Program Sekolah Sehat, Ramah Anak, Aman Dan Menyenangkan SMK Muhammadiyah 3 Purwokerto
Program Sekolah Sehat, Ramah Anak, Aman Dan Menyenangkan SMK Muhammadiyah 3 Purwokerto
MENYENANGKAN
SMK MUHAMMADIYAH 3 PURWOKERTO
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberi petunjuk dan bimbingan
sehingga kita dapat menyusun Program Sekolah Sehat, Ramah Anak, Aman dan Menyenangkan
SMK Muhammadiyah 3 Purwokerto yang telah disusun dengan langkah - langkah sebagai berikut :
2) Pembentukan Tim Program Sekolah Sehat, Ramah Anak, Aman dan Menyenangkan ,
4) Penandatanganan,
Program Sekolah Sehat, Ramah Anak, Aman dan Menyenangkan SMK Muhammadiyah 3
Purwokerto ini disusun dengan tujuan :
1) Sebagai pedoman dalam pelaksanaan Program Sekolah Sehat, Ramah Anak, Aman dan
Menyenangkan di SMK Muhammadiyah 3 Purwokerto,
Kepada semua pihak yang telah membantu terselesaikannya Pedoman Program Sekolah Sehat,
Ramah Anak, Aman dan Menyenangkan SMK Muhammadiyah 3 Purwokerto ini, kami sampaikan
terima kasih.
Diharapkan Program Sekolah Sehat, Ramah Anak, Aman dan Menyenangkan SMK
Muhammadiyah 3 Purwokerto ini dijadikan pedoman bagi seluruh komponen SMK Muhammadiyah 3
Purwokerto.
Mohon saran dan masukan kepada semua pihak untuk peningkatan kualitas dan layanan
khususnya dalam pembudayaan Program Sekolah Sehat, Ramah Anak, Aman dan Menyenangkan.
Kepala Sekolah,
2
MAJELIS PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DAERAH MUHAMMADIYAH BANYUMAS
LEMBAR PENGESAHAN
Program Sekolah Sehat, Ramah Anak, Aman dan Menyenangkan SMK Muhammadiyah 3
Purwokerto disahkan dan dinyatakan berlaku pada Tahun Pelajaran 2020/2021. Program Sekolah
Sehat, Ramah Anak, Aman dan Menyenangkan SMK Muhammadiyah 3 Purwokerto ini berlaku
sejak tanggal ditetapkan.
Disahkan di : Purwokerto
Pada Tanggal : 15 Juli 2023
3
Page
3
DAFTAR ISI
Halaman Judul
Halaman Pengesahan
Kata Pengantar
Daftar Isi
A. Pendahuluan
B. Referensi
C. Tiga Macam Program Sekolah Sehat
1. Pendidikan Kesehatan
2. Pelayanan Kesehatan
3. Pembinaan Lingkungan Sehat
A. Pendahuluan
B. Referensi
C. Latar Belakang
D. Tahapan Sekolah Ramah Anak
E. Kegiatan Menuju Sekolah Ramah Anak
1. Penataan Fisik Sekolah
2. Penataan Non Fisik Sekolah
A. Pendahuluan
B. Referensi
C. Sekolah Aman Secara Fisik
1. Sekolah Aman Secara Fisik
a. Tanggap Bencana
b. Indikator Sekolah Tanggap Bencana
c. Langkah Penyelamatan Jika Terjadi Bencana
5. Upaya Penanggulangan
Page
4
a. Pengantar
b. Bahaya Merokok
c. Upaya Untuk Mengurangi Dampak Merokok
d. Selamatkan Anak-Anak Dari Merokok Atau Asap Rokok
5. Sekolah Bebas Dari Pornografi
a. Pengantar
b. Dasar Hukum
c. Upaya Pencegahan dan Penanggulangan Masalah Pornografi dan Pornoaksi di Sekolah
d. Selamatkan Anak-Anak Dari Pornografi dan Pornoaksi
A. Pengertian
B. Standar Sekolah Menyenangkan
C. Kegiatan Untuk Mencapai Sekolah Menyenangkan
A. Monitoring
B. Evaluasi
BAB I
5
Page
5
Program Sekolah Sehat
A. Pendahuluan
6
menjadi budaya dan kultur sekolah.Program dan kegiatan bersifat operasional, terukur
dan dapat dilaksanakan oleh semua stakeholder dengan mengintegrasikannyake dalam
Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKAS). Program, kegiatan, dan strategi
yang disusun terkait dengan:
(1) Pendidikan Kesehatan,
(2) Pelayanan Kesehatan, dan
(3) Lingkungan Sekolah Sehat.
B. Referensi
1. Peraturan Bersama antara Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia,
Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Menteri Agama Republik Indonesia, dan
Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor: 6/X/PB/2014, Nomor : 73 Tahun
2014, Nomor: 41 Tahun 2014, Nomor: 81 Tahun 2014 tentang Pembinaan dan
Pemgembangan Usaha Kesehatan Sekolah/Madrasah
2. Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar
Tahun 2014; Pedoman Pelaksanaan Sekolah Sehat di Sekolah
3. Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar
Tahun 2014; Menuju Kantin Sehat di Sekolah
4. Kementrian Pendidikan dan Kebudayaqan, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar
Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan Tahun 2012 : Pedoman Gerakan Nasional
Bersih Negeriku (GNBN)
5. Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2014 tentang Kebijakan Sekola Ramah Anak
6. Pedoman Pembinaan dan Pengembangan UKS, Tim Pembina UKS Pusat, Kemdiknas,
Jakarta, 2007
7. Pedoman Pelaksanaan UKS Di Sekolah, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Direktorat Jenderal Pendidikan dasar tahun 2014.
1. Pendidikan Kesehatan
Pendidikan kesehatan adalah upaya yang diberikan berupa bimbingan dan atau
tuntunan kepada peserta didik tentang kesehatan yang meliputi seluruh aspek
kesehatan pribadi (fisik, mental dan sosial) agar kepribadiannya dapat tumbuh dan
berkembang dengan baik melalui kegitan kurikuler dan ekstrakurikuler.
1) Pendekatan Individual
7
2) Pendekatan Kelompok
a) kelompok kelas
b) kelompok bebas
c) lingkungan keluarga
b. Metode
Dalam proses belajar mengajar guru dan pembina dapat menggunakan metode :
1) Belajar Kelompok
2) Kerja kelompok/penugasan
3) Diskusi
4) Belajar perorangan
5) Pemberian Tugas
6) Pemeriksaan langsung
7) Karya wisata
8) Bermain peran
9) Ceramah
10) Demontrasi
11) Tanya jawab
12) Simulasi
13) Dramatisasi
14) Bimbingan (konseling)
a. Kegiatan Kurikuler
Pelaksanaan pendidikan kesehatan melalui kegiatan kurikuler adalah
pelaksanaan pendidikan pada jam pelajaran, sesuai Kurikulum yang berlaku
unutuk setiap jenjang dan dapat di integrasikan ke semua mata pelajaran
khususnya Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan.
Pelaksanaan pendidikan kesehatan dilakukan melalui peningkatan pengetahuan,
keterampilan, terutama melalui peningkatan pemahaman dan konsep yang
berkaitan dengan prinsip hidup sehat sehingga mempunyai kemampuan untuk
menularkan perilaku hidup sehat dalam kehidupan sehari-hari, mencakup:
a) Menganilisis bahaya penggunaan narkoba;
b) Memahami berbagai peraturan perundangan tentang narkoba;
c) Menganalisis dampak seks bebas;
d) Memahami cara menghindari seks bebas;
e) Memahami bahaya HIV AIDS;
f) Memahami cara menghindari penularan seks bebas.
Pada Sekolah Kejuruan yang banyak menggunakan mesin-mesin, peralatan
tenaga listrik/elektronika bahan kimia untuk pelaksanaan praktek di bengkel
sekolah dapat mengakibatkan resiko atau bahaya kecelakaan bagi peserta didik.
Untuk itu perlu ditanamkan sikap hidup yang selalu mengutamakan keselamatan
8
2. PELAYANAN KESEHATAN
1. Pelayanan Kesehatan
9
b. Meningkatkan daya tahan tubuh peserta didik terhadap penyakit dan mencegah
terjadinya penyakit, kelainan, dan cacat.
c. Menghentikan proses penyakit dan pencegahan komplikasi akibat penyakit,
kelainan, pengembalian fungsi dan peningkatan kemampuan peserta didik yang
cedera/cacat agar dapat berfungsi optimal
a. Pelayanan kesehatan
Pelayanan kesehatan di sekolah dilakukan sebagai berikut :
1) Sebagian kegiatan pelayanan kesehatan di sekolah perlu didelegasikan
kepada guru, setelah guru ditatar/dibimbing oleh petugas Puskesmas.
Kegiatan tersebut adalah kegiatan peningkatan (promotif), pecegahan
(preventif), dan dilakukan pengobatan sederhana pada waktu terjadi
kecelakaan atau penyakit sehingga selain menjadi kegiatan pelayanan, juga
menjadi kegiatan pendidikan.
2) Sebagian lagi kegiatan pelayanan kesehatan hanya boleh dilakukan oleh
petugas Puskesmas dan dilaksanakan sesuai dengan waktu yang telah
direncanakan secara terpadu (antara Kepala Sekolah dan Petugas
Puskesmas).
b. Pelayanan kesehatan di Puskesmas adalah bagi peserta didik yang dirujuk dari
sekolah (khusus untuk kasus yang tidak dapat diatasi oleh sekolah). Untuk itu
perlu diadakan kesepakatan dalam rapat perencanaan tentang pembiayaan
peserta didik yang dirujuk ke Puskesmas. Sekolah sebaiknya mengupayakan
dana Sekolah Sehat untuk pembiayaan yang diperlukan agar masalah
pembiayaan tidak menghambat pelayanan pengobatan yang diberikan.
Untuk ini setiap peserta didik harus memiliki buku/kartu rujukan sesuai tingkat
pelayanan kesehatan.
Tugas dan fungsi Puskesmas adalah melaksanakan kegiatan pembinaan
kesehatan dalam rangka Sekolah Sehat yang mencakup:
1) Memberikan pencegahan terhadap sesuatu penyakit dengan immuniasi
dan lainnya yang dianggap perlu;
2) Merencanakan pelaksanaan kegiatan dengan pihak yang berhubungan dengan
peserta didik (kepala sekolah, guru, orang tua/komite sekolah peserta didik
dan lain-lain);
3) Memberikan bimbingan teknis medik kepada kepala sekolah dan guru dalam
melaksanakan Usaha Kesehatan Sekolah;
4) Memberikan penyuluhan tentang kesehatan pada umumnya dan Sekolah
Sehat pada khususnya kepada kepala sekolah, guru, dan pihak lain dalam
rangka meningkatkan peran serta dalam pelaksanaan Sekolah Sehat;
5) Memberikan pelatihan/penataran kepada guru Sekolah Sehat dan kader
Sekolah Sehat (Dokter Kecil dan Kader Kesehatan Remaja);
6) Melakukan penjaringan dan pemeriksaan berkala serta perujukan terhadap
kasus-kasus tertentu yang memerlukannya;
10
10
8) Menginformasikan kepada kepala sekolah tentang derajat kesehatan dan
tingkat kesegaran jasmani peserta didik dan cara peningkatannya;
9) Menginformasikan secara teratur kepada Tim Pembina Sekolah Sehat
setempat meliputi segala kegiatan pembinaan kesehatan dan permasalahan
yang dialami.
d. Pendekatan
Pendekatan pelayanan kesehatan dikelompokan sebagai berikut:
e. Metode
Metode yang diperlukan ialah:
1) Penataran/pelatihan;
2) Bimbingan kesehatan dan bimbingan khusus (konseling);
3) Penyuluhan kesehatan;
4) Pemeriksaan langsung; dan
5) Pengamatan (observasi)
1. Lingkungan Sekolah
11
yang sehat, perilaku tidak merokok, pembinaan masyarakat sekitar sekolah, bebas
jentik nyamuk dan sebagainya.
Lingkungan Sekolah Sehat adalah suatu kondisi lingkungan sekolah yang dapat
mendukung tumbuh kembang peserta didik secara optimal serta membentuk perilaku
hidup sehat dan terhidar dari pengaruh negatif.
Karena terbatasnya waktu yang tersedia pada kegiatan kurikuler, maka kegiatan
pembinaan lingkungan Sekolah Sehat lebih banyak diharapkan melalui kegiatan
ekstrakurikuler. Kegiatan ekstrakurikuler yang dapat menunjang pembinaan
lingkungan Sekolah Sehat antara lain:
b. Perencanaan
Dalam perencanaan sudah dimasukan rencana pemantauan dan evaluasi dan indikator
keberhasilan. Perencanaan masing-masing kegiatan/upaya harus sudah terinci volume
kegiatan, besarnya biaya, sumber biaya, waktu pelaksanaan, pelaksana dan
penanggungjawab. Agar rencana kegiatan atau upaya mengatasi masalah atau
menurunkan risiko menjadi tanggungjawab bersama maka dalam menyusun
perencanaan hendaknya melibatkan masyarakat sekolah (peserta didik, guru, kepala
sekolah, orang tua/komite sekolah peserta didik, penjaja makanan di kantin sekolah,
instansi terkait, Tim Pembina Sekolah Sehat Kecamatan).
c. Intervensi
Intervensi terhadap faktor risiko lingkungan dan perilaku pada prinsipnya meliputi tiga
kegiatan yaitu penyuluhan, perbaikan sarana dan pengendalian.
12
1) Penyuluhan
Page
12
Kegiatan penyuluhan bisa dilakukan oleh pihak sekolah sendiri atau dari pihak luar
yang diperlukan.
2) Perbaikan sarana
Bila dari hasil identifikasi dan penilaian faktor risiko lingkungan ditemukan kondisi
yang tidak sesuai dengan standar teknis maka segera dilakukan perbaikan.
3) Pengendalian
Untuk menjaga dan meningkatkan kondisi kesehatan lingkungan di sekolah, upaya
pengendalian faktor risiko disesuaikan dengan kondisi yang ada, antara lain sebagai
berikut;
a) Pemeliharaan ruang dan bangunan
· Atap dan talang dibersihkan secara berkala sekali dalam sebulan dari
kotoran/sampah yang dapat menimbulkan genangan air;
· Pembersihan ruang sekolah dan halaman minimal sekali dalam sehari;
· Pembersihan ruang sekolah harus menggunakan kain pel basah untuk
menghilangkan debu atau menggunakan alat penghisap debu;
· Membersihkan lantai dengan menggunakan larutan desinfektan;
· Lantai harus disapu terlebih dahulu sebelum di pel; · Dinding yang kotor atau
yang catnya sudah pudar harus dicat ulang; · Bila ditemukan kerusakan pada
tangga segera diperbaiki.
b) Pencahayaan dan kesilauan
· Pencahayaan ruang sekolah harus mempunyai intensitas yang cukup sesuai
dengan fungsi ruang;
· Pencahayaan ruang sekolah harus dilengkapi dengan penerangan buatan;
· Untuk menghindari kesilauan maka harus disesuaikan tata letak papan tulis dan posisi
bangku peserta didik;
· Gunakan papan tulis yang menyerap cahaya.
c) Ventilasi
· Ventilasi ruang sekolah harus menggunakan sistim silang agar udara segar dapat
menjangkau setiap sudut ruangan;
· Pada ruang yang menggunakan AC (Air Conditioner) harus disediakan jendela yang
bisa dibuka dan ditutup;
· Agar terjadi penyegaran pada ruang ber-AC, jendela harus dibuka terlebih dahulu
minimal satu jam sebelum ruangan tersebut dimanfaatkan;
· Filter AC harus dicuci minimal 3 bulan sekali.
d) Kepadatan ruang kelas
Kepadatan ruang kelas dengan perbandingan minimal setiap peserta didik mendapat
tempat seluas 1,75 M2. Rotasi tempat duduk perlu dilakukan secara berkala untuk
menjaga keseimbangan otot mata.
e) Jarak papan tulis
· Jarak papan tulis dengan peserta didik paling depan minimal 2,5 M;
· Jarak papan tulis dengan peserta paling belakang maksimal 9 M;
· Petugas menghapus papan tulis sebaiknya menggunakan masker.
f) Sarana cuci tangan
· Tersedia air bersih yang mengalir dan sabun;
· Tersedia saluran pembuangan air bekas cuci tangan;
· Bila menggunakan tempat penampungan air bersih maka harus dibersihkan
minimal seminggu sekali.
g) Kebisingan
Untuk menghindari kebisingan agar tercapai ketenangan dalam proses belajar,
maka dapat dilakukan dengan cara;
· Lokasi jauh dari keramaian, misalnya; pasar, terminal, pusat hiburan, jalan
protokol, rel kereta api, dan lain-lain;
· Penghijauan dengan pohon berdaun lebat dan lebar;
· Pembuatan pagar tembok yang tinggi.
13
h) Air Bersih
· Sarana air bersih harus jauh dari sumber pencemaran (tangki septic, tempat
Page
aspek keindahan.
Page
14
Desain meja dan kursi harus memperhatikan aspek ergonomis, permukaan
meja/bangku memiliki kemiringan ke arah pengguna sebesar 15% atau sudut
10% .
p) Perilaku
· Mendorong peserta didik untuk berperilaku hidup bersih dan sehat dengan
memberikan kateladanan, misalnya tidak merokok di sekolah;
· Membiasakan membuang sampah pada tempatnya;
· Membiasakan mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir setelah buang air
besar, sebelum menyentuh makanan, setelah bermain atau setelah beraktifitas
lainnya;
· Membiasakan memilih makanan jajanan yang sehat
f. Masyarakat
Promoting School” artinya “Sekolah yang dapat meningkatkan derajat kesehatan bagi
semua warga sekolahnya”. Derajat kesehatan dimaksud adalah:
Page
15
1. Sekolah memiliki lingkungan kehidupan sekolah yanmg tercerminkan hidup sehat;
2. Mendapatkan pelayanan kesehatan yang optimal;
3. Terjamin berlangsungnya proses belajar mengajar yang kondusif;
4. Tercipta kondisi yang mendukung tercapainya kemampuan peserta didik untuk
berprilaku hidup sehat;
Untuk mewujudkan sekolah yang bersih, hijau, indah dan rindang serta kondisi peserta
didiknya sehat, bugar senantiasa berprilaku bersih dan sehat perlu didukung dan
diimplemtasikan oleh semua stake holder dalam suatu program kegiatan yang
terstruktur, terencana, dan menjadi kultur sekolah. Salah satu upaya Mewujudkan
Sekolah Sehat adalah mengembangkan program Usaha Kehatan Sekolah (Sekolah
Sehat) secara terpadu dan berkesinambungan melalui program dan kegiatan yang
dituangkan dalam RKS dan RKAS sehingga menjadi acuan bagi semua pihak (pelaksana
program) dalam melaksanakan kegiatannya.
Komponen Sekolah Sehat meliputi: (1) Pendidikan Kesehatan, (2) Pelayanan
Kesehatan, dan (3) Lingkungan Sekolah Sehat. Komponen-komponen tersebut perlu
dituangkan dalam suatu program-program dan berbagai kegiatan serta strateginya.
16
3 Keseha • Konsep diri Diversifik Guru •Modul •Membaca
tan • Berfikir positif asi Bimbin tentang artikel,ceramah, tanya
jiwa • Percaya diri kurikulu gan Keseha jawab, diskusi, contoh
• Menangkal m, Intra, dan tan kasus, permainan,
Radikalis Ko Konseli Jiwa •Menghadirkan
me dan ng narasumber yang
Ekstra (BK), relevan
kurikul Guru
er mata
pelajara
n
4 Kekeras • Pertemanan Diversifik Guru Modul •Ceramah, tanya
an dan kasih asi Bimbin Pendidika jawab, diskusi,
sayang kurikulu gan n tentang contoh kasus,
• Toleransi dan m, Intra, dan pencegah permainan
saling Ko Konseli an dan •Menghadirkan
menghargai dan ng penang- narasumber yang
• Pencegahan Ekstra (BK), gulangan relevan
perundungan dan kurikul Guru tindak •Mengadakan kegiatan
kekerasan seksual er mata kekerasa sosial
• Peraturan pelajara n Saling berkunjung
perundungan n
17
8 Penya • Jenis penyakit Diversifik Guru www.pptm. •Ceramah, tanya
kit • Perilaku beresiko asi mata depkes.go.i jawab, diskusi,
tidak • Aktivitasfisik kurikulu pelajara d contoh kasus,
menu • Pemeriksaan m, Intra, n permainan
lar kesehat Ko •Menghadirkan
an dan puskesmas untuk
• Gizi seimbang Ekstra pemeriksaan
kurikul kesehatan
er •Menghadirkan narasumer
•Simulasi gizi seimbang
•Menyiapkan makanan
9 Rokok • Jenis rokok Diversifik Guru Bahaya dengan menu
•Ceramah, tanyagizi
• Mitos asi mata Rokok, seimbang
jawab, diskusi,
• Dampak kurikulu pelajara Minumah (Praktik)
contoh kasus,
penggunaan m, Intra, n Keras dan permainan
(pasif dan aktif) Ko Narkoba •Membuat poster,
• Kandungan zat di dan infografis, flyer,brosur,
dalam rokok Ekstra bahaya merokok
kurikul •Membuat jingle,
er film pendek, foto
tentang bahaya
rokok
1 Media • Pornografi Diversifik Guru www.komi •Membaca dan
0 Sehat • Media sosial asi mata nfo.go.id menulis
• Hoax kurikulu pelajara artikel,ceramah,
m, Intra, n tanya jawab,
Ko diskusi, contoh
dan kasus, permainan
Ekstra Membuat poster,
kurikul infografis,flyer, brosur.
er •Membuat jingle, film
pendek, foto tentang
media sehat
terkait)
• olahraga
Page
18
4 Pemeri •Status gizi Tenta Warga Koord Pemeriksaan
k- •Gigi dan mulut tif sekolah inasi kesehatan
saan •Indra (dise bekerjasam deng
kese- pendengaran suai- a dengan an
hatan •Indra kan) Puskesmas, Puske
penglihatan rumah sakit smas,
•Kebugaran Ruma
5 Tabl jasmani
• Sosialisasi Tenta Puskesmas h
Koor Peserta didik
et •Kesehatan
manfaat tif dan Sakit
dina perempuan minum
tam reproduksi
tablet tambah (dise Rumah si tablet tambah darah,
bah •Kesehatan
darah suai- Sakit deng seminggu 1 kali
dara mental
• Pemberian kan) an
emosional
h tablet
remaja Pusk
tambah
•Modalitas esm
6 Pertolon darah
•belajar
Sosialisasi P3K Tenta Warga as
Koord • Sosialisasi Peraturan
• Praktek P3K tif sekolah dan
inasi P3K dari DU/DI
gan
(dise bekerjasam Rum
deng maupun
perta-
suai- a dengan ah
an instansi lainnya
ma pada
kan) Puskesmas, Sakit
Puske • PraktikP3K
kecelaka
an PMI, smas,
(P3K) Rumah PMI,
7 Pertolon Praktek P3P Tenta Sakit
Warga Ruma
Koord •Sosialisasi peraturan
gan tif sekolah h
inasi terkait
pertama (dise bekerjasam Sakit
deng •PraktikP3P
pada suai- a dengan an
pen- kan) Puskesmas, Puske
yakit Rumah smas,
(P3P) Sakit Ruma
8 Pemulih Kepedulian Ko Guru dan h
Bahan • Penyuluhan,
terhadap peserta Sakit
an kurikuler Bacaan diskusi
Pasca sesama teman didik •
sakit yang dalam Praktikkepeduli
masa an
pemulihan terhadap
kesehatan sesama
9 Rujukan Gejala penyakit Tenta Puskesmas, Koord •Membuat SOP
ke berat tif Rumah Sakit inasi •Sosialisasi SOP
puskes (dise deng (antara
mas/ suai- an lain melalui media
rumah kan) Puske cetak
sakit smas, maupun penyuluhan
Ruma langsung)
h
Sakit
3. Program Pelaksanaan Lingkungan Sehat
teori dan
praktikdibuat oleh
OSIS
Page
19
3 Kenyamana Kawasan Setiaphari Semua Poster, brosur, •Membiasakan
n tanpa warga spanduk warga sekolah
Rokok sekolah tidakmerokok
•Membuat peraturan
dan sanksi yang di
buat oleh OSIS
•Membuat poster,
brosur, spanduk,
infografis, stiker
4 Ketertiban Disiplinjam Setiaphari Semua Tanda masuk •Membiasakan warga
sekolah, warga kelas dan se-
ma- suk sekolah pulang kolah tertibdan
dan jam disiplin
pulang,
apel •Membuat peraturan
setiappagi yang dibuat oleh
dan jam OSIS
pulang
20
BAB II
A. Pendahuluan
Permasalah pendidikan anak sekarang ini banyak tersandung berbagai
permasalahan yang menyangkut dengan masalah anak dan lingkungan sekolah,
sehingga baru-baru ini banyak sekali bermunculan lembaga pendidikan baik untuk
anak usia prasekolah maupun sekolah dasar. Semua menawarkan berbagai macam
program ciri khasnya. Ada sekolah dengan kurikulum internasional, kurikulum
nasional plus, bilingual, sekolah alam, sekolah Sekolah Ramah Anakma dan masih
banyak lagi yang menawarkan sesuatu yang dianggap idaman bagi anak.
Sebenarnya yang perlu kita kembangkan adalah bagaimana menciptakan sekolah
yang ramah anak sehingga peserta didik akan merasa aman dan nyaman berada di
sekolah dan orangtua merasa tenang
B. Referensi
a. Deklarasi Umum mengenai Hak Asasi Manusia pada tahun 1948;
b. Konvensi Hak Anak oleh PBB tahun 1989;
c. Deklarasi Dakar Education For All (EFA) tahun 2000;
d. Deklarasi Millenium Development Goals (MDGs); dan
e. Deklarasi Word Fit for Children tahun 2002.
f. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Amandemen
21
21
h. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4301);
i. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2005 tentang Pengesahan Kovenan
Internasional tentang Hak-Hak Ekonomi, Sosial, dan Budaya;
j. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen;
k. Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2014
C. Latar Belakang
Jumlah Persentase(%)
22
Membandingkan dengan
9 saudara/anak lain 176 172 130 17.2 16.8 12.7
Membentak dengan suara keras
10 dan kasar 357 357 254 34.8 34.8 24.8
Menghina dihadapan
11 teman/orang lain 133 298 212 13 29.0 20.7
Menyebut "bodoh", "pemalas",
12 "nakal", dsb. 226 264 183 22 25.7 17.8
Mencap dengan sebutan
13 jelek/jahat 56 151 108 5.5 14.7 10.5
14 Kekerasan psikis lain ………… 19 25 13 1.9 2.4 1.3
Sumber:KPAI,2013
Pelakukekerasandisekolahdilakukanolehguru,temankelas,dantemanlain(lihatTabel1.2).
perkembangan anak.
Page
23
Indikator Sekolah Ramah Anak
a. Adanya kebijakan sekolah tentang Sekolah Ramah Anak.
b. Adanya Program dan Fasilitas Kesehatan di Satuan Pendidikan
c. Lingkungan dan infra struktur yang aman, nyaman, sehat, dan bersih, serta
aksesibel yang memenuhi SNI konstruksi dan bangunan .
d. Adanaya Partisipasi Anak
e. Penanaman Nilai-Nilai Luhur dan Seni budaya
f. Pendidik dan Tenaga Kependidikan yang terlatih
g. Adanya Program Keselamatan di Satuan Pendidikan
h. Adanya Peran Serta Masyarakat dan Dunia Usaha di Satuan Pendidikan
b. Perencanaan
Tim Pengembangan Sekolah Ramah Anak menyusun Rencana Aksi Tahunan
untuk mewujudkan Sekolah Ramah Anak yang terintegrasi dalam kebijakan,
program, dan kegiatan yang sudah ada, seperti Usaha Kesehatan Sekolah,
Sekolah Adiwiyata, Sekolah Aman Bencana, dan lainnya sebagai komponen
penting dalam perencanaan pengembangan Sekolah Ramah Anak.
c. Pelaksanaan
Tim Pengembangan Sekolah Ramah Anak melaksanakan Rencana Aksi
Sekolah Ramah Anak Tahunan dengan mengoptimalkan semua sumber
daya pemerintah, masyarakat, dan dunia usaha.
d. Pemantauan dan evaluasi
e. Kegiatan Menuju Sekolah Ramah Anak
24
Page
24
E. Kegiatan Menuju Sekolah Ramah Anak
a. Penataan Fisik Sekolah
Keadaan fisik maupun non fisik sekolah berpengaruh besar terhadap
perkembangan anak. Sekolah yang ideal harus memiliki infrastruktur dan
sarana yang memadai, sebagai syarat standar pelayanan minimal.Misalnya:
1) sekolah yang baik terletak tidak terlalu dekat dengan jalan raya. karena di
samping bising, polusi udara juga berbahaya bagi anak-anak yang sedang
bermain. Kalaupun terpaksa dekat dengan jalan raya usahakan untuk
memiliki gerbang atau pagar serta sistem keamanan lainnya.
2) Penataan ruang belajar. Ruang belajar anak harus dibuat senyaman
mungkin. Selama ini yang kita tahu belajar di sekolah adalah duduk
tenang di bangku, mendengarkan penjelasan guru, lalu mengerjakan
tugas. Sebenarnya ada hal yang jauh lebih menarik minat belajar anak
yaitu dengan mengubah posisi duduk disesuaikan dengan kebutuhan
proses belajar mengajar, menjadikan kebun sekolah sebagai salah satu
tempat belajar. Kita bisa menata ruangan kelas sesuai dengan usia anak,
menyediakan air minum, dan membiasakan tugas kerja kebersihan kelas
sehingga kelas terasa lebih nyaman dibandingkan di rumah. menghargai
hasil karya anak dengan menempelkan hasil karya di kelas, di halaman
kelas tersedia tong sampah yang organik dan non organic atau sampah
basah dan sampah kering, dan demi keamanan setiap kelas alangkah
baiknya jika di setiap kelas dipasang CCTP sehingga keamanan kelas bisa
terpantau.Contoh penataan ruangan kelas :
Gambar 1
Tempat duduk dengan pola setengah lingkaran
25
Page
25
3) Penataan ruang labolatorium
5) Penataan ruangan BK
28
b. Pembiasaan salam dan berjabatan tangan ketika ketemu guru dan
teman.
c. Pembiasaan menghargai kelemahan dan kekurangan orang lain.
d. Pembiasaan membuang sampah pada tempatnya.
e. Mengembangkan budaya baca dan menulis
f. Mengembangkan budaya gotong royong.
g. Pembiasaan bersikap jujur.
h. Menggunakan bahasa daerah minial satu hari dalam satu minggu.
i. Memberi akses kepada anak untuk mendapatkan informasi dan
meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap mengenai nilai-
nilai dan budaya
j. Menghormati hak dan kewajiban orang dalam membina anak untuk
menjalankan haknya dengan cara yang sesuai dengan perkembangan
kemampuan anak
k. Membentuk Komunitas pembelajar yang berkomitmen akan
budaya aman dan sehat.
l. Sadar akan risiko bencana alam, bencana sosial, kekerasan dan
ancaman lainnya terhadap anak perempuan dan laki-laki
m. Memenuhi standar pelayanan minimal pendidikan di daerah bencana
n. Materi Pembelajaran memuat penghormatan terhadap HAM
o. Materi Pembelajaran memuat penghormatan terhadap tradisi dan
budaya bangsa
p. Materi Pembelajaran memuat penghormatan kepada sesama anak
baik perempuan dan laki-laki termasuk anak yang memerlukan
perlindungan khusus disabilitas
q. Menjamin ketersediaan informasi bagi semua pihak dan memastikan
komunikasi dan dialog
r. Memastikan kurikulum, materi pendidikan, dan buku pelajaran
memberikan gambaran yang adil, akurat, informatif mengenai
masyarakat dan budaya pribumi.
s. Memastikan tersedianya waktu untuk anak beristirahat dan
bersenang-senang
t. Mengaktifkan Sanggar budaya
b. Metode Pembelajaran
Indikator seorang anak cocok terhadap pilihan sekolah adalah sejauh
mana anak merasa aman dan nyaman berada di sekolah itu. Proses
29
29
akan menjadikan anak lebih kreatif. Sekolah Ramah Anak lebih
menekankan segala kegiatan berpusat pada anak. Guru berperan
sebagai orangtua dan sahabat bagi anak yang membantu segala
hambatan dan kesulitan yang dihadapi anak. Disamping itu guru juga
berperan sebagai motivator dan fasilitator bagi anak, bukan semata–
mata orang yang memegang otoritas penuh dalam kelas. Tugas guru
adalah menerapkan metode belajar inovatif dan variatif dengan
didukung media pembelajaran yang membantu daya serap anak,
memotivasi anak belajar berpartisipasi dan kooperatif guna
mengembangkan kompetensi belajar learning by doing.
30
BAB III
Sekolah adalah tempat terpilih untuk menyemai dan menumbuh kembangkan bibit-
bibit Anak Bangsa, karena itu mari kita jaga iklim belajarnya, bebaskan dari berbagai
hama yang akan mengganggunya, dan pupuklah dengan sentuhan kasih sayang.
Pendidikan adalah sebuah hak asasi sekaligus sebuah sarana untuk merealisasikan
hak-hak asasi manusia lainnya. Sebagai hak pemampuan, pendidikan adalah sarana
utama bagi setiap orang termasuk anak-anak yang mengalami hambatan secara
phisik, ekonomi, sosial dan geografi untuk tumbuh kembang mandiri termasuk untuk
berpartisipasi dalam pembangunan berkelanjutan.
B. REFERENSI
1. Australian Aid dan Kementerian Pendidikan Australia Indonesia “ Modul Induksi
Sekolah Baru “ (Buku Panduan dan Bahan Bacaan untuk Peserta), , Jakarta,
2013
2. Imam Musbikin, “ Mengatasi Kenakalan Siswa - Remaja “ ( Solusi Mencegah Tawuran
Pelajar, Siswa Bolos Sekolah Hingga Minum minuman Keras dan
Penyalahgunaan Narkoba ), Zanafa Publishing, Riau : 2012
3. https://suaidinmath.wordpress.com/2010/04/16/menciptakan-sekolah-yang-aman-
dan-nyaman/16 Apr 2010.
4. Pusat Inovasi Pendidikan (Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen
Pendidikan Nasional), “ Pedoman Pelaksanaan Membangun Sekolah Lebih
Aman, Nyaman, dan Menyenangkan (Safer School) SMK dan SMA “ edisi 2
dengan Perbaikan, Jakarta, 2004
5. Ronald Hutapea, Why Rokok ? ( Tembakau dan Peradaban Manusia ), Bee Media
Indonesia, Jakarta : 2013
6. Surat Edaran Menteri Pendidikan No 0256/MPK.C/MK/2014 Tentang Larangan Merokok
di Sekolah
7. Undang Undang Republik Indonesia no. 27 tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah
Pesisir dan Pulau Pulau Kecil.
8. www.rumah.arnina123.com
Menurut buku Pedoman Pelaksanaan Membangun Sekolah Lebih Aman, Nyaman, dan
Menyenangkan (Safer School) SMK dan SMA edisi 2 dengan Perbaikan, Pusat
Inovasi Pendidikan (Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pendidikan
Nasional), Jakarta ( 2004 : 4 ) :
Safe School adalah sekolah yang lebih aman, nyaman dan menyenangkan khususnya
bagi seluruh komunitas sekolah, dan masyarakat sekitar sekolah pada umumnya.
31
Suaidinmath ( 16 Apr 2010 : 1 ). mengatakan bahwa Faktor yang mempengaruhi
kenyamanan atau iklim sekolah ini adalah hubungan atau keterikatan antar warga
sekolah, interaksi antar warga sekolah, rasa saling mempercayai dan saling
menghargai antar warga sekolah. Keamanan, kenyamanan dan kedisiplinan suatu
sekolah ditentukan oleh nilai-nilai dan sikap warga sekolah, termasuk kepala sekolah,
guru, siswa, orang tua, komite sekolah.Pada sekolah yang aman, warga sekolah
mempunyai komitmen yang mendalam dalam menciptakan dan menjaga
sekolah.Insiden intimidasi, kekerasan diselesaikan dengan cepat, efektif dan pemulihan
hubungan antar warga sekolah cepat dipulihkan.
Menciptakan sekolah yang aman, nyaman, dan disiplin sangatlah penting agar siswa
dapat mencapai prestasi yang terbaik dan guru dapat menampilkan kinerja yang
terbaik.Sekolah yang aman, nyaman dan disiplin adalah sekolah yang warga
sekolahnya bebas dari rasa takut, kondusif untuk belajar dan hubungan antar warga
sekolahnya positif.Sekolah yang aman, nyaman, dan disiplin menyediakan lingkungan
fisik (gedung, kelas, halaman) sekolah yang bersih dan aman.
Selain aspek keamanan fisik, kenyamanan atau disebut iklim sekolah, yaitu
menyangkut atmosfir, perasaan, lingkungan keseluruhan secara sosial dan emosional
sekolah juga harus diciptakan secara positif.Faktor yang mempengaruhi kenyamanan
atau iklim sekolah ini adalah hubungan atau keterikatan antar warga sekolah, interaksi
antar warga sekolah, rasa saling mempercayai dan saling menghargai antar warga
sekolah.Bila keadaan faktor-faktor tersebut tinggi maka semakin positif iklim sekolah
32
tersebut.
Page
32
Keamanan, kenyamanan dan kedisiplinan suatu sekolah ditentukan oleh nilai-nilai dan
sikap warga sekolah, termasuk kepala sekolah, guru, siswa, orang tua, komite
sekolah.Pada sekolah yang aman, warga sekolah mempunyai komitmen yang
mendalam dalam menciptakan dan menjaga sekolah.Insiden intimidasi, kekerasan
diselesaikan dengan cepat, efektif dan pemulihan hubungan antar warga sekolah cepat
dipulihkan.
C. Sekolah Aman Secara Fisik, dari Bullying, dari Tindak Kriminal, Asap Rokok,
dan Bebas Dari Pornografi
1. Sekolah Aman Secara Fisik
a. Tanggap Bencana
Menurut Undang Undang Republik Indonesia No 27 tahun 2007 Bencana alam adalah
bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang disebabkan
oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir,
kekeringan, angin topan, dan tanah longsor. Bencana non-alam adalah bencana yang
diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian peristiwa nonalam yang antara lain berupa
gagal teknologi, gagal modernisasi, epidemi, dan wabah penyakit.Bencana sosial
adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang
diakibatkan oleh manusia yang meliputi konflik sosial antarkelompok atau
antarkomunitas masyarakat, dan teror.
Berdasarkan pada kelompok dan jenis bencana adalah sebagai berikut :
BencanaAlam 1. GempaBumidanTsunami
2. Letusan Gunung Api
3. AnginTopan
4. BanjirdanLongsor
5. Kekeringan
6. KebakaranHutan danLahan
BencanaNon-Alam 1. Wabah Penyakit
2. Mal-praktik Teknologi
3. Kelaparan
BencanaSosial 1. Kerusuhan Sosial
2. KonflikSosial
memungkinkan bahwa Indonesia memiliki potensi yang sangat rawan atau rentan
terhadap segala jenis bencana, kecuali bencana sosial. Fakta yang dihadapi oleh
Indonesia sampai sekarang ini yaitu hampir di setiap wilayah tidak ada yang tidak
pernah bebas dari peristiwa bencana, khususnya bencana alam.Oleh sebab itu
sebaiknya Pendidikan berkewajiban untuk memberikan pemahaman terhadap
masyarakat, khususnya warga sekolah.
Tanggap terhadap Bencana merupakan upaya membangun kesiapsiagaan sekolah
terhadap bencana dalam rangka menggugah kesadaran seluruh unsur-unsur dalam
bidang pendidikan baik individu maupun kolektif di sekolah dan lingkungan sekolah
baik itu sebelum, saat maupun setelah bencana terjadi. Tujuannya adalah :
1. Membangun budaya siaga dan budaya aman disekolah dengan mengembangkan
jejaring bersama para pemangku kepentingan di bidang penanganan bencana;
2. Meningkatkan kapasitas institusi sekolah dan individu dalam mewujudkan tempat
belajar yang lebih aman bagi siswa, guru, anggota komunitas sekolah serta
komunitas di sekeliling sekolah;
3. Menyebarluaskan dan mengembangkan pengetahuan kebencanaan ke
masyarakat luas melalui jalur pendidikan sekolah.
a. Indikator Sekolah Tanggap Bencana .
33
Page
33
Menurut Badan Nasional Penanggulangan Bencana Indikator Sekolah Tanggap
Bencana adalah :
34
4) Adanya kerjasama dengan pihak-pihak terkait penyelenggaraan
penanggulangan bencana baik setempat (desa/kelurahan dan kecamatan)
maupun dengan BPBD/Lembaga pemerintah yang bertanggung jawab
terhadap koordinasi dan penyelenggaraan penanggulangan bencana di
kota/kabupaten.
2. Evakuasi Korban
35
Bencana alam terjadi secara tiba – tiba terkadang menimbulkan korban luka
– luka maupun meninggal dunia.Korban yang mengalami luka – luka harus
segera dievakuasi ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan
kesehatan.Bagi korban yang selamat dievakuasi ke tempat yang aman,
sedangkan korban yang meninggal dunia, dievakuasi, dan dimakamkan.
Evakuasi dilakukan oleh masyarakat sekitar yang tidak terkena bencana,
sukarelawan, tim SAR atau dari TNI
1. Pengantar
Anak merupakan penerus cita-cita perjuangan dan harapan bangsa yang memiliki
potensi besar dalam menjaga kelangsungan, eksistensi dan kelestarian suatu
bangsa dan negara.Untuk itu pemerintah, masyarakat dan orang tua perlu
dilindungi dan dijaga dari Anak dari segala macam ancaman yang dapat
menghambat pertumbuhan dan perkembangannya.Salah satu ancaman yang cukup
signifikan dalam menghambat pertumbuhan dan perkembangan anak adalah
Bullying.
peralihan antara masa anak dan masa dewasa yakni antara 12 sampai 22 tahun.
Page
36
Lebih lanjut Imam Musbikin ( 2013 : 3 ) mengatakan bahwa Remaja adalah
masyarakat yang akan datang. Dapat diperkirakan bahwa gambaran kaum remaja
sekarang adalah pencerminan masyarakat yang akan datang, baik buruknya, bentuk
dan susunan masyarakat, bangunan moral dan intelektual, dalam penghayatan
terhadap agama, kesadaran kebangsaan dan derajat kemajuan prilaku dan
kepribadian antara sesama masyarakat yang akan datang tergantung kepada
remaja sekarang.
Masa remaja merupakan salah satu tahap yang pasti akan dialami oleh setiap
manusia. Pada masa inilah anak remaja akan mencari jati dirinya, kalau kita tidak
mengarahkannya maka dia akan terjerumus kepada perbuatan yang negatif salah
satunya adalah perbuatan bullying.
Perbuatan Bullying perlu dicegah dan diberantas di lingkungan masyarakat maupun
di lingkungan Sekolah, tentunya dengan mencari akar permalahannya.
3. Definisi Bullying
4. Tindakan Bullying
5. Akibat Bullying
menerima reaksi dari si pengganggu atau orang yang membullying, disinilah peran
Page
37
2. Anak yang melakukan bullying memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
a. Kejam
b. Jahat.
c. Cepat dewasa karena tindakannya
d. Negatif dalam berpikir dan bertindak
e. Sebagai cara mencari teman di sekolah.
f. Melakukan Teror
g. Melakukan Intimidasi
Anak yang melakukan tindakan bullying juga tidak akan mengeluh telah berbuat
salah kepada orang lain, disinilah peran pendidik dan orang tua perlu
memperhatikan tingkah laku anak yang melakukan tindakan bullying kepada
orang lain.
Jika keadaan tidak membaik, hubungi pihak berwenang yang relevan dan
dapatkan penyelesaian terhadap masalahnya.
Untuk melindungi anak dari perbuatan bullying di lingkungan sekolah perlu
adanya optimalisasi peran guru Bimbingan Konseling dan koordinasi antara guru
mata pelajaran, wali kelas dan semua warga sekolah.
38
Page
38
E. SEKOLAH AMAN DARI TINDAK KRIMINAL
1. Pengertian
Secara umum kriminal dapat diartikan sebagai tingkah laku yang melanggar
hukum dan melanggar norma-norma sosial, sehingga masyarakat menentangnya.
Secara yuridis formal kriminal adalah bentuk tingkah laku yang bertentangan
dengan moral kemanusiaan (immoral), merugikan masyarakat, sifatnya assosiatif
dan melanggar hokum system undang-undang pidana.
39
agama, semua itu dapat menjadi dasar yang kuat untuk perkembangan
moral anak serta keseluruhan kehidupan di kemudian harinya.
Sebaliknya anak yang tidak mendapat ajaran agama dari keluarga maka
anak akan menjadi goyah dan tidak ada control lagi bagi dirinya, halal
dan haram yang akan mereka kerjakan.
b. Faktor Sekolah
1. Kuantitias dan Kualitas Guru/pegawai
Keadaan pegawai ( Pendidik dan Tenaga Kependidikan ) di sekolah akan
berpengaruh terhadap kelancaran pelaksanaan pembelajaran di sekolah,
baik ditinjau dari rasio jumlah pegawai dengan jumlah rombongan belajar
maupun kompetensi yang dimilikinya.
Apabila jumlah guru/pegawai tidak sesuai dengan kebutuhan (standar
yang ditetapkan), cenderung hanya melaksanakan tugas pokoknya
saja.Sehingga pengawasan terhadap kegiatan dan perilaku anak didik
terabaikan.Sementara guru hanya bertindak sebagai pentransfer
pengetahuan tanpa diiringi dengan tugas sebagai pendidik, pembimbing
dan pelatih.
2. Daerah Rawan
a) Kebut-kebutan
b) Perkelahian/tawuran
c) Perampasan/pemalakan
Menurut Dr.Zakiah Darajat dalam bukunya Membina Nilai-Nilai Moral merinci jenis
kenakalan remaja itu menjadi tiga bagian yaitu:
Pertama :
1.Kenakalan Ringan ( Kenakalan yang tidak sampai melanggar Hukum ) Tidak
mau patuh kepada orang tua dan guru
1. Lari atau bolos dari sekolah
2. Sering berkelahi
3. Cara berpakaian
Kedua : Kenakalan yang mengganggu ketentraman dan keamanan orang lain.
Kenakalan ini adalah kenakalan yang dapat digolongkan pada pelanggaran hokum
sebab kenakalan ini mengganggu ketentraman dan keamanan masyarakat
diantaranya adalah :
40
1. Mencuri
Page
2. Menodong
40
3. Kebut-kebutan,
4. Minum-minuman keras
5. Penyelahgunaan narkotika.
Ketiga : Kenakalan seksual.
Pengertian seksual tidak terbatas pada masalah fisik saja, melainkan juga secara
psikis dimana perasaan ingin tahu anak-anak terhadap masalah seksual
e. Upaya Penanggulangan
3) Layanan Mediasi
Mediasi ini dimaknai suatu kegiatan yang menghubungkanantara dua
kondisi yang berbeda, dalam hal ini berarti memebrikan bantuan pada
siswa yang memilki masalah dengan pihak lain. Sedangkan fungsinya
masuk pada fungsi pencegahan terhadap berbagai permasalahan yang
mungkin timbul yang akan dapat mengganggu, menghambat ataupun
menimbulkan kesulitan, kerugian tertentu dalam proses
perkembangannya.
b. Tindakan Represif
Merupakan usaha untuk menindak pelanggaran norma-norma social dan
moral dapat dilakukan dengan mengadakan hukuman terhadap setiap
perbuatan pelanggaran :
1) Kunjungan rumah (Home Visit)
2) Konseling individu dan kelompok
41
c. Tindakan kuratif
Page
41
Tujuannya untuk memperoleh keterangan dan membangun komitmen dari
pihak yang terkait dan memiliki pengaruh kuat terhadap klien dalam rangka
pengentasan permasalahan klien.
2) Alih tangan kasus
Alih tangan kasus ini dilakukan jika bimbingan dan konseling tidak lagi
mampu mengatasi masalah yang ada karena berbagai keterbatasan yang
dimilikinya.
A. PENGANTAR
Mengatasi masalah merokok di dalam masyarakat ternyata lebih sulit dari yang
dibayangkan.. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) setiap tahun mengadakan
kampanye hari tanpa tembakau atau No Tobacco Day pada setiap tanggal 31 Mei
dengan mengharapkan agar penduduk diseluruh dunia yang terbiasa merokok
bersedia tidak merokok selama 24 jam.
Menurut Dr. Ronald Hutapea SKM Ph.D dalam buku yang berjudul “ Why Rokok ?, “
Bee Media Indonesia, Jakarta, 2013 : 370 mengatakan Bahwa : Tak dapat disangkal
salah satu efek modernisasi yang cukup menyakitkan mata dan perasaan kita selaku
orang tua adalah menyaksikan bagaimana remaja kita dewasa ini semakin terjerat
dalam kebiasaan – kebiasaan yang tak sehat seperti merokok. Bahkan sering kita
lihat bahwa anak-anak dibawah umur 9 tahun pun tanpa segan - segan berani “
ngepul ” dengan seenaknya dihadapan kita seolah-olah pertanda meningkatnya
kedewasaan yang patut dia perlihatkan dan banggakan.
Pemandangan semacam ini sering terlihat siswa SMK/SMA/SMK yang mau berangkat
ke sekolah, di waktu jam istirahat dan ketika pulang sekolah siswa merokok.
B. Bahaya Merokok
Bahaya merokok bagi kesehatan menurut Dr. Yudanarso, yang ditulis oleh Dr. Ronald
Hutapea SKM Ph.D dalam bukunya yang berjudul “ Why Rokok ?, “ Bee Media
Indonesia, Jakarta, 2013 : 55dikelompokan menjadi 2 bahaya rokok yaitu :
1. Nikotin
Bahan ini mudah diserap disaluran pernapasan bagian bawah dan paru, sehingga
pengisap asap rokok akan mudah mengalami keracunan. Kadsar zat ini akan
menumpuk diparu-paru, otak, limpa, hati dan darah. Bagi wanita yang sedang
hamil dapat berkumpul di placenta dan pada air susu ibu. Sedangkan asap arus
samping yang terhirup oleh orang yang bukan perokok-lazim disebut perokok
pasif-mengandung konsesntrasi 2-3 kali lipat ketimbang yang mengisap secara
langsung.
42
2. Tar, CO, dan beberapa komponen kimia lainnya mempunyai efek biologik yang
Page
42
Selanjutnya menurut Dr. Jan Takasihaeng, yang ditulis oleh Dr. Ronald Hutapea
SKM Ph.D dalam bukunya yang berjudul “ Why Rokok ?, “ Bee Media Indonesia,
Jakarta, 2013 : 55, menyimpulkan bahaya merokok yang utama adalah Penyakit
Jantung Koroner. Sedangkan untuk paru-paru selain kesulitan bernapas juga bisa
menyebabkan penyakit kanker paru-paru.Disamping itu bahaya lainnya adalah
penyakit darah tinggi.Orang merokok diatas 20 batang sehari lebih banyak
kemungkinannya mendapat kelainan pada lensa mata atau katarak.Pengaruh
rokok juga tampak pada saluran pencernaan.
Perlu diketahui bahwa Negara Indonesia termasuk salah satu Negara yang dianggap
masih sangat toleran dengan industry rokok di lingkungan pendidikan, hal ini
merupakan salah satu kesimpulan yang diperoleh dalam Regional Workshop on
Denormalization of Tobacco Industry by Banning its Corporate Social Responsibility
(CSR), yang diselenggarakan oleh Southeast Asia Tobacco Control Alliance ( SEATCA
) pada tanggal 16 s/d 17 Oktober 2013 di Kota Phnom Penh, Kamboja.
43
Page
43
SEKOLAH BEBAS DARI PORNOGRAFI
i. PENGANTAR
Pada era kehidupan modern di tengah globalisasi informasi seperti sekarang ini
ancaman terhadap kelestarian tatanan masyarakat Indonesia menjadi semakin
serius.Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi telah mempermudah
pembuatan, penyebarluasan, dan penggunaan pornografi.Demikian juga, kehidupan
modern telah menyebabkan pergeseran nilai-nilai yang dilakukan dengan meningkatnya
sikap permisif masyarakat terhadap perbuatan-perbuatan pornoaksi. Kecenderungan ini
telah menimbulkan keresahan dan kekuatiran masyarakat beragama akan hancurnya
sendi-sendi moral dan etika yang sangat diperlukan dalam pemeliharaan dan
pelestarian tatanan kehidupan masyarakat.Keresahan dan kekuatiran masyarakat
terhadap kecenderungan peningkatan pornografi dan pornoaksi serta upaya mengatasi
masalah itu tercermin dan secara formal dinyatakan dalam Ketetapan Majelis
Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor VI/MPR/2001 tentang etika
Kehidupan Bangsa.
Sebagai penganut keyakinan kepada Tuhan Yang Maha Esa, masyarakat Indonesia
yang mayoritas beragama memiliki hak untuk melindungi diri dan sekaligus memiliki
kewajiban berperan serta dalam mencegah dan menanggulangi masalah yang
disebabkan oleh sikap dan tindakan-tindakan a-sosial, a-susila, dan a-moral seseorang
atau sekelompok orang yang Iebih mengutamakan kepentingan pribadi dibanding
kepentingan umum. Dalam hal ini penyelenggara negara memiliki hak dan sekaligus
kewajiban untuk melarang pembuatan, penyebarluasan, dan penggunaan pornografi
serta perbuatan pornoaksi untuk memenuhi hak seseorang atau sekelompok orang
yang dilakukan dengan tidak menghormati hak masyarakat umum yang Iebih luas.Oleh
karenanya agar pemenuhan hak seseorang dan sekelompok orang itu tidak melanggar
pemenuhan hak masyarakat umum untuk memiliki kehidupan yang tertib, aman, dan
tenteram maka hal-hal yang berkaitan dengan pembuatan, penyebarluasan, dan
penggunaan pornografi serta perbuatan pornoaksi harus diatur dengan Undang-
Undang.
dengan norma dan nilai-nilai budaya masyarakat Indonesia. Selain dapat memperjelas
Page
44
Undang ini paling tidak juga diharapkan dapat meningkatkan kepastian hukum,
membuat jera para pelaku tindak pelanggaran, mengantisipasi dampak negatif
perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, dan membantu upaya
mengembangkan dan melestarikan nilai-nilai Iuhur budaya bangsa. Secara khusus,
pengaturan dalam Undang-Undang ini juga diharapkan dapat mencegah peningkatan
tindak kekerasan dalam bentuk pornografi dan pornoaksi, yang seringkali menjadikan
perempuan dan anak-anak sebagai korban dimana peraturan perundang-undangan
yang ada saat ini belum mampu secara maksimal menjerat para pelakunya.
Undang-Undang ini mengakui dan menghargai peran penting karya-karya seni dan para
Seniman pembuatnya dalam perkembangan dan kemajuan masyarakat ke arah yang
Iebih baik.Oleh karenanya, Undang-Undang ini melarang semua bentuk pornografi dan
pornoaksi yang diatas-namakan sebagai karya seni karena dilandasi keyakinan bahwa,
baik dari bentuk, isi, maupun maknanya bagi kehidupan masyarakat, pornografi dan
pornoaksi sangat berbeda dari karya-karya seni. Dari bentuknya, karya seni tidak sama
dengan karya-karya yang termasuk pornografi dan pornoaksi karena memiliki keunikan,
yang tidak mungkin diproduksi dan direproduksi dengan kualitas yang sama atau paling
tidak hampir sama. Dari isinya, karya seni lebih banyak mengandung nilai-nilai
pendidikan yang mengandung makna yang sangat mendalam pada dirinya sendiri
(bersifat intrinsik), yakni yang secara langsung atau tidak langsung dapat memuliakan
kehidupan manusia, baik yang menikmati maupun yang menciptakan karya seni itu
sendiri. Sebaliknya, karya-karya pornografi dan pornoaksi dilihat dan bentuknya tidak
memiliki keunikan, karena dapat diproduksi dan direproduksi berulang kali, sebanyak
mungkin atau bahkan secara massal.Selain itu, dari isi dan maknanya, nilai-nilai yang
terkandung dalam karya-karya pornografi dan pornoaksi hanya berfungsi sebagai alat
atau sarana untuk mencapai sesuatu yang lain di Iuar penciptanya (bersifat ekstrinsik),
tidak mengandung unsur pendidikan yang bertujuan memuliakan kehidupan manusia
yang menikmatinya maupun yang menciptakannya.
Demikian juga, Undang-Undang ini mengakui dan menghargai olah raga dan
manfaatnya bagi kesehatan dan tujuan-tujuan lain yang mengarah pada kehidupan
masyarakat yang baik.Meskipun demikian, Undang-Undang ini melarang kegiatan
olahraga yang dilaksanakan di tempat-tempat umum dengan mengenakan pakaian atau
kostum olahraga yang minim yang memperlihatkan bagian-bagian tubuh tertentu yang
sensual karena hal itu merupakan suatu pelanggaran terhadap norma-norma
kesopanan dan kesusilaan masyarakat. Namun, sikap ini tidak dikenakan terhadap cara
berpakaian menurut adat-istiadat dan budaya masyarakat lokal maupun nasional,
karena Undang-Undang ini menganggap bahwa hal itu merupakan bagian dari identitas
budaya lokal dan nasional yang harus tetap dihormati dan dilestarikan.
pemerintah.
Page
45
BAB IV
PROGRAM SEKOLAH MENYENANGKAN
A. Pengertian
Senang berarti perasaan puas, lega, tidak kecewa ataupun susah. Dengan demikian,
sekolah menyenangkan dapat diartikan sebagai sekolah yang mampu membuat semua
warga sekolah senang, puas, lega akan situasi sekolah. Sekolah menyenangkan tidak
hanya tertuju pada upaya bagaimana membuat peserta didik betah ke sekolah, namun
juga menyenangkan bagi guru, tenaga kependidikan, bahkan orang tua peserta didik.
Pada prinsipnya konsep sekolah menyenangkan merupakan perpaduan dari konsep
sekolah sehat, amat, dan ramah anak. Mengapa demikian? Karena ketika prinsip-prinsip
sekolah sehat, aman, dan ramah anak sudah terpenuhi, maka secara otomatis sekolah
tersebut menjadi menyenangkan bagi peserta didik, guru, tenaga kependidikan, orang
tua, dan warga sekitar sekolah.
Dengan begitu, sekolah menyenangkan menjadi tempat terbaik bagi setiap warga
sekolah untuk mengekspresikan bakat, minat, dan prestasi yang dimilikinya, bukan
menjadi tempat yang mengasingkan. Mereka pun menjadi bagian dari sekolah itu
karena sekolah memberi ruang bagi perkembangan warga sekolah, terutama peserta
didik. sehingga mereka tidak terasing dari sekolah tersebut.
kapanpun, dimanapun dan hanya sebagian yang perlu dilakukan di dinding sekolah.
Page
46
u. Komunitas sekolah terbentang sampai keluar dinding sekolah (melibatkan
masyarakat).
v. Proses belajar mengajar di dalam sekolah memasukkan berbagai fariasi
kemungkinan dan kesempatan pembelajaran.
w. Siswa diberi kesempatan untuk bertanggung jawab terhadab sesuatu dan untuk
mengambil keputusan yang berdampak penting.
x. Hasil pembelajaran yang didapatkan cukup sebagai bekal siswa untuk melangkah
kefase hidup berikutnya.
y. Resepsionis, Guru, Petugas Kebersihan dan seluruh staf sekolah tersenyum terhadap
orang tua dan pengunjung sekolah.
Prinsip sekolah menyenangkan adalah rasa betah di sekolah. Rasa betah ini tidak hanya
dialami oleh siswa tetapi juga seluruh warga sekolah. Mengapa demikian? Karena
antara sesama warga sekolah telah terjalin ikatan emosional yang saling membutuhkan
satu sama lainnya.
Sekolah menyenangkan juga merupakan klimaks dari perpaduan sekolah sehat, aman,
dan ramah anak. Artinya, ketika kegiatan-kegiatan sekolah sehat, aman, dan ramah
anak telah terlaksana dengan baik, maka secara otomatis sekolah menjadi
menyenangkan. Untuk membuat sekolah tetap menyenangkan, beberapa kegiatan yang
didapat dilakukan, seperti:
1. Memetakkan kebutuhan siswa dan warga sekolah lainnya;
2. Memetakkan jenis kecerdasan siswa, sehingga mempermudah guru dalam
memahami perkembangan siswa;
3. Merancang lingkungan sekolah yang indah, hijau, bersih sebagai ruang publik
siswa;
4. Merancang metode dan kurikulum pembelajaran yang tidak membosankan, variatif,
dialogis; dan inspiratif, dilengkapi game, gambar, video, dan media pembejaran
lainnya;
5. Merancang program kerja kegiatan ekstrakulikuler yang didasarkan pada kebutuhan
siswa;
6. Merancang kerjasama yang baik dan menguntungkan dengan masyarakat ataupun
lembaga-lembaga luar sekolah yang didasarkan pada kebutuhan sekolah dan
perbaikan mutu sekolah;
7. Merancang bentuk-bentuk pelatihan guru dan tenaga kependidikan yang terfokus
pada upaya membentuk sekolah yang menyenangkan;
8. Merancang desain ruang kelas yang variatif, tidak membosankan, dan disukai siswa
dan warga sekolah;
9. Mengajak partisiapasi masyarakat sekitar sekolah untuk bersama-sama
mengoptimalkan peran sekolah sebagai tempat menyenangkan dalam mendidik
anak;
10. Mengoptimalkan kegiatan sekolah sehat;
11. Mengoptimalkan kegiatan sekolah aman;
12. Mengoptimalkan kegiatan sekolah ramah anak;
47
Page
47
BAB V
a. Tujuan :
Tujuan monitoring, evaluasi dan pelaporan dalam pelaksanaan pembinaan dan
pengembangan Sekolah Sehat, ramah anak, aman, dan menyenangkan adalah
untuk mengetahui sampai sejauh mana manfaat maupun keberhasilan dari
kegiatan yang telah dilaksanakan, serta untuk mengetahui kendala-kendala dan
hambatan-hambatan, sekaligus untuk mengetahui penyimpangan-
penyimpangan yang mungkin terjadi baik pada tahap perencanaan pelaksanaan
dan pencapaian dari kegiatan yang dilaksanakan.
c. Ruang Lingkup:
Ruang lingkup monitoring, evaluasi dan pelaporan meliputi semua aspek di
dalam perencanaan kegiatan, di setiap jenjang pendidikan.
d. Sasaran:
Sasaran monitoring adalah manajemen/organisasi serta berbagai kegiatan
Pembinaan dan Pengembangan Sekolah Sehat, ramah anak, aman, dan
menyenangkan yang dilakukan oleh Tim Pelaksana termasuk Guru, Kepsek,
Peserta didik dan seluruh warga sekolah serta sarana prasarana yang
mencakup pelaksanaan Sekolah Sehat, ramah anak, aman, dan
menyenangkan
e. Instrumen Monitoring
Untuk memudahkan pelaksanaan monitoring oleh kepala sekolah maka
sebaiknya digunakan instrumen monitoring. Monitoring hendaknya dilakukan
secara berkala untuk mengetahui apakah tujuan kegiatan sudah tercapai. Hal
ini memungkinkan kita untuk menyesuaikan strategi bagi pelaksana kegiatan
48
tahap berikutnya.
Page
48
2. Evaluasi
Salah satu Kegiatan Pembinaan melalui proses pengukuran hasil yang dicapai
dibandingkan dengan sasaran yang telah ditentukan sebagai bahan
penyempurnaan perencanaan dan pelaksanaan.
a. Tujuan:
b. Sasaran:
1) Peserta didik;
2) Lingkungan sekolah;
3) Dampak pembinaan terhadap perilaku peserta didik;
4) Pengelolaan kegiatan pada setiap jenjang;
5) Manajemen/pengelola kegiatan pada setiap jenjang
c. Ruang Lingkup:
Ruang lingkup evaluasi meliputi seluruh komponen kegiatan Sekolah Sehat, ,
ramah anak, aman, dan menyenangkan proses maupun hasil
pelaksanaannya.
d. Prinsip-Prinsip Evaluasi:
1) Menyeluruh (meliputi seluruh komponen kegiatan Sekolah Sehat, , ramah
anak, aman, dan menyenangkan, proses serta hasil pelaksanaan), yang
merupakan satu kesatuan
2) Berkesinambungan yaitu secara bertahap sesuai dengan kebutuhan,
fungsi dan tanggung jawab.
3) Obyektif yaitu berdasarkan kriteria yang jelas dan baku.
4) Pedagogis yaitu hasil penilaian dapat digunakan sebagai penghargaan
yang berhasil, dan merupakan pendorong bagi yang belum berhasil.
1) Cara evaluasi
Penilaian dapat dilakukan dengan bentuk kualitatif dan atau kuantitatif
sesuai dengan keperluan.
f) Analisa data;
g) Penelitian dampak Sekolah Sehat, ramah anak, aman, dan
Page
menyenangkan
49