Yang
paling umum digunakan adalah sorbitol sebanyak 15-30%. (HOPE Ed.6, hal 679) Sirup,
dengan konsentrasi sukrosa lebih dari 65% akibat adanya efek osmotik, tetapi bisa terjadi
kristalisasi sukrosa, butuh anticaplocking agent (TPC, 1994, hal 34).

3. Flavouring agent
Flavour digunakan untuk menutupi rasa tidak enak dan membuat agar obat dapat diterima oleh
pasien terutama anak-anak. Sirup dapat ditambahkan pewangi sintetik atau pewangi alami,
seperti minyak atsiri (minyak jeruk), vanilin dan lainnya Dalam pemilihan pewangi harus
dipertimbangkan, untuk siapa obat diberikan dan berapa usia pengonsumsinya. (Ansel’s
Pharmaceutical dosage forms and drug delivery system 10th ed (2014), hal 418)
Pertimbangan untuk pemilihannya:
▪ Harus mempunyai kelarutan dalam air yang cukup
Kadang-kadang sejumlah kecil alkohol ditambahkan ke dalam sirup untuk menjamin
kelarutan flavouring agent yang kelarutannya buruk dalam air. (Ansel’s Pharmaceutical
dosage forms and drug delivery system 10th ed (2014), hal 418)
▪ Disesuaikan dengan tujuan pemberian
Yaitu untuk anak-anak atau dewasa; juga berhubungan dengan zat pewarna yang
digunakan.

Bahan peningkat Flavour seperti asam sitrat, garam, dan monosodium glutamate kadang-
kadang juga digunakan. Ada juga yang sudah khusus dikombinasikan dengan obat antacid
TEORI SEDIAAN LARUTAN | APT ITB 2018-2019
TEORI SEDIAAN APT ITB JANUARI 2018 LARUTAN

seperti peppermint untuk dispepsia. Flavouring agent dapat menjadi tidak stabil secara
kimiawi karena reaksi oksidasi, reduksi, hidrolisis, dan adanya pengaruh pH.

The Theory and Practice of Industrial Pharmacy Ed III, Lachman, hal 470
Rasa Flavour
Asin Butterscotch, maple, apricot, peach, vanilla, wintergreen mint
Pahit Wild cherry, walnut, coklat, anisi, mint combination, passion fruit,
mint spice
Manis Buah-buahan, vanilla, berry
Sour (asam) Citrus, licorice, root beer, raspberry
Selain itu, perlu diperhatikan stabilitas flavouring agent dan konsentrasi terhadap pembawa
(Aulton, 1988, hal 263).

4.Zat Pewarna
Zat pewarna ditambahkan ke dalam sediaan oral cair untuk meningkatkan penampilan
agar lebih menarik atau meningkatkan penerimaan pasien dan bisa juga untuk memudahkan
identifikasi produk. Zat warna yang ditambahkan harus sesuai dengan flavour sediaan tersebut
seperti (hijau untuk mint, merah muda untuk strawberry). Umumnya zat warna larut dalam air,
nontoksik, non-iritan, dapat tersatukan dengan zat aktif serta zat tambahan lainnya dan warna
stabil pada range pH serta cahaya (Ansel’s Pharmaceutical dosage forms and drug delivery
system 10th ed (2014), hal 418)
Dalam pemilihan zat warna harus dipertimbangkan juga masalah:
● Kelarutan zat pewarna tersebut dalam air.
● Stabilitas warnanya stabil pada kisaran pH sediaan, di bawah cahaya yang intensif dan masa
penyimpanan.
● Ketercampuran: tidak bereaksi dengan komponen lain dari sirup.
● Konsentrasi zat warna dalam sediaan
● Stabilitas warna biasanya tergantung pada pH.
Contoh : Sunset yellow FCF, stabil pada pH asam dan berubah warna atau terjadi pengendapan
pada pH basa.
Zat warna yang digunakan adalah zat warna yang diizinkan untuk obat oral. Kebanyakan
pewarna yang biasa digunakan pada sediaan farmasi mempunyai Nomor E100-180 dan Nomor
FD&C, contoh:
• Tartrazine (E 102 dan FD & C yellow no 5)
• Citrus red no 2 (Aulton, 1988, 262-263)
Beberapa zat warna yang dilarang di beberapa negara Eropa, diantaranya: tartrazine
(menimbulkan reaksi alergi).

Zat warna dapat diklasifikasikan ke dalam 3 kategori (TPC, 1994, hal 36-37):
● Pigmen mineral
Pigmen mineral seperti besi oksida terutama digunakan untuk sediaan padat dan untuk
pemakaian luar. Penggunaannya untuk sediaan oral dilarang karena kelarutannya sangat
kecil dalam air.
● Zat warna alam (natural colorant)
Zat warna alam dapat diperoleh dari isolasi atau ekstraksi tumbuh-tumbuhan atau
hewan. Contoh zat warna alam: antosianin, karotenoid, klorofil, xantofil, riboflavin, saffron,
| APT ITB 2018-2019
TEORI SEDIAAN LARUTAN
TEORI SEDIAAN APT ITB JANUARI 2018 LARUTAN

ekstrak bit merah, cochineal, dan caramel. Kelemahan dari zat warna alam adalah
komposisi dan warna tiap batch berbeda. Beberapa zat warna alam biasanya digunakan
untuk produk minyak atau lemak. Beberapa larutan dari pewarna alam mempunyai
kestabilan terbatas terhadap cahaya dan pH dan terhadap senyawa pengoksidasi dan
pereduksi.
● Zat warna sintetik (synthetic organic dyes)
Zat warna sintetik lebih disukai dibanding zat warna alam untuk sediaan oral cair karena zat
warna ini mempunyai aneka warna yang lebih luas dan warnanya lebih reprodusibel
dan intensitas warna yang seragam dan warna lebih stabil. Ada 2 tipe zat warna sintetik :
- zat warna asam, yang membentuk garam dengan basa, ion berwarna menjadi bermuatan
negatif ; sebagian zat warna yg digunakan dlm larutan oral merupakan acid dyes, ex:
garam natrium dari asam sulfonat dan banyak senyawa azo ; inkompatibel dgn alkaloid,
antihistamin, turunan fenotiazin (interaksi dgn kation membentuk senyawa tidak larut).
- zat warna basa, yang membentuk garam dengan asam, ion berwarna menjadi bermuatan
positif

5.Pengawet
Sirup dapat diawetkan dengan (a) penyimpanan pada suhu rendah; (b) menambahkan bahan
pengawet seperti gliserin, asam benzoat, natrium benzoat, metilparaben, atau alkohol dalam
formulasi; atau (c) pemeliharaan sukrosa dengan konsentrasi tinggi sebagai bagian dari
formulasi. Konsentrasi sukrosa yang tinggi biasanya akan melindungi bentuk sediaan cairan oral
dari pertumbuhan sebagian besar mikroorganisme. Akan tetapi perlu menambahkan bahan lain
ke sirup yang bisa menyebabkannya penurunan konsentrasi sukrosa, sukrosa yang tinggi akan
berpotensi menyebabkan kristalisasi pada bagian cap botol. Namun dengan penurunan sukrosa
ini dapat menyebabkan hilangnya efektivitas, tetapi pengawet dari sukrosa Ini bisa diatasi,
bagaimanapun, dengan menghitung jumlah bahan pengawet (semacam itu sebagai alkohol)
untuk menambahkan formula untuk menjaga keefektifan pengawet produk akhir, seperti pada
contoh perhitungan berikut : (Ansel’s Pharmaceutical dosage forms and drug delivery system
10th ed (2014), hal 416).
R/ zat aktif 5 ml
Obat lain 3 ml
Glycerin 15 ml
Sucrose 25 g
Etanol 95%
Purified water q.s 100 ml
Perhitungan jelas  (Ansel’s Pharmaceutical dosage forms and drug delivery system 10th ed
(2014), hal 417)

Pengawet merupakan bagian dari formula larutan kecuali: jika ada cukup khasiat pengawet
dalam formulasi itu sendiri, seperti karena kandungan gula tinggi, presensi obat antimikroba,
atau pelarut yang menghambat pertumbuhan seperti alkohol. Dalam semua kasus, perlu
dilakukan uji efikasi pengawet untuk membuktikan efektifitas yang memadai terhadap
pertumbuhan mikroorganisme selama masa simpan dan penggunaan produk. (Handbook of
manufacturing )

Jumlah pengawet yang dibutuhkan untuk melindungi sediaan sirup dari pertumbuhan bakteri
tergantung dari proporsi air yang tersedia untuk tumbuh, sifat dari zat tambahan (banyak
| APT ITB 2018-2019
TEORI SEDIAAN LARUTAN
TEORI SEDIAAN APT ITB JANUARI 2018 LARUTAN

flavouring oil yg punya aktivitas antimikroba), dan kekuatan pengawet itu sendiri. (Ansel’s
Pharmaceutical Dosage Form and drug delivery system 10th ed (2014), hal 416). Terkadang
bahan pengawet digunakan secara kombinasi adalah dalam rangka untuk meningkatkan
kemampuan spektrum antimikroba, efek yang sinergis memungkinkan penggunaan
pengawet dalam jumlah kecil, sehingga kadar toksisitasnya menurun pula, dan mengurangi
kemungkinan terjadinya resistensi.

Pengawet yang banyak digunakan untuk oral diantaranya:


Bahan Konsentrasi Keterangan Referensi
Etanol 15-20% v/v  Ansel 10th ed
(2014), hal 416
Asam & garam  0,1-0,2% TPC,1994 hal 34  Aktifitas terbaik pada pH 2.5-4.5 HOPE 6th Ed, hal
Benzoat  0,01-0,1% untuk larutan oral  pH >5, hampir inaktif 61,
 0,1% untuk suspensi oral (Remington) Remington 22nd
 0,15% untuk sirup oral  aktifitas tergantung pH sediaan, Ed, hal 438
karena hanya asam yang tak
terdisosiasi yang punya aktifitas
Asam &  0,05-0,2%  Aktifitas optimum pH 4,5 (HOPE 6th Ed,
Garam Sorbat  Tidak ada aktifitas pada pH > 6 hal 672-673)
(antifungi)  Sensitive terhadap oksidasi, Remington 22nd
distabilkan dengan antioksidan
Ed, hal 438
fenolik 0,02% propyl gallate
 Biasa kombinasi dengan glycols -
> efek sinergis
Methylparaben 0,015-0,2% Aktifitas ditunjukan pada pH 4-8, HOPE 6th Ed, Hal
(Nipagin) menurun seiring meningkatnya pH 441-442
karena pembentukan anion fenolat.
Efektifitas berkurang saat adanya
surfaktan nonionic seperti Tween 80
Propylparaben 0,01-0,02% Aktifitas ditunjukan pada pH 4-8, HOPE 6th Ed, Hal
(Nipasol) menurun seiring meningkatnya pH 596
karena pembentukan anion fenolat.
pH 3-6 dapat disterilkan dengan
autoklaf tanpa dekomposisi.
Efektifitas berkurang saat adanya
surfaktan nonionic seperti Tween 80
*Penggunaan alkohol di Amerika dibatasi jumlah maksimumnya pada obat-obatan OTC:
 10 % v/v untuk produk yang di beri label untuk digunakan oleh usia 12 tahun keatas
 5 % v/v untuk produk yang ditujukan untuk anak-anak usia 6-12 tahun
 0.5 % v/v untuk produk yang ditujukan oleh anak-anak dibawah 6 tahun
(HOPE 6th Ed, Hal 18)

● Daftar pengawet lain (Remington Essentials Of Pharmaceutics 22nd ed, 2012, hal 438)

| APT ITB 2018-2019


TEORI SEDIAAN LARUTAN
TEORI SEDIAAN APT ITB JANUARI 2018 LARUTAN

6.Antioksidan
Banyak obat dalam larutan mengalami penguraian secara oksidasi. Reaksi tersebut dimediasi
oleh radikal bebas atau molekul oksigen dari hidrogen yang hilang. Antioksidan adalah agen
dengan potensial oksidasi lebih rendah dari obat. Antioksidan ditambahkan ke dalam larutan
tersendiri atau dalam bentuk kombinasi dengan zat pengkhelat atau oksidan lain dan berfungsi
sebagai oksidasi preferensial yang secara bertahap dikonsumsi atau memblokir reaksi oksidasi
berantai yang tidak dikonsumsi. Antioksidan yang umum digunakan dalam larutan air adalah
senyawa sulfit. Metabisulfit digunakan pada pH rendah.

Penggunaan antioksidan tunggal kemungkinan tidak cukup memberikan perlindungan secara


sempurna. Beberapa senyawa seperti asam askorbat dan asam sitrat bekerja secara sinergis
meningkatkan efektivitas antioksidan, terutama yang bekerja memblokir reaksi oksidatif. Dalam
formulasi sering pula ditambahkan senyawa EDTA untuk mengikat sesepora logam berat yang
akan mengkatalis reaksi oksidasi (perhatikan pH efektif pembentukan komplek khelat EDTA)
(Pengembangan Sediaan Farmasi, Goeswin Agoes, 2008, hal 97-98)

Antioksidan di dalam sediaan larutan berfungsi sebagai proteksi terhadap bahan aktif
yang mudah teroksidasi. Antioksidan yang ideal bersifat: nontoksik, noniritan, efektif pada
konsentrasi rendah (pada kondisi penggunaan dan penyimpanan), larut dalam fase pembawa,
stabil, tidak berbau dan tidak berasa (TPC, 1994, hal 35). Contoh antioksidan adalah (TPC,
1998, hal 35):

Contoh Antioksidan yang sering digunakan


Bahan Konsentrasi Keterangan Referensi
Asam Askorbat 0,01-0,1% b/v  Tidak stabil pada HOPE 6th Ed, Hal 43-45
larutan, terutama pada
pH basa.
 Stabilitas maksimum
pada pH 5,4
 Dapat tersterilisasi

| APT ITB 2018-2019


TEORI SEDIAAN LARUTAN
TEORI SEDIAAN APT ITB JANUARI 2018 LARUTAN

dengan filtrasi
Asam Sitrat Monohidrat 0,3-2.0%  Pada penyimpanan, HOPE 6th Ed, Hal 181
sukrosa dapat
mengkristal pada sirup
karena adanya asam
sitrat
Natrium Metabisulfit  0,001-1.0% w/v untuk  Biasa digunakan untuk HOPE 6th Ed, Hal 654
oral, parenteral, dan preparasi asam, bila
topical basa, gunakan Natrium
Sulfit
 Dan pada konsentrasi
 Setelah diautoklaf,
27% w/v untuk dimasukan pada wadah
injeksi intramuskular yang udaranya sudah
digantikan dengan gas
inert (c/Nitrogen)
 Penambahan dextrose
mengurangi stabilitas.
Natrium Sulfit  0,01-1% b/v sebagai HOPE 6th Ed, Hal 669
AO
 0,1% sebagai
antifungi pada pH
rendah

7. Pemanis (Sweetening Agent)


Pemanis yang umum digunakan adalah glukosa, sukrosa, sirup, dan madu, serta beberapa jenis
pemanis sintetik (TPC, 1994, hal 35).
a. Sukrosa
Sukrosa membentuk larutan tidak berwarna yang stabil di pH 4-8, konsentrasi tinggi
memberikan rasa manis yang dapat menutupi rasa pahit/asin dari beberapa senyawa obat,
tidak hanya dapat meningkatkan viskositas, tapi juga memberi tekstur yang menyenangkan
di mulut (TPC, 1994, hal 35).
Pemakaian sukrosa sering dikombinasikan dengan sorbitol, gliserin, dan poliol yang lain
untuk mengurangi kemungkinan terjadinya kristal gula dalam penyimpanan. Sediaan sirup
itu banyak digunakan untuk obat batuk. Namun kekurangannya adalah, pada obat yang
bergula yang digunakan dalam jangka waktu lama pada anak-anak bisa merusak gigi. Hati-
hati untuk penderita diabetes, penggunaan fruktosa atau hydrogen glucose syrup,
karena fruktosa juga akan diubah menjadi glukosa (TPC, 1994, hal 35).

| APT ITB 2018-2019


TEORI SEDIAAN LARUTAN
TEORI SEDIAAN APT ITB JANUARI 2018 LARUTAN

Kebanyakan sirup mengandung proporsi sukrosa yang tinggi, biasanya 60-80%, bukan hanya
karena manis dan viskositas larutan yang diinginkan, namun juga stabilitas inherentnya yang
kontras terhadap sukrosa yang larut. Medium gula cair merupakan mendium nutrient yang
efisien untuk pertumbuhan mikroorganisme, terutama ragi dan jamur. Larutan gula yang
terkonsentrasi cukup resisten terhadap pertumbuhan mikroba karena ketidakcukupan air
yang diperlukan untuk pertumbuhan mikroorganisme.
b. Sorbitol, manitol, xylitol
Pada dosis tinggi bisa menyebabkan diare (TPC, 1994, hal 35).
c. Sirup adalah sediaan pekat dalam air dari gula/pengganti gula dengan atau tanpa penambahan
bahan pewangi dan zat aktif obat. Contoh: sirup ceri, sirup coklat, akasia, raspberry, sirup
jeruk. (Ansel’s Pharmaceutical dosage forms and drug delivery system 10th ed (2014), hal
411)
d. Pemanis sintetik
Penggunaan pemanis sintetik cenderung memberikan rasa pahit dan rasa logam setelah
mengkonsumsinya sehingga penggunaannya kadang dikombinasikan dengan gula (TPC,
1994, hal 35).
Pemanis sintetik yang sering digunakan antara lain:
▪ Garam Na dan Ca dari sakarin
Pemanis ini digunakan untuk larutan. Sakarin larut di air, stabil pada range pH yang luas
(TPC, 1994, hal 35). Dosis kecil bisa memberikan rasa manis. Kadar kemanisan 250-500
kali sukrosa, penggunaan terbatas karena memberikan rasa pahit setelah pemakaian.
▪ Aspartam
Umum digunakan untuk makanan dan minuman. Aspartam ini bisa terhidrolisis ketika
dipanaskan pada suhu tinggi sehingga rasa manisnya bisa hilang. Penggunaan aspartam tidak
boleh berlebihan untuk pasien yang mengalami fenilketonuria (TPC, 1994, hal 35). Kadar
kemanisan 200 kali sukrosa, tanpa rasa pahit setelah pemakaian; terhidrolisis pd pemanasan
suhu tinggi yg berakibat pd hilangnya rasa manis. Aspartam stabil pada ph 3,4 – 5,0 pada
suhu lemari pendingin (The Theory and Practice of Industrial Pharmacy Ed III, Lachman, hal
469)
▪ K-acesulfam (jarang digunakan) → tidak terpengaruh oleh pemanasan pada suhu tinggi
(TPC, 1994, hal 35)
▪ Thaumatin Senyawa ini merupakan senyawa paling manis (TPC, 1994, hal 35).

8. Pembasah (humektan)
Berfungsi mengusir udara yg terperangkap di permukaan zat aktif, menurunkan tegangan
permukaan
Contoh pembasah (humektan) antara lain :
Bahan Konsentrasi Keterangan Referensi
Gliserin ≤30 % pada topical,  Dapat meledak jika HOPE 6th Ed, Hal 283
dicampur dengan agen
pengoksidasi kuat (c/
KmNO4)
Propilen Glycol  15% humektan HOPE 6th Ed, Hal 592
topical 
 10-25% kosolven
oral
Sorbitol  3-15% humektan  Sterilisasi untuk HOPE 6th Ed, Hal 679

| APT ITB 2018-2019


TEORI SEDIAAN LARUTAN
TEORI SEDIAAN APT ITB JANUARI 2018 LARUTAN

injeksi -> autoklaf


 Meningkatkan
degradasi penisilin
pada larutan netral dan
berair

9.Dapar
Zat yang memiliki rentang pH stabilitasnya sempit (< 3), sebaiknya didapar dengan larutan
dapar yang sesuai, dengan memperhatikan:
-ketercampuran dengan kandungan larutan
-inert
-tidak toksik
-kapasitas dapar yang bersangkutan

(Untuk contoh perhitungan dapar dapat dilihat pada KIT pendukung-perhitungan dapar).

Buffer atau dapar adalah suatu material, yang ketika dilarutkan dalam suatu pelarut, senyawa ini
mampu mempertahankan pH ketika suatu asam atau basa ditambahkan. Pemilihan pendapar
yang cocok tergantung dari pH dan kapasitas dapar yang diinginkan. Dapar ini harus dapat
tercampurkan dengan senyawa lain dan mempunyai toksisitas yang rendah. Buffer yang sering
digunakan adalah sitrat, asetat, fosfat/tartrat. Borat umumnya digunakan untuk penggunaan luar
(tapi tidak untuk membran mukosa dan kulit yang terabrasi) (Aulton, Pharmaceutics, 2nd ed,
hal. 317)

Untuk beberapa obat , adjustment pH tidak menunjukan kesesuaian maksud penggunaannya


pada larutan. Dalam beberapa kasus untuk bahan yang asam dan basa lemah, persyaratan pH
tidak bisa diterima dalam pertimbangan fisiologis atau efek dari ekstrim ph pada stabilitas
formula adjuvants (seperti gula dan perasa) atau obat itu sendiri. Kriteria untuk buffer adalah:
A. mempunyai kapasitas yang cukup dalam range pH yang diinginkan
b. secara biologis harus aman untuk penggunaan jangka panjang
c. hanya sedikit atau tidak memberikan pengaruh yang mengganggu stabilitas sediaan jadi
d. dapat memberikan flavour dan warna yg dapat diterima produk
(Lachman, The Theory and practice of Industrial Pharmacy, hal 460)

10. Bahan Peningkat Viskositas


Viskositas sediaan harus dikendalikan untuk memastikan volume sediaan yg dituang akurat dan
juga untuk meningkatkan penampilan sediaan. Hal ini dapat dicapai dengan meningkatkan
kadar gula yg tinggi sehingga membuatnya kental atau memberikan bahan peningkat viskositas
seperti polyvinylpirolidone atau jenis turunan selulosa (metilselulosa, hidroksietilselulosa, HPC)
● Polimer non ionik (netral): turunan selulosa (metilselulosa, hidroksietilselulosa, HPC),
PVP (polivinilpirolidon). CMC dapat digunakan pada larutan yang mengandung alkohol
sampai diatas 50%
● Polimer ionik (anionik: CMC Na, Na alginat)
Zat peningkat viskositas harus digunakan berhati-hati, karena dapat membentuk kompleks
molekular dengan berbagai senyawa anorganik/organik, terlalu kental juga dapt mempersulit

| APT ITB 2018-2019


TEORI SEDIAAN LARUTAN
TEORI SEDIAAN APT ITB JANUARI 2018 LARUTAN

pelepasan dan absorpsi obat. (The Theory and Practice of Industrial Pharmacy Ed III,
Lachman, hal 470)

V. METODE PEMBUATAN
Pustaka (Pengembangan Sediaan Farmasi, Goeswin Agoes, 2008, hal 99)
● Larutan encer dapat dibuat dengan cara melarutkan secara cepat dengan
menambahkan solut ke dalam solven dan diaduk sampai larut. Untuk zat yang tidak
mudah larut atau konsentrasi tinggi, kemungkinan diperlukan pemanasan (jangan
pakai api langsung).
● Eksipien biasanya ditambahkan menurut urutan tertentu untuk meningkatkan
kecepatan disolusi dan untuk mempermudah agar dapat cepat mencapai
kesetimbangan. Mentol dan flavor ditambahkan dalam bentuk larutan alkohol pada
bets (penambahan terakhir). Solut yang berada dalam konsentrasi kecil, sebelum
ditambahkan harus dilarutkan terlebih dahulu sebelum dicampurkan untuk menjamin
bahwa zat telah terdisolusi secara sempurna. Aturan umum: kelarutan sempurna harus
dikonfirmasikan pada setiap proses manufaktur sediaan homogen.
● Larutan harus disaring/klarifikasi untuk penyaringan digunakan ukuran 3 µm. Larutan
tidak boleh mengandung serat. Oleh karena itu, penyaring yang digunakan tidak boleh
melepas serat. Kadang-kadang digunakan dua macam penyaring untuk mengatasi
masalah serat.
Catatan editor: penyaringan di sini dimaksudkan untuk menghilangkan serat,
BUKAN untuk menghilangkan partikulat akibat zat aktif atau eksipien yang
TIDAK LARUT

Pustaka (Ansel’s Pharmaceutical dosage forms and drug delivery system 10th ed (2014),
hal 418-419) dan (Remington Essentials Of Pharmaceutics, 2012)
Metode pembuatan larutan dilakukan tergantung pada sifat kimia dan fisika bahan-bahan,
metode yang digunakan adalah :
1. Larutan yang dibuat dengan bantuan panas.
Digunakan bila dibutuhkan untuk membuat sirup secepat mungkin dan komponen
sirup tidak rusak atau menguap oleh panas. Caranya:
 Dipanaskan air murni (PW) 80-85o C kemudian tambahkan gula ditambahkan dan
aduk, Dipanaskan sampai larutan terbentuk.
 Komponen lain yang tahan panas ditambahkan ke sirup panas, dicampur dan
dibiarkan sampai dingin, dan tambahkan air murni sampai volume nya memenuhi.
 Bila terdapat zat-zat yang tidak tahan panas/ada senyawa menguap, ditambahkan ke
sirup setelah larutan gula yang terbentuk oleh pemanasan dan larutan cepat-cepat
didinginkan sampai dengan temperatur ruang.
Contoh: sirup akasia, sirup coklat.
Bila panas digunakan dalam pembuatan sirup, hampir pasti terjadi inversi sukrosa.
Sukrosa, disakarida, dapat dihidrolisis menjadi monosakarida, dekstrosa (glukosa), dan
fruktosa (levulosa). Reaksi hidrolitik ini disebut sebagai "inversi". laju inversi meningkat
sangat dengan adanya asam; ion hidrogen bertindak sebagai katalis dalam reaksi
hidrolitik ini. Fruktosa yang terbentuk selama inversi lebih manis daripada sukrosa,
sehingga sirup yang dihasilkan lebih manis dari sirup aslinya. Rasa manis relatif

| APT ITB 2018-2019


TEORI SEDIAAN LARUTAN
TEORI SEDIAAN APT ITB JANUARI 2018 LARUTAN

fruktosa, sukrosa, dan dekstrosa berada pada rasio 173:100:74. Dengan demikian, gula
invert adalah 1/100 (173 + 74) 1/2 = 1,23 kali lebih manis dari sukrosa. Fruktosa
bertanggung jawab atas penggelapan sirup, karena warnanya kuning. Jika sirup secara
signifikan terlalu panas, sukrosa akan caramelize dan menjadi lebih gelap.
(Remington Essentials Of Pharmaceutics, 2012, hal 444)

2. Larutan yang dibuat dengan diaduk, tanpa bantuan panas


Metode ini digunakan dalam kasus dimana panas dapat menyebabkan degradasi
atau terdapat bahan yang volatil serta digunakan untuk menghindari panas yang
dapat menyebabkan inversi sukrosa. Pada skala kecil, sukrosa dan zat formula lain,
ditempatkan dalam botol yang kapasitasnya lebih besar daripada volume sirup yang
akan dibuat, kemudian dilarutkan dalam air murni dan memungkinkan pengadukan
campuran dengan seksama. Namun proses ini memakan waktu lebih lama (daripada
bantuan panas), tapi produk memiliki kestabilan yang lebih besar. Contoh: Sirup ferro
sulfat

Seringkali, sirup atau sirup non-obat lainnya, bukan sukrosa, digunakan sebagai agen
pemanis dan pembawa. Bila zat padat ditambahkan ke sirup, larutkan terlebih
dahulu zat tersebut ke dalam air murni dan kemudian digabungkan ke dalam sirup.
Bila zat padat ditambahkan langsung ke sirup, mereka akan larut perlahan, karena sifat
kental sirup tidak memungkinkan zat padat untuk didistribusikan dengan mudah.

Metode ini dan yang sebelumnya dijelaskan digunakan untuk sediaan sirup. Kebanyakan
sirup obat batuk, misalnya mengandung sukrosa dan satu atau lebih bahan aktif. Banyak
bahan aktif lainnya (misalnya, efhedrine sulfate, disyclomine hydrochloride, chloral
hydrate, atau chlorpromazine hydrochloride) dipasarkan sebagai sirup. Seperti sirup obat
batuk, sediaan ini diberi perasa, diberi zat warna, dan direkomendasikan pada kasus di
mana pasien tidak dapat menelan bentuk sediaan padat.
(Remington Essentials Of Pharmaceutics, 2012, hal 445)

3. Penambahan sukrosa ke dalam cairan obat atau ke dalam pemberi rasa


Metode ini sering digunakan untuk bahan bentuk tingtur atau ekstrak cair. Cairan
ditambahkan sukrosa dalam sediaan sirup. Sirup dibuat dengan cara mengembangkan
presipitat, karena alkohol merupakan bahan dari cairan yang sering digunakan, dan zat
resin dan berminyak dilarutkan dengan endapan alkohol saat air ditambahkan. Modifikasi
proses ini memerlukan pencampuran ekstrak cair atau tingtur dengan air, hasil dari
campuran tersebut untuk memungkinkan terjadi pemisahan bahan yang tidak larut,
disaring dan kemudian melarutkan sukrosa dalam filtrat. Jelas bahwa prosedur ini tidak
diperbolehkan bila bahan yang diendapkan adalah obat. Contoh: sirup senna (Remington
Essentials Of Pharmaceutics, 2012, hal 445)

4. Perkolasi
Air murni/larutan air dari cairan obat, atau cairan pemberi rasa dibiarkan untuk melewati
kolom kristal sukrosa dengan lambat sehingga melarutkannya dan membentuk sirup.
Hasil perkolasi (perkolat) ditampung dan dikembalikan ke dalam alat perkolasi sesuai
kebutuhan sampai semua sukrosa telah dilarutkan. Contoh sirup yang dibuat dengan

| APT ITB 2018-2019


TEORI SEDIAAN LARUTAN
TEORI SEDIAAN APT ITB JANUARI 2018 LARUTAN

metode ini Sirup Ipecac dibuat dengan perkolasi dengan menambahkan gliserin dan sirup
ke ekstrak serbuk ipecac yang diperoleh dengan perkolasi. Obat ipecac terdiri dari
rimpang kering dan akar Cephaelis ipecacuanha dan mengandung alkaloid aktif .

Metode ini benar-benar melibatkan dua prosedur terpisah: pertama, persiapan ekstraktif
obat, dan kemudian persiapan sirup. Agar berhasil dalam menggunakan proses ini, teknik
merupakan hal yang kritis:
1) perkolator yang digunakan harus berbentuk silinder atau semi silinder dan berbentuk
kerucut saat mendekati lubang yang lebih rendah; dan
2) gula granular kasar harus digunakan, jika tidak maka akan menyatu menjadi massa
kompak, yang cairannya tidak bisa menembus.
Metode perkolasi diterapkan pada skala komersial untuk pembuatan sirup kompendial,
dan juga untuk penggunaan kembang gula.
(Remington Essentials Of Pharmaceutics, 2012, hal 445)

Catatan: terkadang sirup disiapkan dengan lebih dari satu dari metode ini, dan
pemilihannya mungkin hanya masalah preferensi dari bagian-bagian apotekernya.
(Ansel’s Pharmaceutical dosage forms and drug delivery system 10th ed (2014), hal 418)

VI. PROSEDUR PEMBUATAN


Pembuatan Sirup
Kecuali dikatakan lain, sirup dibuat sebagai berikut:
● Buat cairan untuk sirup, panaskan, tambahkan gula, jika perlu didihkan hingga larut.
Tambahkan air mendidih secukupnya hingga diperoleh bobot yang dikehendaki, buang busa
yang terjadi, serkai.
● Pada pembuatan sirop dari simplisia yang mengandung glikosida antrakinon, ditambahkan
natrium karbonat sejumlah 10% dari bobot simplisia. Kecuali dinyatakan lain, pada
pembuatan sirop simplisia untuk persediaan ditambahkan metil paraben 0,25% b/v atau
pengawet lain yang cocok.

Pembuatan sirupus simplex (Fornas, 1978, hal 273)


Sirop Gula
Komposisi:
tiap 100 ml mengandung:
Saccharum album 65 g
Methylis parabenum 250 mg
Aqua destilata hingga 100 ml (%b/v) *
* Dalam kuliah, diterangkan bahwa penggunaan aqua destilata hingga 100 g (%b/b)
* setelah larutan jadi, disaring menggunakan kain batis

Contoh pembuatan sirup (Remington Essentials Of Pharmaceutics, 2012)

| APT ITB 2018-2019


TEORI SEDIAAN LARUTAN
TEORI SEDIAAN APT ITB JANUARI 2018 LARUTAN

Cara pembuatan :
1) Larutkan ferrous sulfat, asam sitrat, spirit peppermint dan 200 g sukrosa kedalam air
murni 450 ml, saring larutan
2) Larutkan sisa sukrosa dalam saringan
3) Tambahkan air murni ad 1000 ml , campurkan dan saring kembali melalui sebuah
pledget kapas

A. Alat-alat yang digunakan


1.Mortir dan stamper
2.Gelas ukur
3.gelaskimia
4.madkan
5.kaca arloji
6.cawan penguap
7.spatel
8.timbangan analitik
9. piknometer
10. viscometer
11. pH meter
12. pipet tetes

B. Prosedur pembuatan (Diktat Teknologi Sediaan Likuida dan Semi Solida, hal 15) -> david
gak ada diktatnya)
1. Air sebagai pelarut atau pembawa harus dididihkan, kemudian didinginkan dalam
keadaan tertutup.
2. Penimbangan zat aktif dan bahan pembantu yang diperlukan.
3. Pembuatan sirupus simpleks sebagai pengental dan pemanis (sukrosa yang telah
ditimbang dilarutkan dalam sebagian air, panaskan hingga larut, kemudian disaring)
4. Zat aktif dan bahan pembantu berbentuk serbuk dihaluskan dalam mortir.
5. Melarutkan zat aktif dengan cara penambahan zat aktif sedikit-sedikit ke dalam
sejumlah volume pelarut, sambil diaduk sampai larut sempurna.
6. Bahan pembantu dilarutkan dengan cara yang sama ke dalam sebagian pelarut
yang diperlukan, volume pelarut ditentukan berdasarkan kelarutan eksipien yang
ditambahkan.
PASTIKAN DULU sebelum dicampur, masing-masing komponen sudah terlarut
sempurna dalam pelarut yg sesuai, baru dicampurkan!!!
7. Campurkan bahan-bahan yang sudah larut satu per satu, dan aduk sampai
homogen.

| APT ITB 2018-2019


TEORI SEDIAAN LARUTAN
TEORI SEDIAAN APT ITB JANUARI 2018 LARUTAN

8. Penambahan flavour dalam keadaan terlarut dalam pelarut yang dapat bercampur
dengan pelarut yang digunakan.
9. Tambahkan sisa pelarut sampai volume sediaan yang dibuat.
10.Masukkan ke dalam botol coklat yang telah ditara sebelumnya, penambahan volume
larutan yang ditara di dalam botol disesuaikan dengan kekentalan larutan yang dibuat
(perhatikan volume terpindahkan!! Dilebihkan berapa %) Botol sediaan diberi etiket,
brosur, dikemas dan disimpan di tempat yang terlindung dari cahaya.

VII. PERHITUNGAN
Perhitungan jumlah sediaan yang akan dibuat:
Jumlah sediaan yang akan dibuat Z botol @ A ml. Untuk keperluan evaluasi sediaan akhir
sebagai berikut:
Organoleptik
1 Botol
Bobot jenis
Penetapan volume terpindahkan (non destruktif) 10 botol (jika TMS, + 20 botol)
Penetapan pH 1 botol (bisa dari bekas volter)
Penetapan viskositas dan rheologi (Hoppler)~ 120 ml Bisa dari bekas volter
Identifikasi 3 botol*
Penetapan kadar 3 botol
Penetapan potensi antibiotika (jika ZA antibiotika) 2 Botol
Uji batas mikroba 2 Botol
Uji efektivitas pengawet 5 Botol
JUMLAH ±30 botol
*Bila cara uji identifikasi dan penetapan kadar sama, maka dapat dilakukan secara simultan
Karena dari seluruh uji diatas ada uji yg tidak destruktif shg dapat digunakan untuk evaluasi yg
lain.
Jadi jumlah sirup yg akan dibuat adalah Z + 30 = Y botol
Volume tiap botol dilebihkan 3% untuk menjamin ketepatan volume sediaan setelah dituang
dari botol.
Volume sediaan tiap botol = A mL+ (3% x A mL) = B mL
Sediaan yang akan dibuat sebanyak = Y botol x B mL = C mL

VIII. EVALUASI SEDIAAN


a. Evaluasi Fisik
(Diktat Teknologi Sediaan Likuida dan Semi Solida, hal 20)
1. Evaluasi organoleptik sediaan: bau, rasa, warna, termasuk etiket, brosur, wadah dan
peralatan pelengkap seperti sendok, no batch dan leaflet.
2. Evaluasi kejernihan dan warna larutan FI V hal 1521<881>

Metode visual : Lakukan penetapan menggunakan tabung reaksi alas datar diameter 15-
25 mm, tidak berwarna, transparan, dan terbuat dari kaca netral. Bandingkan larutan uji
| APT ITB 2018-2019
TEORI SEDIAAN LARUTAN
TEORI SEDIAAN APT ITB JANUARI 2018 LARUTAN

dengan larutan suspense padanan yang dibuat segar, setinggi 40 mm. Bandingkan kedua
larutan di bawah cahaya yang terdifusi 5 menit setelah pembuatan suspensi padanan
dengan tegak lurus kea rah bawah tabung menggunakan latar belakang hitam. Difusi
cahaya harus sedemikian rupa sehingga suspensi padanan Idapat dibedakan dari air dan
suspensi padanan IIdapat dibedakan dari suspensi padanan I. Larutan dianggap jernih
apabila sama dengan air atau larutan yang digunakan dalam pengujian dengan kondisi
yang dipersyaratkan, atau jika opalesen tidak lebih dari suspensi padanan I.
Larutan hidrazin sulfat. Larutkan 1 g hidrazina sulfat P dalam air secukupnya hingga
100 ml, biarkan selama 4 – 6 jam.
Larutan heksametilentetramin. Larutkan 2,5 g heksametilentetramin P dalam labut
bersumbat kaca 100,00 ml dengan 25,00 mL air.
Suspensi opalesense primer (suspense formazin) Dalam wadah yang berisi larutan
heksametilen-tetramin tambahkan 25,0 ml larutan hidrazin sulfat. Aduk dan biarkan
selama 24 jam. Larutan stabil selama 2 bulan jika disimpan dalamwadah kaca bebas dari
kerusakan permukaan. Suspensi tidak boleh menempel di kaca dan harus dikocok bila
akan dipergunakan.
Baku opalesen, encerkan 15 mL campuran di atas dengan air hingga 1000mL. Larutan
harus dbuat baru dan digunakan dalam waktu 24 jam setelah pembuatan.
Suspensi padanan. Siapkan suspensi padanan seperti table. Kocok dan aduk sebelum
digunakan.
Suspensi Padanan
I II III IV
Baku opalesen (mL) 5,0 10,0 30,0 50,0

Air (mL) 95,0 90.0 70,0 50,0

Baku kekeruhan Siapkan suspense formazin dengan mencampurkan larutan hidrazin sulfat
dan larutan heksametilen-tetramin dalam jumlah yang sama dan ditetapkan sebagai baku
padanan primer 4000 NTU (Nefelometri Turbidity Units). Larutan padanan I, II, III, dan IV,
masing-masing memiliki nilai 3 NTU, 6 NTU, 18 NTU, dan 30 NTU. Penstabil suspense
formazin yang dapat digunakan untuk menjaga kestabilan, baku kekeruhan encer tesedia
secara komersial dan dapat dipergunakan setelah dibandingkan dengan baku yang dibuat
seperti yang telah dijelaskan.

3. Penentuan Bobot Jenis:


FI V hal 1553 <981>
● Gunakan piknometer bersih kering, dan telah dikalibrasi dengan menetapkan bobot
piknometer dan bobot air yang baru didihkan, dinginkan hingga suhu 25o
● Atur suhu zat uji hingga lebih kurang 20 o, masukkan cairan ke dalam piknometer. Atur
suhu piknometer yang telah diisi hingga suhu 25o, buang kelebihan zat uji dan timbang
● Jika pada monografi tertera suhu yang berbeda dari 25 o, piknometer yang telah diisi harus
diatur hingga suhu mencapai suhu yang diinginkan sebelum ditimbang. Kurangkan bobot
piknometer kosong dari bobot yang telah diisi.
| APT ITB 2018-2019
TEORI SEDIAAN LARUTAN
TEORI SEDIAAN APT ITB JANUARI 2018 LARUTAN

● Hitung bobot jenis cairan dengan rumus:


(w 3−w 1)
Bobotjenis= xbobotjenisair
(w 2−w 1)

Keterangan:
w1 = bobot piknometer kosong
w2 = bobot piknometer + air suling
w3 = bobot piknometer + cairan

4. Penentuan Volume terpindahkan


FI V hal 1614<1261>, dibutuhkan 10 wadah (dapat dipakai untuk uji-uji lain).
Prosedur : Larutan oral, suspensi oral, dan bentuk sediaan cairan oral lain, kocok isi 10
wadah satu persatu. Serbuk dalam wadah dosis ganda yang mencantumkan penandaan
volume untuk larutan oral atau suspensi oral yang dihasilkan, serbuk dikonstitusi dengan
sejumlah pembawa seperti tertera pada etiket, konstitusi 10 wadah dengan volume pembawa
seperti tertera pada etiket diukur secara seksama dan dicampur. Uji ini tidak ditujukan untuk
sediaan wadah dosis tunggal, jika dalam monografi tertera Keseragaman Sediaan <911>

Prosedur (untuk sediaan wadah dosis ganda)


Tuang isi perlahan-lahan dari tiap wadah ke dalam gelas ukur kering terpisah dengan
kapasitas gelas ukur tidak lebih dari dua setengah kali volume yang diukur dan telah
dikalibrasi, secara hati-hati untuk menghindarkan pembentukan gelembung udara pada
waktu penuangan dan diamkan selama tidak lebih dari 30 menit. Jika telah bebas dari
gelembung udara, ukur volume dari tiap campuran : volume rata-rata cairan yang diperoleh
dari 10 wadah tidak kurang dari 100% dan tidak satupun volume wadah yang kurang dari
95% dari volume yang dinyatakan pada etiket. Jika A adalah volume rata-rata kurang dari
100% dari yang tertera pada etiket akan tetapi tidak ada satupun wadah volumenya kurang
dari 95%, atau B volume rata-rata tidak kurang dari 100% dan tidak lebih dari 1 wadah
volume kurang dari 95%, tetapi tidak kurang dari 90% dari volume yang tertera pada etiket,
lakukan pengujian terhadap 20 wadah tambahan. Volume rata-rata cairan yang diperoleh dari
30 wadah tidak kurang dari 100% dari volume yang tertera pada etiket, dan tidak lebih dari
satu dari 30 wadah yang volume kurang dari 95%, tetapi tidak kurang dari 90% seperti yang
tertera pada etiket.
5. Penentuan Viskositas
Penentuan viskositas (sifat aliran) larutan dengan alat Hoppler : Petunjuk paktikum Farmasi
Fisika, 2008, hal 8 ;Physical Pharmacy, Martin 6th ed,hal 479) → Alat viscometer Hoppler
membutuhkan 120mL
Alat: Viskometer Hoppler / bola jatuh
Cara:
● Isi tabung dengan cairan yang akan diukur viskositasnya (jangan sampai penuh)
● Masukkan bola yang sesuai
● Cara memilih bola-nya untuk mendapatkan yang terbaik, harus digunakan sebuah
bola yang menghasilkan t (waktu) minimum 30 detik dan maksimum 500 detik.
● Tambahkan cairan sampai penuh dan tabung ditutup (jangan sampai ada gelembung
udara)

| APT ITB 2018-2019


TEORI SEDIAAN LARUTAN
TEORI SEDIAAN APT ITB JANUARI 2018 LARUTAN

● Pengukuran dilakukan dengan menghitung waktu yang dibutuhkan oleh bola untuk
menempuh jarak tertentu melalui cairan tabung
● Hitung bobot jenis cairan dengan menggunakan piknometer
● Viskositas cairan dihitung dengan rumus:
η = B (ρ1-ρ2) t
Keterangan:
η = viskositas cairan
B = konstanta bola
ρ 1 = bobot jenis bola
ρ 2 = bobot jenis cairan
t = waktu yang dibutuhkan bola untuk menempuh jarak tertentu (detik)

b. Evaluasi Kimia
1. Penentuan pH larutan: FI V hal 1563<1071>, dibutuhkan 1 botol.
● pH meter dikalibrasi menggunakan buffer standar (atau disesuaikan dengan alat pH
meter yang digunakan)
● ukur pH cairan menggunakan pH meter yang telah dikalibrasi
2. Identifikasi
3. Penetapan kadar zat aktif dalam sediaan (sesuai monografi masing-masing sediaan)
Untuk keterangan identifikasi dan penetapan dengan metode kromatografi, lihat FI V hal
1531 Kromatografi <931>.

c. Evaluasi Biologi
1. Jumlah cemaran mikroba (Uji Batas Mikroba): (FI V <51> hal.1343)
2. Untuk sediaan antibiotik dilakukan Penetapan Potensi Antibiotiksecara Mikrobiologi:
FI V <131> hal.1392
3. Uji Efektivitas Pengawet: (FI V <61> hal.1354)

| APT ITB 2018-2019


TEORI SEDIAAN LARUTAN

Anda mungkin juga menyukai