Anda di halaman 1dari 18

Peranan Board of Directors

Secara tegas Tricker (2009) menjelaskan peranan BOD sebagai the


governing body untuk setiap entitas korporasi dengan peran utama berupa tanggung
jawab yang berhubungan dengan seluruh keputusan dan kinerja organisasi tersebut.
Dalam kaitan ini, sesuai dengan sudut pandang dewan satu tingkat (one-tier board),
maka BOD merupakan elemen dari struktur CG yang memiliki akuntabilitas
(accountable) kepada pemilik korporasi dan berbagai pihak yang berkepentingan
lainnya memiliki legitimasi. Padangan ini sejalan dengan struktur dewan satu-tingkat
dimana pemilik sebagai pemegang saham, akan menunjuk (hire) dan
memberhentikan (fire) BOD, untuk selanjutnya BOD akan menetapkan seorang CEO
yang akan menyusun tim manajemen korporas itersebut. Directors dalam
mekanisme ini akan memberikan arahan (directing) dan supervise (supervising)
terhadap pekerjaan yang dilakukan oleh manajemen atau eksekutif perusahaan.

Peranan BOD dalam menjalankan fungsi pemberian nasihat (advisoryroles)


kepada pihak manjemen atau direksi tidak hanya ditemukan pada system dewan
satu-tingkat, sebagaimana dianut korporasi di berbagai negara Anglo-Saxon seperti
US, UK, dan negara persemakmuran lainnya. Fungsi advisoritersebut juga
ditemukan pada berbagai perusahaan yang menganut system dewandua-tingkat
(two-tier board) sebagaimana ditemukan pada berbagai negara Eropadaratan
(continental European), dimana BOD dan manajemen secara formalterpisah dan
dimana seorang individu tidak dapat menjabat sebagai anggota manajemen dan
anggota BOD pada saat yang bersamaan dan di perusahaan yang sama (Adams
dan Ferreira, 2007).

Peranan BOD dalam sebuah perusahaan merupakan salah satu dari empat
fitur yang merupakan karakteristik suatu sitem governance (Van Ees, Postma,
danSterken, 2003). Hal tersebut tergambar dari mekanisme governance
(governance mechanism) didalam mendisiplinkan manajemen perusahaan melalui
struktur governance (governance structur) sebuah perusahaan, khususnya terkait
struktur dan karakteristik dari BOD.

Atribut Anggota Board of Directors


Terlepas dari pentingnya berbagai unsur CG, seperti prinsip
governance,aturan mengenai perusahaan (corporate constitutions), struktur dewan
(board structures), dan pedoman CG, maka sumber daya manusia yang berada
dalam korporasi merupakan hal yang lebih penting untuk menjadi perhatian. Pada
beberapa bagian buku ini, terkait the human face of governance , pelaku bisnis
korporasi pada berbagai posisi struktur CG memberikan dampak besar tergambar
dari sikap dan perilaku mereka terhadap berbagai aspek CG. Dengan demikian
berbagai atribut personal perlu menjadi fokus sikap profesionalisme anggota BOD,
sehingga dapat mengemban amanah secara baik sesuai dengan peran,fungsi dan
tanggung jawab mereka.

Jika dihubungkan dengan dasar filosofis dan konseptual CG, maka


persyaratan utama dari seorang anggota BOD adalah integritas individu yang
bersangkutan. Anggota BOD merupakan steward atau individu yang diberikan
amanah untuk menjaga kepentingan perusahaan, dalam hal ini adalah kepentingan
pemegang saham sebagai pemilik perusahaan. Korporasi dan harta yang dimiliki
entitas dijamin oleh undang-undang dan bukan merupakan hak milik dari anggota
BOD dimaksud. Mereka menerima kepercayaan berupa amanah dari pemilik
perusahaan, dengan demikian sebagai konsekuensinya, kepada pemilik, mereka
memiliki kewajiban fidusiari untuk bertindak dan berperilaku terbuka (actopenly) dan
jujur (honestly) terhadap kepentingan pemiliki sebagai investor.

Karena pentingnya aspek integritas individu anggota BOD, maka aspek ini
dapat diartikan sebagai kemampuan seseorang dalam membedakan antara sesuatu
yang benar (right) dari sesuatu yang salah (wrong) serta memiliki kemampuan untuk
memberikan pertimbangan (judge) perilaku korporasi dalam konteks tersebut.
Dengan kata lain persyaratan integritas dapat diartikan sebagai bagaimana setiap
anggota BOD selalu bertindak untuk kepentingan perusahaan, bukan kepentingan
diri sendiri atau pribadi, serta mampu menahan diri dari godaan untuk memperkaya
diri sendiri atau orang lain, namun merugikan kepentingan perusahaan.
Berhubungan dengan konteks ini, integritas juga di maksudkan sebagai kemampuan
untuk menyadari dan mendeklarasikan terdapatnya konflik kepentingan dalam
perusahaan. Dengan demikian, seorang anggota Bod yang memiliki integritas
adalah individu amanah, sehingga dapat dipercaya sebagai persyaratan mendasar
dan utama, karena konsep eksistensi entitas korporasi didasarkan kepada
kepercayaan (trust).

Dari sudut pandang legal, perusahaan atau korporasi merupakan entitas legal
dan memiliki berbagai hak sebagaimana halnya seorang individu. Karena korporasi
merupakan benda mati sehingga tidak memiliki ‘ruh’ (conscience), maka BOD harus
bertindak sebagai ‘ruh perusahaan’ (corporate conscience). Kondisi demikian
membawa implikasi bahwa korporasi harus mematuhi hukum serta aturan
perundang-undangan yang berlaku. Hal ini berarti bahwa keberadaan BOD akan
menghasilkan karakter korporasi (creating corporate character) yang menjadi dasar,
bagaimana sebuah organisasi melakukan berbagai kegiatan operasionalnya yang
selalu mengacu kepada aspek hokum yang mengatur perilaku organisasi dalam
masyarakat.

Di dalam aspek integritas sebagai atribut utama yang harus dimiliki oleh
anggota BOD, terdapat beberapa aspek terkait kualitas personal sebagaimana lazim
ditemukan pada anggota BOD yang memiliki kaliber tinggi (Tricker, 2009, pp. 266-
267). Di antarannya adalah intelektualitas (intellect) yang dapat didefinisikan sebagai
cara berpikir yang baik (a good mind). Karakteristik ini merupakan kombinasi dari
tingkat intelektual yang memadai, kemampuan untuk berpikir pada berbagai
tingkatan abstraksi, dan memiliki imajinasi untuk dapat melihat dan memetakan
situasi dari berbagai perspektif yang berbeda. Karakter tersebut bertolak belakang
dengan kemampuan seseorang yang hanya mampu melihat dan memahami setiap
masalah dan fenomena selalu dari satu perspektif yang sama (fixed view point).
Dengan kata lain, seorang yang intelek memiliki kemampuan untuk memandang
sesuatu secara imajinatif, berpikiran orisinil, dan mampu bertindak secara kreatif.

Anggota BOD yang baik juga ditandai dengan karakter yang baik atau lebih
dikenal dengan kekuatan karakter (strength of character). Termasuk dalam kriteria
ini adalah memiliki pemikiran yang independen, objektif, serta imparsial.Sehingga
anggota BOD dalam setiap korporasi harus memiliki kapanilitas untuk bertindak
maju sesuai dengan konsensus. Sejalan dengan perkembangan dan perubahan
lingkungan organisasi, maka anggota BOD perlu memiliki pola pikir yang kuat (tough
minded), tidak cepat menyerah dengan keadaan dan tangguh, dengan keberanian
untuk menentukan pilihan posisi. Kemampuan untuk berorientasi kepada hasil
melalui pendekatan yang seimbang dengan proses untuk mencapai hasil tersebut,
tidak takut atau menghindari risiko serta tidak mengambil keputusan secara tergesa-
gesa. Hal lain yang turut mempengaruhi tingkat intelektualitas anggota BOD adalah
kemampuan mengambil keputusan secara bijaksana dan bukan berdasarkan kondisi
apa adanya (common sense) serta tidak memiliki dasar yang jelas dan dapat di
pertanggung jawabkan.

Atribut lainnya yang diharapkan dimiliki oleh anggota BOD adalah


personalitas yang positif, termasuk kemampuan untuk berinteraksi secara positif
dengan orang lain secara fleksibel. Dalam kaitan ini seorang anggota BOD
diharapkan juga untukk memiliki sensitivitas terhadap situasi, mampu berdiplomasi,
bersikap persuasive, kemampuan untuk memotivasi pihak lain, serta memiliki rasa
humor. Kemampuan interpersonal semakin penting untuk dimiliki anggota BOD,
sebagai dasar melakukan interaksi dengan sesame anggota maupun dengan
pimpinan BOD. Atribut personalitas yang di inginkan termasuk kemampuan untuk
menjadi pendengar yang baik, komunikator yang andal, dan memiliki sensivitas
politik yang memadai.

Berbagai kemampuan tersebut (integritas, intelektual, karakter, dan


personalitas) bersifat inheren dalam setiap individu, sehingga perlu dipastikan
sebelum seorang individu dinominasikan sebagai anggota BOD. Kondisi ini berbeda
dengan kompetensi inti (core competence) seorang anggota BOD yang dapat
dibentuk dan dikembangkan melalui program pelatihan setelah mereka ditetapkan
sebagai anggota BOD. Indikator kesuksesan seorang anggota BOD di antarannya
dicirikan dengan kemampuan memandang kedepan, mengantisipasi masalah, dan
mampu mengartikulasikan berbagai alternative solusi dari setiap permasalahan.

Kompetensi Inti Board of Directors

Hal pokok yang perlu dipahami adalah bahwa setiap entitas korporasi dan
the governing body memiliki karakteristik berbeda. Setiap anggota BOD bergabung
dalam suatu kelompok dengan beragam latar belakang, pengalaman,keahlian, dan
pengetahuan. Secara keseluruhan institusi BOD memiliki personal dengan
kapabilitas yang berbeda yang diharapkan menjadi satu tim dengan kualifikasi
memadai serta memiliki kemampuan seimbang sesuai dengan karakteristik
perusahaan. Dalam kaitan ini setiap anggota BOD selayaknya memiliki kompetensi
sesuai dengan jenis usaha dan skala organisasi.Pertanyaan yang muncul adalah
pengalaman, keahlian, serta pengetahuan apa saja yang harus dimiliki oleh seorang
anggota BOD?

Anggota BOD yang telah memiliki pengalaman (experience) dapat


bermanfaat sebagai keunggulan tambahan dari pengetahuan yang dimiliki oleh
anggota BOD lainnya. Diantarannya adalah pengalaman dalam bidang CG,
prosedur dalam melaksanakan tugas BOD, pengalaman dalam hal formulasi strategi
dan pembuatan kebijakan institusi BOD. Selanjutnya, dibutuhkan kompetensi
anggota BOD berupa keahlian (skills) dalam bidang : kemampuan dasar strategi,
memiliki visi, kemampuan analitikal baik secara kuantitatif maupunn kualitatif,
interpretasi laporan keuangan, kapabilitas perencanaan dan pengambilan
keputusan, kemampuan komunikasi dan interpersonal, kemampuandalam bidang
politik, serta memiliki jaringan yang luas.

Disamping memiliki pengalaman dan keahlian, anggota BOD diharapkan


memiliki kompetensi inti yang berhubungan dengan pengetahuan yang memadai
(appropriate knowledge) terhadap tiga aspek. Pertama, pengetahuan terhadap
perusahaan (knowledge of the company) yang berhubungan dengan berbagai
halterkait organisasi perusahaan, terutama hubungan kelembagaan dengan bagian
lain dalam perusahaan, termasuk aturan dan proses CG. Kedua, pengetahuan
terhadap bisnis perushaan (knowledge of the business) berupa pemahaman terkait
aktivitas mendasar serta proses bisnis perusahaan. Ketiga, pengetahuan terhadap
aspek keuangan (knowledge of the financials ) berhubungan dengan kemampuan
untuk memahami berbagai aspek terkait keuangan perusahaan serta
konsekuensiyang ditimbulkan, sehingga anggota BOD dapat memberikan apresiasi
menyeluruh terhadap aspek keuangan. Dengan demikian, terdapat tiga kompetensi
utama anggota BOD untuk dapat melaksanakan tugas, fungsi dan tanggung jawab
mereka secara baik, integritas (integrity), keahlian (skills), dan pengetahuan
(knowledge).

Peran dan Fungsi Board Governance


Di tengah maraknya implementasi CG di berbagai belahan dunia, kritik yang
muncul berkaitan dengan perlunya reformasi tentang peran dan fungsi board
governance (Abdullah, 2006; Geneen, 1984; Kesner et al., 1986; Lorsch,
1989;Levitt, 1998). Argumentasi yang diberikan oleh para peneliti tersebut adalah
karena ketidak mampuan BOD di dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab
utamanya berupa fiduciary roles secara efektif. demikian perlu dicermati melalui
pemahaman mendasar dan komprehensif terhadap peran dan fungsi terkait
keberadaan BOD dalam konteks board governance dalam kerangka
CG.Pemahaman tersebut dibutuhkan untuk mengonfirmasi kritikan yang muncul
serta memberikan solusi untuk penguatan peranan BOD sebagai bagian dari
mekanisme internal CG.

Peranan BOD di dalam organisasi secara mendasar selalu dikaitkan dengan


fungsi pelaksanaan tugasnya yang dicantumkan secara legal dalam bentuk
Anggaran Dasar ( articles of incorporation ) korporasi dan aturan lainnya di berbagai
belahan dunia. Fungsi utama board governance secara legal mencakup duty of
loyalty dan duty of care dalam menjalankan tugas dan fungsi utamanya (lihat Ward,
2007). Kedua fungsi tersebut lebih diprioritaskan dibanding fungsi fiduciary lainnya
dan monitoring dari seperangkat tugas BOD . Duty of loyalty mengharuskan anggota
BOD to act in good faith and refrain from activities that put their own interests ahead
of the interests of the company ". Hal ini mempertegas bahwa tugas BOD yang
utama harus bertindak dengan niat baik( good intention ) dan menahan diri
( refreained ) dari berbagai tindakan yang mendahulukan kepentingan pribadi
dihandingkan kepentingan institusi.

Sementara dalam menjalankan tugasnya anggota BOD harus bertindak


secara cermat dan dengan sikap penuh kehati-hatian ( prudent ) terutama dalam
menjalankan fungsi pengawasan. Kondisi ini mengharuskan anggota BODdalam
menjalankan fungsinya dengan berperilaku jujur dan niat baik melalui tindakan yang
hati-hati sebagaimana individu lain pada posisi yang sama dengan kondisi yang
sama akan mengambil keputusan atau tindakan. Selanjutnya berbagai fungsi
fidusiari lainnya yang berhubungan dengan fiduciary duties BOD di antaranya adalah
the duty of obedience, the duty of good faith, and the duty of fair disclosure.
Menurut Abdullah (2006), perbedaan secara institusional antara berbagai
variabel governance akan memberíkan dampak atau efek langsung terhadap
berlungsinya BOD dalam sebuah korporasi. Dalam kaitan ini komposisi BOD dan
board leadership akan berperan sebagai perangkat monitoring dalam mekanisme
internal suatu proses CG (Walsh and Seward, 1990). Hal ini sejalan dengan posis
iCG di dalam organisasi yang berkaitan dengan isu strategis. Lebih lanjut,
Jensen(1993) berpendapat bahwa terdapat tiga faktor yang mempengaruhi potensi
peranan monitoring oleh BOD; board size , board composition, and board leadership
structure. Dengan dasar demikian, Mizruchi (1983) memberikan penilaian bahwa
BOD merupakan the ultimate center of control dan suatu korporasi (pp. 432-433).
Sehingga sebagai organ korporasi yang berada pada tingkatan paling tinggi dalan
perusahaan BOD memiliki akuntabilitas untuk menjamin kesehatan dan
kelangsungan hidup perusahaan dalam jangka panjang(Louden, 1982).

Peran BOD dalam meningkatkan manajemen strategis perusahaan juga


dapat dipahami melalui tingkat keterlibatannya di dalam aktivitas tersebut.Menurut
Wheelen dan Hunger (2000) tingkat keterlibatan BOD tersebut dapat dibedakan
menjadi enam tingkatan , mulai dari tingkat keterlibatan paling rendah ( phantom )
hingga tingkat keterlibatan tinggi ( catalyst). Berdasarkan karakteristik keterlibatan
BOD tersebut, studi yang dilakukan oleh Judge dan Zeithaml (1992) di Amerika
menunjukkan bahwa 70% dari BOD memiliki keterlibatan antara tingkat phantom
hingga nominal. Menurut Lane, Astrachan,Kevt dan McMillan (2006) derajat
keterlibatan tersebut cukup baik, walaupun berdasarkan pada prinsip akuntabilitas,
BOD harus mempunyai peran lebih darisekadar nominal participation

Namun demikian Lane et al. (2006) mengingatkan bahwa mengharapkan


keterlibatan BOD hingga mencapai level catalyst tidak sepenuhnya memungkinkan.
Alasannya pada level ini keterlibatan BOD cenderung dianggap memasuki domain
yang merupakan otoritas manajemen. Pada tingkatan yang lebih akut, keterlibatan
BOD pada level ini diduga berpotensi untuk mengganggu mekanisme checks and
balances yang menjadi tujuan keberadaan BOD dalam CG. Dari berbagai tingkat
keterlibatan BOD tersebut, peran ideal yang selayaknya dilakukan BOD mencapai
jenis keterlibatan pada tingkatan active participation.
Sejalan dengan ini, Lane et al. (2006) berpendapat bahwa tingkat keterlibatan
demikian hanya memungkinkan pada perusahaan berbentuk family
business ,sehingga untuk perusahaan publik pada umumnya, tingkat keterlibatan
antaranominal dan a ctive participation dianggap ideal untuk mencapai hasil board
governance yang efektif. Terlepas dari rentang keterlibatan BOD dalam
prosesstrategis perusahaan, penelitian terdahulu membuktikan bahwa hal tersebut
berhubungan positif dengan kinerja korporasi, sehingga perlu untuk dipertimbangkan
(lihat Wheelen dan Hunger, 2000; Judge dan Zeithaml, 1992)
KASUS LAPINDO BRANTAS

1. Profil PT Lapindo Brantas, Inc PT Lapindo Brantas, Inc adalah suatu perusahaan
yang bergerak di bidang usaha eksplorasi dan produksi migas di Indonesia yang
beroperasi melalui skema Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) di blok Brantas,
Jawa Timur. PT Lapindo Brantas, Inc melakukan eksplorasi secara komersil di 2
wilayah kerja (WK) di darat dan 3 WK lepas pantai dan saat ini total luas WK Blok
Brantas secara keseluruhan adalah 3.042km2. PT Lapindo Brantas, Inc. Adalah
perusahaan eksplorasi gas dan minyak yang merupakan joint venture antara PT.
Energi Mega Persada Tbk. (50%), PTMedco Energi Tbk. (32%) dan Santos Australia
(18%). Sementara komposisi jumlah Penyertaan Saham ( Participating Interest )
perusahaan terdiri dari Lapindo Brantas Inc. ( Bakrie Group ) sebagai operator
sebesar50%, PT Prakarsa Brantas sebesar 32% dan Minarak Labuan Co. Ltd(MLC)
sebesar 18%. Dari kepemilikan sebelumnya, walaupun perizinan usaha PT Lapindo
Brantas, Inc terdaftar berdasarkan hukum negara bagian Delaware di Amerika
Serikat, namun saat ini 100% sahamnya dimiliki oleh pengusaha nasional. PT Energi
Mega Persada, Tbk sebagai pemegang saham mayoritas dari PT Lapindo Brantas,
Inc adalah anak perusahaan dari Grup Bakrie. Grup Bakrie memiliki 63,53% saham,
sisanya dimiliki oleh komisaris PT Energi Mega Persada, Tbk, Rennier A.R Latief
sebesar3,11%, Julianto Benhayudi sebesar 2,18%, dan publik sebesar 31,18%.
Chief Executive Officer PT Lapindo Brantas, Inc adalah Nirwan Bakrie,yang
merupakan adik kandung dari Aburizal Bakrie.

1. Kasus PT Lapindo Brantas, Inc PT Lapindo Brantas, Inc sangat dikenal


secara luas balik dalam maupun luar negeri semenjak peristiwa banjir
lumpur panas sidoarjo,atau yang biasa dikenal dengan perisitwa Lumpur
Lapindo yang terjadi pada 29 Mei 2006. Peristiwa Lumpur Lapindo, adalah
peristiwa menyemburnya lumpur panas di lokasi pengeboran PT Lapindo
Brantas di Sumur Banjar Panji 1 (BJP-1) yang terletak di Dusun
Balongnongo Desa Renokenongo, Kecamatan Porong,Kabupaten
Sidoarjo, Jawa Timur, Indonesia. Semburan lumpur yang berbahaya ini
sampai sekarang masih berlanjut dan belum dapat ditutup, atau bahkan
untuk diberhentikan. Semburan lumpur lapindo ini merupakan suatu
peristiwa yang sangat memilukan dan merugikan banyak pihak. Oleh
karena peristiwa ini, menyebabkan tutup nya tidak kurang dari 10 pabrik,
merendam lebih dari 100 hektar lahan produktif dan pemukiman penduduk
yang pada akhirnya memaksa para penduduk setempat untuk mengungsi
ke tempat yang lebih aman agar tidak terendam lumpur panas tersebut.
Selain itu lumpur panas di Sidoarjo tersebut mengganggu jadwal
perjalanan kereta api dan akses transportasi jalan tol Surabaya-Gempol
yang harus ditutup. Semburan atas lumpur panas ini mengakibatkan
kerugian yang sangat besar hingga tidak dapat diperkirakan atas kerugian
ekonomi dan lingkungannya. Di sisi lain, pengrajin kulit didaerah
Tanggulangin terpaksa untuk gulung tikar dan mengakibatkan kerugian
serta pengangguran yang meningkat. Lumpur panas yang tersembur
tersebut juga berbahaya bagi kesehatan masyarakat karena dapat
menyebabkan infeksi saluran pernapasan, iritasi kulit dan kanker,
menyebabkan sel darah merah pecah ( hemolisis ), jantung berdebar
( cardiac aritmia ), dan gangguan ginjal. Ringkasnya,Selain perusakan
lingkungan dan gangguan kesehatan, dampak sosial banjir lumpur tidak
bisa dipandang remeh. Kasus ini tidak menunjukkan perbaikan kondisi,
ketidak pastian penyelesaian, dan tekanan psikis yang bertubi-tubi.

2. Penyebab Terjadinya Peristiwa Lumpur Lapindo Pada awalnya, PT


Lapindo Brantas Inc sebagai operator blok brantas telah menunjuk PT
Medici Citra Nusa untuk melaksanakan pekerjaan pemboran eksplorasi
Sumur BJP-1. PTMedici Citra Nusa sebagai kontraktor utama
bertanggung jawab terhadap semua pekerjaan yang terkait dengan
eksplorasi sumur seperti cementing , mudlodging , penyediaan peralatan
pemboran,maupun pekerjaan terkait lainnya. Pemboran dimulai pada
tanggal 8Maret 2006 dan terus berlangsung hingga tanggal 29 Mei
2006.Akhirnya, pada tanggal 29 Mei 2006 muncul erupsi lumpur panas
ketika pemboran Sumur BJP-1 belum selesai. Atas kemunculan erupsi
lumpur panas tersebut, PT Lapindo Brantas, Inc bersembunyi dibalik
gempa tektonik di Yogyakarta yang terjadi pada hari yang sama dimana
erupsi lumpur panas tersebut menyembur keluar dari tanah. Namun atas
beberapa ahli yang di datangkan dalam pemeriksaan masalah ini, mereka
mengatakan bahwa tidak ada hubungannya antara gempa tektonik di
Yogyakarta dengan Surabaya. Setelah diselidiki, hal yang menjadi
penyebab adanya semburan lumpur panas tersebut adalah PT Lapindo
Brantas, Incsebagai operator dan PT Medici Citra Nusa dianggap kurang
telit idalam melakukan pengeboran sumur dan terlalu menyepelekan baik
kinerja maupun dampak yang mungkin dapat diterima atas pengeboran
yang dilakukannya. Kurang teliti dan menyepelekannya pengeboran
tersebut dilihat atas ketidak sesuaian rancangan pengeboran dengan
kenyataan. Awalnya rancangan pengeboran adalah sumur akan dibor
dengan kedalaman 8500 kaki (2590 meter)untuk bisa mencapai batu
gamping. Lalu sumur tersebut dipasang casing yang bervariasi sesuai
dengan kedalaman sebelum mencapai batu gamping. Casing merupakan
suatu pipa baja yang berfungsi untuk mencegah gugurnya dinding sumur,
menutup zona bertekanan abnormal, zona lost dan sebagainya. Awalnya,
PT Lapindo sudah memasang casing 30 inci pada kedalaman 150 kaki,20
inci pada 1195 kaki, 16 inci pada 2385 kaki dan 13-3/8 inci pada3580 kaki.
Namun setelah mengebor lebih dalam lagi, mereka tidak melanjutkan
untuk memasang casing . Mereka berencana akan memasang casing lagi
setelah mencapai/menyentuh titik batu gamping. Selama pengeboran
tersebut, lumpur yang bertekanan tinggi sudah mulai menerobos, namun
PT Lapindo masih bisa mengatasi dengan pompa lumpur dari PT
Medici.Dan setelah kedalam 9297 kaki, akhirnya mata bor menyentuh
batu gamping. Kemudian, sumur menembus satu zona bertekanan tinggi
yang menyebabkan kick , yaitu masuknya fluida formasi tersebut ke dalam
sumur. ketika bor akan diangkat untuk mengganti rangkaian, tiba-tiba bor
macet sehingga gas tidak bisa keluar dari melalui saluran fire pit dalam
rangkaian pipa bor dan menekan kesamping. Oleh karena itu, gas mencari
celah dan keluar melalui permukaan tanah yang merekah di permukaan
rawa. Pada akhirnya, bor dipotong dan operasi pengeboran dihentikan
serta perangkap BOP ( Blow Out Proventer ) ditutup. Selanjutnya, Lapindo
di duga memiliki motivasi untuk melakukan biaya penghematan karena
kelalaian dalam pemasangan casing dan pengeboran vertikal.
Pengeboran vertikal jauh lebih menghemat biaya, begitu juga dengan
tidak dipasangnya casing. Indikasi pengiritan lain juga terlihat dengan
terbatasnya persediaan lumpur sebagai pelumas dan pemberat dalam
pengelolaan tekanan dasar sumur untuk menghindari loss, kick, dan
blowout . Atas kasus ini, Direktur Eksplorasi Lapindo Imam Agustino dan
Direktur PT Medici CitraYeni Namawi ditetapkan menjadi tersangka
karena keduanya telah lalai memasang casing sehingga terjadi under
ground blow out yang sulit dikendalikan
3. Pelanggaran PT Lapindo Brantas, Inc Terkait Tata Kelola Perusahaan
Dalam tata kelola perusahaan, perusahaan yang mempraktikan tata kelola
perusahaan yang baik akan menjadi kunci sukses perusahaan untuk
tumbuh menguntungkan dalam jangka panjang, sedangkan perusahaan
yang tidak menerapkan tata kelola perusahaan yang baik dapat memiliki
kegagalan dalam usahanya.
A. Pelanggaran Prinsip-Prinsip OECD Dalam hal tata kelola perusahaan,
terdapat prinsip-prinsip OECD 2004, yang menjadi acuan masyarakat
internasional dalam pengembangan corporate governance . Prinsip-
Prinsip OECD yang dilanggar oleh PT Lapindo Brantas, Inc adalah
sebagai berikut:
1) Prinsip : Peranan Stake holder dalam Corporate Governance
Dalam prinsip ini, OECD berfokus pada stake holder atau
pemangku kepentingan perusahaan (masyarakat,
pemerintah,karyawan, investor, kreditur, pemasok, dan lain-lain).
Prinsip ini terdiri atas 6 sub prinsip. PT Lapindo Brantas, Inc
melanggar sub prinsip A dimana perusahaan tidak menghormati
peraturan perundang-undangan yang melindungi para pemangku
kepentingan, dimana dalam hal ini melanggar UU No. 32 Tahun
2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
dan UU No. 22 Tahun 2001 Tentang Minyak dan Gas Bumi. Selain
itu, PT Lapindo Brantas, Inc juga melanggar Sub prinsip D dimana
dalam sub prinsip tersebut disebutkan bahwa stake holder
seharusnya memiliki akses atas informasi yang relevan, cukup, dan
dapat diandalkan secara tepat waktu dan teratur. Namun, PT
Lapindo Brantas, Inc tidak memberikan akses untuk mengetahui
informasi yang relevan atas kegiatan operasi perusahaan yang
tidak berjalan sesuai dengan standar operasi pengeboran.
2) Prinsip VI: Tanggung Jawab Dewan Komisaris dan Direksi Prinsip
yang diuraikan menjadi enam sub prinsip ini menyatakan bahwa
kerangka tata kelola perusahaan harus memastikan pedoman
strategis perusahaan, monitoring yang efektif terhadap manajemen
oleh dewan, sertaa kuntabilitas dewan terhadap perusahaan dan
pemegang saham.Menurut prinsip ini, tanggung jawab dewan yang
utama adalah memonitor kinerja manajerial dan mencapai tingkat
imbal balik yang memadai bagi pemegang saham.Selain itu,
tanggung jawab lain yang tidak kalah penting adalah memastikan
bahwa perusahaan selalu mematuhi ketentuan peraturan yang
berlaku. Dewan juga harus mencegah timbulnya benturan
kepentingan dan menyeimbangkan berbagai kepentingan di
perusahaan.Atas dasar tersebut, PT Lapindo Brantas Inc
melakukan pelanggaran pada sub prinsip A dimana dalam sub
prinsipini disebutkan bahwa anggota dewan harus bertindak
berdasarkan informasi yang jelas, dengan itikad yang baik,
berdasarkan due diligence dan kehati-hatian, serta demi
kepentingan perusahaan dan pemegang saham.Berdasarkan sub
prinsip tersebut direksi PT Lapindo Brantas tidak bertindak sesuai
dengan sub prinsip tersebut, dimana terdapat upaya untuk
melakukan penghematan yang dilihat dari tidak dipasangnya casing
, pengeboran yang vertikal,dan persediaan lumpur yang terbatas.
Selain itu, PT Lapindo Brantas melanggar sub prinsip C dimana
dewan direksi tidak menetapkan standar etika yang tinggi dan
memperhatikan kepentingan para pemangku kepentingan dengan
mengabaikan sejumlah peringatan yang diberikan dari PT Medco
dan ahli-ahli dalam pengeboran tersebut yang menemukan lapisan
lempung bergerak labil, dan apabila ditembus secara vertikal sudah
diprediksi akan adanya risiko ledakan lumpur panas. Namun, hal ini
diabaikan oleh PT Lapindo Brantas Inc. Selanjutnya, PT Lapindo
Brantas, Inc melanggar sub prinsip D dimana dewan direksi dan
komisaris tidak menjalankan fungsi-fungsi utamanya.Fungsi-Fungsi
utama yang dilanggar komisaris adalah kurangnya memonitor
penerapan dan kinerja perusahaan,serta tidak adanya kebijakan
mengenai risiko. Selain itu,komisaris tidak mengawasi kebijakan
direksi dalam menjalankan perseroan. Kemudian, dewan komisaris
tidak memonitor dan mengelola potensi benturan kepentingan dari
manajemen dan tidak mengawasi proses keterbukaan dan
transparansi.
B. Pelanggaran Tata Kelola Perusahaan Berdasakan KNKG
Berdasarkan Pedoman Umum Good Corporate Governance Indonesia
yang dikeluarkan oleh KNKG, PT Lapindo Brantas,Inc melanggar asas-
asas Good Corporate Governance sebagai berikut:
1) Transparansi
PT Lapindo Brantas, Inc dinilai tidak menyediakan informasi yang material
dan relevan dengan cara yang mudah diaksesdan dipahami oleh
pemangku kepentingan. Selain itu, perusahaan juga tidak mengambil
inisiatif untuk mengungkapkan hal penting dalam kasus ini yaitu tidak
melanjutkan pemasangan casing saat melakukan pengeboran. 2)
Akuntabilitas Dalam hal ini, PT Lapindo Brantas, Inc tidak dapat
mempertanggung jawabkan kinerjanya secara transparan dan wajar. Dan
jelas tidak memperdulikan kepentingan bagi para pemegang saham dan
pemangku kepentingan lain. Dikarenakan tidak adanya akuntabilitas,
maka tidak tercipta kinerja yang berkesinambungan
3) Responsibilitas
PT Lapindo Brantas, Inc tidak mematuhi peraturan perundang-undangan
dan tidak melaksanakan tanggung jawab kepada masyarakat dan
lingkungan karena tidak berpegang dengan prinsip kehati-hatian dan
memastikan kepatuhannya terhadap peraturan perundang-
undangan.Selain itu, perusahaan juga tidak menjalankan tanggung jawab
sosial dengan baik.
4) Independensi
PT Lapindo Brantas, Inc tidak dikelola secara independen,terpengaruh
atas suatu kepentingan tertentu, dan memiliki benturan kepentingan
dimana dapat terlihat adanya kinerja buruk dari perusahaan yang
merugikan para pemegang saham

C. Pelanggaran Berdasarkan Peraturan Perundang-Undangan


1) Pelanggaran UU No. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas
Dalam hal ini, PT Lapindo Brantas, Inc melanggar pasal- pasal sebagai
berikut:
a) Pasal 74 Dalam pasal ini, diatur tentang tanggung jawab sosial dan
lingkungan perusahaan. PT Lapindo Brantas, Inc melanggar pasal ini
dikarenakan tidak menjalankan Tanggung jawab sosial dan lingkungan
dengan baik sehingga harus diberikan sanksi sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang terkait.
b) Pasal 92 Berdasarkan pasal ini, seharusnya PT Lapindo Brantas,Inc
menjalankan pengurusan perseroan untuk kepentingan perseroan dan
sesuai dengan maksud dan tujuan tertentu.Direksi PT Lapindo Brantas,
Inc juga seharusnya menjalankan kepengurusan sesuai dengan kebijakan
yang dipandang tepat dan tidak menyimpang dari aturan
demikepentingan pribadi maupun pihak lainnya.
c) Pasal 97 Atas kelalaiannya, Direksi PT Lapindo Brantas, Inc melanggar
pasal 97. Direksi dianggap tidak bertanggung jawab atas kepengurusan
Perseroan, tidak dilaksanakan dengan itikad baik dan penuh tanggung
jawab. Dalam hal ini, Direksi PT Lapindo Brantas, Inc diwajibkan untuk
bertanggung jawab penuh secara pribadi atas kerugian Perseroan
dikarenakan kelalaiannya dalam mengerjakan tugas.
d) Pasal 108 Komisaris PT Lapindo Brantas, Inc dinilai kurang melakukan
pengawasan dan kebijakan pengurusan nya kepada direksi, serta
memberikan nasihat kepada direksi sehingga kasus ini terjadi
2) Pelanggaran Berdasarkan UU No. 8 Tahun1995 Tentang Pasar Modal
Dalam peraturan di UU PM, PT Lapindo Brantas, Inc melanggar Pasal 15,
dimana pelanggaran yang dilakukan pada pasal ini adalah PT Lapindo
Brantas, Inc tidak menerapkan prinsip tata kelola perusahaan yang
baik,tidak melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan, tidak
menghormati tradisi budaya sekitar lokasi kegiatan usaha penanaman
modal, dan tidak mematuhi ketentuan perundangang-undangan.
3) Pelanggaran Berdasarkan UU No. 22 Tahun 2001 Tentang Minyak dan
Gas Bumi Undang-undang ini mengatur bahwa minyak dan gas bumi
memiliki peranan penting dalam perekonomian sehingga pengelolaannya
harus dapat secara maksimal memberikan kemakmuran dan
kesejahteraan rakyat, serta memberikan nilai tambah secara nyata
kepada pertumbuhan ekonomi nasional yang meningkat dan
berkelanjutan.
Pada undang-undang ini, PT Lapindo Brantas, Inc melanggar pasal-pasal
sebagai berikut:
a) Pasal 3 PT Lapindo Brantas, Inc tidak memiliki tujuan yang sesuai
dalam penyelenggaraan kegiatan usaha migasnya,dimana tidak dapat
menjamin efektivitas pelaksanaan dan pengendalian usaha Eksplorasi
dan Eksploitasi secara berdaya guna, berhasil guna, berdaya saing
tinggi, dan berkelanjutan melalui mekanisme yang terbuka dan
transparan (ayat a). Selain itu, PT Lapindo Brantas, Inctidak menjamin
adanya efisiensi dan efektivitas tersedianya Gas Bumi untuk
kebutuhan dalam megerti karena banyak gas bumi yang seharusnya
dapat diolah menjadi terbuang atas terjadinya peristiwa lumpur lapindo
tersebut (ayat c). Selanjutnya, PT Lapindo Brantas, Inc juga tidak
dapat menjaga kelestarian lingkungan hidup dengan perusakan
lingkungan yang sangat besar.

b) Pasal 40 Dalam pasal ini disebutkan bahwa, Badan Usaha harus


menjamin standar dan mutu yang berlaku sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku serta menerapkan kaidah
keteknikan yang baik. PT Lapindo Brantas, Inc tidak menjamin standar
dan mutunya yang berlaku dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan dan tidak menerapkan kaidah keteknikan yang baik, dimana ia
tidak memasang casing , melakukan pengeboran secara vertikal padahal
sudah ada peringatan, dan tidak memiliki lumpur berat yang cukup untuk
mengatasi masalah apabila terjadi blowout (ayat 1).Kemudian, PT
Lapindo Brantas, Inc juga tidak melakukan pengelolaan lingkungan hidup
karena tidak adanya upaya pencegahan dan penanggulangan
pencemaran, serta pemulihan atas kerusakan lingkungan hidup hingga
saat ini (ayat 2 dan 3), dan tidak adanya transparansi dalam
melaksanakan kegiatan (ayat 4). PT Lapindo Brantas, Inc juga tidak
bertanggung jawab dalam mengembangkan lingkungan dan masyarakat
setempat(ayat 5).
c) Pasal 42 PT Lapindo Brantas, Inc melanggar pasal ini atas kurangnya
pengawasan pada penerapan kaidah keteknikan yang baik, pengelolaan
lingkungan hidup, pengembangan lingkungan dan masyarakat
setempat,kegiatan-kegiatan yang menyangkut kepentingan umum.

3) Pelanggaran Berdasarkan UU No. 32 Tahun 2009 Tentang


Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Pasal-pasal yang
dilanggar oleh PT Lapindo Brantas, Inc atas undang-undang ini
diantara lain adalah :
a) Pasal 47
PT Lapindo Brantas, Inc tidak melakukan analisis risiko
lingkungan hidup yang meliputi pengkajian risiko, pengelolaan
risiko, dan komunikasi risiko atas adanya risiko ledakan lumpur
panas yang terjadi dalam pengeboran tersebut.
b) Pasal 53
Dalam pelanggaran pasal ini, PT Lapindo Brantas, Inctidak
melakukan penanggulangan hingga saat ini atas peristiwa
lumpur lapindo tersebut.
c) Pasal 54
Belum adanya pemulihan fungsi lingkungan hidup seperti
pemberhentian sumber pencemaran dan pembersihan unsur
pencemar yang dilakukan oleh PT Lapindo Brantas hingga saat
ini.
d) Pasal 68
PT Lapindo Brantas, Inc melanggar pasal ini atas tidak menjaga
keberlangsungan fungsi hidup. Pelanggaran Berdasarkan
Peraturan Bapepam-LK IX.I.6. Dalam kasus ini,Anggota Direksi
tidak mengungkapkan fakta yang material, dimana hal ini
menyesatkan mengenai keadaan PT Lapindo Brantas, Inc yang
sebenarnya. Perusahaan tidak mengungkapkan sistem
kinerjanya yang tidak menggunakan casing dengan motivasi
menghemat biayadan berusaha menutupi adanya kelalaian
dengan bersembunyi di balik gempa yang terjadi di Yogyakarta
pada hari yang sama. Seharusnya, pihak direksi PTLapindo
Brantas, Inc melakukan ganti rugi baik secara sendiri- sendiri
maupun secara tanggung renteng atas kerugian yang menimpa
pihak lain.

Anda mungkin juga menyukai